Top Banner
TUGAS TEORI KRITIS PERGOLAKAN PEMIKIRAN FRANKFURT VERSUS FUKUYAMA Disusun oleh: RIFQI 06240004 JURUSAN SOSIOLOGI INDUSTRI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
41

Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Dec 28, 2015

Download

Documents

rifqi235

kumpulan dari tugas kuliah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

TUGAS TEORI KRITIS

PERGOLAKAN PEMIKIRAN FRANKFURT VERSUS FUKUYAMA

Disusun oleh:

RIFQI

06240004

JURUSAN SOSIOLOGI INDUSTRIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2009

Page 2: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

FRANKFURT SCHOOL

A. SEJARAH SEKOLAH FRANKFURT

Pada mulanya Lembaga Penelitian Sosial untuk didirikan di Frankfurt pada tahun

1924 sebagai sekolah khusus untuk kajian ilmiah Marxism. Its benefactor was Felix Weil, a

wealthy part-time scholar who saw the establishment of the Institute as a compromise

between his class position and his leftist sympathies. Para dermawan adalah Felix Weil,

seorang kaya paruh waktu sarjana yang melihat pembukaan Institut sebagai kompromi antara

beliau dan kelas posisi kiri sympathies. The Institute-loosely associated with the University

of Frankfurt at its inception-became a sort of mecca for German leftists, for whom the study

of Marxist political economy and the history of the labor movement could be undertaken at

the university level for the first time. Lembaga-loosely dikaitkan dengan University of

Frankfurt di awal-nya menjadi semacam Mekkah untuk leftists Jerman, untuk yang ilmu

ekonomi dan politik Marxist sejarah gerakan buruh yang dapat dilakukan di tingkat

universitas untuk pertama kalinya. Yet it did not begin to assume its mature approach until

the appointment, in 1930, of Max Horkheimer as director. Namun ia tidak menganggap nya

mulai matang pendekatan sampai penunjukan, pada tahun 1930, dari Max Horkheimer

sebagai direktur. Horkheimer, a philosopher by training, was thoroughly steeped in the

German tradition through Hegel, and had embraced Marxism only reluctantly. Horkheimer,

yang oleh filsuf pelatihan, adalah sepenuhnya steeped dalam tradisi Jerman melalui Hegel,

dan telah embraced Marxism saja ogah-ogahan. Yet, in his inaugural lecture as director of the

Institute, he pointed to the working class as the starting point of all serious social inquiry.

Namun, di kuliah perdana sebagai direktur Institute, dia yang bekerja pada kelas sebagai awal

dari semua pertanyaan serius sosial. He went on to define the task of the Institute in a vague

but quite original way: Ia pergi ke menentukan tugas Institute di kabur tetapi cukup dengan

cara asli:

mensetup, bersama dengan asosiasi ..., sebuah rezim yang direncanakan bekerja pada

penjajaran dari filosofis dalam membangun dan empirisme sosial teori Untuk ....[] mengatur

pertanyaan, atas dasar falsafah pertanyaan saat ini, di yang filosof, sociologists, ekonom,

psikolog dan sejarawan dapat bersatu dalam kerja sama abadi. 1

To just such an end, he gathered around him a diverse group of scholars to formulate

this interdisciplinary approach: Fromm, a Freudian analyst with strong leftist leanings;

1 The Frankfurt School: Its History, Theories, dan Politik signifikansi(Maret 1995)

Page 3: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Friedrich Pollock, a rather orthodox Marxist economist; Adorno, whose doctorate was in

philosophy but who at the time was employed as a music critic; Marcuse, a philosopher and

former student of Martin Heidegger. Untuk hanya itu akhirnya, ia berkumpul di sekelilingnya

yang beragam kelompok ulama ini untuk merumuskan pendekatan antar: Fromm, seorang

analis Freudian dengan kuat kiri leanings; Friedrich Pollock, yang cukup ortodoks Marxist

ekonom; Adorno, yang adalah doktor dalam filosofi tapi yang di Pada saat itu bekerja sebagai

kritikus musik; Marcuse, seorang filsuf dan mantan mahasiswa dari Martin Heidegger.

Benjamin, who was never a permanent member of the Institute, was perhaps the hardest to

classify, for his work encompassed nearly all the humanistic disciplines and many of the

social sciences. Benjamin, yang tidak pernah tetap anggota Institute, mungkin adalah yang

paling sulit untuk mengklasifikasikan, untuk karyanya mencakup hampir semua disiplin

humanistik dan banyak ilmu sosial. True to Horkheimer's aim, the first studies under the

Institute's name-on the influence of authority on the German working class-were evenly

balanced between theoretical speculation and empirical support. Horkheimer's true ke tujuan,

yang pertama studi di bawah nama-Institut pada pengaruh otoritas di Jerman bekerja-kelas

yang merata seimbang antara teori dan empiris mendukung spekulasi. Before the Institute

could really develop their approach, however, they were forced into exile by the ascendancy

of the Nazi Party to power in 1933. Institute sebelum benar-benar dapat mengembangkan

pendekatan Namun, mereka terpaksa ke dalam pembuangan oleh kekuasaan dari Partai Nazi

ke listrik di 1933. The Frankfurt School was doubly damned, being not only "left-wing

radicals" but Jewish to boot. Sekolah di Frankfurt adalah sangat penting kualat, tidak hanya

"sayap kiri radikal" tetapi Yahudi boot. Initially scattered throughout Europe in exile, their

next permanent base would be Columbia University in New York, with which they formed an

association which would last from July 1934 until early 1943. Awalnya tersebar di seluruh

Eropa dalam pengasingan, mereka selanjutnya akan tetap dasar Universitas Columbia di New

York, yang mereka membentuk sebuah perkumpulan yang terakhir dari 1934 hingga awal

Juli 1943. Their financial needs were still met by Weil's endowment, so they were able to

remain relatively independent and free to carry out their own work. Keuangan kebutuhan

mereka masih dipenuhi oleh Weil dari sumbangan, sehingga mereka dapat tetap relatif

independen dan bebas untuk melakukan pekerjaan mereka sendiri.

Institut penelitian Sosial di Frankfrut mencapai sebuah periode keemasan, ketika Max

Horkheimer menjadi direkturnya pada tahun 1930, Horkheimer mendirikan suatu majalah

baru, Zeitschrift fur Sozialforschung (Majalah/jurnal penelitian social), yang menjadi salah

Page 4: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

satu majalah terkemuka dalam bidangnya. Sudah sejak prmulaannya, Institut penelitian di

Frankfrut mengumpulkan sarjana-sarjana dari berbagai pelbagai bidang keahlian, supaya

berbagai persoalan yang menyangkut masyarakat dapat di pelajari dari berbagai segi ilmiah.

Keahlian Horkheimer sendiri adalah filsafat social. Di antara rekan-rekan terdekatnya seperti:

Fedrich Pollock (ekonomi), Leo Lowenthal (sosiologi kesusastraan), Walter Benjamin (ilmu

kesusastraan), Theodor W.Adorno ( musikologi, filsafat, psikologi, sosiologi), Erich Fromm

(psikoanalisis), dan Herbet Marcuse (filsafat). Marcuse di terima dalam Institut Penelitian,

sehingga banyak artikel-artikel dalam majalahnya mampu di pandang sebagai buah diskusi

bersama.

