UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) DENGAN METODE STABILISASI MEMBRAN SEL DARAH MERAH SECARA IN VITRO SKRIPSI LUTFIANA NIM : 109102000053 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2013
112
Embed
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN … · Obat Antiinflamasi ... Struktur Kimia Golongan Flavonoid ... Lampiran 13 Foto-foto Alat Penelitian dan Proses Uji Aktivitas ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) DENGAN METODE
STABILISASI MEMBRAN SEL DARAH MERAH SECARA IN VITRO
SKRIPSI
LUTFIANA NIM : 109102000053
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA
SEPTEMBER 2013
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) DENGAN METODE
STABILISASI MEMBRAN SEL DARAH MERAH SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
LUTFIANA NIM : 109102000053
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA SEPTEMBER 2013
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Lutfiana Program Studi : Farmasi Judul : Uji Aktivitas Antiinflamasi pada Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah. Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Analisis fitokimia ekstrak tanaman kelor mengungkapkan adanya kandungan senyawa flavonoid dan senyawa polifenol lain yang diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol 50% dari daun kelor menggunakan metode stabilisasi membran sel darah merah. Penghambatan lisis sel darah merah akibat induksi larutan hipotonis digunakan sebagai ukuran aktivitas antiinflamasi. Aktivitas antiinflamasi dari ekstrak dan fraksi daun kelor tersebut kemudian dibandingkan dengan standar natriun diklofenak. Hasil uji aktivitas antiinflamasi menggunakan metode stabilisasi membran sel darah manusia berdasarkan perhitungan % stabilitas menunjukkan bahwa fraksi yang mempunyai aktivitas tertinggi adalah fraksi etil asetat. Kemudian fraksi etil asetat tersebut dibuat beberapa seri konsentrasi (50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm dan 800 ppm dan 1000 ppm) dan dibandingkan dengan kontrol positif berupa Na diklofenak pada konsentrasi yang sama. Diperoleh perlindungan paling efektif dari semua konsentrasi padakonsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 90,575%, sehingga dengan demikian konsentrasi tersebut dikatakan yang paling tinggi/efektif memberikan perlindungan membran sel darah merah yang diinduksi larutan hipotonik. Semakin tinggi konsentrasi stabilisasi yang digunakan maka kemampuan dalam menstabilkan membran sel darah merah yang induksi larutan hipotonik akan semakin meningkat, sehingga dengan demikian aktivitas menstabilkan membran sel darah merah dapat dikaitkan dengan konsentrasi. Hasil ini ditunjang dengan uji statistik ANOVA, yang menyatakan bahwa (P≤0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang nyata pada setiap konsentrasi dengan perlakuan.
Kata kunci: Antiinflamasi, Moringa oleifera, Na diklofenak, membran sel darah merah, stabilisasi membran.
vii
ABSTRACT
Name : Lutfiana Program Study : Pharmachy Tittle :Evaluation of Anti-inflammatory Activity of Leaf Extracts of Moringa
oleifera L. By Human Red Blood Cell Membrane Stabilisation Method.
Moringa oleifera L. is widely used in traditional medicine. Pytochemical analysis of M.oleifera plant extracts revealed the presence of various biochemical compounds such as flavonoid anh other poly phenol group which heve remarkable as antiinflamatory. So this study aimed at evaluating in the in vitro anti-inflammatory activity of the ethanol70% extract, n-hexane, ethyl acetate and ethanol 50% fraction from the leaves of M. oleifera by red blood cell membrane stabilization method. The Inhibition of hypotonicity induced Red Blood Cell (RBC) membrane lysis was taken as a measure of the anti inflammatory activity. The potency of the extract was compared with standard diclofenac sodium. Among the three fractions tested, ethyl acetate fraction provided highest stabilization. Then ethyl acetate fraction was made a series of concentrations (50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 800 ppm and 1000 ppm) and compared with the positive control of diclofenac sodium at the same concentration. The maximum membrane stabilization of ethyl acetat fraction was found to be 90.575% at dose of 1000 ppm ,thus the concentration is in the most high / effective protection of red blood cell membranes induced hypotonic solution. The higher the concentration stabilization used the ability to stabilize the membranes of red blood cells induced hypotonic solution will increase, thus stabilizing the activity of red blood cell membranes can be attributed to the concentration. This result is supported by statistical ANOVA, which states that (P≤ 0.05) which means that there are significant differences in any concentration with treatment. Keywords: Anti-inflammatory, Moringa oleifera, diclofenac sodium, Human Red Blood Cell (HRBC), membrane stabilization.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya, yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu
tercurah limpahkan kepada Rosulullah SAW, sosok yang selama ini penulis teladani.
Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antiinflamasi pada Daun Kelor (Moringa
oleifera L.) dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah” ini diajukan untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Prof. Dr. H. Chairul,Apt sebagai Pembimbing I dan Eka Putri, M.Si, Apt sebagai
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya serta
memberikan nasehat, arahan dan ilmu terbaik yang mereka miliki.
2. Departemen Agama RI yang telah membiayai penulis selama menjalani
pendidikan di jenjang S1 Farmasi UIN Syarif Hidayatullah ini..
3. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Umar Mansyur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu/Bapak Dosen dan Staff Akademika Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
ix
6. Ayahanda Ali Riza dan Ibunda Salwa yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat,dukungan baik moril maupun materil, do’a dan nasihatnya yang tak
terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu. Adik-adik
penulis, Nadia Soba dan Muhammad Akbar yang sangat penulis cintai.
7. Laboran yang telah membantu keseharian penulis selama penelitian di
laboraturium, teh Ana, teh Lina, ka Lisna dan ka Liken.
8. Teman-teman farmasi angkatan 2009 khususnya teman-teman Edta-C. Terima
kasih atas kesempatan mengenal kalian semua.
9. Teman-teman penelitian di LIPI Cibinong, Leliana Nurul Wachidah, Nurul
Fithriyah dan Muhammad Arif yang telah berjuang bersama.
Ferry, terima kasih telah menjadi keluarga kedua bagi penulis. Serta semua pihak
yang telah membantu penulis selama ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
Kritik dan saran pembaca diharapkan penulis guna perbaikan dimasa mendatang. Akhir
kata, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi kita semua, Amin.
Jakarta, 20 September 2013
Lutfiana
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………….. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………... iv ABSTRAK ………………………………………………………………… v ABSTRACT ………………………………………………………………. vi KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………….… x DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….... xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… . xiv BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………….... 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………... 1 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………….…. 2 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 3 1.4. Manfaat Hasil Penelitian ………………………………….…... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….…… 4 2.1. Moringa oleifera L. …………………………………………... 4
2.1.1. Klasifikasi spesies Moringa Oleifera L. ………………. 4
Proses ekstraksi daun kelor dilakukan menggunakan metode maserasi.
Proses ekstraksi dengan cara maserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi yang menguntungkan karena sel simplisia yang direndam di dalam
pelarut akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.
Pelarut dapat melarutkan komponen dalam sel dengan melintasi membran sel
ke dalam bagian sel, dengan mengalirnya bahan pelarut kedalam sel dapat
menyebabkan protoplasma membengkak, dan bahan kandungan sel akan
terlarut sesuai dengan kelarutannya. Bahan kandungan tersebut berpindah
secara osmosis melalui ruang antar rongga sel, gaya yang bekerja adalah
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut yang mula-
mula masih tanpa bahan aktif. Bahan kandungan sel akan mencapai ke dalam
cairan disebelah luar selama osmosis melintasi membran sampai
Sampel
Golongan senyawa kimia
A B C D E
Fraksi Etil Asetat Daun Kelor ++ +++ ++ - -
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terbentuknya suatu keseimbangan konsentrasi antara larutan di sebelah dalam
dan di sebelah luar sel (Voight, 1994).
Menurut Filho (2006) ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol
sangat efektif dalam mengisolasi senyawa-senyawa metabolit sekunder.
Maserasi dengan menggunakan pelarut etanol dilakukan karena sifatnya
yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi
polar dan non polar serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan
menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar proses hidrolisis dan
oksidasi (Harborne, 1987). Senyawa-senyawa yang dapat diikat oleh pelarut
etanol antara lain fixed oils, lemak, lilin, alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin,
saponin, steroid, terpenoid, fenolik, aglikon dan glikosida (Filho, 2006).
Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran
bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%)
sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana
bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi
(Voight, 1994).
Partisi pada ekstrak daun kelor bertujuan untuk memisahkan senyawa
berdasarkan kelarutannya pada pelarut dengan tingkat kepolaraan yang
berbeda. Partisi dilakukan dengan pelarut n-heksan dan etil asetat dan etanol
50 %. Rendemen ekstrak etanol 70 % daun kelor diperoleh, yaitu 36,953 %
sedangkan pada fraksi n- heksan diperoleh sebesar 5,334 %, fraksi etil asetat
diperoleh sebesar 13,760 % dan pada fraksi etanol 50 % diperoleh hasil
59,645 %. Hasil tersebut dapat terjadi karena etanol memiliki gugus polar
yang lebih kuat daripada gugus non polar, hal ini dapat terlihat dari struktur
kimia etanol yang mengandung gugus hidroksil (polar) dan gugus karbon
(non polar). Rendemen pada pelarut etil asetat lebih kecil dibandingkan
dengan pelarut etanol namun lebih besar dari pelarut n-heksan, hal ini
dikarenakan adanya gugus etoksi yang terdapat pada struktur kimia etil
asetat. Adanya gugus etoksi tersebut yang menyebabkan etil asetat dapat
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa yang terdapat pada sampel.
Ikatan hidrogen yang terbentuk pada pelarut etil asetat lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan hidrogen yang terbentuk pada pelarut etanol
sehingga rendemen pada fraksi etil asetat lebih sedikit (Tursiman et al.,
2012). Rendemen pada fraksi n-heksan paling sedikit karena sampel sedikit
mengandung komponen non polar.
4.6.2. Skrining Fitokimia
Senyawa metabolik sekunder dalam daun kelor dapat diketahui dengan
melakukan skrining fitokimia. Fitokimia merupakan bagian ilmu
pengetahuan alam yang menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Dalam
penelitian ini analisis fitokimia dilakukan terhadap fraksi etil asetat daun
kelor menggunakan metode yang dikembangkan oleh Guevara & Recio
(1985). Senyawa-senyawa yang dianalisis meliputi senyawa flavonoid,
saponin, tanin, alkaloid dan antrakuinon. Dari hasil penapisan fitokimia
fraksi etil asetat daun kelor mengandung flavonoid, saponin dan tanin.
6.2.1 Flavonoid
Fraksi etil asetat daun kelor menunjukan kandungan senyawa
golongan flavonoid dengan terbentuknya warna merah seulas pada lapisan
amil alkohol. Dalam Gambar 14 menjelaskan reaksi pembentukan warna
pada flavonol. Menurut Guevara & Recio (1985), senyawa golongan
flavonoid seperti flavonol, flavanon, dan xanton akan memberikan warna
merah jika direduksi dengan logam magnesium dan asam klorida. Warna
merah terbentuk merupakan senyawa kompleks garam flavilium. Garam
tersebut dengan basa akan menghasilkan kembali flavonoid semula
(Marliana et al., 2005). Digunakan senyawa murni rutin sebagai kontrol
positif.
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 14. Reaksi pembentukan garam flavilium.
6.2.3 Saponin
Pengujian pada saponin dalam fraksi etil asetat daun kelor digunakan
uji Forth. Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida
yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Guevara & Recio, 1985). Menurut
Marlinda et al. (2012) senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar
bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar
sedangkan gugus non polarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang
tampak seperti busa. Reaksi pembentukan busa di tunjukkan pada Gambar
15.
Gambar 15. Reaksi hidrolisis saponin dalam air.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.2.4 Tanin
Pada pengujian tanin ini digunakan pereaksi FeCL3 1%. . Pada uji
tanin diperoleh hasil positif, dengan terjadinya perubahan warna dengan
penambahan FeCl3 1%, dimana penambahan garam-garam besi (FeCl3),
mengakibatkan tanin membentuk senyawa larut air bewarna hijau
kehitaman. Sebenarnya tanin dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Pada reaksi tersebut,
tanin bereaksi dengan asam sehingga mengakibatkan tanin terhidrolisis
pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sementara tanin
yang terkondensasi menjadi kompleks produk yang tidak larut air. Tanin
dalam pengobatan berfungsi sebagai antikanker, antitumor, antioksidan,
antiinflamasi, antivirus dan antimikroba (Quideau, 2009).
