211
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia
sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang hendak dicapai
melalui pembangunan nasional yang hendak dicapai melalui
pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah "mewujudkan
keluarga sehat sadar gizi". Pembangunan suatu bangsa bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan suatu lapisan masyarakat.
Peningkatan kemajuan kesejahteraan suatu bangsa sangat tergantung
pada kemampuan dan kualitas SDM. Ukuran kualitas suatu sumber daya
manusia tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan
ukuran kesejahteraan manusia dapat dilihat pada tingkat kemiskinan
yang tercermin pada persentase jumlah penduduk atau rumah tangga
yang masih berada di bawah garis kemiskinan (Dinkes Provsu,
2006).
Pada saat ini, status kesehatan masyarakat Indonesia secara umum
masih rendah dan jauh tertinggal dibandingkan dengan kesehatan
masyarakat negara-negara ASEAN lainnya, yang ditandai antara lain,
dengan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan (AKI) yaitu
307 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia/SDKI 2002-2003), tingginya angka kematian bayi dan balita
masih menjadi masalah besar dalam upaya membentuk generasi yang
mandiri dan berkualitas (Fokus Media, 2007).
Pada bulan Desember 1992 di Roma (Italia), berlangsung Kongres
Gizi Internasional yang membahas pentingnya gizi seimbang, sebagai
upaya menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah
satu rekomendasi penting dari ini adalah anjuran kcpada sctiap
negara agar menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Di
Indonesia, PUGS dibahas pertama sekali pada Widya Karya Pangan
& Gizi V, April 1993 yang hasilnya dijadikan sebagai landasan
untuk menyusun program pangan dan gizi nasional.
Masalah gizi timbul akibat perilaku gizi seorang yang salah
yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan
gizinya. Bila konsumsi selalu kurang gizinya maka seseorang akan
menderita gizi kurang, sebaliknya melebihi kecukupan gizinya maka
yang bersangkutan akan menderita gizi lebih. Akibat dari masalah
gizi ganda ini, penyakitpun dapat tirnbul menyertai penderita gizi
lebih atau kurang. Masalah gizi ganda tidak hanya terdapat di
bebcrapa negara maju tetapi gejalanya malah tampak juga di negara
berkembang tennasuk Indonesia (Depkes RI Jakarta, 1998).
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada penelitian
ini adalah bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan gizi
seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan
tentang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan Belawan
2015.1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu di Posyandu
kecamatan Medan Belawan.2. Untuk mengetahui gambaran tindakan ibu
di Posyandu kecamatan Medan Belawan.1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk:
1. Tambahan informasi kepada dinas kesehatan tentang gambaran
tingkat pengetahuan dan tindakan tentang gizi seimbang pada ibu di
Posyandu kecamatan Medan Belawan.2. Tambahan informasi kepada pihak
Posyandu Belawan tentang gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan
tentang gizi seimbang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan
Medan Belawan.3. Tambahan wawasan kepada masyarakat tentang
gambaran tingkat pengetahuan dan tindakan gizi seimbang pada ibu di
Posyandu kecamatan Medan Belawan.4. Tambahan wawasan kepada
masyarakat terhadap tindakan gizi seimbang yang sesuai dengan
PUGS.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pada umumnya,
sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan dan
pendengaran (Siregar, 2004;Nurhidayah, 2010; Rahadian,2012).2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :1)
Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang telah
dipelajari atau diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tahap
paling rendah dari pengetahuan. 2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
suatu objek dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan terhadap
suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi & kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih ada kaitannya
satu sama lain. Pada tahap analisis, masyarakat mampu membedakan
ciri-ciri nyamuk Aedes sp dengan nyamuk lainnya.
5) Sintesis
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi
Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan penilaian terhadap
objek. Misalnya.2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
A. Faktor Internal 1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan. Tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang
terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan
tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat
pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Pendapat lainnya
mengatakan bahwa pendidikan yang rendah mengakibatkan mengalami
kesulitan untuk menyerap ide-ide baru dan membuat mereka lebih
bersifat konservatif, karena tidak mengenal alternatif yang lebih
baik. Orang yang berpendidikan tinggi memiliki kepedulian yang
lebih besar terhadap masalah kesehatan.
2) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan di masa
lalu.3) Intelegensia
Merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Tingkat
intelegensia mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi.
Orang yang memiliki intelegensia tinggi akan mudah menerima suatu
pesan maupun informasi.
4) Usia
Usia adalah umur individu mulai saat dilahirkan. Pada umumnya,
seiring bertambahnya usia, seseorang akan lebih matang dalam
berpikir, bekerja dan menerima informasi. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya
dibandingkan orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya.Namun
perlu ditekankan bahwa seorang yang berumur lebih tua tidak mutlak
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang yang lebih muda. 5) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang
kehidupan. Pekerjaan merupakan cara untuk mencari nafkah dan
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Pekerjaan dapat
membuat seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai contoh, individu yang bekerja
sebagai tenaga kesehatan akan mempunyai pengetahuan yang lebih
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan bidang yang dikerjakannya
dibandingkan dengan orang yang bekerja di luar bidang kesehatan. B.
Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
individu dan mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang.
Dapat berkaitan dengan keadaan di sekitar daerah tempat tinggalnya.
Tempat tinggal merupakan tempat menetap sehari-hari. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hubungan antara lingkungan dengan pengetahuan terletak pada
kemudahan mendapatkan informasi.2) Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu
yang berasal dan keluarga yang berstatus tingkat ekonomi baik
umumnya memiliki sikap positif dalam memandang kesehatan dan masa
depannya bila dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga
dengan tingkat ekonomi rendah. Faktor ekonomi berhubungan pula
dengan kesempatan mendapatkan informasi.Menurut penelitian
Berdasarkan riset Depkes RI (2011), diketahui bahwa kelompok dengan
tingkat ekonomi rendah dan kelompok dengan pengeluaran rumah tangga
per kapita yang tinggi memiliki tingkat kesadaran yang rendah dalam
mengenali suatu penyakit. Ada beberapa cara yang dapat digunakan
dalam menghitung tingkat ekonomi, salah satunya dengan menggunakan
model tingkat konsumsi, model kesejahteraan keluarga, upah minimum
kabupaten/ kota (UMK) dan sebagainya.3) Media massa
Media massa dapat memberikan informasi yang dapat memberikan
pengaruh jangka pendek ,sehingga menghasilkan pengetahuan. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, termasuk penyuluhan kesehatan
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengetahuan seseorang.
Semakin banyak seseorang menerima informasi mengenai suatu penyakit
maka pengetahuannya mengenai penyakit tersebut pun akan
meningkat.2.2 Tindakan
2.2.1 Pengertian Tindakan
Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari
suatu persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu
tindakan.2.2.2 Tingkatan Tindakan
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan:a. Persepsi
( mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.b.
Respon Terpimpin
( dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat
dua.c. Mekanisme
( apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi
( suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
2.3 Gizi Seimbang2.3.1 Definisi
Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru mulai dikenal
sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris
nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti
makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu
sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai
nutrisi (Yuniastuti, A., 2009).
Gizi Seimbang adalah susunan makanan seharihari yang mengandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal
(KFI, 2011).Pedoman Gizi Seimbang telah diimplementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955. Pedoman tersebut menggantikan slogan 4
Sehat 5 Sempurna yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan
yang dihadapi (DEPKESRI, 2013).
Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada
masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada
tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) . pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu rekomendasi Konfrensi Gizi Internasional di Roma pada
tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan
kesejahteraan gizi (nutrition well-being) semua penduduk yang
merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS
merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna
yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik
masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun
terakhir telah mulai menampakkan diri di Indonesia (Almatsier, S.,
2009).2.3.2 Konsep Dasar Gizi Seimbang
Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin
keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat
saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.
Pengelompokan bahan makanan disederhanakan , yaitu didasarkan pada
tiga fungsi utama zat-zat gizi yaitu sebagai (Almatsier, S., 2009)
:
a. Sumber energi / tenaga : padi-padian, tepung-tepungan,
umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian Indonesia juga
dimaksud sebagai makanan pokok.
b. Sumber zat pembangun : sayuran dan buah-buahan
c. Sumber zat pengatur : ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olhannya, seperti tempe, tahu,
oncom.2.3.3 Empat Pilar Gizi Seimbang
1. Mengonsumsi makanan beragam
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat
gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber
utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan
buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat,
tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama
protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan,
ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan
karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang
dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan
dan fungsi lainnya dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).
Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah
dan proporsinya sudah benar? Tidak, Yang dimaksudkan beranekaragam
dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk
proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam
beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap
kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya,
saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan
buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula
jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat
meningkatkan resiko beberapa PTM, dianjurkan untuk dikurangi.
Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan
dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam
proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi (DEPKESRI,
2014).2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama
anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk
ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan
metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama apabila
disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti
mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan
memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang
menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit
infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang
menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang.
Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan
penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik (DEPKESRI, 2014).
Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan
seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1)
selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan
terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara
lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang
disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang
lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu
menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman
penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari
penyakit kecacingan (DEPKESRI, 2014).
3. Melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan
antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi
dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).
Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik
juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk
metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan
dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke
dalam tubuh (DEPKESRI, 2014).
4. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa
telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan
hal yang harus menjadi bagian dari Pola Hidup dengan Gizi Seimbang,
sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila
terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya (DEPKESRI, 2014).
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah
perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur.
Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS (DEPKESRI,
2014).
Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal adalah (DEPKESRI,
2014):
a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 25,0;
b. bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam
pita hijau.
2.2.4. Tumpeng Gizi Seimbang
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) meragakan 4 prinsip Gizi Seimbang:
aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik
dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan
tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan
kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan
TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang
per hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh
air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat
gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif (KFI,
2011).
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang
memerlukan 5 kelompok zat gizi yakni karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk
memperlancar berbagai proses faal dalam tubuh (SCPP, 2013).
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang (KFI, 2011)Tumpeng Gizi
Seimbang :
1. Pada baris pertama terdiri dari air putih dimana kita
mengetahui tentang kebutuhan air minum kita sehari, yakni +8 gelas
(SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi 8 gelas/hari.2. Pada baris
kedua, itu merupakan 'Sumber Karbohidrat' yang biasanya juga
disebut sebagai makanan pokok. Dari gambar piramida diatas itu,
selain kita bisa mengetahui kalau kebutuhannya paling besar
diantara makanan yang lain, kita juga bisa melihat kalau makanan
pokok itu tidak selalu nasi. Bisa diganti dengan roti, sereal,
biskuit, bahkan pasta (SCPP, 2013). Dianjurkan dengan porsi
konsumsi 3-8 porsi/hari
3. Pada tingkat ketiga, kebutuhan terbesar kedua adalah sayuran
dan buah-buahan. Kedua bahan makanan ini sangat penting sebagai
sumber vitamin dan mineral, juga serat. Karena keduanya berada
dalam satu baris, memang lebih baik keduanya memiliki porsi yang
hampir sama besar. Namun, jika memang teman-teman kesulitan untuk
memenuhi salah satu diantara keduanya, kedua jenis bahan makanan
ini bisa saling menggantikan. Lebih baik mengkonsumsi keduanya
secara bersamaan, karena semakin beranekaragam makanan yang kita
makan, semakin bervariasi pula zat gizi yang kita dapatkan (SCPP,
2013). Buah-buahan dianjurkan dengan porsi konsumsi 2-3 porsi/hari,
dan sayur-sayuran dianjurkan dengan porsi konsumsi 3-5
porsi/hari.
4. Tingkat keempat terdiri dari makanan yang mengandung protein,
yakni protein hewani seperti daging, ayam, dan telur, protein
nabati seperti kacang kedelai, kacang hijau, dan olahannya, dan
dairy product seperti susu, yoghurt, dan keju (SCPP, 2013).
Dianjurkan dengan porsi konsumsi 2-3 porsi/hari
5. Tingkat kelima, posisi puncak yang menandakan kebutuhannya
yang sangat sedikit atau bahkan lebih baik dihindari, yang dihuni
oleh minyak, garam, gula, suplemen, dan vitamin tambahan. Beberapa
jenis bahan makanan disini, biasanya memang tidak berdiri sendiri,
melainkan bercampur dengan bahan makanan lainnya (SCPP, 2013).
