BAB 1PENDAHULUANUrinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel
urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu
ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan
umum.Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan
kimiawi dan pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya dalam
pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/ keasaman, berat
jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis
zat kimia yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ
tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti penyakit kuning yang
disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan
urin yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat
kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang
berbeda.Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa
metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri.
Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal
ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat
menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah
eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya
perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika
seseorang beresiko terkena batu ginjal, karena kristal-kristal
dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal dalam
saluran kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan
membentukbatu ginjal. Penting untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang
dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan
dengan pengawet formalin.
BAB 2ISI2.1Sedimen UrinPemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin
merupakan bagian integral dari urinalisis. Prinsip pemeriksaan
sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan
kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa
dengan mikroskop. Adapun prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin
adalah sebagai berikut :a. Dituangkan 8 mL sampel urine ke dalam
sebuah tabung sentrifuge.b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500
rpm) selama 5 menit.c. Bagian supernatannya dibuang.d. Sedimen yang
tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.e. Objek glass ditetesi 1
tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.f. Preparat
tersebut diamati dengan mikroskop.Pada pemeriksaan sedimen urin,
sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum dituang ke
tabung centrifuge, tujuannya agar unsur-unsur yang mengendap
menjadi homogen kembali. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung
centrifuge sebanyak 2/3 tabung (tidak sampai penuh) adalah untuk
menghindari tumpahnya urin saat proses sentrifugasi (Zaman, et.al.,
2010). Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama
5 menit. Jika proses sentrifugasi terlalu cepat dan waktunya
terlalu lama maka dapat merusak bentukan-bentukan tertentu yang
terkandung dalam urin, sebaliknya jika kecepatan centrifuge terlalu
lambat dan dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan tidak semua
analit dapat mengendap menjadi sedimen. Hal tersebut harus
dihindari agar tidak diperoleh hasil pemeriksaan yang negatif palsu
(Zaman, et.al., 2010).Setelah urin melalui proses sentrifugasi,
maka terbentuk 2 lapisan, yaitu sedimen urin dan supernatant.
Lapisan supernatant dibuang karena pada bagian ini tidak terdapat
kristal-kristal, leukosit, eritrosit, bakteri, maupun jamur karena
unsur-unsur tersebut telah mengendap di dasar tabung. Jika lapisan
supernatant tidak dibuang, kemungkinan menyebabkan kesalahan hasil
pemeriksaan (negatif palsu) karena pemipetan yang tidak mencapai
bagian sedimen (Zaman, et.al., 2010).Selanjutnya pada pemipetan
sedimen yang telah dibuang supernatannya, sedimen dihomogenkan agar
unsur-unsur pada sedimen menyebar rata (tidak bertumpuk-tumpuk)
sehingga lebih memudahkan proses pengamatan bentukan-bentukan yang
ada pada mikroskopis urin (Zaman, et.al., 2010).Endapan pertama
kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang kecil (LPK)
ataulow power field (LPF)untuk mengidentifikasi benda-benda besar
seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan
dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut
lapang pandang besar (LPB) atauhigh power field (HPF)untuk
mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri,
Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder
atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat
juga dapat dilakukan (Zaman, et.al., 2010).Karena jumlah elemen
yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang
ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel
yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per
rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan
sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur
organikdan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ
atau jaringan antara lain epitel,eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak
organiktidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat
amorf dan kristal. Beberapa bentuk yang mungkin ditemukan:1.
EritrositEritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun
dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan
adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 3
sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam
urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran
kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi,
infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas
dan bawah, nefrotoksin, dll (Aprilia, 2010).Eritrosit dapat
terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow
atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan
berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal.
Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang
encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan
tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu,
kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi (Aprilia,
2010).Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen,
hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil
tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik
memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur
glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin
menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis (Aprilia,
2010).
Eritrosit normaleritrosit dismorfik2. LeukositLekosit berbentuk
bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear,
PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih
(Aprilia, 2010).Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih
dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine
(leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi
saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis,
atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada
febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau
inflamasi (Aprilia, 2010). 3. Sel Epitel
Sel Epitel Tubulus Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat
atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau
oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah
kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah
ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel
tubulus 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat
menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada
tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi
virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan
salisilat (Fogazzi, et.al. 2008). Oval fat bodiesSel epitel tubulus
dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen
tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini
disebutoval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat
bodies.Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi
glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel
epitel tubulus. Selain sel epitel tubulus,oval fat bodiesjuga dapat
berupa makrofag atau hisiosit (Fogazzi, et.al. 2008).
