Top Banner
PENINGGALAN SEJARAH MUSEUM SANGIRAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata pelajaran : Sejarah Guru Pengampu : Sri Hartini, S.Pd Disusun oleh : ALIFA AFIF MUFIDA ALIEFAH AYYUM MUNIROH DAYYAT LAILATUR RAHMANINGSIH LAILY AISIYAH ABDANI MEINAWATI DEWI UMMU ATHIAH X.2
35

tugas sangiran

Nov 28, 2015

Download

Documents

hasnanhabibi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tugas sangiran

PENINGGALAN SEJARAH MUSEUM SANGIRAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugasMata pelajaran : Sejarah

Guru Pengampu : Sri Hartini, S.Pd

Disusun oleh :

ALIFA AFIF MUFIDA

ALIEFAH AYYUM MUNIROH DAYYAT

LAILATUR RAHMANINGSIH

LAILY AISIYAH ABDANI

MEINAWATI DEWI

UMMU ATHIAH

X.2

MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGANYAR

Tahun Pelajaran 2012/2013

Page 2: tugas sangiran

BAB IPENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANGPariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah  untuk

memperoleh  devisa  dari  penghasilan non migas. Peranan  pariwisata  dalam pembangunan nasional, disamping sebagai sumber perolehan devisa  juga  banyak  memberikan  sumbangan  terhadap  bidang-bidang  lainnya,  diantaranya menciptakan  dan memperluas  lapangan  usaha, meningkatkan  pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan  hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia mempunyai  potensi  besar  untuk menjadi  kawasan  tujuan  wisata  dunia,  karena  mempunyai  tiga  unsur  pokok  yang  membedakan  Indonesia dengan negara lain. Hal tersebut merupakan daya tarik wisatawan  untuk  mengunjungi  Indonesia,  karena  rasa  keingintahuannya,  potensi  pertama adalah masyarakat (people), masyarakat Indonesia terkenal dengan  keramahannya  dan  bisa  bersahabat  dengan  bangsa  manapun,  potensi  kedua  adalah  alam  (nature  heritage),  Indonesia  mempunyai  alam  yang  indah,  yang  tidak  dipunyai  negara-negara  lain, misalnya  pegunungan  yang  ada  di  setiap  pulau,  pantai  yang  indah,  goa,  serta  hamparan  sawah  yang  luas  dan  enak  untuk  dinikmati,  potensi  ketiga  adalah  budaya  (cultural  heritage),  Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku, Kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari  segi logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat dan  transportasi  tradisionalnya,  semuanya  menjadi  ciri  khas  bangsa  Indonesia  sebagai  bangsa  yang  kaya  budaya,  ketiga  unsur  tersebut  yang  akan  mendukung pesatnya kemajuan pariwisata Indonesia. Indonesia  dikenal  mempunyai  sejarah  dan  budaya  yang  beraneka  ragam,  budaya  juga meliputi  sistem  pengetahuan  dan  sistem  ide  gagasan  yang  diciptakan  oleh  manusia  sebagai  makhluk  yang  berbudaya,  berupa  perilaku  dan  benda-benda  yang  bersifat  nyata,  seperti  pola-pola  perilaku,  bahasa,  peralatan  hidup,  organisasi  sosial,  religi,  seni  dan  lain-lain,  yang semuanya  ditujukan  untuk  membantu  manusia  dalam  melangsungkan  kehidupan  bermasyarakat. 

B.     RUMUSAN MASALAH1.      Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?2.      Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus yang

ada di Sangiran?3.      Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat  di museum sangiran4.      Bagaimana pengembangan situs sangiran?

C.    TUJUAN PENULISAN1.      Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?2.      Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus yang

ada di Sangiran?3.      Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum Purbakala

Sangiran?4.      Bagaimana pengembangan Museum Purbakala Sangiran?

D.    MANFAAT PENULISAN1.      Mengenali keadaan geologi umum daerah Sangiran dan membandingkannya dengan data

literatur.2.      Menambah pengetahuan tentang Museum Purbakala Sangiran3.      Menambah referensi tentang Museum Purbakala Sangiran

Page 3: tugas sangiran

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Sejarah terbentuknya Museum Purbakala SangiranSangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia.

Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).  Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Pada awalnya Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau. Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.

Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.

Bentang lahan situs tersebut meliputi areal seluas ± 48 km2 yang berbentuk seolah seperti kubah (dome), sehingga situs tersebut dinamakan dengan Sangiran Dome. Situs Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba yang sangat berperan penting dalam perkembangan penelitian di bidang palaeoanthropology di Indonesia. Pada tahun 1934 penelitian yang dilakukan oleh G.H.R. von Koenigswald yang menemukan beberapa alat sepih yang terbuat dari batu kalsedon di atas bukit Ngebung, arah Baratlaut SangiranDome.

Page 4: tugas sangiran

Berdasarkan penelitian geologis, situs Sangiran merupakan kawasan yang tersingkap lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan dan penurunan permukaan tanah) dan kekuatan getaran di bawah permukaan bumi (endogen) maupun di atas permukaan bumi (eksogen). Aliran Sungai Cemoro yang melintasi wilayah tersebut juga mengakibatkan terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah yang besar yang dikelilingi oleh tebing-tebing terjal dan pinggiran-pinggiran yang landai. Beberapa aktifitas alam di atas mengakibatkan tersingkapnya lapisan tanah/formasi periode pleistocen yang susunannya terbentuk pada tingkat-tingkat pleistocen bawah (lapisan Pucangan),pleistocen tengah (lapisan Kabuh), dan pleistocen atas (lapisan Notopuro). Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di laipsan-lapisan tersebut berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong.

