Tujuan pelaksanaan audit produksi menurut Bayangkara (2008:178) adalah untuk mengetahui: 1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan (pasar) 2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki pemsahaan. 3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang dimiliki perusahaan. 4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien. 5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung berjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien. 6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas dan operasi telah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah ditetapkan. 7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah ditetapkan perusahaan. Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam menilai bagaimana fungsi produksi berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, secara rinci manfaat yang diberikan oleh audit produksi adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tujuan pelaksanaan audit produksi menurut Bayangkara (2008:178) adalah untuk mengetahui:1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan(pasar)2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermatmenghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan denganketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki pemsahaan.3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkankelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluangyang dimiliki perusahaan.4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukungberjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien.6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas dan operasi telah berjalan sesuaidengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya produkyang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah ditetapkan.7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telahmelaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telahditetapkan perusahaan.
Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam menilai bagaimana fungsi produksi berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, secara rinci manfaat yang diberikan oleh audit produksi adalah sebagai berikut:1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentangketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkankebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksidan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yangdihadapi.3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapaitujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi sertakebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi produksiterhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Audit operasional terhadap fungsi produksi atau sering disebut dengan audit produksi merupakan suatu bentuk audit yang dilaksanakan perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan dibidang produksi.
Selain itu, produksi juga berfungsi untuk mengukur seberapa baik manajemen menjalankan fungsi perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan produksi dan seberapa efektifkah manajemen dalam membuat keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan produksi yang telah ditetapkan.
Menurut Bayangkara (2008:177), audit produksi melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan efisien). Beberapa alasan yang mendasari perlunya dilakukan audit produksi, antara lain:
1. Proses produksi dan operasi hams berjalan sesuai dengan prosedur yang telahditetapkan.2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi hams ditemukan sehingga segera dapatdiperbaiki3. Konsistensi berjalannya proses hams diungkapkan4. Pendekatan proaktif haras menjadi dasar dalam peningkatan proses.5. Berjalannya tindakan korektif hams mendapat dorongan dan dukungan dariberbagai pihak yang terkait.
Tujuan dan Manfaat Audit ProduksiTujuan pelaksanaan audit produksi menurut Bayangkara (2008:178) adalah untuk
mengetahui:1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan(pasar)2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermatmenghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan denganketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki pemsahaan.3. Apakah strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkankelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluangyang dimiliki perusahaan.4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukungberjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien.6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas dan operasi telah berjalan sesuaidengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya produkyang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah ditetapkan.7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telahmelaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telahditetapkan perusahaan.
Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam menilai bagaimana fungsi produksi berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, secara rinci manfaat yang diberikan oleh audit produksi adalah sebagai berikut:1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentangketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkankebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.2. Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksidan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yangdihadapi.3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapaitujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi sertakebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi produksiterhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Tahap-tahap Audit Produksi
Bayangkara (2008:178-180) menyebutkan tahap audit produksi meliputi:1. Audit PendahuluanAudit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan organisasi auditte. Pertemuan ini bertujuan untuk mengonfirmasi scope audit, mendiskusikan rencana audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi auditte, objek yang akan diaudit, mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada proses produksi. Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses produksi yang dijalankan, melakukan peninjauan terhadap pabrik(fasilitas produksi), layout pabrik, sistem komputer yang
digunakan dan berbagai sumber daya penunjang keberhasilan fungsi ini dalam mencapai tujuannya. Hasil pengamatan pada tahap audit ini dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit sementara.
2. Review dan Pengujian Pengendalian ManajemenPada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahaan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan, auditor melakukan penilaian terhadap tujuan utama produksi dan operasi serta variabel-variabel yang mempengaruhinya. Disamping itu, pada tahap ini auditor juga mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan produksi. Review terhadap hasil audit terdahulu juga dilakukan untuk menentukan berbagai tindakan korektif yang harus diambil.
3. Audit Lanjutan (terinci)Pada tahap ini auditor melakukan audit lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan (dokumen) yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasi kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang merupakan kelemahan yang ditemukan auditor. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya, auditor menggunakan daflar pertanyaan (audit checlist) yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berwenang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit. Dalam wawancara yang dilakukan, auditor harus menyoroti keseluruhan dari ketidaksesuaian yang ditemukan dan menilai tindakan-tindakan korektif yang telah dilakukan.
4. PelaporanHasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan dalam kertas kerja audit (KKA), merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai altematif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan. Pelaporan menyangkut penyajian hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit tersebut.
5. Tindak LanjutRekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan altematif perbaikan yang ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan (kekurangan) yang masih terjadi pada perusahaan. Tindak lanjut (perbaikan) yang dilakukan merupakan bentuk komitmen manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam rangka perbaikan ini auditor mendampingi manajemen dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program-program perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Pengertian Audit OperasionalMenurut Guy dkk. (2003:419) audit operasional merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Pada kesimpulan tentang audit operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah memperbaiki prosedur. Audit operasional kadang-kadang disebut audit kinerja, audit manajemen, atau audit komprehensif.
Sampai saat ini para ahli memiliki definisi mengenai audit operasional yang berbeda-beda. Menurut Tunggal (2000:10) pemeriksaan operasional merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perasahaan, departemen, atau setiap entitas dan sub entitas yang dapat di audit.
Sedangkan General Accounting Office (GAO) di Amerika Serikat mendefinisikan pemeriksaan operasional sebagai auditing yang menentukan :1. Apakah entitas mengelola dan menggunakan sumber dayanya (seperti personil,kekayaan, ruangan) secara ekonomis dan efisien2. Penyebab dari ketidakefektivan atau praktik yang tidak ekonomis, dan3. Apakah entitas telah menaati hukum dan peraturan yang berhubungan denganmasalah ekonomis dan efisiensi.b. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional
Tujuan utama audit operasional adalah mengevaluasi efektifitas dan efisiensi organisasi, namun audit operasional juga dapat menjangkau aspek yang ketiga, yaitu ekonomisasi. Evaluasi ekonomi adalah pemeriksaan atas biaya dan manfaat dari suatu kebijakan atau prosedur. Dalam konteks audit operasional, evaluasi ekonomi merupakan pertimbangan jangka panjang tentang apakah manfaat kebijakan atau prosedur lebih besar daripada biayanya.
Menurut Guy dkk. (2003:421) audit operasional biasanya dirancang untuk memenuhi satu atau lebih tujuan berikut :1. Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasiyang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatanorganisasi dengan (1) tujuan, seperti kebijakan, standar, dan sasaran organisasiyang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan (2)kriteria penilaian lain yang sesuai.
2. Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas, efisiensi, danekonomi merupakan kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besarperbaikan. Auditor dapat mengidentifikasi peluang perbaikan tertentu denganmewawancari individu (apakah dari dalam atau dari luar organisasi), mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan, mempelajari transaksi,
membandingkan dengan standar industri, menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai.
3. Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih Lanjut.Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selamapelaksanaan audit operasional.
Sedangkan Mulyadi (2002:32) menyatakan bahwa tujuan audit operasiona! adalah untuk :1. Mengevaluasi Kinerja2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Secara ringkas dapat disimpuikan bahwa audit operasional dilakukan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan aktivitas suatu organisasi. Audit operasional mengidentifikasi timbulnya penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan yang berisi rekomendasi tindakan perbaikan selanjutnya. Audit operasional merupakan salah satu alat pengendalian yang membantu dalam mengelola perusahaan dengan penggunaan sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan efektif dan efisien.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit operasional menurut Tunggal (2000:14-15) adalah:1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilankeputusan.2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan danpengendalian.3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukantindakan preventif yang akan diambil.5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasukmemperkecil pemborosan.6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telahditetapkan.7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasiperusahaan.
Struktur Audit Operasional
Menurut Guy dkk. (2003:421-424) struktur umum dari audit operasional adalah proses lima tahap, yaitu :1. PengenalanSebelum memulai suatu audit operasional, auditor (atau konsultan) terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan
atau fungsi yang sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan.
2. SurveiSelama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal sebagai survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang di audit.
3. Pengembangan ProgramPada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang yang dianggap "penting" dari hasil survei pendahuluan. Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta menelaah kertas kerja audit.
4. Pelaksanaan AuditPelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional. Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam program audit untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. Selama melakukan pekerjaan lapangan, auditor harus menyelesaikan setiap langkah audit yang spesifik dan mencapai tujuan audit secara keseluruhan untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi.
5. PelaporanTahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama, yaitu (1) tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta (2) temuan-temuan khusus dan rekomendasi.
