BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima terhadap konsumen. Mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan yang sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui dapat memberikan hasil kepada masyarakat tersebut dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam
pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal
ini didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi
pelayanan kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara
prima terhadap konsumen.
Mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah
penampilan yang sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari
suatu intervensi yang diketahui dapat memberikan hasil kepada masyarakat
tersebut dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada
kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun
1999 agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat
diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,
mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu.
Pukesmas adalah UPTD (unit pelaksana teknis dinas) kesehatan
kabupaten / kota yg bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja atau organisasi kesehatan fungsional yg
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh &
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Puskesmas merupakan satu satuan organisasi yang diberikan
kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kodya untuk
melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah
kecamatan. Dengan hal tersebut diharapkan puskesmas mampu
melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat yang optimal di masyarakat.
Sebagai ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan,
maka diperlukan sebuah upaya untuk menilai sejauh mana kinerja atau
prestasi puskesmas untuk mencapai tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan.
Dengan penilaian kinerja, puskesmas dapat dilakukan analisis tingkat kinerja
puskesmas berdasar rincian nilainnya, sehingga urutan pencapaian kinerjanya
dapat diketahui serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam dan
terfokus.
Ruang lingkup dari penilaian kinerja puskesmas terbagi dalam 3
hal, yaitu penilaian terhadap pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas dan
mutu pelayanan puskesmas.
1. Penilaian terhadap pelayanan kesehatan :
a. Upaya kesehatan wajib
1) Upaya promosi kesehatan
2) Upaya kesehatan lingkungan
3) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4) Upaya perbaikan gizi masyarakat
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6) Upaya pengobatan
b. Upaya kesehatan pengembangan
1) Upaya perawatan masyarakat
2) Upaya kesehatan jiwa
3) Upaya kesehatan mata
4) Upaya kesehatan usia lanjut.2
2. Penilaian pelaksanaan manajemen puskesmas :
a. Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
b. Manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan, dan
lainnya.
3. Penilaian terhadap mutu pelayanan puskesmas:
a. Input, pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan.
b. Proses, tingkat kepatuhan terhadap standar yang ditentukan
c. Output, menilai indikator mutu pada setiap upaya kesehatan
d. Outcome, mengukur tingkat kepuasan pelanggan
Untuk melakukan Penilian Kinerja Puskesmas, kami melakukan
penilaian kinerja di Puskesmas Kajoran II, kecamatan Kajoran, Kabupaten
Magelang. Dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan,
puskesmas Kajoran II mempunyai visi dan misi kegiatan yang dilaksanan.
Visi dari Puskesmas Kajoran II adalah Menjadi Puskesmas Terdepan dan
Terpercaya dalam Pelayanan Kesehatan. Adapun misinya adalah :
1. Mengutamakan Profesionalisme
2. Memberikan pelayanan prima
3. Melestarikan Lingkungan kerja yang sehat
Sedangkan filosofi yang dianut oleh Puskesmas Kajoran II yaitu
Memperlakukan Pasien Sebagaimana Kita Ingin Diperlakukan.
B. BATASAN JUDUL
Laporan Hasil Penilaian Manajemen Program dan Mutu Pelayanan
Puskesmas Kajoran II di Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang periode
Januari - September 2013.
C. BATASAN MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan
yang ada di Puskesmas Kajoran II dan menimbulkan rasa tidak puas sehingga
diharapkan untuk ditangani. Masalah berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 2013 dan ditetapkan
setelah dilakukan pengambilan data serta analisis masalah.
D. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan pelaksanaan
manajemen program dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II
periode Januari –September 2013 serta memberikan alternatif
pemecahan masalah dalam rangka upaya perbaikan kinerja puskesmas.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mencari data umum dan khusus tentang SPM (standar pelayanan
minimal) di Puskesmas Kajoran II Periode Januari – September
2013.
b. Mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dalam manajemen
dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II Periode Januari –
September 2013.
c. Mencari dan menganalisa simple problem dan complex problem
dalam manajemen dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II
Periode Januari – September 2013.
d. Menganalisis dan mengkonfirmasi penyebab masalah manajemen
dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II Periode Januari –
September 2013.
e. Menentukan urutan penyebab masalah dan memprioritaskan
penyebab masalah yang akan diintervensi dalammanajemen dan
mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II Periode Januari –
September 2013.
f. Mencari alternatif pemecahan masalah dari penyebab masalah
dalam manajemen dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II
Periode Januari – September 2013.
g. Mengambil keputusan sehingga mampu menyusun rencana
kegiatan pemecahan masalah (POA) dalam manajemen
Puskesmas dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II Periode
Januari – September 2013.
E. Metodologi
Pengumpulan data (data primer dan data sekunder) dilakukan selama
lima hari pada tanggal 08, 09, 11, 12 dan 13 November 2013 di Puskesmas
Kajoran II, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3)
diperolehdari wawancara (wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan
staf puskesmas),pengamatan dan kuesioner di Puskesmas Kajoran II. Data
sekunder diperoleh dari informasi program pelayanan di puskesmas serta
catatan data tertulis yang ada di puskesmas.
Penilaian manajemen Puskesmas di lakukan dengan membandingkan
antara hasil cakupan pada bulan berjalan dengan target pemerintah pada tahun
2013. Data yang digunakan adalah data hasil kegiatan sampai bulan berjalan
(Januari – September 2013). Masalahdidapatkan jika pencapaian kurang dari
80%. Kemudian ditentukan prioritasmasalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari
prioritas masalah tersebut dilakukananalisis penyebab masalah dengan
pendekatan sistern. Kemudian analisis faktor penyebab masalah tersebut
dimasukkan ke dalarn Fish Bone Diagram. Langkah selanjutnya adalah
menganalisis penyebab masalah dengan Paired comparison dan Pareto.