Diperkirakan situs Sangiran pada masa lampu merupakan kawasan subur tempat sumber makanan bagi ekosistem kehidupan. Keberadaanya di wilayah katulistiwa, pada jaman fluktuasi jaman glassial-interglassial menjadi tempat tujuan migrasi manusia purba untuk mendapatkan sumber penghidupan. Dengan demikian kawasan sangiran pada kalapleistocen menjadi tempat hunian dan ruang subsistensi bagi manusia pada masa itu.

Tempat-tempat terbuka seperti padang rumput, semak belukar, hutan kecil dekat sungai atau danau menjadi pilihan sebagai tempat hunian manusia pada kala pleistocen. Mereka membuat pangkalan (station) dalam aktifitas perburuan untuk m,endapatkan sumber kebutuhan hidupnya. Pilihan situs Sangiran dome sebagai pangkalan aktifitas perburuan mengingatkan kita dengan living floor (lantai hidup) atau old camp site di lembah Olduvai, Tanzania (Afrika). Indikasi suatu situs sebagai tempat hunian dan ruang subsistensi adalah temuan fosil manusia purba, fauna, dan artefak perkakas yang ditemukan saling berasosiasi.

Secara geo-stratigrafis, Situs Sangiran yang posisinya berada pada depresi Solo di kaki Gunung Lawu ini dahulu merupakan suatu kubah (dome) yang tererosi di bagian puncaknya sehingga menyebabkan terjadinya reverse (kenampakan terbalik). Kondisi deformasi geologis seperti ini kemudian semakin diperjelas oleh aliran Kali Brangkal, Cemoro dan Pohjajar (anak-anak cabang Bengawan Solo) yang mengikis situs ini mulai di bagian utara, tengah dan selatan. Akibat dari kikisan aliran sungai tersebut maka menyebabkan lapisan-lapisan tanah tersingkap secara alamiah dan memperlihatkan berbagai jejak fosil (manusia purba dan hewan vertebrata) (Widianto & Simanjuntak 1995).

Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR. Von Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan jaspis dan kalsedon di sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934 (Koenigswald, 1936). Temuan alat-alat serpih yang kemudian terkenal dengan istilah ‘Sangiran Flakes-industry’ tersebut diperkirakan berasal dari lapisan (seri) Kabuh Atas yang berusia Plestosen Tengah. Namun hasil pertanggalan tersebut banyak dikritik oleh para ahli (de Terra, 1943; Heekeren, 1972) karena temuan tersebut dihubungkan dengan konteks Fauna Trinil yang tidak autochton (Bartstra dan Basoeki, 1984: 1989) atau bukan dari hasil pengendapan primer (Bemellen, 1949).

Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan ketika pada tahun 1936 ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba Homo erectus yang kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil lainnya. Setelah masa pasca Koenigswald atau pada sekitar tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleotologis di situs ini kemudian diambil alih oleh para peneliti dari Indonesia (antara lain T. Jacob dan S. Sartono) serta terus berkelanjutan sampai sekarang. Penelitian yang sangat ‘spektakuler’ terjadi ketika Puslit Arkenas melakukan kerjasama penelitian dengan Museum National d’Histoire Naturelle (MNHN), Perancis melalui ekskavasi besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989 – 1993) di bukit Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara ‘insitu’ dan pertanggalan absolut yang sangat menarik. Penelitian Situs Sangiran semakin berkembang pesat dalam dekade lima tahun belakangan ini setelah Balar Yogya ikut berpartisipasi

Page 5: tugas sangiran

langsung dan melakukan program-program penelitian secara intensif dan terpadu (Widianto 1997; Jatmiko 2001).

B.     Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus

Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan cukup terkemuka di dunia. Keberadaan situs ini secara resmi telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996 (Widianto 2000). Dari sekitar 100 individu temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir 65% -nya berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 % dari populasi taxon Homo erectus di dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan dalam bentuk fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau Jawa; yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan Sambungmacan (Jawa Tengah) serta di daerah Trinil dan Perning (Jawa Timur). Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan asalnya, secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan menjadi 3 kelompok utama (Widianto, 1996); yaitu kelompok Pithecanthropus arkaik yang berasal dari Formasi Pucangan (Plestosen Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 – 0,7 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah Meganthropus palaeojavanicus dan Pithecanthropus mojokertensis. Kelompok kedua adalah jenis Pithecanthropus klasik yang berasal dari Formasi Kabuh (Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000 – 400.000 tahun. Jenis kelompok ini (Homo erectus) yang paling banyak ditemukan di Sangiran. Kelompok yang ketiga adalah Pithecanthropus progresif yang berasal dari Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan mempunyai umur antara 400.000 – 100.000 tahun. Termasuk dalam kelompok ini adalah temuan Homo soloensis dari Ngandong dan Trinil (Widianto 1996, Semah et.al. 1990).