Ruang Lingkup Audit OperasionalRuang lingkup audit operasional lebih difokuskan pada fungsi produksi suatu perusahaan, yang berarti melakukan pemeriksaan segi operasional suatu perusahaan. Namun dalam hal ini suatu perusahaan mengalami keterbatasan dalam melaksanakan audit operasional tersebut. Keterbatasan yang terjadi dalam suatu perusahaan dalam melaksanakan audit operasional antara lain :1. WaktuPemeriksa harus memberikan laporan kepada pihak manajemen sesegera mungkin agar masalah yang timbul dapat segera terselesaikan, sehingga menyebabkan terbatasnya waktu pemeriksaan. Untuk mengatasi keterbatasan waktu ini, audit operasional dapat dilakukan secara teratur untuk menghindari permasalahan tidak menjadi berlarut-larut.
2. KeahlianKurangnya pengetahuan dan penguasaan berbagai disiplin ilmu dan bisnis merupakan salah satu keterbatasan. Tidak mungkin seorang pemeriksa dapat menjadi ahli dalam berbagai disiplin bisnis.
3. BiayaBiaya yang dapat dihemat dari hasil pemeriksaan haruslah lebih besar dari biaya pemeriksaan itu sendiri. Pemeriksaan harus menentukan prioritas tertentu dalam melaksanakan tugasnya sehingga keterbatasan ini dapat teratasi.
Efisiensi dan EfektivitasAudit operasional dikenal sebagai audit yang berkonsentrasi pada efektivitas dan efisiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumberdayanya dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh, seorang auditor dapat memeriksa badan federal untuk menentukan apakah badan tersebut telah mencapai tujuannya seperti yang ditetapkan oleh kongres (efektivitas) dan menggunakan sumberdaya keuangannya secara benar (efisiensi). Pembahasan mengenai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas akan lebih mudah dipahami jika dibahas dalam kerangka Input - Proses - Output. Dalam sub bab ini, lebih difokuskan pada efisiensi dan efektivitas.
a. EfisiensiEfisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antar output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. (Bayangkara, 2008:13)
Menurut Anthony (2005:174) Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per unit input. Pusat Tanggung Jawab A lebih efisien daripada Pusat Tanggung Jawab B jika (1) menggunakan jumlah sumber daya yang lebih sedikit daripada Pusat Tanggung Jawab B, namun memproduksi jumlah output yang sama, atau (2) menggunakan jumlah sumber daya yang sama namun memproduksi jumlah output yang lebih besar.
b. EfektivitasDibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efektivitas ditentukan oleh huungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggang jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikonstribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan nonalitis, seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam tahun-tahun terakhir (Anthony, 2005:174).
Efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efisien dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi
terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai dalam pencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif (Anthony 2005:174-175).
Fungsi ProduksiProduksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Ferguson dan Gould (1975:140, dalam Joesron dan Fathorrozi, 2003:77) fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.
Siklus produksi berkaitan dengan proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini meliputi perencanaan dan pengendalian tentang jenis dan jumlah barang yang diproduksi, tingkat persediaan yang harus diselenggarakan, dan transaksi-transaksi serta kejadian-kejadian yang bersangkutan dengan proses produksi. Transaksi dalam siklus ini dimulai pada saat bahan baku diminta untuk keperluan produksi, dan diakhiri dengan pengiriman barang yang diproduksi menjadi barang jadi (Jusup, 2002:151).
Perencanaan dan Pengendalian Produksi1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi menurut Kusuma (2002:1) adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material kedalam, di dalam, dan keluar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian produksi dimaksudkan untuk mendayagunakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Yang dimaksudkan dengan sumberdaya mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan bahan baku. Kendala yang dihadapi mencakup ketersediaan sumberdaya, waktu pengiriman produk, kebijaksanaan manajemen.
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi dalam aktivitas produksiMenurut Kusuma (2002:2) fungsi dasar dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi adalah:1) Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produksebagai fungsi dari waktu.2) Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secaraekonomis dan terpadu3) Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknikpemenuhan pesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan. 4) Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerjayang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan
pada suatu periode.
