STUDI ETNOBOTANI JENIS-JENIS TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS Oleh : DRS. NAJAMUDDIN, MSi. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Palangkaraya SUMMARY Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas diyakini sangat banyak. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat dan pemanfaatannya hanya dimiliki oleh segelintir orang (dukun dan tabib) yang sudah berusia lanjut. Transfer pengetahuan tradisional tersebut yang biasanya secara turun temurun dari leluhur mengalami kendala karena kurang tertariknya generasi muda untuk mempelajarinya. Kalau tidak dilakukan pendokumentasian maka pengetahuan tradisional tersebut akan hilang. Padahal data tentang pengetahuan tradisional tersebut sangat penting. Untuk mendokumentasikan pengetahuan tradisional tersebut sangat diperlukan studi etnobotani yang akan mengungkap pengetahuan tradisional tentang jenis-jenis tumbuhan obat, cara meramu/menggunakan tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan, dan habitat alami/tempat pengambilan tumbuhan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis- jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara penggunaan tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas. Data tentang keberadaan jenis-jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan, dan cara penggunaan tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten 1
Tumbuhan yang memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit yang terdapat di kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STUDI ETNOBOTANI JENIS-JENIS TUMBUHAN OBATPADA MASYARAKAT SUKU DAYAK NGAJU
DI KABUPATEN KAPUAS
Oleh :
DRS. NAJAMUDDIN, MSi.
Program Studi Pendidikan BiologiFKIP Universitas Palangkaraya
SUMMARY
Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas diyakini sangat banyak. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat dan pemanfaatannya hanya dimiliki oleh segelintir orang (dukun dan tabib) yang sudah berusia lanjut. Transfer pengetahuan tradisional tersebut yang biasanya secara turun temurun dari leluhur mengalami kendala karena kurang tertariknya generasi muda untuk mempelajarinya. Kalau tidak dilakukan pendokumentasian maka pengetahuan tradisional tersebut akan hilang. Padahal data tentang pengetahuan tradisional tersebut sangat penting. Untuk mendokumentasikan pengetahuan tradisional tersebut sangat diperlukan studi etnobotani yang akan mengungkap pengetahuan tradisional tentang jenis-jenis tumbuhan obat, cara meramu/menggunakan tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan, dan habitat alami/tempat pengambilan tumbuhan obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara penggunaan tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas.
Data tentang keberadaan jenis-jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan, dan cara penggunaan tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas, sangat penting sebagai informasi dasar untuk pengembangan lebih lanjut seperti budidaya tumbuhan obat, analisis kandungan kimia tumbuhan obat, kajian farmakologis, dan uji klinik tumbuhan obat. Data yang diperoleh juga dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi : nama jenis tumbuhan (nama lokal dan nama ilmiah / scientific name), bagian organ tumbuhan yang digunakan, kegunaan (macam penyakit), dan cara menggunakan tumbuhan obat tersebut. Data tersebut diperoleh berdasarkan wawancara dengan infoman kunci penduduk dari suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas, yaitu di 3 (tiga) kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kapuas, yaitu Kecamatan Kapuas Hulu, Kecamatan Kapuas Hilir, dan Kecamatan Kapuas Murung. Pada masing-masing kecamatan ditetapkan 3 (tiga) desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan yang bersangkutan. Pada setiap kecamatan dipilih secara purposive 2 sampai 4 orang pengobat tradisional sebagai informan kunci. Informan kunci dipilih secara purposive yang kompeten, antara lain mereka yang
1
memiliki pengetahuan yang luas, mudah berkomunikasi, dan senang memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
Selain dilakukan wawancara, juga dilakukan inventarisasi langsung pada habitat alami. Inventarisasi dibantu oleh 2 orang tenaga lapangan penduduk dari suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas. Tumbuhan obat yang dikumpulkan meliputi bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan sedapat mungkin bagian generatif (bunga, buah, dan biji) serta bagian-bagian lainya seperti umbi, dan lain-lain. Tumbuhan obat yang diinventarisir selanjutnya dibuat specimen herbarium dan diidentifikasi untuk mengetahui nama ilmiah (scientific name). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi dari buku Flora of Java volume I (1963), volume II (1965), dan volume III (1968) karangan Backer dan Backuizen van den Brink Jr. Analisa data dilakukan secara deskriptif.
Berdasarkan studi etnobotani diketahui terdapat 131 jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas khususnya di Kecamatan Kapuas Hulu, Kecamatan Kapuas Hilir dan Kecamatan Kapuas Murung. Sebagian besar tumbuhan tersebut dari Divisi Spermatophyta, walaupun juga terdapat beberapa jenis tumbuhan yang tergolong divisi Pteridophyta. Hampir semua bagian organ tumbuhan dapat digunakan untuk pengobatan, yaitu akar, batang, daun, kulit kayu, pucuk, rimpang, umbi, bunga, buah, dan biji. Penyakit yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat pada umumnya adalah penyakit yang relatif ringan seperti demam, panas, bengkak, sakit perut, alergi, sakit kepala, gatal, batuk, bisul, penyakit kulit dan lain-lain. Disamping itu juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang tergolong berat seperti hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, hepatitis dan lain-lain. Penggunaan tumbuhan obat dengan cara yang sangat sederhana, pada umumnya organ tumbuhan direbus atau direndam dalam air kemudian air rendaan diminum. Pengobatan penyakit luar biasanya hanya dengan menghaluskan bagian tumbuhan obat dan menempelkannya pada bagian tubuh yang sakit.
Penelitian etnobotani jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Kapuas pada masyarakat suku Dayak Ngaju yang dilakukan ini hanya pada tiga kecamatan, hal tersebut karena keterbatasan dalam tenaga dan dana yang ada. Untuk itu perlu dilakukan lagi kajian etnobotani yang dapat menjangkau wilayah yang lebih luas di Kabupatan Kapuas, pada 9 kecamatan yang lain. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan untuk menindaklanjuti kajian etnobotani ini, misalnya dengan meneliti bahan aktif dari tumbuhan obat tersebut serta efek farmakologinya, terutama pada tumbuhan obat tertentu seperti yang dimanfaatkan untuk meningkatkan fertilitas maupun sebagai antifertilitas.
2
Latar Belakang
Menurut Soekotjo (1997) Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar. Menurut Groobridge (1992)
keanekaragaman hayati Indonesia merupakan kedua terbesar dunia.
Keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam berbagai tipe ekosistem
merupakan kekayaan alam Indonesia yang pemanfaatannya telah mengalami
sejarah yang panjang sebagai bagian dari kebudayaan dan penunjang
perekonomian bangsa. Keanekaragaman hayati tersebut antara lain dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat-obatan.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku obat, terutama obat tradisional
mencapai lebih dari 1000 jenis (Ervizal dan Haryanto, 1990). PT Eisei Indonesia
(1986) yang menyusun Indeks Tumbuhan Obat di Indonesia menyebutkan bahwa
lebih dari 7500 spesies tumbuhan obat yang terdapat di Indonesia dan masih
banyak lagi tumbuhan obat yang masih belum dikenal, sehingga diperlukan suatu
penelitian khusus yang bersifat eksploratif agar spesies-spesies tumbuhan tersebut
dapat dimanfaatkan oleh umat manusia.
Di kabupaten Kapuas yang sebagian besar penduduknya merupakan etnis
suku Dayak Ngaju sangat dekat dan akrab dengan alam (hutan) dan sudah sejak
lama secara tradisional memanfaatkan berbagai tumbuhan obat. Sebagian besar
tumbuhan obat tersebut oleh masyarakat langsung diambil dari alam (hutan). Pada
spesies-spesies tumbuhan obat tertentu seperti tumbuhan pasak bumi dan tabat
barito selain digunakan dalam skala kecil untuk keperluan pengobatan keluarga,
juga dikersialkan atau jual di pasaran. Sehingga terjadi eksploitasi atau
pemanenan bahan baku obat dari tumbuhan yang berlebihan atau melebihi
kemampuan dari tumbuhan tersebut untuk melakukan regenerasi, yang
menyebabkan jumlah anggota populasi tumbuhan obat cenderung menurun.
Disamping itu juga terjadi kerusakan habitat tempat tumbuhnya tumbuhan obat.
Kerusakan habitat tersebut sebagai akibat dari berbagai kegiatan manusia seperti
penebangan pohon-pohon di hutan untuk mengambil kayunya, akibatnya hutan
menjadi terbuka. Jenis-jenis tumbuhan kecil yang biasanya hidupnya ternaungi
tidak mampu beradaptasi dengan keadaan intensitas cahaya matahari yang tinggi.
Disamping itu banyak jenis perdu dan herba yang tertimpa pohon besar yang
3
ditebang dan hilang bersamanya. Ditambah lagi dengan adanya kebakaran hutan
yang hampir selalu terjadi pada musim kemarau. Beberapa dari jenis tumbuhan
yang menyusut jumlahnya itu adalah jenis tumbuhan obat. Apabila upaya
pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat tidak dilakukan, dikhawatirkan akan
terjadi kekurangan suplai bahan baku obat dan bahkan terjadi kepunahan jenis
tumbuhan obat tertentu.
Jenis-jenis tumbuhan obat yang banyak dipublikasikan adalah jenis-jenis
tumbuhan obat yang terdapat di pulau Jawa dan beberapa daerah lain. Hal ini
karena di daerah tersebut industri jamu berkembang dengan baik. Sedangkan
jenis-jenis tumbuhan obat yang berasal dari Kalimantan Tengah hanya beberapa
jenis yang dikenal dengan baik, seperti Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dan
Tabat Barito (Ficus deltoidea). Padahal tumbuhan obat yang digunakan
masyarakat khususnya dari etnis suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas diyakini
sangat banyak, namun belum dipublikasikan secara ilmiah.
Penelitian tentang tumbuhan obat tradisional di Kalimantan Tengah sudah
pernah dilakukan, terutama oleh mahasiswa pendidikan biologi FKIP Universitas
Palangkaraya untuk penyelesaian tugas akhir (skripsi). Penelitian dilakukan pada
beberapa tempat di wilayah Kalimantan Tengah secara sporadic (Sarah, 1997;
Reantiana, 1999; Eltae, 2005). Penelitian lainnya seperti Najamuddin, Suatma,
dan Savitri (2001) berhasil yang menginventarisir 60 jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan masyarakat di Palangkaraya Kalimantan Tengah. Penelitian ini juga
mengungkapkan tentang pengetahuan tradisional tentang cara penggunaan, bagian
tumbuhan yang digunakan dan lain-lain. Pengetahuan tentang tumbuhan obat
yang dimanfaatkan tersebut bersifat turun-temurun, dan penyebaran informasi
tersebut dilakukan dari mulut ke mulut dan terbatas pada kalangan keluarga dekat.
Masyarakat Palangkaraya yang dijadikan responden dalam penelitian ini dari etnis
suku Dayak (Ngaju dan Ma’anyan) dan dari suku Banjar, dua etnis yang banyak
terdapat di Palangkaraya.
Kajian etnofitomedika sebagai bagian dari kajian etnobotani yang khusus
mengkaji tentang tumbuhan obat pada suku Dayak Ngaju sudah pernah dilakukan
pada Masyarakat suku Dayak Ngaju di wilayah areal HPH PT Berkat Cahaya
Timber di Kecamatan Mentaya Ulu Kabupaten Kota Waringin Timur (Sangat,
4
Zuhud, dan Damayanti, 2000). Namun yang diungkapkan hanya informasi tentang
nama jenis-jenis tumbuhan dan jenis-jenis penyakitnya, dan belum memuat
bagaimana cara penggunaan dan habitat alami tumbuhan obat tersebut.
Pengetahuan tradisional tentang pengenalan dan pemanfaatan jenis-jenis
tumbuhan sebagai bahan obat-obatan biasanya diwariskan secara turun-temurun
dari leluhurnya. Menurut Hewlett dan Cavalli-Sforza dalam Iskandar (2005)
penyampaian pengetahuan tersebut melalui tiga cara, yaitu parental learning, peer
learning, dan individual learning. Yang dimaksud dengan parental learning yaitu
proses pewarisan pengetahuan secara tradisional dari generasi tua pada generasi
berikutnya, termasuk dari orang tua kepada anaknya.
Namun dewasa ini pengetahuan tradisional tentang jenis-jenis tumbuhan
obat dan pemanfaatannya pada masyarakat pada umumnya cenderung berkurang.
Hal ini akibat dari berbagai faktor. Menurut Iskandar (2005) banyak generasi
muda cenderung kurang tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan
memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan untuk bahan obat-obatan tradisional dari
orang tua atau leluhurnya. Sementara banyak orang tua yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang jenis-jenis tumbuhan obat seperti dukun dan
tabib, sudah berusia lanjut bahkan banyak yang sudah meninggal. Padahal
pengetahuan tradisional tersebut belum diwariskan atau didokumentasikan secara
seksama.
