Sumur ResapanBY PLANET HIJAUMAY 19, 2010AIRMASALAH URBANSUMUR
RESAPANSeiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan
pentingnya menjaga kelestarianlingkungan, banyak upaya upaya yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalamupaya membantu mewejudkan
terciptanya lingkungan lestari.Salah satu upaya yangdapat dilakukan
adalah dengan membuat Sumur Resapan di halaman rumah kita.Apa
sebenarnya sumur resapan itu ?Dilihat dari fungsinya, sumur resapan
adalah sumurbuatan yang dibuat sebagai upaya untuk meretensi air
hujan yang jatuh disekitar sumurresapan tersebut berada / sekitar
rumah kita. Meretensi air hujan maksudnya adalah upayauntuk menahan
air hujan supaya air hujan tidak langsung dibuang / dialirkan ke
badan air/ saluran / sungai. Selain itu, sumur resapan juga berguna
untuk memberikan cadangan airtanah disekitar sumur tersebut, dengan
kata lain menabung air.Pembuatan sumur resapan merupakan salah satu
bentuk implementasi dari KonsepDrainase Ramah Lingkungan (Drainase
Modern).Konsep dari drainase ramahlingkungan adalah : mengurangi
jumah aliran permukaan (surface run off) dengan caramemaksimalkan
penyerapan air kedalam tanah dan kolam kolam tampungan air
sepertisitu, danau, kolam buatan, dll. Dengan demikian air yang
jatuh ke permukaan bumi(pada saat hujan) akan diupayakan selama
mungkin (dalam konteks alami) mencapaisaluran drainase buatan,
sungai dan akhirnya ke laut. Intinya, semakin lama air
mencapaisaluran air dan laut maka jumlah air yang dapat diretensi
akan semakin besar.Berbeda dengan konsep drainase konvensional yang
umum kita gunakan yangmempunyai prinsip : to drain atau untuk
mengeringkan atau berusaha membuang airsecepatnya keluar dari
kawasan yang kita inginkan.Pada konsep drainase konvensional ini,
air hujan yang jatuh pada suatu kawasan akan diupayakan secepatnya
dibuang kesaluran drainase. Akibatnya beban saluran drainase
dibagian hilir semakin berat. Dapatdibayangkan jika semua kawasan
beruaha membuang air hujan secepatnya ke salurandrainase tanpa
berupaya meresapkan dahulu air ke dalam tanah, maka kawasan di
bagianhilir saluran draianse / sungai yang akan menerima getahnya.
Maka wajar saja jikaakhir akhir ini sering kita lihat berita
kejadian banjir yang menimpa daerah hilir sepertiJakarta,
Tangerang, Surabaya, Semarang, dll.Oleh karena itu, mari kita
upayakan meretensi air hujan sebelum dibuang ke salurandrainase /
sungai. Jika satu rumah membuat satu sumur resapan dengan ukuran
panjang 1m; lebar 1m dan tinggi 1 m (bentuk segi empat), maka
setiap rumah akan meretensi airhujan setidaknya 1 m3 air setiap
kali terjadi hujan. Jika diperhitungkan jumlah air yangmeresap
sebelum tanah pada sumur hampir mencapai jenuh, maka jumlah air
yangdiretensi akan semakin besar lagi. Jika pada suatu kawasan,
sebut saja satu kota kecil,yang membuat sumur resapan ada 100.000
rumah maka air yang dapat diretensi sebanyak100.000 m3 atau setara
dengan satu kolam penuh air dengan ukuran panjang 100 m; lebar100 m
kedalaman 10 m.Yang jelasmembuat sumur resapan pasti bermanfaat.
Selain membantu mengurangibanjir, juga membantu mengisi ulang air
tanah. Berikut ini adalah contoh bangunansumur resapan.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara
Perencanaan SumurResapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan,
persyaratan umum yang harus dipenuhiadalah sumur resapan harus
berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam,
atau labil.Selain itu, sumur resapan juga dijauhkan dari tempat
penimbunansampah, jauh dari septik tank (minimum lima meter diukur
dari tepi), dan berjarakminimum satu meter dari fondasi bangunan.
Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar ataupersegi empat, sesuai
selera. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir
ataumaksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Dengan
teralirkan ke dalam sumurresapan, air hujan yang jatuh di areal
rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke
sungai.Air hujan yang jatuh di atap rumah sekalipun dapat dialirkan
ke sumur resapan melaluitalang. Persyaratan teknis sumur resapan
lainnya ialah kedalaman air tanah minimum1,50 meter pada musim
hujan. Sedangkan struktur tanah harus mempunyai permeabilitastanah
lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam, dengan tiga
klasifikasi.Pertama,permeabilitas tanah sedang (geluh kelanauan)
2,0-3,6 cm/jam.Kedua, permeabilitastanah agak cepat (pasir halus),
yaitu 3,6-36 cm/jam.Ketiga, permeabilitas tanah cepat(pasir kasar),
yaitu lebih besar dari 36 cm/jam. Spesifikasi sumur resapan
tersebut meliputi penutup sumur, dinding sumur bagian atas dan
bawah, pengisi sumur, dansaluran air hujan. Untuk penutup sumur
dapat digunakan, misalnya, pelat beton bertulangtebal 10 sentimeter
dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian
kerikil.Dapat digunakan juga pelat beton tidak bertulang tebal 10
sentimeter dengan campuranperbandingan yang sama, berbentuk cubung
dan tidak diberi beban di atasnya. Dapatdigunakan juga ferocement
setebal 10 sentimeter. Sedangkan untuk dinding sumur bagianatas dan
bawah dapat menggunakan buis beton. Dinding sumur bagian atas juga
dapathanya menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu
bagian semen, empat bagianpasir, diplester dan diaci semen.
Sementara pengisi sumur dapat menggunakan batu pecahukuran 10-20
sentimeter, pecahan bata merah ukuran 5-10 sentimeter, ijuk, serta
arang.Pecahan batu tersebut disusun berongga. Untuk saluran air
hujan, dapat digunakan pipaPVC berdiameter 110 milimeter, pipa
beton berdiameter 200 milimeter, dan pipa betonsetengah lingkaran
berdiameter 200 milimeter. Sumur resapan dapat dibuat oleh
tukangpembuat sumur gali berpengalaman dengan memerhatikan
persyaratan teknis danspesifikasi
tersebut.https://greenp4r4hyangan.wordpress.com/2010/05/19/sumur-resapan/
Sistem Drainase Perkotaan
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase :Menurut Dr. Ir.
Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas.Drainase yaitu suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah,
serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1)Dari sudut pandang yang
lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air
permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan
air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara
lain :Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah.Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal.Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan
yang ada.Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak
terjadi bencana banjir.Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan
perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah
sistem drainase perkotaanMenurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7)
drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas.Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara
penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. (Suhardjono 1948:1)Dari sudut pandang yang lain, drainase
adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi
untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain
:Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah.Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal.Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan
yang ada.Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak
terjadi bencana banjir
.JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANYABanyak hal yang menjadi
permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan, masalah
teknis konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang turun ke
permukaan tanah masih dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan
yang turun tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan
air tanah. Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air tanah
turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi
mengalirkan air bersih. Air sungai bercampur juga dengan air
limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang tindih fungsi
atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan yang
potensial merusak lingkungan.Muncul dalam pengelolaan sistem
drainase perkotaan adalah integrasi jaringan antar
wilayah/kabupaten. Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak
mungkin bila aliran air dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian
saluran, penggunaan sungai secara terpadu, sosialisasi kepada
masyarakat harus dilakukan secara menyeluruh.Drainase yang meliputi
jenis, system, dan permasalahannya:Drainase merupakan salah satu
factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir
(float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan
suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.
a) Jenis jenis drainase : Menurut sejarah terbentuknya :1.