Sudah sejak timbulnya nasional-sosialisme, Horkheimer dan kawan-kawannya mengeritik

dan menentang aliran politik ini. Apalagi, kebanyakan anggota Institut Penelitian keturunan

yahudi. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa Institut Penelitian ini di tutup atas

perintah pemerintahan nasional-sosialis, ketika Hitler mulai berkuasa pada tahun 1933. Sudah

beberapa tahun sebelumnya Horkheimer menerka akan terjadi perkembangan serupa dan

karenanya telah mendirikan beberapa cabang di luar negeri, yaitu di London, Jenewa, dan

Paris. Setelah mereka mengungsi dari Jerman, majalahnya di terbitkan di Paris sampai

tahun1940. Tidak lama kemudian menjadi jelas bahwa Prancis pun tidak selamanya aman

untuk melanjutkan pekerjaan Instit Penelitian. Pada tahun 1943 Horkheimer berangkat ke

Amerika Serikat untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan disana dan dengan gembira ia

menerima tawaran rektor Colombia University di New york, agar Institut Penelitian akan

bermukim di kampus universitas tersebut. Pada tahun yang sama hamper semua anggota

Institut Penelitian pindah ke New york. Mereka dapat meneruskan pekerjaannya dengan

tenang, antara lain karena modal yayasan pada waktu itu sudah di selamatkan ke luar negeri,

sehingga tidak mungkin disita oleh pemerintah nasional-sosialis. Di New york pusat

penelitian mereka beroprasi di bawah International Institut of reseach.

Pada tahun 1949 dan 1950 Horkheimer, Adorno, dan Pollock pulang ke Jerman. Institut fur

Sozialforshchung di Frankfrut di bangun kembali dan-lain dari pada zaman sebelum perang-

berafiliasi dengan universitas. Sekembalinya di tanah air, Lembaga Penelitian mencapai

puncak pengaruhnya dalam kalangan intelektual khususnya pada mahasiswa. Dalam tahun

60-an pemikiran Lembaga penelitian terutama menjadi sumber inspirasi bagi Sozialisticher

Deutscher Studentenbund (SDS) ini berlangsung sampai kira-kira tahun 1967, ketika SDS

mulai menerima kekerasan sebagai cara beraksi. Ketika itu terjadi perpecahan antara aktivis-

Page 5: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

aktivis mahasiswa dan pemimpin–pemimpin Madzhab Frankfrut. Setelah kembalidari

Amerika, Horkheimer dan Adorno di angkat sebagai profesor di universitas. Malah

Horkheimer dipilih sebagai rector universitas pada tahun 1951 (biarpun ia tetap memegang

kewarganegaraan Amerika). Marcuse, Lowenthal, dan Fromm tinggal di Amerika. Di antara

sarjana-sarjana muda yang bergabung dengan Madzhab Frankfrut setelah institut Penelitian

bermukim lagi di Frankfrut, boleh disebut juga Jurgen Habermas dan Alfred Schmidt.

Filsafat yang di praktekkan dalam Madzhab Frankfrut di kenal sebagai “teori kritis”. Kalau

kita ingin menentukan kedudukan teori kritis dalam rangka sejarah filsafat, maka terutama

tiga factor harus dikemukakan: teori kritis secara khusus di pengaruhi di pengaruhi oleh

Hegel, Marx, dan Freud. Yang di kenal agak umum ialah peranan filsafat Karl Marx dalam

pemikiran para anggota Madzhab Frankfrut, sampai-sampai ajaran mereka tidak jarang di

tunjukkan dengan nama “neomarxisme”.

Tetapi oleh pengikut-pengikut Madzhab Frankfrut Marx di pandang dengan cara lain dari

pada yang lazim di buat pada waktu itu. Untuk interpretasi baru itu yang lain memainkan

peranan penting adalah karya Karl Korsch Marxismusund Philosophie (19230) (Marxisme

dan filsafat). Korsch berkaitan erat dengan Institut Penelitian pada tahun-tahun pertama

berdirinya. Karyanya yang di sebut tadi dimuat dalam Archif fur Geschichte des Sozialismus

und der Arbeiterbewegung, publikasi yang di pimpin oleh Carl Grunberg, direktur Institut

Penelitian sebelum Horkheimer. Berdasarkan antara lain karya Korsh ini, para anggota

Institut Penelitian mengerti Marx dalam hubungan erat dengan filsafat Hegel. Mereka lebih

mengutamakan dan menekankan pemikiran Hegelian dari pada pemikiran Marx.

Sudah sejak tahun-tahun pertama berdirinya Institut Penelitian, Horkheimer dan berebapa

rekannya menaruh minat akan Psikoanalisis Freud, sebab dari Psikoanalisis mereka harapkan

banyak bantuan lagi bagi penyelidikan maslah-masalah social. Horkheimer memelihara

kontak pribadi dengan beberapa ahli Psikoanalisis di Frankfrut dan sejak nomer pertama

majalah Zeitschrift fur Sozialforschung Erich Fromm memberikan sumbangan artikel tentang

Psikoanalisis.

Horkheimer mendukung terbentuknya “Institut Psikoanalisis di Frankfrut (Institut Freudian

pertama yang secara resmi berhubungan denga suatu universitas), sehingga Sigmund Freud

sendiri menulis dua surat kepadanya untuk mengucapkan rasa syukurnya. Tetapi percobaan

untuk mengintegrasikan psikoanalisis Freud dalam pandangan marxistis tentang masyarakat

Page 6: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

baru di lontarkan sungguh-sungguh, ketika ErichcFromm menjadi anggota penuh Lembaga

Penelitian sesudah perpindahannya ke Amerika Serikat.

B. FASE-FASE TEORI KRITIS MAZHAB FRANKFURT

- Fase-fase Pertama, pembentukan aliran tahun1923-1933 Direktur pertama lembaga itu

adalah Carl Grunberg, seorang ekonom dan sejarahwan sosial. Grunberg berhasil

mengarahkan -orientasi teoritis dan pendekatan yang kemudian menjadikan kajian-kajian

teoritis para pendahulunya.

- Fase Ketiga, perkembangan aliran Frankfurt mulai pada awal 1950 sampai 1973. pada fase

ini, pengaruh aliran ini mulai memudar dengan meninggalnya Adorno tahun 1969 dan

Horkheimer tahun 1973. Dengan kematian dua tokoh terkemuka praktis aliran Frankfurt

terhenti. Aliran itu tidak lagi berperan dalam dunia pemikiran sosial.tidak lagi berperan dalam

dunia pemikiran social. Dan fase selanjutnya diteruskan oleh Habermas.

C. ASUMSI DASAR MADZHAB KRITIS FRANKFURT

- Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan sebab. Teori Kritis

mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam

masyarakat. Struktur masyarakat yang rapuh ini harus diubah.Struktur masyarakat yang rapuh

ini harus diubah.

- Kritis berpikir secar historis, artinya berpijak pada proses masyarakat yang historis. Dengan

kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya

material-ekonomis.

- Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dari kemungkinan jatuhnya

teori dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang

terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt, pemikiran tersebut telah

berubah menjadi ideologi kam kapitalis. Teori harus memiliki kekuatan, nilai dan

kebebasanuntuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi

ideologi.

- Teori kritis tidak mmisahkan teori dar praktek, pengetahuan dari tindakan, serta rasio

teoritis dari rasio praktis. Perlu digarisri rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio praktis

tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya memperhitungkan alat

atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai

adalah palsu. Teori kritis harus selalu melayani transformasi praktis masyarakat.