Karena itu studi etnobotani jenis-jenis tumbuhan obat sangat menarik
dilakukan khususnya pada masyarakat dari suku Dayak Ngaju di Kabupaten
Kapuas. Etnobotani (ethnobotany) menurut Martin (1995) adalah cabang dari
etnosains (ethnoscience) yang khusus mengkaji persepsi dan pengetahuan
masyakarat tentang jenis-jenis tumbuhan, penanaman, pengklasifikasian,
pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis tumbuhan.
Perumusan Masalah
Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan secara tradisional oleh
masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas diyakini sangat banyak.
Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat dan pemanfaatannya hanya
dimiliki oleh segelintir orang (dukun dan tabib) yang sudah berusia lanjut.
Transfer pengetahuan tradisional tersebut yang biasanya secara turun temurun dari
5
leluhur mengalami kendala karena kurang tertariknya generasi muda untuk
mempelajarinya. Kalau tidak dilakukan pendokumentasian maka pengetahuan
tradisional tersebut akan hilang. Padahal data tentang pengetahuan tradisional
tersebut sangat penting. Untuk mendokumentasikan pengetahuan tradisional
tersebut sangat diperlukan studi etnobotani yang akan mengungkap pengetahuan
tradisional tentang jenis-jenis tumbuhan obat, cara meramu/menggunakan
tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang digunakan, dan habitat alami/tempat
pengambilan tumbuhan obat.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan yang
digunakan, cara penggunaan tumbuhan obat, dan habitat alami tumbuhan obat
yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju
di Kabupaten Kapuas.
Manfaat Penelitian
Data tentang keberadaan jenis-jenis tumbuhan obat, bagian tumbuhan
yang digunakan, cara penggunaan tumbuhan obat, dan habitat alami tumbuhan
obat yang digunakan secara tradisional digunakan oleh masyarakat suku Dayak
Ngaju di Kabupaten Kapuas, sangat penting sebagai informasi dasar untuk
pengembangan lebih lanjut seperti budidaya tumbuhan obat, analisis kandungan
kimia tumbuhan obat, kajian farmakologis, dan uji klinik tumbuhan obat. Data
yang diperoleh juga dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pelestarian
pemanfaatan tumbuhan obat.
TINJAUAN PUSTAKA
1) Tumbuhan Obat Tradisional di Kalimantan Tengah
Menurut Suhirman (1990) yang termasuk tumbuhan obat adalah tumbuhan
yang bagiannya (daun, batang, dan akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat tradisional ataupun
modern. Sedangkan tumbuhan obat tradisional menurut Rusdi (1980) adalah
semua tumbuhan yang diambil bagiannya seperti akar, batang, daun, atau kulit
batang secara langsung, tetapi daya penyembuhan belum terbukti secara
fisioterapi (belum teruji secara klinis), namun secara tradisional digunakan
sebagai bahan pengobatan.
6
Penelitian tumbuhan obat di Kalimantan Tengah pernah beberapa kali
dilakukan oleh mahasiswa pendidikan biologi untuk penyelesaian tugas akhir.
Penelitian dilakukan pada beberapa daerah di Kalimantan tengah secara sporadis,
seperti Sarah (1997) di Kecamatan Kapuas Barat, Reantiana (1999) Kecamatan
Kahayan Hilir, dan Eltae (2005) di Kabupaten Pulang Pisau.
Sarah (1997) berhasil menginventarisir 13 jenis tumbuhan obat dari
golongan perdu dan herba di kecamatan Kapuas Barat. Reantiana (1999) berhasil
menginventarisir 5 jenis jenis tumbuhan obat tradisional yang digunakan oleh
masyarakat di wilayah kecamatan Kahayan Hilir sebagai obat tradisional yang
diyakini dapat mengatur jarak kelahiran. Eltae (2005) menginventarisir 6 jenis
tumbuhan obat yang secara tradisional digunakan oleh masyarakat di kecamatan
Kahayan Hilir sebagai obat kanker payudara. Salah satu tumbuhan tersebut adalah
atei petak (Angiopteris evecta Hoffm.) yang oleh masyakarat di Kalimantan
Tengah diyakini secara tradisional banyak digunakan untuk pengobatan berbagai
macam penyakit. Namun tumbuhan ini keberadaanya sudah sangat sedikit
jumlahnya bahkan mungkin termasuk tumbuhan langka.
Najamuddin, Suatma, dan Savitri (2001) yang menginventarisir tumbuhan
berkhasiat obat di Palangkaraya menemukan 60 jenis tumbuhan. Responden
dalam penelitian ini adalah masyarakat dari suku Dayak (Ngaju dan Ma’ayan) dan
suku Banjar. Kebanyakan dari jenis-jenis tumbuhan tersebut dari sekitar
pemukiman, bahkan sebagian besar tanaman budidaya. Jenis-jenis penyakit yang
diobati juga pada penyakit-penyakit ringan seperti sakit perut, penyakit kulit,
sariawan, luka ringan dan lain-lain. Hal ini karena tempat penelitian pada
masyarakat perkotaan.
2) Studi Etnobotani Tumbuhan Obat
Etnobotani menurut Martin (1995) adalah suatu cabang etnosains
(ethnoscience) yang khusus mengkaji persepsi dan pengetahuan penduduk tentang
jenis-jenis tumbuhan, penamaan, pengklasifikasian, pemanfaatan dan pengelolaan
jenis-jenis tumbuhan.
Hasil penelitian tentang etnobotani tumbuhan obat yang dilakukan
Iskandar (2005) pada masyakarat Baduy di Banten Selatan mencatat 129 jenis
tumbuhan yang biasa digunakan untuk mengobati 25 penyakit / kelainan. Jenis-
7
jenis penyakit / kelainan yang dapat disembuhkan terutama penyakit-penyakit
ringan seperti lesu badan, tidak nafsu makan, batuk, sakit mata, luka, panas dalam,
dan sakit perut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Najamuddin, Suatma, dan
Savitri (2001) tentang tumbuhan berkhasiat obat di Palangkaraya, pada umumnya
juga untuk mengobati penyakit ringan.
Kajian etnobotani pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional di daerah
Kupang, Timor menemukan 37 jenis tumbuhan obat yang dipergunakan
masyarakat setempat untuk mengobati 16 macam penyakit yang sebagian besar
adalah penyakit yang umum terjadi di masyarakat (Romantyo dan Wiriadinata,
1990). Sedangkan kajian etnobotani tentang pengetahuan tradisional masyarakat
kabupaten Sumba Barat tentang pemanfaatan tumbuhan obat dan pelestariannya
(Rahayu, dkk, 1999) mencatat 45 jenis tumbuhan obat. Bagian tumbuhan yang
umum digunakan untuk bahan obat adalah kulit kayu dan daun, namun juga
digunakan bagian lain seperti, umbi, buah, akar, dan getah. Penyakit yang umum
dijumpai di Sumba Barat adalah malaria, sakit perut, batuk, dan campak. Dari 45
jenis tumbuhan obat, 19 jenis diantaranya untuk mengobati 4 penyakit tersebut.
