-
i
PENGARUH RELIGIUSITAS, GENERAL TRUST, DAN
KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi
Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Disusun Oleh:
Moh. Erick Yulacman
NIM: 1111070000155
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/ 2018
-
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta B) Juli 2018 C) Mohammad Erick Yulacman D)
Pengaruh Religiusitas, General Trust dan Konformitas Terhadap
Perilaku
Prososial
E) xii + 82 halaman + lampiran F) Berkembangnya zaman saat ini
diiringi dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih. Hal ini tentunya dapat membawa berbagai dampak
positif
dengan segala kemudahan yang diperoleh setiap orang untuk
melakukan berbagai
aktivitas, termasuk menyumbang melalui online. Tujuan penelitian
ini adalah
untuk menguji pengaruh religiusitas, general trust dan
konformitas terhadap
perilaku prososial pada penyumbang dana online.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 221 penyumbang dana
online di
Jabodetabek. Uji validitas masing-masing item dilakukan dengan
metode CFA
(Confirmatory Factor Analysis) menggunakan software LISREL versi
8.70.
Kemudian untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
perilaku
prososial penulis menggunakan analisis regresi berganda
(multiple regression
analysis).
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat
pengaruh yang
signifikan Religiusitas, General Trust dan Konformitas terhadap
Perilaku
prososial pada penyumbang dana online dengan proporsi varians
sebesar 35,1%.
Selanjutnya, berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji
signifikansi
masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable,
diperoleh ada
empat koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi Perilaku
Prososial yaitu:
Involved God, Thankfulness, Normative influence dan
Informational infiluence.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif
bagi
mahasiswa/institusi untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi Perilaku Prososial, khususnya Religiusitas, General
Trust dan
Konformitas.
G) Bahan bacaan : 5 Buku + 20 Jurnal internet: 6
-
vi
ABSTRACT
A) Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Faculty
of Psychology B) July, 2018 C) Mohammad Erick Yulacman D) The
Effect of Religiosity, General Trust and Conformity on Prosocial
Behavior E) xii + 80 pages + appendix F) The development of
increasingly sophisticated technology gives a positive
impact with all the ease that is obtained by everyone to carry
out various
activities, including contributing through online. The purpose
of this study was to
examine the effect of religiosity, general trust and conformity
to prosocial
behavior on online fundraising.
Samples in this study were 221 online fundraisers in
Jabodetabek. Test the
validity of each item is done by the CFA method (Confirmatory
Factor Analysis)
using LISREL software version 8.70. Then to examine the effect
of independent
variables on prosocial behavior the author uses multiple
regression analysis.
There is a significant influence of Religiosity, General Trust
and Conformity on
Prosocial Behavior on online fundraiser with a proportion of
variance of 35.1%.
Furthermore, based on the results of the minor hypothesis test
that tests the
significance of each regression coefficient on the dependent
variable, there are
four regression coefficients that significantly affect Prosocial
Behavior: Involved
God, Thankfulness, Normative influence and Informational
Influence.
The results of this study can be used as positive influence for
students /
institutions to pay more attention to the factors that can
affect Prosocial
Behavior, especially Religiosity, General Trust and
Conformity.
G) References : 5 Books + 20 Journals + internet: 6
-
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah swt atas
segala rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan
penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga tetap
Allah limpahkan kepada Kakanda Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangannya
sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup dibawah naungan
Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul
Rahman Saleh,
M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah,
M.Si., dan
Wakil Dekan Bidang Keuangan Ikhwan Luthfi, M.Psi., yang
memberikan penulis
kesempatan belajar di Fakultas Psikologi.
2. Dr. Gazi M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Penulis
mengucapkan Terima
kasih atas arahan, masukan, motivasi, kritik, serta koreksi
dalam pengerjaan
skripsi ini.
3. Luh Putu Suta Haryanthi, M.Psi.T, selaku dosen pembimbing
akademik kelas D
angkatan 2011 terima kasih telah memberikan saran, motivasi,
bimbingan, dan
masukan selama menempuh studi.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu
-
viii
memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan masukan kepada
penulis selama
menempuh studi.
5. Orang tua penulis, Ric D.Y Yulacman, Alm. Khudaibiyatul
Aslamiyah, Adik-
adikku M. Rich Fadlan Y, Moh. Ericson Al Akbar Y, Serta keluarga
besar
penulis yang selalu memberikan doa, kasih sayang, pengertian,
perhatian, dan
dukungan baik moril maupun materiil.
6. Kawan-kawan penulis, Ade, Fendi, Risda, Iqbal, Hilman, Daus,
Fuji, Andhika,
Saepudin semua anggota KOMPSI, kakak, adik dan satu angkatan dan
kawan-
kawan lainnya Terimakasih atas, dukungan, serta motivasinya.
7. Teman seperjuangan, serta keluarga Psikologi 2011 khususnya
kelas D, yang
memberikan bantuan, dukungan, kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah berkontribusi
dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari
kalian semua.
Penulis menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang
disengaja
maupun tidak disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk
menjadi lebih baik.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
kepada setiap
pembaca.
Jakarta, Juli 2018
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN
PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN
PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN
PERNYATAAN..............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT..........................................................................................................vi
KATA
PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR
ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR
TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR
GAMBAR...........................................................................................xii
BAB 1
PENDAHULUAN...............................................................................1-15
1.1 Latar
Belakang.................................................................................1
1.2 Pembatasan dan Perumusan
Masalah...............................................13
1.2.1 Pembatasan
masalah...............................................................13
1.2.2 Perumusan
masalah................................................................14
1.3 Tujuan
Penelitian..............................................................................14
1.4 Manfaat
Penelitian............................................................................14
1.4.1 Manfaat
Teoritis......................................................................14
1.4.2 Manfaat
Praktis.......................................................................15
BAB 2 LANDASAN TEORI
............................................................................16
2.1 Perilaku
Prososial..............................................................................16
2.1.1 Pengertian Perilaku
Prososial.................................................16
2.1.2 Dimensi Perilaku
Prososial.....................................................17
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Prososial.........18
2.1.4 Alat Ukur Perilaku
Prososial..................................................21
2.2
Religiusitas........................................................................................22
2.2.1 Pengertian
Religiusitas............................................................22
2.2.2 Dimensi
Religiusitas...............................................................23
2.2.3 Alat Ukur
Religiusitas.............................................................24
2.3 General
Trust....................................................................................25
2.3.1 Definisi General
Trust............................................................25
2.3.2 Alat Ukur General
Trust.........................................................26
2.4
Konformitas......................................................................................27
2.4.1 Pengertian
Konformitas..........................................................27
2.4.2 Dimensi
Konformitas..............................................................28
2.4.3 Alat Ukur
Konformitas...........................................................29
2.5 Kerangka
Berfikir.............................................................................30
2.6
Hipotesis...........................................................................................32
BAB 3 METODOLOGI
PENELITIAN...........................................................35
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel.........................35
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel....................35
-
x
3.2.1 Perilaku
Prososial....................................................................36
3.2.2
Religiusitas..............................................................................36
3.2.3 General
Trust..........................................................................38
3.2.4
Konformitas............................................................................38
3.3 Instrumen Pengumpulan
Data...........................................................39
3.4 Uji Validitas
Konstruk......................................................................43
3.4.1 Uji Validitas Alat Ukur Perilaku
Prososial.............................45
3.4.2 Uji Validitas Alat Ukur
Religiusitas.......................................47
3.4.2.1 Dimensi General
Religiosity.......................................47
3.4.2.2 Dimensi Social
Religiosity..........................................48
3.4.2.3 Dimensi Involved
God................................................49
3.4.2.4 Dimensi
Forgiveness...................................................50
3.4.2.5 Dimensi God as
Judge.................................................51
3.4.2.6 Dimensi
Unvengefulness.............................................52
3.4.2.7 Dimensi
Thankfulness.................................................53
3.4.3 Uji Validitas Alat Ukur General
Trust....................................55
3.4.3.1 General
Trust...............................................................55
3.4.4 Uji Validitas Alat Ukur
Konformitas......................................56
3.4.4.1 Dimensi Normative
Influence.....................................56
3.4.4.2 Dimensi Informational
Influence................................58
3.5 Teknik Analisis
Data.........................................................................59
BAB 4 HASIL
PENELITIAN............................................................................62
4.1 Gambaran Subjek
Penelitian.............................................................62
4.2 Deskripsi Statistik Hasil
Penelitian...................................................63
4.3 Kategorisasi
Variabel........................................................................63
4.4 Uji Hipotesis
Penelitian....................................................................65
4.5 Proporsi
Varian.................................................................................70
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN
SARAN.............................................73
5.1
Kesimpulan.......................................................................................73
5.2
Diskusi..............................................................................................73
5.3
Saran.................................................................................................76
5.3.1 Saran
teoritis...........................................................................76
5.3.2 Saran
praktis............................................................................77
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................78
LAMPIRAN..........................................................................................................81
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala perilaku
prososial...........................................................40
Tabel 3.2 Blue print skala
religiusitas......................................................................41
Tabel 3.3 Blue print skala general
trust....................................................................42
Tabel 3.4 Blue print skala
konformitas.....................................................................43
Tabel 3.5 Muatan faktor item perilaku
prososial......................................................46
Tabel 3.6 Muatan faktor item general
religiosity.....................................................48
Tabel 3.7 Muatan faktor item social
religiosity........................................................49
Tabel 3.8 Muatan faktor item involved
God.............................................................50
Tabel 3.9 Muatan faktor item
forgiveness................................................................51
Tabel 3.10 Muatan faktor item God as
judge............................................................52
Tabel 3.11 Muatan faktor item
unvengefulness........................................................53
Tabel 3.12 Muatan faktor item
thankfulness............................................................
54
Tabel 3.13 Muatan faktor item general
trust............................................................