Sel epitel transisionalSel epitel ini berbentuk bulat atau oval,
gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel
epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana
dia berasal (Fogazzi, et.al. 2008). Sel epitel skuamosa Sel epitel
skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen
urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil.
Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok
dengan ukuran bervariasi. Signifikansi utama mereka adalah sebagai
indikator kontaminasi (Fogazzi, et.al. 2008).
4. SilinderSilinder (cast) adalah massa protein berbentuk
silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke
dalam urine. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik
dan komposisinya (Fogazzi, et.al. 2012). Silinder hialinSilinder
hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein
(protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus.
Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih,
sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sedimen urin
normal mungkin berisi 0 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang
lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya,
penyakit glomerular) (Fogazzi, et.al. 2012). Silinder
EritrositSilinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung
hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit
disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan
glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit
atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit
melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan
membentuk silinder eritrosit (Fogazzi, et.al. 2012). Silinder
LeukositSilinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika
leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan
peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan
terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit
glomerulus (glomerulonefritis) (Fogazzi, et.al. 2012). Silinder
GranularSilinder granular adalah silinder selular yang mengalami
degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran
kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan
granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar,
kemudian menjadi butiran halus (Fogazzi, et.al. 2012). Silinder
Lilin (Waxy Cast)Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder
granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan
amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan
penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir
penyakit ginjal kronis (Spinelli, 2013).
5. Mikroorganisme BakteriBakteri yang umum dalam spesimen urin
adalah mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal.
Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah
pengumpul, atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena
itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar. RagiSel-sel
ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka
sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf,
membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas.
Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih,
uretra, atau vagina. Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital
laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2
kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan
cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak
menentu.
6. KristalKristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium
oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal
tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi,
memungkinkan timbulnya penyakit kencing batu (French, et.al.,
2010). Kalsium OksalatKristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran,
tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul
dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis.
asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 5 (
+ ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi
jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan
abnormal (French, et.al., 2010). Triple FosfatKristal terlihat
berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati
(kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan
larut dalam asam cuka encer. Kristal dapat muncul di urin setelah
konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan
bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung
pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin
dan meningkatkan amonia bebas (French, et.al., 2010). Asam
UratKristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk
belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan
pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit
memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah
metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan,
banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin
(French, et.al., 2010). Sistin (Cystine)Cystineberbentuk heksagonal
dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat
genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin
dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Sistin
crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang
merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan
reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin
(French, et.al., 2010). Leusin dan TirosinLeusin dan tirosin adalah
kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit
hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai
berkas atau mawar dan kuning. Kristal leucine dipandang sebagai
bola kuning dengan radial konsentris (French, et.al., 2010).
Kristal KolesterolKristal kolesterol tampak regular atau irregular
, transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang
dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.
Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai
oleh proteinuria (French, et.al., 2010). Kristal lainBerbagai macam
jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya
adalah :Kristal dalam urin asam : Natirum urat : tak berwarna,
bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset. Amorf
urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran,
berkumpul.Kristal dalam urin alkali : Amonium urat (atau biurat) :
warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri,
atau bulat bertanduk. Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk
batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset. Amorf fosfat :
tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul. Ca-karbonat : tak
berwarna, bentuk bulat kecil, halter.Banyak obat diekskresikan
dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti,
kristal Sulfadiazin dan sulfonamide. Secara umum, tidak ada
intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak,
mungkin dapat menimbulkan gangguan.Cara pelaporan hasil pemeriksaan
sedimen urine :1. Sel darah dan epitelNegatif, jika tidak ditemukan
sel dalam seluruh lapang pandang (LP)Positif 1, jika ditemukan 30
sel/LPBPositif 5, jika ditemukan sel sebanyak setengah bagian
LPB
2. SilinderNegatif, jika tidak ditemukan silinder dalam seluruh
lapang pandang (LP)Positif 1, jika ditemukan 1 silinder dalam 100
LPKPositif 2, jika ditemukan 1-10 silinder dalam 1 LPKPositif 3,
jika ditemukan 10-100 silinder/LPKPositif 4, jika ditemukan >100
silinder/LPK3. BakteriNegatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam
seluruh lapang pandang (LP)Positif 1, jika ditemukan sedikit
bakteri/LPKPositif 2, jika ditemukan banyak bakteri/LPKPositif 3,
jika pada 1 LPK dipenuhi oleh bakteri4. ProtozoaNegatif, jika tidak
ditemukan bakteri dalam seluruh lapang pandang (LP)Positif 1, jika
ditemukan 1-4 protozoa/LPBPositif 2, jika ditemukan 5-9
protozoa/LPBPositif 3, jika ditemukan >10 protozoa/LPB5.