C.    Pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di  Museum Sangiran

Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 %  dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus  di dunia .Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

Koleksi Museum Sangiran1.      Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus , Pithecanthropus

mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus, Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2.      Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp(rusa dan domba).

Page 6: tugas sangiran

3.      Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypodadan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera .

4.      Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis5.      Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan

kapak perimbas-penetak

a.       Fosil kayu yang terdiri dari:         Fosil kayu

Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung warna abu-abu ditemukan pada formasi pucangan

         Fosil batang pohonTemuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung Warna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi pucangan

b.      Tulang hasta (Ulna) Stegodon TrigonocephalusDitemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan

lempung warna abu –abu Formasi kabuh bawah.c.       Tulang paha

Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari endapan ditemukan pada formasi pucangan atas.

d.      Tengkorak kerbauDitemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu

Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah Warna coklat kekuning-kunginan yang bercampur pasir ditemukan formasi kabuh berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun

e.       Gigi Elephas NamadicusDitemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan

tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi kabuh  Fragmen gajah purba

Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah:  Mastodon  Stegodon  Elephasf.       Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung warna abu – abu dari endapan pucangan atas.

g.      Ruas tulang belakang (Vertebrae)Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975 di lapisan

tanah pasir berwarna abu – abu pada formasi kabuh bawah.h.      Tulang jari (Phalanx)

Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan tanah pasir kasar warna cokelat kekuning-kuningan pada formasi kabuh.

i.        Rahang atas Elephas NamadicusRahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo, Desa

Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada tanggal 24 April 1980 pada lapisan Grenz bank antara formasi pucangan dan kabuh.

Page 7: tugas sangiran

j.        Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

k.      Tulang keringDitemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe,

Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas.

m.    Binatang air  Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994 oleh Sunardi di

Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada formasi pucangan

  Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh hari Purnomo Dukuh Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen pada Formasi pucangan

  Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh Suwarno di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada formasi pucangan

Selain mendirikan museum situs prasejarah sangiran untuk menjaga kawasan sangiran, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang tentang perlindungan cagar budaya sangiran, yaitu:

1)      Mengeluarkan SK. Mendikbud No. 70 / 111 / 1977 dan menetapkan sangiran sebagai cagar budaya. Semua fosil-fosil di wilayah sangiran dilindungi dan setiap temuan harus diserahkan kepada pemerintah.

2)      UU No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya yang lebih keras yaitu, menetapkan sangiran sebagai cagar budaya ( UNESCO )

Meskipun pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan tentang perlindungan cagar budaya, tetapi pada kenyataannya masih mengalami beberapa masalah yaitu;

a.       Daerah yang seluas 32 km² hanya diawasi oleh tenaga yang sangat terbatas. Daerah itu hanya dijaga oleh 27 personil, termasuk 8 orang bertugas sebagai satpam.

b.      Adanya tradisi memberi hadiah terhadap penemu fosil yang telah berlangsung sejak jaman pendudukan Belanda.

c.       Para pembeli asing menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dari pemerintah, sehingga banyak penduduk setempat yang menjual fosil temuannya kepada pembeli asing.

D.    Pengembangan Museum Purbakala Sangiran

Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya  oleh Wakil Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf internasional. Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum, mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan,

Page 8: tugas sangiran

yaitu Cluster Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang terletak di wilayah Kab. Karanganyar.

Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sragen serta Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :

         Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.

         Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

         Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

         Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.

Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .

Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan. Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh  semua kalangan tidak hanya kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba. Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi manusia modern. Dan di tanah yang telah berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini ternyata masih banyak menyimpan fosil-fosil purba yang bisa digali, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menemukan fosil-fosil ini dan menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia.

E.  Pengungkap Situs Sejarah Sangiran

Penelitian terhadap situs sangiran diwali oleh Eugene Dubois pada tahun 1893 dimana sebelum dia mengadakan penelusuran mencari fosil nenek moyang manusia di Sumatra Barat, tetapi dia tidak menemukannya. Selai Dubois, tahun 1930-an penelususranb dilakukan oleh GHR Von Koenigswald. Tahun 1934 Von Koenigswald berhasil menemukan kurang lebih 1000 alat batuan manusia purba yang pernah hidup di Sangiran.

Tahun 1936 Von Koenigswald berhasil menemukan fosil rahang atas manusia pdan selanjutnya ia memberi nama fosil Megantrophus Paleojavanicus. Tahun 1973 dia juga

Page 9: tugas sangiran

berhasil menemukan manusia purba yang dicari oleh Eugene Dubois yaitu Pithecanthropus Erectus. Penemuan kedua ini mendorong para ahli untuk mengadakan penelitian lanjutan di situs sangiran diantaranya : Helmut de Tera, Movius, P. Marks, RW van Bemmelean, H.R van Hekkeren, Gert jan Barsta, Francois Semah, Anne Marie Semah, M. Itahara. Sedangkan peneliti-peneliti dari Indonesia yang serius menangani sangiran adalah: R.P Soejono, Teuku Jacob, S. Sartono, dan Hari Widianto.