Page 7: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

D. RIWAYAT HIDUP

1)MAX HORKHEIMER (1895-1973)

Lahir di Zuffenhausen, dekat kota Stuttgart. Ayahnya adalah pengusaha tekstil yang kaya

raya dan Max di harapkan menjadi penggantinya. Tetapi setelah mencari pengalaman di

bidang bisnis, baik di Jerman maupun di luar negeri , ia memutuskan akan belajar Filsafat. Ia

mengikuti kuliah di universitas Munchen, Freiburg, dan Frankfrut. Untuk pertama kalinya

perhatiannya tarik oleh filsafat, ketika ia membaca buku Schopenhauer Aphorismenzur

Lebensweisheit (pepatah-pepatah tentang kebijaksanaan hidup). Dan di kemudian hari

Schopenhauer tetap akan memainkan peranan penting dalam pemikirannya. Sesudah perang

dunia I, ia mulai mempelajari karya-karya Karl Marx. Apa yang terjadi di eropa selama

perang (1914-18) dan juga revolusi Rusia (1917) telah meyakinkan dia bahwa filusuf harus

memperhatikan masyarakat dan persoalan-persoalannya lebih dahulu dari pada individu saja.

Apalagi, Marxisme dianggapnya suatu ajaran yang sangat berguna untuk mencari jalan keluar

dari masalah-masalah yang di hadapi Jerman sehabis perang. Bersama marx, ia berpendapat

bahwa masyarakat yang lebih baik hanya dapat di wujudkan oleh Revolusi. Dan juga ia

mempertahankan keyakinannya bahwa di Jerman pada saat itu (periode sesudah Perang dunia

ke I) suatu Revolusi yang diadakan oleh kaum buruh bersama intelektual sebenarnya dapat

menjatuhkan nasional-sosialisme, biarpun pada kenyataanya bukan itulah yang terjadi. Sebab,

kita tahu bahwa rezim Hitler di jatuhkan oleh penggabungan antara tiga negara besar, yaitu

dua kapitalistis dan satu komunitis.

Pada tahun 1922 Horkheimer menjadi doctor filsafat yang pertama dari Universitas Frankfrut

dengan sebuah disertasi tentang Kant, di bawah bimbingan Hans Cornelius, filsuf neokantian,

dan profesor di Frankfrut yangpengaruhnya sangat mendalam atas diri Horkheimer. Tiga

tahun kemudian ia menerbitkan bukunya yang pertama yang di bawakan sebagai

Habilitationsschrift di Frankfrut, berjudul Kants Kritik der Urteiskraft als Bindeglied

zwischen theoretischer und praktischer philosophie (1925) juga di bawah bimbingan

Cornelius.

2)THEODOR W.ADORNO

Lahir di Frankfrut pada tahun 1903.Ayahnya, Wiesngrund, adalah seorang pedagang anggur,

keturunan Yahudi. Ibunya di kenal sebagai seorang penyanyi ternama sebelum nikah. Sejak

kecilnya Theodor di liputi suasana musik dan pada muda nya ia belajar sosiologi, filsafat, dan

musik. Ia mengenal Horkeimer sejak mereka bersama ikut seminar Prof. Cornelius tentang

Page 8: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Husserl (1922). Mereka menjadi sahabat untuk seumur hidup dan akan bekerjasama dalam

bidang intelektual sebagaimana jarang terdapat dalam sejarah pemikiran. Ia mendapat gelar

“doctor filsafat” atas dasar sebuah disertasi tentang fenomenologi Husserl. Lalu dia berangkat

ke Wina untuk memperdalam pengetahuannya tentang musik (pada Eduard Steuerman dan

Alban Berg). Sesudah tiga tahun disana, ia kembali lagi ke Frankfrut dan mempersiapkan

Habilitationsschrift tentang Kierkegaard: Konstruktion des Aesthetischen (1933). Ia menulis

beberapa artikel untuk Zeitschrift fur Sozialforschung tentang sosiologi musik, tetapi baru

pada tahun 1938 (di Amerika Serikat) ia menjadi anggota Lembaga Penelitian Sosial secara

resmi. Dalam tahun 40-an Horkheimer dan Adorno mulai bekerjasama dalam menulis.

Berbeda dengan Horkheimer, Adorno mempunyai kesan bahwa nasional-sosialisme

merupakan suatu gejala yang cepat akan lewat dan agak lama ia tinggal di Jerman. Sejak

tahun 1934 ia berada di Oxford, Inggris, dan akhirnya beremigrasi juga ke Amerika Serikat,

dimana antara lain ia bekerja dalam rangka Princenton Radio Reseach Project yang dipimpin

oleh sosiolog Paul lazarsfeld, juga seorang emigran dari Jerman. Disana bersama dengan

Horkheimer ia menulis buku Dialektik der Aufklarung (1947) (Dialektika Pencerahan).

Karya yang menjadi masyhur dalam kalangan paling luas ialah The Authoritarian Personality

(1950), yang di tulis oleh Adorno dan bekerjasama dengan Else Frenkel-Brunswik, Daniel J.

Levinson, dan R. Nevitt Sanford. Studi tentang kepribadian otoriter ini dilatarbelakangi

pengalamannya dengan fasisme di Eropa.

Pada tahun 1949 Adorno pulang ke Jerman untuk mendirikan kembali Institut Penelitian

Sosial bersama sahabatnya, Horkheimer, dan serentak juga menjadi Profesor di Universitas

Frankfrut. Jika Horkheimer mencapai umur pension pada tahun 1958, Adorno

menggantikannya sebagai direktur Institut Penelitian Sosial di Frankfrut, sampai saat

kematiannya pada tahun 1969.

3)HERBERT MARCUSE(1898-1979)

Lahir pada 19 Juli 1898 di Berlin, Marcuse dibesarkan yang nyaman di atas kelas menengah

Yahudi lingkungan. Dalam 1916, pada ketinggian Perang Dunia I, ia dipaksa untuk

menyelesaikan Gimnasium Nya (yakni, SMA swasta) studi di masa percepatan program agar

dirancang menjadi Imperial German Army. Setahun kemudian, ia bergabung dengan Partai

Sosial Demokrat (partai sosialis Jerman). Dengan kekalahan dari Jerman pada 1918,

bergabung dengan pemberontakan Marcuse bertahap oleh para pekerja dan tentara untuk

Page 9: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

memprotes pemerintah pengelolaan bencana perang dan runtuh dari ekonomi Jerman. Beliau

menjabat sebentar di Soldier's Council di Berlin. Yang didirikan di Republik Weimar setelah

mengalahkan Kaiser yang gagal untuk memecahkan masalah politik dan ekonomi yang

diciptakan oleh perang. Marcuse diri dari politik sehari-hari yang revolusioner upheavals dan

terdaftar di Universitas Humboldt di Berlin. Dia segera ditransfer ke dia studi di Universitas

Freiberg untuk belajar dengan unggulan existentialist filsuf Jerman Martin Heidegger. Di

antara tahun 1920 dan 1932, dia pindah kiri di kalangan intelektual. Di antara teman-

temannya orang Jerman kritikawan Walter Benjamin filsuf dan Max Horkheimer.

Pada tahun 1932, ia bergabung dengan Marxist-dipengaruhi Lembaga Penelitian Sosial di

Universitas Frankfurt. Tahun berikutnya yang datang ke pihak Nazi kuasa dan ditutup

Institute, kemudian ia pindah ke Amerika Serikat dan kembali dibuka di Universitas

Columbia di New York City. Selama tahun 1940-an, Marcuse, seperti sejumlah lainnya

emigran Jerman intelektual, bekerja untuk beberapa badan intelijen Amerika Serikat. Setelah

dia meninggalkan layanan pemerintah, ia mengajar di Columbia, Harvard, Brandeis, dan

University of California, baik di San Diego dan Santa Cruz kampus. Awal pada akhir 1930an,

Marcuse menjadi tertarik pada hubungan kebebasan dan kebahagiaan. Dalam sebuah

karangan yang disebut "Pada hedonisme" (1938), ia mengembangkan argumen bahwa tanpa

kebebasan untuk memenuhi kebutuhan satu dan bertindak untuk mencapai pemenuhan diri,

sebenarnya kebahagiaan itu mustahil. Jika kebebasan tidak mungkin karena kondisi sosial

dan ekonomi, maka kondisi tersebut harus diubah dalam rangka mencapai peningkatan

kebahagiaan dan kebebasan.

