LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO B BLOK 5
TUTORIAL 4
1) Shasti Marida702012008
2) Armalia Tiara Puspa702012012
3) Mutiara Oktarindri702012013
4) Rangga Tagari702012018
5) Vinitiara Surga702012027
6) Siska Sarwana702012030
7) Nidiah Syarifatul Hidayah702012042
8) Alpriansyah Hadiwijaya702012057
9) Tiya Amalia Enira702012058
10) M. Awin Arja Sirait702012067
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B
13 Ulu Telp. 0711-7780788 Palembang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario B Blok 5 sebagai
tugas kompetensi kelompok. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya
keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. Trisnawati S.Si M.kes , selaku tutor kelompok 4
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal perbuatan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis, dan semoga laporan
turotial ini bermanfaat bagi kita serta perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Amin.
Palembang, Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme
Energi adalah blok kelima pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus yang
pertama sebagai tahap pembelajaran. Penulis kali ini memaparkan
kasus yang diberikan mengenai Biologi Molekuler dan Genetika.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Untuk belajar dalam memecahkan masalah.
2. Untuk mengetahui rhesus-rhesus pada manusia.
3. Untuk mengetahui cara menentukan rhesus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
TUTORIAL SKENARIO A
Tutor: Trisnawati S.Si M.Kes
Moderator: M. Awin Arja Sirait
Sekretaris meja: Vinitiara Surga
Sekretaris papan: Siska Sarwana
Hari, Tanggal: Senin, 25 Maret 2013 dan Rabu, 27 Maret 2013
Rule tutorial: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum
2.2 Skenario Kasus
Ny. Bunga baru saja melahirkan seorang bayi I klinik bersalin.
Bayi Ny, Bunga mengalamai syok saat dilahirkan, sesak nafas, bibir
dan seluruh ujung jari sianosis. Si bayi langsung dirujuk ke rumah
sakit tipe B untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang yang lengkap,
diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. Setelah diperiksa oleh
dokter Ika, seorang spesialis anak konsultan, si bayi didiagnosis
mengalami inkompatinilitas golongan darah rhesus. Padahal nyonya
Bunga dan suaminya asli keturunan etnik Jawa. Nyonya Bunga
mempunyai golongan darah A-, suaminya B- dan bayinya B+. suami
nyonya Bunga menanyakan kepada dokter Ika mengapa anaknya bisa
mengalami kondisi seperti ini. Dokter Ika menyarankan agar
dilakukan tes paternitas dengan menggunakan teknik analisis DNA
(DNA Finger Printing).
2.3 Paparan
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Syok: Gangguan metabolik yang ekstrim akibat
kegagalan sistem sirkulasi (Dorlan;2012)
2. Sesak nafas: Suatu gejaa beberapa penyakit dengan
perasaan
sulit bernafas yang dapat bersifat kronis
(KBBI)
3. Sianosis: Perubahan warna kulit dan membran mukosa
menjadi kebiruan (Wikipedia)
4. Dirujuk: Penyaranan dari rumah sakit satu kerumah
sakit yang lain dengan fasilitas yang lebih
lengkap (KBBI)
5. Rumah sakit tipe B: Rumah sakit yang memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas,
didirikan di ibu kota yang menampung rujukan
dari rumah sakit kabupaten (KBBI)
6. Diagnosis: Penentuan sifat penyakit atau membedakan
satu penyakit dengan yang lainnya (KBBI)
7. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaaan pendukung untuk
mengegakan
diagnosis (Wikipedia)
8. Inkompibilitas golongan darah: Suatu kondisi yang terjadi
ketika wanita hamil
memiliki rhesus darah negatif dan bayi dalam
rahimnya rhesus darah positif (Wikipedia)
9. Rhesus: Penggolongan darah berdasarkan ada atau
tidaknya antigen.
10. Etnik: Bertalian dengan keluarga sosial dalam system
sosial atau kebudayaan.
11. Golongan darah A-: Golongan darah rhesus negative
12. Golongan darah B-: Golongan darah rhesus negative
13. Golongan darah B+: Golongan darah rhesus positif
14. Tes paternalis: Tes DNA untuk menentukan apakah sesoran
pria adalah ayah biologis dari seorang anak.
15. Teknik analisis DNA: Teknik yan digunakan untuk
menganalisis
DNA
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Ny. Bunga baru saja melahirkan seorang bayi I klinik
bersalin. Bayi Ny, Bunga mengalamai syok saat dilahirkan, sesak
nafas, bibir dan seluruh ujung jari sianosis.