4.6.3. Stabilisasi Membran Sel Darah Merah
Stabilisasi membran sel darah merah telah digunakan sebagai
metode untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi secara in vitro. Hal ini
dikarenakan membran sel darah merah mirip dengan membran lisosom
(Gandhidasan, 1991 et al.; Shenoy et al., 2010) yang dapat
mempengaruhi proses inflamasi, sehingga stabilisasi lisosom penting
dalam membatasi respon inflamasi, dengan cara mencegah pelepasan
enzim dari dalam lisosom selama proses inflamasi. Enzim didalam
lisosom yang terlepas selama inflamasi (akibat teraktivasinya neutrofil)
akan menghasilkan berbagai gangguan yang dapat dihubungan dengan
terjadinya inflamasi akut atau kronis. Oleh sebab itu, stabilisasi
membran sel darah merah yang diinduksi larutan hipotonik, dapat juga
digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui stabilisasi membran
lisosom (Kumar et al., 2012).
Membran sel darah merah merupakan media yang tepat untuk
menganalisa kapasitas antiinflamasi, terutama terhadap stabilitas bio-
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membrannya. Terbentuknya salah satu mediator inflamasi yaitu, Reactive
Oxigen Species (ROS) selama proses inflamasi atau karena pengaruh
lingkungan disekitarnya, dapat menyerang membran sel darah merah
yang mengakibatkan oksidasi lipid dan protein, sehingga memicu
kerusakan membran yang berakibat pada terjadinya hemolisis (Qin et al.,
2002). Pencegahan hemolisis pada membran eritrosit yang diinduksi
larutan hipotonik, diambil sebagai ukuran untuk mengetahui aktivitas
ekstrak sebagai antiinflamasi.
Hasil analisis terhadap sampel uji yang memiliki aktivitas
antiinflamasi dapat dilihat dari penurunan absorbansi hemoglobin pada
campuran larutan uji. Semakin kecilnya serapan hemoglobin yang
terdeteksi pada campuran larutan uji berarti membran sel darah merah
semakin stabil dan tidak mengalami lisis. Penurunan absorbansi diukur
menggunakan spektrofotometer visible dengan panjang gelombang 560
nm dengan Na diklofenak sebagai kontrol positif (Kumar et al., 2012).
Na diklofenak digunakan sebagai kontrol positif merupakan obat
antiinflamasi non steroid yang memiliki aktivitas antiinflamasi yang
besar karena dapat mencegah pelepasan (bukan sintesis) mediator
antiinflamasi (Gilman et al., 1985).
Pada uji stabilitas membran sel darah merah pendahuluan yang
dilakukan pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi
etanol 50% daun kelor pada konsentrasi 1000 ppm. Ekstrak etanol 70%
memberikan stabilitas membran sel darah merah sebesar 87,632%, fraksi n-
heksan memberikan stabilitas sebesar 86,483%, fraksi etil asetat memberikan
stabilitas sebesar 90,575%, fraksi etanol 50% memberikan stabilitas sebesar
86,943%, dan Na diklofenak memberikan stabilitas 92,138%. Fraksi etil asetat
memberikan stabilitas membran sel darah merah paling besar yang berarti
fraksi etil asetat memiliki aktivitas antiinflamasi terbesar. Hal ini juga
ditunjang oleh hasil analisis statistik dimana kelompok perlakuan fraksi etil
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
asetat berbeda secara bermakna (P< 0,05) dengan ekstrak etanol 70%, fraksi n-
heksan dan fraksi etanol 50%. Namun, identik (P>0,05) dengan Na diklofenak
sebagai kontrol positif. Oleh karena itu fraksi etil asetat daun kelor dilanjutkan
pada uji stabilitas selanjutnya, dengan dibuat pada berbagai varian konsentrasi
(50, 100, 200, 400, dan 800 ppm).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 1000 ppm fraksi
etil asetat daun kelor mampu menstabilisasi membran sel darah merah.