Herbert Marcuse (1898-1979) mulai dikenal luas sebagai seorang filosof, sosiolog, dan

aktivis politik sejak tahun 1960an di Amerika Serikat. Bahkan oleh beberapa media ia

dijuluki sebagai "father of the New Left" karena sikap menentangnya terhadap kehidupan

masyarakat kapitalis. Hal ini terlihat khususnya dari pemikiran sintesis Marcuse atas teori

Marx dan Sigmund Freud yang dia rumuskan pada 1955 dalam bukunya, Eros and

Civilization, dan One-Dimensional Man pada tahun 1964. Herbert Marcuse dilahirkan di

Berlinpada tahun 1898 dalam asuhan sebuah keluarga Yahudi.

Setelah memenuhi tugas wajib militernya di Jerman pada Perang Dunia I, dia lantas pergi ke

Freiburguntuk menyelesaikan studinya. Marcuse mendapatkan gelar Ph. D pada tahun 1922,

lantas ia berkarir dalam bidang penerbitan di Berlin, namun tak lama kemudian dia kembali

ke Freiburg pada tahun 1928 untuk belajar Filsafat bersama Martin Heidegger yang kemudian

Page 10: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

membawanya menjadi salah seorang pemikir paling berpengaruh di Jerman. Artikel Marcuse

diterbitkan pertama kali pada tahun 1928, artikel tersebut merupakan pemikiran sintesis

Marcuse tentang fenomenologi, eksistensialisme, dan Marxisme. Pemikiran Sintesis inilah

yang nantinya akan dipakai kembali oleh beberapa filosof Marxis lain seperti Jean-Paul

Sartre dan Maurice Merleau-Ponty, begitu juga oleh para mahasiswa dan kaum intelektual

gerakan New Left di Amerika Serikat. Meski Marcuse tidak pernah kembali tinggal di

Jerman, dia mendapatkan kedudukan sebagai guru besar di Frankfurt School, bersama-sama

dengan Max Horkheimer dan Theodor Adorno. Pada tahun 1940 dia memublikasikan Reason

and Revolusion, sebuah buku yang membahas tentang dialektika antara pemikiran Hegel dan

Marx. Selama Perang Dunia II ia bekerja untuk U.S. Office of War Information (OWI),

sebuah proyek pemerintah Amerika Serikat yang berhubungan dengan propaganda anti-Nazi.

Pada 1943 dia dipindahkan ke Office of Strategic Services (OSS) yang salah satu misinya

adalah penelitin tentang Nazi dan Denazifikasi. Setelah itu pada 1945, Marcuse dipekerjakan

dalam Department of State Amerika Serikat sampai 1951 sebagai Kepala Urusan Eropa,

kemudian dia berhenti setelah kematian istrinya yang pertama pada tahun yang sama. Pada

1952 dia mulai berkarir sebagai pengajar ahli dalam bidang politik, karir pertamanya yaitu di

Columbia dan Harvard University. Kemudian ia berpindah ke Brandeis University dari tahun

1958 sampai 1965. Di Universitas inilah Marcuse mendapatkan gelar professornya dalam

bidang filsafat dan politik. Lantas ia berpindah ke University of California,San Diego, hingga

akhir hayatnya. Selain tercatat sebagai salah satu anggota mazhabFrankfurt, Marcuse juga

merupakan teman sekaligus kolaborator sosiolog dan sejarawan Barrington Moore Jr dan

filosof politik Robert Paul Wolff.

E. PEMIKIRANTOKOH MAZHAB FRANKFURT

1.MaxHorkheimer

Horkheimer sebagai tokoh yang dianggap menetapkan prinsip-prinsip dasar Frankfurt School

dalam melakukan kritik epistemology dan kritik peradaban industrial (Bullock dalam Ahmad

Suhelmi, 1999: 276) yang kemudian memunculkan sebuah tulisan berjudul Traditionelle und

Kritiche Theory (teori tradisional dan teori kritis) yang dipaparkannya pada tahun 1937 dan

dilatarbelakangi oleh kegagalan perjuangan kelas pekerja di Jerman dan Soviet. Horkheimer

membedakan teori kritis dan teori tradisional yang ditandai oleh perbedaan tegas antara

pengamat dengan subyek kajian.

Page 11: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Dalam berpikir teoritis tradisional, asal-usul fakta obyektif khusus, penerapan praktis dari

system konseptual untuk memahami fakta-fakta, dan peran beberapa system tindakan,

semuanya diterima sebagai eksternal dari berpikir teoritis itu sendiri.

Alienasi ini, yang menemukan ungkapan dalam terminology filsafat karena pembedaan nilai-

penelitian, pengetahuan-tindakan, dan sifat-sifat berlawanan yang lain, melindungi

ketegangan dimana kita telah tunjukan dan sediakan sebagai kerangka jaminan untuk aktifitas

mereka (Horkheimer dan Paul Connerton, 1976: 219).

Kemudian Horkheimer menyatakan posisi teori kritis sebagai berikut:

a. Kesadaran berpikir tentang dirinya disederhanakan penemuan hubungan yang berjalan

antara posisi intelektual dan lokasi social mereka.

b. Struktur sikap kritis, karena sebagian kemauan menembus cara tindakan social yang

berlaku, tidak lebih tertutup berhubungan dengan disiplin social, kemudian memahami ini

lebih dari ilmu alam.

c. Realitas obyektif yang diberikan persepsi dipahami sebagai produk dimana secara prinsip

harus di bawah kendali manusia, sehingga dimasa depan setidak-tidaknya akan menjadi fakta

terkendali, dan realitas-realitas ini kehilangan waktu faktualitas yang murni.

Horkheimer juga menyatakan bahwa teori-teori filosofis dan ilmu social yang menyatakan

diri murni deskriptif, sesungguhnya tidak menggambarkan murni seperti itu, tetapi sekaligus

membenarkan. Artinya, kata deskriptif bukan sekedar menunjukkan penggambaran,

melainkan juga menunggalkan evaluasi tersembunyi yang juga bisa dikatakan sebagai

ideologis. Dengan demikian, obyektifitas ilmu social dan filasafat bersifat semu, sebab

dibelakangnya tersembunyi kepentingan-kepentinagn struktur kekuasaan untuk tidak

diganggu gugat. Obyektifitas itu perlu dirobek (Franz Magnis Suseno dalam FX Mudji

Sutrisno dan F. Budi Haadiman (editor), 1992: 148).

2.TheodorW.Adorno

Dalam karyanya bersama Horkheimer berjudul Dialectic of Enlightenment, Adorno berusaha

memberikan analisis konseptual tentang bagaimana Pencerahan, yang pada mulanya

ditujukan untuk mengamankan kebebasan dari ketakutan dan otoritas manusia, berubah

menjadi beberapa bentuk dominasi politik, sosial, dan budaya dimana manusia kehilangan

individualitas dan masyarakat kehilangan makna kemanusiaan. Analisis ini diberikan dengan

penjelasan tentang motif konseptual dari proses rasionalisasi masyarakat--dalam konteks

Weberian--dimana dominasi kapitalis merupakan bahaya terbesar yang muncul darinya.