2. Si bayi langsung dirujuk ke rumah sakit tipe B untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang lengkap, diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat.
3. Setelah diperiksa oleh dokter Ika, seorang spesialis anak
konsultan, si bayi didiagnosis mengalami inkompatinilitas golongan
darah rhesus. Padahal nyonya Bunga dan suaminya asli keturunan
etnik Jawa. Nyonya Bunga mempunyai golongan darah A-, suaminya B-
dan bayinya B+.
4. Suami nyonya Bunga menanyakan kepada dokter Ika mengapa
anaknya bisa mengalami kondisi seperti ini. Dokter Ika menyarankan
agar dilakukan tes paternitas dengan menggunakan teknik analisis
DNA (DNA Fingerprint).
2.3.3 Analisis Masalah
1) Ny. Bunga baru saja melahirkan seorang bayi I klinik
bersalin. Bayi Ny,Bunga mengalamai syok saat dilahirkan, sesak
nafas, bibir dan seluruh ujung jari sianosis.
a. Apa saja yang menyebabkan bayi mengalami syok saat
dilahirkan?
Jawab:
1) Yang menyebabkan bayi mengalami syok saat dilahirkan yaitu
peredaran darah interna, peredaran darah janin selama kehamilan,
kelahiran atau persalinan kemudian peredaran sirkulasi janin akibat
robekan placenta saat amniosintesis, peredaran berlebihan dari tali
pusat yang putus atau robek. (anonim)
2) Syok merupakan hipoperfusi sistemik yang disebabkan oleh
penurunan, baik curah jantung maupun volume darah yang beredar
secara efektif. Kemudian akan muncul hipotensi, diikuti dengan
gangguan perfusi jaringan serta hipoksia. (Robbins.2001).
3) Perdarahan interna: Perdarahan janin (Selama kehamilan, dan
setelah kelahiran) Perdarahan dan sirkulasi janin: Robekan plasenta
saat amniosintesis dari tali pusat yang robek, anemia hemolitik
berat. (Behrman. 1996: 585)
b. Apa saja yang menyebabkan seorang bayi mengalami sesak nafas
saat dilahirkan?
Jawab:
1) Bayi mengalami sesak nafas diakibatkan oleh keadaan asfiksia
ringan pada proses kelahiran, namun ada juga dikarenakan impuls
sensoris yang timbul karena kedinginan kulit secara tiba-tiba.
Penyebab bayi mengalami sesak nafas bisa diakibatikan oleh hipoksia
fetus yang lama selama persalinan dapat menyebabkan depresi pusat
pernafasan yang serius. (Guyton. 2012:1908)
2) Syok, karena syok pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
pengiriman oksigen ke jaringan menjadi sedikit atau tidak memenuhi
kebutuhan sehingga mengalami sesak napas. Peningkatan kerja
pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak napas.
Ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas
ventilasi dapat menyebabkan sesak napas (Patofisiologi. 2012:
volume 2)
c. Apa yang menyebabkan bayi mengalami bibir dan seluruh ujung
jari sianosis saat dilahirkan?
Jawab:
1) Sianosis adalah warna kulit dan membrane mukosa yang kebiruan
sebagai akibat dari peningkatan kadar hemoglobin tereduksi atau
derivat hemoglobin dalam pembuluh darah kecil pada daerah tersebut
(Horizon, dkk. 1999).
2) Tetralogi fallot adalah penyebab utama paling sering bayi
biru. Kesulitan fisiologis utama akibat tetralogi fallot adalah
kartena darah tidak melewati paru-paru sehingga tidak mengalami
oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung
memintas langsung dari ventrikel kanan ke arah aorta tanpa
mengalami oksigenasi. Karena itulah bayi mengalami sianosis di mana
Hb yang tidak mengaandung oksigen jumlahnya berlebihan dalam
pembuluh darah kulit terutama dalam kapiler. Hb yang tidak
mengandung oksigen memiliki warna biru gelap yang terlihat melalui
kulit. (Guyton dan Hall, 2007)
3) Sianosis disebabkan oleh desaturasihemoglobin (Adams.
2012)
4) Akibat adanya peningkatan jumlah Hb tereduksi (Hb yang tak
berikatan dengan O2). Dapat dikatakan siasonis bila Hb tereduksi
mencapai 5g/ml dalam tubuh. Kadar normal Hb tereduksi ialah
2,5g/ml.