Sebagian besar habitus tumbuhan obat yang digunakan berupa pohon, dan terna,
hanya sedikit yang berupa perdu dan liana.
Kajian etnobotani tentang pengetahuan tumbuhan racun pada masyarakat
Dayak Kenyah di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Timur
mendapatkan 18 jenis tumbuhan dari 15 marga yang mengandung racun. Sebagian
besar tumbuhan tersebut digunakan sebagai racun ikan (Susiarti, 1999).
3) Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi merupakan kegiatan dasar serta merupakan salah satu tujuan
utama dari taksonomi. Identifikasi dalam praktiknya mencakup dua kegiatan yaitu
klasifikasi dan tata nama. Secara ringkas identifikasi adalah menentukan
persamaan dan perbedaan antara dua unsur (tumbuhan) yaitu apakah dua unsur itu
sama atau tidak (Rideng, 1989).
Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau
menetapkan identitas suatu tumbuhan, yang dalam hal ini yaitu menentukan
namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi
(Tjitrosoepomo, 1993). Tumbuhan yang belum dikenal biasanya diidentifikasikan
8
dengan kunci identifikasi. Suatu kunci adalah alat untuk mengidentifikasi
tumbuhan yang belum dikenal dengan memilih secara beruntun dua atau lebih
pernyataan yang ada. Bila tersedia spesimen herbarium, tumbuhan yang telah
diidentifikasikan dengan kunci itu dapat dibandingkan hasilnya secara langsung
dengan herbarium yang tersedia (Rideng, 1989:139).
Menurut Tjitrosoepomo (1993), ada beberapa cara yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi tumbuhan, antara lain menanyakan identitas
tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli,
mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan,
mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku
flora dan monografi, penggunaan kunci identifikasi tumbuhan, dan penggunaan
lembar identifikasi jenis. Cara identifikasi tumbuhan yang banyak dilakukan yaitu
dengan menggunakan kunci identifikasi atau kunci determinasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi : nama
jenis tumbuhan (nama lokal dan nama ilmiah / scientific name), bagian organ
tumbuhan yang digunakan, kegunaan (macam penyakit), cara menggunakan dan
tempat/ habitat alami tumbuhan obat tersebut. Data tersebut diperoleh berdasarkan
wawancara dengan infoman kunci penduduk dari suku Dayak Ngaju di Kabupaten
Kapuas yaitu Kecamatan Kapuas Hulu, Kecamatan Kapuas Hilir, dan Kecamatan
Kapuas Murung. Pada masing-masing kecamatan ditetapkan 3 (tiga) desa yang
termasuk dalam wilayah kecamatan yang bersangkutan. Pada setiap kecamatan
dipilih secara purposive 2 sampai 4 orang pengobat tradisional sebagai informan
kunci. Informan kunci dipilih secara purposive yang kompeten, antara lain mereka
yang memiliki pengetahuan yang luas, mudah berkomunikasi, dan senang
memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
Selain dilakukan wawancara, juga dilakukan inventarisasi langsung pada
habitat alami. Inventarisasi dibantu oleh 2 orang tenaga lapangan penduduk dari
suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas. Tumbuhan obat yang dikumpulkan
meliputi bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan sedapat mungkin bagian
generatif (bunga, buah, dan biji) serta bagian-bagian lainya seperti umbi, dan lain-
lain. Tumbuhan obat yang diinventarisir selanjutnya dibuat specimen herbarium
9
dan diidentifikasi untuk mengetahui nama ilmiah (scientific name). Identifikasi
dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi dari buku Flora of Java
volume I (1963), volume II (1965), dan volume III (1968) karangan Backer dan
Backuizen van den Brink Jr. Analisa data dilakukan secara deskriptif.
Hasil Penelitian
Inventarisir tumbuhan obat di kabupaten Kapuas dilakukan pada 3
kecamatan yang termasuk wilayah kabupaten kapuas, yaitu kecamatan Kapuas
Hulu, kecamatan Kapuas Hilir, dan kecamatan Kapuas Murung. Masing-masing
kecamatan meliputi 3 (tiga) desa yang termasuk wilayah kecamatan yang
bersangkutan. Pada Kecamatan Kapuas Hulu dan Kapuas Hilir diwawancarai 2
(dua) orang pengobat tradisional (dukun), dan pada kecamatan Kapuas Murung
diwawancarai 4 (empat) orang pengobat trdisional yang dipilih secara porposive.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengobat tradisional (dukun) dapat
diketahui 131 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Dayak Ngaju
di Kabupaten Kapuas. Nama lokal, nama ilmiah, kegunaan masing-masing
tumbuhan obat, bagian yang digunakan dan cara penggunaan terdapat pada Tabel
1 berikut :
Tabel 1 Jenis-jenis Tumbuhan Obat, Kegunaan dan Cara Penggunaan Tumbuhan Obat oleh masyarakat Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas
No Nama (lokal dan ilmiah)
Bagian yang Digunakan
Kegunaan Cara Penggunaan
Sumber : Otha Diwung (72 tahun) penduduk Kec. Kapuas Hulu Kab. Kapuas1 Sama melum
(Kalanchoa pinnata)Daun Sakit dada Daun ditumbuk halus, diperas,
air perasan diminum2 Kambang bahandang
(Hibiscus rosa-sinensis.)
