Top Banner
UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA LUKA BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand Oleh: Deyvin Natalita Ch. Muai 19133805A FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017
102

UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

Oct 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA LUKA

BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand

Oleh:

Deyvin Natalita Ch. Muai

19133805A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

Page 2: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

i

UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA LUKA

BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Oleh:

Deyvin Natalita Ch. Muai

19133805A

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

Page 3: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

berjudul :

UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL

ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA LUKA

BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand

Oleh:

Deyvin Natalita Ch. Muai

19133805A

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal :20 Juli 2017

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Dekan,

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc.,Apt

Pembimbing Utama

Dwi Ningsih, S.Si., M.Farm.,Apt.

Pembimbing Pendamping

Fransiska Leviana , M.Sc., Apt

Penguji:

1. Dr. Gunawan Pamudji W, M. Sc., Apt ......................

2. Drs. Mardiyono, M.Si ......................

3. Ghani Nurfiana F, M.Farm., Apt ......................

4. Dwi Ningsih, M.Farm., Apt ......................

Page 4: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

iii

PERSEMBAHAN

―Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan

berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat

dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus,

Tuhan kita ‖

2 Petrus 1:8

―Pertolongangku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan

bumi‖

Mazmur 121:2

Skripsi saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, Allah dan Jurus’lamatku

2. Keluargaku tercinta Papah, Mamah, Paul, Gentur, Leni dan juga keluarga

besar yang selalu mendukungku dalam doa

3. Keluarga besar Persekutuan Mahasiswa Kristen Katharos

4. Almamater, Bangsa dan Negaraku tercinta.

Page 5: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila skripsi ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya ilmiah/skripsi

orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun

hukum.

Surakarta, 20 Juli 2017

Deyvin Natalita CH. Muai

Page 6: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

v

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yesus yang telah memberikan

penyertaan dan karunia kepada saya, sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi

dengan judul ―UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI

ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA LUKA

BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand‖. Skripsi ini disusun

sebagai sebuah proses pembelajaran dan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan jenjang pendidikan Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi,

Universitas Setia Budi Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini

terdapat hal-hal yang kurang sempurna, sehubungan dengan keterbatasan penulis.

Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar isi dalam

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penulis juga menyadari bahwa penulis tidak akan mampu menyelesaikan

skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Djoni Tarigan, MBA, selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi Surakarta.

3. Dwi Ningsih, M.Farm., Apt selaku pembimbing utama yang penuh kesabaran

dalam membimbing di sela kesibukannya, memberi motivasi, semangat,

pengarahan serta nasehat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Fransiska Leviana, M.Sc., Apt selaku pembimbing pendamping yang luar

biasa dan serta kesabarannya dalam membimbing di sela kesibukannya,

memberi motivasi, semangat, pengarahan serta nasehat dapat menyelesaikan

skripsi.

5. Dr. Rina Herowati M.Si., Apt selaku pembimbing akademik di Fakultas

Farmasi Universitas Setia Budi.

Page 7: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

vi

6. Bapak/ibu tim penguji skripsi, penulis mengucapkan terimakasih atas

masukan, kritik, dan saran dalam penyususnan skripsi ini.

7. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementrian Pendidikan

Nasional yang telah memberikan Beasiswa Unggulan kepada penulis selama

studi di Universitas Setia Budi Surakarta.

8. Segenap dosen, karyawan dan staff di Universitas Setia Budi yang telah

banyak membantu demi kelancaran pembuatan skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta Papah, Mamah, Paul, Gentur dan Leni. Terimakasih atas

kasih sayang, doa, bimbingan, motivasi, dan mengarahkan setiap langkah

dalam menjalani studi ini baik moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. My BASONG, yang tak bosan mendengarkan keluh kesah, menemani di kala

sepi, teman curhat, belajar bersam, bertumbuh didala Tuhan bersama.

11. Untuk PMK Katharos yang menjadi tempatku bertumbuh, berakat dan

berbuah serta selalu mendukungku dalam doa dan semangatnya yang tak

pernah padam. Biarlah kiranya Tuhan yang akan membalas kebaikan kalian.

12. Lie Cristian G. Tikoalu dan Krisantus Y. Oeleu teman se-team dalam

penelitian ini yang selalu mengingatkan, membantu dan mendukung dalam

penelitian hingga selesai.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak. Maka saran dan kritik

yang bersifat membangun sangat diharapkan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca.

Surakarta, 20 Juli 2017

Deyvin Natalita CH. Muai

Page 8: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

INTISARI ............................................................................................................. xiv

ABSTRACT ........................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

D. Metode Penelitian ............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

A. Tanaman Gedi (Abelmoschus manihot L) ....................................... 4

1. Klasifikasi tanaman ................................................................... 4

2. Nama lain dan nama daerah ...................................................... 4

3. Deskripsi tanaman ..................................................................... 4

4. Khasiat tanaman ........................................................................ 5

5. Kandungan kimia tanaman ........................................................ 5

5.1 Flavonoid ............................................................................. 5

5.2 Tanin .................................................................................... 5

5.3 Alkaloid ............................................................................... 6

B. Simplisia ........................................................................................... 6

1. Pengertian .................................................................................. 6

2. Pengeringan ............................................................................... 6

3. Larutan penyari .......................................................................... 7

C. Ekstrasi ............................................................................................. 7

Page 9: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

viii

1. Pengertian ekstraksi ................................................................... 7

2. Metode ekstrasi.......................................................................... 7

2.1 Metode maserasi .................................................................. 7

2.2 Metode infudasi ................................................................... 8

2.3 Metode perkolasi ................................................................. 8

2.4 Metode sokhletasi ................................................................ 8

3. Metode fraksinasi ...................................................................... 9

3.1 Pengertian fraksinasi ........................................................... 9

3.2 Metode fraksinasi dengan ekstrasi cair-cair ........................ 9

D. Luka Bakar ..................................................................................... 10

1. Definisi .................................................................................... 10

2. Klasifikasi luka bakar .............................................................. 10

2.1 Derajat satu (superfasial). .................................................. 10

2.2 Derajat dua (sebagian lapisan kulit). ................................. 10

2.3 Derajat tiga ........................................................................ 10

E. Inflamasi ......................................................................................... 11

1. Proses inflamasi ....................................................................... 11

2. Antiinflamasi topikal ............................................................... 13

F. Sediaan Topikal .............................................................................. 13

1. Pengertian sediaan topikal ....................................................... 13

2. Sediaan salep ........................................................................... 14

3. Pemilihan dasar salep .............................................................. 14

G. Salep Mebo ..................................................................................... 14

H. Hewan Percobaan ........................................................................... 15

1. Hewan percobaan .................................................................... 15

2. Kelinci ..................................................................................... 15

I. Landasan Teori ............................................................................... 16

J. Hipotesis ......................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 19

A. Populasi dan Sampel ....................................................................... 19

B. Variabel Penelitian ......................................................................... 19

1. Identifikasi variabel utama ...................................................... 19

2. Klasifikasi variabel utama ....................................................... 19

3. Definisi operasional variabel utama ........................................ 19

C. Alat dan Bahan ............................................................................... 20

1. Bahan ....................................................................................... 20

2. Alat .......................................................................................... 20

D. Formulasi Salep Ekstrak Daun Gedi .............................................. 21

E. Jalannya Penelitian ......................................................................... 21

1. Pengambilan daun gedi ........................................................... 21

2. Pengeringan daun gedi ............................................................ 22

3. Analisis serbuk daun gedi........................................................ 22

4. Identifikasi kandungan senyawa ekstrak daun gedi ................ 22

4.1 Flavonoid ........................................................................... 22

4.2 Tanin .................................................................................. 22

Page 10: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

ix

4.3 Alkaloid ............................................................................. 22

5. Susut pengeringan/kadar air .................................................... 22

6. Pembuatan ekstrak daun gedi .................................................. 23

7. Pembuatan fraksi eti asetat daun gedi ..................................... 23

8. Penentuan kadar/ dosis ekstrak kental ..................................... 23

9. Pembuatan salep ekstrak daun gedi ......................................... 23

10. Identifikasi salep...................................................................... 23

11. Pengujian sifat salep ................................................................ 24

11.1 Uji pH .............................................................................. 24

11.2 Uji viskositas ................................................................... 24

11.3 Uji daya lekat................................................................... 24

11.4 Uji daya sebar .................................................................. 24

12. Pengelompokan hewan uji....................................................... 24

13. Perlakuan hewan pada uji untuk penyembuhan luka bakar ... 25

14. Pengamatan inflamasi eritema pada luka bakar ...................... 26

15. Pengukuran presentase penyembuhan luka ............................. 26

F. Analisis Data .................................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29

A. Hasil Determinasi Tanaman Daun Gedi ......................................... 29

1. Determinasi tanaman daun gedi .............................................. 29

2. Deskripsi tanaman daun gedi .................................................. 29

B. Hasil Pengambilan Daun Gedi (Abelmoschus Manihot L.) ............ 30

C. Pembuatan Serbuk Kering Daun Gedi ........................................... 30

1. Hasil pengeringan daun gedi ................................................... 30

2. Hasil pembuatan serbuk daun gedi .......................................... 31

3. Hasil penetapan kelembaban daun gedi .................................. 31

4. Hasil identifikasi serbuk daun gedi ......................................... 32

5. Hasil pembuatan ekstrak daun gedi ......................................... 32

6. Hasil pembuatan fraksi etil asetat daun gedi ........................... 32

7. Identifikasi ekstrak kental daun gedi ....................................... 33

D. Identifikasi Kandungan Kimia ....................................................... 33

E. Hasil Pembuatan Salep fraksi etil asetat daun gedi ........................ 34

1. Hasil pengujian mutu fisik sediaan salep fraksi etil asetat

daun gedi (Abelmoschus Manihot L.) ...................................... 34

1.1 Uji organoleptis Salep ...................................................... 34

1.2 Uji homogenitas Salep ..................................................... 35

1.3. Uji pH salep. ..................................................................... 36

1.4 Uji viskositas Salep ........................................................... 37

1.5. Uji daya sebar salep .......................................................... 38

1.6 Uji daya lekat salep ........................................................... 40

F. Hasil Uji Aktivitas Penyembuhan Luka ......................................... 41

G. Hasil Uji Penurunan Inflamasi Eritema .......................................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 46

A. Kesimpulan ..................................................................................... 46

Page 11: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

x

B. Saran ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47

LAMPIRAN ........................................................................................................... 50

Page 12: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Daun gedi (koleksi pribadi) ............................................................................... 4

2. Bagan mekanisme terjadinya inflamasi (Katzung 2002). ............................... 12

3. Salep Mebo (Koleksi Pribadi 2016) ................................................................ 15

4. Kelinci Putih Zew Zealand (Anonim 2009) .................................................... 16

5. Skema uji penyembuhan luka bakar ............................................................... 25

6. Skema jalannya penelitian............................................................................... 27

7. Histogram hasil uji pH salep fraksi etil asetat daun gedi. ............................... 36

8. Histogram hasil uji viskositas salep fraksi etil asetat daun gedi. .................... 38

9. Histogram Uji Daya Sebar Salep fraksi etil asetat daun gedi. ........................ 39

10. Histogram Uji daya Lekat salep fraksi etil asetat daun gedi ........................... 40

11. Histogram penyembuhan luka salep fraksi etil aseat daun gedi ..................... 44

Page 13: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rancangan Formulasi Salep ekstrak daun gedi ............................................... 21

2. Rendemen berat kering terhadap berat daun basah ......................................... 30

3. Rendemen berat serbuk terhadap berat daun kering ....................................... 31

4. Hasil penetapan susut pengeringan serbuk daun gedi ..................................... 31

5. Hasil pemeriksaan organoleptis serbuk daun gedi .......................................... 32

6. Rendemen ekstrak etanol daun gedi ................................................................ 32

7. Rendemen fraksi etil asetat daun gedi ............................................................. 33

8. Hasil pemeriksaan Organoleptis ekstrak kental .............................................. 33

9. Hasil identifikasi kualitatif kandungan kimia fraksi etil asetat daun gedi ...... 34

10. Hasil pengujian organoleptis formula salep fraksi etil asetat daun gedi

(Abelmoschus Manihot L.) .............................................................................. 35

11. Hasil uji homogenitas sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi. ................... 35

12. Uji pH krim ekstrak etanol 70% daun sirsak dan daun sirih ........................... 36

13. Hasil uji viskositas salep fraksi etil asetat daun gedi ...................................... 37

14. Hasil uji daya sebar krim................................................................................. 38

15. Hasil uji daya lekat krim ................................................................................. 40

16. Persentase rata-rata penyembuhan luka .......................................................... 41

17. Penurunan inflamasi eritema ........................................................................... 45

Page 14: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat Keterangan Determinasi Abelmoschus manihot (L.) Medik.................. 51

2. Perhitungan Rendemen ................................................................................... 52

3. Foto alat dan bahan ......................................................................................... 53

4. Gambar penyembuhan luka............................................................................. 54

5. Identifikasi Senyawa kimia ............................................................................. 56

6. Hasil Uji Statistik ............................................................................................ 57

7. Data Penyembuhan luka hari ke-1 sampai hari ke-21 ..................................... 85

8. Data rata-rata penyembuhan Luka .................................................................. 86

Page 15: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

xiv

INTISARI

MUAI, D.N.CH. 2017, UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP

FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos manihot L.) PADA

LUKA BAKAR PUNGGUNG KELINCI PUTIH New Zealand, SKRIPSI,

FAKULTAS FARMASI, UNIVERSITAS SETIA BUDI, SURAKARTA.

Luka bakar termasuk ke dalam peringkat 15 sebagai penyebab utama

kematian. Kejadian luka bakar serius sekitar 95 % lebih banyak terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah menurut data World Health Organization

(WHO) di tahun 2012. Daun gedi (Abelmoschos manihot L.) dapat digunakan

sebagai alternatif antiinflamasi dan penyembuhan luka karena memiliki

kandungan seperti flavonoid, tanin, dan alkaloid yang aktif. Penelitian ini

bertujuan membuktikan aktivitas sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi dan

mengetahui konsentrasi efektif fraksi etil asetat dan gedi terhadap penyembuhan

luka bakar.

Salep fraksi etil asetat dibuat dalam tiga konsentrasi formula 6,25%,

12,5% dan 25%. Sifat fisiknya diuji organoleptis, homogenitas, daya sebar, pH,

viskositas, dan daya lekat. Uji aktivitas penyembuhan luka bakar dilakukan pada

punggung kelinci putih New Zealand. Hasil pengukuran penyembuhan luka

dianalisis secara statistik menggunakan analisa varian.

Pemberian salep fraksi etil asetat daun gedi dengan konsentrasi 6,25%,

12,5%, 25% memberikan efek terhadap penyembuhan luka bakar. Hasil analisis

statistik menunjukkan bahwa sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi dalam

konsentrasi 12,5% menunjukkan efek penyembuhan luka bakar yang optimum

dan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif. Peningkatan konsentrasi sediaan

salep fraksi etil asetat menunjukkan peningkatan efek penyembuhan luka bakar.

Kata kunci: ekstrak etanol, daun gedi (Abelmoschos manihot L. ), Salep, luka

bakar, kelinci

Page 16: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

xv

ABSTRACT

MUAI, DNCH. 2017 TEST WOUND HEALING ACTIVITY ointment

ETHYL ACETATE FRACTION LEAF GEDI(Abelmoschos manihot L.) ON

THE WHITE RABBIT BACK CUTS FUEL NewZealand,Thesis, FACULTY

OF PHARMACY, UNIVERSITY OF FAITHFUL BUDI, Surakarta.

Burns ranked among the 15 as the main cause of death. The incidence of

serious burns about 95% more prevalent in low- and middle-income countries

according to the World Health Organization (WHO) in 2012. Leaf

gedi(Abelmoschosmanihot L.) can be used as an alternative to anti-inflammatory

and wound healing because it contains, such as flavonoids, tannins, and alkaloids

active. This study aims to demonstrate the activity of ethyl acetate fraction

ointment preparation gedi leaves and determine the effective concentration of

ethyl acetate fraction and gedi to the healing of burns.

Ointment ethyl acetate fraction was made within three formula

concentration of 6.25%, 12.5% and 25%. Organoleptic test its physical properties,

homogeneity, dispersive power, pH, viscosity, and adhesiveness. Burn healing

activity test carried out on the backs ofwhite New Zealandrabbits. Wound healing

measurement results were statistically analyzed using analysis of variance.

Ethyl acetate fraction lubrication gedi leaves with a concentration of

6.25%, 12.5%, 25% have an effect on the healing of burns. Statistical analysis

showed that the ethyl acetate fraction ointment preparation leaves in a

concentration of 12.5% gedi shows the effect of healing of burns optimum and not

significantly different from the positive control. Increasing concentrations of ethyl

acetate fraction ointment preparation showed increased healing effects of burns.

Keywords: ethanol extract, leaves gedi(Abelmoschosmanihot L.), ointments,

burns, rabbit

Page 17: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan

sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat 2003).