Sianosis dibagi menjadi 2 jenis :
Sianosi sentral: akibat terjadinya insufisiensi oksigenasi Hb,
paling mudah diketahui pada wajah, bibir, cuping telinga, bagian
bawah lidah.
Sianosis Perifer: bila aliran darah banyak berkurang sehingga
sangat menurunkan saturasi darah vena yang akan menyebabkan suatu
daerah menjadi biru. (Patofisiologi. 2012)
5) Terjadi karena Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah kulit terutama kapiler,
Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen memiliki warna biru gelap
keunguan yang terlihat melalui kulit. (Guyton. 2008:557)
d. Bagaimana ciri-ciri seorang bayi mengalami syok saat
dilahirkan?
Jawab:
1) Ciri-ciri seorang bayi mengalami syok saat dilahirkan adalah
pucat, dingin saat disentuh, frekuensi jantung lebih dari 180 kali
permenit, sangat latergi atau tidak sadar. (EGC. 2008)
2) Tanda kegawatan pernafasan, sianosis, pucat, flasiditas,
kulit dingin berbintik, dll. (Behrman. 1996: 585)
2) Si bayi langsung dirujuk ke rumah sakit tipe B untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang lengkap, diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat.
a. Bagaimana cara mendiagnosis dan penatalaksanaan suatu
penyakit?
Jawab:
Cara mendiagnosis suatu penyakit yaitu:
1. Anamnesis (wawancara dengan pasien atau keluarga pasien yang
didasari dengan pengetahuan tentang penyakit dan pengetahuan yang
ada dibalik terjadinya penyakit)
2. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah
Suhu tubuh
Nadi
Respirasi rate (pernafasan)
Head to toe (pemeriksaan dari kepala sam pai kaki
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan yang berhubungan dengan laboratorium
untuk mendukung dalam menegakkan diagnosis seperti : pemeriksaan
darah, urin, DNA, Rontgen, USG dan sebagainya.
4. Diagnosis sementara yaitu diagnosis berdasarkan gejala dan
tanda-tanda bukti atau dugaan sementara (hipotesis)
5. Diagnosis Banding yaitu diagnosis yang dibuat dua atau lebih
dengan membandingkan penyakit vdengan penyakit-penyakit lain yang
mempunyai gejala hampir sama.
Adapun penatalaksanaan suatu penyakit :
1. Terapi farmakologi yaitu pengobatan yang diberikan dengan
obat-obatan tertentu untuk meringankan, mencegah, mengurangi dan
mengobati rasa sakit yang ditimbulkan oleh penyakit
2. Terapi non farmakologi yaitu bentuk pengobatan dengan cara
pendekatan, pemahaman, tentang penyakit untuk meningkatkan kepuasan
pasien. (Hardjodisastro. 2006).
b. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap
kasus ini?
Jawab:
Tes paternitas: Tes DNA untuk menentukan apakah seorang pria
adalah ayah dari seorang anak. Tes paternitas membandingkan pola
DNA anak dengan terduga ayah untuk memeriksa bukti pewarisan DNA
yang menunjukan kepastian adanya hubungan biologis.
Tes maternitas: Tes DNA untuk menentukan apakah seorang ibu
adalah ibu dari seorang anak. Tes maternitas membandingkan pola DNA
anak dengan terduga ibu untuk memeriksa bukti pewarisan DNA yang
menunjukan kepastian adanya hubungan biologis. (anonim. 2012)
3) Setelah diperiksa oleh dokter Ika, seorang spesialis anak
konsultan, si bayi didiagnosis mengalami inkompatinilitas golongan
darah rhesus. Padahal nyonya Bunga dan suaminya asli keturunan
etnik Jawa. Nyonya Bunga mempunyai golongan darah A-, suaminya B-
dan bayinya B+.
a. Faktor apa saja yang menyebabkan inkompatibilitas golongan
darah rhesus?
Jawab:
Penyebab Inkompatibilitas golongan darah rhesus adalah karena
perbedaan rhesus antara ibu dan bayi yang dikandungnya atau disebut
isoimunisasi maternal (Suryo. 2012).
b. Bagaimana mekanisme inkomptibilitas golongan darah
rhesus?
Jawab:
1) Seorang ibu yang memiliki Rh mengandung bayi Rh+, sehingga
anti-Rh dari serum darah ibu merusak eritrosit bayi yang mengandung
antigen-Rh. Sesungguhnya sirkulasi darah ibu dan bayi dalam
kandungan itu terpisah. Darah ibu dan darah bayi bertemu di ari-ari
(plasenta), meskipun membran tipis memisahkan kedua darah itu.