Setelah mendapatkan konfirmasi, dibuat alternatif pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling mungkin
untuk dilaksanakan berdasar pada kriteria mutlak dan kriteria keinginan.
Tahap berikutnya berdasar atas keputusan tetap pada saat pengambilan
keputusan kita membuat Plan Of Action.
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. LINGKUNGAN
1. Lingkungan Ekternal
a. Batas-batas Wilayah Puskesmas Kajoran II adalah :
1) Utara : Wilayah
kerja Puskesmas Kajoran I
2) Selatan : Kabupaten
Purworejo
3) Barat : Kabupaten
Wonosobo
4) Timur : Kecamatan
Salaman
b.
b.
b.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
b. Jumlah Desa Wilayah Kerja
Terdiri dari 14 desa yaitu :
1. Kewaderan 8. Wonogiri
2. Wuwuharjo 9. Mangunrejo
3. Pandan sari 10. Krumpakan
4. Pandan Retno 11. Bumi Ayu
5. Bambusari 12. Ngendrosari
6. Sambak 13. Ngargosari
7. Madukoro 14. Lesanpuro
c. Luas wilayah tiap desa wilayah
Tabel 1. Luas Wilayah Tiap Desa (Km2)
Desa Luas Wilayah (Km2)
1. Wuwuharjo 7,19
2. Wonogiri 3,15
3. Kwaderan 2,91
4. Madukoro 0,77
5. Bumiayu 1,35
6. Ngargosari 0,75
7. Lesanpuro 1,75
8. Ngendrosari 1,04
9. Sambak 3,33
10. Bambusari 2,77
11. Pandansari 3,90
12. Pandanretno 4,94
13. Mangurejo 2,35
14. Krumpakan 1,57
Total 37,77
Sumber : Sensus Penduduk 2011
Dari data di atas didapatkan kesimpulan bahwa luas wilayah kerja
dari Puskesmas Kajoran II adalah 37,77 Km2. Wilayah dengan luas
tertinggi yaitu Pandanretno seluas 4,94 Km2 dan Ngargosari 0,75 Km2 .
d. Kependudukan
1) Perkembangan jumlah penduduk menurut desa
Tabel 2. Jumlah penduduk tiap desa
No
Jumlah
PendudukDesa
1 Kuwaderan 2,465
2 Wuwuharjo 1,203
3 Pandansari 1,074
4 Pandanretno 724
5 Bambusari 1,482
6 Sambak 776
7 Madukoro 2,128
8 Wonogiri 1,789
9 Mangunrejo 1,711
10 Krumpakan 1,861
11 Bumiayu 1,084
12 Ngendrosari 4,071
13 Ngargosari 946
14 Lesanpuro 2,301
Jumlah 23,615
Sumber: Hasil Sensus Penduduk Kab. Magelang Tahun 2010
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
yang menjadi cakupan wilayah kerja Puskesmas Kajoran II adalah
sebanyak 23.615 dengan jumlah daerah terbanyak yaitu Ngendrosari
sebanyak 4071 jiwa dan terendah adalah Pandanretno 724 jiwa.
2) Jumlah penduduk berdasar kelompok umur dan jenis kelamin
Tabel 3a. Jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki berdasar
umur
Desa Usia
00-04 04-17 18-24 25-59 >60
1. Kuwaderan 114 267 606 213 53
2. Wuwuharjo 57 134 304 106 27
3. Pandansari 51 119 271 95 24
4. Pandanretno 33 77 175 61 15
5. Bambusari 67 156 355 125 31
6. Sambak 37 86 197 70 17
7. Madukoro 97 227 516 181 45
8. Wonogiri 81 189 430 150 38
9. Mangunrejo 82 191 433 152 38
10. Krumpakan 85 199 454 159 39
11. Bumiayu 50 117 265 93 23
12. Ngendrosari 187 438 996 350 87
13. Ngargosaria 42 99 224 79 20
14. Lesanpuro 108 252 572 202 49
Total 1,091 2,551 5,798 2,036 506
Total penduduk laki-laki 11,982
Tabel 3b. Jumlah penduduk jenis kelamin perempuan berdasar
umur
DesaUsia
00-04 04-17 18-24 25-59 >60
2. Kuwaderan 102 234 594 221 61
2. Wuwuharjo 48 111 282 104 30
3. Pandansari 42 96 261 90 25
4. Pandanretno 31 70 177 67 18
5. Bambusari 63 144 366 137 38
6. Sambak 31 70 181 68 19
7. Madukoro 89 205 521 193 54
8. Wonogiri 76 177 440 163 45
9. Mangunrejo 68 158 400 148 41
10. Krumpakan 78 178 453 169 47
11. Bumiayu 45 103 262 98 28
12. Ngendrosari 169 388 987 367 102
13. Ngargosari 41 93 235 88 25
14. Lesanpuro 94 216 548 203 57
Total 977 2,243 5,707 2,116 590
Total penduduk perempuan 11,633
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan 1,03 : 1 yaitu dan
usia terbanyak yaitu 18-24 tahun.
e. Kebijakan Pemerintah Daerah Pusat
Peraturan yang mengatur Puskesmas:
1) UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2) UU no. 22 tahun 1992 tentang otonomi daerah.
3) UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah
4) Perda No. 5 tahun 2006 tentang tarif Puskesmas di Kabupaten
Magelang
5) Keputusan Bupati Kepala Daerah TK 11 Magelang No. 1884/492 /
Kep/ 2002 Tentang Organisasi Puskesmas.