Proses penyembuhan luka bakar pada kulit merupakan sistem kompleks yang

merupakan gabungan dari komponen seluler dan ekstraseluler. Penyembuhan luka

adalah proses yang rumit. Proses ini dibagi menjadi tiga fase yaitu hemostasis

atau inflamasi, proliferasi, dan remodeling atau penggantian jaringan yang baru

(Suryadi et al. 2012).

Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput

membran sel yang menyebabkan keukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal,

asam arakidonat dan berbagai eukasanoid kemudian dilepaskan dari senyawa-

senyawa terdahulu, jalur siklooksigenase (COX) dari metabolisme arakidonat

menghasilkan prostlagandin yang mempunyai berbagai efek pada pembuluh

darah, ujung-ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi.

Cyclooxigrnase-2 diinduksi selama proses inflamasi dan digunakan untuk respon

inflamasi (Katzung dan Trevor 2002).

Proses inflamasi dapat dikurangi dengan menggunakan obat-obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS) (Katzung dan Trevor 2000). Obat anti inflamasi

Non steroid dibedakan beberapa kelompok. Salah satu obat inflamasi yang

digunakan adalah diklofenak. Diklofenak termasuk jenis OAINS (Obat Anti

inflamasi Non steroid) dengan aksi antiradang paling kuat dan efek samping obat

relatif lebih ringan dibanding obat segolongannya. Obat ini sering digunakan

untuk segala nyeri, migran, dan encok (Tan 2002). Karena berbagai efek samping

bahan kimia obat maka kita perlu mencari alternatif yang dapat mengurangi efek

samping tersebut, salah satunya obat tradisional.

Salah satu tanaman obat di Indonesia yang berada di Papua adalah daun

gedi (Abelmoschos manihot. L) yang sampai saat ini sudah dipakai sebagai

tanaman obat di Indonesia . Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L) suku

Page 18: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

2

Malvaceae, merupakan tumbuhan tahunan yang berbatang tegak dengan tinggi 1,2

– 1,8 m. Kandungan dari tanaman gedi terdiri atas polisakarida dan protein.

Tanaman ini mengandung quercetin-3-robinobiosid, hyperin, isoquercetin,

gossipetin-8-o-glukuronid, dan myricetin (Liu et al 2006).

Daun gedi mengandung beberapa zat aktif, salah satunya adalah flavonoid.

Flavonoid merupakan salah satu antioksidan alami yang mampu memberikan efek

biologis terhadap beberapa penyakit seperti antibakteri, antiinflamasi, antivirus

dan antialergi (Cook dan Sammon 1996; Velioglu et al. 1998). Flavonoid yang

terdapat didalam daun gedi juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Xue et al.

2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar aktivitas

antiinflamasi daun gedi. Dari latar belakang yang ada maka peneliti mencoba

untuk membuat sediaan topikal dalam bentuk salep hidrokarbon dengan campuran

ekstrak etanol 70% daun gedi sebagai salep penyembuh luka bakar. Salep yang

akan dibuat menggunakan basis hidrokarbon (vaselin putih), nipagin, nipasol,

corigen odoris, dan ekstrak kental daun gedi. Salep ekstrak daun gedi

menggunakan bahan tambahan dalam rancangan formulasi untuk mencapai hasil

salep yang maksimal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini yaitu :

Pertama, apakah pemberian salep daun gedi dapat memiliki aktivitas

dalam penyembuhan luka terhadap luka bakar pada kelinci putih new Zealand ?

Kedua, Berapa dosis salep daun gedi yang memiliki efektivitas dalam

penyembuhan luka bakar pada kelinci putih new Zealand ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Pertama, untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol daun gedi yang

dapat menurunkan inflamasi terhadap luka bakar pada kelinci putih New Zealand.

Page 19: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

3

Kedua, untuk mengetahui dosis mana yang efektif dari salep daun gedi

terhadap penyembuhan luka bakar pada kelinci putih New Zealand.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat luas tentang penggunaan salep daun gedi sebagai obat yang dapat

membantu penyembuhan luka bakar. Mengembangkan penelitian bahan alamiah

untuk penyembuhan luka dan obat herbal lainnya.

Page 20: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Gedi (Abelmoschus manihot L)

1. Klasifikasi tanaman

Sistematika Tanaman Gedi ( Abelmoschus manihot L) (Depkes RI 2000)

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

SubDivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Abelmoschus

Spesies : Abelmoschus manihot L

Gambar 1. Daun gedi (koleksi pribadi)

2. Nama lain dan nama daerah

Gedi mempunyai nama yang berbeda-beda berdasarkan negara dan daerah,

seperti: Gedi (Indonesia), Ki Dedi (Sunda), Edible hibiscus dan Sunset hibiscus

(Inggris), Aibika (Australia).

3. Deskripsi tanaman

Struktur atau bentuk daun gedi adalah menjari dan berlekuk-lekuk, hampir

seperti daun pepaya tapi lebih lembut. Warnanya hijau segar dan diandalkan

sebagai campuran sayuran. Tumbuhannya bisa tumbuh di dalam pot ataupun di

pekarangan, karena di Papua tanaman ini sering ditanam di pekarangan. Tanaman

Gedi sangat mudah bertumbuh di iklim tropis, salah satunya di Indonesia,

Page 21: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

5

Tanaman ini biasanya tumbuh dengan tinggi ± 3,5 m, memiliki batang yang bulat,

tegak, percabangan monopodial, dan berwarna hijau. Bentuk daunnya merupakan

daun tunggal, persegi lima, berlekuk, bercangap atau terbagi lima, pangkal bentuk

jantung, ujung lancip, panjang 6-22 cm, lebar 5 – 20 cm, tulang daun menjari,

panjang tangkai 5 – 10 cm, dan daunnya berwarna hijau (Depkes RI 2000).

4. Khasiat tanaman

Daun Gedi dipercaya memiliki banyak khasiat yang sudah teruji antara

lain memiliki efek antibakteri (Jet mandey et al 2014), efek analgetik (Jain et al

2011) efek antioksidan (Tenriugi 2006), untuk kesehatan ginjal, osteoporosis, dan

batuk (Depkes RI 2000).

5. Kandungan kimia tanaman

Daun gedi memiliki kandungan kimia antara lain flavonoid, tanin, dan

alkaloid (Pranowo et al 2015).

5.1 Flavonoid. Flavonoid adalah senyawa alami hasil fotosintesis yang

mengandung cicin aromatik yang dapat diganti gugus hidroksi atau alkoksinya.

Senyawa ini terdapat pada semua tumbuhan seperti daun, buah, kayu, dan kulit

kayu. Terdapat sepuluh golongan flavonoid yang telah diketahui, yaitu antosianin,

leukoantosianidin, flavonol, flavan, glikoflavon, biflavonil, kalkon, auron, flavon,

dan isoflavon.

5.2 Tanin. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan

campuran polifenol yang sukar dipisahkan karena tidak dalm bentuk Kristal.

Tanin berfungsi sebagai pertahanan pada tumbuhan, membantu mengusir hewan

pemangsa tumbuhan, memiliki aktivitas antioksidan yang menghambat

pertumbuhan tumor dan mendenaturasi protein. Tanin merupakan sejenis

kandungan tumbuhan yang bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan mempunyai

kemampuan menyamak kulit (Robinson 1995). Menurut batasannya, tannin dapat

bereaksi dengan protein membentuk kepolimer mantap yang tidak larut dalam air.

Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam

dunia tumbuhan, tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi

terdapat hampir ada semua angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu.

Page 22: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

6

Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan penyebaranya terbatas pada tumbuhan

berkeping dua (Harborne 1987).

5.3 Alkaloid. Alkaloid biasanya sering bersifat optis aktif, kebanyakan

berbentuk kristal tetapi hanya sedikit, yang berupa cairan, misalnya nikotina pada

suhu kamar, berbagai macam cara untuk mendeteksi alkaloid dalam jaringan

tumbuhan telah dikemukakan. Bukti kulaitatif untu menunjukan adanya alkaloid

dapat diperoleh, dengan menggunakan reagen Dragendorff dan Mayer (Harborne

1996). Alkaloid bersifat basa larut dalam pelarut organik yang relative kurang

polar seperti eter, kloroform, tetapi tidak larut dalam air. Alkaloid berbentuk

kristal, sedikit amorf, berbentuk cair pada suhu kamar (Harborne 1987).

B. Simplisia

1. Pengertian

Simplisia meruoakan sebutan untuk bahan alam yang dikeringkan dan

digunakan untuk pengobatan. Suhu pengeringan simplisia maksimal 600

C untuk

mencegah kandungan senyawa dalam simplisia. Simplisia terdiri atas dua jenis

yaitu simplisia segar dan simplisia nabati. Simplisia segar adalah tanaman segar

yang belum dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan

utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel

yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dipisahkan

dari tumbuhannya (KEMENKES RI 2010).

2. Pengeringan

Pengeringan dibagi menjadi pengeringan alami dan pengeringan buatan.

Pengeringan alami adalah pengeringan dibawah sinar matahari, kelemahan dari

pengeringan ini adalah keadaan cuaca (alam) dan panas atau suhu yang tidak

terkontrol serta ada beberapa kandungan zat yang rusak karena sinar ultraviolet.

Pengeringan buatan adalah pengeringan yang menggunakan alat seperti oven,

kelebihannya adalah suhu dapat diatur dan tanpa pengaruh sinar ultraviolet. Pada

umumnya suhu pengeringan antara 40-600 C.

Page 23: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

7

3. Larutan penyari

Pelarut adalah zat yang digunakan untuk melarutkan suatu zat dan

biasanya jumlahnya lebih besar daripada zat terlarut. Hal-hal yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, apasitas,

kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut. Prinsip kelarutan yaitu:

pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian juga sebaliknya pelarut

non-polar akan melarutkan senyawa non-polar, dan pelarut organik akan

melarutkan senyawa organik (Yunita 2004).

Pelarut yang dgunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%.

Keuntungan dari etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan

aktif yang optimal, dimana bahan pengotor hanya dalam skala kecil, turut dalam

cairan pengekstraksi (Voight 1995). Penggunaan pelarut etanol 70% karena bisa

digunakan dalam analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi lebih

lanjut. Selain itu etanol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk

ekstraksi pendahuluan karena pada etanol 70% bersifat semipolar dapat

melarutkan senyawa polar dan nonpolar (Harborne 1987).

C. Ekstrasi

1. Pengertian ekstraksi

Ekstrasi adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrasi zat-zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Pelarut

yang digunakan ekstrasi harus diuapkan, hasilnya massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(KEMENKES RI 2010).

2. Metode ekstrasi

2.1 Metode maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel

dengan pelarut organik yang digunakan dengan temperatur luar ruangan. Proses

ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam Karena dengan

perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel

akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit

sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan

Page 24: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

8

ekstrasi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang

dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas

yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut

(Darwin 2000).

2.2 Metode infudasi. Metode infundasi merupakan metode penyarian

sederhana yang digunakan oleh perusahan obat tradisional. Infundasi adalah

proses penyarian yang digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dari

bahan – bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, sehingga hasil penyarian ini

tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infus dibuat dengan cara mencampurkan

simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya,

kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu

900C sambil sesekali diaduk, diserkai selagi panas melalui kain flannel,

ditambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang

dikehendaki (Depkes 1995).

2.3 Metode perkolasi. Perkolasi adalah proses ekstrasi dengan merendam

tanaman dalam pelarut yang sesuai lalu dimasukkan dalam alat dinamakan

perkolator. Proses ekstrasi dilakukan dengan menambah pelarut yang baru sampai

ekstrasi sempurna yang dilakukan pada suhu ruang. Tahapan ekstrasi meliputi

pendahuluan, maserasi antara, dan perkolasi sebenarnya dilakukan terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Untuk meyakinkan perkolasi telah

sempurna, perkolat dapat diuji apakah terdapat metabolit dengan reagen spesifik

(Depkes RI 2000).

2.4 Metode sokhletasi. Sokhletasi merupakan penyarian dimana bahan

yang akan diekstraksi berada dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton, dan

sebagainya) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja secara

berkesinambungan (perkolator). Wadah gelas yang mengandung kantung

diletakkan antara labu suling dan suatu pendingin aliran balik dan dihubungkan

dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan

tercapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipa pipet, lalu berkondensasi di

dalamnya menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan membawa keluar bahan

Page 25: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

9

yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai

tinggi maksimal secara otomatis ditarik ke dalam labu, dengan demikian zat yang

terekstraksi tertimbun melalui penguapan berkesinambungan dari bahan pelarut

murni. Metode sokhletasi diperlukan bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga

simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung

secara terus menerus (Voight 1995).

3. Metode fraksinasi

3.1 Pengertian fraksinasi. Fraksinasi merupakan proses pemisahan

komponen suatu ekstrak menjadi kelompo-kelompok senyawa yang memiliki

kemiripan karakteristik secara kimia. Fraksinasi akan berjalan dengan tepat

apabila menggunakan pelarut yang paling baik dan sesuai dalam pemisahan

senyawa-senyawa yang difraksinasikan (Day & Underwood 2001). Fraksinasi

dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil

asetat.

3.2 Metode fraksinasi dengan ekstrasi cair-cair. Ekstrasi cair-cair

merupakan suatu metode ekstraksi berdasarkan pada sifat kelarutan komponen

target dan distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Senyawa

polar akan terbawa dalam pelarut polar, senyawa semipolar akan terbawa dalam

pelarut semipolar, dan senyawa nonpolar akan terbawa dalam pelarut nonpolar.

Ekstraksi cair-cair baetahap atau bertingkat merupakan teknik ekstraksi cair-cair

sederhana, yaitu cukup dengan menambahkan pelarut yang tidak saling bercampur

kemudian dilakukan pengocokan sehingga zat terlarut terdistribusi di antara kedua

pelarut (Khopkar 2002). Dalam hal ini, pemisahan zat yang polar dan nonpolar

dapat dilakukan dengan ekstraksi cair-cair dalam corong pisah. Tujuan

pengocokan adalah untuk memperluas area permukaan kontak diantara kedua

pelarut, sehingga pendistribusian zat terlarut di antara keduanya dapat

berlangsung dengan baik. Syarat pelarut untuk ekstraksi cair-cair adalah memiliki

kepolaran yang sesuai dengan bahan yang diekstraksi dan harus terpisah setelah

pengocokan (Harvey 2000).

Page 26: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

10

D. Luka Bakar

1. Definisi

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan

kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan cairan

panas lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar

dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan

kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi

jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak

jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan

jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan

yang terjadi (Moenadjat 2003).

2. Klasifikasi luka bakar

Berikut adalah klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalamanya:

2.1 Derajat satu (superfasial). Luka derajat satu hanya meliputi

epidermis superfasial (misalnya terserang matahari). Gejala yang dirasakan nyeri,

kemerahan, tidak ada kerusakan jaringan atau saraf (Sheehy 1999). Kulit sembuh

spontan dalam 3 sampai 4 hari dan tidak meningglkan jaringan parut, biasanya

tidak timbul komplikasi, missal luka akibat sinar matahari.

2.2 Derajat dua (sebagian lapisan kulit). Luka derajat dua bagian dermal

superfasial sampai dalam, meliputi seluruh epidermis dan bagian ukuran dermis

(misalnya tersiram air panas). Gejala yang dirasakan nyeri , merah, kulit edema,

vesikel (Sheehy 1999). Ketebalan parsial dalam meluas ke epidermis dank e

dalam lapisan dermis. Luka derajat dua ini sangat nyeri dan menimbulkan lepuh

dalam beberapa menit. Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meningglakan

jaringan parut, walaupun orang-orang tertentu terutama orang Amerika keturunan

Afrika, dapat mengalami jaringan parut. Penyembuhan biasanya memerlukan

waktu sebulan. Komplikasi jarang terjadi, walaupun munkin timbul infeksi

sekunder pada luka.

2.3 Derajat tiga. Luka derajat tiga ketebalannya penuh meluas ke

epidermis, dermis dan jaringan subkutis. Kapiler dari vena mungkin hangus dan

Page 27: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

11

aliaran darah ke daerah tersebut berkurang. Saraf menjadi rusak menyebabkan

luka tidak terasa nyeri, tetapi daerah sekitar biasanya memperlihatkan tanda nyeri

seperti pada luka derajat dua. Penyembuhan luka derajat tiga ini diperkirakan

membutuhkan waktu berbulan – bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan

secara bedah dan penanduran. Luka bakar derajat ini membentuk jaringan parut

dan jaringan tampak seperti kulit yang keras (Sheehy 1999).

E. Inflamasi

1. Proses inflamasi

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat

mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktifasi atau merusak

organisme yang menyerang, menghilangkan dan mengatur derajat perbaikan

jaringan (Mycek dkk 2001). Tujuannya adalah untuk memperbaiki kerusakan atau

setidaknya untuk membatasinya, dan juga untuk menghilangkan penyebabnya,

misalnya, bakteri ataubenda asing (Silbernagl dan Lang, 2000). Inflamasi

disebabkan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi

sel (Mycek dkk., 2001).