Dianjurkan dengan porsi seperlunya saja tidak berlebihan dan tidak
kekurangan jugaa.2.3.5 Tiga Belas Pesan Dasar PUGS
PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan
sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan
status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, S., 2009).
Ketigabelas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut
(Almatsier, S., 2009):
1. Makanlah beraneka ragam makanan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, atau makanan yang mengandung makanan yang mengandung
zat tenaga (karbohidrat, lemak), pembangun (protein) dan zat
pengatur (vitamin dan mineral) (Sarihusada, 2014).
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi
oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis
pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh
memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan.
Oleh karena itu konsumsi aneka ragam pangan merupakan salah satu
anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Banyak makan
sayuran dan cukup buah-buahan (DEPKESRI, 2014).
Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman juga
perlu memperhatikan dari segi keamanannya yang berarti makanan dan
minuman itu harus bebas dari kuman penyakit atau bahan berbahaya
(DEPKESRI, 2014).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Konsumsi makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi harian.
Kecukupankebutuhan energi ditunjukkan dengan berat badan yang
normal (Sarihusada, 2014).
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan
energi
Makanan pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan energi,
sisanya dari makanan lain yang mengandung protein dan lemak seperti
daging, telor, susu dan sebagainya (Sarihusada, 2014).
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan
sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein
hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging kambing,
daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek dll),
ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok
Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan
hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang
tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain
(DEPKESRI, 2014).
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kebutuhan energi.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kebutuhan energi. Hal ini untuk menghindari resiko penyempitan
pembuluh darah arteri dan jantung koroner (Sarihusada, 2014).
5. Gunakan garam beryodium
Garam beriodium adalah garam yang sudah diperkaya dengan kalium
iodiat untuk mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan yodium,
seperti gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makanan
sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang
(Sarihusada, 2014).
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah unsur penting dalam pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan
dapat menimbulkan penyakit anemia atau penyakit kurang darah
(Sarihusada, 2014).
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan tidak ada satu pun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI. ASI memiliki kelebihan
karena meliputi 3 aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan
aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak (Sarihusada, 2014).
8. Biasakan makan pagi
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara
bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi
harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat,
aktif, dan produktif (DEPKESRI, 2014).
Sarapan atau makan pagi sangat bermanfaat bagi semua orang,
karena dapat memelihara ketahanan fisik, dan produktivitas kerja.
Bagi anak-anak, terutama usia sekolah sarapan dapat meningkatkan
konsentrasi belajar dan memudahkan dalam menyerap pelajaran
(Sarihusada, 2014).
9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya
Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial, yang berarti
bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak untuk hidup
sehat, dan tubuh tidak dapat memproduksi air untuk memenuhi
kebutuhan ini. Sekitar dua- pertiga dari berat tubuh kita adalah
air (DEPKESRI, 2014).
Sekurang-kurangnya tubuh kita membutuhkan 2 liter atau setara
dengan 8 gelas air per hari. Hal ini bermanfaat untuk mencegah
dehidrasi dan melancarkan metabolisme tubuh (Sarihusada, 2014).
10. Lakukan aktivitas fisik dengan teratuur
Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
organ tubuh dan memperlambat proses penuaan (Sarihusada, 2014).
11. Hindari minuman beralkohol
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi, hilangnya zat-zat gizi
yang penting, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf
otak dan jaringan. Kecanduan alkohol juga dapat membuat seseorang
kehilangan kendali diri, yang dapat menjadi faktor pencetus tindak
criminal (Sarihusada, 2014).
12. Makanlah makanan yang aman untuk kesehatan
Selain bergizi lengkap dan seimbang, konsumsilah makanan yang
layak dan aman bagi kesehatan. Yaitu makanan yang bebas dari kuman
dan bahan berbahaya, serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat (Sarihusada, 2014).13. Bacalah label makanan yang
dikemas
Biasakanlah membaca label yang terdapat pada makanan kemasan.
Dengan demikian kita dapat mengetahui isi, jenis dan ukuran
bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kedaluwarsa,
dan keterangan penting lain yang terdapat di dalamnya (Sarihusada,
2014).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep dalam menilai tingkat
pengetahuan dan tindakan mengenai gizi seimbang pada ibu rumah
tangga yang memiliki balita di posyandu sebagai berikut:
3.2 Definisi Operasional A. Tingkat pengetahuan gizi
seimbang
1. Definisi: pengetahuan ibu rumah tangga terhadap gizi seimbang
yang memegang prinsip keanekaragaman makanan dalam memenuhi gizi
sehari-hari.