Daun Demam Daun dihaluskan, diperas, air perasan balurkan se seluruh tubuh
3 Uru hampulut (Graminae)
Akar dan daun
bengkak Akar dan daun ditumbuk, kemudian dioleskan pada bagian yang sakit
4 Melati (Jasminum sambac)
Akar Sakit perut Akar direndam dengan air panas, air rendaman diminum
5 Paku raung (Blechnum sp)
Daun muda Bisul Daun muda dihaluskan, kemudian dioleskan pada bagian yang bengkak
6 Kumis kucing (Orthosiphon sp.)
Akar Sakit kencing Akar direbus, air rebusan diminum
7 Kayu butun (Spermatophyta)
Daun muda Disentri Daun muda direndam dalam air panas kemudian diminum
8 Balawan (Spermatophyta)
Kulit batang Diare Kulit batang direbus, air rebusan diminum
9 Haur bahenda Akar dan Penyakit kuning Akar dan daun direbus, air
10
(Bambusa sp.) daun rebusan diminum10 Bajakah ringit
(Centella asiatica)Daun Diare Daun ditumbuk, diperas, air
perasan diminum11 Kunyit (Curcuma
domestica )Rimpang Radang hati Rimpang diparut, diperas, air
perasan diminum12 Sungkai (Paronema
canescens)Akar dan daun
Rematik Akar dan daun direbus, air rebusan diminum
13 Mantela (Carica papaya)
Akar Impotensi Akar direbus, air rebusan diminum
14 Karamunting (Melastoma sp.)
Akar Pasca persalinan Akar direbus, air rebusan diminum
Sumber : Bpk Midel (42 tahun) penduduk Kec. Kapuas Hulu, Kab. Kapuas15 Pisang mas (Musa
paradisiaca)Batang semu
Sakit perut Batang ditumbuk, oleskan pada perut yang sakit
16 Sasating Daun Cacingan Daun ditumbuk, diperas, air perasan diminum
17 Bungo talan Buah Pasca persalinan Buah direndam dalam air, diminum
18 Pacar karekah Akar Rematik Akar direbus, air rebusan diminum
19 Jambu danum (Schizygium aquaeum)
Buah Alergi Buah ditumbuh, diperas, air perasan dioleskan
20 Konyorihoi Akar Memperkuat stamina
Akar direndam dalam air hangat, diminum
21 Tambalik angin Akar Sakit pinggang Akar direbus, air rebusan diminum
22 Bamban (Donnax canniformis)
Batang Penyakit ginjal Batang direbus, air rebusan diminum
23 Kayu dadap (Erythrina sp.)
Akar Pasca melahirkan Akar direbus, air rebusan diminum
24 Dawen lunuk (Ficus benjamina)
Daun TBC Daun dicampur kunyit ditumbuk, diperas, air perasan dicampur telur ayam kampung, diminum
25 Bajei (Pteridophyta) Akar Asma Akar direbus, air rebusan diminum
26 Penawar jamung Daun Gigitan ular berbisa
Daun ditumbuk, diperas, diteteskan pada bekas gigitan ular
27 Temu Okak (Sacharum sp.)
Batang Korengan Batang ditumbuk, diperas, air perasan diminum
28 Suluh jambu (Psidium guajava)
Daun Diare Daun direbus, air rebusan diminum
29 Kayu besi (Eusideroxylon zwageri)
Daun muda Campak Daun muda dicampur beras diolek, dibalurkan ke seluruh tubuh
30 Kayu bantoi Batang Sakit kepala Batang ditumbuk, kemudian dioleskan ke bagian kepala
31 Tikang siau (Eurycoma longifolia)
Akar Sakit pinggang, rematik
Akar direndam, air rendaman diminum
32 Saluang belum (Lavanga sarmentosa)
Akar Memperkuat stamina
Akar direbus, air rebusan diminum
11
33 Sula adam Akar Sakit kencing Akar direndam air panas, air rendaman diminum
34 Kayu tuju Akar Disentri Akar direbus, air rebusan diminum
35 Kayu nyaling Akar Pemulihan pasca persalinan
Akar direbus, air rebusan diminum
36 Kayu tukun Daun, batang, akar
Nyeri otot, sakit gigi
Daun dan batang dibakar, ditaburkan pada bagian yang sakit; Akar direndam, air rendaman diminum
37 Kayu patat Batang Memulihkan pasca melahirkan
Batang ditumbuk, diperas, air perasan diminum
38 Kamenyu Daun Asma Daun dihaluskan, diperas, air perasan diminum
39 Kayu buseng Akar Memulihkan pasca melahirkan
Akar direbus, air rebusan diminum
40 Bajakah bahenda (akar kuning)
Akar Penyakit kuning Akar direbus, air rebusan diminum
41 Mengkudu (Morinda citrifolia)
Buah, biji Hipertensi Buah dan biji disangrai, ditumbuk, diseduh
42 Penawar pari Akar Penyakit beri-beri Akar direbus, air rebusan diminum
43 Belimbing (Averhoa belimbi)
Akar Hipertensi Akar direbus, air rebusan diminum
Sumber : Bapak Huanting (55 tahun) dan Ibu Wati (50 tahun) penduduk Kec. Kapuas Hulu, Kab. Kapuas44 Titian tikus Daun Asma Daunnya dikeringkan, direbus