Menurut Sander (2010) Inflamasi ini ditandai dengan perubahan

makroskopis lokal yaitu dengan adanya rubor, tumor, kalor, dolor dan

functiolesia. Rubor (kemerahan) terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi

yang terjadi karena darah terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari

pelepasan mediator kimi tubuh (kinin, prostaglandin, histamin). Ketika reaksi

radang timbul maka pembuluh darah melebar (vasodilatasi pembuluh darah)

sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke dalam jaringan yang cedera.

Tumor (pembengkakan) merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai

adanya aliran plasma kedaerah jaringan yang cedera. Kalor (panas) berjalan

sejajar dengan kemerahan karena disebabkan oleh bertambahnya pengumpalan

darah (banyak darah yang disalurkan), atau mungkin karena pirogen yang

menggangu pusat pengaturan panas pada hipotalamus. Dolor (nyeri) disebabkan

banyak cara perubahan local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf,

Page 28: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

12

timbulnya keadaan hyperalgesia akibat pengeluaran zat kimia tertentu seperti

histamine atau zat kimia bioakif lainnya dapat merangsang saraf, pembengkakan

jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan local juga dapat

merangsang saraf. Functio laesa, kenyataan adanya perubahan, gangguan,

kegagalan fungsi telah diketahui, pada daerah bengkak dan sakit disertai adanya

sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga

menghasilkan lingkungan lokal yang abnornal sehingga tentu saja jaringan yang

terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara normal (Price dan Wilson, 2005)

Gambar 2. Bagan mekanisme terjadinya inflamasi (Katzung 2002).

Berbagai mediator inflamasi dilepaskan selama proses inflamasi, yang

diakibatkan oleh rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak sel tubuh.

Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,

serotonin, dan prostaglandin, yang menimbulkan reaksi radang. Kerusakan sel

akibat dari inflamasi terjadi pada membran sel, menyebabkan leukosit melepaskan

Page 29: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

13

lisosom dan jalur (COX) dalam metabolisme arakidonat meghasilkan

prostaglandin yang memiliki berbagai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan

pada sel yang terlibat dalam peradangan (Katzung, 2010).

2. Antiinflamasi topikal

Proses inflamasi akan dimulai beberapa jam dan memunculkan tanda-

tanda inflamasi, salah satunya berupa eritema. Eritema merupakan hal pertama

yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan dan eritema akan berakhir

sampai 3 hari (Morison, 2003). Saat reaksi peradangan timbul, maka akan terjadi

pelebaran arteriola yang kemudian mensuplai darah ke daerah peradangan.

Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler

meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini merupakan

hyperemia, yang kemudian akan menyebabkan warna merah lokal dikarenakan

peradangan yang bersifat akut disekitar area luka. Sebagai reaksi terhadap

kerusakan maka sel tersebut akan melepaskan fosfoliid yang diantaranya adalah

asam arakidonat. Prostaglandin memiliki peran dalam mensensai ujung saraf

terhadap efek bradikinin dan histamin yang dilepas secara lokal saat inflamasi.

Melalui penurunan sintesis prostaglandin maka akan menurunkan rasa nyeri.

Prostasiklin merupakan mediator dan penghambat trombogenesis yang disintesis

didinding pembuluh darah, serta tromboxan yang merupakan vasokonstriktor dan

agen agregasi kuat trombosit yang menginduksi proses trombogenesis. Melalui

mekanisme tersebut, sel lebih terlindungi dari pengaruh negatif, sehingga dapat

meningkatkan viabilitas sel dan memberikan pengaruh dalam menurunkan eritema

pada saat terjadinya mekanisme inflamasi.

F. Sediaan Topikal

1. Pengertian sediaan topikal

Sediaan topikal adalah obat-obat yang diberikan atau digunakan pada kulit,

terutama untuk pemakaian lokal maupun sistemik dari suatu obat. Sediaan farmasi

yang digunakan pada kulit biasanya digunakan untuk membantu kerja lokal dari

suatu obat, untuk bisa membuat suatu obat dalam sediaan topikal dibutuhkan

suatu formulasi yang dapat membantu zat aktif dalam memberikan efek terapi di

Page 30: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

14

kulit. Formulasi sediaan topikal menggunakan basis sebagai bahan yang dapat

membawa zat aktif, penggunaan basis pada sediaan topikal disesuaikan dengan

beberapa parameter, anatara lain : homogenitas zat aktif dan basis, lamanya

pelepasan zat aktif, kestabilan zat aktif dalam suatu basis, basis yang mudah

dicuci dengan air atau yang sukar dicuci dengan air, dan tergantung dari

permukaan tempat pengolesan (Ansel 1989).

2. Sediaan salep

Sediaan salep merupakan sediaan setengah padat yang zat aktifnya

terdapat dalam basis salep, basis salep ini dapat bersifat hidrofil maupun hidrofob.

Basis ini memegang peran penting dalam formula salep yang baik. Basis sediaan

salep dibedakan menjadi basis hidrokarbon, basis salep serap, basis salep mudah

dibilas, dan basis salep larut air (Ansel 1989).

3. Pemilihan dasar salep

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang

diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas, dan

ketahanan sediaan jadi (Depkes RI 1995). Kualitas dasar salep yang baik adalah

stabil, yaitu tidak terpengaruh oleh suhu, kelmbapan, bebas dari inkompatibilitas,

lunak, halus, homogen, dan mudah dipakai. Dasar salep yang cocok dapat

terdistribusi secara merata (Depkes RI 1995). Perlu diketahui bahwa tidak ada

dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang

diinginkan. Pemilihan dasar salep dimaksudkan untuk mendapatkan dasar salep

yang secara umum menyediakan sifat yang paling diharapkan.

G. Salep Mebo

Mebo merupakan salah satu jenis salep yang dapat mengobati, mengatasi

dan menyembuhkan luka bakar tanpa meninggalkan bekas luka yang menganggu

penampilan. Salep ini memiliki kandungan atau komposisi berupa Cortex

Phellodendri, Rhizoma Coptidis, Radix Scutellariae, berbau sasame oil dan warna

kuning kecoklatan. Salep ini diindikasikan untuk mengurangi rasa panas akibat

luka bakar, mempercepat proses regenerasi jaringan, mengurangi nyeri, mengobati

luka bakar dan scald.

Page 31: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

15

Gambar 3. Salep Mebo (Koleksi Pribadi 2016)

H. Hewan Percobaan

1. Hewan percobaan

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah

penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan standar dasar yang

diperlukan dalam penelitian tersebut.

Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diperlukan

pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam

hal penggunaan hewan percobaan laboratorium . Pengelolaan hewan percobaan

untuk penelitian diawali dengan pengadaa hewan, meliputi pemilihan, dan seleksi

jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian. Pengelolaan dilanjutkan

dengan perawatan dan pemeliharaan hewan selama penelitian berlangsung,

pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan percobaan dalam

penelitian (4h-ontario 2009).

2. Kelinci

Kelinci merupakan hewan mamalia yang termasuk dalam ordo

Lagomorpha. Hewan pengerat ini memiliki dua pasang gigi seri. Jenis umum yang

diternakkan adalah American chinchilla, angora, belgian, californian, dutch,

english spot, flemish giant, havana, himalayan, new zealand red, white dan black

rex amerika. Jenis new zealand white dan californian sangat baik untuk produksi

danging, sedangkan angora baik untuk bulu.

Berdasarkan binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut:

Ordo : Lagomorpha

Famili : Leporidae

Subfamili : leporine

Genus : Orictolagus

Spesies : Orictolagus sp

Page 32: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

16

Gambar 4. Kelinci Putih Zew Zealand (Anonim 2009)

I. Landasan Teori

Trauma dapat didefinisikan sebagai cedera cukup parah untuk

menimbulkan ancaman bagi kehidupan, anggota badan, dan jaringan atau organ.

Luka bakar tidak seperti trauma yang lainnya, dapat diukur sebagai presentase

yang tepat dari tubuh yang terluka dan merupakan penyakit yang melibatkan

beberapa sistem organ (Barret 2005).

Inflamasi dapat disebabkan oleh trauma fisik, infeksi maupun reaksi

antigen dari penyakit, seperti terpukul benda tumpul dan terinfeksi bakteri pada

luka terbuka yang dapat menimbulkan nyeri dan menganggu aktivitas (Yulianti

2010). Respon inflamasi ditandai dengan adanya warna merah, nyeri, panas dan

juga menimbulkan bengkak. Bengkak atau edema merupakan rangkaian

perubahan yang kompleks dalam jaringan akibat cedera jaringan (Dyatmiko

2003).

Tanaman gedi berdasarkan analisis fitokimia mengandung flavonoid,

alkaloid, dan tanin (Pranowo et al 2015). Ekstrak daun gedi dapat digunakan

sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas (Taroreh et al 2015),

digunakan sebagai anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi

(Sangi et al 2008), Ekstrak daun gedi juga diketahui memiliki efek analgesik

untuk nyeri (Pritam et al 2011).

Tanaman gedi secara empirik digunakan oleh masyarakat Papua sebagai

sayuran. Tanaman gedi diketahui dapat digunakan sebagai anti inflamasi (Jain et

Page 33: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

17

al 2009 dalam Jain et al 2011), dan sebagai penyembuh luka sayat (Jain et al

2009 dalam Jain et al 2011).

Flavonoid dalam ekstrak daun gedi mempunyai aktivitas sebagai anti

oksidan yaitu quercetin (Taroreh et al 2015), Flavonoid yang terdapat dalam

tanaman gedi antara lain quercetin-3-O-robinobioside, hyperin, isoquercetin,

myricetin, quercetin-3-O-glucoside, dan quercetin. Senyawa-senyawa tersebut

memiliki aktivitas biologi seperti aktivitas antiinflamasi, antibakteri, antioksidan,

dan aktivitas perlindungan sel membran pada ginjal. (Lee et al 2004; Wage and

Hadin 1984; Mahakunakorn et al 2004 ; Yokozawa et al 1999 dalam Onakpa

2013).

Induksi Luka bakar dilakukan dengan memanaskan lempeng logam

berdiameter 2 cm selama 5 menit kemudian diletakkan pada kulit punggung

kelinci yang sudah dicukur untuk luka bakar derajat II. Pada saat terjadi luka

bakar terjadi beberapa fase meliputi fase awal, dikenal sebagai fase akut atau fase

shock yang mengakibatkan gangguan pada saluran pernapasan dan gangguan

sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan

elektrolit akibat cedera termis yang bersifat sistemik. Fase setelah shock atau

disebut fase sub akut, fase ini mengakibatkan kerusakan pada jaringan kulit dan

menimbulkan masalah seperti inflamasi. Proses inflamasi yang terjadi pada luka

bakar berbeda dengan luka sayat, proses inflamasi disini terjadi lebih hebat

disertai eksudasi dan kebocoran protein yang dapat mengarah pada kerusakan

jaringan maupun organ (Moenadjat 2001).

Hewan uji pada percobaan ini adalah kelinci putih New Zealand yang di

adaptasikan selama 7 hari sebelum percobaan dilakukan kemudian dilakukan

pencukuran bulu pada punggung kelinci sampai terlihat kulit punggung kelinci.

J. Hipotesis

Berdasarkan pada permasalahan yang ada dapat disusun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu :

Page 34: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

18

Pertama, salep daun gedi dapat memberikan aktivitas untuk penyembuhan

luka bakar terhadap kelinci putih New zealand yang telah diinduksi luka bakar

derajat II.

Kedua, salep daun gedi pada dosis tertentu mempunyai pengaruh efektif

untuk penyembuhan luka bakar pada kelinci putih New zealand yang telah

diinduksi luka bakar derajat II.

Page 35: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah daun gedi yang berasal dari tanaman

gedi yang ditanam didaerah mantembu Kota Serui Papua. Sampel yang digunakan

pada penelitian ini adalah daun gedi yang diambil secara acak dengan memilih

daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, berwarna hijau dari pangkal

daun sampai ujung daun, masih segar dan bebas dari penyakit.

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun gedi

(Abelmoschus manihot L). Yang diperoleh dengan metode maserasi dengan

pelarut etanol 70%.

2. Klasifikasi variabel utama

Variabel utama yang telah diidentifikasi terlebih dahulu dapat

diklasifikasikan kedalam berbagai macam variable yaitu variabel bebas, variabel

tergantung, dan variabel terkendali.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% daun gedi

dengan berbagai dosis.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah aktivitas penyembuhan

luka bakar dengan parameter diameter luka dan inflamasi pada luka setelah kelinci

diberi salep daun gedi dengan variasi dosis.

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah proses pembuatan ekstrak

kental, peralatan yang digunakaan, lingkungan, luas luka yang dibuat, kedalaman

pencukuran bulu, kondisi fisik hewan uji, yang meliputi berat badan, usia, dan

galur, lingkungan tempat tinggal, dan laboratorium.

3. Definisi operasional variabel utama

Pertama, daun gedi adalah daun yang diperoleh dari tanaman gedi yang

berasal dari kota Serui, Papua.

Page 36: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

20

Kedua, serbuk daun gedi yang diperoleh dari hasil pengeringan,

penggilingan, dan pengayakan daun gedi.

Ketiga, ekstrak etanol daun gedi adalah ekstrak yang dihasilkan dari

penyarian dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70 %

kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C.

Keempat, adalah kelinci putih Zew Zealand dari peternakan di

Tawangmangu.

Kelima, uji efektivitas ekstrak kental daun gedi adalah untuk mengetahui

efektivitas dari ekstrak kental daun gedi terhadap inflamasi dan diameter luka

bakar.

Keenam, adalah luka bakar derajat dua bagian dermal superfasial sampai

dalam, meliputi seluruh epidermis dan bagian ukuran dermis dibuat dengan

pemanasan lempeng logam berdiameter 2 cm untuk dipanaskan dan di letakkan

pada kulit hewan uji.

Ketujuh, Eritema adalah warna merah pada kulit yang disebabkan oleh

pembesaran pembuluh darah, dapat terjadi akibat dosis radiasi tingkat tinggi

(akut).

Kedelapan, Salep adalah sediaan topikal yang dibuat dari campuran zat

aktif dengan basis dan bahan tambahan.

C. Alat dan Bahan

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gedi yang masih

segar dan belum berubah warna, yang diperoleh dari kota Serui. Hewan uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci yang telah dikondisikan selama satu

minggu yang kemudian dengan sengaja dibuat luka bakar dengan diameter yang

diinginkan. Kemudian bahan lain yang digunakan saat pembuatan ekstrak adalah

etanol 70%.

2. Alat

Alat yang digunakan antara lain neraca blender, ayakan no. 40, botol

maserasi, corong pisah, gelas ukur, jangka sorong, beaker glass, cawan porselin,

Page 37: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

21

oven, timbangan gram, logam dengan diameter 2 cm, alat pencukur bulu, isolasi

tebal, gunting, dan korek api sebagai alat standarisasi luka bakar.

D. Formulasi Salep Ekstrak Daun Gedi

Berdasarkan penelitian mufrod et al, maka formulasi esktrak daun gedi

dengan berat total 100 gram terdiri dari : ekstrak Daun gedi 6,25%, 12,5%, dan

25% dengan bahan dasar salep hidrokarbon yaitu vaselin album, corigen odoris,

bahan tambahan nipagin dan nipasol.

Tabel 1. Rancangan Formulasi Salep ekstrak daun gedi

Bahan (g) Ekstrak

6,25% 12,5% 25%

Ekstrak daun gedi 2,6 5,32 10,65

Nipagin 0,072 0,072 0,072

Nipasol 0,008 0,008 0,008

Corigen Odoris 0,120 0,120 0,120

Vaselin putih Ad 100 Ad 100 Ad 100

Berat total 100,0 100,0 100,0

Bahan yang tambahan yang digunakan antara lain ada nipagin, nipasol,

corigen odoris, dan vaselin putih. Nipagin dan nipasol digunakan sebagai bahan

pengawet supaya salep yang digunakan dalam penelitian tetap dalam kondisi baik.

Corigen odoris digunakan untuk memberikan bau pada salep. Vaselin putih

digunakan sebagai basis pembawa zat aktif dalam rancangan formulasi salep

ekstrak daun gedi.

E. Jalannya Penelitian

1. Pengambilan daun gedi

Sampel daun gedi (Abelmoschus manihot L) segar, didapat dari daerah

kota Serui, Papua. Pengambilan daun gedi dilakukan dengan memetik bagian

tangkai daun yang masih segar dan dipatahkan pada pangkal daun, pada siang

hari. Bersihkan lendir putih yang keluar dari pangkal daun yang di patah dengan

cara dicuci.

Page 38: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

22

2. Pengeringan daun gedi

Daun gedi yang telah diambil kemudian dicuci hingga lender berkurang

dikeringkan dengan cara di oven pada suhu 40° C sampai kering. Daun gedi

(Abelmoschus manihot L) yang telah di keringkan selanjutnya di serbuk dengan

menggunakan mesin penyerbuk yang berada di Universitas Setia Budi Surakarta.

Hasli serbuk daun gedi kering disimpan dalam plastik berukuran besar.

3. Analisis serbuk daun gedi

Organoleptis serbuk daun gedi diperoleh berdasarkan bentuk, warna, dan

bau dari serbuk daun gedi.