F. Sumbangan Sangiran Untuk Masyarakat Sekitar Dan Ilmu Pengetahuan

Sangiran memberi sumbangan tersendiri bagi masyarakat, khususnya di daerah sekitar situs sangiran dan masyarakat Indonesia, serta masyarakat dunia pada umumnya. Dengan kehadiran sangiran, masyarakat setempat dapat penghasilan dengan cara menjual berbagai macam fosil yang merupakan hasil temuan di situs sangiran. Selain untuk masyarakat setempat, Sangiran juga memberi sumbangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai sumbangan pengetahuan. Sedangkan untuk dunia Sangiran dijadikan situs penelitian dan study evolusi manusia purba oleh para ahli dari berbagai penjuru dunia.

Sangiran juga memberi sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu pengetahuan yaitu sebagai salah satu tempat bagi orang-orang yang ingin mengetahui situs prasejarah dan suaka purbakala sangiran. Secara khusus bagi mahasiswa yang menekuni ilmu sejarah, dimana sangiran menyimpan peninggalan-peninggalan masa lampau. Selai itu juga sangiran menjadi sumber bahan penulisan buku-buku prasejarah di Indonesia.

G. Pengertian Fosil Pengertian, Manfaat dan Syarat terbentuknya fosil.

Fosil adalah sisa-sisa organisme yang pernah hidup di waktu silam, yang diawetkan oleh alam. Karena terawetkan sejak 3,5 miliar tahun yang lalu fosil menjadi petunjuk penting mengenai sejarah bumi.Manfaat dari fosil adalah :

a.       Fosil merupakan kunci yang menentukan mengenai lingkungan masa lalu. Binatang dan tumbuhan hidup di daerah yang memiliki keadaan (iklim) yang berbeda-beda. Dengan menggunakan keadaan iklim dari binatang dan tumbuhan pada zaman modern sebagai bandingan dan penerapan Prinsip Uniformtarianisme, dapat diperkirakan keadaan iklim pada saat hidupnya tumbuhan dan binatang serupa pada zaman dahulu. Misalnya dari fosil tumbuhan dapat diperkirakan curah hujan dan suhu di darat zaman dahulu, dan dari fosil mikro organisme yang terapung dapat menunjukkan keadaan suhu dan salinitas air laut.

b.      Fosil merupakan dasar utama dalam menentukan umur relatif suatu lapisan dan komponen yang sangat penting dalam menyusun sejarah bumi yang sudah berumur 600 juta tahun.

c.       Sebagai penunjuk waktu (time indicator) dalam geologi.d.      Menentukan perkiraan umur relatif batuan : lapisan yang memiliki kesamaan kandungan

fosil diperkirakan diendapkan pada waktu yang bersamaan.e.       Mengetahui kisaran lingkungan pengendapan : penemuan fosil pada suatu tempat dapat

menjadi petunjuk untuk menentukan lingkungan pengendapan, misalnya dengan ditemukannya fosil ikan pada suatu lapisan menunjukan bahwa wilayah sekitar lapisan tersebut kemungkinan adalah suatu lingkungan air.

f.       Menentukan korelasi batuan : lapisan batuan pada suatu daerah dapat dikatakan sama dengan lapisan batuan didaerah lain jika keduanya mengandung jenis fosil yang sama.

g.      Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil.Organisme berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil graptolit harus diberi tanggal dari era

Page 10: tugas sangiran

paleozoikum. Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia.Ada beberapa syarat yang menyebabkan terjadinya fosil, diantaranya yaitu :

1.      organisme mempunyai bagian tubuh yang keras2.      mengalami pengawetan dalam batuan sedimen3.      mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit4.      terjadi secara alamiah, terhindar dari proses – proses kimia5.      terbebas dari bakteri pembusuk, terhindar dari organisme pemangsa6.      umurnya lebih dari 10. 000 tahun.

H.    Proses pembentukan fosil

Ketika suatu organisme mati, bangkainya terkubur dan lambat laun berubah menjadi fosil. Biasanya hanya bagian-bagian terkeras, seperti cangkang atau tulang, yang masih terawetkan. Kadang-kadang bangkai tersebut perlahan-tahan membatu. Molekul-molekul aslinya digantikan oleh berbagai jenis mineral seperti katsit atau besi pirit. Namun, ada puta beberapa fosil yang masih mengandung sebagian besar molekuI astinya. Sebuah cabang ilmu baru yang disebut pateontotogi molekuter berupaya untuk membandingkan kesamaan komposisi kimia atau bahkan gen dari spesies purba yang tetah punah dengan spesies yang masih hidup hingga kini.

I. Kehidupan Di Bumi

Sejarah kehidupan di planet bumi selama 65 juta tahun terakhir ditandai oleh munculnya aneka jenis mamalia dan berbagai rupa pepohonan berdaun lebar dan tumbuhan berbunga. Sekitar 200 juta tahun sebelum periode ini, dinosaurus dan hewan sejenis merajai daratan. Sebaliknya, berbagai jenis organisme laut hidup di laut hangat. Selama periode Karbon, sekitar 300 juta tahun silam, hamparan rawa mahaluas mendukung penyebaran tetumbuhan primitif seperti paku-pakuan raksasa dan pakis. Sisa-sisa tumbuhan purba semacam ini berubah menjadi deposit batu bara. Tidak dijumpai banyak bukti akan adanya bentuk kehidupan di atas daratan sebelum periode Karbon. Namun, samudra pada waktu itu telah dipenuhi oleh kehidupan. Fosil dari periode Prekambrian (600 juta tahun silam) jarang ditemukan. Selama masa tersebut hanya ada sedikit spesies tumbuhan dan hewan besar yang hidup dan berbiak di bumi. Waktu geologis dibagi menjadi deretan periode, masing-masing ditandai oleh kelompok fosil tertentu. Periode Prekambrian memakan waktu 85 persen dari seluruh perjalanan sejarah bumi. Namun, bebatuan yang berasal dari periode ini umumnya gagal terawetkan, dan hanya ada sedikit spesies hewan bertubuh besar yang meninggatkan fosil.