2. Lingkungan Internal
a. Data kesehatan
1. Jumlah PUS, Akseptor Aktif dan Kontrasepsi
Tabel 4. Jumlah PUS, akseptor aktif dan kontrasepsi
Jenis Jumlah %IUD 316 8,81
MOP 40 1,11
MOW 144 4,01
Implant 770 21,46
Suntik 1910 53,23
Pil 365 10,17
Kondom 43 1,20
Jumlah 1268Sumber : Sensus Penduduk 2011
Dari data di atas disimpulkan bahwa jenis kontrasepsi terbanyak
adalah suntik yaitu sebesar 54,5%.
2. Jumlah sarana kesehatan
Tabel 5. Jumlah sarana kesehatan
Jenis Jumlah %Rumah sakit 0 0
Rumah sakit bersalin 0 0
Poliklinik 0 0
Puskesmas 1 0,7
Pustu 2 1,3
Praktek Dokter 1 0,7
Praktek Bidan 15 10
Poskesdes 12 8
Polindes 2 1,3
Posyandu 117 78
Apotik 0 0
Toko Obat 0 0
Jumlah 150 100%
Sumber : Sensus Penduduk 2011
Dari data di atas disimpulkan bahwa jenis sarana kesehatan
terbanyak adalah posyandu yaitu sebesar 78%.
3. Tenaga kesehatan
Tabel 6. Jumlah tenaga kesehatan
Jenis Jumlah %Dokter Pria 0 0
Dokter Wanita 0 0
Dokter gigi 0 0
Bidan 11 28,2
Perawat 6 15,4
Dukun bayi 22 56,4
Jumlah 39 100%Sumber : Sensus Penduduk 2011
Dari data di atas disimpulkan bahwa jenis tenaga kesehatan
terbanyak adalah dukun bayi yaitu sebesar 56,4%.
4. Sumber Air Minum
Tabel 7. Sumber Air Minum
Jenis Jumlah %
Air Kemasan 1 0,1
Ledeng 691 12,6
Pompa 16 0,3
Sumur terlindung 424 7,7
Sumur tak terlindung 119 2,2
Mata air terlindung 3723 68,3
Mata air tak terlindung 473 8,7
Air Sungai/Hujan 1 0,1
Lainnya 0 0
Jumlah 5448 100%
Sumber : Sensus Penduduk 2011
Dari data di atas disimpulkan bahwa jenis sumber air minum
yang terbanyak adalah mata air terlindung yaitu sebesar 68,3%.
B. MASUKAN
1. MAN / SUMBER DAYA MANUSIA
a. Data pegawai
Tabel 8. Data.pegawai Puskesmas Kajoran II tahun, 2012
kelas 1 SLTP,SLTA dan setingkat 3 Cakupan pelayanan kesehatan remaja 80% 155 133% 167%
(penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/sederajat)
4 Pembinaan TK - Jumlah TK yang dibina* 100% 18 104% 104%
CPELAYANAN KELUARGA BERENCANA
.Jumlah seluruh peserta aktif 80% 3580 79% 99% D PELAYANAN USILA a. jml posyandu pra usila dan Usila yg ada* 100% 35 250% 250% b. cakupan pelayanan pra usila dan Usila 70% 6493 240% 343% Gizi a Pemantauan dan pertumbuhan balita - Balita yg datang dan ditimbang 80% 80,9 80.45 101%
(D/S) %
- Balita yg naik berat badannya (N/D) 80% 80,780.16
% 100%
b.Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kapsul vit A dosis tgi 95% 308 148% 156%
1 kali per tahun
c.Cakupan anak balita( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 95% 1536 107% 113%
2 kali per tahun d. Balita BGM < 1,5 % 243 1% 106%
f. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 89% 31576.09
% 85%
Pelayanan a. Institusi yg dibina 70% 37 62% 88% Kesehatan b.
Jml Tempat Tempat Umum (TTU) yg diperiksa* 100% 49 93% 93%
d.Tmpt Pengolahan Makanan & Penjualan(TP2M) diperiksa* 90% 22 95% 105%
e. T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* 75% 8 26% 34%
f. Rumah sehat 70% 258 29% 41% g. Penduduk yg memanfaatkan jamban 75% 392 105% 139% h. Rumah yg mempunyai SPAL 65% 659 126% 193% i. Rumah/bangunan bebas jentik Aedes 100% 187 247% 98% P2M
- Penderita DBD yg ditangani*sesuai standar 100% 0
PROMKES A
PENYULUHAN KELOMPOK DAN UMUM DIDALAM
DAN LUAR GEDUNG PUSKESMAS a Rumah tangga sehat 65% 3352 53% 82% b Bayi yg dapat ASI eksklusif 80% 586 68% 85% c Keluarga sadar gizi (Kadarzi) 80% 63 35% 44%
d Posyandu purnama (indikator 2008) 40% 19 39.58%
99%
e Posyandu mandiri (indikator 2008) 6% 29 60.42%
1007%
f Jumlah kader terlatih* 236 98.33%
98%
Jumlah kader aktif* 80% 236 98.33%
123%
B. PENYULUHAN DAN PENCEGAHAN DAN PENANG GULANGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
a Penyuluhan P3 NAPZA* di sekolah 100% 1 300% 300%
b. Penyuluhan HIV/ AIDS * di sekolah 100% 1 300% 300%
c Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes
24% 1 300% 1250%
C PERKEMBANGAN SEKOLAH SEHAT