Drainase alamiah (natural drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak
terdapat bangunan penunjang2. Drainase buatan (artificial
drainage)Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan
khusus
Menurut letak bangunan :1. Drainase permukaan tanah (surface
drainage)Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air
dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya
genangan.2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface
drainage)Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air
dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat
untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1. Single purposeSuatu jenis
air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll2.
Multi purposeBeberapa jenis air buangan tercampur Menurut kontruksi
:1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk air kotor disaluran
yang terbentuk di tengah kota.b) Sistem dan permasalahan
drainaseSistem drainase dibagi menjadi:1. tersier drainage2.
secondary drainage3. main drainage4. sea drainagePermasalahan
drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam
perencanaan, antara lain :1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang
kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan
saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi
berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air
meluap dan terjadilah genangan.2. Peningkatan jumlah
pendudukmeningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat,
akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah
penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh
peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.3. Amblesan
tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut
pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran5. Reklamasi6. Limbah
sampah dan pasang surutc) Penanganan drainase perkotaan :1.
Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah2.
Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke
drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.2 a.
Drainase Jalan RayaDrainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan
dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan,drainase
jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface
drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai
bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan,
ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka
lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga
air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan
elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan
.Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa
inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang
lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran
akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan
jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus
,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah
badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.b. Drainase Lapangan
TerbangDrainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada
draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder
merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas /
debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih
kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan harus segera dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama
di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan OlahragaDrainase lapangan olahraga
direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage)
tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan
lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di
lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas
antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik
harus ada collector drain.22 Agustus 2008 10:17
Anonim mengatakan...JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANNYA
1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan
permasalahannya:Drainase merupakan salah satu factor pengembangan
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection),
sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada
tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.a)
Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :1. Drainase alamiah (natural
drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan
penunjang2. Drainase buatan (artificial drainage)Dibuat dengan
tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus Menurut letak bangunan
:
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)Suatu system
pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.2. Drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage)Suatu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu
drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1.
Single purposeSuatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic,
limbah industri dll2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk
air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainaseSistem drainase dibagi
menjadi:
1. tersier drainage2. secondary drainage3. main drainage4. sea
drainage
Permasalahan drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal
yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan
yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga
tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah
genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk
perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah
cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang
berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka
air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang
sampah2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang
masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2 a. Drainase Jalan RayaDrainase jalan raya dibedakan untuk
perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar
perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka
tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu
ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak
tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka
jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi
perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka
jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat
berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya
yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran
akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan
jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus
,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah
badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.b. Drainase Lapangan
TerbangDrainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada
draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder
merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas /
debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih
kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan harus segera dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama
di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi
atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka
tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak
boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama
dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan
terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola
dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
LAYAKNYA berondongan peluru, makin hari, makin banyak masalah
lingkungan yang terus memburu kita. Mulai dari sampah, sungai
tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Bolehlah kita sesekali
membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita
bersama. Ruang yang harus kita rawat siklus kealamiannya. Air
menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan air adalah
permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga
permasalahan lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata
tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya adalah soal
budaya.
Membahas air berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di
permukaan tanah atau air di bawah tanah. Berdasar siklus air, air
hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang
meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan
air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas,
menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai
mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan
terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai
hujan.
Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika
air tidak diganggu alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan
gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air
yang meresap ke tanah. Proses alami air ini tentu saja mau tidak
mau harus diganggu. Perkembangan kota, pertambahan jumlah penduduk
disertai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat menjadi faktor
utama penentu proses siklus air.
Drainase dan sanitasi perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk
dibicarakan karena memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian
air. Sistem Drainase berarti sistem pengatusan atau pengeringan
kawasan atas air hujan yang menggenang. Sedangkan sistem sanitasi
berarti sistem pengendali tingkat higienis, kebersihan dan
kesehatan air.