Page 12: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Konsep sosiologi yang diformulasikan Adorno dimulai dengan usaha untuk memahami kaitan

antara musik dan masyarakat. Pada terbitan pertama jurnal yang dipublikasikan Institut

Penelitian Sosial Frankfurt, Adorno menulis essay berjudul On the Social Situation of Music,

yang memaparkan beberapa temuan-temuan sosiologis. Essay ini penting karena analisis

musik adalah awal dari refleksi sosiologis Adorno, yang bertujuan untuk menyingkap

kandungan sosiologis dalam tekstur karya estetis. Hal ini berlanjut dengan penemuan apa

yang disebut mediasi sosial, yang berarti kesalingterpengaruhan antara yang universal dan

partikular; masyarakat dan individu.

Objek sentral dalam teori kritis Adorno adalah hubungan saling keterpengaruhan antara

pertentangan-pertentangan dalam masyarakat sebagai sebuah totalitas dan bentuk konkrit

kehidupan subjek-subjek dalam masyarakat. Teori kritis diorientasikan pada ide tentang

masyarakat sebagai subjek, dengan individu sebagai pusat. Sebuah teori menjadi ”kritis”

dengan menegasikan ketidakadilan, egoisme, dan alienasi yang dihasilkan oleh kondisi sosial

dibawah ekonomi kapitalis.

Sama halnya pemikiran Adorno sekaligus juga Hoekheimer dalam Cultural Studies yang

telah dinyatakan secara terang-terangan dan tegas dalam judul essai mereka ‘Industri

Kebudayaan-Pencerahan Sebagai Pembohong Massal’ (The Culture Industry-Enlightenment

As Mass Deception) (Adorno dan Horkheimer, 1979). Mereka berpendapat bahwa produk

cultural adalah komoditas yang dihasilkan oleh industry kebudayaan yang meski demokratis,

individualistis dan beragam, namun pada kenyataannya otoriter, konfortmis dan sangat

terstandardisasi. Jadi, kebudayaan membubuhkan stempel yang sama atas berbagai hal. Film,

radio dan majalah menciptakan suatu system yang seragam secara keseluruhan untuk semua

bagian’ (Adorno dan Horkheimer, 1979; 120). Keragaman produk industry kebudayaan

adalah suatu ilusi untuk ‘sesuatu yang disediakan bagi semua orang sehingga tak seorang pun

bisa lari darinya’ (Adorno dan Horkheimer, 1979; 123).

Adorno (1941) memandng music pop, khususnya jazz, sebagai suatu polesan, miskin dengan

orisinalitas dan tidak memerlukan terlalu banyak usaha oleh audiennya. Bagi Adorno, tujuan

music standar adalah reaksi standard an penegasan atas kehidupan bagaimana adanya. Ini

bukan Cuma soal makna yang tersembunyi, namun soal penstrukturan psikis manusia secara

konformis. Adorno mengganti istilah ideology (sebagai ide) dengan psikologi Freudian saat

menyatakan industry kebudayaan, bersama dengan keluarga, memproduksi ‘kelemahan ego’

Page 13: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

dan ‘kepribadian otoriter’

Sebaliknya, seni kritis Adorno tidak berorientasi pada pasar dan menantang standar logika

masyarakat yang ter-reifikasi. Menurut Adorno, contohnya adalah music atonal (tanpa nada)

Schoenberg, yang menurutnya, memaksa kita berpikir tentang cara baru dalam melihat dunia

ini. Kita bisa mencatat bahwa kritik yang ditemukan ini benar-benar soal bentuk ketimbang

isi, khusunya aliran non-realisme dan sifat ‘asing’ seni yang memberikan inspirasi melalui

‘negatifitas utopis’-nya.

3.HerbertMarcuse

Dalam bukunya One Dimensional Man, Marcuse melalui kacamata Marx dan Freud mencoba

untuk menganalisis akar-akar fenomena masyarakat kapitalis yang merupakan akar dari

adanya budaya konsumerisme. Secara garis besar Marcuse mengatakan dalam tesisnya bahwa

segala kehidupan dalam masyarakat kapitalis diarahkan kepada satu tujuan, yaitu peningkatan

sistem kapitalisme. Dengan demikian ia berpendapat mustahil ada ruang untuk bernafas bagi

tumbuhnya pemikiran lain di luar kapitalisme. Maka Marcuse sampai pada kesimpulan

bahwa masyarakat industri modern merupakan masyarakat yang tidak sehat, berdimensi satu,

represif (menindas, menekan), totaliter (menyeluruh, menguasai segala-galanya). Apa yang

Marcuse sampaikan dalam tesisnya tersebut memang bukanlah isapan jempol belaka. Di

banyak negara, khususnya negara miskin seperti Indonesia, budaya konsumerisme begitu

mewabah dan merasuk hingga ke lapisan akar rumput. Melalui fenomena multi-media—iklan

TV misalnya—orang terpropaganda hingga kehilangan kontrol terhadap pikirannya atas apa

yang layak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Semua orang, baik yang masuk dalam kategori

kelas menengah ke atas maupun kelas sosial menengah ke bawah, berbondong-bondong

untuk menyerbu pusat-pusat perbelanjaan, tanpa mempertimbangkan sifat dan motivasi

konsumsi. Kiranya inilah salah satu dari sekian banyak fenomena yang melandasi pemikiran

Marcuse, bahwa orang telah berpikir dalam satu dimensi, konsumsi dan konsumsi, tanpa

mengindahkan derajat kelayakan dan hirarki kebutuhan. Sisi lain dari masyarakat kapitalis

adalah represif. Marcuse mengatakan bahwa sistem ekonomi-sosial kapitalisme merupakan

sistem yang menindas dan menekan. Kalau dulu penindasan dan penekanan itu diterapkan

dalam bentuk perbudakan—yang dalam bahasa Marx—oleh kaum borjuis terhadap kaum

proletar, namun pada masa sekarang bentuknya semakin diperlembut. Pertama-tama

dibentuklah suatu image akan adanya sebuah sistem sosial ekonomi yang kaya, maju, nyaman

dan enak. Hal ini semakin dipoles dengan kian cepatnya laju pertumbuhan produksi yang dari

hari ke hari wajib untuk menciptakan kebutuhan baru bagi masyarakatnya. Sebenarnya

Page 14: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

kebutuhan yang dimaksud di sini lebih bersifat semu, konsumtif. Hadir banyak alat

propaganda yang luar biasa dahsyatnya, menghipnotis masyarakat untuk menjadi boros dan

menghambur-hamburkan uangnya demi sesuatu yang tidak perlu dengan tanpa disadarinya.

Inilah yang Marcuse sebut sebagai “perbudakan sukarela”. Pola sistem masyarakat industri

modern juga bersifat totaliter. Totalitarianisme yang diterapkan di sini tidak tanggung-

tanggung. Bukan hanya lini sosial dan ekonomi, namun budaya dan pemikiran masyarakat

juga diubah agar sesuai dengan tujuan utama; yaitu peningkatan keuntungan. Maka dalam

system kapitalisme, setiap orang secara individu diasingkan dari akar budayanya. Atau dalam

bahasa yang lebih kasar terjadi sebuah “Brain Washing” yang kemudian diisi dengan nilai-

nilai yang dianjurkan oleh sistem kapitalisme. Totalitarianisme itu juga terlihat dari

penggunaan bidang seni dan sastra yang hanya dipakai sebagai alat pendukung untuk

menyokong orde yang mapan sehingga semakin mendulang keuntungan yang berlipat-lipat.