56
Tabel 3.14 Muatan faktor item normative
influence.................................................57
Tabel 3.15 Muatan faktor item informational
influence............................................59
Tabel 4.1 Gambaran subjek
penelitian......................................................................62
Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel
penelitian........................................................63
Tabel 4.3 Pedoman interpretasi
skor.........................................................................64
Tabel 4.4 Kategorisasi skor
variabel.........................................................................64
Tabel 4.5 Model
summary.........................................................................................66
Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap
DV..........................................66
Tabel 4.7 Koefisien
regresi........................................................................................67
Tabel 4.8 Proporsi varian sumbangan masing-masing independent
variable............71
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka
berpikir....................................................................................32
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berkelompok dengan
berbagai
bentuk sosialisasi di dalamnya. Kelebihan manusia sebagai
makhluk sosial yaitu
kesediaannya memberikan pertolongan dan mengulurkan tangan
terhadap
keluarga, kelompok atau komunitasnya, bahkan siap menolong orang
tidak
dikenal, dari etnis atau bangsa lain tanpa pamrih dan tanpa
meminta imbalan.
Perilaku menolong menggambarkan manusia sebagai makhluk yang
tidak egois
dan dermawan, mampu untuk memberikan perhatian yang nyata
untuk
kesejahteraan orang lain, dan merasa bahwa dirinya mempunyai
kemampuan
memberikan bantuan pada orang lain. Perilaku menolong kepada
orang lain
merupakan salah satu bentuk dari perilaku prososial (Staub,
1978).
Berkembangnya zaman saat ini diiringi dengan perkembangan
teknologi
yang semakin canggih. Hal ini tentunya dapat membawa berbagai
dampak positif
dengan segala kemudahan yang diperoleh setiap orang untuk
melakukan berbagai
aktivitas. Media sosial seperti seperti Line, Whatsapp,
Facebook, Twitter, Path,
dan sebagainya mampu mendorong lahirnya beberapa lembaga „semu‟
bersifat
filantropi yang mempraktikkan „cara-cara baru‟ yang lebih
inovatif dalam
menggalang dan mengelola dana sosial. Kepopuleran sosial media
dianggap
sebagai sebuah kecanggihan teknologi yang dapat membuat kegiatan
filantropi
seperti penggalangan dana dan donasi semakin mudah untuk
dilakukan. Tanpa
harus mengunjungi panti asuhan, panti jompo atau yayasan sosial
lainnya, donasi
-
2
bisa kita lakukan melalui situs-situs yang diprakarsai oleh anak
muda seperti
kitabisa.com, beranimimpi.id, ayopeduli.com dan situs kegiatan
donasi lainnya.
Website-website tersebut dapat digunakan sebagai wadah online
yang
menyediakan asa penggalangan dana dan penerimaan donasi untuk
pemilik ide
dan/atau kampanye sosial. Mulai dari program yayasan/NGO,
inisiatif komunitas,
gagasan mahasiswa, bantuan bencana alam, hingga patungan untuk
pribadi yang
membutuhkan. Dana donasi diterima dari pengguna situs yang
mendukung ide
dan/atau kampanye sosial tersebut (www.qureta.com).
Salah satu contoh kasus yang berkaitan adalah tragedi yang
menimpa suku
Rohingya di Myanmar pada 25 Agustus 2017, situs kitabisa.com
yang dilansir per
tanggal 14 September 2017 berhasil menghimpun 3489 donatur
melampaui 406%
dari target awal donasi dan masih terus bertambah hingga tulisan
ini dibuat.
Mereka yang membutuhkan sudah merasakan manfaat dari situs
kitabisa.com ini
salah satunya Sigit Budiharto yang putranya bernama Rafa (1
tahun) yang lahir
dalam kondisi CBL (bibir sumbing plus langit mulut terbelah).
Diketahui Senin,
21 Agustus 2017 Rafa telah menjalankan operasi tahap 1, yaitu
operasi langit-
langit mulut di RS. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Kondisi Rafa
semakin baik
pasca operasi ini demikian juga dengan kondisi ginjalnya yang
akan terus
dipantau dan jika memungkinkan kelak akan dilakukan operasi pada
bagian
ginjalnya. Adapun dana yang terkumpul dari link donasi
kitabisa.com/RafaSindromNefrotik adalah sebesar Rp. 20.282.257,
dengan
dikurangi admin kitabisa.com sebesar 5 % sehingga yang
disampaikan untuk
membantu pengobatan Rafa sebesar Rp. 19.268.172
(kitabisa.com).
-
3
Berdasarkan hal tersebut, terdapat fakta yang menarik bagi
penulis.
Terdapat kasus seorang pria bernama Cak Budi alias Budi Utomo
mendadak viral
setelah ketahuan menggunakan dana donasi sosial yang
dikumpulkannya untuk
membeli mobil Toyota Fortuner dan smartphone iPhone 7. Mulanya
ia menerima
donasi langsung sendiri dari donatur. Nilainya donasi yang
diberikan bervariasi
mulai terkecil Rp 25.000 sampai paling besar Rp 2.000.000.
Beberapa bulan
belakangan dirinya membuat akun di situs Kitabisa.com. Terakhir
kali, ia
mengaku dana donasi sosial yang didapatkan sebanyak Rp 1,7
miliar. Sayangnya,
Cak Budi mengaku tidak pernah merincikan lewat pembukuan,
mengenai ke mana
saja donasi yang disalurkan. Cak Budi menyatakan hanya
menyampaikan laporan
penyaluran donasinya lewat akun Instagramnya saja
(kompas.com).
Menurut Prof. Laurentius Dyson P. MA, sosiolog dari
Universitas
Airlangga Surabaya, Gerakan mengumpulkan dana sudah ada sejak
zaman Orde
Baru (Orba) yang dihimpun oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Bedanya,
pengumpulan dana lewat LSM terbilang lebih jelas, sedangkan
media online
tidak. Tidak heran kalau media online sering kali dimanfaatkan
oleh pihak tidak
bertanggung jawab yang ingin mencari keuntungan pribadi atau
kelompoknya.
Maka, terjadinya penipuan di medsos sangat lumrah,” Survei yang
dilakukan
Symantec, sebuah perusahaan software dari California, Amerika
Serikat (AS),
menguatkan pendapat Dyson. Berdasarkan survei yang mereka
lakukan pada
tahun 2015 soal penipuan melalui medsos, Indonesia berada di
posisi ke-13
tertinggi se-Asia Pasifik untuk kasus tersebut
(www.femina.co.id).
http://indeks.kompas.com/tag/Cak-Budihttp://indeks.kompas.com/tag/donasi
-
4
Seorang wanita bernama Annisa Ambarukmi sempat tertipu
temannya
sendiri yang menggalang dana melalui Facebook untuk menolong
seseorang yang
terkena musibah kecelakaan. “Berhubung dia teman sendiri, saya
langsung saja
mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening yang dipajang di
status tersebut,
tanpa bertanya lebih lanjut target donasinya,” Seminggu
kemudian, saat Annisa
ingin menanyakan kabar perkembangan si korban kecelakaan, akun
temannya itu
sudah deactive. Mengecek ke teman-teman lain, terungkaplah bahwa
teman yang
menggalang donasi lewat Facebook itu memang penipu. “Gara-gara
kasus itu,
saya jadi lebih teliti ketika akan berdonasi. Hal itu tak
membuat saya kapok
berdonasi, tapi jadi lebih waspada dan selalu mengecek dengan
detail mengenai
badan penyalur sumbangan dan orang yang akan dibantu,”
(www.femina.co.id).
Dari penjelasan di atas dan dengan berbagai resiko yang bisa
terjadi,
mengapa sampai saat ini orang-orang masih mau memberikan
sebagian hartanya
secara sukarela? Melihat fenomena yang telah dijelaskan
sebelumnya, penulis
merasa tertarik untuk mengkaji perilaku prososial dalam hal
menyumbang via
situs daring di era informatika ini. Penelitian sebelumnya telah
menjelaskan
prilaku menolong sangat terkait dengan prilaku prososial.
Perilaku prososial
adalah tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh
kepentingan pribadi
tanpa mengharapkan sesuatu untuk diri si penolong itu sendiri.
Perilaku prososial
ini pada umumnya diperoleh melalui proses belajar, yakni
penguatan dan peniruan
(Sears, et al., 1994).
Motivasi dan timbal balik prososial menjadi semakin penting
dalam
penelitian sains. Individu dikatakan memiliki motivasi sosial
saat mereka tidak
-
5
menunjukkan ketidakpedulian terhadap preferensi perilaku orang
lain. Motivasi
prososial merupakan subkelas motivasi sosial yang memiliki
kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain, tidak seperti jenis motivasi sosial
lain misalnya rasa iri
terhadap orang lain (Fehr & Schmidt, 2006).
Ketika terlibat dalam perilaku prososial, orang dengan motivasi
prososial
tinggi cenderung tanpa memberi banyak pertimbangan atas
penghargaan atau
konsekuensi pribadi terhadap tindakan sosialnya. Sebaliknya,
prososial rendah
cenderung memberi nilai lebih tinggi pada kepentingan mereka
sendiri dan terlibat
dalam proses rasional dengan secara sistematis mempertimbangkan
konsekuensi
tindakan sosial mereka (Meglino & Korsgaard, 2004).
Misalnya, penelitian
sebelumnya telah menemukan bahwa orang dengan motivasi prososial
tinggi
cenderung mengalami perasaan tanggung jawab sosial dan norma
timbal balik
yang kuat, sehingga mempengaruhi kecenderungan mereka untuk
menunjukkan
perilaku prososial (De Cremer & van Lange, 2001).