a. Pembentukan dokter kecil 100% 6 27% 27%
b. pembinaan dokter kecil* 100% 6 27% 27%
PENGOBATAN
A JANGKAUAN PENGOBATAN RAWAT JALAN
a Jumlah kasus baru (x) 60% 5236 93% 156%
E. DAMPAK
1. Data Penyakit Terbesar
Pola besar penyakit yang diderita pasien rawat jalan Puskesmas Kajoran
II untuk semua golongan umur periode Januari – Oktober 2013 adalah
sebagai berikut :
Tabel 10. Sepuluh besar penyakit yang diderita pasien rawat jalan
Puskesmas Kajoran II periode Januari – Oktober 2013 berdasarkan ICD X
No Diagnosis Jumlah %
Penderita
1. Infeksi akut lain pada saluran nafas
atas
3433
27,0 %
2. Gastritis 1347 10 %
3. Arthritis tidak spesifik 1255 9,8 %
4. Hipertensi primer 1200 9,4 %
5. Pulpa dan jaringan periapikal 755 5,9 %
6. Influenza virus tak teridentifikasi 632 4,9 %
7. Faringitis 468 3,6 %
8. Dermatitis lain 403 3,17 %
9. Diare dan gastroenteritis 398 3,13 %
10. Penyakit kontak alergi 339 2,6 %
Sumber: Data SIMPUS Puskesmas Kajoran II periode Januari-Oktober
2013
BAB III
IDENTIFIKASI DAN ANALISA MASALAH
Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari – September 2013,
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) telah disebutkan pada bab
sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada bulan Januari –
September 2013, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan alternatif
pemecahannya dengan menggunakan pendekatan sistem, sebagai berikut :
10 Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)
1 1 1 1 1 1
11 Jumlah bumil yang mendapat TT I
1 1 1 1 1 1
12 Jumlah bumil yang mendapat TT II
1 1 1 1 1 1
13 Rumah Tangga Sehat 1 0 1 1 1 0
14 Bayi yang dapat asi eksklusif
1 1 1 1 1 1
15 Keluarga sadar gizi 1 1 1 1 1 1
16 Pembentukan dan pembinaan dokter kecil
1 1 1 1 1 1
PENETAPAN NILAI
Setelah nilai A,B,C dan D didapat kemudian dimasukkan dalam
formula sebagai berikut :
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A + B) x C
Nilai Prioritas Total (NPT) = (A + B) x C x D
PENILAIAN
NO
Besar masalah
KriteriaNPD NPT
PrioritasA B C D
Ga Ur Bea N
1
Cakupan Bufas
mendapat kapsul
vitamin A
2 3 3 3 9 3,5 1 38,5 38,5 V
2Institusi yang
dibina2 3 4 2 9 3,1 1 34,1 34,1 IX
3
Tempat – tempat
umum yang memenuhi
syarat sanitasi
4 3 4 2 9 2,1 0 27,3 0
4
TP2M yang memenuhi
syarat sanitasi
8 2 4 2 8 1,7 0 27,2 0
5 Rumah Sehat 6 2 4 2 8 2,5 0 35 0
6Cakupan
Suspect TB paru
8 4 4 4 12 3,4 1 68 68 II
7 Penemuan kasus TB
8 4 4 3 11 2,5 1 47,5 47,5 IV
BTA (+) (CDR)
8Angka
Konversi TB paru
10 3 4 2 9 2,5 0 47,5 0
9
Angka Kesembuhan (cured) TB
paru
8 3 4 2 9 2,1 0 35,7 0
10
Cakupan balita dengan
pneumoni yang
ditemukan atau
ditangani (sesuai standar)
10 4 4 3 11 3,1 1 65,1 65,1 III
11
Jumlah bumil yang
mendapat TT I
2 3 4 2 9 3,2 1 35,2 35,2 VIII
12
Jumlah bumil yang
mendapat TT II
2 3 4 2 9 3,4 1 37,4 37,4 VI
13Rumah Tangga Sehat
2 2 4 2 8 2,1 0 21 0
14Bayi yang dapat asli eksklusif
2 4 4 5 13 4,7 1 70,5 70,5 I
15Keluarga sadar gizi
6 3 4 3 10 2,2 1 35,2 35,2 VIII
16
Pembentukan dan
pembinaan dokter kecil
8 3 3 3 9 2,1 1 35,7 35,7 VII
Jadi, berdasarkan penilain dengan metode Hanlon Kuantitatif yang telah dilakukan, maka ditetapkanlah prioritas masalah sebagai berikut :
Masalah ProritasBayi yang dapat asi eksklusiF I
Suspect TB paru IICakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)
III
Penemuan kasus TB BTA (+) (CDR) IVCakupan Bufas mendapat kapsul vitamin A VJumlah bumil yang mendapat TT II VIPembentukan dan pembinaan dokter kecilKeluarga sadar giziJumlah bumil yang mendapat TT IInstitusi yang dibina
VIIVIIIVIIIIX
Berdasarkan hasil perhitungan secara Hanlon kuantitatif, setelah
melihat 9 masalah di atas kami mengkonfirmasikan kembali kepada
Kepala Puskesmas Kajoran II dan dari 9 masalah tersebut kami
ditugaskan oleh Kepala Puskesmas Kajoran II untuk menyelesaikan
masalah : “Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.”