sampai mendidih, air 45 Kantung semar
(Nephenthes sp.)Daun Asma Daun dikeringkan, direbus, air
rebusan diminum46 Kayu Duka deku Kulit batang Impotensi Kulit kayu dikeringkan,
direbus, air rebusan diminum47 Manggis hutan
(Garcinia sp.)Akar Penyakit ginjal Akar direbus, air rebusan
diminum48 Sasundur Akar Memulihkan
pasca melahirkanAkar direbus, air rebusan mendidih
49 Kayu beranak Akar Fertilitas Akar direbus, air rebusan diminum
50 Kayu teah Daun Gatal/alergi Daun diolek, dibalurkan ke bagian yang gatal
51 Lababan Akar Amandel Akar direbus, air rebusan diminum
52 Kayu tulang Akar Malaria Akar direbus, air rebusam diminum
53 Rasau kelep Akar Diabetes Akar direbus, air rebusan diminum
54 Kumis kucing (Orthisiphon sp.)
Akar Batuk, sakit pinggang
Akar direbus, air rebusan diminum
55 Keladi (Caladium sp.) Umbi Mengeringkan luka
Umbi diparut, ditempelkan pada bagian yang luka
56 Jambu biji (Psidium guajava)
Daun muda Diare Daun muda direbus, air rebusan diminum
57 Manggis Getah batang
Luka penderita diabetis
Getah batang dioleskan pada bagian yang luka
12
58 Jeruk nipis (Citrus sp.)
Buah Menurunkan panas
Buah dibelah, digosokkan atau dikompreskan pada kepala dan leher
59 Kalalamit Daun Mata rabun Daun dihaluskan, disaring, diteteskan pada mata
60 Kayu tapasuli Kulit batang Sakit gigi Kulit batang dikerok, ditempelkan pada gigi yang berlubang
61 Henda (Zingiber sp.) Rizoma Ambeyen Rizoma dipanaskan pada bara api, ditempelkan pada bagian ambeyen
62 Bajakah latak Buah, akar Gondok Buah dihaluskan, digosokkan pada gondok; akar direbus, air rebusan diminum
63 Mengkinang tikus Daun Gatal pada bayi yang baru lahir
Daun dihaluskan, digosokkan pada bagian yang gatal
64 Kayu takuluk ampi Akar Kanker payudara Akar direbus, air rebusan diminum
65 Kayu tungkun Akar, daun Kanker rahim Akar direbus, air rebusan diminum; daun dihaluskan dan digosokkan pada perut
66 Kayu kuning Kayu Hipatitis Kayu dipotong kecil, direbus, air rebusan diminum
67 Kayu rawah Akar Malaria Akar direbus, air rebusan diminum
68 Pinang (Areca catechu)
Aka6r Menambah stamina
Akar direbus, air rebusan diminum
69 Penawar gantung (Tinospora sp.)
Batang Malaria, demam berdarah
Batang direbus, air rebusan diminum
70 Rambai Daun Cacar air Daun dihaluskan, dibedakan71 Kacang hijau Biji Maag Biji dibuat bubur, dimakan 3
kali sehari72 Kaca piring
(Gardenia angusta)Akar Asma Akar direbus, air rebusan
diminum73 Waluh putih
(Cucurbitaceae)Akar Bengkak kaki Akar direbus, air rebusan
diminum74 Untalan sawa Daun Muntaber Daun dikunyah dan langsung
ditelan75 Sawang papas
(Cordylin sp.)Batang Luka dalam Batang dipotong, direbus, air
rebusan dimunum
76 Bangang Getah, batang
TBC, Getah diminum
77 Rumbia (Metroxylon sp.)
Akar Disentri Akar direbus, air rebusan diminum
78 Daun simpur Daun Sakit mata merah Daun direndam dalam air, diteteskan pada mata
79 Kambasira Akar Sakit pinggang Akar direbus, air rebusan diminum
Sumber : Ibu Masniah (52 tahun), Bapak Samlan (55 tahun), Bapak Aman (62 tahun), dan Bapak Supian (62 tahun) penduduk Kec. Kapuas Murung, Kab. Kapuas80 Sawang Kelep
(Cordeline froticosa)Akar Berak berdarah Akar direndam air hangat,
diminum81 Akar kuning Akar Memperlancar Akar direbus, air rebusan di
13
(Fibraura chloroleuca)
darah nifas minum
82 Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Buah Batuk Buah diparut, diperas, disaring, diminum.
83 Tapulut (Ageratum conyzoides)
Akar Panas dalam Akarnya direndam di air hangat. Airnya di minum.
84 Beluntas (Pluchea indica)
Pucuk Hipertensi Pucuk diperas, air perasan diminum
85 Bawang Sabrang (Eleutherine mericana)
Umbi Sembelit Umbi diparut, diperas, disaring, ditambah ½ gelas air panas, diminum.
86 Bawang merah (Allium cepa)
Umbi lapis Penurun panas Umbi diparut, dicampur minyak kelapa, dibalurkan
87 Bawang putih (Allium sativum)
Umbi lapis Hipertensi Umbi dimakan mentah
88 Teras Dingin/ Raja Bangun (Kalanchoa pinnata)
Daun Panas dalam daun dicampur rendaman beras dan garam, ditumbuk, dioleskan pada bagian yang sakit.
89 Sirih Tawar (Piper retrofractum)
Daun Penawar gigitan ular
Daunnya dilumat, digosok pada bagian yang luka.
90 Langsat (Lansium domesticum)
Biji Cacingan Biji dihaluskan, seduh dengan 1 sendok teh madu, aduk, diminum
91 Daun dewa (Gynura procumbens)
Daun Bisul Daun ditumbuk, tempelkan pada bisul
92 Ilung (Eichornia crassipes)
Daun Bisul Daun dilumatkan, tambah garam, ditempelkan pada bagian yang sakit.
93 Tingen (Imperata cylindrica)
Bulir bunga dan tangkai
Mimisan Bulir bunga dan tangkainya dilumatkan dan disumbatkan pada hidung.
94 Jambu Biji (Psidium guajava)
Daun Mencret/diare Daun ditumbuk, tambahkan garam, ½ gelas air panas, diperas, disaring, diminum.
95 Jahe (Zingiber officinale)
Rimpang Pelega perut Rimpang dibakar, tumbuk, seduh dengan air panas, ditambah madu
96 Jariangau (Acorus calamus)
Rimpang Untuk obat penenang
Rimpang dibersihkan, dipotong kecil, direbus, diminum sehari dua kali.
97 Jarak (Ricinus communis)
Getah Sakit gigi berlubang
Luka
Getah diteteskan pada kapas lalu dimasukkan ke gigi yang berlubangGetah dioleskan ke luka.
98 Jambu Monyet (Anacardium occidentale)
Akar Menyuburkan kandungan
Akar direndam dalam air panas, setelah dingin airnya diminum.
99 Katuk (Sauropus androgynus)
Daun Bisul dan borok Daun katuk di tumbuk dan tempelkan pada bagian yang sakit.
14
100 Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis)
Bunga Kencing nanah Bunga direbus, disaring, diminum dengan madu 3 kali sehari
101 Gulinggang (Cassia alata)
Daun susah buang air besarSariawan
Daun direbus dengan 2 gelas air, diminum.Daun dikunyah dengan garam, airnya ditelan dan ampasnya di buang.
102 Janar (Curcuma domestica)
Rimpang Mencret Rimpang direbus dengan gambir dan sirih, lalu saring dan airnya di minum.
103 Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus)
Daun Kencing yang disertai rasa sakit
Daun dikeringkan, seduh seperti teh, lalu minum dengan gula aren.
104 Kaca piring (Gardenis angusta)
Pucuk Hipertensi Pucuk direndam dalam air panas, diminum
105 Kenanga (Canangium odoratum)
Bunga Nyeri haid Bunga direndam air hangat, setelah dingin diminum
106 Kayu Urip (Euphorbia sp.)
Getah Luka. Getah kayu urip dioleskan pada bagian yang luka
107 Kembang Bugang (Clerodendrum calamitosum)
Daun Demam Daun kembang bugang direbus, setelah dingin di saring, diminum sekaligus.
108 Kangkung (Ipoemoea aquatica)
Daun dan batang
Mengobati gigitan lipan
Daun dan batang campur garam, digiling, bubuhkan pada bekas gigitan, dibalut.
109 Lidah buaya (Aloe vera)
Daging daun
Bisul Daging buah ditambah garam, ditempelkan pada bisul
110 Laos (Alpinia galanga)
Rimpang Panu Rimpang dipotong miring, digosokkan pada panu.
111 Ambin Buah (Phyllanthus niruri)
Akar Mengobati penyakit beri-beri
Bagian akarnya dicuci, rendam di air panas, diminum.