Pada konsentrasi 1000 ppm memperlihatkan kemampuan stabilisasi
terbesar yaitu 90,345%. Sedangkan pada dosis 50 ppm memperlihatkan
kemampuan stabilitas terkecil yaitu 66,333%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula kemampuan
stabilitas sel darah merahnya. Hal ini juga ditunjang dengan analisa
secara statistik, untuk analisa awal dilakukan uji normalitas dengan
metode Kalmogorof-Smirnov untuk melihat distribusi data persen
stabilitas membran sel darah merah fraksi etil asetat dan Na diklofenak
pada konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800 ppm menunjukkan semua
kelompok perlakuan terdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan uji
homogenitas dengan metode Levene untuk melihat data persen stabilitas
membran sel darah merah fraksi etil asetat dan Na diklofenak pada
konsentrasi yang sama homogen atau tidak, hasil menunjukkan ke-2
kelompok perlakuan tersebut tidak terdistribusi secara homogen
(p≤0,05) maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Selanjutnya
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan metode LSD
(Lampiran 11) (Santoso, 2008).
Antar konsentrasi pada perlakuan etil asetat berbeda secara
bermakna membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi akan
memberikan peningkatan yang bermakna pada kemampuannya untuk
menstabilisasi membran sel darah merah. Semakin tingginya konsentrasi
juga menunjukkan kemampuan yang hampir sama dengan kontrol
positifnya (Na diklofenak). Dimana, etil asetat dengan konsentrasi 800 ppm
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
identik dengan Na diklofenak dalam konsentrasi 200 ppm (P≤0,05), sedangkan
kelompok etil asetat dengan konsentrasi 1000 ppm identik dengan Na
diklofenak dalam konsentrasi 800 ppm.
Setelah pengukuran didapat data absorbansi kemudian dihitung
persen stabilitasnya. Persen stabilitas adalah kemampuan suatu sampel
untuk menstabilisasi membran sel darah merah yang didapatkan dari
perbandingan serapan antara absorbansi larutan uji dengan absorbansi
kontrol negatif (Oyedapo, 2010) beberapa referensi juga menyatakan
persen stabilisasi sebagai persen inhibisi hemolisis. Parameter yang
digunakan untuk menunjukkan aktivitas antiinflamasi adalah inhibition
concentration (IC50). Penentuan IC50 bertujuan untuk memperoleh jumlah
dosis ekstrak yang dapat menstabilkan membran sel darah merah sebesar
50% dibandingkan dengan konrol negatif.
Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antiinflamasinya semakin
besar. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode grafik probit
didapat nilai IC50 pada fraksi etil asetat daun kelor sebesar 3,753 ppm
sedangkan IC50 dari Na diklofenak sebesar 0,035 ppm. kedua nilai IC50
tersebut tergolong sangat aktif karena menurut Jun et al., 2003, aktivitas
antiinflamasi digolongkan sangat aktif jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm,
digolongkan aktif bila nilai IC50 50-100 ppm, digolongkan sedang bila
nilai IC50 101- 250 ppm, dan digolongkan lemah bila nilai IC50 250-500
ppm, serta digolongkan tidak aktif bila nilai IC50 lebih besar dari 500
ppm.
Senyawa dengan sifat menstabilkan membran dikenal karena
kemampuannya untuk mengganggu proses awal fase reaksi inflamasi,
dimana pencegahan tersebut akan memicu pelepasan phospholipase A2
yang akan membentuk mediator inflamasi (Aitadafoun et al., 1996).
Dari pengamatan yang telah dilakukan bahwa ekstrak tersebut
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengandung senyawa flavonoid dan senyawa polifenol lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungannya antara
senyawa flavonoid dengan kemampuannya dalam menstabilkan
membran (Sankari et al., 2009). Flavonoid merupakan senyawa yang
memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dengan melindungi membran
eritrosit terhadap kerusakan membran sehingga menyebabkan hemolisis
karena flavonoid dapat menghambat mediator inflamasi dan radikal bebas
(Kasolo et al., 2010).