Analisis Penyebab Masalah
Untuk mengetahui penyebab rendahnya cakupan bayi yang
mendapat ASI Eksklusif, digunakan analisis pendekatan sistem. Sistem
yang diutarakan pada laporan ini adalah sistem terbuka pelayanan
kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Analisis penyebab masalah menggunakan pendekatan
sistem
Berdasarkan analisis tersebut, kami mengajukan asumsi
penyebab masalah kepada pihak Puskesmas Kajoran II untuk
dikonfirmasi menggunakan analisis pendekatan sistem, kemungkinan
penyebab dari :
1. Input (Man, Money, Material, Method, Machine)
2. Proses (P1, P2, P3)
3. Faktor Lingkungan
A. Kemungkinan Penyebab Masalah
Untuk menganalisa penyebab masalah manajemen secara
menyeluruh, digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses,
Outcome ImpactOutputInput
Kompleks Problem
Simpel Problem
Proses
5M
Lingkungan
P1 P2 P3
output, lingkungan, serta QA yang meliputi simpel problem dan
kompleks problem
1. Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Pelayanan
Untuk menganalisa penyebab masalah manajemen secara
menyeluruh, digunakan Pendekatan Sistem yang meliputi input,
proses, output, dan lingkungan
Kelebihan Kekurangan
INPUT
Man - Ada tenaga kesehatan
(bidan dan ahli gizi)
- Ada kader posyandu
ahli gizi hanya 1 untuk
membawahi 14 desa
Beban kerja nakes
penanggung jawab ahli
gizi meningkat karena
harus merangkap
membuat SPJ
Money - Ada alokasi dana khusus
untuk penyuluhan
- Dana menggunakan BOK
- Ada Alokasi dana untuk
PMT tetapi terbatas
Material - ada ruangan untuk laktasi tetapi
menggunakan ruang MTBS
- belum ada ruang laktasi
khusus untuk ibu
menyusui yang sedang
mengantri di Puskesmas
Methode - jumlah ibu menyusui ASI
esklusif didapatkan dari
laporan bidan desa setempat
- bentuk kegiatan berupa
penyuluhan tentang ASI
Eksklusif
- Belum adanya SOP
mengenai ASI Eksklusif
- Belum adanya bentuk
kegiatan aktif dari
puskesmas untuk
mengetahui jumlah bayi
yang mendapat ASI
Eksklusif
Machine - - Tidak ada form pencatatan
bayi yang mendapat ASI
ekslusifLINGKUNGAN Eksternal - Letak Puskesmas strategis - Ada RS yang telah
memberikan Susu formula
- Puskesmas memiliki 2 pustu ketika bayi baru lahir
internal - -
PROSES
P1 - Program ASI Eksklusif
selalu masuk ke dalam
rencana kerja setiap
tahunnya
- Sudah ada kegiatan
penyuluhan kepada kader
- Kegiatan penyuluhan ke
BUSUI ada, tetapi ikut
kegiatan lainnya missal
posyandu
- SOP mengenai ASI
Eksklusif belum ada
P2 - Pelaksanaan melibatkan
lintas sector yaitu PKK,
perangakat desa
-
P3 - - Belum ada supervisi
khusus kegiatan ASI
Eksklusif
- Pengawasan, penilaian,
dan evaluasi hanya berupa
kata – kata tersirat
2. Kemungkinan Penyebab Masalah Mutu Pelayanan
Dalam menilai mutu pelayanan puskesmas dilakukan simple
problem dan complex problem. Pada simple problem kami
menggunakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk menilai
kinerja petugas puskesmas di puskesmas Kajoran II. Pada complex
problem kami menggunakan observasi dan wawancara kepada pasien
terhadap 9 dimensi mutu.
Simple Problem
No Kegiatan yang dilakukan petugas Total
Y T TB
1 Menanyakan identitas penderita:
nama
nama bayi
umur
alamat
pekerjaan
X
2 Melakukan pengukuran BB X
3 Melakukan pengukuran PB X
4 Pengukuran lingkar kepala X
5 Mendata seluruh ibu hamil, ibu menyusui dan bayi baru lahir di dalam wilayah kerjanya
X
6 Memberikan penyuluhan di Posyandu bagi ibu hamil dan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI dan ASI ekslusif
X
7 Melakukan kunjungan ke rumah ibu nifas yang tidak datang ke Posyandu
X
8 Menganjurkan untuk rutin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI dan ASI ekslusif
X
9 Penanganan balita tidak mendapatkan ASI ekslusif
X
JUMLAH TOTAL
Σ Ya = 8 Σ Tidak = 1
CR= Jumlah Jawaban IyaJumlah Jawaban Iya dan Tidak
x100 %
CR=89
x100 %=88 , 89 %
Complex Problem
Berikut ini adalah kuesioner dari 9 dimensi mutu yang kami berikan
kepada 20 responden. Kami melakukan wawancara pada masyarakat
yang datang ke Puskesmas Kajoran II pada hari senin11 November 2013
Complex Problem
Tabel Daftar Tilik 9 dimensi mutu pelayanan (kompleks problem)
Masalah Ya Jumlah %
Tidak Jumlah%
Kompetensi Teknik
1. Apakah dokter turun langsung memeriksa pasien ?
20 100 0 0
2. Apakah petugas / dokter menanyakan keluhan dan masalah dengan baik dan lengkap ?
18 90 2 10
3. Apakah petugas / dokter melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan ?
10 50 10 50
4. Apakah dokter / petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan detak nadi di tangan (jika panas melakukan pengukuran suhu badan) ?