112 Melati (Jasminum sambac)
Daun Bengkak karena gigitan binatang
Daun digiling halus, tempelkan pada bengkak
113 Mengkudu (Morinda citrifolia)
Daun keseleo Daun dipanaskan, tempel pada tempat yang sakit.
114 Nanas/Kanas (Ananas comusus)
Buah muda Cacingan Buah dikupas, cuci, parut, diperas, diminum sekaligus.
115 Kastela/Pepaya (Carica papaya)
Biji Mencegah uban biji disangrai, ditumbuk, campur minyak kelapa, gosok di kulit kepala.
116 Pinang (Areca catechu)
Biji Cacingan Biji ditumbuk, diseduh air panas, setelah dingin disaring dan diminum.
117 Pudak (Pandanus sp.)
Daun Lemah syahwat Daun pudak dicuci, potong kecil-kecil, rebus, diminum
118 Patikan kebo (Euphorbia hirta)
Daun Radang tenggorokan
Daun diseduh air hangat, diminum
119 Pacar kuku (Lawsonia inermis)
Daun Haid yang berlebihan
Daun direbus, disaring dan diminum
120 Sawang Ukak (Costus spiciosus)
Umbi Batu ginjal Umbi diparut, diperas, air perasan diminum
121 Kaja Lungkap Daun Hipertensi Daun segar direbus, air
Akar campur akar ilalang dan akar kumis kucing direbus, disaring, minumBuah dimakan
Tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Dayak Ngaju di Kabupaten
kapuas berdasarkan hasil wawancara dengan pengobat tradisional,
pengambilannya langsung di alam atau bukan secara khusus dibudidayakan.
Habitat alami atau tempat pengambilan tumbuhan obat tersebut yaitu di hutan, di
pekarangan rumah, di pinggir sungai dan lain-lain.
Pembahasan
Berdasarkan hasil inventarisir tumbuhan obat yang digunakan masyarakat
dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas diketahui ada 131 jenis tumbuhan obat. Dari
131 jenis tumbuhan obat tersebut secara taksonomis sebagian besar dari divisi
Spermatophyta (tumbuhan berbiji), hanya sebagian kecil berupa tumbuhan paku-
pakuan (Pteridophyta). Tumbuhan yang termasuk divisi Spermatophyta meliputi
kelas Dikotil dan kelas Monokotil. Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut tidak
semuanya dapat diidentifikasi sampai tingkat spesies, beberapa sampai tingkat
genus atau familia, bahkan ada yang hanya dapat dikemukakan nama daerah atau
nama lokalnya saja. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam alat identifikasi dan
waktu untuk identifikasi atau determinasi tumbuhan. Disamping itu juga karena
16
tidak lengkapnya bagian tumbuhan yang dikoleksi, sehingga tidak memungkinkan
untuk dideterminasi.
Habitat asli tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Dayak Ngaju di
Kabupaten kapuas sebagian besar berasal dari hutan di sekitar pemukiman
mereka. Masyarakat suku Dayak Ngaju memang sejak lama sangat dekat dengan
hutan. Selain di hutan beberapa tumbuhan obat juga diambil/tumbuh di
pekarangan rumah, di pinggir sungai dekat pemukiman, di daerah
perkebuhan/perladangan dan lain-lain.
Tumbuhan yang digunakan tersebut sebagian besar merupakan tumbuhan
liar yang tumbuh di hutan sekitar pemukiman penduduk. Sebagian kecil berupa
tumbuhan hias, tumbuhan penghasil rempah dan bumbu dapur. Tumbuhan liar
yang digunakan sebagai tumbuhan berkhasiat obat maupun tumbuhan obat
lainnya (tumbuhan hias, penghasil rempah-rempah dan bumbu dapur) tidak secara
khusus dibudidayakan sebagai tumbuhan berkhasiat obat, namun pengobat
tradisional sudah mengetahui habitat alami tumbuhan obat tersebut, sehingga
walaupun tidak dibudidayakan secara khusus, pengobat tradisional dapat dengan
mudah mendapatkan tumbuhan tersebut karena mengetahui habitat alaminya.
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pengobatan hampir pada
semua bagian tumbuhan, baik bagian vegetatif maupun bagian generatif, yaitu
akar, batang, daun, rimpang, umbi, bunga, buah, dan biji. Namun dari hasil
wawancara dengan pengobat tradisional di tiga kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Kapuas, diketahui bahwa sebagian besar bagian tumbuhan yang
digunakan adalah bagian vegetatif.
Cara penggunaan tumbuhan obat di kabupaten Kapuas pada umumnya
masih sangat sederhana, mulai dari proses pengambilan tumbuhan di tempat
tumbuhnya, proses pengolahan sampai siap untuk digunakan dalam pengobatan.
Tumbuhan obat yang diambil bagian daun, bagian pucuk, kulit batang, buah, biji
biasanya langsung diambil dari tempat tumbuhnya, kemudian diproses sampai
siap digunakan. Pengambilan bagian tumbuhan tersebut untuk bahan obat pada
umumnya tidak membahayakan kelestarian tumbuhan obat, karena jumlah yang
diambil relatif sedikit dan tidak melebihi daya regerasi tumbuhan tersebut. Namun
untuk pengambilan bagian tumbuhan berupa akar, rimpang, dan umbi sebagai
17
bahan obat perlu diwaspadai, mengingat dengan mengambil bagian tumbuhan
tersebut dapat mematikan tumbuhan yang diambil, sehingga kalau dilakukan
secara besar-besaran dan dengan frekuensi yang tinggi dapat mengancam
kelestarian tumbuhan obat.
Bagian tumbuhan yang telah diambil di tempat tumbuhnya biasanya
langsung dibersihkan, untuk bagian tumbuhan yang relatif besar dipotong menjadi
bagian yang kecil kemudian diolah. Proses pengolahan biasanya juga dengan cara
sederhana, seperti direbus, direndam dalam air hangat, dilumatkan, digiling,
dihaluskan dan sebagainya. Proses pengolahan belum menggunakan peralatan
mekanik maupun elektronik. Setelah proses pengolahan yang sederhana tersebut
kemudian langsung diganakan dalam pengobatan.
Cara penggunaan tumbuhan obat biasanya berupa obat luar maupun
dikonsumsi (diminum atau dimakan). Sebagian besar cara penggunaan bahan dari
tumbuhan obat dilakukan dengan cara direbus atau direndam dalam air, kemudian
air rebusan maupun air rendaman diminum. Hal tersebut menunjukkan bahwa
bahan aktif yang terkandung pada organ tumbuhan tersebut pada umumnya dapat
larut dalam pelarut air. Sehingga dalam pemanfaatan dan penelitian lebih lanjut
sebaiknya dalam mengetahui bahan aktifnya dapat dilakukan ekstraksi dengan
pelarut air. Terdapat cara lain dalam penggunaan tumbuhan untuk pengobatan,
yaitu dengan cara ditempelkan di bagian yang sakit. Artinya hanya digunakan
sebagai obat luar, walaupun kebanyakan dengan cara memalui oral atau diminum.