2. alat ukur : kuesioner.
3. cara ukur : wawancara.
4. hasil pengukuran : baik, sedang, dan kurang.
Baik :> 80% - 100% jawaban benar
Sedang :> 60% - 79% jawaban benar
Kurang:< 60% jawaban benar
5. skala pengukuran : ordinal.
B. Tindakan pemenuhan gizi seimbang
1. Definisi : sikap ibu rumah tangga dalam mengatur makanan.
2. Alat ukur : kuesioner.
3. Cara ukur : wawancara.
4. Hasil pengukuran : baik, sedang, dan kurang.
Baik :> 80% - 100% jawaban benar
Sedang :> 60% - 80% jawaban benar
Buruk:< 60% jawaban benar
5. Skala pengukuran: ordinal.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei dimana desain penelitian
berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong lintang
(cross-sectional study) untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
tindakan tentang gizi seimbang pada ibu di Posyandu kecamatan Medan
Belawan
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu Lorong Pemancar Kecamatan Medan
Belawan pada bulan Februari 2015.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang
memiliki balita yang mengunjungi Posyandu Lorong Pemancar di
Kecamatan Medan Belawan.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang ibu rumah tangga
yang memiliki balita yang mengunjungi Posyandu Kecamatan
Belawan.
4.4 Metode Pengumpula Data4.4.1 Data PrimerData primer dalam
penelitian ini adalah identitas ibu rumah tangga yang terdiri dari
nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, pendapatan. Tingkat pengetahuan gizi seimbang diperoleh
dengan menggunakan kuesioner.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang kita dapat dari kantor Posyandu
Kecamatan Belawan .4.5 Aspek Pengukuran
Pengetahuan dan tindakan terhadap gizi seimbang responden
dikategorikan menjadi: (Pratomo, 2001)
Baik :> 80% - 100% jawaban benar
Sedang :> 60% - 80% jawaban benar
Kurang: < 60% jawaban benar
Sebelum dikategorikan data yang diperoleh dari pertanyaan
kuesioner yang diolah, yaitu diberi nilai 5 untuk satu jawaban yang
benar. Nilai tertinggi untuk 20 pertanyaan adalah 100. Nilai
jawaban dari setiap responden dibagi dengan nilai tertinggi (100)
dan dikali 100%. Kemudian nilai persentase dikelompokan ke dalam
kategori pengetahuan.
4.6Instrumen Penelitian
Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur pengetahuan gizi
seimbang dan menilai tindakan ibu terhadap pemenuhan gizi
seimbang.
4.7
Pengolahan dan Analisa DataPengolahan data dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu tahap pertama editing yaitu memeriksa umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga,
pendapatan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada
label, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari rekam medis ke
dalam program SPSS versi 17.0, tahap ke empat adalah melakukan
cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan tindakan pada ibu terhadap gizi seimbang dilakukan
perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
BAB VHASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di
Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan
Belawan. Adapun batas wilayah Kelurahan Belawan Satu sebagai
berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan. Sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Hamparan Perak Kab. Deli Serdang. Sebelah timur
berbatasan dengan Percut Sei Tuan Kab Deli Serdang.Kelurahan
Belawan Satu memiliki 31 lingkungan dengan luas wilayah sebesar 110
Ha. Terdiri dari 6999 kepala keluarga. Penduduknya berjumlah 27662
jiwa.5.1.2. Distribusi Frekuensi
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan
data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh ibu-ibu yang mengisi
kuesioner di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan Satu
Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015.5.1.2.1.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
Sebaran tingkat pengetahuan responden di Posyandu Lorong
Pemancar Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan
Februari 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat
PengetahuanTingkat Pengetahuan (n)FrekuensiPersentase (%)
Baik714
Sedang918
Rendah3468
Total50100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan responden yang terbanyak adalah tingkat pengetahuan
yang rendah yaitu 34 responden (68%) dan yang paling sedikit adalah
responden dengan tingkat pengetahuan baik yakni hanya 7 responden
(14%).5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan
Sebaran tindakan responden di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan
Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut TindakanTindakan
(n)FrekuensiPersentase (%)
Baik3672
Sedang48
Buruk1020
Total50100