Pengalaman Marcuse dalam dua babak perang dunia, juga menyisakan banyak penderitaan

yang tak mudah ia lupakan. Perang—dalam istilah Marcuse—merupakan salah satu dari

bentuk pola budaya konsumerisme yang paling kasar dan paling sadis yang diciptakan oleh

masyarakat industri modern. Industri senjata, menurutnya, bukan merupakan satu bentuk

usaha untuk menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), namun semata-mata untuk

kelangsungan bisnis dan untuk kepentingan pengerukan kekayaan belaka. Pemaduan dan

pencampuradukan antara kemakmuran dan ancamanperang, serta kehancuran umat manusia,

merupakan satu contoh dari strategi sistem kapitalisme untuk melangsungkan keuntungan dan

melanggengkan pengaruhnya. Dalam hal pendidikan, sistem masyarakat industri modern juga

tak lupa untuk mencoba-coba dan berkotor tangan di dalamnya. Lihat saja di Indonesia

misalnya, segala lini disiplin ilmu yang diajarkan seoalah tertuju pada satu; sebagai sarana

pendukung dan penyokong cita-cita kaum kapitalis. Maka tidak heran jika Filsafat dewasa

ini, di Indonesia, sudah tidak lagi kritis bahkan banyak ditinggalkan dan dianggap sebagai

momok pemikiran, padahal seharusnya filsafat lebih bersifat analitis kritis dan solutif. Tentu

saja Marcuse tidak tinggal diam atas fenomena tersebut. Ia menawarkan beberapa jalan

keluar agar orang dapat terbebas dari jeratan pengaruh yang tidak sehat tersebut. Pertama,

Marcuse menyatakan bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan sudah saatnya untuk direnggut

dari penyalahgunaan sebagai alat kepentingan dominasi “establishment” untuk menemukan

dan mewujudkan kemungkinan-kemungkinan bentuk kehidupan yang lebih manusiawi. Atau

dalam bahasa lain, lawanlah teknologi dan ilmu pengetahuan dengan teknologi dan ilmu

pengetahuan yang sama, seperti pembuatan iklan “gemar berhemat” misalnya. Kedua,

menciptakan kesadaran yang “Aesthetic Ethos” yang menyaratkan bahwa unsur-unsur estetis

Page 15: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

seperti seni musik, seni lukis, seni teater, menjadi suatu kerangka kehidupan. Karena dengan

adanya dimensi estetis dalam suatu masyarakat akan terwujud masyarakat yang bebas dan

matang dalam menentukan pilihan, salah satunya dalam aktivitas konsumsi. Ketiga,

menciptakan dorongan biologis untuk pembebasan. Yang dimaksud Marcuse di sini adalah

pembalikan kehendak dan minat untuk menentang dominasi penindasan kerja, misalnya

menolak kerja lembur. Karena pada hakikatnya, kerja lembur merupakan salah satu

“perbudakan sukarela” yang hanya bertujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar

besarnya dengan biaya pengeluaran sekecil-kecilnya. Keempat, mengubah gaya hidup mewah

yang telah dijargonkan oleh sistem kapitalisme sebagai simbol dari kesejahteraan.

Peningkatan hasil pendapatan industrial yang ditopang oleh prinsip produksi dengan tujuan

untuk menciptakan kebutuhan baru dapat dilawan dengan menerapkan pola hidup sederhana.

Sederhana di sini bukan dimaksudkan sebagai gaya hidup asketis, namun lebih dimaksudkan

sebagai pola konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan yang sebenar-benarnya (pola konsumsi

matang) dan bukan kebutuhan yang palsu maupun yang artifisial. Kelima, mengubah gaya

hidup kuantitatif menjadi gaya hidup kualitatif.

FRANCIS FUKUYAMA

A. LATAR BELAKANG FUKUYAMA

Francis Fukuyama lahir di Hyde Park lingkungan dari Chicago. Ayahnya, Yoshio

Fukuyama, sebuah generasi kedua Jepang-Amerika, telah dilatih sebagai menteri dalam

Gereja berkenaan dgn jemaah dan menerima gelar doktor dalam sosiologi dari University of

Chicago. Ibunya, Toshiko Kawata Fukuyama, lahir di Kyoto, Jepang, dan adalah anak

perempuan Shiro Kawata, pendiri dari Departemen Ekonomi Universitas Kyoto dan presiden

pertama dari Osaka City University di Osaka. Fukuyama anak dari tahun yang dihabiskan di

Page 16: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

New York City. Pada tahun 1967 keluarganya pindah ke State College, Pennsylvania, di

mana dia menghadiri sekolah menengah.

Fukuyama diterima dia gelar Bachelor of Arts di klasik dari Cornell University,

dimana ia belajar filsafat politik di bawah Allan Bloom. Dia yang dia Ph.D. dalam

pemerintahan dari Harvard University, belajar dengan Samuel P. Huntington dan Harvey C.

Mansfield, antara lain. Fukuyama telah berafiliasi dengan Asosiasi Telluride sejak ia

mahasiswa di Cornell tahun, sebuah perusahaan pendidikan yang penting lainnya ke rumah

pemimpin dan intelektual, termasuk Steven Weinberg, Paul Wolfowitz dan Kathleen

Sullivan.

Fukuyama yang saat ini sedang Bernard L. Schwartz dari Profesor Ekonomi Politik

Internasional dan Direktur Program Pembangunan Internasional di Paul H. Nitze School of

Advanced International Studies di Johns Hopkins University, yang berlokasi di Washington,

DC.

Fukuyama sangat dikenal sebagai penulis yang Akhir Sejarah dan Manusia Terakhir, di mana

ia berpendapat bahwa perkembangan manusia sebagai sebuah sejarah perjuangan antara

ideologi yang besar pada akhirnya, dengan dunia menetap pada demokrasi liberal setelah

akhir Perang Dingin dan jatuh dari Tembok Berlin pada tahun 1989. Fukuyama predicted the

eventual global triumph of political and economic liberalism: Fukuyama prediksi yang

akhirnya global kejayaan politik dan ekonomi liberalisme:

What we may be witnessing is not just the end of the Cold War, or the passing of a particular

period of post-war history, but the end of history as such... Apa yang kita dapat menyaksikan

tidak hanya pada akhir Perang Dingin, atau lulus dari periode tertentu pasca perang sejarah,

tetapi pada akhir sejarah seperti ... That is, the end point of mankind's ideological evolution

and the universalization of Western liberal democracy as the final form of human

government. Yakni, titik akhir dari evolusi manusia dari ideologis dan universalization

demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final pemerintah manusia.

He has written a number of other books, among them Trust: The Social Virtues and the

Creation of Prosperity and . Dia telah menulis sejumlah buku lainnya, di antara mereka

Trust: The Social Virtues dan ciptaan Kesejahteraan dan kami Posthuman Future:

Consequences of the Biotechnology Revolution. In the latter, he qualified his original 'end of

Page 17: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

history' thesis, arguing that since biotechnology increasingly allows humans to control their

own , it may allow humans to alter , thereby putting liberal democracy at risk. Di kemudian,

ia memenuhi syarat yang asli 'akhir sejarah' tesis, argumentasi sejak bioteknologi yang

semakin memungkinkan manusia untuk mengontrol sendiri evolusi, mungkin membolehkan

manusia untuk merubah sifat manusia, dengan demikian meletakkan demokrasi liberal

beresiko. One possible outcome could be that an altered human nature could end in radical

inequality. Salah satu hasil yang dapat diubah manusia yang dapat mengakhiri sifat radikal

dalam ketidaksetaraan. He is a fierce enemy of , an intellectual movement asserting that is a

desirable goal. Dia adalah musuh sengit transhumanism, sebuah gerakan asserting intelektual

yang posthumanity adalah tujuan yang diinginkan.