Senyawa flavonoid akan berperan dalam melindungi membran
eritrosit dari larutan hipotonik. Efek dari larutan hipotonik tersebut
berkaitan dengan banyaknya cairan yang masuk ke dalam membran
eritrosit, sehingga mengakibatkan pecah membran eritrosit yang disebut
dengan hemolisis. Dimana senyawa flavonoid yang terdapat dalam
ekstrak tersebut akan berinteraksi dengan larutan hipotonik yang
diinduksi sehingga menghambat aktivitas perusak membrannya. Jumlah
metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak tersebut, bereaksi dalam
besaran yang sama dengan larutan hipotonik yang ditambahkan pada
suspensi sehingga tidak merusak membran sel eritrosit. Dikatakan
aktivitas stabilisasi membran tersebut dipengaruhi oleh kandungan
polifenol yang tinggi seperti tanin, steroid dan flavonoid yang berfungsi
sebagai penghambat/scavenger radikal bebas dan menstabilkan
membran eritrosit dari induksi larutan hipotonik (Sankari et al., 2009).
54
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Hasil skrining fitokimia, senyawa-senyawa yang terdapat pada fraksi etil
asetat dari daun kelor adalah flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Fraksi yang mempunyai kemampuan stabilisasi membran sel darah merah
tertinggi adalah fraksi etil asetat, yaitu sebesar 90.357% pada konsenterasi
1000 ppm.
3. Kemampuan stabilisasi membran sel darah merah meningkat seiring dengan
pertambahan konsenterasi. Hasil ini ditunjang dengan uji statistik yang
menunjukkan hubungan yang signifikan ( P <0,05) antara konsentrasi dan %
stabilitas.
4. Nilai IC50 fraksi daun kelor sebesar 3,753 ppm sedangkan Na diklofenak
sebesar 0,035 ppm. Kedua nilai tersebut tergolong sangat aktif.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukannya isolasi untuk mengetahui secara pasti senyawa yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas antiinflamasi.
2. Perlu dilakukan skrining terhadap tanaman lain yang mempunyai aktivitas
antiinflamasi dengan menggunakan metode yang sama yaitu stabilisasi
membran sel darah merah.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aitadafoun, M., C. Mounieri., SF. Heyman., C. Binitisc and C. Bon. 1996. 4-alkoxy benzamides as new potent phospholipase A2 inhibitors. Journal Biochemical Pharmacology, 51; 737-42.
stabilizing activity of Russelia equisetiformis,Schlecht & Chan. International Journal of Natural Products, 2: 03-09
Chippada SC, Sharan SV, Srinivasa RB, Meena V. 2011. In Vitro Anti
Inflammatory Activity Of Methanolic Extract Of Centella Asiatica By Hrbc Membrane Stabilization. RASĀYAN Journal Chemistry. 4(2) ; 457-460
Corwin, Elizabeth J. (2008). Handbook of Pathophysiology 3th edition. Philadephia: Lippincort Williams & Wilkins ; 138-143
Departemen Kesehatan RI. 1989. Materi Medika Indonesia Jld.IV. Departemen Kesehatan RI
Fessenden, RJ. and JS. Fessenden. 1981. Organic Chemistry, Third Edition. Diterjemahkan oleh A.H. Pudjatmaka. 1982. Kimia Organik Edisi 3 Jilid I. Jakarta : Erlangga;.315-317
Filho, M. 2006. Bioactive Phytocompounds: New Approaches in the Phytosciences. In Modern Phytomedicine. Edited by Iqbal Ahmad, Farrukh Aqil dan Mohammad Owais. Wiley-VCH, Germany.
Gandhidasan, R. ,A. Thamaraichelvan, S. Baburaj. 1991. Anti-inflammatory
action of Lannea coromandelica by HRBC membrane stabilisation. Fitoterapia The Journal for Study of Medicinal Plants. 12(1); 81-83.
Gilman, A.G., Theodore, W.R., Alan, S.N., Palmer, T. 1985. Goodman and gilman’s: The pharmacological basis of therapeutics, 18th Ed, Vol.II. USA: McGraw-Hill, 638-669, 1685
Guevara, B.Q and B.V. Recio. 1985. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological Screening of Medical Plant. Research Center University of Santo Tomas, Manila Philippine; 5-24.
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih P., Iwang S.. Terbitan kedua. Bandung: Penerbit ITB.