Individu dengan motivasi prososial yang tinggi kurang
termotivasi oleh
kepentingan pribadi ketika melakukan perilaku menolong (Meglino
& Korsgaard,
2004). Dalam penelitian eksperimental, Korsgaard et al.. (2010)
ditemukan bahwa
pada orang-orang yang memiliki orientasi prososial yang tinggi,
harapan
membantu orang lain yang menghasilkan keuntungan yang positif di
masa depan
merupakan motivator lemah untuk melakukan perilaku menolong.
Orang-orang
yang termotivasi secara prososial merupakan mereka yang tidak
mengutamakan
kepentingan mereka sendiri untuk menguntungkan orang lain.
(Grant & Mayer,
2009).
-
6
Berkaitan dengan donasi, ajaran agama menganjurkan penganutnya
untuk
saling berbagi terhadap yang membutuhkan. Contohnya dalam Islam
terdapat
anjuran untuk berbagi sebagian harta kepada yang membutuhkan,
bahwa harta
hanyalah titipan Allah, hakikatnya harta tersebut adalah milik
Allah. Semua atas
kuasa Allah Ta‟ala pada makhluk ciptaanNya untuk menguasai
dan
memanfaatkannya (QS. Al Hadid 57:7). Tentunya tidak hanya agama
Islam, di
agama lain juga mengajarkan untuk saling berbagi terhadap yang
membutuhkan,
oleh karena itu religiusitas merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi
perilaku prososial yang dalam penelitian ini adalah penyumbang
dana online.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2016) terhadap
255
santri pesantren modern di kota Banda Aceh (kelas I tingkat MTsN
- kelas III
tingkat MA) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara
religiusitas dengan perilaku prososial pada santri pesantren
modern di kota Banda
Aceh. Artinya, semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi
perilaku prososial
ataupun sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
religiusitas pada
santri pesantren modern di kota Banda Aceh tergolong tinggi
(95,7%) dan
perilaku prososial juga tergolong tinggi (91,8%).
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Preston, Salomon, &
Ritter
(2013) menunjukkan bahwa aspek utama religiusitas (kepercayaan
religius
pribadi, tingkat kehadiran di tempat ibadah) secara positif
berhubungan dengan
prososial setidaknya terhadap orang-orang yang tidak memiliki
potensi ancaman.
Religiusitas dalam pribadi telah dikaitkan dengan berbagai sikap
prososial dan
perilaku aktual seperti kerja sama atau kemurahan hati (Ruffle
& Sosis, 2007) dan
-
7
perilaku membantu, terutama terhadap anggota kelompok
(Blogowska, Lambert,
& Saroglou, 2013).
Peran kelompok tersebut memunculkan suatu kesamaan, salah
satunya
kesamaan agama. Dalam prilaku agama, orang-orang yang religius
dianggap lebih
prososial daripada orang-orang yang nonreligius. Peran agama
yang mengajarkan
cinta kasih pada sesama sangat memungkinkan untuk diterapkan
oleh manusia
pada kehidupan bermasyarakat (Grossman & Parrett 2011).
Individu yang aktif
melaksanakan ibadah hampir selalu melalukan tindakan menolong
orang lain
disebabkan individu tersebut merasakan dorongan yang kuat untuk
membantu
orang yang membutuhkan (Batson dan Brown, 2005).
Selain itu juga di temukan penelitian bahwa ketika aspek
keagamaan
diaktifkan dalam pikiran individu, religiusitas secara mendasar
akan
meningkatkan perilaku prososial, contohnya termasuk kemurahan
hati dan amal,
kerjasama dan tidak ada rasa dendam (Saroglou, Corneille, &
Van Cappellen,
2009). Terdapat nilai prososial dari anjuran kebaikan dalam
religiusitas, yang
menghasilkan kemauan untuk membantu orang lain, terutama bila
bantuan itu
anonim dan altruistik (tujuan utamanya adalah menguntungkan
orang lain dan
bukan untuk keuntungan sendiri) (Hardy & Carlo, 2005).
Religiusitas terkait dengan prososial, hubungan ini biasanya
semakin kuat
ketika orang menghadiri kegiatan keagamaan (Malhotra, 2010).
Indikator agama
yang berkorelasi dengan perilaku prososial antara lain
menghadiri kegiatan
keagamaan dan contoh lainnya yaitu perilaku sumbangan amal
(Bekkers &
-
8
Wiepking, 2007). Kehadiran dalam ritual agama juga terkait
dengan kesukarelaan
(Mattiss et al., 2000), kerja sama dan kemurahan hati (Anderson
& Mellor, 2009).
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa religiusitas merupakan
faktor yang
berpengaruh terhadap prososial. Religiusitas merupakan faktor
yang mempunyai
dasar dari ajaran agama. Aturan agama dan moral kebanyakan
masyarakat
menekankan kewajiban menolong (Sears 1992). Dalam penelitian ini
penulis
tertarik untuk menambahkan faktor lain yang masih bersifat dari
dalam individu
yang lebih bersifat umum. Dalam hal perilaku membantu terhadap
orang lain
tanpa mengharapkan balasan ada suatu rasa kepercayaan yang
menjadi salah satu
pendorong dalam proses berfikir yang memberi keyakinan untuk
melakukannya
baik dalam bentuk tenaga maupun pemberian materi. Kepercayaan
pada orang
lain dalam penelitian ini penulis menggunakan faktor general
trust untuk diuji
terhadap perilaku prososial.
Crowdfunding adalah proses mengumpulkan dana untuk memulai
suatu
project atau bisnis, yang sumber dananya berasal dari sejumlah
besar orang
(Crowd), pengumpulannya memiliki batas waktu tertentu, misalnya
30 – 60 hari,
dan prosesnya dilakukan melalui online platform (iot.co.id).
Oleh karena itu di
dalamnya pasti terdapat kepercayaan para pendonasi kepada
penggalang dana
hingga mereka bisa secara sukarela memberi bantuan tunai
berapapun besarnya.
Berdasarkan hal di atas general trust diprediksi sebagai
variabel selanjutnya yang
berpengaruh dalam penelitian ini.
Terdapat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andriani
dan
Sabatini (2013) pada 2508 responden dari Biro Pusat Statistik
Palestina
-
9
menunjukan general trust menjadi prediktor terkuat dalam
pengaruhnya terhadap
prososial. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut ditemukan
bahwa, dalam
masyarakat kolektivis dengan tingkat generalized trust yang
rendah, kurangnya
kepercayaan warga negara terhadap keadilan dan efisiensi
institusi publik dapat
membahayakan tatanan sosial. Yamagishi dan Yamagishi (1994)
mendefinisikan
trust sebagai harapan bahwa seorang partner, termasuk yang
berpotensi sebagai
partner, memiliki maksud dan niat yang baik ketika berhubungan
dengan orang
lain.
General trust yang tinggi dapat menciptakan suasana positif
seperti yang
dihasilkan oleh perilaku prososial dalam sebuah kelompok. Dengan
kata lain,
suasana positif yang khas dari general trust akan akan memberi
dorongan pada
individu untuk bertindak secara prososial dalam keadaan afektif
yang positif
(Cuadrado & Tabernero, 2015). Perilaku prososial terkait
dengan trust secara
umum. pada subjek eksperimen yang dilakukan oleh Kuhne (2012)
dilihat dari
adanya tindakan kontribusi secara sukarela pada orang yang tidak
saling kenal
dalam sebuah permainan. Tidak ada informasi mengenai perilaku
satu sama lain,
mereka hanya saling percaya jika mau bekerja sama dengan baik
maka orang lain
juga akan melakukan hal yang sama.
Trust dan perilaku prososial berkorelasi signifikan dan positif.
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Andriani & Sabatini (2013)
pada sebuah suku di
Palestina (dalam jurnal disebut clans yang merupakan satu pilar
pemerintahan
masyarakat Palestina). Hasil tersebut mencerminkan bahwa suku
mereka percaya
diri bisa bekerja sama dengan suku lainnya secara kooperatif,
mereka merasa
-
10
terlindungi dari kecurangan dan eksploitasi, sehingga
merendahkan kemungkinan
resiko negatif.
Dalam institusi publik di Palestina, trust adalah prediktor
terkuat dari
prososial. Secara umum masyarakat kolektif dengan tingkat trust
yang rendah,
kurangnya kepercayaan warga pada keadilan dan efisiensi pada
institusi publik
dapat membahayakan tatanan sosial. Keterikatan Masyarakat pada
institusi publik
dengan "kontrak psikologis" berdasarkan kewajiban bersama dapat
mendorong
perilaku prososial. Konsep kontrak psikologis ini mengacu pada
keyakinan
bersama, persepsi, dan kewajiban informal antara para pekerja
pada pimpinan.
Masyarakat yang berpikir bahwa institusi publik itu efisien dan
adil cenderung
memiliki nilai trust yang tinggi dan memilih perilaku prososial
dalam memenuhi
kontrak psikologis (Andriani & Sabatini, 2013).
Selain religiusitas dan general trust, dalam penelitian ini akan
diuji faktor
lain yaitu konformitas. Berbeda dengan faktor-faktor sebelumnya
yang lebih
menggambarkan hasil dari dorongan keyakinan dari dalam diri
seseorang atau
bersifat internal, konformitas merupakan pengaruh dari perilaku
orang lain pada
seseorang atau bersifat eksternal. Berdasarkan teori dari Bibb
Latane dan John
Darley (1970), dalam konformitas terdapat hal yang disebut
bystander effect
dimana individu cenderung ikut memberikan bantuan kepada korban
saat ada
orang lain yang mulai memberikan bantuan. Sebaliknya, semakin
banyak orang
yang hanya melihat saja tanpa membantu, semakin kecil
kemungkinannya salah
satu dari mereka akan bergerak membantu. Efek ini kerap terjadi
pada perilaku
prososial terutama pada zaman modern ini.