4. Identifikasi kandungan senyawa ekstrak daun gedi

4.1 Flavonoid. Sebanyak 1 ml ekstrak etanol daun gedi dimasukkan

dalam tabung reaksi, ditambah 0,1 mg serbuk Mg, 2 ml alkohol : amil klorida

(1:1) dan pelarut amil alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat lalu dibiarkan

memisah. Hasil positif dengan terjadi perubahan warna menjadi merah / kuning /

jingga pada amil alkohol.

4.2 Tanin. Ekstrak ditambahkan 5 tetes NaCl 10% kemudian disaring,

filtrat ditambahkan 5 tetes FeCl3 1%. Hasil positif saat berwarna hijau kehitaman,

hal ini membuktikan adanya tanin (South et al 2013).

4.3 Alkaloid. Masukkan 3 ml ekstrak etanol daun gedi ke dalam tabung

reaksi, ditambah 4 ml etanol 70 %, dan 1,5 ml HCL 2 %. Larutan dibagi 3 sama

banyak dalam tabung reaksi. Tabung reaksi I untuk pembanding. Tabung reaksi II

ditambah 2-3 tetes reagen dragendrof, menunjukkan adanya kekeruhan atau

endapan coklat. Tabung reaksi III ditambah 2-3 tetes reagen meyer, menunjukkan

adanya endapan putih kekuningan (Robinson dalam wulandari 2015).

5. Susut pengeringan/kadar air

Dengan metode moisture, Timbang 1 g ekstrak dalam bobot timbang

dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 °C selama 30

menit. Ratakan ekstrak dalam botol hingga membuat lapisan setebal 5-10 mm.

Masukkan ke dalam oven, buka tutup botol saat dimasukkan. Keringkan pada

suhu 105 °C sampai bobot tetap. Pendinginan dengan eksikator. Penimbangan

dengan replikasi.

Page 39: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

23

6. Pembuatan ekstrak daun gedi

Serbuk daun gedi sebanyak 2 kg diekstraksi dengan cara maserasi.

Simplisia direndam dalam pelarut etanol 70% sebanyak 3500 mL selama 5 hari

dengan pengadukan tiap 6 jam, selanjutnya disaring. Filtrat 1 dipakai kembali

untuk maserasi ke-2, kemudian hasil ekstraksi digabungkan. Hasil ekstraksi

dipekatkan dengan menggunakan rotatory evaporator pada suhu 40° C dan

waterbath sampai diperoleh ekstrak kental diimbang ekstrak kental daun gedi.

7. Pembuatan fraksi eti asetat daun gedi

Ekstrak etanol dau gedi kemusian ditambahkan 75 ml akuades dan

dipartisi 3 kali dengan etil asetat dengan volume tiap kali partisi adalah 75 ml

menggunakan corong pisah. Sari etil asetat selanjutnya dikumpulkan dan

dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 35OC. sari etil asetat

yang pekat selanjutnya disebut fraksi etil asetat daun gedi.

8. Penentuan kadar/ dosis ekstrak kental

Berdasarkan penelitian tentang dosis luka bakar, diambil dosis ekstrak

daun gedi dengan pembagian, kelompok I 6,25 %, kelompok II 12,5 %, dan

kelompok III 25 %. Dengan melakukan konversi dari hewan uji tikus ke kelinci.

9. Pembuatan salep ekstrak daun gedi

Pembuatan salep ekstrak daun gedi adalah dengan cara pnecampuran.

Pencampuran dalam pembuatan salep ekstrak daun gedi di pisah menjadi 2 fase

yaitu Fase I merupakan vaselin putih dan corigen odoris sedangkan fase II

merupakan campuran ekstrak kental daun gedi, nipagin, dan nipasol. Pertama

timbang sejumlah bahan fase II sesuai formulasi, kemudian campurkan bahan fase

II yang terdiri dari ekstrak kental daun gedi, nipagin, dan nipasol ke dalam

lumpang lalu di gerus dengan alu sampai homogen. Setelah campuran fase II

homogen maka masukan bahan fase I yaitu vaselin putih ke dalam fase II di gerus

dan tambah perlahan sampai homogen. Setelah Bahan fase I dan II homogen maka

yang terakhir dicampur adalah corigen odoris yang merupakan bahan tambahan

untuk menutupi bau pada salep.

10. Identifikasi salep

Uji Organoleptis. Sediaan diamati tekstur dan warna secara visual, bau

Page 40: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

24

secara penciuman. Uji homogenitas Sediaan salep sebanyak 0,5 gram diletakkan

di atas obyek gelas kemudian diratakan dan diamati secara visual (Hernani et al

2012).

11. Pengujian sifat salep

11.1 Uji pH. Sediaan salep diukur pH dengan cara mencelupkan elektroda

pH-meter Hanna instrument ke dalam sediaan salep. Nilai pH dilihat pada skala

dalam alat dan dicatat setelah tercapai kestabilan (Hernani et al 2012).

11.2 Uji viskositas. Sediaan salep sebanyak 100 gram, dimasukkan dalam

cawan pengukur lalu diukur viskositasnya menggunakan alat Rion Rotor

Viskotester VT-04. Viskositas dilihat pada skala dalam alat setelah tercapai

kestabilan (Hernani et al 2012).

11.3 Uji daya lekat. Sediaan salep sebanyak 0,25 gram diletakkan di atas

gelas obyek yang telah ditentukan luasnya kemudian diletakan gelas obyek yang

lain di atas salep tersebut. Salep di antara lempeng gelas obyek ditekan dengan

beban 100 g selama 5 menit. Gelas obyek yang saling menempel dipasang pada

alat uji daya lekat dan dilepas dengan beban seberat 80 gram, kemudian dicatat

waktu saat kedua gelas obyek tersebut lepas (Hernani et al 2012).

11.4 Uji daya sebar. Sediaan salep diuji secara langsung daya sebarnya

menggunakan alat exstensometer. Sediaan salep ditimbang 0,5 gram, diletakkan

pada pusat antara dua lempeng kaca extensometer, dibiarkan selama 1 menit lalu

ukur diameter salep yang menyebar. Anak timbangan 50 gram ditambahkan pada

lempeng sebelah atas, didiamkan 1 menit, dicatat diameter salep yang menyebar,

diulangi masing–masing dengan penambaham pada tiap salep yang diperiksa

(Hernani et al 2012).

12. Pengelompokan hewan uji

Terdapat 5 kelompok perlakuan dengan komposisi 5 ekor kelinci tiap

kelompok:

a. Kelompok 1 : Tanpa perlakuan

b. Kelompok 2 : Dioleskan bioplacenton

c. Kelompok 3 : dioleskan salep ekstrak daun gedi 6,25 %

d. Kelompok 4 : dioleskan salep ektrak daun gedi 12,5 %

e. Kelompok 5 : dioleskan salep ektrak daun gedi 25 %

Page 41: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

25

13. Perlakuan hewan pada uji untuk penyembuhan luka bakar

Kelinci putih sebanyak 15 ekor dilakukan randomisasi kemudian

ditempatkan di dalam kandang yang sudah dipisahkan sesuai kelompok perlakuan.

Setiap kelompok 3 ekor kelinci putih. Diadaptasikan selama 7 hari dan pada hari

ke-8 dilakukan perlakuan luka bakar derajat II. Kelinci diberi pakan standar dan

minum secara ad libitum.

Sebelum dilakukan luka bakar, bulu disekitar punggung dicukur dan kulit

diolesi dengan alkohol 70% (Simanjuntak, 2008 cit Balqis dkk, 2014) kelinci

dianastesi dengan eter. Luka bakar dibuat menggunakan lempeng logam

berdiameter 2 cm, dipanaskan selama 5 menit kemudian ditempelkan pada kulit

punggung kelinci selama 5 detik sampai terbentuk luka luka bakar derajat II.

Gambar 5. Skema uji penyembuhan luka bakar

Pemberian alkohol 70 % pada kulit kelinci yang sudah

dicukur

Pemanasan lempeng logam

Bulu pada punggung kelinci di cukur sampai terlihat kulit

punggung

Induksi luka bakar di kulit punggung

kelinci

Amati proses penyembuhan luka dari penurunan inflamasi eritema

dan diameter pada luka

Pemberian salep ekstrak daun gedi setiap hari (pagi

dan sore)

KELINCI

Page 42: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

26

14. Pengamatan inflamasi eritema pada luka bakar

Pengamatan inflamasi eritema pada luka bakar dilakukan 1 kali sehari

selama 21 hari untuk mengamati efektifitas masing-masing kelompok perlakuan.

Pengukuran dilakukan pada jam yang konsisten hingga hari ke 21. Hingga tidak

terlihat lagi inflamasi. Diamati warna merah pada luka dengan skala : Merah skali

(+++), Agak merah (++), Merah (+), tidak berwarna/sembuh (-).

15. Pengukuran presentase penyembuhan luka

Penyembuhan luka dilakukan dengan mengamati penurunan inflamasi

eritema dan diameter luka bakar dari hewan uji yang dimulai pada hari ke-2.

Pengamatan dilakukan setiap hari pada masing-masing hewan uji, sampai

inflamasi eritema dan diameter dari luka bakar dinyatakan sembuh.

Parameter yang digunakan adalah presentase penyembuhan luka bakar

pada hari ke – x. Perhitungan presentase diameter luka bakar dilakukan dengan

rumus sebagai berikut :

Px =

× 100 %

Keterangan :

Px = Presentase penyembuhan luka pada hari ke – x

dx1 = Diameter pada luka bakar hari pertama

dxn = Diameter pada luka bakar hari ke – n

Page 43: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

27

Gambar 6. Skema jalannya penelitian

Adaptasi selama 7 hari

Bulu pada punggung kelinci di cukur sampai terlihat kulit

punggung

Induksi luka bakar di kulit punggung kelinci

Kelompok 1

Ekstrak daun

gedi

1

Kelinci

Perlakuan Hewan

Uji

Pengukuran penurunan

inflamasi eritema dan

diameter pada luka bakar

Kelompok 3

Salep

ektsrak

6,25%

Kelompok 4

Salep

ektsrak

12,5%

Kelompok 5

Salep

ektsrak

25%

Kelompok 2

Bioplasenton

Page 44: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

28

F. Analisis Data

Konsentrasi optimum yang telah ada di variasi konsentrasi salep ekstrak

daun gedi dengan tiga variasi, konsentrasi I dengan salep estrak daun gedi

(Abelmoschus manihot L) sebesar 6,25 %, konsentrasi II dengan salep ekstrak

daun gedi (Abelmoschus manihot L) sebesar 12,5 %, konsentrasi III dengan salep

ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot L) sebesar 25 %. Data penurunan tanda

inflamasi eritema dan diameter luka bakar dianalisis secara statistik dengan uji

parametik analisis varian (ANAVA) satu arah.

Page 45: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Daun Gedi

1. Determinasi tanaman daun gedi

Determinasi tanaman daun gedi (Abelmoschus manihot L) bertujuan untuk

menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri morfologi. Determinasi

tanaman daun gedi (Abelmoschus manihot L) dilakukan di Laboratorium Program

Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Berdasarkan hasil determinasi yang dibuktikan di

Laboratorium Program Studi Biologi Universutas Sebelas Maret Surakarta

dinyatakan bahwa tanaman yang digunakan penelitian ini adalah tanaman daun

gedi sebagai berikut: 1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-

24b-25b-26b-27a-28b-29b-30b-31a-32a-33a-34a-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-

44b-45b-46e-50b-51b-53b-54b-56b-57b-58b-59d-72b-73b-74b-631b-632b-633a-

634b-635b-636b-637b-638a-639b-640b-652d-653b-655b-656a-657b-658a-659b-

660a_________________________________________________96. Malvaceae

1b-3b-5b-13b-14b-15a-16a_____________________________14. Abelmoschus

1b-2a-3b______________________________Abelmoschus manihot (L.) Medik.

(C.A. Backer & R.C. Bakhuizen van den Brink, Jr. 1963). Hasil dapat dilihat pada

lampiran 1.

2. Deskripsi tanaman daun gedi

Deskripsi tanaman daun gedi yakni, habitus: perdu, menahun, tumbuh

tegak, tinggi 1,5-7,5 meter. Akar: tunggang, bercabang-cabang, kuning muda

hingga kuning keputihan. Batang: bulat, berkayu, bercabang-cabang, percabangan

monopodial, permukaan batang muda sedikit berambut tetapi gundul pada batang

dewasa. Daun: tunggal, tersebar, helaian daun bulat hingga bulat telur

memanjang, panjang 10-60 cm, lebar 5-60 cm, pangka berlekuk seperti jantung,

tepi berbagi 5-67 taju, ujungnya membulat, berambut hingga gundul, permukaan

atas hijau tua, permukaan bawah hijau mudah, pertulangan menjari; taju daun

berbentuk segitiga atau lanset memanjang atau bulat telur memanjang atau garis,

Page 46: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

30

ujungnya runcing hingga meruncing, tepi rata hingga bergerigi; tangkai daun

bulat, panjang 2-60 cm, sedikit berambut hingga gundul, hijau; daun penumpu

sepasang, terletak bebas di kanan kiri pangkal tangkai daun, berbentuk lanset,

panjang 1-1,5 cm, hijau. Bunga: tunggal, berkelamin 2 (biseksual), berbentuk

lonceng, diameter 12 cm, tumbuh di ketiak daun, tumbuh menggantung kebawah;

tangkai bunga bulat, hijau, panjang 1-5 cm, sedikit berambut hingga gundul; daun

kelopak tambahan (epicalyx) seringkali 5, panjang 2-3 cm, lebar0,2-1 cm, hijau,

berambut; kelopak bunga berbentuk tabung, berbagi 5, tajunya bentuk lanset,

berambut, berwarna kuning cerah dan bagian tengahnya ungu; benang sari bentuk

tabung, panjang 1,5-2 cm, kepala sari hamper duduk, kuning; kepala putik

berwarna ungu gelap. Buah: buah kapsul, bulat memanjang, panjang 4-5 cm,

diameter 2,5-3 cm. Biji: kecil, banyak, berbentuk seperti ginjal, berambut.

B. Hasil Pengambilan Daun Gedi (Abelmoschus Manihot L.)

Daun gedi diambil dalam keadaan yang masih segar dan hijau, diperoleh

secara acak pada bulan januari-maret dari berbagai tempat disekitar Serui, Papua.

Hasil pengambilan daun gedi dapat dilihat pada lampiran 3. Daun gedi yang baru

dipanen dibersihkan terlebih dahulu untuk membersihkan kotoran dan cemaran

pada daun.

C. Pembuatan Serbuk Kering Daun Gedi

1. Hasil pengeringan daun gedi

Daun gedi yang sudah dirajang menjadi 4 bagian kemudian dikeringkan

dengan menggunakan oven suhu 400C sampai kering. Data rendemen berat serbuk

kering terhadap berat basah daun gedi dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rendemen berat kering terhadap berat daun basah

No Berat basah(g) Berat kering (g) Rendemen (%)b/b LOD(%)

1 6000 2800 46,6 53,3

Berdasarkan data yang diperoleh berat serbuk kering daun gedi sebesar

2800 gram dari berat basah sebesar 6000 gram, dan diperoleh rendemen serbuk

Page 47: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

31

kering terhadap berat daun basah sebesar 46,6% b/b serta nilai LOD (Lost On

Drying) sebesar 53,3 %.

2. Hasil pembuatan serbuk daun gedi

Daun gedi yang sudah kering kemudian dibuat serbuk dengan mesin

penyerbuk di Laboratotium 13 Universitas Setia Budi Surakarta, kemudian diayak

dengan derajat halus menggunakan ayakan nomor 40. Penyerbukaan bertujuan

untuk memperkecil ukuran bahan, memperluas kontak permukaan partikel dengan

pelarut sehingga pengekstraksian dapat berlangsung efektif, mempermudah dalam

pengemasan dan lebih praktis dalam penggunaan.

Hasil rendemen berat serbuk daun gedi terhadap berat kering daun gedi

2800 gram diperoleh berat serbuk 1200 sehingga rendemennya adalah 42,8%

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rendemen berat serbuk terhadap berat daun kering

No Berat daun kering (g) Berat serbuk (g) Rendemen (%)b/b

1 2800 1200 42,8

3. Hasil penetapan kelembaban daun gedi

Penetapan kelembaban pada serbuk daun gedi dilakukan dengan

menggunakan alat Moisture balance. Menimbang sebuk daun gedi sebanyak 2

gram kemudian dimasukkan kedalam alat. Kelembaban yang terlalu tinggi pada

serbuk akan memudahkan pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat merusak

sebuk.

Tabel 4. Hasil penetapan susut pengeringan serbuk daun gedi

Simplisia Penimbangan (g) Kadar air serbuk (%)

Daun gedi 2,0 5,5

2,0 5

2,0 5

Rata-rata 5,16 ± 0,5

Waktu yang diperoleh dalam penetapan kelembaban serbuk daun gedi

adalah ± 4 menit untuk setiap pengukuran. Presentase rata-rata yang didapatkan

adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban rata-rata daun gedi

memenuhi syarat, yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes RI 1979). Apabila

Page 48: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

32

kelembaban daun gedi lebih dari 10% maka besar kemugkinan dapat terjadi

kerusakan pada sebuk daun gedi.