Haughton, P.J and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation
of Natural Extracts. Chapman & Hall, London. Karunanithi M, C. David R, M. Jegadeesan, S. Kavimani. 2012. Comparative Gc-
Ms Analysis And In Vitro Screening Of Four Species Of Mucuna. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Researc, 5(4); 239-243
Kasolo, JN., Bimeya, GS., Ojok, L., Ochieng, J., Okwal-okeng, JW.2010. Phytochemicals and Uses of Moringa oleifera Leaves in Ugandan Rural Communities. Journal of Medical Plant Research,4(9): 753-757.
Kristanti A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M., Kurniadi, B., 2008. Buku ajar
Fitokimia. Surabaya: Airlangga university Press.
Kumar P, S. Arora, Yogesh CY. 2012. Anti-Inflammatory Activity Of Coumarin And Steroidal Fractions From Leaves Of Moringa Oleifera. International Journal of Drug Discovery and Medical Research 1(1): 22-25
Kumar S. & Vivek KR. 2011. In-Vitro Anti-Arthritic Activity Of Isolated Fractions From Methanolic Extract Of Asystasia dalzelliana Leaves. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 4(3); 52-53
Kumar V, Zulfiqar A. B, Dinesh K, N.A Khan, I.A Chashoo. 2012. Evaluation of anti-inflammatory potential of leaf extracts of Skimmia anquetilia. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 627-630
Kumar V, Zulfiqar A B, Dinesh K, N.A Khan, I.A Chashoo, M Y Shah. 2012. Evaluation Of Anti-Inflammatory Potential Of Petal Extracts Of Crocus sativus “Cashmerianus”. International Journal of Phytopharmacology. 3(1); 27-31.
Kusuma FR, Zaky 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Leelaprakash, G., S.Mohan D. 2011. Invitro Anti-Inflammatory Activity Of Methanol Extract Of Enicostemma Axillare. International Journal of Drug Development & Research 3(3); 189-196
Luqman S., Suchita S., Ritesh K., Anil K.M.,Debabrata C. 2012. Experimental Assessment ofMoringa oleifera Leaf and Fruit for Its Antistress, Antioxidant, and Scavenging Potential Using In Vitro and In Vivo
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assays. Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine : 1-12
Madhavi P, Maruthi R, Kamala V, Habibur Rahman, M. Chinna E. 2012. Evaluation of Anti-Inflammatory Activity of Citrullus lanatus Seed Oil by In-vivo and In-vitro Models. International Research Journal of Pharmaceutical and Applied Sciences 2(4); 104-108
Marliana, S D., Venty. S., Suyono., 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1); 26-31.
dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online, 1 (1); 24-28
Navie S., Steve C. 2010. Weed risk assessment, Horseradish tree (Moringa
oleifera).Queensland Government
Nodin, J.H., Siegler, P.E. 1968. Animal and clinical pharmacologic techniques in drug evaluation. USA: Year Book Medical Publisher Inc., 495-500
Oyedapo OO, BA Akinpelu, KF Akinwunmi, MO Adeyinka and FO Sipeolu. 2010. Red blood cell membrane stabilizing potentials of extracts of Lantana camara and its fractions. International Journal of Plant Physiology and Biochemistry. 2(4); 46-51
Price S A, Lorraine M W. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Ed.6, Jld I. Jakarta: Penerbit Buku Kodekteran EGC, 56-58
Pringgoutomo S., 2000. Patologi I (umum), Ed.1. Jakarta: Sagung Seto
Qin, YZ., RR. Holt., SA Lazarus., TJ Orozco and CL Kenn. 2002. Inhibitory effect of cocoa flavanols and procyanidin oligomers on free radical-induced erythrocyte hemolysis. Experimental Biology Medicine. 22 (5); 321-329.