Dari tabel 5.2 dapat dilihat distribusi frekuensi tindakan
responden yang terbanyak adalah tindakan yang baik yaitu 36
responden (72%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan
tindakan yang sedang yakni hanya 4 responden (8%).5.1.2.3.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia
Sebaran usia ibu di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan Belawan
Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Menurut UsiaUsia
(n)FrekuensiPersentase (%)
30 tahun2448
Total50100
Dari tabel 5.3 dapat dilihat distribusi frekuensi umur responden
yang terbanyak adalah kisaran umur diatas 30 tahun yaitu 24
responden (48%) dan yang paling sedikit adalah responden berumur di
bawah 25 tahun yakni hanya 9 responden (18%).5.1.2.4. Distribusi
Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Sebaran tingkat pendidikan ibu di Posyandu Lorong Pemancar
Kelurahan Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari
2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan (n)FrekuensiPersentase (%)
SD816
SMP1938
SMA2346
Total50100
Dari tabel 5.4 dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat
pendidikan responden yang terbanyak adalah SMA yaitu 23 responden
(46%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan tingkat
pendidikan SD yakni hanya 8 responden (16%).5.1.2.5. Distribusi
Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Ibu
Sebaran pekerjaan ibu di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan
Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan IbuPekerjaan
Ibu (n)FrekuensiPersentase (%)
Pegawai Swasta12
Wiraswasta816
Ibu Rumah Tangga4182
Total50100
Dari tabel 5.5 dapat dilihat distribusi frekuensi pekerjaan
responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu 41 responden
(82%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan pekerjaan
pegawai swasta yakni hanya 1 responden ( 2%).
5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan
Sebaran penghasilan di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan
Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut PenghasilanPenghasilan
(n)FrekuensiPersentase (%)
=1.000.00012
Total50100
Dari tabel 5.6 dapat dilihat distribusi frekuensi penghasilan
responden yang terbanyak adalah dengan kisaran 500.000 sampai
dengan 1.000.000 yaitu 31 responden (62%) dan yang paling sedikit
adalah responden dengan penghasilan lebih dari 1.000.000 yakni
hanya 1 responden (2%).5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Jumlah Anak
Sebaran jumlah anak di Posyandu Lorong Pemancar Kelurahan
Belawan Satu Kecamatan Medan Belawan pada bulan Februari 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Menurut Jumlah Anak
Jumlah Anak (n)FrekuensiPersentase (%)
23774
Total50100
Dari tabel 5.7 dapat dilihat distribusi frekuensi jumlah anak
responden yang terbanyak adalah dengan jumlah lebih dari 2 yaitu 37
responden (74%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan
jumlah anak 2 atau kurang dari 2 yakni 13 responden (26%).5.1.2.8.
Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Usia
Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
berdasarkan usia ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan
Februari 2015.
Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan UsiaUsia
Tingkat PengetahuanTotal
BaikSedang Rendah
Di Bawah 25 Tahun1 (2%)2 (4%)6 (12%)9 (18%)
Di Antara 25 30 Tahun2 (4%)0 (0%)15 (30%)17 (34%)
Di Atas 30 Tahun4 (8%) 7 (14%)13 (26%)24 (48%)
Total7 (14%) 9 (18%)34 (68%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.8, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden berumur dibawah 25 tahun paling banyak
memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 6 (12%),
responden berumur 25-30 tahun paling banyak memiliki tingkat
pengetahuan buruk yaitu sebanyak 15 orang (30%), responden berumur
diatas 30 tahun paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk
yaitu sebanyak 13 orang (26%).Tabel 5.9 Distribusi Tindakan
Berdasarkan Usia
UsiaTindakanTotal
BaikSedang Buruk
Di Bawah 25 Tahun8 (16%)1 (2%)0 (0%)9 (18%)
Di Antara 25 30 Tahun6 (12%)3 (6%)8 (16%)17 (34%)
Di Atas 30 Tahun22 (44%)0 (0%)2 (4%)24 (48%)
Total36 (72%) 4 (8%)10 (20%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.9, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden berumur dibawah 25 tahun paling banyak
memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 8 orang (16%), responden
berumur 25-30 tahun paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu
sebanyak 8 orang (16%), responden berumur diatas 30 tahun paling
banyak memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 22 orang
(44%).