4. Hasil identifikasi serbuk daun gedi

Identifikasi serbuk daun gedi dilakukan secara organoleptis. Identifikasi

ini untuk mengetahui sifat fisik dari serbuk daun gedi. Pemeriksaan ini meliputi

bentuk, warna, bau dan rasa. Hasil pemeriksaan organoleptis serbuk daun gedi

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil pemeriksaan organoleptis serbuk daun gedi

Organoleptis Hasil

Bentuk Serbuk

Warna Coklat Kehijauan

Bau Khas

Rasa Pahit sepat

5. Hasil pembuatan ekstrak daun gedi

Serbuk daun gedi digunakan sebanyak 500 gram untuk membuat ekstrak

daun gedi. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi selama 7 hari

menggunakan pelarut 70% dengan perbandingan 1:7 (500 g : 5 L) kemudian

diremaserasi 1:3 (500 g : 1,5 L). wadah yang digunakan berkaca gelap untuk

menghindari sinar matahari secara langsung. Proses penguapan ekstrak dilakukan

dengan Rotary evaporator pada suhu 400C samapai menjadi pekat dan bebas

alkohol. Hasil rendemen ekstrak terhadap berat serbuk kering dapat dilihat pada

tabel 6.

Tabel 6. Rendemen ekstrak etanol daun gedi

No Serbuk daun Gedi (g) Ekstrak kental (g) Rendemen (%)

1 500 116,5 g 23,3

Hasil ekstraksi serbuk daun gedi 500 g didapatkan ekstrak kental seberat

116,5 gram dan rendemen sebesar 23,3 % b/b.

6. Hasil pembuatan fraksi etil asetat daun gedi

Ekstrak kental daun gedi digunakan sebanyak 116,5 gram untuk membuat

fraksi etil asetat daun gedi. Proses fraksinasi dilakukan selama 3 hari dengan

metode bertingkat (ekstrak kental 10 gram + aquadest 75 ml : n-heksan 75 ml)

setelah terjadi perpisahan dengan n-heksan maka ekstrak difraksi lagi dengan etil

Page 49: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

33

asetat (ekstrak kental 10 gram + aquadest 75 ml : etil asetat 75 ml) diunggu

hingga terjadi pemisahan. Hasil rendemen fraksi terhadap ekstrak kental dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rendemen fraksi etil asetat daun gedi

No Ekstrak kental (g) Fraksi etil asetat (g) Rendemen (%)

1 30 2,17 7,23

Hasil ekstrak kental daun gedi 116,5 gram didapatkan fraksi etil asetat

daun gedi seberat 2,17 gram dan rendemennya sebesar 7,23%.

7. Identifikasi ekstrak kental daun gedi

Identifikasi ekstrak kental daun gedi dilakukan secara organoleptis untuk

mengetahui sifat fisik dari ekstrak kental daun gedi yaitu berupa bentuk,warna,

bau dan rasa.

Tabel 8. Hasil pemeriksaan Organoleptis ekstrak kental

Organoleptis Hasil

Bentuk Kental

Warna Hijau Kecoklatan

Bau Khas

Rasa Pahit sepat

D. Identifikasi Kandungan Kimia

Idntifikasi fraksi etil asetat daun gedi secara kualitatif dilakukan di

Laboratorium 4 Universitas Setia Budi Surakarta. Foto hasil identifikasi kimia

secara kualitatif dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil identifikasi terhadap fraksi

etil asetat daun gedi menunjukkan adanya kandungan senyawa kimia berupa

alkaloid, flavonoid, dan saponin. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan

uji kualitatif yang dilakukan dengan pustaka (Depkes 1989) dapat dilihat pada

hasil foto di lampiran 5 dan pada tabel 9.

Page 50: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

34

Tabel 9. Hasil identifikasi kualitatif kandungan kimia fraksi etil asetat daun gedi

No Kandungan

kimia Reaksi Hasil Pustaka Kesimpulan

1 Alkaloid Ekstrak+Reagen

dragondroff

Ekstrak+Reagen

Mayer

Keruh,

endapan

hijau

kecoklatan

Sedikit

Putih

Kekeruhan

atau

endapan hijau

kecoklatan

Endapan putih

endapan

kekuningan

+

2 Flavonoid Ekstrak + 0,1 g

Serbuk Mg

+ 2 ml larutan

Alkohol

: HCl (1:1)

+ amil alcohol,

Kocok kuat

Biarkan

memisah

Warna

jingga

pada

lapisan

amil

alkohol

Warna merah

atau kuning

atau

jingga pada

lapisan

amil alkohol

+

3 Tanin larutan sampel

Sebanyak 5 ml

+3 tetes FeCl3

1%

warna

hijau

kehitaman

warna hijau

violet atau

hijau

kehitaman

+

E. Hasil Pembuatan Salep fraksi etil asetat daun gedi

1. Hasil pengujian mutu fisik sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi

(Abelmoschus Manihot L.)

Uji mutu fisik sediaan krim yang dilakukan adalah uji organoleptis,

homogenitas, uji pH, viskositas, daya sebar, daya lekat dan uji kemampuan

proteksi.

1.1 Uji organoleptis Salep. Pengujian organoleptis salep fraksi etil asetat

dengan etanol 70% daun gedi yang diamati adalah warna, bau dan konsistensi.

Sediaan yang dihasilkan sebaiknya memiliki warna yang menarik, bau yang

menyenangkan dan konsistensi yang bagus. Hasil yang diperoleh terhadap

pengamatan organoleptis salep etil asetat etanol 70% daun gedi dapat dilihat pada

tabel 10.

Page 51: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

35

Tabel 10. Hasil pengujian organoleptis formula salep fraksi etil asetat daun gedi

(Abelmoschus Manihot L.)

Pemeriksaan Waktu F1 F2 F3

Warna Hari ke-2 putih Hijau kehitaman Hijau kehitaman

Minggu 1 putih Hijau kehitaman Hijau kehitaman

Minggu 2 putih Hijau kehitaman Hijau Kehitaman

Minggu 3 putih Hijau kehitaman Hijau kehitaman

Bau Hari ke-2 Tidak Khas Khas Khas

Minggu 1 Tidak Khas Khas Khas

Minggu 2 Tidak Khas Khas Khas

Minggu 3 Tidak Khas Khas Khas

Konsistensi Hari ke-2 Semi padat Semi padat Semi padat

Minggu 1 Semi padat Semi padat Semi padat

Minggu 2 Semi padat Semi padat Semi padat

Minggu 3 Semi padat Semi padat Semi padat

Hasil pengujian salep fraksi daun gedi menunjukkan warna, bau dan

konsistensi yang sama dari hari ke-2 stelah pembuatan hingga minggu ke-3, yaitu

berwarna hijau kehitaman. Berbau khas dan konsistensi semi padat. sedangkan

pada formula 1 warna bau dan konsentrasi tetap stabil tidak ada perubahan.

Kesimpulan dari hasil pengamatan adalah warna, bau, dan konsistensi stabil

selama penyimpanan.

1.2 Uji homogenitas Salep. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

homogenitas dari formula salep yang diteliti, penting untuk dilakukan karena

homogenitas berpengaruh terhadap efektivitas dari sediaan tersebut. Hasil uji

homogenitas dari ke tiga formula salep dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji homogenitas sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi.

Formula Hari ke-2 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Formula I 6,25% Homogen Homogen Homogen Homogen

Formula II 12,5% Homogen Homogen Homogen Homogen

Formula III 25% Homogen Homogen Homogen Homogen

Hasil penggujian menunjukkan bahwa masing-masing formula salep yang

dioleskan pada sekeping kaca menunjukkan susunan yang homogen dari minggu

ke-1 setelah pembuatan sampai minggu ke-3. Sediaan salep yang homogen

mengindikasikan bahwa ketercampuran dari bahan krim dengan fraksi etil asetat

daun gedi, tidak didapat gumpalan atau butiran kasar pada sediaan. Sediaan salep

yang homogen tidak menimbulkan iritasi dan terdistribusi merata ketika

digunakan.

Page 52: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

36

1.3. Uji pH salep. Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH stik

yang dimasukkan kedalam sediaan salep fraksi etil asetat daun gedi, didiamkan 1

menit, perubahan warna yang terjadi pada pH stik menunjukkan nilai pH dari

salep, yang dicocokkan dengan pH indikator. Hasil uji pH dari ke tiga formula

salep dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Uji pH krim ekstrak etanol 70% daun sirsak dan daun sirih

Pemeriksaan

waktu

Formula

I

Formula

II

Formula

III

Hari ke-2 6 6 6

Minggu 1 6 6 6

Minggu 2 6 6 6

Minggu 3 6 6 6

Gambar 7. Histogram hasil uji pH salep fraksi etil asetat daun gedi.

Uji pH pada tabel 11 dan gambar 6, menunjukkan hasil yang sama antara

formula I, sampai III dari hari ke-2 setelah pembuatan salep fraksi etil asetat daun

gedi sampai minggu ke-3 penyimpanan. Salep fraksi etil asetat daun gedi

memiliki pH 6 yang sesuai dengan kriteria pH kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga aman

untuk digunakan, karena pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit sedangkan

pH yang terlalu basa dapat membuat kulit bersisik .

0

1

2

3

4

5

6

7

Category 1 minggu 2 minggu 3

Uji pH

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Page 53: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

37

1.4 Uji viskositas Salep. Salep fraksi etil asetat daun gedi diuji

viskositasnya dengan alat viskometer. Viskositas sangat berpengaruh terhadap

efektifitas terapi yang diinginkan serta kenyamanan penggunaan sehingga tidak

boleh terlalu keras dan terlalu encer. Viskositas salep yang terlalu encer akan

menyebabkan waktu lekat dari basis sebentar sehingga efektifitas penghantaran

zat aktif menjadi rendah, jika viskositas sediaan terlalu kental dapat memberikan

ketidak nyamanan saat sediaan digunakan. Ketiga formula salep yang diteliti

mempunyai viskositas yang berbeda dengan tiga kali replikasi. Hasil pengamatan

uji viskositas dapat dilihat pada table dibawah.

Tabel 13. Hasil uji viskositas salep fraksi etil asetat daun gedi

Waktu Formula I

(Dpas)

Formula II

(Dpas)

Formula III

(Dpas)

Minggu 1 600±0,00 600±0,00 600±0,00

Minggu 2 520±20,00 523,33±32,14 550±5,77

Minggu 3 490±10,00 486,67±15,27 486,67±15,27

Dari tabel 12 menunjukkan bahwa salep freksi etil asetat yang diuji pada

alat viskometer menunjukkan viskositas formula III yang paling besar

dibandingkan dengan formula yang lain dengan urutan formula I ,II dan III.

Viskositas yang baik yaitu memiliki nilai yang tinggi, semakin tinggi viskositas

suatu bahan maka bahan tersebut semakin stabil karena pergerakan partikel

cenderung lebih sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan (Schmitt dan

Williams 1996).

Data viskositas dari tiga formula tersebut kemudian diuji menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data uji viskositas terdistribusi

normal atau tidak. Hasil yang didapat dari analisis data viskositas menunjukkan

nilai sig yaitu 0,134 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

normal. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA dua jalan untuk mengetahui adanya

perbedaan viskositas diantara ketiga formula. Berdasarkan hasil uji levene’s test

data viskositas dinyatakan homogen dengan dengan nilai sig 0,04 < 0,05. Hasil uji

ANOVA dua jalan menunjukkan terdapat pengaruh antar formula terhadap

viskositas, waktu penyimpanan terhadap viskositas sediaan salep, hal ini dapat

dilihat dari nilai signifikan 0,00 < 0,05, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Page 54: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

38

Jika dilihat dari hasil plot, dapat disimpulkan FIII menunjukkan hasil viskositas

yang lebih stabil dibandingan FI dan FII. Hasil pada lampiran 6.

Gambar 8. Histogram hasil uji viskositas salep fraksi etil asetat daun gedi.

1.5. Uji daya sebar salep. Uji daya sebar salep fraksi eti asetat daun gedi

untuk mengetahui seberapa luas penyebaran krim pada permukaan kulit yang akan

diobati. Salep fraksi etil asetat daun gedi diuji pada kaca bulat berdiameter, kaca

lainnya diletakkan diatasnya dengan menambahkan beban diamati berapa

diameter salep yang menyebar. Hasil pengamatan uji daya sebar salep dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil uji daya sebar salep

Formula Replikasi Diameter penyebaran (cm)

Minggu I Minggu II Minggu III

Formula I Replikasi 1 4,20±0,35 4,05±0,50 4,32±0,38

Replikasi 2 4,30±0,53 4,21±0,62 4,46±0,47

Replikasi 3 4,22±0,46 4,38±0,64 4,63±0,39

Formula II Replikasi 1 4,31±0,46 4,55±0,49 4,31±0,54

Replikasi 2 4,25±0,50 4,02±0,45 4,41±0,44

Replikasi 3 4,20±0,48 4,33±0,49 4,42±0,39

Formula III Replikas 1 4,30±0,49 4,19±0,40 4,32±0,49

Replikasi 2 4,23±0,58 4,13±0,40 4,40±0,52

Replikasi 3 4,10±0,56 4,07±0,32 4,30±0,40

0

100

200

300

400

500

600

700

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Uji Viskositas

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Page 55: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

39

Daya sebar berhubungan dengan viskositas, semakin besar viskositas salep

maka daya sebar krim menjadi semakin kecil. Tabel menunjukkan bahwa salep

fraksi etil asetat daun gedi setiap penambahan beban terjadi peningkatan diameter

peyebaran pada lempeng kaca, karena luas penyebaran berbanding lurus dengan

kenaikan beban yang ditambahkan, semakin besar beban yang ditambahkan maka

luas penyebarannya semakin besar. Perbedaan daya sebar berpengaruh pada

kecepatan difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas membran

tempat sediaan menyebar maka koefisien difusi makin besar dan mengakibatkan

difusi obat akan semakin meningkat.

Data uji daya sebar dari kelima formula tersebut kemudian diuji

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data tersebut

terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang didapat dari analisis data uji daya sebar

menunjukkan nilai sig yaitu 0,893 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA dua jalan untuk

mengetahui adanya perbedaan daya sebar diantara ketiga formula. Berdasarkan

hasil uji levene’s test data daya sebar dinyatakan homogen dengan dengan nilai

sig 0,156 > 0,05. Hasil uji ANOVA dua jalan menunjukkan terdapat pengaruh

antar formula terhadap daya sebar, waktu penyimpanan terhadap daya sebar

sediaan salep, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6.

Gambar 9. Histogram Uji Daya Sebar Salep fraksi etil asetat daun gedi.

3,7

3,8

3,9

4

4,1

4,2

4,3

4,4

4,5

4,6

4,7

minggu 1 minggu 2 minggu 3

Uji Daya Sebar

formula 1 formula 2 formula 3

Page 56: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

40

1.6 Uji daya lekat salep. merupakan salah satu pengujian untuk

mengetahui kekuatan krim melekat pada kulit. Hasil pengamatan uji daya lekat

krim selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil uji daya lekat salep

Waktu

Hari

Formula I

(detik)

Formula II

(detik)

Formula III

(detik)

Minggu 1 6,01±0,01 6,37±0,21 7,07±0,17

Minggu 2 5,87±0,15 6,17±0,21 7,01±0,36

Minggu 3 5,07±0,26 5,97±0,06 6,73±0,31

Tabel menunjukkan bahwa formula III memiliki daya lekat paling lama

dibandingkan dengan formula lainnya dengan urutan formula I dan II. Perbedaan

lama daya lekat dapat dipengaruhi karena penggunaan konsentrasi yang berbeda.

Formula III mengandung konsentrasi ekstrak terbesar sehingga daya lekatnya juga

semakin lama.

Data uji daya lekat dari ketiga formula tersebut kemudian diuji

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data tersebut

terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang didapat dari analisis data uji daya lekat

menunjukkan nilai sig 0,331 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi normal. Uji Anova antara daya lekat dengan waktu penyimpanan

menunjukkan nilai sig 0,074 > 0,05 artinya daya lekat krim selama penyimpanan

ada perbedaan disetiap konsentrasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Jika dilihat dari hasil plot, dapat disimpulkan FIII menunjukkan hasil daya lekat

yang lebih stabil dibandingan, FI dan FII. Hasilnya pada lampiran 6.

Gambar 10. Histogram Uji daya Lekat salep fraksi etil asetat daun gedi

0

2

4

6

8

10

minggu 1 minggu 2 minggu 3

Uji daya Lekat

formula 1 formula 2 formula 3

Page 57: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

41

F. Hasil Uji Aktivitas Penyembuhan Luka

Hasil uji persentase rata – rata penyembuhan luka bakar selama 21 hari

terhadap kulit punggung kelinci putih New Zealand dapat dilihat pada tabel 16.

Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 7.