Idealnya, pada rencana induk kota, kedua alur sistem ini harus
dipisah. Sistem drainase harus dikembangkan salurannya sendiri,
mulai dari air hujan, masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap
ke dalam tanah kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di
laut. Pun sistem sanitasi, karena sebagian besar berhubungan dengan
limbah, maka perlu diusahakan saluran yang benar-benar sehat agar
nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan
output-nya memenuhi standar baku air.
Sebagai sistem, penanganan drainase maupun sanitasi tidak dapat
dilakukan secara individual, wilayah per wilayah. Rencana induk
kota harus mampu mengintegrasikan jaringan air mulai dari hulu
sampai dengan hilir. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya
pengaruh yang besar. Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur
standar pengendalian air, semisal, standar penyambungan saluran air
hujan, air limbah, atau juga septictank rumah tangga. Melalui
konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi
masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap
proaktif akan menentukan keberhasilan rencana induk kota.
Modal Alami Yogyakarta, Air Mudah Mengalir
Secara geografis, Propinsi Yogyakarta membentang dari batas
utara Gunung Merapi sampai dengan batas selatan Samudra Indonesia.
Topografi Yogyakarta membentang dari kontur tanah tinggi ke rendah.
Untuk pengaliran air, kondisi ini jelas menguntungkan dan tidak
membutuhkan rekayasa bangunan sipil yang istimewa. Selain itu,
Yogyakarta juga memiliki 3 sungai utama yang membelah wilayah
perkotaan. Sungai-sungai tersebut adalah Winongo di sisi barat,
Code di sisi tengah dan Gajah Wong di sisi timur. Keunikan alami
lainnya, jenis tanah di Yogyakarta adalah tanah berpasir, hal ini
karena adanya keberadaan gunung vulkanik. Dengan tanah berpasir,
air yang menggenang lebih mudah meresapnya.
Yogya juga memiliki beberapa mata air di sisi utara kota. Modal
ini ditambah lagi dengan konsep tradisional masyarakat pinggir
sungai dalam memelihara konservasi air. Konsep ini biasa disebut
dengan Mbelik. Mbelik adalah sisi pinggir sungai yang menghasilkan
mata air kecil dari resapan tanah atau pepohonan. Masyarakat
biasanya membatasi daerah ini dengan gundukan tanah atau semen.
Daerah tetesan air dicekungi agar air menggenang dan dapat
digunakan.
Lewat paparan ini, jelas sudah bahwa sebenarnya Yogyakarta
merupakan daerah yang serba kecukupan dan tidak rumit pengelolaan
airnya. Masalah drainase dan sanitasi muncul ketika manusia tidak
lagi bijaksana menjaga ekosistem. Konsep-konsep tradisional ini
diganti ke konsep modern yang setengah hati. Sementara penduduk
bertambah banyak, rencana induk kota kurang tersosialisasi kepada
masyarakat. Sebaliknya, respon masyarakat terhadap kebijakan kota
juga ragu-ragu.
Sistem Drainase Saat Ini, Tergesa Membuang Air
Konsep utama drainase di kota Yogyakarta, secara konvensional
mengandalkan 3 sungai utama. Air dari daerah tangkapan (catchment
area) dibuang ke sungai lewat jaringan drainase. Seiring dengan
bertambahnya permukiman dan pusat kegiatan masyarakat, air yang
mengalir di kota semakin sulit meresap dan semakin mudah melimpas
(run off). Tanah, sebagai peresap alami air, diganti dengan semen,
aspal dan beton. Perubahan-perubahan alam ini terjadi karena
peningkatan kebutuhan dan aktivitas masyarakat. Faktor-faktor lain
seperti keterdesakan ruang ekonomi, juga mendorong orang untuk
berurbanisasi, meninggalkan gaya lama dan pindah ke kota, membangun
tempat tinggal, membutuhkan air bersih dan membuang air kotor
tentunya. Akibatnya, semakin banyak bangunan dibuat, semakin tinggi
peluang air menggenang, semakin besar jumlah limbah yang
dibuang.