The current revolution in biological sciences leads him to theorize that in an environment

where science and technology are by no means at an end, but rather opening new horizons,

history itself cannot therefore be said to be, as he once thought, at an end. Yang sedang dalam

revolusi ilmu biologi mengarah kepada teori bahwa di sebuah lingkungan di mana ilmu

pengetahuan dan teknologi yang tidak berarti pada akhirnya, namun baru membuka horizons,

sejarah itu sendiri sehingga tidak bisa dikatakan menjadi, karena dia berpikir sekali, pada

akhirnya.

PEMIKIRAN

Neoconservatism

Fukuyama merupakan tokoh penting dalam kebangkitan neoconservatism. He was active in

the think tank starting in 1997, and as a member co-signed the organization's recommending

that support Iraqi insurgencies in the overthrow of then-President of , . He was also among

forty co-signers of September 20, 2001 letter to President after the that suggested the US

'capture or kill Osama bin Laden, and to destroy his network of associates', and 'provide full

military and financial support to the Iraqi opposition' for the purpose of removing Saddam

Hussein from power 'even if evidence does not link Iraq directly to the attack.' Dia aktif di

Proyek untuk Abad Baru Amerika think tank dimulai pada tahun 1997, dan sebagai anggota

co-organisasi menandatangani surat merekomendasikan bahwa Presiden Bill Clinton

mendukung insurgencies di Irak yang kemudian menjungkal-Presiden Irak, Saddam Hussein. [2 ] Ia juga di antara empat puluh co-signers dari William Kristol dari 20 September 2001 surat

ke Presiden George W. Bush setelah 11 September 2001 serangan yang diusulkan AS

Page 18: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

'menangkap atau membunuh Osama bin Laden, dan memusnahkan dalam jaringan asosiasi' ,

dan 'penuh memberikan dukungan keuangan dan militer ke Irak oposisi' untuk tujuan

menghapus Saddam Hussein dari kekuasaan 'meskipun bukti tidak terhubung langsung ke

Irak serangan.’

In an article published by Fukuyama in the New York Times in February 2006 Fukuyama

discussed the situation with the war in Iraq stating: "What American foreign policy needs is

not a return to a narrow and cynical realism, but rather the formulation of a "realistic

Wilsonianism" that better matches means to ends." In regards to neoconservatism he went on

to say: "What is needed now are new ideas, neither neoconservative nor realist, for how

America is to relate to the rest of the world — ideas that retain the neoconservative belief in

the universality of human rights, but without its illusions about the efficacy of American

power and hegemony to bring these ends about." [ 4 ] Dalam artikel yang diterbitkan oleh

Fukuyama di New York Times pada Februari 2006 Fukuyama membahas situasi dengan

perang di Irak menyatakan: "Apakah politik luar negeri Amerika tidak perlu kembali ke yang

sempit dan sinis realisme, tetapi sebaliknya dengan formulasi yang realistis Wilsonianism

"yang lebih cocok untuk berakhir." [4] Dalam hal neoconservatism dia pergi ke berkata: "Yang

dibutuhkan sekarang adalah ide-ide baru, baik neoconservative dan tidak realistis, bagaimana

untuk Amerika adalah untuk berhubungan dengan sisa dari dunia -- ide yang

mempertahankan kepercayaan neoconservative dalam universalitas hak asasi manusia, tetapi

tanpa dengan ilusi tentang manfaat dari Amerika dan hegemoni kuasa untuk membawa

tentang ini berakhir

Dengan bukunya “The End of History and the Last Man”(1992), Francis

Fukuyama,

Padahal apa yang ditulis oleh Fukuyama itu tidak lain dari visi dan doktrin

politik Partai Republik di Amerika, partainya Reagan, Bush Sr, Bush Jr dan

Wolfowitz, wakil menteri pertahanan AS. Menurut kaum konservatif itu,

kapitalisme adalah jalan keluar satu-satunya, jalan hidup satu-satunya yang

bisa ditempuh umat manusia. Tidak ada jalan lain, tidak ada alternatif lain,

Page 19: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

tidak ada pilihan lain.

Yang membikin Fukuyama diangkat sedemikian tingginya oleh kaum konservatif

AS dan kaum liberal dunia, ialah, karena Fukuyama MEMASTIKAN di dalam

bukunya itu, tentang KEMENANGAN MUTLAK KAPITALISME atas sosialisme.

Dengan bukunya itu, Francis Fikuyama menjadi terkenal di seluruh dunia, dan

beruang; seperti George Orwell (1903 – 1950), yang menjadi terkenal dengan

a.l. bukunya yang ketika itu meramalkan bagaimana situasi dunia 34 tahun

mendatang (1984). Bahkan belum lama ini, ada seorang analisis Amerika berani

menyatakan bahwa Perang Dunia III s u d a h dimulai, yaitu apa yang

dikatakannya ‘PERANG MELAWAN TERORISME’. Bukankah sesudah “nine-eleven”,

peristiwa pemboman dua menara World Trade Centre di Manhattan, AS, seperti

yang dimaklumkan oleh presiden AS G.W. Bush, kini dunia sedang dalam situasi

“perang melawan terorisme”.

Mao Tsetung, akhli perang Tiongkok Baru yang bertahun-tahun lamanya, yang

mengutip Jendral Mayor Prusia Clausewitz (1780-1831), penulis buku “Tentang

Perang” (Vom Krieg), yang merupakan buku falsafah militer yang paling

berpengaruh di Barat, menyatakan bahwa --- Perang itu, adalah lanjutan dari

politik dengan cara lain, lebih jelas lagi, perang itu bukan saja merupakan

tindakan politik semata, tetapi suatu instrumen politik yang

sungguh-sungguh, suatu kelanjutan dari kegiatan politik dengan cara lain.

Melihat sejarah perkembangan hubungan mancanegara, jelaslah bahwa perjuangan

politik, konflik-konflik politik, ekonomi dan wilayah, diantara

Page 20: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

negara-negara atau aliansi-aliansi negara, tidak pernah berhenti. Maka, dari

sini bisa diprediksi bahwa perang itu tidak akan berhenti. Kapanpun dari

waktu ke waktu selalu akan terjadi perang. Bisa perang besar, seperti perang

dunia, tetapi sering-sering adalah perang-perang kecil. Pembuktian tidak

diperlukan, karena sejarah itu sendiri sudah menunjukkan dengan fakta-fakta,

dari dulu hingga saat ini.

Dari sini bisa dikatakan bahwa ramalan Fukuyama bahwa dimasa mendatang tidak

akan ada lagi konflik besar, perjuangan besar, karena sistim kapitalisme,

demokrasi-liberal, sudah mencapai kemenangan akhir, bahwa SEJARAH SUDAH

BERAKHIR, karena bagi dunia ini sudah tidak ada lagi alternatif lainnya,

selain KAPITALISME, . . . . kiranya adalah suatu teori atau doktrin, suatu

ramalan yang KEBURU NAFSU.

Buku Fukuyama THE END OF HISTORY ... itu sudah sepuluh tahun lebih ditulis

dan memang ketika itu menjadi bestseller. Mengapa kok, baru sekarang ini aku

menulis tentang Rancis Fukuyama. Apa itu bukan sudah terlambat, sudah

menjadi isu atau barang basi? Kukira tidak. Karena yang dipersoalkan

Fukuyama adalah masalah haridepan dunia, bukan soal sepélé. Cobalah,

menurut Fukuyama, tidak ada alternatif lain didunia ini kecuali

berhegemoninya sistim kapitalisme, kecuali demokrasi-liberal.

