Top Banner
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri , tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Sejarah ambulatory anestesi bisa menjadi alasan dari tahapan ilmu anestesia itu sendiri. Ambulatory anestesia modern dimulai dengan anestesi gigi dan pembedahan di Hartford, Connecticut, pada tahun 1846. Nitrogen oksida telah diperkenalkan dan didemonstraikan secara umum kemudian digunakan oleh Horace Wells. Pada waktu yang bersamaan, Gardner Colton, seorang ahli kimia dan wiraswastawan, menggabungkan kemampuan pemasaran dan hubungan dengan dokter gigi untuk mengembangkan kantor dokter gigi, dimana nitrogen oksida telah digunakan untuk mengatasi nyeri cabut gigi. 1
23

Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

Oct 25, 2015

Download

Documents

Iman Sulaiman

definisi, atiologi, mekanisme, cara cara mekakukan anastesi, anastesi di inodnesia, makalah, jurnal, word
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,

"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan

rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan

rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr

pada tahun 1846.

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan

anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.

seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak

selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.

Sejarah ambulatory anestesi bisa menjadi alasan dari tahapan ilmu anestesia itu

sendiri. Ambulatory anestesia modern dimulai dengan anestesi gigi dan pembedahan di

Hartford, Connecticut, pada tahun 1846. Nitrogen oksida telah diperkenalkan dan

didemonstraikan secara umum kemudian digunakan oleh Horace Wells. Pada waktu yang

bersamaan, Gardner Colton, seorang ahli kimia dan wiraswastawan, menggabungkan

kemampuan pemasaran dan hubungan dengan dokter gigi untuk mengembangkan kantor

dokter gigi, dimana nitrogen oksida telah digunakan untuk mengatasi nyeri cabut gigi.1

Pada tahun 1868, Edmund Andrew, seorang dokter bedah dari Chicago, mengakui

bahwa hypoxemia disebabkan dari penggunaan nitrogen oksida. Dia menyarankan bahwa

penambahan oksigen dengan nitrogen oksida akan memungkinkan memberikan hasil yang

aman pada anestesi. Bagaimanapun gabungan nitrogen oksida dengan oksigen adalah yang

terbaik.1

Pada tahun 1950, terjadi peningkatan minat dalam pembedahan ambulatory karena

sebagian rumah sakit kekurangan tempat tidur dan biaya rawat inap, contohnya di Kanada.

Operasi hernia menjadi populer untuk bedah ambulatory. Kemajuan terhadap ambulatory

anestesia telah dilakukan pada tahun 1960 oleh John Dillon dan David Cohen di Universitas

California, Los Angeles (UCLA) dengan mengembangkan pelayanan pembedahan

ambulatory. Tidak seperti di Kanada yang terstimulasi kerena kurangnya tempat tidur rawat

Page 2: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

inap, Dillon dan Cohen terdorong karena tipisnya ekonomi, secara dramatis pembedahan

ambulatory lebih murah dibandingkan pembedahan rawat inap.1

Saat ini kebanyakan pasien yang menjalani pembedahan dan tes diagnostic tidak perlu

menginap di rumah sakit. Dalam banyak kasus, pemulihan cukup dilakukan di rumah.

Ambulatory anastesia (outpatient anesthesia) telah terbukti aman, praktis, biaya murah dan

dapat dilakukan di berbagai fasilitas termasuk rumah sakit, freestanding surgery center dan

kantor ahli bedah. Anastesi akan dilakukan dan diawasi oleh seorang ahli anestesiologi.8

Pada tahun 1919 Ralph Waters meramalkan bahwa klinik pasien ambulatory

(outpatient clinic) mempunyai masa depan yang cerah. Ramalan ini tidak meleset karena

sejak tahun 1960 bagian ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini

diperkirakan dari seluruh pembedahan 20-40% dapat diperlakukan sebagai pembedahan pada

pasien ambulatory.4

Ada beberapa factor yang mendorong berkembangnya departemen ambulatory, yaitu:

1. Semakin meningkatnya biaya perawatan (rawat inap) di rumah sakit. Adanya

perawatan ambulatory biaya perawatan dan pengobatan dapat ditekan sampai 40-80%.

2. Jumlah tempat tidur penderita di rumah sakit menjadi semakin terbatas, dibanding

dengan pertambahan penduduk.

3. Pengadaan rumah sakit dengan segala sarana yang memerlukan biaya besar dapat

ditekan.