-
11
Penelitian sebelumnya oleh Nook, Ong, Morelli, Mitchell &
Zaki (2016)
yang dilakukan pada 342 partisipan di Amazon Mechanical Turk
(sebuah tempat
kerja online), hasilnya konformitas prososial dengan adanya
penularan empati
dalam norma kelompok tidak hanya mendorong perasaan empati
peserta sendiri,
namun juga mempengaruhi jumlah donasi peserta ke tempat
penampungan
tunawisma. Pengaruh sosial dapat memotivasi orang untuk
berperilaku secara
prososial, misalnya dengan menyumbang untuk amal, bertindak
secara adil dalam
tugas, teori maupun permainan, melindungi lingkungan, dan ketika
melakukan
pemungutan suara (Nook, et al., 2016).
Konformitas prososial muncul saat orang ikut merasakan secara
mendalam
tujuan dan motif dari orang-orang di sekitar mereka (Aarts,
Gollwitzer, & Hassin,
2004). Keadaan emosional yang kuat sering mendorong tindakan
prososial.
Meskipun perilaku prososial muncul dari banyak sumber, empati
lebih sering
mendorong perilaku prososial (Zaki & Mitchell, 2013). Ada
serangkaian proses
yang berbeda namun saling terkait dari empati: berbagi,
memahami, dan
memperhatikan keadaan internal orang lain (Zaki & Ochsner,
2016). Konformitas
prososial berpotensi membentuk kepedulian empatik (Nook, et al.,
2016). Empati
menghasilkan motivasi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup orang
lain, yang mendorong perilaku baik dan murah hati ( Zaki &
Ochsner, 2016).
Mengamati norma prososial memotivasi individu untuk bertindak
dengan
baik, meningkatkan kecenderungan untuk berempati dengan orang
lain. Oleh
karena itu, konformitas prososial dapat menggeneralisasi jenis
perilaku, dari
sumbangan amal hingga dukungan sosial. Konformitas prososial
menunjukkan
-
12
karakteristik kunci dari konformitas secara luas dengan
menggeneralisasi dari satu
perilaku ke perilaku lainnya dan mencakup ranah perilaku dan
emosi (Nook, et al.,
2016).
Orang-orang menyesuaikan perilaku prososial mereka agar sesuai
dengan
norma kelompok dari waktu ke waktu, hal ini mendukung peran
pembelajaran
mekanisme dan menghargai pengaruh sosial (Klucharev et al.,
2009). Perilaku
prososial melibatkan struktur saraf terkait nilai yang sama
berhubungan dengan
konformitas (Zaki & Mitchell, 2013). Selain menggerakkan
perilaku prososial,
norma kelompok menggerakkan perasaan empati dari emosi
prososial. Orang-
orang (partisipan) merasakan empati lebih pada target sosial
ketika mereka
percaya bahwa rekan-rekan mereka mengalami tingkat empati yang
tinggi,
dibandingkan dengan yang rendah (Nook, et al., 2016).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, penulis tertarik
untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Religiusitas,
general trust dan
Konformitas terhadap Prososial pada penyumbang dana online”.
Penelitian yang
akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu jumlah
pastisipan, daerah tempat partisipan tinggal. Berangkat dari
latar belakang tersebut
serta menindak lanjuti saran dari Yuosef (2000) yang mengatakan
bahwa
penelitian sejenis dengan menggunakan sampel yang berbeda dalam
situasi
lingkungan yang berbeda pula untuk mendapatkan hasil penelitian
yang baru
adalah sangatlah menarik untuk dilakukan.
-
13
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis membatasi
ruang lingkup
masalah penelitian ini pada Pengaruh Religiusitas, general trust
dan Konformitas
terhadap perilaku prososial pada penyumbang dana online. Adapun
definisi
variabel-variabel yang diteliti adalah:
1. Perilaku prososial adalah perilaku yang dimaksudkan untuk
menguntungkan
orang lain (Carlo & Randall, 2002).
2. Religiusitas adalah perwujudan individu penganut agama
yang
menggambarkan, bagaimana hubungan individu dengan Tuhannya
(general
religiosity), bagaimana individu tersebut membina hubungannya
dengan
individu sesama penganut agamanya (social religiosity), segala
sesuatu yang
menurut manusia melambangkan Tuhan yang mencerminkan kepercayaan
dan
keyakinan terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusan manusia
(involved God),
bagaimana mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang,
dan
saling memaafkanpada dunia (forgiveness), mengambarkan kekuasaan
yang
dimiliki Tuhan (God as judge), mengambarkan perilaku individu
yang tidak
mendendam (unvengefulness), dan bagaimana individu mengambarkan
rasa
syukur nya (thankfulness) (Kendler, et al., 2003).
3. General Trust adalah kepercayaan pada orang lain ketika tidak
ada informasi
mencukupi apakah seseorang tersebut dapat dipercaya atau tidak
(Yamagishi,
et al., 2015).
-
14
4. Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau
perilaku
individu agar sesuai dengan perilaku orang lain. Konformitas
terdiri dari dua
dimensi, yaitu: Normative Influence: Keinginan agar diterima
secara sosial,
agar orang lain dapat menerima, menyukai, dan memperlakukannya
dengan
baik, Informational Influence: Kecenderungan untuk menyesuaikan
diri
berdasarkan pengaruh informasi ini bergantung pada dua dimensi
situasi, yaitu
sebesar-besar keyakinan pada kelompok dan seberapa yakin pada
penilaian
sendiri (Sears, Taylor, dan Peplau 2009).
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religiusitas, general
trust, dan
konformitas terhadap perilaku prososial ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh religiusitas,
general trust, dan
konformitas terhadap perilaku prososial pada penyumbang dana
online.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperkaya
khazanah
keilmuan yang bisa dijadikan literatur tambahan pada berbagai
bidang ilmu
psikologi, khususnya bidang ilmu psikologi sosial mengenai
religiusitas, general
trust, dan konformitas pada penyumbang dana online.
-
15
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat
khususnya
pembaca dalam memahami permasalahan mengenai religiusitas,
general trust, dan
konformitas terhadap perilaku prososial pada penyumbang dana
online.
-
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. 1. Perilaku Prososial
2. 1. 1. Pengertian Perilaku Prososial
Deaux & Wrightsman (1993) mendefinisikan perilaku prososial
sebagai perilaku
yang menguntungkan orang lain atau memiliki konsekuensi sosial
yang positif .
Sedangkan menurut Rushton dalam Sears (1994), perilaku prososial
berkisar dari
tindakan menolong yang tidak mementingkan diri sendiri atau
tanpa pamrih
sampai tindakan menolong sepenuhnya di motivasi oleh kepentingan
diri sendiri.
Sedangkan pada perilaku altruism lebih fokus pada tindakan
sukarela yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang
lain tanpa
mengharapkan imbalan apapun, kecuali perasaan telah melakukan
kebaikan.
Eisenberg dan Mussen (1989) mendefinisikan perilaku prososial
Sebagai
suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk menolong
atau memberikan
manfaat bagi individu atau kelompok yang lain. Sedangkan menurut
Carlo &
Randall (2002), perilaku prososial adalah perilaku yang
dimaksudkan untuk
menguntungkan orang lain. Taylor, et al. (2002) mengemukakan
perilaku
prososial mencakup katagori yang lebih luas karena meliputi
segala bentuk
tindakan yang dilakukan atau dirancang untuk menolong orang
lain, tanpa
memperdulikan motif-motif si penolong. Baron & Byrne (2006)
mengemukakan
perilaku prososial sebagai tindakan individu untuk menolong
orang lain yang
secara tidak langsung dapat menguntungkan si penolong itu
sendiri, hal ini
merupakan bagian terpenting dari kehidupan sosial. Dari beberapa
pemaparan
-
17
definisi perilaku prososial, Sebagai acuan dalam penelitian ini,
penulis
menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Carlo & Randall
(2002) bahwa
perilaku prososial adalah perilaku yang dimaksudkan untuk
menguntungkan orang
lain.
2.1.2 Dimensi Perilaku Prososial
Adapun dimensi-dimensi perilaku prososial menurut Carlo dan
Randall (2002)
antara lain yaitu :
1. Altruism, Perilaku prososial altruistic didefinisikan sebagai
perilaku sukarela
untuk menolong orang lain, didasarkan motivasi utama yaitu
adanya
kebutuhan untuk menolong dan kepentingan untuk mensejahterakan
orang
lain, yang selalu diikuti dengan respon simpati dan norma
internal / prinsip
yang konsisten untuk menolong orang lain. Indikator pada dimensi
ini adalah
membantu karena adanya kebutuhan untuk membantu dan
mensejahterakan
orang lain
2. Compliant, Perilaku prososial compliant didefinisikan sebagai
permintaan
menolong orang lain karena adanya permintaan verbal dan
non-verbal.
Perilaku prososial ini lebih sering dilakukan secara spontan.
Indikator pada
dimensi ini adalah membantu orang lain didasarkan permintaan
verbal dan
nonverbal.
3. Emotional, Perilaku prososial emotional adalah kecenderungan
menolong
orang lain atas dasar situasi emosional yang tinggi. Seperti
misalnya remaja
yang tangannya terluka, kemudian dia menangis dan mengeluarkan
darah
akan lebih menggugah emosi daripada mereka yang tangannya
terluka tetapi
-
18
tidak menunjukkan respon apapun. Indikator pada dimensi ini
adalah
membantu dan beramal didasarkan situasi yang menggugah
emosional
4. Public, Perilaku prososial yang dilakukan di depan orang lain
yang dimotivasi
dengan keinginan untuk mendapatkan penerimaan dan penghormatan
dari
orang lain. Indikator pada dimensi ini adalah menolong seseorang
ketika
banyak orang yang melihat, adanya keinginan untuk
mendapatkan
penghargaan dari orang lain.