Banyak hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem
drainase perkotaan. Masalah yang pertama yaitu, masalah teknis
konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang turun ke permukaan
tanah masih dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan yang
turun tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan air
tanah. Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air tanah
turun, kekeringan melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi
mengalirkan air bersih. Air sungai bercampur juga dengan air
limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang tindih fungsi
atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan yang
potensial merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya
pembagian fungsi sungai secara jelas. Saluran drainase dan sanitasi
harus terpisah. Masing-masing perlu solusi yang konkret.
Masyarakat dan pemerintah perlu bersinergi dan peduli pada
lingkungannya.Untuk sistem drainase, pembuatan sumur resapan dan
kolam konservasi adalah solusinya, baik itu secara pribadi (per
bangunan) atau massal. Pemerintah saat ini sedang giat dalam usaha
membangun embung. Embung ini diharapkan mampu menampung air hujan
yang turun agar tidak langsung terbuang. Usaha ini perlu didukung
masyarakat agar masalah pemeliharaannya dapat berlangsung.
Sementara itu, sungguh sulit untuk menggalakkan pembuatan sumur
resapan pribadi. Saat ini kebanyakan permukiman dan bangunan tidak
membuat sumur peresapan, padahal menurut IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan), setiap bangunan harus memilikinya, ketentuan ini
tercantum dalam Perda No. 4 tahun 1988. Jadi, seharusnya air hujan
yang mengalir/melimpas dari bangunan turun ke tanah, diresapkan
lewat sumur resapan, lalu baru sisanya dibuang ke SAH (Saluran Air
Hujan).
Memang sulit untuk mulai menggalakkan pembuatan sumur resapan,
kondisi ini disebabkan juga oleh keterbatasan lahan di kota.
Padahal, setelah dikulik lebih lanjut, ternyata sumur resapan
merupakan warisan teknologi tradisional, sebagaimana diungkapkan
dalam sebuah leaflet sosialisasi sumur resapan milik Bapedalda
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah), Sumur peresapan air
hujan, secara konsep sistem ini merupakan teknologi nenek moyang
yang diekpresikan dengan 'tabu' menimbun sumur yang oleh suatu
sebab tidak berfungsi lagi dan pada umumnya dimanfaatkan untuk
menampung air hujan dari halaman di sekitarnya. Begitulah
kebiasaan-kebiasaan masyarakat di pedesaan dengan membuat
lubang-lubang di halaman yang secara teknis dapat di terjemahkan
sebagai retarding basin (kolam penunda aliran air-red) dan
sekaligus berfungsi sebagai artificial recharge (pengisi air
buatan-red).
Usaha pembuatan sumur resapan ini harus mulai digalakkan sejak
saat ini. Sebuah desa di sebelah utara kota Yogya telah menggunakan
teknologi tradisional sumur resapan ini. Lewat berbagai modifikasi,
warga desa wisata Tanjung, Sleman, telah berhasil membangun 20
sumur resapan. Pembuatan sumur resapan ini dibantu oleh lembaga
GGWRM (Good Government in Water Resources Management), Uni Eropa.
Akhir November 2004, kita akan merampungkan 20 sumur baru lagi
bantuan dari Bapedalda, jadi akhir Desember kita sudah punya 20
sumur resapan, ungkap Jamhadi, ketua umum desa wisata Tanjung.
Prinsip sumur resapan yang diterapkan di desa Tanjung sebenarnya
sederhana. Pertama, kita butuh lahan ukuran 2 X 2 m. Di areal itu
digali, dimasuki buis beton ke dalam, diberi tutup semen, di
sebelah tumpukan buis beton tadi diberi bak kontrol semen ukuran
0,7 X 0,7 m, bak itu diberi tutup juga. Di samping bak kontrol,
ditanam grass block di permukaan tanah, diberi rumput sebagai
penyaring, ucap Sutoyo, salah seorang warga desa tanjung. Cara
kerjanya, air hujan turun dari tritisan rumah, menuju grass block,
tersaring, kemudian masuk ke bak kontrol dan akhirnya masuk ke buis
tadi dan meresap ke dalam tanah, tambahnya.