Dalam suatu organisasi, pengendalian produksi berguna untuk meningkatkan produktivitas. Definisi produktivitas adalah rasio nilai barang dan jasa yang dihasilkan dibagi dengan nilai sumberdaya yang digunakan dalam produksi. Jika mesin atau orang menganggur karena tidak ada pekerjaan, atau komponen menumpuk di gudang karena tidak tersedia mesin untuk mengolah komponen tersebut, maka hal ini berarti sumberdaya yang dimiliki terbuang percuma. Peran pengendalian produksi adalah meminimasi pemborosan dengan mengkoordinasikan ketersediaan tenaga kerja, peralatan, dan bahan. Perbaikan produktivitas dapat dilakukan dengan meningkatkan rancangan dan tatacara kerja produksi sehingga menjadi lebih efisien. Produktivitas juga dapat ditingkatkan dengan pengendalian produksi yang lebih baik.
Penjadwalan ProduksiPenjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumberdaya yang tersedia melalui suatu aktivitas atau tugas. Menurut Sumayang (2003:183) Penjadwalan dapat dibedakan berdasarkan jenis proses produksi yaitu : 1. Penjadwalan proses yang terus menerus (lineprocess scheduling)1) Penjadwalan proses ini digunakan pada jalur proses perakitan dan pada prosespengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang bangun proses tersebutterutama untuk satu jenis produk. Tetapi apabila bermacam-macam jenisproduk maka perlu diadakan perubahan pada proses dan jadwal produksi.2) Perubahan ini mungkin saja sederhana tetapi dapat juga rumit sehinggamemerlukan perubahan mendasar pada peralatan dan pada pusat kerja.3) Kemampuan mengikuti perubahan proses yang cepat akan memberikan suatukeunggulan fleksibilitas untuk proses perakitan.4) Apabila jenis produk banyak maka terjadi perubahan proses produksi, untukitu perlu menghitung besar persediaan yang paling ekonomis2. Penjadwalan proses yang terputus-putus {intermittentprocess scheduling)1) Pada produk barang istilah Job adalah bahan baku, produk dalam proses ataubarang setengah jadi.2) Berbeda dengan penjadwalan diproses line maka penjadwalan diprosesintermittent masing-masing Job mengalir melalui pergerakan yang tidakteratur dan penuh dengan jadwal mulai dan berhenti.3) Aliran yang tidak teratur disebabkan karena pusat kerja dikelompokkanberdasarkan jenis mesin dan ketrampilan pekerja yang sama, sehingga Jobakan mengalir dari satu pusat kerja ke pusat kerja yang lain sesuai denganjadwal dan tahapan kerja yang telah ditentukan.4) Karena aliran dan jalur pekerjaan tidak beraturan maka penjadwalan kadang-kadang menjadi rumit.5) Penjadwalan proses intermittent mempunyai hubungan sangat erat dengan beberapa hal berikut ini:1. Analisis pemasukan dan pengeluaran {input-output analysis)2. Pemuatan (loading)3. Tahapan (sequencing)4. Pengiriman (Dispatching)
Sedangkan menurut P. Tampubolon (2004:110) dalam sistem operasional dikenal ada empat strategi proses yaitu :1. Proses produksi yang terputus-putus (Intermitten Process)Merupakan kegiatan operasional yang mempergunakan peraiatan produksi yang disusun dan diatur sedemikian rupa, yang dapat dimanfaatkan untuk secara fleksibel untuk menghasilkan berbagai produk atau jasa. Sebagai contoh, dibidang produksi barang, yaitu usaha bengkel las yang menerima order atau pesanan untuk membuat pagar atau teralis besi, yang standarnya disesuaikan dengan pesanan tersebut. Pada umumnya, proses Intermittent merupakan sistem operasional yang tidak terstandarisasi, hanya berdasarkan keinginan pelanggan pada saat dilakukan pemesanan.
2. Proses produksi yang kontinu (Continous Process)Merupakan proses produksi yang mempergunakan peraiatan produksi yang disusun dan diatur dengan memperhatikan urutan-urutan kegiatan dalam menghasilkan produk atau jasa. Sebagai contoh, untuk produksi barang seperti minuman ringan "Teh Botol" merupakan produk yang terstandarisasi.
3. Proses produksi berulang-ulang {Repetitive Process)Merupakan proses produksi yang menggabungkan fungsi Intermittent process dan Continous process. Tetapi proses ini mempergunakan bagian dan bahan komponen yang berbagai jenis diantara proses yang kontinu. Sebagai contoh, restoran besar yang melayani banyak pelanggan dan bermacam-macam menu.