5. Anonymous, Perilaku prososial anonymous didefinisikan sebagai
tindakan
menolong yang ditunjukan tanpa diketahui oleh orang yang telah
diberikan
pertolongan. Indikator pada dimensi ini adalah beramal dan
menolong tanpa
diketahui orang lain
6. Dire, Perilaku prososial dire perilaku menolong yang
ditunjukkan seseorang
diantara situasi krisis atau keadaan darurat. Indikator pada
dimensi ini adalah
menolong dalam situasi kritis atau darurat.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Prososial
Menurut Sarlito (2002) ada banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku prososial,
dan faktor-faktor ini bisa dipicu oleh faktor dari luar dan dari
dalam diri seseorang
2.1.3.1 Faktor Luar/ Pengaruh Situasi
1. Bystanders, Menurut penelitian psikologi sosial yang
berpengaruh pada
perilaku menolong atau tidak menolong adalah adanya orang lain
yang
kebetulan bersama kita di tempat kejadian (bystanders). Semakin
banyak orang
lain semakin kecil kemungkinan untuk menoiong dan sebaliknya
orang yang
sendirian cenderung untuk menolong.
-
19
2. Menolong jika orang lain juga menolong, sesuai dengan prinsip
timbal balik
dalam teori norma sosial, adanya seseorang yang sedang menolong
orang lain
akan memicu kita untuk juga ikut menolong.
3. Desakan waktu, biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa
cenderung untuk
tidak menoiong, sedangkan orang yang santai lebih besar
kemungkinan untuk
memberikan pertolongan pada orang yang memerlukannya.
4. Kemampuan yang dimiliki Kalau orang merasa mampu, ia akan
cenderung
menolong. Sedangkan kalau merasa tidak mampu ia tidak
menolong.
2.1.3.2 Faktor Dalam Atau Pengaruh Dari Dalam Diri
1. Perasaan, Perasaan dalam diri seseorang dapat mempengaruhi
perilaku
menolong. Kurang ada konsistensi dalam hal pengaruh perasaan
yang negatif
(sedih, murung, kecewa dan sebagainya) terhadap perilaku
menolong.
2. Faktor sifat (trait), menurut Guagono dalam Sarlito (2002)
Orang menolong
karena pada diri seseorang ada sifat menolong yang sudah
tertanam dalam
kepribadiannya.
3. Agama, menurut Gallup dalam Sarlito (2002) faktor agama
ternyata juga dapat
mempengaruhi perilaku menolong, 12% dari orang Amerika Serikat
tergolong
taat beragama dan di antara mereka 45% membantu dalam
pekerja-pekerja
sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit, orang jompo,
sementara
kalangan yang tidak beragama persentase yang membantu hanya 22%.
Temuan
Gallup ini di dukung oleh penelitian lain yang menyatakan bahwa
kadar
keberagamaan dapat meramalkan perilaku menolong untuk
proyek-proyek
berjangka panjang
-
20
4. Tahapan moral, menurut Boedihargo dalam Sarlito (2002) secara
teoritis ada
hubungan anatara tahapan perkembangan moral dan perilaku
prososial, dalam
penelitian hal ini belum di temukan bukti-bukti yang
mendukung.
5. Jenis kelamin, menurut Goldberg dalam Sarlito (2002) dari
pangamatan
terhadap lebih dari 6300 orang penjalan kaki di Batson dan
Cambridge,
Amerika serikat, ternyata 1.6 % menyumbang kepada peminta-minta
jalanan.
Di antara para penyumbang itu, laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan.
Selain faktor di atas terdapat beberapa faktor lain yang
mempengaruhi perilaku
prososial diantaranya:
1. Faktor Religiusitas, menurut Penelitian yang dilakukan oleh
Novita (2016)
terhadap santri pesantren modern di kota Banda Aceh (kelas I
tingkat MTSN -
kelas III tingkat MA) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif
antara religiusitas dengan perilaku prososial. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa tingkat religiusitas pada santri pesantren modern di kota
Banda Aceh
tergolong tinggi (95,7%) dan perilaku prososial juga tergolong
tinggi (91,8%).
2. General trust, menurut Cuadrado & Tabernero (2015)
general trust yang
tinggi dapat menciptakan suasana positif seperti yang dihasilkan
oleh perilaku
prososial dalam sebuah kelompok. Dengan kata lain, suasana
positif yang khas
dari general trust akan akan memberi dorongan pada individu
untuk bertindak
secara prososial dalam keadaan afektif yang positif.
3. Konformitas, menurut Klucharev dkk (2009) Orang-orang
menyesuaikan
perilaku prososial mereka agar sesuai dengan norma kelompok dari
waktu ke
-
21
waktu, hal ini mendukung peran pembelajaran mekanisme dan
menghargai
pengaruh sosial.
2.1.4 Alat Ukur Perilaku Prososial
Dalam mengukur perilaku prososial, terdapat beberapa alat ukur
yang dapat
digunakan seperti Skala prososial yang disusun oleh Marisa
(2010) berdasarkan
teori Eisenberg dan Mussen yang berisi 33 item. Penilaian dalam
skala ini makin
tinggi skor total yang diperoleh individu maka semakin tinggi
prososialnya,
sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu
menunjukkan
prososialnya semakin lemah atau rendah. Selanjutnya Prosocial
Personality
Battery (PSB) yang dikembangkan oleh Panner (1995). Alat ukur
ini dirancang
secara baik untuk mengukur seberapa baik individu dalam
berprilaku prososial.
Skala ini disusun berdasarkan skala likert dengan rentang dari
satu hingga empat
poin, yaitu dari “1” (sangat tidak setuju) hingga “4” (sangat
setuju).
Selain itu dapat juga menggunakan Prosocial tendencies measure
(PTM)
yang dikembangkan oleh Carlo, Gustave dan Randall (2002) dengan
23 item
pernyataan berbentuk likert dengan tes reliabilitas alpha
sebesar 0.62. Dalam
penelitian ini akan digunakan Prosocial tendencies measure (PTM)
yang
dikembangkan oleh Carlo, Gustave dan Randall (2002) sebagai alat
ukur dalam
penelitian ini karena memiliki reliabilitas yang tinggi dan
sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
-
22
2.2. Religiusitas
2.2.1. Pengertian Religiusitas
Fetzer (1999) mendefinisikan religiusitas sebagai sesuatu yang
lebih menitik
beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah
doktrin dari setiap
agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh setiap
agama wajib
diikuti oleh setiap pengikutnya. Kendler, et al., (2003)
mengukur religiusitas
secara luas, dengan mencoba mengembangkan teknik analisis
keberagaman
menjadi lebih mudah dengan menguraikannya menjadi beberapa
dimensi untuk
mendapatkan hasil yang lebih representatif. Yaitu perwujudan
individu penganut
agama yang menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan
Tuhannya
(general religiosity), bagaimana individu tersebut membina
hubungannya dengan
individu sesama penganut agamanya (social religiosity), segala
sesuatu yang
menurut manusia melambangkan Tuhan yang mencerminkan kepercayaan
dan
keyakinan terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusan manusia
(involved God),
bagaimana mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang,
dan saling
memaafkan pada dunia (forgiveness), mengambarkan kekuasaan yang
dimiliki
Tuhan (God as judge), mengambarkan perilaku individu yang tidak
mendendam
(unvengefulness), dan bagaimana individu mengambarkan rasa
syukur nya
(thankfulness).
Religiusitas dapat mempengaruhi manusia dalam bertindak dan
bertingkah
laku, semakin kuat religiusitas seseorang, semakin kuat pula
seseorang tersebut
dalam mengontrol setiap tindakan dan tingkah lakunya (Thouless,
1995).
Religiusitas adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agama
yang dianutnya
-
23
serta suatu tingkat pemahaman yang menyeluruh terhadap agama
yang dianutnya
(Glock & Stark, 1970). Dari beberapa pemaparan definisi
religiusitas, sebagai
acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi yang
dikemukakan oleh
Kendler, et al., (2003) yaitu perwujudan individu penganut agama
yang
menggambarkan general religiosity, social religiosity, involved
God, forgiveness,
God as judge, unvengefulness, dan thankfulness.
2.2.2. Dimensi Religiusitas
Menurut Kendler. Et al. (2003), dalam Dimension of Religiosity
and Their
Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use
Disorders, ada tujuh
dimensi dalam religiusitas, yaitu:
1. General Religiosity, dimensi yang menggambarkan bagaimana
hubungan
individu dengan Tuhannya. Indikator dimensi General Religiosity
adalah
menggambarkan hubungan Indivdu dengan Tuhan, Keterlibatan aktif
dengan
Tuhan dalam sehari-hari, Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam
masa krisis /
menghadapi kesulitan, Perhatian dan keterlibatan individu dengan
hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual maupun keagamaan.
2. Social Religiosity, bagaimana individu tersebut membina
hubungannya dengan
individu sesama manusia, lebih khususnya dengan sesama penganut
agamanya.
Indikator dimensi Social religiosity adalah membina hubungan
dengan individu
sesama manusia maupun sesama penganut Agama, Kehadiran di
tempat
beribadah.
-
24
3. Involved God, segala sesuatu yang menurut manusia
melambangkan Tuhan.
Indikator dimensi ini adalah kepercayaan dan kenyakinan terhadap
keterlibatan
Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia.
4. Forgiveness, menggambarkan bagaimana pendekatan keperdulian,
rasa kasih
sayang, dan saling maaf-memaafkan. Indikator dimensi ini
merefleksikan
sikap, perhatian, kasih sayang, dan pendekatan memaafkan kepada
dunia.
5. God as Judge, Dimensi ini menggambarkan kekuasaan yang
dimiliki Tuhan.
Mencerminkan persepsi Tuhan sebagai Penetap Takdir, juga
menegaskan
tentang takdir, serta hukum dan nilai-nilai dari Tuhan.