4. Mengurangi dan mencegah kemungkinan infeksi nasokomial.

5. Mempersingkat terpisahnya pasien (terutama anak-anak) dengan keluarga atau

kenalannya.

6. Menumpuknya jadwal pembedahan.

Departemen atau klinik ambulatory ini dapat merupakan :

1. Satu kesatuan (unit) tersendiri baik kamar bedah maupun ruang perawatannya di

dalam satu rumah sakit besar.

2. Mempunyai ruang perawatan khusus dan tersendiri tetapi masih mempergunakan

kamar bedah umum di dalam rumah sakit besar.

3. Satu klinik terpisah yang berdiri sendiri tetapi mempunyai rumah sakit besar untuk

rujukan apabila terjadi komplikasi.

Untuk mengelola pasien ambulatory diperlukan sarana:

Page 3: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

1. Kamar bedah dengan alat dan obat anastesia serta alat-alat monitor yang lengkap

seperti pada kamar bedah untuk penderita rawat inap, tetapi tidak terlalu mahal.

2. Ruang perawatan yang memadai untuk persiapan prabedah yang terdiri dari ruang

pemeriksaan dan ganti pakaiaan serta ruang pemuliha

Page 4: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

AMBULATORY ANESTESI

2.1 Definisi

Ambulatory anestesia adalah pelayanan anestesia untuk pembedahan, yang secara

medis diduga tidak akan memerlukan perawatan menginap pasca bedah. Dalam bahasa

Indonesia ambulatory anesthesia disamakan dengan pengertian anastesi tanpa mondok atau

pasien ODC (One day Care).9,10

2.2 Keuntungan ambulatory anesthesia 3,4,5,11

1. Biaya lebih murah. Biaya perawatan dan pengobatan dapat ditekan sampai 40-80%.

2. Kemudahan dalam menjadwalkan pembedahan. Pasien dapat memilih jam yang

sesuai, terutama untuk anak dan manula.

3. Tidak tergantung kapasitas rumah sakit, tidak usah menunggu ada kamar kosong di

rumah sakit.

4. Mengurangi dan mencegah kemungkinan infeksi nasokomial, terutama pasien

imunocompromised.

5. Berkurangnya insiden medication errors.

6. Menjaga privasi pasien.

7. Pasien lebih cepat kembali ke lingkungan rumah yang dikenal terutama pasien anak

dan usia lanjut.

2.3 Syarat obat-obat ambulatory anesthesia 2

1. Induksi cepat dan lancar.

2. Analgesia dan anesthesia cukup baik.

3. Cukup dalam untuk pembedahan.

4. Masa pulih sadar cepat.

5. Komplikasi anesthesia pasca bedah minimal (mual, muntah, sakit kepala,

hipoksia).

Page 5: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

2.4 Persyaratan pada bedah ambulatory 4

Tidak semua tindakan atau penderita dapat di tanggulangi di departemen ambulatory,

demikian pula tidak semua teknik anestesi dapat diterapkan pada pasien ambulatory. Ada

beberapa persyaratan untuk pembedahan pada pasien ambulatory, yaitu :

1. Kriteria Pasien

Sehat termasuk status fisik ASA 1 atau ASA 2 dengan penyakit atau kelainan

sistemik yang terkendali.

Tidak ada riwayat pasca bedah atau anestesia yang kurang baik misalnya : mual

atau muntah yang lama atau nyeri pasca bedah yang sulit ditanggulangi dengan

anelgetika peroral.

Walaupun umur tidak merupakan factor seleksi mutlak tetapi pasien dewasa

muda dan anak ( kecuali bayi premature di bawah 6 bulan ) lebih dapat diterima.

Pasien mengerti dan memahami instruksi pra bedah dan pasca bedah atau

anesthesia.

Sebaiknya tempat tinggal pasien tidak jauh dari rumah sakit (tidak lebih dari satu

jam perjalanan).

Ada keinginan dari pasien sendiri.

2. Kriteria Pembedahan

Pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien ambulatory harus memenuhi kriteria :

Lama pembedahan tidak melebihi 60 menit. Pembedahan yang terlalu lama akan

menimbulkan efek akumulasi anestetika sehingga masa pulih sadar pasien juga

berlangsung lama.

Pembedahan superficial, bukan tindakan bedah di dalam cranium, toraks atau

abdomen (kecuali laparoskopi).