Kegunaan dari tumbuhan obat yang ada di Kabupaten Kapuas pada
umumnya hanya untuk mengobati penyakit yang relatif ringan seperti luka ringan,
bisul, cacingan, diare, penyakit kulit, rematik, keseleo dan sebagainya. Disamping
itu beberapa tumbuhan juga digunakan untuk pengobatan penyakit yang relatif
berat seperti penyakit ginjal, hipertensi, antifertilitas dan sebagainya. Dari data
yang dikumpulkan dapat dikemukakan bahwa beberapa tumbuhan digunakan
sebagai anti bakteri, seperti daun Centella asiatica, daun Ficus benjamina, daun
Psidium guajava, daun Eusideroxylon zwageri, akar Metroxylon sp. Daun
Sauropus androgynus, rimpang Curcuma domestica, akar Flagellaria indica,
umbi Manihot utillissima, dan Codiaeum variegatum. Tumbuhan yang termasuk
antifungi yaitu rimpang Alpinia galanga, tumbuhn untuk fertilitas antara lain akar
18
Anacardium occidentale, sedangkan tumbuhan yang tergolong anti fertilitas yaitu
buah Flagellaria indica.
Kesimpulan
Berdasarkan studi etnobotani diketahui terdapat 131 jenis tumbuhan obat
yang digunakan masyarakat suku Dayak Ngaju di Kabupaten Kapuas khususnya
di Kecamatan Kapuas Hulu, Kecamatan Kapuas Hilir dan Kecamatan Kapuas
Murung. Sebagian besar tumbuhan tersebut dari Divisi Spermatophyta, walaupun
juga terdapat beberapa jenis tumbuhan yang tergolong divisi Pteridophyta.
Hampir semua bagian organ tumbuhan dapat digunakan untuk pengobatan, yaitu
akar, batang, daun, kulit kayu, pucuk, rimpang, umbi, bunga, buah, dan biji.
Penyakit yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat pada umumnya adalah
penyakit yang relatif ringan seperti demam, panas, bengkak, sakit perut, alergi,
sakit kepala, gatal, batuk, bisul, penyakit kulit dan lain-lain. Disamping itu juga
dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang tergolong berat seperti
hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, hepatitis dan lain-lain. Penggunaan tumbuhan
obat dengan cara yang sangat sederhana, pada umumnya organ tumbuhan direbus
atau direndam dalam air kemudian air rendaan diminum. Pengobatan penyakit
luar biasanya hanya dengan menghaluskan bagian tumbuhan obat dan
menempelkannya pada bagian tubuh yang sakit.
Saran
Penelitian etnobotani jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Kapuas pada
masyarakat suku Dayak Ngaju yang dilakukan ini hanya pada tiga kecamatan, hal
tersebut karena keterbatasan dalam tenaga dan dana yang ada. Untuk itu perlu
dilakukan lagi kajian etnobotani yang dapat menjangkau wilayah yang lebih luas
di Kabupatan Kapuas, pada 9 kecamatan yang lain. Penelitian lanjutan juga perlu
dilakukan untuk menindaklanjuti kajian etnobotani ini, misalnya dengan meneliti
bahan aktif dari tumbuhan obat tersebut serta efek farmakologinya, terutama pada
tumbuhan obat tertentu seperti yang dimanfaatkan untuk meningkatkan fertilitas
maupun sebagai antifertilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A. and R.C. Bakhuizen v.d. Brink Jr. 1963. Flora of Java vol. I. Groningen : P. Noordhoff.
19
--------, 1965. Flora of Java vol. II. Groningen : P. Noordhoff.
--------, 1968. Flora of Java vol. III. Groningen : P. Noordhoff.
Eltae, 2005. Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional Sebagai Obat Kanker Payudara di Kecamatan Kahayan Hilir. Skripsi. FKIP Universitas Palangkaraya.
Ervizal dan Haryanto, 1990. Pelestarian Tanaman Obat di Indonesia. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
Groobridge, B.,1992. Global Biodiversity Status of The Earth’s Living Resources. A Report Compiled by The World Corservation Monitoring. India : Chapmann & Hall.
Iskandar, J., 2005. Studi Etnobotani Jenis-jenis Tumbuhan Obat Pada masyarakat Baduy Banten Selatan. Jurnal Biotika Vol.4 No.2 Desember 2005.
Martin, G.J., 1995. Ethnobotany : A Methods Manual. London : Chapmann & Hall.
Najamuddin, Suatma dan S.Savitri, 2001. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Palangkaraya. Palangkaraya : Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya.
Rahayu, M., Liswidowati, dan Prijono, S.H. 1999. Pengatahuan Tradisional Masyarakat Kabupaten Sumba Barat Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan Pelestariannya. Prosiding Seminar Nasional Konservasi Flora Nusantara. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI.
Reantiana. 1999. Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional yang Dimanfaatkan Untuk mengatur Jarak Kelahiran di Kecamatan Kahayan Hilir. Skripsi. FKIP Universitas Palangkaraya.
Rideng, I.M.,1989. Taksonomi Tumbuhan Biji. Jakarta : Depdikbud Dikti PPLPTK.
Romantyo, H.S. dan H. Wiriadinata, 1990. Pemanfaatan Beberapa Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Pengobatan Tradisional di Daerah Kupang, Timor. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Rusdi, 1988. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang : Pusat Penelitian Universitas Andalas.
20
Sangat, H.M., Zuhud, E.A.M., Damayanti, E.K. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sarah. 1977. Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional Golongan Perdu dan Herba di Kecamatan Kapuas Barat. Skripsi. FKIP Universitas Palangkaraya.
Soekotjo, 1997. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Dalam Pembangunan Nasional. Makalah Seminar Nasional Ilmu Hayati Tropika. Yogyakarta. 13 Desember 1997.
Suhirman, 1990. Program Pengembangan Tanaman Obat. Bogor : IPB.
Susiarsi S., 1999. Pengetahuan Tumbuhan Racun Pada Masyarakat Dayak Kenyah di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Tangah. Prosiding Seminar Nasional Konservasi Flora Nusantara. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI.
Tjitrosopoemo, G., 1993. Taksonomi Umum : Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.