KristalNegatif, jika tidak ditemukan bakteri dalam seluruh lapang
pandang (LP)Positif 1, jika ditemukan 1-4 kristal/LPBPositif 2,
jika ditemukan 5-9 kristal/LPBPositif 3, jika ditemukan >10
kristal/LPBHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
sedimen urin:1. Pada wanita yang haid dan pasien dengan perdarahan
berat pada saluran kemih tidak dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan sedimen urine karena akan terjadi kesalahan dalam
penafsiran hasil. Cukup dilaporkan pada makroskopis Blood gross (+)
disertai keterangan lain.2. Kadang-kadang kristal-kristal, bakteri,
jamur dapat berukuran kecil sehingga perlu dilihat pada lensa
objektif pembesaran 40x.3. Kontaminan sedimen seperti : pollen
grain, serat rambut, cotton fiber, gelembung udara, lipid droplet,
fecal material contaminant dan anticoagulant EDTA tidak perlu
dilaporkan.4. Adanya lendir secara makroskopis dan benang lendir
secara mikroskopis dilaporkan sebagai : Mucus Thread (+) dan ikut
serta dalam pelaporan.5. Epitel transisional merupakan epitel yang
berasal dari ureter, kandung kemih dan uretra baik pada wanita
maupun pria. Dapat dilaporkan sebagai epitel transisional atau
dapat pula dibedakan menurut asalnya (trans caudatus, female
uretra, dll).6. Kristal dalam sedimen yang dilaporkan harus mengacu
pada pH urine sehingga tidak salah dalam pelaporan. Seperti tripel
phosphat dan calcium carbonat yang ditemukan pada pH diatas 7,5.7.
Apabila berat jenis urin rendah, maka eritrosit akan cenderung
mengembang sedangkan bila berat jenis urin tinggi maka eritrosit
cenderung mengkerut.8. Bila pH urine tinggi (lindi) maka leukosit
cenderung mengumpul dan mengembang sedangkan pH rendah maka
leukosit cenderung menyebar dan mengkerut.9. Pada hematuria
penghancuran eritrosit dengan Asam cuka dapat dilakukan untuk
mempermudah pengamatan terhadap unsur sedimen lain.2.2Pemeriksaan
Bilirubin UrineA. Metode Foam TestTujuan: untuk mengetahui adanya
bilirubin dalam urine secara kasarPrinsip: berdasarkan sifat
bilirubin II yang larut dalam air, bila urine dikocok akan
memberikan busa yang berwarna kuning yang tidak hilang dalam waktu
5 menit.Cara Kerja1. ukur 5 ml sampel urine dengan menggunakan
gelas ukur, masukkan kedalam tabung reaksi2. tutup tabung dengan
penyumbat tabung, kocok kuat-kuat tunggu 5 menit, baca
hasilInterprestasi hasil:(+) busa warna kuning tidak hilang dalam
waktu 5 menit(-) busa warna kuning yang hilang dalam waktu 5
menitNormal: (-) busa warna kuning yang hilang dalam waktu 5
menitB. Metode HorisonTujuan: untuk mengetahui adanya bilirubin
dalam urinePrinsip: Bilirubin dalam urine akan dipekatkan diatas
kertas saring dengan jalan mempresipitatkan fosfat yang ada dengan
menggunakan BaCl2 10%, bilirubin yang terkumpul akan dioksidasi
menjadi biliverdin oleh reagen fouchet membentuk biliverdin yang
berwarna hijau.