20 100 0 0
5. Apakah dokter memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita?
15 75 5 25
6. Apakah dokter memberikan penjelasan mengenai efek samping obat?
11 55 9 45
Kemudahan akses
1. Apakah lokasi puskesmas mudah dijangkau ?
18 90 2 10
2. Apakah sarana dan transportasi ke puskesmas mudah dijangkau ?
18 90 2 10
3. Apakah pendaftaran di tempat ini mudah ?
20 100 0 0
4. Apakah anda mendapatkan pelayanan yang mudah di tempat dengan menggunakan surat-surat seperti jamkesmas/jamkesda ?
18 90 2 10
5. Apakah biaya puskesmas terjangkau ?
20 100 0 0
Efektivitas
1. Apakah pasien mendapat obat sesusai dengan keluhan ?
20 100 0 0
2. Apakah pemeriksaan dilakukan sesuai dengan keluhan ?
20 100 0 0
3. Apakah warga setempat merasakan manfaat adanya puskesmas ?
20 100 0 0
4. Apakah saat anda datang sampai diperiksa tidak membutuhkan waktu yang lama ?
18 90 2 10
5. Apakah informasi yang anda dapatkan berguna untuk anda ?
20 100 0 0
Efisiensi
1. Apakah petugas / dokter dalam melakukan pelayanan cepat tanggap ?
20 100 0 0
2. Apakah jumlah obat yang diberikan cukup ?
20 100 0 0
3. Apakah biaya yang dibayarkan sesuai dengan pelayanan yang diterima ?
20 100 0 0
4. Apakah anda harus menunggu lama terlebih dahulu sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan?
7 35 13 65
Hubungan antar manusia
1. Apakah petugas / dokter 20 100 0 0
memberikan senyuman ? 2. Apakah petugas / dokter ramah
terhadap pasien ? 20 100 0 0
3. Apakah peugas / dokter mendengarkan keluhan pasien dengan baik ?
20 100 0 0
4. Apakah pasien diperlakukan sama atau tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya ?
20 100 0 0
Kesinambungan
1. Apakah penyuluhan dilakukan secara rutin ?
17 85 3 15
2. Apakah program yang dilaksanakan puskesmas secara rutin dan teratur ?
19 95 1 5
3. Apakah anda memeriksakan kesehatan anda ke puskesmas secara teratur?
17 85 3 15
4. Apakah terdapat pelayanan puskesmas keliling di wilayah anda?
17 85 3 15
Keamanan
1. Apakah petugas / dokter cuci tangan sebelum dan sesuadah pemeriksaan ?
Dari hasil analisa Pareto didapatkan bahwa dengan mengatasi
penyebab masalah yang nilainya ≤ 80% saat ini dianggap mempunyai
daya ungkit untuk memecahkan masalah. Penyebab masalah tersebut
yaitu :
1. Belum adanya SOP mengenai ASI Eksklusif
2. Pengawasan, penilaian, dan evaluasi disampaikan sekilas kepada BUSUI
3. Kegiatan penyuluhan ke BUSUI ada, tetapi ikut kegiatan Posyandu
4. Tidak ada form pencatatan bayi yang mendapat ASI Eksklusif
5. Belum ada supervise khusus kegiatan ASI Eksklusif
A. Alternatif pemecahan masalah
1. Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam menentukan alternatif pemecahan masalah, dilakukan
intervensi terhadap penyebab utama masalah di atas yang mempunyai
nilai kumulatif sebesar ≤ 80%.
Tabel Alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah Tujuan Sasaran - Alternatif pemecahan
masalah
Belum adanya SOP mengenai ASI Eksklusif
Terciptanya SOP di seluruh pelayanan kesehatan
- Tersusunnya SOP
- Tersosialisasinya SOP
- Membuat SOP untuk ASI Eksklusif
- Sosialisai SOP ASI Eksklusif
Pengawasan, penilaian, dan evaluasi hanya berupa kata – kata tersirat
Mengawasi dan mengevaluasi selama dan setelah kegiatan
Terbentuknya badan pengawas
Dibentuknya tim pengawas independen untuk mengawasi secara berkesinambungan.
Kegiatan penyuluhan ke BUSUI ada, tetapi ikut kegiatan lainnya
Meningkatkan pengetahuan ibu menyusui secara berkelanjutan
Ibu yang mempunyai bayi, bumil trimester akhir, keluarga, ibu nifas
Mengatur jadwal lebih terencana dan membuat kesepakatan agar pelaksana program lebih patuh.
Tidak ada form pencatatan bayi yang mendapat ASI Eksklusif
Mempermudah pengawasan bayi yang mendapat ASI Eksklusif
Mudahnya pencatatan dan pengawasan bayi yang mendapat ASI eksklusif
Membuat form pencatatan
Belum ada supervise dari rumah ke rumah
Mengawasi proses pelaksanaan pemberian ASI ekslusif
Terlaksananya pemberian ASI Eksklusif dengan benar
Membuat jadwal kunjungan rumah ibu yang mempunyai bayi 0 -6 bulan
B.Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan
kriteria keinginan, dilakukan melalui delapan langkah :
1. Menetapkan tujuan atau sasaran keputusan:
a. Membuat SOP untuk ASI Eksklusifb. Sosialisai SOP ASI Eksklusifc. Dibentuknya tim pengawas independen untuk mengawasi
secara berkesinambungan.d. Mengatur jadwal lebih terencana dan membuat kesepakatan
agar pelaksana program lebih patuh. e. Membuat form pencatatan f. Membuat jadwal kunjungan rumah ibu yang mempunyai bayi
0 -6 bulan
2. Menentukan kriteria mutlak dan kriteria keinginan bagi tercapainya
tujuan
a. Kriteria mutlak :
1) Dana Minimal
2) Tenaga
3) Tingkat keberhasilan tinggi
b. Kriteria keinginan
Berkesinambungan
2. Menetapkan bobot kriteria keinginan :
Biaya pelaksanaan murah : 10
Mudah dilaksanakan : 8
Melibatkan Masyarakat : 6
Pelaksanaan berkesinambungan : 4
3. Inventarisasi alternatif yaitu kemungkinan-kemungkinan cara
mencapai tujuan.