Indikator dimensi ini
adalah Mempercayai hukum dan nilai-nilai dari Tuhan.
6. Unvengefulness, dalam dimensi ke enam ini, menggambarkan
perilaku individu
yang tidak mendendam. Indikator dimensi ini mencerminkan
perilaku yang
tidak menaruh rasa dendam terhadap dunia.
7. Thankfulness, dimensi yang terakhir ini adalah bagaimana
individu
menggambarkan rasa syukur (thankfulness). Indikator Dimensi
ini
merefleksikan perasaan bersyukur.
2.2.3 Alat Ukur Religiusitas
Dalam mengukur religiusitas, terdapat beberapa alat ukur yang
dapat digunakan
seperti The Multidimensional of Religiousness/Spirituality for
Use in Health
Research (MMRS) yang disusun oleh Fetzer Institute (1999) yang
mengukur
religiusitas dan spiritualitas seseorang berdasarkan 12
indikator. Selanjutnya juga
dapat menggunakan The Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang
disusun oleh
Huber dan Huber (2012) dengan mengembangkan dimensi religiusitas
menurut
-
25
Glock dan Stark dan membuatnya menjadi skala ukuran sentralitas,
pentingnya
ciri khas atau makna religius dalam kepribadian individu. Skala
ini terdiri dari 15
item yang mengukur 5 indikator tingkat religiusitas
seseorang
Selain itu ada Skala religiusitas yang disusun oleh Kendler,
et.al., (2003) yang
mengukur general religiosity (coping religious); sosial
religiosity; forgiveness;
Tuhan sebgai penetap takdir (god as judge); rasa berterima kasih
(thankfulness);
perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan
dalam aktifitas
keseharian (involve god). Skala religiusitas ini disusun
berdasarkan analisa faktor
terhadap berbagai alat ukur religiusitas yang selama ini dipakai
para ahli dan
peneliti di bidang psikologi agama.
Dari beberapa penjelasan di atas, Pengukuran religiusitas yang
akan
digunakan dalam penelitian ini adalah skala pengukuran yang akan
diterjemahkan
dan dimodifikasi dari skala pengukuran religiusitas yang disusun
oleh Kendler,
et.al. (2003).
2.3 General Trust
2.3.1 Definisi General Trust
Sebelum menjelaskan tentang general trust, penulis akan
menjelaskan definisi
trust yang merupakan teori besar dari general trust. Secara
bahasa, trust berarti
kepercayaan yang teguh dalam keandalan, kebenaran, atau kekuatan
seseorang
atau sesuatu (Oxforddictionaries, 2015). Secara konseptual,
pengertian trust
sendiri masih menimbulkan perbedaan luas dan membingungkan, baik
secara
umum maupun trust dalam transaksi online khususnya. Mayer, Davis
&
Schoorman (1995) mendefinisikan trust sebagai kemauan untuk
pasrah terhadap
-
26
orang lain. Sedangkan Mishra (1996) mendefinisikan trust sebagai
kemauan satu
pihak untuk pasrah terhadap pihak lain berdasarkan kepercayaan
bahwa pihak lain
kompeten, terbuka, peduli, dan dapat diandalkan (dalam McKnight
& Chervany,
2001). Selain itu, Yamagishi dan Yamagishi (1994) mendefinisikan
trust sebagai
harapan bahwa seorang partner, termasuk yang berpotensi sebagai
partner,
memiliki maksud dan niat yang baik ketika berhubungan dengan
orang lain.
General trust menurut Yamagishi, et al (2015) adalah kepercayaan
pada
orang lain ketika tidak ada informasi mencukupi apakah seseorang
tersebut dapat
dipercaya atau tidak. General trust dianggap suatu konstruk
trust yang rapuh dan
mudah berubah menjadi trust yang lebih spesifik. General trust
dianggap sebagai
bentuk kepercayaan akan kebaikan bawaan manusia secara umum dan
tidak
terbatas pada objek tertentu. Konsep general trust ini adalah
bentuk positif dari
bias kognitif yang berperan besar ketika pengetahuan terhadap
seseorang minim
sehingga mampu membantu untuk membentuk hubungan satu sama
lain
(Yamagishi & Yamagishi, 1994).
2.3.2 Alat ukur General Trust
Dalam mengukur trust, terdapat beberapa alat ukur yang dapat
digunakan seperti
Interpersonal Trust Scale (ITS). ITS menggunakan pertanyaan
dengan skala
penilaian bernomor (dikenal dengan skala Likert) untuk menilai
dua faktor: 1)
seberapa banyak orang mempercayai institusi / orang sosial
(misalnya politisi,
guru, tenaga penjualan) dan 2) 'optimisme umum' individu
terhadap masyarakat.
Skor ditambahkan dan skor tinggi menunjukkan kepercayaan pada
berbagai
setting sosial.
-
27
Selanjutnya Specific trust scales, mengukur kepercayaan individu
terhadap
konteks tertentu (misalnya mengenai organisasi atau kelompok
orang tertentu)
menggunakan skala Likert. Misalnya, pertanyaan dalam kuesioner:
"Sejauh mana
Anda setuju atau tidak setuju dengan hal berikut: kami dapat
mempercayai
pembawa berita ramalan cuaca untuk mengatakan kebenaran tentang
perubahan
iklim." (1 = sangat setuju, 5 = sangat tidak setuju).
Selain itu dapat juga menggunakan Inclusive General Trust Scale
(IGTS)
Dikembangkan oleh Yamagishi, et al., (2015) untuk mengukur trust
dengan baik.
Peneliti akan mengadaptasi item-item dalam alat ukur ini agar
sesuai dengan
tujuan penelitian dan keadaan sampel penelitian. Pengukuran
trust yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Inclusive General
Trust Scale
(IGTS) Dikembangkan oleh Yamagishi, et al., (2015) untuk
mengukur trust
dengan baik. Alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar
0,83.
2. 4 Konformitas
2.4.1 Pengertian Konformitas
Konformitas didefinisikan oleh Baron, Branscombe & Byrne
(2008) sebagai
sebuah tipe dari pengaruh sosial yang mana individu mengubah
sikap atau
perilaku mematuhi norma-norma sosial yang ada. Ini dipengaruhi
oleh bagaimana
orang lain bertindak, karena tindakan ini berbeda jika bertindak
sendirian (Myers,
2005). Dengan kata lain, konformitas dilakukan untuk mengikuti
harapan
masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya bertindak
diberbagai
situasi (Baron & Byrne, 2003). Konformitas adalah tendensi
untuk mengubah
-
28
keyakinan atau perilaku individu agar sesuai dengan perilaku
orang lain (Taylor,
Peplau & Sears, 2009).
Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah
laku orang
lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh
mereka
(Santrock, 1995). Wade (2007) pun menyatakan hal yang serupa,
bahwa
seseorang yang melakukan tindakan atau sikap konformitas
dikarenakan adanya
tekanan yang nyata maupun yang dipersepsikan. Dari beberapa
pemaparan
definisi religiusitas, sebagai acuan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan
definisi yang dikemukakan oleh Taylor, Peplau & Sears,
(2009) bahwa
Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau
perilaku individu
agar sesuai dengan perilaku orang lain.
2.4.2 Dimensi Konformitas
Menurut Sears, Taylor, dan Peplau (2009) konformitas terdiri
dari dua dimensi,
yaitu:
1. Normative Influence,
Keinginan agar diterima secara sosial, agar orang lain dapat
menerima,
menyukai, dan memperlakukannya dengan baik. Pengaruh normatif
terjadi
ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan norma
kelompok
atau standar kelompok agar diterima secara sosial. Indikator
dari dimensi ini
adalah menyamakan tingkah laku sesuai norma (standar) yang
diberikan
kelompok, menghindari penolakkan, mengharapkan penerimaan.
-
29
2. Informational influence,
Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh
informasi ini
bergantung pada dua dimensi situasi, yaitu sebesar-besar
keyakinan pada
kelompok dan seberapa yakin pada penilaian sendiri. Semakin
besar
kepercayaan kepada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin
pula
untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut. Menggunakan
opini dan
tindakan orang lain sebagai panduan untuk diri sendiri.
Indikator dimensi ini
adalah menjadikan kelompok sebagai pedoman perilaku, cenderung
untuk
menerima/ mengikuti pendapat sesuai dengan keinginan kelompok,
percaya
pada informasi/ opini kelompok agar dapat menyesuaikan diri.
2.4.3 Alat Ukur Konformitas
Dalam mengukur konformitas, terdapat beberapa alat ukur yang
dapat digunakan
seperti Jackson’s Personality Inventory of Conformity yang
dikembangkan oleh
Jackson pada tahun 1976. Alat ukur ini terdiri dari enam
kriteria item : “setuju
atau tidak setuju”, “mematuhi atau menolak untuk mematuhi”,
“mencoba untuk
menyesuaikan atau tidak mencoba untuk menyesuaikan”, “bersedia
menyesuaikan
atau menolak secara kuat”, “bersedia bekerja sama atau tidak
bersedia bekerja
sama”, “berpandangan yang sama atau berbeda pandangan” dan
menggunakan
skala likert antara 1-7 yang mengukur tingkat konformitas
seseorang.
Selain itu juga dapat menggunakan alat ukur The Conformity Scale
oleh
Mehrabian (2005) mengukur derajat sejauh mana individu memiliki
“karakteristik
kemauan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka,
menyerah pada
orang lain untuk menghindari interaksi negatif dan secara umum
lebih memilih
-
30
untuk menjadi pengikut daripada pemimpin dalam hal ide ,
nilai-nilai , dan
perilaku”. Skala ini terdiri dari tujuh item dengan kata-kata
positif dan empat kata-
kata negatif.
Selanjutnya juga dapat menggunakan Skala Konformitas berdasarkan
aspek-
aspek yang dikemukakan oleh Taylor, Peplau, & Sears (2009)
yaitu: normative
influence dan informational influence yang terdiri dari 23
item.