4. Proses produksi massa (Mass Customization)Merupakan proses produksi yang menggabungkan intermittent Process, Continous Process, serta Repetitive Process, yang menggunakan berbagai komponen bahan, mempergunakan teknik skedul produksi dan mengutamakan kecepatan pelayanan.
Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association (Accounting Review, Vol. 47) memberikan definisi auditing sebagai:
"Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan." (Boynton dkk., 2002:5)
Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:1. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis,terstruktur, dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas.
4. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa peraruran-peraturan spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen.
6. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkanderajat kesesuaian asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
7. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (ataumengandalkan) temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.
Menurut Guy dkk. (2002:5-6) audit didefinisikan sebagai:"Suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
. Jenis-jenis Auditing
Selain mengethaui pengertian auditing, perlu juga diketahui jenis-jenis auditing yang ada. Sehingga tiap kali auditor akan melakukan audit, auditor dapat mengetahui jenis audit yang dilakukannya dan proses auditing yang akan ditempuh menjadi lebih jelas dan terarah.
Menurut Mulyadi (2002:30-32), auditing umumnya digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Audit Laporan Keuangan (Finacial Statement Audit)Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit, laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang di audit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional {Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk: a. Mengevaluasi kinerjab. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatanc. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Smike (1982, dalam Tunggal, 2000:11) mendefinisikan tipe auditing sebagai berikut :1. Pemeriksaan manajemen (Management Auditing) dapat didefinisikan sebagai penilaian system manajemen perusahaan, apakah system tersebut beroperasi secara efektif dan risiko apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut tidak beroperasi secara efisien.
2. Pemeriksaan Operasional (Operational Auditing) dapat didefinisikan dalamrerangka yang sama seperti pemeriksaan manajemen, kecuali bahwapemeriksaan operasional lebih berlaku terhadap sistem operasi auditee daripada sistem manajemennya.
3. Pemeriksaan Komprehensif (Comprehensive Auditing) merupakan integrasidari berbagai unsur manajemen, operasional dan pemeriksaan keuangantradisional. Pemeriksaan komprehensif mencakup penilaian manajemenauditee, operasi, pengendalian finansial dan sistem akuntansi untuk
menentukan apakah pengendalian dan mekanisme akuntabilitas telah memadaidan dapat dipertanggung jawabkan kepada pemegang sahamnya.
Tujuan dan Peranan AuditingMenurut Guy, dkk. (2002:5) terdapat empat factor yang mendasari kebutuhan akan audit, yaitu : 1. KompleksitasVolume aktivitas ekonomi dalam dunia bisnis dan entitas lainnya, bersamaan dengan kompleksitas pertukaran ekonomi tersebut, seringkali mempersulit pencatatan transaksi dan alokasi biaya serta pendapatan dengan benar, keputusan yang sulit berkaitan dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapannya membutuhkan jasa akuntan profesional.
2. JarakDalam lingkungan saat ini, pengambil keputusan biasanya terpisah dari organisasi. Sebagai contoh pemegang saham perusahaan besar seperti Microsoft mungkin tidak pemah melihat perusahaan atau fasilitasnya. Dalam kasus ini, pengambil keputusan tidak memiliki pengetahuan langsung tentang organisasi dan aktivitasnya serta terpisah dari catatan akuntansi organisasi tersebut. Jarak dapat meningkatkan salah saji, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, sehingga meningkatkan permintaan akan pihak independen untuk memeriksa catatan keuangan.
3. Bias dan Motif PenyajiApabila informasi keuangan disajikan dari sumber yang kurang independen, maka pengguna informasi keuangan mungkin menyangsikan bias dan motif penyaji. Penyaji informasi keuangan mungkin menghadapi pertentangan kepentingan (confict of interest) baik yang disengaja maupun tidak disengaja dengan pengguna informasi keuangan tersebut.
4. KonsekuensiSalah satu karakteristik dari masyarakat kita adalah partisipasi individu, perusahaan, serta entitas lainnya yang meluas dan mendalam dalam pasar. Dalam lingkungan ekonomi saat ini, keputusan ekonomi seringkali melibatkan pengeluaran yang sangat besar dan mempengaruhi banyak orang. Keputusan penting ini membutuhkan informasi keuangan yang relevan dan handal.