Tabel 16. Persentase rata-rata penyembuhan luka

Persen rata-tara penyembuhan luka bakar

6,25% 12,5% 25% Kontrol Positif Kontrol negatif

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

7,01 6,49 8,12 8,57 4,53

11,45 11,72 13,63 14,60 6,32

11,45 11,72 13,63 14,60 7,43

17,67 16,16 21,58 20,77 9,18

20,22 18,64 25,41 23,53 10,47

22,68 20,10 27,96 26,88 12,48

23,79 23,29 31,02 30,86 14,96

25,84 26,37 33,25 33,24 17,78

28,16 28,63 35,70 34,76 19,28

30,13 30,91 38,68 37,50 21,37

33,12 32,89 41,53 40,72 25,63

36,65 37,48 44,04 44,10 30,72

39,27 40,85 49,36 50,08 36,56

52,33 55,92 76,04 75,12 43,73

61,68 71,40 85,00 86,12 53,72

67,02 76,09 91,26 91,26 63,19

81,73 94,19 92,54 99,69 74,67

87,10 95,97 95,87 99,89 85,63

95,17 97,63 98,44 100 92,42

Pada tabel 15, Kontrol positif (Salep mebo), konsentrasi daun gedi 6,25%

(Formula 1), konsentrasi daun gedi 12,5% (Formula 2), konsentrasi daun gedi

25% (Formula 3), serta kontrol negatif aktivitas penyembuhannya dimulai pada

hari ke-3. Pada kontrol negatif (basis) sebagai pembanding yang menyebabkan

aktivitas penyembuhannya dimulai paling lama. Kontrol positif (salep Mebo)

menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang paling cepat dibandingkan dengan

semua konsentrasi dan kontrol negatif. Sedangkan pada sediaan uji salep fraksi

etil asetat daun pandan, salep dengan konsentrasi daun gedi sebesar 25% (Formula

3) menunjukkan aktivitas yang paling baik dari konsentrasi daun gedi 6,25%

Page 58: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

42

(Formula 1) dan 12,5% (Formula 2). Pada hari ke-21 konsentrasi daun gedi 25%

(Formula 3) persentase penyembuhan luka sebesar 98,44% mendekati kontrol

positif (Salep Mebo). Berdasarkan hasil analisa data menggunakan Analisis varian

terhadap persen penyembuhan luka menunjukkan data terdistribusi normal dengan

nilai signifikansi pada kontrol negatif, 0,312 > 0,05, formula I 0,866 > 0,05,

formula II 0,098 > 0,05 dan pada formula III 0,582 > 0,005 artinya rata – rata

pada data tersebut terdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis

ANOVA. Pada hasil analisis Lavene test nilai signifikansi adalah 0,028 < 0,05 data

tersebut homogen. Hasil uji ANOVA nilai signifikansinya adalah 0,00 < 0,05

artinya terdapat beda nyata. Kontrol negatif tidak ada beda nyata dengan formula I

(6,25%) namun ada beda nyata dengan kontrol positif (Salep Mebo), formula II

(12,5%) dan formula III (25%). Hal ini menunjukkan formula I (6,25%) memiliki

aktfitas penyembuhan luka yang paling rendah dibandingkan dengan kedua

formula lainnya. Kontrol positif (Salep Mebo) tidak ada beda nyata dengan

formula III (25%) dan ada beda nyata dengan lainnya. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa formula III (25%) memiliki aktivitas penyembuhan luka

bakar paling baik diantara ketiga formula dan kontrol negatif. Dari semua dosis

formula yang memiliki dosis optimum untuk penyembuhan luka adalah dosis pada

formula II (12,5%).

Proses penyembuhan luka bakar dibutuhkan beberapa proses untuk

meregenerasi jaringan yang telah rusak, dalam hal ini proses epitelisasi terjadi

setelah pertumbuhan dari jaringan granulasi yang terlebih dahulu diawali dengan

proses inflamasi dimana terjadi permeabilitas membran sel sehingga terjadi rubor

(kemerahan) dan juga peradangan. Proses ini bertujuan agar sel darah putih dan

trombosit membatasi kerusakan yang lebih serius juga mempercepat

penyembuhan. inflamasi disebabkan oleh pelepasan berbagai mediator yang

berasal dari jaringan rusak, sel mast, leukosit dan komplemen. Mediator –

mediator tersebut menyebabkan munculnya tanda – tanda inflamasi seperti kalor,

dolor, rubor, tumor, dan fungsio laesa. Proses ini terjadi pada hari pertama sampai

hari ke-5. Pada proses ini aktivitas antiinflamasi flavonoid berperan secara

optimal untuk membatasi pelepasan mediator inflamasi dengan cara menghambat

Page 59: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

43

COX-2, lipooksigenase dan tirosin kinase, sehingga terjadi pembatasan jumlah sel

inflamasi yang bermigrasi ke jaringan luka. Selanjutnya reaksi inflamasi akan

berlangsung lebih singkat dan kemampuan proliferatif dari TGF-β tidak

terhambat, sehingga proliferasi segera terjadi. Aktivitas flavonoid dalam

meningkatkan kontraksi luka juga didukung oleh mekanisme antioksidan yang

menghambat peroksidasi lipid, melindungi kulit dari radikal bebas dan melindungi

jaringan dari stres oksidatif akibat cedera. Saponin memicu adanya kolagen,

semakin banyak adanya kolagen akan semakin cepat menarik fibroblast ke tepi

luka dan fibroblast akan mengalami perubahan fenotif menjadi miofibroblast yang

mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan kemudian melekat, sehingga dengan

berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini menghasilkan

kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian mengumpulkan matriks

jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan menghasilkan fibrosis padat

(pembentukan jaringan parut kolagen), yang dapat melakukan remodeling lebih

lanjut sesuai perjalanan waktu (Cotran & Michel 2003). Selain itu saponin dan

tanin memiliki sifat antimikroba yang dapat mengurangi peradangan lokal dan

kerusakan jaringan. Dengan dicapainya luka yang bersih, jaringan akan menjadi

steril dan siap memasuki proses proliferasi. Proses proliferasi disebut sebagai fase

perbaikan luka yang ditandai dengan proses re-epitelisasi, fibroplasia,

angiogenesis, dan kontraksi luka. Proses proliferasi terjadi ketika luka menjadi

meradang berbentuk benjolan halus yang disebut granula sehingga epitel pada tepi

luka yang terdiri dari sel basal terlepas dan mengisi permukaan luka dan sel akan

mengalami pembelahan secara mitosis hingga menjadi matang pada perlakuan ini

terjadi pada hari ke-6 sampai hari ke- 9. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik

yang membantu mencerna bakteri dan jaringan – jaringan yang rusak. Limfosit

dan monosit yang kemudian terjadi proses fagositosis mikroorganisme dan

jaringan – jaringan yang rusak, saat fase inflamasi dipercepat sehingga akan lebih

cepat pula fase proliferasi pada penyembuhan luka (Moenadjat 2001).

Pada luka, tanin yang bersifat astringen juga melakukan penangkalan

radikal bebas, meningkatkan oksigenasi, meningkatkan pembentukan pembuluh

darah kapiler dan fibroblast sehingga membantu penyembuhan. Tanin dan

Page 60: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

44

flavonoid juga berfungsi untuk angiogenesis yakni proses pembentukan pembuluh

darah baru, inhibisi vascular endothelial growth. Adapun proses pematangan

(maturasi) ini tiap luka berbeda-beda tergantung pada efek sediaan yang telah

diformulasi dan juga keadaan fisiologi hewan uji, proses ini berlangsung dari hari

ke-9 sampai hari ke-21 (Utami et al. 2015). Dalam penelitian ini, jika

dibandingkan antara ke-3 sediaan salep daun gedi dengan basis dalam

memberikan efek penutupan luas luka bakar dapat dikatakan semakin besar

konsentrasi daun gedi akan semakin tinggi pula kandungan senyawa – senyawa

alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid. Semakin banyak kandungan senyawa yang

ada maka semakin besar efek penutupan luas luka bakar, hal ini ditunjukkan

dengan hasil pengamatan, dimana luka yang paling cepat tertutup adalah

konsentrasi 25%, kemudian 12,5% dan efek terkecil adalah 6,25%.

Gambar 11. Histogram penyembuhan luka salep fraksi etil aseat daun gedi

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021

Penyembuhan Luka

Persen rata-tara

penyembuhan luka bakar

6,25%

Persen rata-tara

penyembuhan luka bakar

12,50%

Persen rata-tara

penyembuhan luka bakar

25%

Persen rata-tara

penyembuhan luka bakar

Kontrol Positif

Persen rata-tara

penyembuhan luka bakar

Kontrol negatif

Page 61: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

45

G. Hasil Uji Penurunan Inflamasi Eritema

Pada penelitian ini menunjukkan adanya penurunan inflamasi eritema

yang baik dari minggu 1-minggu ketiga dan mengalami penyembuhan. Hasil

dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Penurunan inflamasi eritema

No Inflamasi Kesimpulan

Minggu 1 Merah +++

Minggu 2 Agak merah ++

Minggu 3 Sembuh -

Page 62: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, fraksi etil asetat daun gedi mempunyai aktivitas terhadap

penyembuhan luka bakar derajat II dan penurunan inflamasi eritema pada

punggung kelinci putih zew Zealand.

Kedua, pemberian dosis salep fraksi eti asetat daun gedi dapat

meningkatkan aktivitas penyembuhan luka dan penurunan inflamasi eritema, dosis

yang efektif adalah pada salep 12,5%.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

Pertama, Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa apa saja

yang berperan dalam penyembuhan luka dan penurunan inflamasi eritema.

Kedua, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang parameter

penyembuhan luka dan antiinflamasi lain yang dapat dipengaruhi dengan

pemberian fraksi etil asetat daun gedi.

Ketiga, perlu dilakukan percobaan bentuk sediaan lain seperti krim atau

gel dari fraksi etil asetat daun gedi.

Page 63: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

47

DAFTAR PUSTAKA

4h-Ontario. 2009. 4-H Rabbit Manual. Quelph, on NIH 6j2. Canada: 4-H Ontario.

[Departemen Kesehatan Republik Indonesia]. 2000, Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakatra: Bakti Husada, 13-18.

Andersen OM, Markham KM, editor. 2006. Flavonoids: chemistry, biochemistry,

and applications. 6000 Broken Sound Parkway, NW: CRC Press Taylor &

Francis Group.

Ansel, HC. 1989. Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: Indonesia

University Press.

Cook, N. C., & Samman, S. (1996). Flavonoids—chemistry, metabolism,

cardioprotective effects, and dietary sources. The Journal of nutritional

biochemistry, 7(2), 66-76.

Darwin. 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan

Alam Hayati Manusia Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan

rekayasa Bioteknologi. Padang: FMIPA, UAP.

Day RA, Underwood AL. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke 6. Jakarta :

Erlangga.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jendral

Pengawasan Obat Dan Makanan.

Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I)

Jilid I. Jakarta: Depkes RI.

Dyatmiko W. 2003. Efek Antiinflamasi Perasan Kering Buah Morinda Citrifolia

Linn. Secara Peroral pada Tikus Putih. Berk. Panel. Hayati 9:53-54.

Harborne, JB. 1987. Metode Fitokimia. K. Padmawinata dan I Soediro,

Penerjemah; Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York : McGraw-Hill Comp.

Hernani MY, Mufrod, Sugiyono. 2012. Formulasi Salep Ekstrak Air Tokek

(Gekko gecko L) Untuk Penyembuhan Luka. Majalah Farmaseutik 8:120-

126.

Page 64: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

48

Katzung BG. 2002. Basic & Clinical Pharmacology (Farmakologi Klinik), Edisi

III, 585-587, penerjemah; Andrianto. P, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Katzung, Betram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2 Ed ke-8.

Penerjemah; Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,

Universitas Airangga. Salemba Medika. Terjemahan dari: Basic and

Clinical Pharmacology.

Katzung BG. dan Trevor.A.J, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba

Medika, Jakarta.

Katzung, B, G. (2010). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi X. Buku

Kedokteran. EGC, Jakarta.

[Kementrian kesehatan RI]. 2010. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Liu, Y., Xianyin L., Xiaomei L., Yuying Z., Jingrong C. 2006. Interactions

Between Thrombin with Flavonoids from Abelmoschus manihot (L.)

Medicus by CZE. Chromatographia 2006 (64): 45.

Moenadjat Y. 2001. Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta:BP-FK-UI.

Halm 1-91.

Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar, Pengetahuan Klinik Praktis. Edisi 2. Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Mycek, J. M., Harvey, R, A., dan Champe C,C. (2001). Farmakologi Ulasan

Bergambar. Edisi II. Widya Medica, Jakarta.

Prince, S, A and Wilson, L, M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses

Penyakit. Edisi IV. EGC, Jakarta.

Robinson T. 1995.Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K,

Penerjemah; Sutomo T, Penyunting; Bandung: ITB. Terjemahan dari : The

Organic Constituents Of Higher Plants 6th edition.

Sander, Mochamad Aleq. (2010), Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Rajawali

Pers, Jakarta.

Sheehy SB, Blansfield JS, Danis DM, Gervasinni AA. 1999. Manual Of Clinical

Trauma Care The First Hour Third Edition. St.Louis Missouri: Mosby

Sutedjo MM. 2004. Pengembangan Kultur Tanaman Berkhasiat Obat.

Page 65: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

49

Silbernagl, S., and Lang, F. (2000). Color Atlas Of Pathophysiology. Thieme Fl.

Suryadi I A, Asmarajaya, A. and Maliawan, S., 2012, Proses Penyembuhan dan

Penanganan Luka. Ilmu Penyakit Bedah, FK Universitas Udayana, Bali,

pp.1–19.

Velioglu, Y. S., Mazza, G., Gao, L., & Oomah, B. D. (1998). Antioxidant activity

and total phenolics in selected fruits, vegetables, and grain products.

Journal of agricultural and food chemistry, 46(10), 4113-4117.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh

Soendani NS. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. exibook. New

York.

Xue, C., Guo, J., Qian, D., Duan, J. A., Shang, E., Shu, Y., & Lu, Y. (2011).

Identification of the potential active components of Abelmoschus manihot

in rat blood and kidney tissue by microdialysis combined with ultra-

performance liquid chromatography/quadrupole time-of-flight mass

spectrometry. Journal of Chromatography B, 879(5), 317-325.

Yunita FC, 2004. Ekstrasi daging biji pincung (Pagium edule) dan uji toksisitas

terhadap Aretmia salina Leach. Jurnal Farmasi 4(1):1-5.

Page 66: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

50

LAMPIRAN

Page 67: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

51

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Abelmoschus manihot (L.) Medik

Page 68: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

52

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen

1. Rendemen berat kering terhadap berat basah daun gedi

No

Berat basah

daun gedi (g)

Berat kering

daun gedi (g)

Rendemen

(%)b/b

LOD

(%)b/b

1 6000 2800 46,6% 53,3%

Perhitungan rendemen:

( ) ( )

( )

( ) ( )

( )

( )

Perhitungan LOD (Lost On Drying) = 100% - persen rendemen

= 100% - 46,6%

= 53,3%

2. Rendemen persen serbuk kering terhadap daun kering daun gedi

No

Berat kering

daun gedi (g)

Berat serbuk

daun gedi (g)

Rendemen

(%)b/b

1 2800 1200 42,8%

Perhitungan rendemen:

( ) ( )

( )

( ) ( )

( )

( )

3. Rendemen persen ekstrak kental terhadap serbuk daun gedi

No

Berat ekstrak serbuk

daun gedi (g)

Berak ekstrak kental (g)

Rendemen

(%)b/b

1 500 116,5 23,3

Perhitungan rendemen:

( ) ( )

( )

( ) ( )

( )

( )

Page 69: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

53

Lampiran 3. Foto alat dan bahan

Daun gedi

Serbuk daun gedi Basis salep

Alat uji viskositas Alat uji daya sebar Alat uji daya lekat

Salep dengan setiap konsentarsi Fraksi etil asetat Hasil fraksi etil asetat

Page 70: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

54

Lampiran 4. Gambar penyembuhan luka

Gambar luka hari ke-1 dengan diameter ±2 cm

K- K+

F1 F2 F3

Gambar luka hari ke-7

F I F II

F III

K - K +

Page 71: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

55

K+ K -

F1 F2 F3

Gambar luka hari ke-14

F1 F2 F3

K - K+

Gambar luka hari ke-21

Page 72: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

56

Lampiran 5. Identifikasi Senyawa kimia

Page 73: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

57

Lampiran 6. Hasil Uji Statistik

1. Daya Lekat

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Daya_lekat

N 27 Normal Parameters

a,,b Mean 6.4111

Std. Deviation .65300 Most Extreme Differences Absolute .182

Positive .182 Negative -.106

Kolmogorov-Smirnov Z .947 Asymp. Sig. (2-tailed) .331

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Formula 1 F1 9

2 F2 9

3 F3 9 Waktu 1 minggu 1 9

2 minggu 2 9

3 minggu 3 9

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Daya_lekat

Formula Waktu Mean Std. Deviation N

F1 minggu 1 6.1000 .10000 3

minggu 2 5.8667 .15275 3

minggu 3 5.7000 .26458 3

Total 5.8889 .23688 9

F2 minggu 1 6.3667 .20817 3

minggu 2 6.1667 .20817 3

minggu 3 5.9667 .05774 3

Total 6.1667 .22913 9

F3 minggu 1 7.7000 .17321 3

minggu 2 7.1000 .36056 3

minggu 3 6.7333 .30551 3

Total 7.1778 .49188 9

Total minggu 1 6.7222 .75627 9

minggu 2 6.3778 .59954 9

minggu 3 6.1333 .50744 9

Total 6.4111 .65300 27

Page 74: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

58

Levene's Test of Equality of Error Variances

a

Dependent Variable:Daya_lekat

F df1 df2 Sig.