Tidak memerlukan pelemas otot yang sempurna.

Tidak banyak menimbulkan perubahan fisiologis.

Diduga tidak menyebabkan perdarahan banyak.

Kemungkinan komplikasi pasca bedah rendah sekali.

2.5 Macam tindakan bedah 3,4

Page 6: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

Pembedahan yang sering dijadwalkan adalah bedah minor dan berlangsung kurang

dari 60 menit. Contoh pembedahan :

1. Mata: reseksi otot-otot ekstraokular, bedah katarak, eksisi khalazion, reparasi

ptosis, koreksi strabismus, pemeriksaan mata yang memerlukan anastesia,

sumbatan duktus nasolakrimalis.

2. THT: tonsilektomi, adenoidektomi, antrostomi, mikrolaringoskopi, miringotomi,

polipektomi, nasales, rhinoplasti, bronkhoskopi.

3. Bedah umum: biopsy, ekstirpasi tumor superficial, mammoplasti, fisurektomi,

hemorhoidektomi, herniorhapi, insisi dan drainase absses, stripping vena varices,

sigmoideskopi, endoskopi.

4. Obgyn: biopsy, dilatasi dan kuretase, marsupialisasi, kista bartholini, laparoskopi.

5. Orthopedi: reposisi tertutup, eksotektomi, ganglionektomi, bedah minor di lengan

dan kaki, dekompresi tunnel karpal.

6. Urologi: sirkumsisi, sistokopi, frenulektomi, meatotomi, orchidopeksi, vasektomi.

7. Plastic: prosedur kosmetika pengangkatan kelloid, blepharoplasty, otoplasti.

2.6 Penatalaksanaan anastesia 2

Keberhasilan pembedahan atau ambulatory anestesia tergantung pada seleksi pasien,

jenis pembedahan dan teknik anestesia yang tepat. Persiapan pra bedah harus sama seperti

pada pasien rawat inap karena resiko anestesinya juga sama. Persiapan dilakukan 1-2 hari

sebelum hari pembedahan, untuk mengetahui :

1) Keadaan umum pasien.

Harus sebaik atau seoptimal mungkin untuk mengurangi komplikasi. Dengan

mengetahui aktivitas sehari-sehari (kuat berjalan, berlari-lari, olahraga) dapat

segera diketahui keadaan pasien. Pemeriksaan laboratorium yang rutin seperti

darah dan urin, apabila meragukan maka dilakukan pemeriksan khusus lain

seperti foto toraks, EKG, dan lain-lain.

2) Kondisi sistem pernapasan.

Apakah pasien menderita penyakit bronchitis kronik, asma bronchial, sesak

napas, kebiasaan merokok.

3) Kondisi sistem kardiovaskuler.

Apakah ada riwayat infark miokard akut, dekompensasio kordis, hipertensi berat.

Riwayat infark miokard 6 bulan sebelumnya dianggap stabil.

Page 7: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

4) Penyakit ginjal, hepar, dan kelainan endokrin (diabetes mellitus) ditanyakan,

kalau perlu diperiksa lebih lanjut.

5) Obat-obat yang sedang diminum, antara lain obat anti hipertensi, MAO inhibitor,

insulin, antibiotika tetentu, kortikosteroid.

2.6.1 Persiapan pra-bedah 3,4

a. Meliputi wawancara:

- Penyakit yang diderita.

- Pembedahan atau anastesia yang pernah dialami.

- Pengobatan selama ini.

- Alergi.

- Kecenderungan mual, muntah, dan vertigo.

- Keluhan kardiovaskuler dan pernafasan.

b. Pemeriksaan fisik meliputi:

- sistem kardiovaskular

- sistem pernafasan

- sistem organ lain

c. Status psikologis pasien atau pengantar dapat memahami dan mengerti

instruksi yang diberikan. Misal: puasa ± 6-8 jam, instruksi pra dan pasca bedah.

d. Pemeriksaan laboratorium

- Urine rutin, Hb, leukosit, eritrosit, trombosit.

Syarat Hb ≥ 10 gr%. Pada kasus yang secara klinis sehat kadang-kadang

pemeriksaan laboratorium ini tidak mutlak.

- Pada pasien yang mempunyai penyakit ringan (ASA II) atau tersangka

mengidap penyakit atau usia lewat 40 tahun. Maka pemeriksaan laboratorium

harus lengkap (pemeriksaan urea, N, kreatinin dan gula darah).

e. Pemeriksaan foto toraks dan EKG terutama untuk penderita usia > 40 tahun.

f. Pemeriksaan lain yang diperlukan.