J. Ruang Pameran Utama

Vitrin 1. Fosil Moluska

Moluska termasuk filum Invertebrata. Terbagi menjadi 7 Klas dan lebih dari 100.000 spesies. Pada Vitrin ini dipamerkan contoh-contoh moluska Klas Pelecipoda (kerang dengan dua cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), yang ditemukan pada Formasi Kalibeng dan Formasi Pucangan.

Klas Pelecypoda :

Page 11: tugas sangiran

1. Venericardia

2. Arca

3. Pecten

4. Terlina

5. Ostrea

6. Steinkern

7. Fragmen Tridacna

8. Amonia

9. Vermetus

Klas Gastropoda :

1.   Orthaulax

2.   Olivia

3.   Turbo

4.   Eupleura

5.   Strombus

6.   Turritella

7.   Conus

8.   Ursalpinx

9.   Buccina

10. Stinkern

Vitrin 2. Binatang Air

Vitrin 2 berisi fosil tengkorak buaya, fosil kura-kura, fosil ikan, dan fosil kepiting. Temuan fosil ikan Hiu menunjukkan bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi oleh air laut. Lingkungan ini kemudian berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya dan kura-kura, dan kepiting.

1. Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.)

Tanggal Penemuan        : 17 Desember 1994

Page 12: tugas sangiran

Nama P;enemu : Sunardi

Loasi Penemuan           : Dk.Blimbing, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Startigrafi           : Formasi Pucangan

2. Kura-Kura (Chelonia Sp.)

Tnaggal Penemuan        : 1 Pebruari 1990

Nama Penemu              : Hari Purnomo

Lokasi Penemuan         : Dk. Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Klaijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

3. Rahang dan Sirip Belakang Ikan

Tanggal Penemuan        : 20 Nopember 1975

Nama Penemu              : Suwarno

Lokasi Penemuan         : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

 

4. Gigi Ikan Hiu

Tanggal Penemuan        : 6 April 1977

Nama Penemu              : Sutarjo

Lokasi Penemuan         : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

5. Ruas Tulang Belakang Ikan

Tanggal Penemuan        : 20 Nopember 1975

Nama Penemu              : Suwarno

Lokasi Penemuan         : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

6. Sirip Ikan Bagian Depan

Page 13: tugas sangiran

Tanggal Penemuan        : 4 Januari 1991

Nama Penemu              : Purnomo

Lokasi Penemuan         : Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

7. Kepiting

Tanggal Penemuan        : 6 April 1976

Nama Penemu              : Mitro

Lokasi Penemuan         : Dari Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

Vitrin 3. Fosil Kayu

Selain sisa-sisa manusia dan binatang purba, di kawasan Cagar Budaya ditemukan pula sisa-sisa batang pohon yang telah menjadi fosil. Pada vitrin ini dipamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, yang ditemukan tahun 1955 dan Fosil Batang Pohon dari Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen, yang ditemukan tahun 1977. Keduanya dari Formasi Pucangan.

Vitrin 4. Kuda Nil (Hippopotamus Sp)

Kuda Nil adalah binatang darat yang hidup di danau atau rawa-rawa dan dapat menyelam di dalam air selama 5 menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya. Di daerah Sangiran binatang ini ditemukan pada formasi antara Pucangan dan Kabuh.

1. Rahang Bawah (Mandibula)

Tanggal Penemuan        : 20 Pebruari 1994

Nama Penemu              : Sodikromo

Lokasi Penemuan         : Lereng tebing di sebelah barat Dukuh Grogolan, Ds. Bukuran,

Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

2. Rahang Atas (Maxilla)

Tanggal Penemuan        : 25 April 1994

Nama Penemu              : Mujimin

Page 14: tugas sangiran

Lokasi Penemuan         : Dukuh Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan

3. Tulang Kering (Tibia)

Tanggal Penemuan        : 4 Januari 1993

Nama Penemu              : Warsito

Lokasi Penemuan         : Dukuh Bubak, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan Atas

4. Tulang Kaki Depan Bagian Atas (Humerus)Tanggal Penemuan        : 28 Desember 1993

Nama Penemu              : Warsit

Lokasi Penemuan         : Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Formasi Pucangan Atas

Vitrin 5. Copy Fosil Tengkorak Manusia

Vitrin ini berisi copy tengkorak manusia purba dari berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti evolusi manusia purba.