Tetapi, sebab langsung yang menggerakkan aku menulis kolom ini ialah, “DE

GROENE AMSTERDAMMER”, mingguan Belanda, terbitan 22 Nov, 2003, yang memuat

wawancara Pieter van Os, salah seorang redakturnya, yang ia lakukan dengan

Francis Fukuyama belum lama berselang. Dalam wawancara itu, Fukuyama

mengeluh karena “tidak ada lagi orang yang mau mendengar (kata-kata)saya”.

Yang dimaksudkannya dengan orang-orang yang yang sudah tidak mau lagi

Page 21: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

mendengar apa yang dikatakannya, ialah, teman-temannya golongan konservatif

AS yang ada di kalangan yang berkuasa, maupun yang diluar establishment di

AS. Mereka itu, pada waktu terbitnya buku Fukuyama yang terkenal itu ,

telah menyanjung-nyanjungnya setinggi langit.

Maka timbul pertanyaan, mengapa dewasa ini, sudah tidak ada lagi yang mau

mendengarnya. Sederhana sekali. Sesudah terjadinya “nine-eleven”, teori

Fukuyama dengan : “The End of History-nya” itu, tampak menjadi lumer.

Ternyata sistim kapitalisme AS, sistim kapitalisme di dunia, itu bukan tidak

ada lagi yang melakukan perlawaan terhadapnya. Tidak kurang dari presiden

Bush sendiri yang bilang, bahwa Osama Bin Laden dengan Al Qaedanya, dengan

aksi-aksi terornya yang sulit dilacak itu, merupakan tantangan besar bagi AS

dan “way of life”-nya, dengan “the American dream”-nya. Sehingga presiden

Bush merasa perlu, mengadakan sidang khusus Congres AS untuk mengeluarkan

maklumat perangnya itu. Baru-baru ini ia minta lagi anggaran tambahan

pertahanan sebesar bermilyar-milyar dollar jumlahnya untuk pengembangan

sistim peluru kendali mutakhir. Kemudian, dengan alasan melakukan perang

melawan terorisme, AS melakukan invasi militer ke Afghanistan. Lalu

menyerbu Irak, dengan alasan khusus, bahwa Sadam Hussein dengan senjata

pemusnah masal yang dimilikinya, merupakan ancaman terbesar bagi keamanan

dunia dan keamanan nasional Amerika Serikat sendiri. Sehingga ia merasa

perlu untuk minta kekuasaan istimewa dan minta anggaran militer tambahan

yang hampir mencapai 100 milyar dolar, untuk menggulingkan rezim Sadam

Hussein dan bercokol di Irak.

Jelas, bagi presiden Bush, bagi White House, bagi Capitol Hill dan bagi

Pentagon, “perang melawan terorisme dunia”, yang dipicu dengan peledakan

pada Twin Towers di Manhattan (Nine Elevan), adalah SOAL BESAR. Sedangkan

bagi Fukuyama, peledakan di Manhattan itu, bila dipandang dari kejauhan

adalah riak-riak belaka dari lautan besar perkembangan sejarah, dimana

Page 22: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

kemenangan demokrasi-liberal, kemenangan kapitalisme sudah pasti.

Fukuyama menganggap Washington telah membikin SEMUT (“Nine Eleven”) YANG

DISEBUL MENJADI SEBESAR GAJAH (perang “melawan terorisme”). Fukuyama

berpendapat bahwa aksi-aksi teror Alqaeda itu, tidak lebih dari

kejutan-kejutan dan kejangan-sekarat dari fundamentalisme (Islam). Sebab,

menurut Fukuyama, SEJARAH SUDAH BERAKHIR, perjuangan antara dua sistim,

sosialisme lawan kapitalisme sudah selesai dengan kemenangan mutlak

kapitalisme atas sosialisme. Maka soal-soal lain yang muncul, dilihat dari

jarak jauh, adalah riak-riak saja dalam suatu arus besar globalisasi pada

jalur kapitalisme, jalur demokrasi-liberal. Jadi, “Nine Eleven” dan apa yang

dimaklumkan sebagai “perang lawan terorisme” tidak sedemikian besarnya

seperti yang dibuat oleh politik Amerika. Kata Fukuyama.

“Nine-eleven”, celakanya, adalah suatu titik balik bagi Fukuyama. Karena,

ramalannya, mengenai dunia dimana kombinasi antara liberalisme dengan

demokrasi merupakan ideologi yang berhegemoni, tiba-tiba tampaknya seperti

suatu fata morgana. Orang melihat ramalan Fukuyama sebagai suatu

kesalahpengertian yang terlalu berani, yang muncul dari suatu harapan yang

berkelebihan sesudah porak-porandanya Uni Sovyet.

Soal lain lagi ialah, bahwa Fukuyama tidak percaya bahwa apa yang dilakukan

oleh Bush, yaitu mengeskpor konsep demokrasi AS ke Irak, bahwa hal itu akan

bisa berhasil. Cukup realis juga Fukuyama ketika ia menyatakan bahwa, banyak

sekali tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalam dan di sekitar pemerintahan AS

yang betul-betul percaya bahwa “proses demokratisasi” bisa dipercepat

temponya. Mereka-mereka itu, menurut Fukuyama, juga mengira bahwa

orang-orang Irak akan menerima orang-orang Amerika yang datang mnyerbu,

Page 23: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

dengan tangan terbuka. Wakil presiden Cheney sendiri yang mengatakan

demikian itu, dekat-dekat sebelum dilancarkannya invasi. Demikian Fukuyama.

Pandangan baru Fukuyama ini bertolak belakang dengan politik Bush.

Keruan saja, Fukuyama yang diangkat begitu rupa sebagai akhli teori dan

jururamal kemenangan demokrasi-liberal, kemenangan kapitalisme itu, karena

pandangannya mengenai masalah perang Irak yang berbeda dengan politik

Washington, kini ditinggalkan bahkan dianggap sepi samasekali oleh kaum

konservatif Amerika, termasuk oleh Wolfowitz. Adalah Wolfowitz, teman dekat

Fukuyama, yang menyarankan kepada Fukuyama untuk keluar dari State

Department, yang ketika itu telah menulis esay-politiknya dengan judul “The

End of History”, --- untuk mengembangkan esay-politiknya itu dan

melngkapinya menjadi sebuah buku. Di dalam buku itu Fukuyama akan

memaklumkan kemenangan kapitalisme, kemenangan demokrasi-liberal atas

sosialisme. Orang-orang konservatif itulah yang memberikan dana sebesar

600.000 dolar kepadanya, agar Fukuyama bisa memusatkan kegiatannya menulis

buku itu.

Jelas, ceritera tentang Fukuyama dan pandangannya itu masih jauh dari

selesai, meskipun ia sudah dianggap sepi oleh Washington.

Karena, yang ia persoalkan adalah soal besar: Apakah benar tak ada

alternatif lain bagi dunia ini kecuali kapitalisme yang penuh kontradiksi

itu? Lihat saja perang tarif antara Amerika dengan Eropa, Jepang dan

Tiongkok, yang berkecamuk sekarang ini, untuk menyebut satu contoh saja.

Page 24: Tugas Teori Kritis (Autosaved)z

Apakah benar, bahwa demokrasi-liberal adalah jalan kebebasan dan kemakmuran

bagi mayoritas rakyat dunia yang masih hidup dalam keadaan miskin, dihisap

dan digencet oleh negara-negara kaya, teristimewa oleh negara adi kuasa

Amerika Serikat? Apakah benar sudah tidak ada pasaran lagi bagi ide-ide

sosialisme?