2.6.2 Premedikasi

Page 8: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

Pada umunya premedikasi tidak diberikan kecuali pasien terlalu gelisah atau sulit

dikendalikan. Premedikasi akan memperpanjang masa pulih. Obat premedikasi yang

umumnya diberikan adalah Sulfas Atropin, terutama bila memakai eter atau ketamin yang

menambah produksi sekresi jalan napas. Narkotika tidak diberikan karena memperpanjang

masa pulih dan menyebabkan mual atau muntah pasca bedah.2

Obat-obat premedikasi selain harus memenuhi tujuan premedikasi juga harus bersifat

“short acting” dan diberikan dalam dosis rendah. Clarke and Hurtig telah membuktikan

bahwa premedikasi dengan meperidin ( pethidine) 1mg/kg BB tidak mengakibatkan

perpanjangan masa pemulihan; demikian pula pemberian diazepam, untuk anak-anak dapat

diberikan diazepam 0,1 mg/kg BB per oral.4

Obat-obat anti muntah diberikan droperidol 0,25-1,5 mg I.V(50-75 µgr/kg BB IV)

sebagai premedikasi, tidak akan memperpanjang masa pemulihan.4

Ranitidine, metoclopramide atau sodium citrate dapat digunakan sebagai profilaksis

aspirasi. Dilaporkan bahwa tidak ada keuntungan memberikan profilaksis tripel atau ganda

dibandingkan pemberian H2 antagonis sendiri.5

Ranitidine dikatakan lebih poten dan spesifik untuk mengurangi produksi asam

lambung dan menurunkan volume gastric. Metoclopramide meningkatkan tonus sphincter

esophagus bagian bawah yang akan memfasilitasi pengosongan gaster.5

2.6.3 Teknik Anestesia4

Teknik anestesia untuk pasien ambulatory harus memenuhi kriteria:

a. Induksi cepat, lancar dan menyenangkan.

b. Pemeliharaan anestesia cukup sempurna, aman dan menyenangkan bagi pasien

dan pembedah.

c. Bebas dari rasa sakit, takut, dan pemulihannya cepat tanpa menimbulkan

komplikasi (mual, muntah vertigo dan lain-lain tidak terjadi).

d. Tonus simpatis/reflek protektif cepat kembali.

Dapat dipilih :

1. Teknik anesetesia local (topical, infiltrasi, ‘field block”).

- Paling aman, sederhana dan dapat dilakukan oleh ahli bedah.

- Penderita harus kooperatif.

2. Blockade saraf

- Sederhana dan cukup aman.

Page 9: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

- Perlu keterampilan dan pengalaman (experienced)

3. Anesthesia regional (spinal atau epidural)

- Terbatas pada beberapa kasus saja (sangat selektif).

- Tidak disenangi oleh pasien muda.

- Kesulitan yang timbul yaitu:

a. Adanya block simpatis sampai saat-saat pemulihan (bahaya hipotensi).

b. Efek samping sakit kepala sering terjadi.

c. Efek samping lain (retensio urine, diplopia, gangguan keseimbangan) walau

jarang terjadi.

4. Anesthesia umum2,3

Anestesia umum pada dasarnya tidak berbeda dengan anestesia pada

pembedahan-pembedahan elektif. Bedanya hanya menghindarkan obat dengan

efek yang menyebabkan masa pulih sadar lama.

Induksi propofol 2-2,5 mg/kgBB i.v lebih digemari dibandingkan tiopental

3-7 mg/kgBB i.v dengan alasan propofol efek sampingnya minimal dan pulih

sadarnya cepat. Nyeri pada suntikan propofol i.v dapat dikurangi atau dihilangkan

dengan memberikan lidokain 10-20 mg i.v sebelumnya. Pada bayi dan anak

induksi pilihan ialah halotan atau sevofluran.

Rumatan dapat menggunakan inhalasi halotan, enfluran, isofluran,

desfluran atau sevofluran. Rumatan anestesia intravena hanya digunakan

propofol 4-12 mg/kgBB/jam dengan bantuan opioid fentanil 1µg.kg.