4. Menguji alternatif-alternatif tersebut kedalam:
a. Matriks kriteria mutlak :
Alternatif yang tidak lulus segera dikeluarkan. Sedangkan
yang lulus dilanjutkan ke matriks kriteria keinginan.
b. Matriks kriteria keinginan :
1) Pada matriks ini setiap alternatif secara urut diberi nilai
terhadap kriteria keinginan yang ada
2) Angka setiap nilai alternatif tidak melebihi bobot kriteria
yang bersangkutan
3) Alternatif yang memiliki jumlah tertinggi merupakan
keputusan sementara
Tabel Kriteria mutlakAlternatif Dana
Minimal Tenaga Tingkat
keberhasilan tinggi
L/TL
a. 1 1 1 L
b. 1 1 1 L
c. 0 0 0 TL
d. 1 1 1 L
e. 1 1 1 L
f. 1 0 1 TL
Keterangan :
Untuk jawaban YA diberi skor 1, jawaban TIDAK diberi skor 0
L : LULUS TL : tidak lulus
Tabel Kriteria keinginan
Kriteria BobotAlternatif
Membuat SOP untuk
ASI Eksklusif
Sosialisai SOP ASI Eksklusif
Mengatur jadwal lebih
terencana dan
membuat kesepakat
an agar pelaksana program
lebih
Membuat form
pencatatan
patuh.Efektif 10 10 x 4 = 40 10 x 4 =
4010x3=30 10x2=2
0Efisien 8 8 x 4 = 32 8x3=24 8X3=24 8x2=16
Mudah dilaksanakan
6 6 x 4 = 24 6x3= 18 6x3=18 6x3=18
Peran serta kader
4 4 x 3 = 12 4x4=16 4x4=16 4x4=16
Biaya murah 2 2 x 4 = 8 2x3=6 2x4=8 2x2=4
Jumlah 116 104 96 74
Skor1 : sangat mahal / sangat sulit / tidak terlibat / tidak berkesinambung
2 : mahal / sulit / kurang terlibat / kurang bersinambung
3 : cukup / cukup / cukup terlibat / cukup berkesinambung
4 : murah / mudah / mudah terlibat / mudah berkesinambung
5 : sangat murah / sangat mudah / sangat mudah terlibat / sangat mudah berkesinambungan
1. Keputusan sementara
Dari alternatif kriteria mutlak dan kriteria keinginan didapatkan hasil
untuk sementara, keputusan sementara diambil dari 2 skor tertinggi,
yaitu :
a. Membuat SOP untuk ASI Eksklusif
b. Sosialisai SOP ASI Eksklusif
2. Konsekuensi :
a. Membuat SOP untuk ASI Eksklusif
1) Faktor penghambat : terbiasa bekerja tanpa SOP
2) Faktor peringan : tersedianya SDM
b. Sosialisai SOP ASI Eksklusif
1) Faktor penghambat : tidak hadirnya kader dan petugas
2) Faktor peringan : tersedianya SDM
3. Keputusan tetap
a. Diputuskan untuk menggunakan alternatif pemecahan
masalah, yaitu Pembuatan SOP ASI Eksklusif.
Rencana Kegiatan Peningkatan Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif Di Puskemas Kajoran II
kegiatan Tujuan sasaran Metode Tempat dan
waktu
Biaya pelaksana Indicator keberhasilan
Pembuatan SOP -
1. Persiapan
-penyusunan rencana penjadwalan
-pendataan jumlah kader Posyandu di wilayah kerja puskesmas kajoran II
-Menyiapkan
materi yang
digunakan
Terselenggarnya
rencana kegiatan
penyusunan SOP
untuk bayi yang
mendapatkan ASI
Eksklusif
Petugas
pemegang
program,
dokter,
perawat,
bidan, ahli
gizi, dan
kader
Rakor
persiapan
penyusunan
SOP untuk
bayi yang
mendapatkan
ASI
eksklusif
Puskesmas
Kajoran II,
26
November
2013
Dana
operasiona
l
Puskesmas
Kepala
Puskesmas
dan petugas
pemegang
program
- Kehadiran petugas
pemegang program
dan pihak-pihak
terkait sebesar 80%
dari undangan
-
2. Pelaksanaan Terselenggarnya Petugas Rapat Puskesmas Dana Kepala - Kehadiran seluruh
dan
penggerakan
Melaksana
kan Rapat
koordinasi
kegiatan
penyusunan SOP
untuk bayi yang
mendapatkan ASI
Eksklusif
pemegang
program,
dokter,
perawat,
bidan, ahli
gizi, dan
kader
koordinasi
penyusunan
SOP untuk
bayi yang
mendapat
ASI
Eksklusif
Kajoran II,
30
November
2013
operasiona
l
Puskesmas
puskesmas,
dan petugas
pemegang
program
anggota rapat
koordinasi
sebanyak 80%
- Terbentuknya SOP
untuk bayi yang
mendapat ASI
Eksklusif
- Peserta rapat
koordinasi
mengetahui dan
memahami isi SOP
100%
3. P
engawasa
n,
penilaian
dan
pengenda
lian
Menginformasikan
hasil
Pemegang
program,
kepala
puskesmas
Pelaporan
dalam
bentuk
makalah
tertulis
Puskesmas
Kajoran II
2
Desember
2013
Dana
operasiona
l
Puskesmas
Pemegang
program
- Kegiatan puskesmas
menjalankan program
ASI Eksklusif sesuai
SOP 100%
-
- Membuat pelaporan kegiatan
-Monitoring
dilakukan
oleh Kepala
Puskesmas
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil peninjauan di Puskesmas Kajoran II, diuraikan sebagai berikut :
1. Didapatkan data umum dan khusus tentang Puskesmas Kajoran II pada
periode Januari – September 2013
2. Didapatkan hasil identifikasi dan prioritas masalah dalam manajemen
Puskesmas Kajoran II pada periode Januari – September 2013, yaitu : Bayi
yang mendapat ASI Eksklusif, Suspect TB paru, Cakupan balita dengan
pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar), Penemuan kasus
TB BTA (+) (CDR), Cakupan Bufas mendapat kapsul vitamin A, Jumlah
bumil yang mendapat TT II, Pembentukan dan pembinaan dokter kecil,
Keluarga sadar gizi, Jumlah bumil yang mendapat TT I, dan Institusi yang
dibina.