1.774 8 18 .149

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Formula + Waktu + Formula * Waktu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Daya_lekat

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 10.193a 8 1.274 25.674 .000

Intercept 1109.763 1 1109.763 22360.903 .000 Formula 8.282 2 4.141 83.440 .000 Waktu 1.576 2 .788 15.873 .000 Formula * Waktu .336 4 .084 1.690 .196 Error .893 18 .050 Total 1120.850 27 Corrected Total 11.087 26 a. R Squared = .919 (Adjusted R Squared = .884)

Parameter Estimates

Dependent Variable:Daya_lekat

Parameter B Std. Error t Sig.

Intercept 6.733 .129 52.350 .000 [Formula=1] -1.033 .182 -5.681 .000 [Formula=2] -.767 .182 -4.215 .001 [Formula=3] 0

a . . .

[Waktu=1] .967 .182 5.314 .000 [Waktu=2] .367 .182 2.016 .059 [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=1] * [Waktu=1] -.567 .257 -2.203 .041 [Formula=1] * [Waktu=2] -.200 .257 -.777 .447 [Formula=1] * [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=2] * [Waktu=1] -.567 .257 -2.203 .041 [Formula=2] * [Waktu=2] -.167 .257 -.648 .525 [Formula=2] * [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=3] * [Waktu=1] 0a . . .

[Formula=3] * [Waktu=2] 0a . . .

[Formula=3] * [Waktu=3] 0a . . .

a. This parameter is set to zero because it is redundant.

Page 75: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

59

Parameter Estimates

Dependent Variable:Daya_lekat

Parameter

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Intercept 6.463 7.004 [Formula=1] -1.415 -.651 [Formula=2] -1.149 -.385 [Formula=3] . . [Waktu=1] .585 1.349 [Waktu=2] -.015 .749 [Waktu=3] . . [Formula=1] * [Waktu=1] -1.107 -.026 [Formula=1] * [Waktu=2] -.740 .340 [Formula=1] * [Waktu=3] . . [Formula=2] * [Waktu=1] -1.107 -.026 [Formula=2] * [Waktu=2] -.707 .374 [Formula=2] * [Waktu=3] . . [Formula=3] * [Waktu=1] . . [Formula=3] * [Waktu=2] . . [Formula=3] * [Waktu=3] . .

Estimated Marginal Means

1. Formula

Dependent Variable:Daya_lekat

Formula Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 5.889 .074 5.733 6.045 F2 6.167 .074 6.011 6.323 F3 7.178 .074 7.022 7.334

2. Waktu

Dependent Variable:Daya_lekat

Waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 6.722 .074 6.566 6.878 minggu 2 6.378 .074 6.222 6.534 minggu 3 6.133 .074 5.977 6.289

3. Formula * Waktu

Dependent Variable:Daya_lekat

Formula Waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 minggu 1 6.100 .129 5.830 6.370

minggu 2 5.867 .129 5.596 6.137

minggu 3 5.700 .129 5.430 5.970

F2 minggu 1 6.367 .129 6.096 6.637

minggu 2 6.167 .129 5.896 6.437

minggu 3 5.967 .129 5.696 6.237

F3 minggu 1 7.700 .129 7.430 7.970

minggu 2 7.100 .129 6.830 7.370

minggu 3 6.733 .129 6.463 7.004

Page 76: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

60

Post Hoc Tests

Formula

Multiple Comparisons

Daya_lekat Tukey HSD

(I) Formula

(J) Formula

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 F2 -.2778* .10502 .042 -.5458 -.0098

F3 -1.2889* .10502 .000 -1.5569 -1.0209

F2 F1 .2778* .10502 .042 .0098 .5458

F3 -1.0111* .10502 .000 -1.2791 -.7431

F3 F1 1.2889* .10502 .000 1.0209 1.5569

F2 1.0111* .10502 .000 .7431 1.2791

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .050. *. The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

Daya_lekat

Tukey HSDa,,b

Formula N

Subset

1 2 3

F1 9 5.8889 F2 9 6.1667 F3 9 7.1778

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .050. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Waktu

Multiple Comparisons

Daya_lekat Tukey HSD

(I) Waktu (J) Waktu Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 minggu 2 .3444* .10502 .011 .0764 .6125

minggu 3 .5889* .10502 .000 .3209 .8569

minggu 2 minggu 1 -.3444* .10502 .011 -.6125 -.0764

minggu 3 .2444 .10502 .077 -.0236 .5125

minggu 3 minggu 1 -.5889* .10502 .000 -.8569 -.3209

minggu 2 -.2444 .10502 .077 -.5125 .0236

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .050. *. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 77: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

61

Homogeneous Subsets

Daya_lekat Tukey HSD

a,,b

Waktu N

Subset

1 2

minggu 3 9 6.1333 minggu 2 9 6.3778 minggu 1 9 6.7222

Sig. .077 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .050. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Profile Plots

Page 78: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

62

2. Daya Sebar

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Daya_sebar

N 27 Normal Parameters

a,,b Mean 4.2819

Std. Deviation .14539 Most Extreme Differences Absolute .111

Positive .111 Negative -.105

Kolmogorov-Smirnov Z .577 Asymp. Sig. (2-tailed) .893

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Formula 1 F1 9

2 F2 9

3 F3 9 Waktu 1 minggu 1 9

2 Minggu 2 9

3 minggu 3 9

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Daya_sebar

Formula Waktu Mean Std. Deviation N

F1 minggu 1 4.2400 .05292 3

Minggu 2 4.2133 .16503 3

minggu 3 4.4700 .15524 3

Total 4.3078 .16873 9

F2 minggu 1 4.2533 .05508 3

Minggu 2 4.3000 .26627 3

minggu 3 4.3800 .06083 3

Total 4.3111 .14995 9

F3 minggu 1 4.2100 .10149 3

Minggu 2 4.1300 .06000 3

minggu 3 4.3400 .05292 3

Total 4.2267 .11225 9

Total minggu 1 4.2344 .06635 9

Minggu 2 4.2144 .17565 9

minggu 3 4.3967 .10476 9

Total 4.2819 .14539 27

Page 79: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

63

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Daya_sebar

F df1 df2 Sig.

1.744 8 18 .156

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Formula + Waktu + Formula * Waktu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Daya_sebar

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .253a 8 .032 1.915 .120

Intercept 495.025 1 495.025 30008.244 .000 Formula .041 2 .021 1.248 .311 Waktu .180 2 .090 5.449 .014 Formula * Waktu .032 4 .008 .481 .749 Error .297 18 .016 Total 495.575 27 Corrected Total .550 26 a. R Squared = .460 (Adjusted R Squared = .220)

Parameter Estimates

Dependent Variable:Daya_sebar

Parameter B Std. Error t Sig.

Intercept 4.340 .074 58.527 .000 [Formula=1] .130 .105 1.240 .231 [Formula=2] .040 .105 .381 .707 [Formula=3] 0

a . . .

[Waktu=1] -.130 .105 -1.240 .231 [Waktu=2] -.210 .105 -2.002 .061 [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=1] * [Waktu=1] -.100 .148 -.674 .509 [Formula=1] * [Waktu=2] -.047 .148 -.315 .757 [Formula=1] * [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=2] * [Waktu=1] .003 .148 .022 .982 [Formula=2] * [Waktu=2] .130 .148 .877 .392 [Formula=2] * [Waktu=3] 0

a . . .

[Formula=3] * [Waktu=1] 0a . . .

[Formula=3] * [Waktu=2] 0a . . .

[Formula=3] * [Waktu=3] 0a . . .

a. This parameter is set to zero because it is redundant.

Page 80: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

64

Parameter Estimates

Dependent Variable:Daya_sebar

Parameter

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Intercept 4.184 4.496 [Formula=1] -.090 .350 [Formula=2] -.180 .260 [Formula=3] . . [Waktu=1] -.350 .090 [Waktu=2] -.430 .010 [Waktu=3] . . [Formula=1] * [Waktu=1] -.412 .212 [Formula=1] * [Waktu=2] -.358 .265 [Formula=1] * [Waktu=3] . . [Formula=2] * [Waktu=1] -.308 .315 [Formula=2] * [Waktu=2] -.182 .442 [Formula=2] * [Waktu=3] . . [Formula=3] * [Waktu=1] . . [Formula=3] * [Waktu=2] . . [Formula=3] * [Waktu=3] . .

Estimated Marginal Means

1. Formula

Estimates

Dependent Variable:Daya_sebar

Formula Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 4.308 .043 4.218 4.398 F2 4.311 .043 4.221 4.401 F3 4.227 .043 4.137 4.317

Pairwise Comparisons

Dependent Variable:Daya_sebar

(I) Formula

(J) Formula

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

a

95% Confidence Interval for Difference

a

Lower Bound Upper Bound

F1 F2 -.003 .061 .957 -.131 .124

F3 .081 .061 .197 -.046 .208

F2 F1 .003 .061 .957 -.124 .131

F3 .084 .061 .180 -.043 .212

F3 F1 -.081 .061 .197 -.208 .046

F2 -.084 .061 .180 -.212 .043

Based on estimated marginal means a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Page 81: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

65

Univariate Tests

Dependent Variable:Daya_sebar

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast .041 2 .021 1.248 .311 Error .297 18 .016 The F tests the effect of Formula. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

2. Waktu Estimates

Dependent Variable:Daya_sebar

Waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 4.234 .043 4.144 4.324 Minggu 2 4.214 .043 4.124 4.304 minggu 3 4.397 .043 4.307 4.487

Pairwise Comparisons

Dependent Variable:Daya_sebar

(I) Waktu (J) Waktu Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

a

95% Confidence Interval for Difference

a

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 Minggu 2 .020 .061 .745 -.107 .147

minggu 3 -.162* .061 .015 -.289 -.035

Minggu 2 minggu 1 -.020 .061 .745 -.147 .107

minggu 3 -.182* .061 .008 -.309 -.055

minggu 3 minggu 1 .162* .061 .015 .035 .289

Minggu 2 .182* .061 .008 .055 .309

Based on estimated marginal means

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). *. The mean difference is significant at the .05 level.

Univariate Tests

Dependent Variable:Daya_sebar

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast .180 2 .090 5.449 .014 Error .297 18 .016 The F tests the effect of Waktu. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

3. Formula * Waktu

Dependent Variable:Daya_sebar

Formula Waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 minggu 1 4.240 .074 4.084 4.396

Minggu 2 4.213 .074 4.058 4.369

minggu 3 4.470 .074 4.314 4.626

F2 minggu 1 4.253 .074 4.098 4.409

Minggu 2 4.300 .074 4.144 4.456

minggu 3 4.380 .074 4.224 4.536

F3 minggu 1 4.210 .074 4.054 4.366

Minggu 2 4.130 .074 3.974 4.286

minggu 3 4.340 .074 4.184 4.496

Page 82: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

66

Post Hoc Tests

Formula

Multiple Comparisons

Daya_sebar Tukey HSD

(I) Formula

(J) Formula

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 F2 -.0033 .06055 .998 -.1579 .1512

F3 .0811 .06055 .392 -.0734 .2356

F2 F1 .0033 .06055 .998 -.1512 .1579

F3 .0844 .06055 .364 -.0701 .2390

F3 F1 -.0811 .06055 .392 -.2356 .0734

F2 -.0844 .06055 .364 -.2390 .0701

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .016.

Homogeneous Subsets

Daya_sebar

Tukey HSDa,,b

Formula N

Subset

1

F3 9 4.2267 F1 9 4.3078 F2 9 4.3111 Sig. .364

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .016.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Waktu

Multiple Comparisons

Daya_sebar Tukey HSD

(I) Waktu (J) Waktu Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 Minggu 2 .0200 .06055 .942 -.1345 .1745

minggu 3 -.1622* .06055 .039 -.3167 -.0077

Minggu 2 minggu 1 -.0200 .06055 .942 -.1745 .1345

minggu 3 -.1822* .06055 .020 -.3367 -.0277

minggu 3 minggu 1 .1622* .06055 .039 .0077 .3167

Minggu 2 .1822* .06055 .020 .0277 .3367

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .016. *. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 83: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

67

Homogeneous Subsets Daya_sebar

Tukey HSDa,,b

Waktu N

Subset

1 2

Minggu 2 9 4.2144 minggu 1 9 4.2344 minggu 3 9 4.3967

Sig. .942 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .016.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Profile Plots

Page 84: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

68

3. Viskositas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

viskositas

N 27 Normal Parameters

a,,b Mean 538.89

Std. Deviation 49.717 Most Extreme Differences Absolute .224

Positive .190 Negative -.224

Kolmogorov-Smirnov Z 1.163 Asymp. Sig. (2-tailed) .134

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

formula 1 F1 9

2 F2 9

3 F3 9 waktu 1 minggu 1 9

2 minggu 2 9

3 minggu 3 9

Descriptive Statistics

Dependent Variable:viskositas

formula waktu Mean Std. Deviation N

F1 minggu 1 600.00 .000 3

minggu 2 520.00 20.000 3

minggu 3 490.00 10.000 3

Total 536.67 50.498 9

F2 minggu 1 600.00 .000 3

minggu 2 523.33 32.146 3

minggu 3 486.67 15.275 3

Total 536.67 53.151 9

F3 minggu 1 600.00 .000 3

minggu 2 546.67 5.774 3

minggu 3 483.33 15.275 3

Total 543.33 51.235 9

Total minggu 1 600.00 .000 9

minggu 2 530.00 22.913 9

minggu 3 486.67 12.247 9

Total 538.89 49.717 27

Page 85: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

69

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:viskositas

F df1 df2 Sig.

4.385 8 18 .004

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + formula + waktu + formula * waktu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:viskositas

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 60200.000a 8 7525.000 33.307 .000

Intercept 7840833.333 1 7840833.333 34705.328 .000 formula 266.667 2 133.333 .590 .565 waktu 58866.667 2 29433.333 130.279 .000 formula * waktu 1066.667 4 266.667 1.180 .353 Error 4066.667 18 225.926 Total 7905100.000 27 Corrected Total 64266.667 26 a. R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .909)

Parameter Estimates

Dependent Variable:viskositas

Parameter B Std. Error t Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Intercept 483.333 8.678 55.696 .000 465.101 501.565 [formula=1] 6.667 12.273 .543 .594 -19.117 32.450 [formula=2] 3.333 12.273 .272 .789 -22.450 29.117 [formula=3] 0

a . . . . .

[waktu=1] 116.667 12.273 9.506 .000 90.883 142.450 [waktu=2] 63.333 12.273 5.161 .000 37.550 89.117 [waktu=3] 0

a . . . . .

[formula=1] * [waktu=1] -6.667 17.356 -.384 .705 -43.131 29.797 [formula=1] * [waktu=2] -33.333 17.356 -1.921 .071 -69.797 3.131 [formula=1] * [waktu=3] 0

a . . . . .

[formula=2] * [waktu=1] -3.333 17.356 -.192 .850 -39.797 33.131 [formula=2] * [waktu=2] -26.667 17.356 -1.536 .142 -63.131 9.797 [formula=2] * [waktu=3] 0

a . . . . .

[formula=3] * [waktu=1] 0a . . . . .

[formula=3] * [waktu=2] 0a . . . . .

[formula=3] * [waktu=3] 0a . . . . .

a. This parameter is set to zero because it is redundant.