Cara Kerja:1. ukur 5 ml sampel urine dengan menggunakan gelas
ukur, masukkan dalam tabung reaksi2. tambahkan 5 ml BaCl2 10%,
campur3. saring campuran tersebut dengan menggunakan kertas
saring4. buka kertas saring, biarkan kering5. tambahkan 3-4 tetes
reagen fouchet pada kertas saring6. baca hasilInterprestasi
Hasil:(+) terjadi warna hijau pada kertas saring(-) tidak terjadi
warna hijau pada kertas saringNormal: (-) tidak terjadi warna hijau
pada kertas saringC. Metode Modifikasi HorisonTujuan: untuk
mengetahui adanya bilirubin dalam urinePrinsip: Bilirubin dalam
urine akan dipekatkan dengan cara di centrifuge dengan jalan
mempresipitatkan fosfat yang ada dengan menggunakan BaCl2 10%,
bilirubin yang terkumpul akan dioksidasi menjadi biliverdin oleh
reagen fouchet membentuk biliverdin yang berwarna hijau.Cara
Kerja:1. ukur 10 ml sampel urine dengan menggunakan gelas ukur,
masukkan dalam tabung reaksi2. tambahkan 5 ml BaCl2 10%, campur,
dan bagi menjadi 2 tabung centrifuge3. centrifuge sampel urine
dengan kecepatan 2000 rpm 10 menit4. buang lapisan atas cairan
sehingga tertinggal filtratnya5. tambahkan 5 tetes reagen horison
pada filtrat, baca hasilInterprestasi Hasil:(+) terjadi warna hijau
(-) tidak terjadi warna hijau Normal: (-) tidak terjadi warna hijau
D. Metode RosinTujuan: untuk mengetahui adanya bilirubin dalam
urinePrinsip: bilirubin dalam urine akan dioksidasi oleh iodium 10%
menjadi biliverdin membentuk cicin hijauCara Kerja:1. ukur 5 ml
sampel urine dengan menggunakan gelas ukur, masukkan dalam tabung
rekasi2. tambahkan 5-10 tetes iodium 1% melalui dinding
tabungInterprestasi hasil:(+) terjadi cincin hijau pada perbatasan
kedua lapisan cairan(-) tidak terjadi cincin hijau pada perbatasan
kedua lapisan cairanNormal: (-) tidak terjadi cincin hijau pada
perbatasan kedua lapisan cairan2.3Pemeriksaan ProteinPemeriksaan
terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin
untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada
timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan
urin yang jernih betul menjadi syarat penting pada tes-tes
protein.a) Cara dengan asam sulfosalicyl Dua tabung reaksi diisi
masing-masing dengan 2 ml urin jernih Kepada yang satu ditambah 8
tetes larutan asam sulfosalicyl 20%; kocok Bandingkanlah isi tabung
pertama dengan yang kedua; kalau tetap sama jernihnya tes terhadap
protein berhasil negative Jika tabung pertama lebih keruh dari yang
kedua, panasilah tabung pertama itu di atas nyala api sampai
mendidih dan kemudian dinginkanlah kembali dengan air mengalir Jika
kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah
dingin kembali, tes terhadap protein adalah positif. Protein itu
mungkin albumin, mungkin globulin, mungkin keduanya. Jika kekeruhan
itu hilang pada waktu pemanasan, tetapi muncul lagi setelah dingin,
mungkin sebabnya protein Bence Jones dan perlu diselidiki lebih
lanjut.CatatanTes dengan asam sulfosalicyl tidak bersifat spesifik,
meskipun sangat peka; adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat
dinyatakannya. Kalau hasil tes itu negative, tidak perlu lagi
memikirkan kemungkinan adanya proteinuria.b) Pemanasan dengan asam
asetat Masukkanlah urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3
penuh Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan
atas urin itu dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama 30
detik Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu,
dengan membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak
dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh
protein, tetapi mungkin juga oleh kalsium fosfat atau kalsium
karbonat Teteskanlah kemudian ke dalam urin yang masih panas itu
3-5 tetes asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh
kalsium fosfat kekeruhan itu akan lenyap. Jika kekeruhan itu
disebabkan oleh kalsium karbonat kekeruhan hilang juga, tetapi
dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih
keruh lagi tes terhadap protein adalah positif Panasilah sekali
lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah
penilaian semikuantitatif kepada hasilnyaCara menilai hasilCara
menilai ini berlaku baik untuk tes dengan asam sulfosalicyl, maupun
untuk tes dengan asam asetat. Cara penilaian ini menghindarkan
adanya laporan penilaian yang meragukan dengan member batas-batas
tegas antara derajat kepositifan.Untuk menguji adanya kekeruhan,
periksalah tabung itu dengan cahaya berpantul dan dengan latar
belakang yang hitam Negatif (-): tidak ada kekeruhan positif + atau
1+: ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein kira-kira
0,01-0,05% positif ++ atau 2+: kekeruhan mudah dilihat dan Nampak
butir-butir dalam kekeruhan itu (0,05-0,2%) positif +++ atau 3+:
urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-0,5%)
positif ++++ atau 4+: urin sangat keruh dan kekeruhan
berkeping-keping besar atau bergumpal-gumpal ataupun memadat (lebih
dari 0,5%). Jika terdapat lebih dari 3% protein akan terjadi
bekuan
1