1. Australopithecus Africanus (Copy)

Tanggal Penemuan        : Tahun 1937

Nama Penemu              : R. Brom

Lokasi Penemuan         : Sterfonteine, Afrika Selatan

Umur/ Stratigrafi           : diperkirakan 2,5 juta tahun

2. Pithecanthropus Modjokertensis (Copy)

Tanggal Penemuan        : Tahun 1936

Nama Penemu              : Tjikro Handojo

Lokasi Penemuan         : Perning, Mojokerto, Jawa Timur

Umur/ Stratigrafi           : diperkirakan 1,9 juta tahun

3. Tengkorak Pithecanthropus Erectus II (Copy)

Page 15: tugas sangiran

Tanggal Penemuan        : Tahun 1937

Nama Penemu              : GHR. Von Koeningswald

Lokasi Penemuan         : Dukuh Bapang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : -

4. Tengkorak Pithecanthropus VIII (Sangiran 17)

Fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap hingga saat ini yang pernah ditemukan di Indonesia. Terdiri dari tempurung, kepala, bagian muka, dan rahang atas dengan gigi prageraham (premolar 4), taring (canine) kiri, serta geraham (molar 1-3) kanan.

Fosil ditemukan di sebelah selatan kali Pucung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar. Secara geologis fosil ini diperkirakan berumur 700.000 tahun yang lalu. (Copy dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung).

5. Tengkorak Pithecanthropus Soloensis (Copy)

Tanggal Penemuan        : Tahun 1932

Nama Penemu              : Oppenoorth

Lokasi Penemuan         : Ngandong, Kab. Blora, Jawa Tengah

Umur/ Stratigrafi           : diperkirakan 400.000 tahun

Homo Sapien

Lokasi Penemuan         : Dari Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Kec. Plupuh, Kab.Sragen

Umur/ Stratigrafi           : diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu

6. Homo Neanderthal Eropa (Copy)

7. Homo Neanderthal Asia (Copy)

8. Homo Sapiens-Sapiens (Copy)

Vitrin 6. Alat-alat Batu

Manusia purba yang hidup di Sangiran menggunakan batu sebagai peralatan. Temuan alat batu di Situs Sangiran membuktikan tentang adanya adaptasi manusia purba terhadap lingkungannya. Ditemukan “bakalan” kapak batu di daerah Sangiran, membuktikan bahwa alat-alat batu tersebut tidak didatangkan dari tempat lain. Adapun alat-alat batu yang ditemukan di Sangiran antara lain : serpih dan bilah, serut dan gurdi, bakalan kapak batu, beliung perrsegi, kapak perimbas, bat inti, dan bola batu.

Page 16: tugas sangiran

1. Serpih dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan panjang disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun menguliti binatang buruan.

2. Serut adalah alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk melobangi.

3. Beliung Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai alat pertanian di jaman neolitik.

4. Bakal Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.

Batu Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan bilah. Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan gamping kersikan, kwarsa, dll.

Bola Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.

Vitrin 8. Tengkorak Kerbau (Bubalus Palaeokerabau)

Tanggal Penemuan        : 20 Nopember 1992

Nama Penemu              : Tardi

Lokasi Penemuan         : Dari Dukuh Tanjung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab.

Karanganyar

Umur/ Stratigrafi           : Pada Formasi Kabuh

Vitrin 9. Gajah Purba

Gajah Purba yang pernah hidup di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu.

No. Nama Koleksi Penemu dan Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Rahang Atas (Maxilla) Gajah Mastodon Sp.

Marjona,

5 Januari 1992

Formasi Kabuh, Situs Sangiran

2 Tulang Rusuk (Costa) Gajah Stegodon trigonochepalus

Supardi,

3 Desember 1991

Formasi Pucangan Atas di Dk. Bukuran, Kalijambe, Sragen

3 Gading gajah Stegodon trigonochepalus

Suwarno,

24 Agustus 1980

Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Blimning, Ds. Cangkol, Kec. Plupuh, Kab. Sragen

4 Sepasang gading Sugimin, Formasi Kabuh di Dk.

Page 17: tugas sangiran

Gajah Stegodon trigonochepalus 7 Juni 1984

Grogolan

5 Tulang Panggul (Pelvis) Gajah Stegodon trigonochepalus

Sutarto,

20 April 1992

Formasi Kabuh, Dk. Tanjung, Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar

6 Ruas Tulang Jari (Phalanx) Gajah Stegodon trigonochepalus

28 Oktober 1971 Formasi Kabuh, Situs Sangiran

7 Ruas tulang belakang (vertebrae) Gajah Stegodon trigonochepalus

15 Desember 1975 Formasi Kabuh, Situs Sangiran

8 Ruas tulang leher (Vertebrae cervical) Gajah Stegodon trigonochepalus

20 Desember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran

9 Gigi geraham bawah gajah

8 Nopember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran

10 Gigi Gajah (Elephas namadicus)

12 Desember 1975 Formasi Kabuh Bawah, Situs Sangiran

Vitrin 10. Fosil Bovidae

Bovidae adalah kelompok binatang bertanduk seperti kerbau, banteng, dan lain-lain. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi pucangan atas dan formasi kabuh.