5.1.2.9. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan
Tingkat
Pendidikan
Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
berdasarkan tingkat pendidikan ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada
bulan Februari 2015.Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Tingkat PendidikanTingkat PendidikanTingkat
PengetahuanTotal
BaikSedang Rendah
SD1 (2%)1(2%)6 (12%)8 (16%)
SMP3 (6%)3 (6%)13 (26%)19 (38%)
SMA3 (6%)5 (10%)15 (30%)23 (46%)
Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden berpendidikan SD paling banyak memiliki
tindakan buruk yaitu sebanyak 6 orang (12%), responden
berpendidikan SMP paling banyak memiliki tindakan buruk yaitu
sebanyak 13 orang (26%), responden berpendidikan SMA paling banyak
memiliki tindakan buruk yaitu sebanyak 15 orang (30%).Tabel 5.11
Distribusi Tindakan Berdasarkan Tingkat PendidikanTingkat
PendidikanTindakanTotal
BaikSedang Buruk
SD7 (14%)0 (0%)1 (2 %)8 (16%)
SMP12 (24%)3 (6%)4 (8%)19 (38%)
SMA17 (34%)1 (2%)5 (10%)23 (46%)
Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.11, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden berpendidikan SD paling banyak memiliki
tindakan baik yaitu sebanyak 7orang (14%), responden berpendidikan
SMP paling banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 12 orang
(24%), responden berpendidikan SMA paling banyak memiliki tindakan
baik yaitu sebanyak 17 orang (34%).5.1.2.10. Deskripsi Tingkat
Pengetahuan dan Tindakan BerdasarkanPekerjaan Ibu
Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
berdasarkan pekerjaan ibu di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan
Februari 2015.Tabel 5.12 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Pekerjaan IbuPekerjaan IbuTingkat PengetahuanTotal
Baik SedangRendah
Pegawai Swasta0 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)
Wiraswasta2 (4%)0 (0%)6 (12%)8 (16%)
Ibu Rumah Tangga5 (10%)9 (18%)27 (54%)41 (82%)
Total7 (14%)9 (18%)34 68%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.12, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta memiliki
tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 1 (2%), responden yang
bekerja sebagai wiraswasta paling banyak memiliki tingkat
pengetahuan buruk yaitu sebanyak 6 (12%) dan responden sebagai ibu
rumah tangga paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu
sebanyak 27 (54%). Tabel 5.13 Distribusi Tindakan Berdasarkan
Pekerjaan IbuPekerjaan IbuTindakanTotal
Baik SedangBuruk
Pegawai Swasta1 (2%)0 (0%)0 (0%)1(2%)
Wiraswasta4 (8%)1 (2%)3 (6%)8 (16%)
Ibu Rumah Tangga31 (62%)3 (6%)7 (14%)41 (82%)
Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.13, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta paling
banyak memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 1 (2%), responden yang
bekerja sebagai wiraswasta paling banyak memiliki tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 4 (8%) dan responden sebagai ibu
rumah tangga paling banyak memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu
sebanyak 31 (62%). 5.1.2.11. Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan
Tindakan Berdasarkan Penghasilan
Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
berdasarkan penghasilan keluarga di Posyandu Lorong Pemancar pada
bulan Februari 2015.Tabel 5.14 Distrribusi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan PenghasilanPenghasilanTingkat PengetahuanTotal
BaikSedang Rendah
< 500.000 2 (4%)2 (4%)14 (28%)18 (36%)
500.000 1.000.0005 (10%)7 (14%)19 (38%)31 (62%)
>1.000.0000 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)
Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.14, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden berpenghasilan 1.000.000 memiliki tingkat
pengetahuan buruk yaitu sebanyak 1 orang (2%).Tabel 5.15 Distribusi
Tindakan Berdasarkan PenghasilanPenghasilanTindakanTotal
BaikSedang Buruk
< 500.00015 (30%)1 (2%)2 (4%)18(36%)
500.000 1.000.00021 (42%)3 (6%)7 (14%)31 (62%)
>1.000.0000 (0%)0 (0%)1 (2%)1 (2%)
Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.15, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden terbanyak berpenghasilan 1.000.000 memiliki