Namun demikian sewaktu-waktu dapat terjadi pori-pori halus dalam
membran itu, sehingga memungkinkan sel-sel darah merah bayi masuk
kedalam darah ibu. (Suryo. 2012).
2) Mekanisme inkmpatibilitas eritrosit golongan ABO dan Rhesus
dalam sirkulasi darah dapat terjadi melalui transfuse darah ataupun
kehamilan. Sekitar 20% ibu dengan [rh-] membentuk anti-D setelah
mengadung janin [Rh+]. Antibody maternal isoimun bersifat spesifik
terhadap eritrosit janin, dan timbul sebagai reaksi terhadap
antigen eritrosit janin yang dapat melewati plasenta serta merusak
eritrosit janin. Hal inilah yang dapat menyebabkan penyakit
hemolisis pada janin bayi baru lahir. (anonim. 2010)
c. Bagaimana penggolongan darah rhesus?
Jawab:
1) Orang Rh positif (Rh+) berarti darahnya memiliki antigen-Rh
yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan
eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
Orang Rh negative ( Rh-), berarti darahnya tidak memiliki
antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak
terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh.
2) Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah
merah kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk
mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi
dengan sel-sel darah merah, antigen-Rh yang ditemukan dalam darah
kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu
juga ditemukan dalam darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
Orang Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh
yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan
eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi
Rh).
Orang Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki
antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak
terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi
Rh). (Suryo. 2012)
Golongan
Rhesus +
Rhesus -
Antigen
antigen Rhesus
-
Antibodi
-
anti Rhesus
d. Bagaimana hubungan golongan darah rhesus dengan suatu
keturunan? (dilihat dari ras kulit)
Jawab:
Insiden pasien yang mengalami inkompatibilitas rhesus (rhesus
negatif) adalah 15% pada ras kulit putih dan 5% pada ras kulit
hitam, hal ini jarang terjadi pada bangsa asia. Rhesus negatif
terjadi biasanya perkawinan dengan orang asing yang memiliki rhesus
negatif. (anonim. unsri. ac.id)
e. Bagaimana penentuan golongan darah A,B,O dan penentuan
golongan darah rhesus?
Jawab:
1. Penentuan golongan darah A,B,O dilihat dari hubungan antara
golongan darah (fenotip) seseorang dengan macam antigen dan zat
anti yang dimiliki
Golongan darah (fenotip)
Antigen dalam eritrosit
Zat anti dalam serum/plasma darah
O
-
Anti A dan anti-B
A
A
Anti-B
B
B
Anti-A
AB
A dan B
-
Golongan darah A : memiliki antigen-A, namun memiiki anti-B
Golongan darah B : memiliki antigen-B dan memiliki anti-A
Golongan darah AB : memiliki antigen-A dan antigen-B
Golongan darah O : tidak memiliki antigen, hanya memiliki anti-A
dan anti-B
2. Penentuan golongan darah A, B, O, dan AB berdasarkan
interaksi alel IA, IB dan i
Golongan darah (fenotip)
Antigen dalam eritrosit
Alel dalam kromosom
Genotip
O
-
I
Ii
A
A
IA
IAIA atau IAi
B
B
IB
IBIB atau IBi
AB
A dan B
IA dan IB
IAIB
3. Penentuan golongan darah
a. Landsteiner
Landsteiner berpendapat bahwa golongan darah Rh diatur oleh satu
gen yang terdiri dari dua alel, yaitu R dan r. Dimana R dominan
terhadap r. Antigen Rh di dalam eritrosit itu ditentukan oleh gen
dominan R.
Rh + : mempunyai genotif RR atau Rr
Rh - : mempunyai genotip Rr
b. Race dan Fisher
Ditentukan oleh 3 pasang gen (C,D, E). Gen-gen ini bukan
alel-alel, tetapi terangkai amat berdekatan satu sama lain pada
kromosom yang sama. Ketiga gen ini dominan terhadap alelnya resesif
c, d dan e. Apabila dalam genotif terdapat gen dominan D, maka
fenotip orang adalah Rh +; jika gen D tidak ada, fenotip orang
adalah Rh-. Di kalangan orang Rh- terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok yang memiliki gen C saja (Cde) atau E saja (cdE) atau
kedua-duanya C dan E (CdE), sedang kelompok kedua ialah yang
memiliki gen dominan sama sekali (cde)
c. Wiener
Golongan darah rhesus ditentukan oleh satu seri alel ganda,
terdiri dari 8 alel, ialah :
Rh + : alel-alelnya RZ, R1, R2, R0
Rh - : alel-alenya ry, r, r, r (Suryo. 2012).
f. Mengapa pada kondisi ini bayi ny.Bunga bisa memiliki golongan
darah rhesus yang berbeda dengan orang tuanya?