Teknologi tradisional nan murah di desa Tanjung ini seharusnya
mampu menjadi pembelajaran bagi desa-desa lain. Lewat gotong-royong
warga, kita juga bisa menyelamatkan lingkungan dari tempat kita
berpijak. Tanpa disadari, air yang diresapkan warga desa Tanjung
ini, nantinya akan memperbaiki siklus air kota secara keseluruhan.
Mengesankan.
Permasalahan kedua yang muncul dalam pengelolaan sistem drainase
perkotaan adalah integrasi jaringan antar wilayah/kabupaten.
Sebagai sebuah jaringan dan sistem, tidak mungkin bila aliran air
dikelola sendiri-sendiri. Pendimensian saluran, penggunaan sungai
secara terpadu, sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan
secara menyeluruh. Sebagai contoh, saluran drainase di Jalan
Parangtritis di sebelah utara dan selatan Ring Road. Area saluran
ini terletak di dua wilayah administrasi yang berbeda, sebelah
Utara wewenang Kodya Yogyakarta, sedangkan selatan wewenang
kabupaten Bantul. Tidak mungkin Kodya hanya menangani wilayahnya
saja dan tidak bertanggung jawab atas aliran air ke Bantul. Oleh
karena itu dibutuhkan perbaikan saluran-saluran di masing-masing
wilayah dan juga kerjasama yang terpadu.
Seperti diungkapkan Ir. Toto Subroto, Kepala Sub Dinas Prasarana
Pengairan dan Drainase Kota Yogyakarta, Dinas Prasarana Kota
Yogyakarta saat ini sedang melaksanakan berbagai perubahan saluran
drainase. Pada tahun anggaran lalu, Dinas Prasarana Kota sudah
mencoba memperbaiki saluran drainase di berbagai tempat. Di sebelah
timur misalnya, di Jl. Sudarsono, di dekat rel kereta api, Timoho,
saluran drainase dari utara di-sudet ke arah timur dan dialirkan ke
Sungai Gajah Wong, agar debit air ke selatan tidak bertambah besar.
Di sebelah Barat, di Jl. HOS Cokroaminoto, saluran drainase
di-sudet ke barat dan diarahkan ke sungai Winongo. Sudetan ini juga
dimaksudkan agar air yang masuk ke kota lebih sedikit. Selain itu,
agar kawasan Pakuncen juga tidak tergenang air karena relief
tanahnya yang relatif cekung. Lain lagi di sebelah selatan, di Jl.
Sorogenen, air di-sudet ke barat agar masuk ke sungai Code. Di
tengah kota, di Gayam, air dari Sungai Belik di-sudet ke arah
sungai Gajah Wong agar mencegah terjadinya banjir di Jl.
Batikan.
Sebenarnya kami masih ingin melakukan perbaikan di banyak tempat
lagi, tapi semua kegiatan pemerintah selalu berhadapan dengan skala
prioritas, ungkap Toto. Ada 4 prioritas dalam kegiatan kami saat
ini. Prioritas pertama, kegiatan berhubungan dengan keselamatan
jiwa. Kedua, kegiatan yang bila tidak ditangani akan menimbulkan
dampak kerusakan yang lebih meluas. Ketiga, kegiatan yang bersumber
pada masukan masyarakat, butuhnya apa? Keempat, kegiatan
berorientasi keindahan dan kerapian. Jelas Toto. Itu makanya,
rencana pemerintah membuat ini-itu sering tertunda, karena
terbentur skala prioritas, kalau mau bikin saluran drainase, eh
ternyata ada talud yang jebol dan itu membahayakan jiwa manusia, ya
itu yang didahulukan, tambah Toto.