Pengukuran konformitas pada penelitian ini menggunakan metode
kuesioner
dengan skala Likert berdasarkan dua dimensi konformitas yang
dikemukakan oleh
Sears, Taylor, dan Peplau (2009), yaitu normative influence dan.
informational
influence.
2.5 Kerangka Berfikir
Penyumbang dana online adalah orang yang memberikan dana
kepada
suatu organisasi atau individu melalui media online. Perilaku
prososial adalah
tingkah laku yang dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain.
Perilaku
prososial dipengaruhi beberapa aspek dalam diri individu baik
secara internal
maupun external. Berkaitan dengan donasi, ajaran agama
menganjurkan
penganutnya untuk saling berbagi terhadap yang membutuhkan.
Religiusitas
merupakan faktor yang mempunyai dasar dari ajaran agama. Aturan
agama dan
moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban menolong oleh
karena itu
religiusitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku
prososial yang dalam penelitian ini adalah penyumbang dana
online.
Religiusitas yang terkait ada tujuh dimensi yaitu, General
Religiosity
merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan
hal-hal yang
-
31
berkaitan dengan spiritual, termasuk perasaan (sense) tempat
mereka selama
didunia; dan keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari maupun
saat mengalami keadaan bermasalah (krisis). Social Religiosity
merefleksikan
tingkat interaksi dengan individu dengan penganut Agama lainnya,
juga
menggambarkan bagaimana frekuensi kehadiran individu di tempat
beribadah.,
Involved God mencerminkan sebuah kepercayaan dan keyakinan
terhadap
keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan
manusia.
Forgiveness menggambarkan bagaimana pendekatan keperdulian, rasa
kasih
sayang, dan saling maaf-memaafkan. God as Judge Mencerminkan
persepsi
Tuhan sebagai Penetap Takdir, serta hukum dan nilai-nilai dari
Tuhan,
Unvengefulness mencerminkan suatu perilaku yang tidak menaruh
rasa dendam
terhadap dunia dan Thankfulness merefleksikan perasaan
berterimakasih, yang
berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan Tuhan.
Terdapat kepercayaan para pendonasi kepada penggalang dana
dalam
kondisi tidak pernah kenal sebelumnya tetapi bisa secara
sukarela memberi
bantuan tunai berapapun besarnya. General trust berperan untuk
menciptakan rasa
aman dan kepercayaan pada orang lain ketika tidak ada informasi
mencukupi
apakah seseorang dapat dipercaya atau tidak.
Penyumbang dana cenderung ikut memberikan bantuan saat ada orang
lain
yang mulai memberikan bantuan berupa sumbangan pada situs daring
penggalang
dana. Dalam hal ini Konformitas berperan sebagai variabel yang
berpengaruh
mengubah keyakinan atau perilaku individu agar sesuai dengan
perilaku orang
lain.
-
32
General Trust
Konformitas
Religiusitas
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh
independent variable yang
diketahui terhadap dependent variable. Dependent variable dalam
penelitian ini
adalah perilaku prososial pada penyumbang dana online di
jabodetabek,
sedangkan variabel yang diteorikan peneliti sebagai independent
variable adalah
religiusitas (7 dimensi), trust, dan konformitas (2 dimensi).
Hipotesis ini
merupakan dugaan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan,
maka hipotesis
mayor dari penelitian ini adalah:
Forgiveness
God as Judge
Social Religiosity
Involved God
General Religiosity
Perilaku
Prososial
Unvengefulness
Thankfulness
Normative Influence
Normative Influence
Normative Influence
Informational Influence
-
33
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel religiusitas
(general
religiosity, social religiosity, involved God, forgiveness, God
as judge,
unvengefulness, thankfulness), general trust dan konformitas
(normative
influence, informational influence) terhadap perilaku
prososial.
Sedangkan hipotesis minornya adalah :
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan General Religiosity pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan Social Religiosity pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan Involved God pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan Forgiveness pada
variabel religiusitas
terhadap perilaku prososial.
Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan God as Judge pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha6 : Terdapat pengaruh yang signifikan Unvengefulness pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha7 : Terdapat pengaruh yang signifikan Thankfulness pada
variabel
religiusitas terhadap perilaku prososial.
Ha8 : Terdapat pengaruh yang signifikan general trust terhadap
perilaku
prososial.
Ha9 : Terdapat pengaruh yang signifikan Normative Influence pada
variabel
konformitas terhadap perilaku prososial.
-
34
Ha10: Terdapat pengaruh yang signifikan Informational Influence
pada variabel
konformitas terhadap perilaku prososial.
-
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah warga Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan
Bekasi (Jabodetabek) yang pernah menyumbang secara online lebih
dari sekali
dengan jumlah yang tidak terdefinisi. Sampel yang digunakan
adalah penyumbang
dana online pada orang yang tidak dikenal sejumlah 221 orang.
Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik convenience non
probability
sampling. Convenience non probability sampling yaitu teknik
pemilihan
partisipan dalam penelitian didasarkan atas kemudahan akses
penulis dalam
mencari partisipan (Howitt & Cramer, 2011). Penulis
mengambil data dengan
cara menyebar kuesioner secara daring dengan untuk memudahkan
dalam mencari
partisipan.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini adalah Perilaku Prososial (Y), General
Religiosity (X1),
Social Religiosity (X2), Involved God (X3), Forgiveness (X4),
God as Judge (X5),
Unvengefulness (X6), Thankfulness (X7), Trust (X8), Normative
Influence (X9) dan
Informational Influence (X10).
Dependent variable (outcome variable) dalam penelitian ini
adalah
perilaku prososial, sedangkan variabel lainnya merupakan
independent variable
(predictor variable).
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam
penelitian ini
adalah sebagai berikut :
-
36
3.2.1 Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan
atau dirancang
oleh penymbang online untuk menguntungkang orang lain, tanpa
memperdulikan
motif-motif si penolong. Dimensi perilaku prososial diantaranya;
dimensi
Altruism dengan indikator membantu karena adanya kebutuhan untuk
membantu
dan mensejahterakan orang lain, dimensi complliant dengan
indikator Membantu
orang lain didasarkan permintaan verbal dan nonverbal, dimensi
emotional
dengan indikator membantu dan beramal didasarkan situasi yang
menggugah
emosional, dimensi public dengan indikator adanya keinginan
untuk mendapatkan
penghargaan dari orang lain, dimensi anonymus dengan indikator
beramal dan
menolong tanpa diketahui orang lain, dimensi dire dengan
indikator menolong
dalam situasi kritis atau darurat.
3.2.2 Religiusitas
1. General Religiosity
Dimensi yang menggambarkan bagaimana hubungan individu
dengan
Tuhannya, keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam sehari-hari,
keterlibatan aktif
dengan Tuhan dalam masa krisis / menghadapi kesulitan, perhatian
dan
keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan
spiritual maupun
keagamaan.\
2. Social Religiosity
bagaimana individu tersebut membina hubungannya dengan individu
sesama
manusia, lebih khususnya dengan sesama penganut agamanya.
Indikator
-
37
dimensi Social religiosity adalah membina hubungan dengan
individu sesama
manusia maupun sesama penganut Agama, Kehadiran di tempat
beribadah.
3. Involved God
Segala sesuatu yang menurut manusia melambangkan Tuhan.
Indikator
dimensi ini adalah kepercayaan dan kenyakinan terhadap
keterlibatan Tuhan
yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia.
4. Forgiveness
Menggambarkan bagaimana pendekatan keperdulian, rasa kasih
sayang, dan
saling maaf-memaafkan. Indikator dimensi ini merefleksikan
sikap, perhatian,
kasih sayang, dan pendekatan memaafkan kepada dunia.
5. God as Judge
Dimensi ini menggambarkan kekuasaan yang dimiliki Tuhan.
Mencerminkan
persepsi Tuhan sebagai penetap takdir, juga menegaskan tentang
takdir, serta
hukum dan nilai-nilai dari Tuhan. Indikator dimensi ini adalah
Mempercayai
hukum dan nilai-nilai dari Tuhan.
6. Unvengefulness
Dalam dimensi ke enam ini, menggambarkan perilaku individu yang
tidak
mendendam. Indikator dimensi ini mencerminkan perilaku yang
tidak menaruh
rasa dendam terhadap dunia.
7. Thankfulness
Dimensi yang terakhir ini adalah bagaimana individu
menggambarkan rasa
syukur (thankfulness). Indikator Dimensi ini merefleksikan
perasaan
bersyukur.
-
38
3.2.3 General Trust
General trust adalah kepercayaan penyumbang dana online pada
wadah
penggalangan dana ketika tidak ada informasi mencukupi apakah
wadah tersebut
dapat dipercaya atau tidak. Indikator general trust yaitu
Individu percaya dirinya
dan orang lain dapat dipercaya
3.2.4 Konformitas
1. Normative Influence
Keinginan agar diterima secara sosial, agar orang lain dapat
menerima,
menyukai, dan memperlakukannya dengan baik. Pengaruh normatif
terjadi
ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan norma
kelompok
atau standar kelompok agar diterima secara sosial. Indikator
dimensi ini adalah
menyamakan tingkah laku sesuai norma/ standar yang diberikan
kelompok ,
menghindari penolakkan, mengharapkan penerimaan.
2. Informational Influence
Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh
informasi ini
bergantung pada dua aspek situasi, yaitu sebesar-besar keyakinan
pada
kelompok dan seberapa yakin pada penilaian sendiri. Semakin
besar
kepercayaan kepada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin
pula
untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut. Menggunakan
opini dan
tindakan orang lain sebagai panduan untuk diri sendiri.