Rhesus + : RR Rhesus - : rr
Rr
Ny. Bunga memiliki rhesus- dan suaminya juga rhesus-
rr x rr = rr Rh-
Seharusnya anak ny. Bunga memiliki Rhesus negative akan tetapi
anaknya ny.Bunga memiliki Rhesus positif ada kemungkinan suaminya
ny.Bunga bukan ayah biologisnya. (Schaum. 2012)
4) Suami nyonya Bunga menanyakan kepada dokter Ika mengapa
anaknya bisa mengalami kondisi seperti ini. Dokter Ika menyarankan
agar dilakukan tes paternitas dengan menggunakan teknik analisis
DNA (DNA Fingerprint)
a. Mengapa pad kasus ini dokter menyarankan agar melakukan tes
paternitas?
Jawab:
Karena perbedaan rhesus yang di alami bayi Ny.Bunga membuat
dokter menyarankan untuk melakukan tes paternitas kepada ayahnya.
Untuk mengetahui bahwa ayah dari anak Ny.Bunga benar ayah
biologisnya.
b. Bagaimana metode teknik analisis DNA Fingerprint?
Jawab:
1) Sistematika analisis DNA fingerprint sama dengan metode
analisis ilmiah yang biasa dilakukan di laboratorium kimia.
Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel sampai ke
analisis dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Pada pengambilan
sampel dibutuhkan kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang
digunakan. Setelah didapat sampel dari bagian tubuh tertentu, maka
dilakukan isolasi untuk mendapatkan sampel DNA. Bahan kimia yang
digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan Chilex.
Phenolchloroform biasa digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk
cairan sedangkan Chilex digunakan untuk mengisolasi barang bukti
berupa rambut. Lama waktu proses tergantung dari kemudahan suatu
sampel di isolasi, bisa saja hanya beberapa hari atau bahkan bisa
berbulan-bulan 5. Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan
kedalam mesin PCR. Langkah dasar penyusunan DNA fingerprint dengan
PCR yaitu dengan amplifikasi (penggandaan) sebuah set potongan DNA
yang urutannya belum diketahui. Prosedur ini dimulai dengan
mencampur sebuah primer amplifikasi dengan sampel genomik DNA. Satu
nanogram DNA sudah cukup untuk membuat plate reaksi. Jumlah sebesar
itu dapat diperoleh dari isolasi satu tetes darah kering, dari
sel-sel yang melekat pada pangkal rambut atau dari sampel jaringan
apa saja yang ditemukan di TKP. Kemudian primer amplifikasi
tersebut digunakan untuk penjiplakan pada sampel DNA yang mempunyai
urutan basa yang cocok. Hasil akhirnya berupa kopi urutan DNA
lengkap hasil amplifikasi dari DNA Sampel 5. Selanjutnya kopi
urutan DNA akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat
pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah
dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu juga
berbeda. Pola pita inilah yang dimaksud DNA fingerprinting. Adanya
kesalahan bahwa kemiripan pola pita bisa terjadi secara random
(kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, mungkin satu diantara satu
juta. Finishing dari metode ini adalah mencocokkan tipe-tipe DNA
fingerprinting dengan pemilik sampel jaringan (tersangka pelaku
kejahatan). (Hernanda. Jurnal)
2) Sistematika analisis DNA fingerprint sama dengan metode
analisis ilmiah yang biasa dilakukan di laboratorium kimia.
Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel sampai ke
analisis dengan PCR. Pada pengambilan sampel dibutuhkan
kehati-hatian dan kesterilan peralatan yang digunakan. Setelah
didapat sampel dari bagian tubuh tertentu, maka dilakukan isolasi
untuk mendapatkan sampel DNA. Bahan kimia yang digunakan untuk
isolasi adalah Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform biasa
digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk cairan sedangkan
Chilex digunakan untuk mengisolasi barang bukti berupa rambut. Lama
waktu proses tergantung dari kemudahan suatu sampel di isolasi,
bisa saja hanya beberapa hari atau bahkan bisa berbulan-bulan.