Penggunaan sungkup laring sering dilakukan mengingat

pemasangannya tidak memerlukan pelumpuh otot, asalkan puasa pasien cukup

waktunya. Penggunaan pelumpuh otot, kalaupun diperlukan pilihan jatuh pada

golongan nondepolarisasi kerja singkat misalnya mivakurium (mivakron) atau

rekuronium (esmeron). Dengan adanya sungkup laring, maka penggunaan

pelumpuh otot dan pipa trakes kian berkurang.

Pada penggunaan pelumpuh otot, usahakan pada akhir operasi tanpa

menggunakan penawar neostigmin yang kadang-kadang menyebabkan nyeri

otot.

2.6.4 Pemantauan (Monitoring)2

Selama anestesia berlangsung harus selalu diawasi :

Page 10: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

1. Pernapasan.

Tanda-tanda sumbatan jalan napas: napas berbunyi, retraksi otot dada, napas

paradoksal.

Tanda-tanda depresi pernapasan: napas yang dangkal sekali.

2. Kardiovaskuler.

Hipertensi, hipotensi, syok, aritmia, bradikardia, takikardia, tanda-tanda henti jantung.

3. Warna: sianosis atau pucat

4. Suhu: hipotermia, hipertermia.

Hal-hal tersebut diatas dapat terjadi selama pemeliharaan anestesia berjalan dan harus segera

diatasi.

2.6.5 Ruang Pulih Sadar (RPS)2

Sarana ruang pulih sadar khususnya diperlukan bila jumlah pembedahan ambulatory

banyak dan rutin dikerjakan. Perlengkapan ruang pulih sadar untuk bedah ambulatory sama

dengan yang ada untuk bedah elektif seperti O2, alat penghisap, obat-obat, alat-alat untuk

keadaan darurat dan perawat yang terlatih untuk resusitasi jantung paru. Pasien dapat

dikeluarkan dari ruang pulih bila: sadar penuh, kooperatif, tanda-tanda vital baik, reflek

proteksi baik dan komplikasi-komplikasi lain tidak ada, begitu pula dengan perdarahan ulang,

rasa sakit yang hebat, mual dan muntah tidak ada.

Khususnya untuk pasien dengan pipa endotrakea pada waktu anestesia perlu diawasi

minimal 2 jam, karena ada kemungkinan terjadi edema laring. Keluarga pasien kalau perlu

boleh menunggu di RPS untuk membantu mengawasi, terutama untuk anak-anak yang akan

merasa aman/tenang bila orangtua/keluarga hadir. Pada saat pasien dikeluarkan dari RPS

hendaknya diberi instruksi tertulis, misalnya siapakah yang harus dihubungi dan

bagaiamanakah cara menghubunginya bila ada komplikasi.

2.7 Kompliksasi Pasca Bedah2

Ambulatory anesthesia tidak lepas dari komplikasi meskipun tidak begitu berat

misalnya nyeri kepala, mual, muntah-muntah nyeri pada otot, nyeri pada tenggorok, batuk-

batuk, kurang konsentrasi.

Kategori Komplikasi :

- Ringan: bila berlangsung 1-2 hari.

- Sedang; bila berlangsung 2-5 hari.

- Berat: bila berlangsung lebih dari 5 hari.

Page 11: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi 9

Komplikasi ringan biasanya tidak memerlukan tindakan. Bila kemungkinan timbulnya

komplikasi tersebut sudah dijelaskan kepada keluarga sebelum menjalani anestesia, tidak

akan timbul kekhawatiran yang berlebihan pada keluarga pasien. Keuntungan yang didapat

dari ambulatory anesthesia lebih besar daripada komplikasi yang ringan tersebut.

Mual dan muntah dapat dicegah dengan pemberian droperidol atau hidroksizin. Ini

terutama untuk pembedahan yang cenderung menimbulkan muntah pasca bedah, seperti

laparoskopi dan pembedahan strabismus. Rasa nyeri otot dapat dicegah dengan prekurarisasi

sebelum pemberian suksinil kolin.

Bila ada nyeri otot, dapat diberikan parasetamol atau analgetika oral yang lain. Pasca

herniotomi dapat dilakukan blok ilioinguinal dan iliohipogastrik dengan infiltrasi bupivacain

0,5%, dengan dosis kurang dari 2 mg/kg bb di daerah medial dari SIAS. Pasca sirkumsisi

dapat diberikan bupivacain 0,25% tanpa adrenalin 1 cm dari garis tengah (kanan dan kiri) di

bawah fascia Buck. Dengan cara ini akan didapatkan analgesia selama 6 jam.