No. Nama Koleksi Penemu dan Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Tulang Belakang (Vertebrae)

Sutanto,

26 Mei 1997

Formasi Kabuh Bawah, Sangiran

2 Rahang Bawah (Mandibula)

Paino,

10 Desember 1994

Formasi Kabuh Bawah, di Dk. Kricikan, Ds. Rejosari, Kec. Gondangrejo, Karanganyar

3 Tulang Rusuk (Costa) Sutanto,

17 Mei 1977

Formasi Kabuh Bawah, Sangiran

4 Tulang Paha (Femur) Warsito,

1 Pebruari 1994

Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen

5 Tulang Kering (Tibia) Jumadi,

10 Mei 1977

Formasi Kabuh, di Dk. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen

6 Tulang Tapak Kaki Mul Tukiman, Formasi Kabuh, di Dk. Sendang,

Page 18: tugas sangiran

(Metacarpal)3 Nopember 1994

Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

7 Tulang Kaki Depan Atas (Humorus)

Mul Tukiman,

28 Januari 1995

Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

8 Tengkorak (Cranium) 1975 Formasi Kabuh, di Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen

Fosil Bovidae seperti kerbau, sapi, dan banteng banyak ditemukan di Situs Sangiran, terutama pada Formasi Pucangan Atas dan Formasi Kabuh

No. Nama Koleksi Penemu dan

Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Tulang Rusuk (Costa) Rukiman,

17 Mei 1977

Formasi Kabuh, di Dk. Pondok, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

2 Tulang Belakang (Vertebrae)

2 April 1978 Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Sragen

3 Tulang Jari (Phalanx) 23 Nopember 1975 Formasi Kabuh, di Situs Sangiran4 Tulang Tapak Kaki

Depan (Metacarpal)19 Maret 1997 Formasi Kabuh Bawah, di Situs

Sangiran5 Tulang Kering (Tibia) Tahun 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs

Sangiran6 Tulang Kaki Depan

Bawah (Radius)Tahun 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs

Sangiran7 Rahang Atas (Maxilla) 25 Pebruari 1975 Formasi Kabuh Bawah, di Situs

Sangiran

Vitrin 11. Stegodon Trigonocephalus

1. Tulang Paha Gajah

Tanggal Penemuan        : 4 Pebruari 1989

Nama Penemu              : -

Lokasi Penemuan         : Dari Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Pada Formasi Pucangan Atas

2. Tulang Hasta (Ulna) Stegodon trigonocephalus

Tanggal Penemuan        : 23 Nopember 1975

Page 19: tugas sangiran

Nama Penemu              : -

Lokasi Penemuan         : Dari kawasan cagar budaya Sangiran

Umur/ Stratigrafi           : Pada Formasi Kabuh Bawah

Vitrin 12. Fosil Rusa (Cervus Sp.) dan Domba

Vitrin ini berisi fosil rusa dan domba yang pernah hidup pada kala Pleistosen Tengah dan diendapkan pada Formasi Kabuh. Koleksi vitrin antara lain:

1. Tanduk rusa jenis Cervus hippelaphus2. Tanduk dari jenis Cervus ludekteri3. Tengkorak rusa (Cranium)4. Rahang bawah Cervus hippelaphus (Mandibula)5. Rahang atas Cervus Sp.6. Tulang pinggul (Pelvis) Cervus Sp.7. Duboisia Santeng8. Rahang bawah domba (Mandibula)9. Tulang paha (Femur) domba10. Tulang tapak kaki belakang bawah (Metatarsus) domba11. Tulang pengumpil (Radius)12. Ruas tulang jari (Phalanx) domba13. Ruas Pergelangan kaki belakang domba

Vitrin 13. Fosil Babi, Harimau, dan Badak

No. Nama Koleksi Penemu dan

Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Rahang atas babi Sus brachynathus

Mitro,

14 Maret 1977

Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

2 Rahang bawah (Mandibula) Babi Sus terhaari

Tahun 1976 Formasi Kabih, di Situs Sangiran

3 Tengkorak harimau (Cranium fellis paleojavanica)

Ngadino,

24 Demember 1993

Formasi Kabuh, di Dk. Wonolelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

4 Tulang paha harimau (Femur)

12 Juni 1993 Formasi Kabuh, Dk. Wonoelo, Ds. Brangkal, Kec. Gemolong, Kab. Sragen

5 Taring harimau (Canine)

Ngadino,

25 April 1991

Formasi Kabuh, di Dk. Wonoelo, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

6 Tengkorak badak (Rhinoceros sondaicus)

Harto,

24 April 1993

Formasi Kabuh, di Dk. Sangiran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

7 Rahang bawah badak Mintorejo, Formasi Kabuh, di Dk. Grogolan

Page 20: tugas sangiran

7 Oktober 1993Krajan, Ds. Manjarejo, Plupuh, Sragen

8 Tulang belikat badak Danusi,

6 Juli 1994

Formasi Kabuh di Dk. Kebonagung, Kec. Tanon, Sragen

Vitrin 14. Rahang Atas Elephas Namadicus

Tanggal Penemuan        : 24 April 1980

Nama Penemu              : Atmo

Lokasi Penemuan         : Dari dukuh Ngejeng, desa Somomoro dukuh, Kec. Plupuh,Kab. Sragen

Umur/ Stratigrafi           : Pada lapisan grenzbank (antara formasi Pucangan dan Kabuh)

Vitrin 15. Rahang Gajah

Vitin ini berisi Rahang Atas Stegodon trigonocerphalus dan Rahang Bawah Elephantoides. Keduanya adalah jenis gajah purba yang pernah hidup di Sangiran.