Setelah perbaikan di masing-masing wilayah, masalah sinkronisasi
dan koordinasi saluran drainase menjadi sangat penting diagendakan.
Untuk itu, pemerintah saat ini sedang mengusahakan sebuah lembaga
koordinasi secara bersama-sama. Sekber Kartamantul (Sekretariat
Bersama Yogyakarta-Sleman-Bantul) adalah salah satu hasil kerja
bareng antar wilayah administratif. Sekber ini mengarahkan
lembaganya pada kerjasama pengelolaan prasarana dan sarana
perkotaan Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Selain saluran drainase di Jalan Parangtritis, Menukan dan
Sisingamangaraja, Sekber juga mendorong perbaikan saluran drainase
di Jalan Dongkelan, Karanglo, Jambon, Magelang dan AM Sangaji. Di
Kelurahan Singosaren, Bantul, lewat Sekber, kini Pemerintah Kota
Yogyakarta akan meneruskan membangun saluran drainase yang terhenti
di kota.
Di Yogyakarta, Sekber Kartamantul ini didukung oleh Lembaga
Kerjasama Teknis Jerman, GTZ (Deutsche Gesellschaft fr Technische
Zusammenarbeit) Urban Quality. Keberadaan GTZ ini bertujuan untuk
memperkuat kelembagaan Sekber. Bukan hanya itu, Yogyakarta juga
mendapat bantuan konsultan teknis lewat proyek kerjasama dengan
Swiss, YUIMS (Yogyakarta Urban Infrastructure Management Support)
atau YUDP (Yogyakarta Urban Development Project).
Untuk memperbaiki siklus alami air, saat ini Bapedalda juga
membantu untuk menyumbang dana bagi pembangunan sumur-sumur resapan
dan atau penanaman kembali bibit-bibit pohon di sepanjang bantaran
sungai. Bantuan ini secara konkret antara lain diberikan kepada
desa Tanjung (Sleman), Markurejo (Kalasan), Wonosalam,
Panggungharjo (Bantul) dan desa lainnya, yang secara keseluruhan
berjumlah 9 lokasi.
Sistem Sanitasi, Yang Dibuang Sayang
Sama halnya dengan drainase, sistem sanitasi juga memiliki
permasalahan dan kendala tersendiri. Secara konsep, sistem sanitasi
yang diterapkan di perkotaan seharusnya terpadu, komunal atau
terpusat, jadi limbah dan saluran air kotor dapat diolah dengan
teratur. Saluran-saluran yang membentuk jaringan sanitasi harus
diarahkan pada kawasan pengolahan tersendiri, yaitu IPAL (Instalasi
Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa merasa nyaman
karena tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL
ini tidak hanya diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga
bagi sentra industri-industri, baik kecil atau besar. Jika konsep
ini tercapai, wah, berarti tak perlu khawatir lagi air sehari-hari
kita akan tercemar. Kini pertanyaannya, apakah konsep ini mampu
berjalan di alur yang kita inginkan?
Sistem sanitasi selalu terkait dengan masalah limbah dan saluran
air kotor. Sebagai kota dengan segudang predikat, praktis
Yogyakarta menyangga berbagai keberagaman aktivitas manusia sebagai
penghasil limbah. Mulai dari limbah rumah tangga (mandi, kakus,
mencuci atau memasak), perkantoran, sekolah, universitas, hotel,
rumah makan, mall, sampai dengan industri skala kecil dan besar.
Dari data monitoring kami, industri yang tercatat di Yogya sejumlah
932, kegiatan pelayanan kesehatan (rumah sakit, laboratorium
kesehatan, balai kesehatan dll) sejumlah 197, kegiatan
jasa/pariwisata, khususnya hotel 231. Data ini masih kami
kembangkan lagi karena masih banyak yang belum tercatat. Masih
banyak kegiatan-kegiatan lain yang belum terdeteksi seperti usaha
bengkel dan salon misalnya. Ini membuktikan eksplorasi sumber daya
air yang luar biasa, sedangkan upaya pengembalian keseimbangan air
bersih masih kecil, baik itu air permukaan ataupun air tanah, jelas
Ir. Endro Waluyo, Kepala Sub Bidang Pengendalian Pencemaran
Bapedalda.