Nyeri tenggorok dan krup dicegah dengan melakukan intubasi yang lancar dan

atraumatis. Jalan nafas orofaring sebaiknya tidak dipakai. Bila sudah terjadi krup sampai

spasme laring, dapat diberikan doxapram 1,5 mg/kg BB intravena perlahan-lahan selama 20

detik.

Ong, Palahniuk dan Cuming menemukan, pada masa pra anestesia pasien ambulatory

mempunyai isi lambung yang lebih banyak dengan pH yang lebih rendah, dibandingkan

dengan pasien yang dirawat tinggal. Karena itu dianjurkan pemberian antasida pra anestesia

untuk mencegah akibat buruk dari aspirasi isi lambung.

Nyeri yang terlalu hebat, perdarahan, muntah yang berlebihan dan keadaan lain yang

tidak dapat diatasi sendiri di rumah harus diatasi di Rumah Sakit. Jadi harus ada perjanjian

dengan unit rawat tinggal untuk menerima pasien dengan penyulit berat. Keluarga pasien

juga harus diberi penjelasan tertulis mengenai penyulit-penyulit yang harus segera

dilaporkan/segera dibawa ke rumah sakit.

2.8 Rawat inap pasca ambulatory anesthesia

Twersky dan kawan-kawan menyebutkan bahwa dalam 30 hari pasca pembedahan

ambulatory didapatkan 1,3% pasien kembali ke rumah sakit yang sama , 54% kembali ke unit

gawat darurat, dan 46% menjalani perawatan kembali di rawat inap maupun ambulatory.

Page 12: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

Sebagian pasien ambulatory terpaksa menjalani rawat inap yang tidak diharapkan

pasca pembedahan. Hal ini mencakup sekitar 1% dari pembedahan. Pemondokan ini biasanya

berhubungan dengan jenis pembedahan, lamanya pembedahan, penggunaan teknik anestesi

umum dan usia pasien. Diperkirakan seperempat pasien yang terpaksa menjalani rawat inap

pasca ambulatory berhubungan dengan teknik anestesi yang diberikan.

Rawat inap yang tidak diharapkan ini cenderung lebih besar pada pasien yang

mendapat anestesi umum dibandingkan dengan anestesi regional, tetapi juga tidak menutup

kemungkinan sedasi yang diberikan pada pasien yang mendapat anestesi regional

meningkatkan sejumlah komplikasi.

Kemungkinan pemondokan pasca operasi di rumah sakit setelah anestesi regional

lebih rendah (1,2%) dibandingkan setelah anestesi umum (2,9%). Waktu pemulihan pada

kelompok anestesi regional lebih pendek dibandingkan kelompok anestesi umum 56 menit vs

95 menit dan kejadian nyeri pasca operasi lebih rendah dengan anestesi regional.5,6

Alasan pemondokan pasca ambulatory anesthesia5

Faktor pembedahan (63,2%)

Pembedahan meluas diluar prosedur yang diantisipasi

Komplikasi mengharuskan pembedahan ulang atau observasi lanjut

Perdarahan banyak selama atau pasca operasi

Follow up pembedahan atau rencana prosedur diagnostik

Faktor medis (19,9%)

Kondisi medis yang tidak terkontrol

Membutuhkan terapi antibiotik intravena

Faktor anestesi (12,7%)

Mual atau muntah terus-menerus

Aspirasi pneumonia

Lemah dan lesu

Nyeri yang tidak terkontrol

Faktor lain (4,7%)

Pasien menolak pulang

Ahli bedah membutuhkan observasi semalam atau pemeriksaan

tambahan

Tidak ada orang yang cocok untuk merawat pasien di rumah

Page 13: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

2.9 Kriteria boleh pulang 10

Orientasi tempat, waktu, dan orang sudah baik

Tanda-tanda vital telah stabil dalam 30-60 menit

Mampu bergerak tanpa dibantu

Mampu diberikan cairan oral (tanpa muntah)

Tidak ada nyeri dan perdarahan

Pasien dengan induksi ketamin, baru boleh pulang setelah 4 jam. Sedangkan pasien

dengan propofol atau pentotal, sudah boleh pulang dalam waktu 2 jam. 10

Pasien yang mendapat anestesi spinal atau epidural hanya dapat dipulangkan ketika

fungsi motorik, sensorik dan simpatis kembali seperti sedia kala serta memiliki kemampuan

untuk mengosongkan kandung kemih, artinya blok telah hilang secara komplit.7

Berikut ini kriteria pemulangan pasien dengan teknik anestesi spinal atau epidural :