No. Nama Koleksi Penemu dan

Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Rahang atas gajah Stegodon trigonocephalus

Atmo,

24 April 1980

Lapisan grenzbank, di Dk. Ngejeng, Ds. Sommoro dukuh, Kec. Plupuh, Sragen

2 Rahang bawah (Mandibula) gajah Elephantoides

Supardi,

3 Desember 1991

Formasi pucangan atas, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen

Ruang Pameran Tambahan I

Vitrin Nama Koleksi Penemu dan

Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Bola Ratu   Formasi Notopuro2 Rahang atas babi

Rahang bawah babiTaring babi

Sutanto,

25 Pebruari 1976

Formasi Pucangan di Ds. Krikilan, Kec. Kalijambe, Sragen

3 Rahang bawah badak Gudel, Formasi Pucangan, di Ngampon, Ds. Krikilan,

Page 21: tugas sangiran

29 Januari 1976Kalijambe, Sragen

4 Tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus)

Lasimin,

30 Oktober 1996

Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Brangkal, Gemolong, Sragen

5 Tulang kaki depan (Radius) gajahTulang hasta (Ulna) gajah

Mul Tukimin,

25 Desember 1995

Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen

6 Rahang atas gajah Mul Tukimin,

25 Desember 1995

Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen

7 Tulang pinggul (Pelvis) gajah

Giyono,

7 Januari 1994

Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen

8 Rahang bawah gajah Slamet,

12 Januari 1989

Formasi Kabuh, di Dk. Toho, Ds. Bukuran, Kalijambe, Sragen

9 Tulang jari gajah Mul Tukimin,

25 Desember 1995

Formasi Kabuh, di Dk. Sendang, Bukuran, Kalijambe, Sragen

10 Rahang atas (Maxilla) rusaTanduk rusa

Sugiyo,

10 Nopember 1999

Warsito,

10 Nopember 1999

Formasi Pucangan, di Ds. Ngebung dan Ds. Krikilan, Kalijambe, Sragen

11 Tengkorak banteng Lasimin, Sukidi, Sugiman

30 Oktober 1996

Formasi Kabuh, di Dk. Garas, Ds. Brankal, Gemolong, Sragen

Ruang Pameran Tambahan II

Vitrin Nama Koleksi Penemu dan

Tanggal Penemuan

Asal Temuan

1 Rahang bawah kuda nil (Hippopotamus)

Sukar,

26 Pebruari 1976

Formasi Pucangan, di Ds. Bukuran,

2 Kura-kura (Chelonia) Sanyoto,

8 Desember 1994

Formasi Pucangan, di Dk. Cengklik, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen

3 Rahang atas dan gigi buaya

Warsito,

4 Januari 1993

Formasi Pucangan, di Ds. Krikilan, Klaijambe, Sragen

4 Kepiting, Tulang ikan,   Formasi Pucangan

Page 22: tugas sangiran

Gigi hiu5 Koral/ Batu karang dan

Diatome   

6 Marginellidae, Buccinidae, Canideae

   

7 Tridacna maxima, Pugillina cochlidium, Placuna ephippum pernoviridis

   

8 Metraviolacea, Veneridae

   

9 Tonnidalium, Valutidae, Cymbiola

Suwarno,

4 Maret 1976

Formasi Kalibeng, di Kali Puren

10 Turritella, Cantharus melanasioum

Sutanto,

14 Maret 1976

Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran, Kalijambe, Sragen

11 Pleuraploca trapezium

Pugilina cochlidium

Setro,

16 April 1975

Formasi Kalibeng, Kali Puren, Sangiran

12 Fosil kayu    

Page 23: tugas sangiran

BAB IIIPENUTUP

A.    KESIMPULAN1.      Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,Indonesia. Sangiran

terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).  Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar). Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

2.      Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas Sangiran.

3.      Upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :

         Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.

         Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

         Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

         Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.

B.     SARANSebagai warga negara yang baik dan khususnya kita sebagai pelajar harus bisa

melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.

a. Sebaiknya tempat-tempat wisata tersebut lebih dikembangkan sarana danprasarananya. Agar lebih menimbulkan daya tarik bagi para pengunjung.b. Memperbanyak tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi.c. Sebaiknya lebih ada pengaturan waktu

Page 24: tugas sangiran

LAMPIRAN

Page 25: tugas sangiran

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Hery. 2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Universitas SanataDharma.Tjiptadi, Rusmulia. et al. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purbahttp://wisatadanbudaya.blogspot.com/ Sangiran- SItus- Manusia- Purba- di- Indonesia.htmlhttp://history1978.wordpress.com/author/history1978/htmlhttp://asosiasimuseumindonesia.org/organisasi/anggaran-rumah-tangga/2-single-articles/147-museum-sangiran.html

http://historyvitae.wordpress.com/2009/04/20/sangiran-pembuka-tabir-kehidupan/

http://ciplit.blogspot.com/2011/01/laporan.html

http://history1978.wordpress.com/2012/01/07/lingkungan-situs-prasejarah-sangiran-catatan-lain-kegiatanhttp://ridwanaz.com/umum/alam/pengertian-fosil-pembentukan-fosil-waktu-geologis/-studi-sejarah/