Estimated Marginal Means 1. formula

Estimates Dependent Variable:viskositas

formula Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 536.667 5.010 526.140 547.193 F2 536.667 5.010 526.140 547.193 F3 543.333 5.010 532.807 553.860

Page 86: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

70

Pairwise Comparisons

Dependent Variable:viskositas

(I) formula

(J) formula

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

a

95% Confidence Interval for Difference

a

Lower Bound Upper Bound

F1 F2 4.814E-16 7.086 1.000 -14.886 14.886

F3 -6.667 7.086 .359 -21.553 8.220

F2 F1 -4.814E-16 7.086 1.000 -14.886 14.886

F3 -6.667 7.086 .359 -21.553 8.220

F3 F1 6.667 7.086 .359 -8.220 21.553

F2 6.667 7.086 .359 -8.220 21.553

Based on estimated marginal means a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests

Dependent Variable:viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 266.667 2 133.333 .590 .565 Error 4066.667 18 225.926 The F tests the effect of formula. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

2. waktu

Estimates

Dependent Variable:viskositas

waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 600.000 5.010 589.474 610.526 minggu 2 530.000 5.010 519.474 540.526 minggu 3 486.667 5.010 476.140 497.193

Pairwise Comparisons

Dependent Variable:viskositas

(I) waktu (J) waktu Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

a

95% Confidence Interval for Difference

a

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 minggu 2 70.000* 7.086 .000 55.114 84.886

minggu 3 113.333* 7.086 .000 98.447 128.220

minggu 2 minggu 1 -70.000* 7.086 .000 -84.886 -55.114

minggu 3 43.333* 7.086 .000 28.447 58.220

minggu 3 minggu 1 -113.333* 7.086 .000 -128.220 -98.447

minggu 2 -43.333* 7.086 .000 -58.220 -28.447

Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the .05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Page 87: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

71

Univariate Tests

Dependent Variable:viskositas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 58866.667 2 29433.333 130.279 .000 Error 4066.667 18 225.926 The F tests the effect of waktu. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

3. formula * waktu

Dependent Variable:viskositas

formula waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 minggu 1 600.000 8.678 581.768 618.232

minggu 2 520.000 8.678 501.768 538.232

minggu 3 490.000 8.678 471.768 508.232

F2 minggu 1 600.000 8.678 581.768 618.232

minggu 2 523.333 8.678 505.101 541.565

minggu 3 486.667 8.678 468.435 504.899

F3 minggu 1 600.000 8.678 581.768 618.232

minggu 2 546.667 8.678 528.435 564.899

minggu 3 483.333 8.678 465.101 501.565

Post Hoc Tests

formula Multiple Comparisons

viskositas Tukey HSD

(I) formula

(J) formula

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

F1 F2 .00 7.086 1.000 -18.08 18.08

F3 -6.67 7.086 .622 -24.75 11.42

F2 F1 .00 7.086 1.000 -18.08 18.08

F3 -6.67 7.086 .622 -24.75 11.42

F3 F1 6.67 7.086 .622 -11.42 24.75

F2 6.67 7.086 .622 -11.42 24.75

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 225.926.

Homogeneous Subsets viskositas

Tukey HSDa,,b

formula N

Subset

1

F2 9 536.67 F1 9 536.67 F3 9 543.33 Sig. .622

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 225.926. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 88: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

72

waktu

Multiple Comparisons

viskositas Tukey HSD

(I) waktu (J) waktu Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

minggu 1 minggu 2 70.00* 7.086 .000 51.92 88.08

minggu 3 113.33* 7.086 .000 95.25 131.42

minggu 2 minggu 1 -70.00* 7.086 .000 -88.08 -51.92

minggu 3 43.33* 7.086 .000 25.25 61.42

minggu 3 minggu 1 -113.33* 7.086 .000 -131.42 -95.25

minggu 2 -43.33* 7.086 .000 -61.42 -25.25

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 225.926. *. The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

viskositas Tukey HSD

a,,b

waktu N

Subset

1 2 3

minggu 3 9 486.67 minggu 2 9 530.00 minggu 1 9 600.00

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 225.926. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 89: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

73

Profile Plots

Page 90: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

74

Explore kelompok

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

penyembuhan_luka_h_21

kelompok 1 5 100.0% 0 .0%

kelompok 2 5 100.0% 0 .0%

kelompok 3 5 100.0% 0 .0%

kelompok positif 5 100.0% 0 .0%

kelompok negatif 5 100.0% 0 .0%

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Total

N Percent

penyembuhan_luka_h_21 kelompok 1 5 100.0%

kelompok 2 5 100.0%

kelompok 3 5 100.0%

kelompok positif 5 100.0%

kelompok negatif 5 100.0%

Descriptives

a

kelompok Statistic

Std. Error

penyembuhan_luka_h_21

kelompok 1 Mean 95.5380 .50907

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 94.1246 Upper Bound 96.9514

5% Trimmed Mean 95.5339 Median 95.2100 Variance 1.296 Std. Deviation 1.13832 Minimum 94.12 Maximum 97.03 Range 2.91 Interquartile Range 2.09 Skewness .211 .913

Kurtosis -.992 2.000

kelompok 2 Mean 97.9760 .57863

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 96.3695 Upper Bound 99.5825

5% Trimmed Mean 98.0400 Median 98.0800 Variance 1.674 Std. Deviation 1.29386

Page 91: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

75

Minimum 95.80 Maximum 99.00 Range 3.20 Interquartile Range 2.02 Skewness -1.613 .913

Kurtosis 2.845 2.000

kelompok 3 Mean 98.3820 .45776

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 97.1111 Upper Bound 99.6529

5% Trimmed Mean 98.3578 Median 98.1700 Variance 1.048 Std. Deviation 1.02358 Minimum 97.20 Maximum 100.00 Range 2.80 Interquartile Range 1.63 Skewness .986 .913

Kurtosis 2.045 2.000

kelompok negatif

Mean 92.4220 .91611

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 89.8785 Upper Bound 94.9655

5% Trimmed Mean 92.4678 Median 91.8300 Variance 4.196 Std. Deviation 2.04849 Minimum 89.59 Maximum 94.43 Range 4.84 Interquartile Range 3.72 Skewness -.336 .913

Kurtosis -1.108 2.000

a. penyembuhan_luka_h_21 is constant when kelompok = kelompok positif. It has been omitted.

Tests of Normality

b

kelompok

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

penyembuhan_luka_h_21 kelompok 1 .213 5 .200*

kelompok 2 .332 5 .075

kelompok 3 .254 5 .200*

kelompok negatif .237 5 .200*

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. penyembuhan_luka_h_21 is constant when kelompok = kelompok positif. It has been omitted.

Page 92: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

76

Tests of Normalityb

kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

penyembuhan_luka_h_21 kelompok 1 .969 5 .866

kelompok 2 .810 5 .098

kelompok 3 .928 5 .582

kelompok negatif .880 5 .312

b. penyembuhan_luka_h_21 is constant when kelompok = kelompok positif. It has been omitted.

penyembuhan_luka_h_21 Stem-and-Leaf Plots penyembuhan_luka_h_21 Stem-and-Leaf Plot for

kelompok= kelompok 1

Frequency Stem & Leaf

1.00 94 . 1

2.00 95 . 02

1.00 96 . 3

1.00 97 . 0

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

penyembuhan_luka_h_21 Stem-and-Leaf Plot for

kelompok= kelompok 2

Frequency Stem & Leaf

1.00 Extremes (=<95.8)

2.00 98 . 00

1.00 98 . 9

1.00 99 . 0

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

penyembuhan_luka_h_21 Stem-and-Leaf Plot for

kelompok= kelompok 3

Frequency Stem & Leaf

1.00 Extremes (=<97.2)

2.00 98 . 01

1.00 98 . 5

1.00 Extremes (>=100.0)

Stem width: 1.00

Each leaf: 1 case(s)

penyembuhan_luka_h_21 Stem-and-Leaf Plot for

kelompok= kelompok negatif

Page 93: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

77

Frequency Stem & Leaf

1.00 8 . 9

4.00 9 . 1144

Stem width: 10.00

Each leaf: 1 case(s)

Normal Q-Q Plots

Page 94: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

78

Page 95: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

79

Detrended Normal Q-Q Plots

Page 96: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

80

Page 97: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

81

Page 98: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

82

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

penyembuhan_luka_h_21

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.394 4 20 .028

ANOVA

penyembuhan_luka_h_21

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 174.325 4 43.581 26.529 .000 Within Groups 32.856 20 1.643 Total 207.181 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

penyembuhan_luka_h_21 Tukey HSD

(I) kelompok (J) kelompok Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

kelompok 1 kelompok 2 -2.43800* .81062 .048

kelompok 3 -2.84400* .81062 .017

kelompok positif -4.46200* .81062 .000

kelompok negatif 3.11600* .81062 .008

kelompok 2 kelompok 1 2.43800* .81062 .048

kelompok 3 -.40600 .81062 .986

kelompok positif -2.02400 .81062 .131

kelompok negatif 5.55400* .81062 .000

kelompok 3 kelompok 1 2.84400* .81062 .017

kelompok 2 .40600 .81062 .986

kelompok positif -1.61800 .81062 .303

kelompok negatif 5.96000* .81062 .000

kelompok positif kelompok 1 4.46200* .81062 .000

kelompok 2 2.02400 .81062 .131

kelompok 3 1.61800 .81062 .303

kelompok negatif 7.57800* .81062 .000

kelompok negatif kelompok 1 -3.11600* .81062 .008

kelompok 2 -5.55400* .81062 .000

kelompok 3 -5.96000* .81062 .000

kelompok positif -7.57800* .81062 .000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 99: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

83

Multiple Comparisons

penyembuhan_luka_h_21 Tukey HSD

(I) kelompok (J) kelompok

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kelompok 1 kelompok 2 -4.8637 -.0123

kelompok 3 -5.2697 -.4183

kelompok positif -6.8877 -2.0363

kelompok negatif .6903 5.5417

kelompok 2 kelompok 1 .0123 4.8637

kelompok 3 -2.8317 2.0197

kelompok positif -4.4497 .4017

kelompok negatif 3.1283 7.9797

kelompok 3 kelompok 1 .4183 5.2697

kelompok 2 -2.0197 2.8317

kelompok positif -4.0437 .8077

kelompok negatif 3.5343 8.3857

kelompok positif kelompok 1 2.0363 6.8877

kelompok 2 -.4017 4.4497

kelompok 3 -.8077 4.0437

kelompok negatif 5.1523 10.0037

kelompok negatif kelompok 1 -5.5417 -.6903

kelompok 2 -7.9797 -3.1283

kelompok 3 -8.3857 -3.5343

kelompok positif -10.0037 -5.1523

Homogeneous Subsets

penyembuhan_luka_h_21

Tukey HSDa

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

kelompok negatif 5 92.4220 kelompok 1 5 95.5380 kelompok 2 5 97.9760

kelompok 3 5 98.3820

kelompok positif 5 100.0000

Sig. 1.000 1.000 .131

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 100: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

84

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 penyembuhan_hari_ke_1 .0000 25 .00000 .00000

penyembuhan_hari_ke_21 96.8636 25 2.93812 .58762

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 penyembuhan_hari_ke_1 &

penyembuhan_hari_ke_21

25 . .

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 penyembuhan_hari_ke_1 -

penyembuhan_hari_ke_21

-96.86360 2.93812 .58762

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 penyembuhan_hari_ke_1 -

penyembuhan_hari_ke_21

-98.07639 -95.65081 -164.840 24

Paired Samples Test

Sig. (2-tailed)

Pair 1 penyembuhan_hari_ke_1 -

penyembuhan_hari_ke_21

.000

Page 101: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

85

Lampiran 7. Data Penyembuhan luka hari ke-1 sampai hari ke-21

Hari

I (6,25%) II (12,5%) III (25%) IV (Kontrol Positif) V (Kontrol Negatif)

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2,07 2,27 2,15 2,2 2,37 2,15 2,17 2,12 2,2 2,31 2 2,35 2 2,35 2,25 2 2,27 2,1 2,27 2,17 2,17 2,17 2,17 2,17 2,17

2 2,07 6 2,15 2,2 2,37 2,15 2,17 2,12 2,2 2,31 2 2,35 2 2,35 2,25 2 2,27 2,1 2,27 2,17 2,17 2,17 2,17 2,17 2,17

3 1,98 2,1 2,05 2,11 2,32 2 2,1 2 2,15 2,3 1,95 2,2 1,95 2,22 2,18 1,95 2,16 2 2,2 2,12 2,12 2,13 2,14 2,13 2,14

4 1,98 2,15 2,02 2,07 2,25 1,97 2,05 1,97 2,1 2,16 1,92 2,13 1,9 2,14 2,1 1,92 2,1 1,97 2,07 2 2,2 2,1 2,2 2,2 2,2

5 1,95 2,15 2,02 2,07 2,25 1,97 2,04 1,97 2,1 2,16 1,92 2,13 1,9 2,14 2,1 1,92 2,1 1,97 2,07 2 2,09 2,08 2,09 2,09 2,08

6 1,92 2 1,97 1,97 2,17 1,96 2 1,96 2,03 2 1,9 1,93 1,87 1,95 2 1,87 1,98 1,9 1,97 1,96 2,05 2,07 2,07 2,06 2,05

7 1,9 1,97 1,95 1,95 2,1 1,95 1,98 1,95 1,97 1,97 1,87 1,9 1,82 1,92 1,93 1,87 1,94 1,83 1,95 1,93 2,04 2,04 2,05 2,05 2,04

8 1,9 1,95 1,93 1,92 2,02 1,95 1,95 1,92 1,95 1,95 1,86 1,86 1,8 1,86 1,86 1,85 1,9 1,78 1,87 1,9 2,02 2,02 2,04 2,02 2,02

9 1,87 1,92 1,9 1,92 2 1,92 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,82 1,78 1,82 1,85 1,77 1,83 1,74 1,85 1,85 2 2 2 2,01 2,01

10 1,85 1,9 1,88 1,9 1,97 1,87 1,88 1,86 1,86 1,87 1,78 1,76 1,76 1,8 1,82 1,75 1,77 1,72 1,83 1,82 1,9 1,98 1,98 1,95 1,97

11 1,82 1,87 1,85 1,87 1,95 1,82 1,85 1,82 1,85 1,85 1,75 1,75 1,72 1,75 1,77 1,75 1,75 1,7 1,78 1,8 1,9 1,97 1,96 1,94 1,96

12 1,8 1,84 1,82 1,85 1,92 1,8 1,82 1,8 1,8 1,82 1,7 1,7 1,68 1,72 1,75 1,7 1,72 1,68 1,74 1,75 1,87 1,94 1,93 1,92 1,9

13 1,77 1,82 1,77 1,8 1,87 1,75 1,8 1,77 1,77 1,82 1,65 1,7 1,65 1,67 1,67 1,65 1,7 1,66 1,73 1,65 1,8 1,88 1,89 1,85 1,88

14 1,7 1,77 1,75 1,75 1,82 1,67 1,75 1,7 1,73 1,77 1,62 1,67 1,6 1,62 1,65 1,57 1,67 1,63 1,66 1,62 1,78 1,82 1,83 1,83 1,84

15 1,7 1,75 1,7 1,7 1,75 1,65 1,67 1,65 1,7 1,7 1,52 1,56 1,55 1,55 1,57 1,47 1,57 1,57 1,55 1,51 1,7 1,7 1,76 1,75 1,76

16 1,57 1,57 1,47 1,52 1,47 1,45 1,47 1,42 1,46 1,4 1,12 1,05 1,07 1,05 1,02 1,12 1,05 1,07 1,16 1,01 1,65 1,65 1,68 1,64 1,67

17 1,37 1,32 1,33 1,37 1,45 1,1 1,17 1,18 1,15 1,27 0,87 0,87 0,86 0,83 0,78 0,8 0,8 0,86 0,83 0,78 1,54 1,5 1,56 1,5 1,5

18 1,25 1,27 1,25 1,26 1,32 1 1,1 1,1 1,05 1,1 0,62 0,67 0,7 0,8 0,67 0,6 0,6 0,67 0,68 0,67 1,38 1,38 1,39 1,38 1,37

19 0,95 0,92 0,92 0,97 0,95 0,64 0,5 0,48 0,5 0,45 0,33 0,16 0,57 0,75 0 0,25 0 0 0 0 1,1 1,1 1,1 1,2 1

20 0,83 0,82 0,8 0,73 0,76 0,56 0,4 0,42 0,4 0,32 0,3 0,12 0,43 0,72 0 0,16 0 0 0 0 0,9 0,9 0,7 0,7 0,7

21 0,45 0,40 0,36 0,46 0,64 0,42 0,3 0,22 0,22 0,24 0,27 0,10 0,28 0,02 0 0 0 0 0 0 0,07 0,06 0,06 0,05 0,5

85

Page 102: UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL …repository.setiabudi.ac.id/979/2/SKRIPSI Deyvin... · UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA SALEP FRAKSI ETIL ASETAT DAUN GEDI (Abelmoschos

86

Lampiran 8. Data rata-rata penyembuhan Luka

Hari

Persen rata-tara penyembuhan luka bakar

6.25% 12.50% 25% Kontrol Positif Kontrol negatif

1 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0

3 7.01 6.49 8.12 8.57 4.53

4 11.45 11.72 13.63 14.6 6.32

5 11.45 11.72 13.63 14.6 7.43

6 17.67 16.16 21.58 20.77 9.18

7 20.22 18.64 25.41 23.53 10.47

8 22.68 20.1 27.96 26.88 12.48

9 23.79 23.29 31.02 30.86 14.96

10 25.84 26.37 33.25 33.24 17.78

11 28.16 28.63 35.7 34.76 19.28

12 30.13 30.91 38.68 37.5 21.37

13 33.12 32.89 41.53 40.72 25.63

14 36.65 37.48 44.04 44.1 30.72

15 39.27 40.85 49.36 50.08 36.56

16 52.33 55.92 76.04 75.12 43.73

17 61.68 71.4 85 86.12 53.72

18 67.02 76.09 91.26 91.26 63.19

19 81.73 94.19 92.54 99.69 74.67

20 87.1 95.97 95.87 99.89 85.63

21 95.17 97.63 98.44 100 92.42

86