1) resolusi komplit terhadap anestesi sensori,

2) resolusi komplit terhadap blockade motorik,

3) tanda vital kembali ke status preanestesi,

4) status mental kembali ke status preanestesi,

5) manajemen adekuat terhadap nyeri pasca operasi,

6) tidak ada mual,

7) bisa buang air kecil, dan

8) bisa jalan tanpa bantuan asisten.7

Page 14: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

KESIMPULAN

Secara medis pasien yang dioperasi dan dianestesi, setelah pasca bedah tidak

memerlukan rawat inap. Resiko pada ambulatory anestesia sama besarnya dengan anestesia

pada pasien rawat inap. Tindakan bedah yang dilakukan pada pasien ambulatory anestesia

umumnya tergolong bedah minor, superfisial, tidak sulit dan cepat selesai. Walaupun

demikian bedah ambulatory anestesia tidak dapat dikaitkan dengan anestesia yang ringan.

Anestesia juga harus dalam ( sama untuk bedah rawat) agar pembedahan dapat dilakukan

dengan baik, tidak tergesa-gesa dan aman. Resiko anestesia yang terjadi pada bedah mayor

juga mungkin terjadi pada bedah ambulatory anestesia. Ketentuan anestesia yang diharapkan

pada kasus ambulatory adalah masa pulih sadar yang cepat, tanpa penyulit berat, selama atau

pasca bedah sehingga pasien dapat dipulangkan pada hari itu juga. Pelaksaan ini

membutuhkan kerja sama dan ketelitian dokter bedah dalam memilih dan mengevaluasi

pasien pra bedah.2

Mengingat pasien harus dapat dipulangkan dengan aman, hendaknya tindakan bedah

ambulatory selain terbatas pada kelainan yang kecil juga pada keadaan umum pasien yang

baik (status fisik ASA 1 dan 2). Dokter anestesiologi harus pandai memilih obat serta teknik

anestesia sehinga pasien dapat cepat pulih sadar kembali tanpa efek samping seperti mual,

muntah, atau pusing kepala. Banyak rumah sakit sekarang cenderung melakukan lebih

banyak pembedahan atau ambulatory anestesia, karena memberi beberapa keuntungan pada

pasien dan rumah sakit. Bagi pasien dapat membantu menghemat biaya pengobatan ,

mengurangi resiko infeksi, mengurangi stres karena tidak perlu berpisah dengan keluarga.

Bagi rumah sakit pemakaian tempat tidur lebih efektif dan efisien, dan juga memperpendek

daftar tunggu pasien yang akan di bedah.2

Page 15: Tugas Referat Anestesi, ilmu tentang anastesi, makalah,

DAFTAR PUSTAKA

1. Staff Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1989. Anestesiologi. FKUI:

Jakarta. Hal: 135-139

2. Said A. Latief,dkk. 2001. Anestesiologi. Edisi kedua. Bagian Anestesiologi dan

Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Hal: 121-123

3. dr. A himendra. 1994. Teori Anestesiologi. Bandung. Hal: 90-95

4. Hausman LM, Koppel JN. 2005. Ambulatory surgery in : Reed AP, Yudkowitz FS,

editors. Clinical case in anesthesia. Elsevier : 455-74

5. Mayfield J. 2002. Ambulatory anesthesia in : Huford WE, Bailin MT, Davison JK,

editors. Clinical anesthesia procedurs of the massachusets general hospital. Lippincott

William and Wilkin; 511-6

6. Anonim, (1986), Kumpulan Kuliah Anestesiologi, ( 1986 ), Aksara Medisina, Salemba Jakarta

7. Michael B. Dobson, ( 1994), Penuntun Praktis Anestesi, EGC, Jakarta

8. Anonim, (1989), Anestesiologi, (1989), Bagian Anestesi dan terapi Intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

9. Anonim. Ambulatory Anesthesia. http://

www.asahq.org/patientEducation/ambulatoryAnes.pdf

10. Anonim. Guide Book Anesthesia.

images.nicopoundra.multiply.multiplycontent.com/ /Guide%20Book

%20 ANESTESI .zip?... –

11. Anonim. Anestesi Rawat Jalan.

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Anaestesi/Anesthesi%20RAWAT

%20JALAN.pdf