Indikator dimensi ini
adalah menjadikan kelompok sebagai pedoman perilaku, Cenderung
untuk
menerima / mengikuti pendapat sesuai dengan keinginan kelompok,
Percaya
pada informasi / opini kelompok agar dapat menyesuaikan
diri.
-
39
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari
empat jenis alat
ukur, Perilaku prososial, religiusitas, general trust dan
Konformitas. Adapun
instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Perilaku prososial, menggunakan skala Prosocial tendencies
measure (PTM)
yang dikembangkan oleh Carlo, Gustave dan Randall (2002) yaitu
altruism,
compliant, emotional, public, anonymous, dan dire. Skala ini
disusun
berdasarkan skala likert dengan rentang dari satu hingga empat
poin, yaitu dari
“1” (sangat tidak setuju) hingga “4” (sangat setuju). Penulis
menggunakan skala
likert empat poin karena untuk menghindari kecenderungan jawaban
pada skala
tengah-tengah dan mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur.
Pernyataan
dalam skala tersebut bersifat favorable, yaitu pernyataan yang
mendukung objek
sikap dengan bobot nilai STS=1, TS=2, S=3, SS=4 dan unfavorable,
yaitu
pernyataan anti objek sikap dengan bobot nilai STS=4, TS=3, S=2,
dan SS=1.
-
40
Tabel 3.1
Blue Print Skala Perilaku prososial
No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
Fav Unfav
1 Altruism Membantu karena adanya kebutuhan
untuk membantu dan mensejahterakan
orang lain
23 4,19,
22,15 5
2 Compliant Membantu orang lain didasarkan
permintaan verbal dan nonverbal. 7, 17 2
3 Emotional Membantu dan beramal didasarkan
situasi yang menggugah emosional
2,11,
16,20,
4
4 Public 1. Menolong seseorang ketika banyak orang yang
melihat 2. Adanya keinginan untuk
mendapatkan penghargaan
dari orang lain.
1, 3
5, 12
2
2
5. Anonymous Beramal dan menolong tanpa diketahui
orang lain
8, 10,
14,
18,21
5
6. Dire Menolong dalam situasi kritis atau
darurat
6 ,9,
13 3
Jumlah 19 4 23
2. Skala Dimensi Religiusitas diukur dengan mengadaptasi skala
dimensi
religiusitas Kendler et al. (2003), yaitu dimensi general
religiosity, social
religiosity, involved God, forgiveness, God as judge,
unvengefulness, dan
thankfulness. Skala ini disusun berdasarkan skala likert dengan
rentang dari
satu hingga empat poin, yaitu dari “1” (sangat tidak setuju)
hingga “4” (sangat
setuju). Penulis menggunakan skala likert empat poin karena
untuk
menghindari kecenderungan jawaban pada skala tengah-tengah
dan
mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur. Pernyataan dalam
skala
tersebut bersifat favorable, yaitu pernyataan yang mendukung
objek sikap
-
41
dengan bobot nilai STS=1, TS=2, S=3, SS=4 dan unfavorable, yaitu
pernyataan
anti objek sikap dengan bobot nilai STS=4, TS=3, S=2, dan
SS=1.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Religiusitas
No Dimensi Indikator Nomer Item
Jumlah Fav Unfav
1 General religiosity Menggambarkan hubungan Indivdu dengan
Tuhan
2, 5
- 2
Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam sehari-hari
1, 3 - 2
Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam masa krisis /
menghadapi kesulitan
6 - 1
Perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual
maupun keagamaan
4 - 1
2 social religiosity Membina hubungan dengan individu sesama
manusia
maupun sesama penganut
Agama
7, 8, 9,
10,
- 4
Kehadiran di tempat beribadah
11, 12 - 2
3 involved God Mempercayai Tuhan 13, 14, 15 - 3
Meyakini Tuhan 16 17 2
4 Forgiveness Memaafkan orang lain dan diri sendiri
18, 21, 22 - 3
Merasakan kepedulian, rasa kasih sayang dan saling
memaafkan pada dunia
19, 20 - 2
5 God as Judge Mempercayai hukum dan nilai-nilai dari Tuhan
23, 24,
25, 26, 27
- 5
6 Unvengefulness Membebaskan diri dari rasa dendam
-
28, 29,
30, 31,
32, 33
6
7 Thankfulness Merasakan bersyukur 34, 35 36, 37 4
Jumlah 28 9 37
3. General trust diukur menggunakan skala The Inclusive general
Trust Scale
(IGTS) dari Yamagishi et. al. (2015). Skala ini disusun
berdasarkan skala likert
dengan rentang dari satu hingga empat poin, yaitu dari “1”
(sangat tidak setuju)
-
42
hingga “4” (sangat setuju). Penulis menggunakan skala likert
empat poin karena
untuk menghindari kecenderungan jawaban pada skala tengah-tengah
dan
mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur. Pernyataan dalam
skala
tersebut bersifat favorable, yaitu pernyataan yang mendukung
objek sikap
dengan bobot nilai STS=1, TS=2, S=3, SS=4 dan unfavorable, yaitu
pernyataan
anti objek sikap dengan bobot nilai STS=4, TS=3, S=2, dan
SS=1.
Tabel 3.3
Blue Print Skala General Trust
No Indikator Nomor Item
Jumlah Fav Unfav
1.
Individu percaya dirinya dan orang lain dapat
dipercaya
1, 2, 3, 4,
5, 6, 9
7, 8
9
Jumlah 7 2 9
4. Konformitas
Pengukuran untuk konformitas akan menggunakan skala berdasarkan
aspek-
aspek yang dikemukakan oleh Taylor, Peplau, & Sears (2009)
yaitu: normative
influence dan informational influence. Skala ini disusun
berdasarkan skala
likert dengan rentang dari satu hingga empat poin, yaitu dari
“1” (sangat tidak
setuju) hingga “4” (sangat setuju). Penulis menggunakan skala
likert empat
poin karena untuk menghindari kecenderungan jawaban pada skala
tengah-
tengah dan mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur.
Pernyataan dalam
skala tersebut bersifat favorable, yaitu pernyataan yang
mendukung objek sikap
dengan bobot nilai STS=1, TS=2, S=3, SS=4 dan unfavorable, yaitu
pernyataan
anti objek sikap dengan bobot nilai STS=4, TS=3, S=2, dan
SS=1.
-
43
Tabel 3.4
Blueprint Skala Konformitas No Dimensi Indikator Nomor Skala
Jumlah
Fav Unvav
1 Normative
Influence
Menyamakan tingkah laku sesuai
norma/ standar yang diberikan
kelompok
1, 12
5, 17 4
Menghindari penolakkan
3, 4, 15
8, 4
Mengharapkan penerimaan 6, 7
- 2
2 Informational
Influence
Menjadikan kelompok sebagai
pedoman perilaku 9, 13 2, 18 4
Cenderung untuk menerima/ mengikuti
pendapat sesuai dengan keinginan
kelompok
14, 21
16, 22,
23
5
Percaya pada informasi/ opini
kelompok agar dapat menyesuaikan
diri
10, 19
11, 20 4
Jumlah 13 10 23
3.4. Uji Validitas Konstruk
Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah
secara statistik
untuk mengetahui reliabilitas dan validitas pada masing-masing
skala. Untuk
menguji validitas alat ukur yang digunakan, penulis mengunakan
Confirmatory
Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software SPSS 20 dan
LISREL. Adapun
langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item yang baik pada
CFA adalah
sebagai berikut (Umar, 2012) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara
operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan dan pernyataan untuk
mengukurnya. Trait
-
44
ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan
melaluin analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu item saja,
begitupun sub-
indikator hanya mengukur satu faktor juga, artinya setiap item
maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi
matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional.
Matriks korelasi disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan
matriks
dari data empiris yang disebut matrik S. Jika teori tersebut itu
benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara
matriks S atau
bisa juga dinyatakan Ʃ–S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian
diuji dengan chi
square. Jika chi square tidak signifikan P > 0.05 maka
hipotesis nihil tersebut
“tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional tersebut dapat
diterima bahwa
item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan
cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal
ini terjadi
ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur.
Setelah
beberapa kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi ketika suatu item
mengukur
selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa kesalahan
pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model
yang fit,
maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya.
-
45
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya adalah menguji
signifikanai item
dengan menggunakan t-value. Jika hasil t-value tidak signifikan
(t < 1.96)
maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur.
Jika terjadi demikian, sebaiknya item di-drop saja.
7. Apabila hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktor
negatifnya,
maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item
yang bersifat positif.
8. Setelah mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t
> 1.96) dan
positif, selanjutnya item-item signifikan dan positif diolah
untuk didapatkan
factor scorenya. Adapun skor faktor dihitung untuk menghindari
estimasi bias
dari kesalahan pengukuran. Untuk kemudahan di dalam penafsiran
hasil
analisis maka penulis mentransformasikan factor score yang
diukur dalam
skala baku (Z-score) menjadi T-score yang memiliki mean = 50 dan
standar
deviasi (SD) = 10, sehingga tidak ada responden yang mendapat
skor negatif.
3.4.1. Uji Validitas Alat Ukur Perilaku Prososial
Untuk skala perilaku prososial dalam penelitian ini, penulis
menggunakan
Prosocial tendencies measure (PTM) yang dikembangkan oleh Carlo,
Gustave
dan Randall (2002) sebagai alat ukur dalam penelitian ini karena
memiliki
reliabilitas yang tinggi dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Penulis menguji
apakah ke-23 item bersifat unidimensional, artinya benar hanya
mengukur tingkat
prososial seseorang Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor
diperoleh model tidak fit, dengan Chi-Square=2369,71, df=230,
P-
value=0.00000, RMSEA=0.206. Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi
terhadap
-
46
model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi
satu sama lainnya dengan membebaskan theta delta setelah
beberapa kali. Setelah
itu diperoleh model fit de