3. Didapatkan hasil analisis simple problem dan complex problem dalam
manajemen dan mutu pelayanan di Puskesmas Kajoran II Periode Januari-
September 2013
4. Didapatkan hasil analisis dan konfirmasi penyebab masalah dalam
manajemen Puskesmas Kajoran II pada periode Januari – September 2013,
yaitu : Belum adanya SOP mengenai ASI Eksklusif; Pengawasan,
penilaian, dan evaluasi disampaikan sekilas kepada BUSUI; Kegiatan
penyuluhan ke BUSUI ada tetapi ikut kegiatan Posyandu; Tidak ada form
pencatatan bayi yang mendapat ASI Eksklusif; dan Belum ada supervise
khusus kegiatan ASI Eksklusif.
68
5. Ditentukan urutan penyebab masalah dan memprioritaskan penyebab
masalah yang akan diintervensi dalam manajemen Puskesmas Kajoran II
pada periode Januari – September 2013
6. Didapatkan alternative pemecahan masalah dari penyebab masalah dalam
manajemen Puskesmas Kajoran II pada periode Januari – September 2013
7. Didapatkan keputusan penyusunan rencana kegiatan pemecahan masalah
dalam manajemenn Puskesmas Kajoran II pada periode Januari –
September 2013
Sesuai dengan masalah yang kami angkat yaitu Cakupan Bayi yang mendapat ASI
Ekslusif, penyebab masalahnya adalah :
1. Ahli gizi hanya 1 untuk membawahi 14 desa
2. Beban kerja nakes penanggung jawab ahli gizi meningkat
karena harus merangkap membuat SPJ
3. Ada Alokasi dana untuk PMT tetapi terbatas
4. Belum ada ruang laktasi khusus untuk ibu menyusui yang
sedang mengantri di Puskesmas
5. Belum adanya SOP mengenai ASI Eksklusif
6. Belum adanya bentuk kegiatan aktif dari puskesmas untuk
mengetahui jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif
7. Tidak ada form pencatatan bayi yang mendapat ASI ekslusif
8. Ada RS yang telah memberikan Susu formula ketika bayi baru
lahir
9. Kegiatan penyuluhan ke BUSUI ada, tetapi ikut kegiatan
lainnya misal posyandu
10. Belum ada supervisi khusus kegiatan ASI Eksklusif
11. Pengawasan, penilaian, dan evaluasi hanya disampaikan sekilas
69
kepada BUSUI
Beberapa alternative untuk memecahkan masalah yang didapat di Puskesmas Kajoran
II setelah melalui kriteria mutlak dan keinginan adalah sebagai berikut :
a. Membuat SOP untuk ASI Eksklusifb. Sosialisasi SOP ASI Eksklusif
Karena dalam melaksanakan setiap kegiatan Puskesmas dibutuhkan SOP yang jelas,
dan apabila tidak ada SOP akan membuat kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
Oleh karena itu alternative pemecahan masalah di Puskesmas Kajoran II adalah :
“Membuat SOP ASI Eksklusif”
B. SARAN
Dalam rangka meningkatkan fungsi puskesmas sebagai ujung tombak untuk
mencapai visi “ Indonesia Sehat 2015” diperlukan manajemen dan quality assurance
atau kualitas pelayanan mutu yang baik. Berdasarkan permasalahan manajemen
Puskesmas Kajoran II yang telah didapatkan, kami menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Kepada Kepala Puskesmas : menyelenggarakan rapat koordinasi pembuatan
SOP ASI Eksklusif
2. Kepada petugas pemegang program : Memberdayakan kader dalam pelaksanaan
ASI Eksklusif
3. Kepada kader : Meningkatkan motivasi para kader untuk membantu masyarakat
menerapkan ASI Eksklusif
70
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan pembahasan tentang manajemen dan permasalahan yang
terdapat di puskesmas Kajoran II Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Dengan
meninjau puskesmas dari segi perencanaan, pelaksanaan pengendalian serta pengawasan
dan pertanggung jawaban ditemukan masalah yang ditinjau dari segi manajemen dan
ditentukannya prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah.
Manajemen puskesmas sangat penting karena puskesmas sebagai unit pelaksana
teknis dari dinas kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan sehingga
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar tercipta hasil yang maksimal. Dimensi mutu
juga penting karena pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus
memperhatikan mutu. Kedua kegiatan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan
karena cakupan atau kuantitas yang tinggi belum tentu disertai dengan mutu atau kualitas
yang baik begitu pula sebaliknya.
Kami menyadari kegiatan ini penting dan bermanfaat bagi para calon dokter,
khususnya yang kelak akan terjun ke puskesmas sebagai health provider, manager,
decision maker, dan communicator sebagai wujud serta dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat bagi bahan masukan dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kajoran II.
71
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 1998, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor : 128
/Menkes/SK/V/2004 Tahun 2004 tentang Tujuan Pembangunan Kesehatan Tahun 2004, Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan, 2010, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, http:dinkes.demakkab.go.id/v2010/..uu_no36_thn_2009-ttg_kesehatan .pdf
Reinke A, William, Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen, Yogyakarta, Gadjah Mada University ,Press 1994Notoatmojo Sockidjo Prof, DR, Ilmu Kesehatan Masyarakat,Jakarta, Rineka Cipta , 1997
Soehardi R, Karnaini, Tedjo Saputro W, et al, Ed : Pedoman Praktis Pelaksanaan
Puskesmas, Balai Pelatihan Kesehatan Kajoran, Magelang.