tindakan buruk yaitu sebanyak 1 orang (2%).5.1.2.12. Deskripsi
Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Berdasarkan Jumlah
Anak
Deskripsi data penelitian tingkat pengetahuan dan tindakan ibu
berdasarkan jumlah anak di Posyandu Lorong Pemancar pada bulan
Februari 2015.Tabel 5.16 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Jumlah AnakJumlah anakTingkat PengetahuanTotal
BaikSedang Rendah
< 2 orang anak3 (6%)1 (2%)9 (18%)13 (26%)
> 2 orang anak4 (8%)8 (16%)25 (50%)37 (74%)
Total7 (14%)9 (18%)34 (68%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden yang memiliki < 2 orang anak paling banyak
memiliki tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 9 orang (18%) dan
responden yang memiliki > 2 orang anak paling banyak memiliki
tingkat pengetahuan buruk yaitu sebanyak 25 orang (50%).Tabel 5.17
Distribusi Tindakan Berdasarkan Jumlah AnakJumlah
AnakTindakanTotal
BaikSedang Buruk
< 2 orang anak8 (16%)0 (0%)5 (10%)13 (26%)
> 2 orang anak28 (56%)4 (8%)5 (10%)37 (74%)
Total36 (72%)4 (8%)10 (20%)50 (100%)
Dalam Tabel 5.17, dapat dilihat bahwa hasil penelitian ini
memperoleh responden yang memiliki < 2 orang anak paling banyak
memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 8 orang (16%) dan responden
yang memiliki > 2 orang anak paling banyak memiliki tindakan
baik yaitu sebanyak 28 orang (56%).5.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah tingkat pengetahuan
terbanyak terdapat adalah tingkat pengetahuan yang rendah yaitu
berjumlah 34 orang (68%), sedangkan pada penelitian Winda (2011),
didapati bahwa tingkat pengetahuan terbanyak adalah tingkat
pengetahuan yang baik yaitu berjumlah 44 orang (74,58%). Perbedaan
hasil ini didapatkan karena terdapatnya perbedaan karakteristik
responden antara kedua penelitian tersebut. Karakteristik berkaitan
dengan seberapa besar pengetahuan dimiliki seseorang. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti umur, pekerjaan,
tingkat pendidikan, lingkungan dan jumlah anak.
Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah tindakan terbanyak
terdapat adalah tindakan yang baik yaitu berjumlah 36 orang (72%),
sedangkan pada penelitian Winda (2011), didapati bahwa tindakan
terbanyak adalah tingkat yang baik yaitu berjumlah 43 orang
(72,9%).
Pada penelitian yang didapat oleh peneliti didapati bahwa jumlah
terbanyak ibu dengan tingkat pengetahuan yang buruk yaitu pada ibu
yang berumur 25-30 tahun yaitu berjumlah 15 orang (30%). Bedasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Yamnur tahun 2009 dengan uji
chi square (p=0,759) didapati bahwa umur tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada penelitian oleh Sinambela
(2005) mengatakan bahwa semakin tua umur ibu dan semakin baik pola
pengasuhan dan perkembangan anak.
Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapati bahwa
jumlah responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan rendah
terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yang
berjumlah 15 orang (30 %). Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang
didapat oleh peneliti lebih banyak pada ibu dengan tingkat
pendidikan SMA. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat
pengetahuan dalam memahami suatu informasi kesehatan, sebagaimana
dikemukakan oleh Sadiman (2002) yang mengemukakan bahwa, status
pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi mengenai
penatalaksanaan kesehatan.
Pada penelitian ini, didapati bahwa responden dengan tingkat
pengetahuan rendah terdapat pada responden yang memiliki pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yang berjumlah 27 orang (54 %). Hal ini
dikarenakan jumlah sampel yang didapat oleh peneliti lebih banyak
pada ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Singarimbun tahun 1998, didapati bahwa anak
yang pertumbuhannya baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak
bekerja.
Pada penelitian ini, didapati bahwa jumlah responden dengan
tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak pada responden dengan
penghasilan 500.000 1.000.000 dibandingkan dengan responden dengan
penghasilan