Quideau, S. 2009. Chemistry and Biology of Ellagitannins : An Underestimated
Class of Bioactive Plant Polyphenols. World Scientific, Singapore. Raj Jaya, Mohineesh C, Tirath DD, Monika P, Anupuma R. 2013. Determination
of median lethal dose of combination of endosulfan and cypermethrin in wistar rat. Toxicol Int,20(1) ; 1-5
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rao KNV, V. Gopalakrishnan, V. Loganathan, S.Shanmuga N. 1999. Anti Inflammatory Activity Of Moringa Oliefera. Lam., Asian Journal of Traditional Medicines, 18 (3&4); 195 -198
R. Ilakkiya, Neelvizhi K., Tamil Selvi S., Bharathidasan R., Rekha D. 2013. A comparative study of anti-inflammatory activities of certain herbal leaf extracts. International Journal of Pharmacy and Integrated Life Sciences. 1(2); 67-77
Robbins, Stanley L., Kumar, Vinay., Cotran, Ramzi S., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC
Roloff A., H. Weisgerber, U. Lang, B. Stimm. 2005. Moringa oleifera LAM.,
1785: Enzyklopadie der Holgewachse, Handbuch und Atlas der Dendrologie. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA
Ruzin SE. 1999. Plant Microtechnique and Microscopy. Inggris: Oxford University Press
Santoso S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 16. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta ; 237-247
Sashidhara KV, JN. Rosaiah, E. Tyagi, R. Shukla, R. Raghubir, SM. Rajendran. 2009. Rare Dipeptide and Urea Derivatives from Roots of Moringa oleifera as Potential aAnti-inflammatory and Antinociceptive Agents, European Journal of Medicinal Chemistry, 44 (1); 432-436
Sankari, G., VM Mounnissamy & V. Balu. 2009. Evaluation of antiinflammatory and membrane stabilizing properties of ethanolic extracts of Diptheracanthus prostates (Acanthaceae). Amala Research Bulletin, 29; 188-89.
Shenoy, S., K. Shwetha ., K. Prabhu., R. Maradi., KL. Bairy and T. Shanbhag.
2010. Evaluation of anti-inflammatory activity of Tephrosia purpurea in rats. Asian Pacific Journal of Tropical Medicines, 3(3); 193-195.
Singh G P Rakesh G Sudeep B, S Kumar S. 2012. Anti-inflammatory Evaluation
of Leaf Extract of Moringa oleifera. Journal of Pharmaceutical and Scientific Innovation, 1(1); 22-24
Anonym. 2005. Situs Dunia Tumbuhan : Database tanaman kelor ( Moringa oleifera L.) Diakses dari http://www.plantamor.com/index.php.
Tursiman, Puji A, Risa N. 2012. Total Fenol Fraksi Etil Asetat dari Buah Asam
Kandis (Garcinia dioica Blume). JKK. 1(1) ; 45-48 USDA (United States Department of Agriculture). 2013. Natural Resources
Conservation Service :PLANTS Profile Moringa oleifera Lam. Horseradishtree. http://plants.usda.gov
Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh: Dr. Soendani Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press ; 564-577
b. Konsentrasi diubah dalam bentuk Log konsentrasi
Sampel Konsentrasi
(µg/mL) Log
konsentrasi % Stabilitas
rata-rata Probit
Fraksi etil asetat daun
kelor
50 1,699 69,333 5,50
100 2,000 77,334 5,74
200 2,301 79,862 5,84
400 2,602 82,069 5,92
800 2,903 87,448 6,13
1000 3,000 90,575 6,28
Na diklofenak
50 1,699 84,138 5,99
100 2,000 86,299 6,06
200 2,301 87,908 6,18
400 2,602 88,828 6,23
800 2,903 91,173 6,34
1000 3,000 92,138 6,41
c. Nilai probit diplotkan terhadap log konsentrasi sehingga didapat persamaan regresi liniernya.
y = 0.4784x + 4.7252
R² = 0.9639
y = 0.289x + 5.4949
R² = 0.9881
5.4
5.6
5.8
6
6.2
6.4
6.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Pro
bit
Log Konsentrasi
IC50
Frak. EA
Na diklofenak
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Nilai Y pada persamaan tersebut diganti dengan 50 % (probit=5,00), dicari nilai X nya dan dihitung antilog dari konsentrasi tersebut sehingga diperoleh IC50
IC50 fraksi etil asetat
Y = 0,4784x + 4,7252 5,0 = 0,4784x + 4,7252
X = = 0,5744
Antilog 0,5744 = 3,7533 Jadi, nilai IC50 dari fraksi etil asetat adalah 3,753 ppm IC50 Na diklofenak Y = 0,289x + 5,4949 5,0 = 0,289x + 5,4949
X = = -1,7124
Antilog -1,7124 = 0,035 Jadi, nilai IC50 dari Na diklofenak adalah 0,035 ppm
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Foto-foto Alat Penelitian dan Proses Uji Aktivitas