Tahapan selanjutnya adalah sampel DNA dimasukkan kedalam mesin
PCR. Langkah dasar penyusunan DNA fingerprint dengan PCR yaitu
dengan amplifikasi (pembesaran) sebuah set potongan DNA yang
urutannya belum diketahui. Prosedur ini dimulai dengan mencampur
sebuah primer amplifikasi dengan sampel genomik DNA. Satu nanogram
DNA sudah cukup untuk membuat plate reaksi. Jumlah sebesar itu
dapat diperoleh dari isolasi satu tetes darah kering, dari sel-sel
yang melekat pada pangkal rambut atau dari sampel jaringan apa saja
yang ditemukan di TKP. Kemudian primer amplifikasi tersebut
digunakan untuk penjiplakan pada sampel DNA yang mempunyai urutan
basa yang cocok. Hasil akhirnya berupa kopi urutan DNA lengkap
hasil amplifikasi dari DNA Sampel.
Selanjutnya kopi urutan DNA akan dikarakterisasi dengan
elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap
orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis)
setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang dimaksud DNA
fingerprint. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola pita bisa
terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya,
mungkin satu diantara satu juta. Finishing dari metode ini adalah
mencocokkan tipe-tipe DNA fingerprint dengan pemilik sampel
jaringan. (Bambang. 2003)
c. Bagaimana pandangan islam mengenai garis keturunan?
Jawab:
Suroh Al Ahzab ayat 4-5
Artinya: Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua
buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu
yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan
anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian
itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
Artinya: Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi
Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka
(panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan
maula-maulamu [1200]. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja
oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
d. Bagaimana cara dokter ika menjelaskan kondisi bayi kepada
suami ny.bunga?
Jawab:
Dengan SAJI (Salam, Ajak bicara, Jelaskan, Ingatkan).
Salam : dokter mengucapkan salam terhadap pasien maupun keluarga
pasien
Ajak Bicara: dokter mengajak bicara kedua orang tua dari bayi
ini
Jelaskan : dokter memberikan penjelasan tentang hasil
pemeriksaan, diagnosis bayi pasien serta menyimpulkan kemungkinan
yang terjadi pada pasien
Ingatkan : dokter mengingatkan dan meluruskan persepsi apabila
terjadi kesalahpahaman (anonim)
2.3.4 Kesimpulan
Bayi Ny.Bunga menderita inkompatibilitas golongan darah akibat
ketidakcocokan rhesus dari ayah dan ibunya.
2.3.5 Kerangka Konsep
Ketidakcocokan rhesus
bayi dengan orang tuanya
Tes paternitasInkompatibikitas
golongan darah rhesus
Tes DNA Fingerprint
Syok, sesak nafas,
Bibir dan seluruh ujung jari
sianosis
DAFTAR PUSTAKA
Horizon, dkk. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi
13
Suryo. 2010. Genetika manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Anonym; 2012 http://forum.uii.ac.id/topic?id=4575 diunduh
tanggal 24-maret-2013
Hardjodisastro, D. 2006 Bagaimana Dokter Berfikir, Bekerja dan
Menampilkan Diri. Jakarta
Irawan, Bambang. 2003. DNA fingerprinting pada Forensik, Biologi
sebagai Bukti Kejahatan. Majalah Natural Ed. 7/Thn. V/April 2003.
Bandar Lampung
Biologi kesehatan, 2008
Anonim. 2008. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta :
EGC
Behrman, Richard., Kliegman, Robert., & Arvin, Ann, M. 1996.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Terjemahan A. Samik Wahab. 1999.
Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2008.Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Terjemahan Irawati. 2012. Jakarta: EGC.
Hernanda, Pratika. 2009. PAP SMEAR dengan analisa DNA dinger
printingnya sebagai alat untuk tes paternitas saat prenatal.
Jurnal. Volume 2. Dosen fakultas kedokteran universitas Wijaya
Kusuma Surabaya
Wilson, Price. 2012. Patofisiologi. Volume 1-2. Jakarta :
EGC
Robbins. 2001. Buku Ajar Patologi. Volume1-2. Jakarta: EGC
Adams. 2012. Buku Diagnosis Fisisk. Edisi 17 Bab 2
Anonim. 2008. Majalah kedokteran Andala. Volume21 diunduh
tanggal 24-maret-2013
Darmono. 2009. DNA Fingerprint. Volume 5
Arthur C. Guyton dan John E. Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. Jakarta: EGC
Ronal dan Richard, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: EGC
19