Endro menambahkan, saat ini mayoritas universitas-universitas di
Yogya pun juga masih belum memiliki IPAL dan sumur peresapan
sendiri. Padahal dengan daerah gedung yang luas ditambah dengan
adanya laboratorium, pengolahan air mandiri mutlak diperlukan.
Di Yogyakarta, saluran limbah cair dari perkotaan sebagian besar
dialirkan ke IPAL Sewon, Bantul. Sedangkan sisanya, saluran-saluran
air kotor masih tetap mengandalkan sungai dan septictank yang non
kedap air. Sungai-sungai dijadikan tempat pelarian, akibatnya,
sungai tidak lagi bersih dan ini memperburuk siklus air secara
alamiah. Beban kota masih ditambah lagi dengan air tanah kota yang
tak lagi sehat, septictank non kedap air mengakibatkan merembesnya
limbah dan bercampur dengan air tanah. Limbah berjabat tangan
dengan air tanah yang sehari-hari kita perlukan.
Agar perkotaan kita tetap sehat, masalah-masalah sanitasi harus
menjadi perhatian serius pemerintah beserta dengan warganya.
Jogjaku Bersih harus menjadi slogan yang mampu diwujudkan. Hal ini
senada dengan penjelasan Pieter Lawoasal, Kepala Seksi Pemantauan
dan Pemulihan KPDL (Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan), Kami
(KPDL-red) sekarang ini baru fokus ke IPAL komunal/domestik yang
dirancang untuk menjaga air sungai dan air tanah yang ada di Yogya,
khususnya untuk masyarakat yang ada di pinggir sungai.
Bagi Pieter, penting untuk menyadarkan masyarakat yang bermukim
di pinggiran sungai-sungai karena cukup banyak warga yang membuang
limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Maka dari
itu, perlu antisipasi seperti pembuatan septictank. Masih banyak
pula masyarakat yang maaf mekong (mepe bokong, buang kakus sambil
jongkok-red) di sungai, ujar Pieter tersenyum.
Menanggapi fenomena lingkungan yang cukup meresahkan ini, KPDL
telah berinisiatif untuk membangun IPAL-IPAL komunal di berbagai
tempat di Yogyakarta. IPAL komunal ini dibuat dengan tujuan agar
masyarakat sadar dan turut terlibat dalam hal kepedulian
lingkungan. Selain itu, IPAL komunal memang lebih murah dan ringkas
daripada membuat septictank pribadi. Diharapkan, pembuatan
IPAL-IPAL ini mampu menjadi pilot project bagi daerah-daerah
lainnya juga. Karena ini pilot project, jadi untuk mencapai
kesempurnaan pembuatan IPAL membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sejak tahun 2000, kami sudah mulai buat IPAL di beberapa lokasi,
tapi hasilnya tidak memuaskan, baru tahun 2003-2004 ini mulai baik,
jadi membutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun untuk mencapai yang lebih
baik, ujar Pieter. Pieter juga menambahkan bahwa IPAL komunal yang
dibuat ini dapat digunakan untuk skala 50-100 keluarga, dengan
harapan agar setelah dibuang ke sungai, air sudah memenuhi baku
mutu standar SK Gubernur nomor 214 tentang baku mutu air
sungai.
Cara yang digunakan KPDL dalam membuat IPAL Komunal pun tidak
semata-mata membangun sepihak. Masyarakat dilibatkan bersama-sama.
Pemerintah yang memberi dana, konsultan, dan memberi contoh bentuk,
sedangkan yang melaksanakan adalah masyarakat setempat. Dananya pun
dikelola oleh mereka, sehingga kekurangan yang ada ditanggung oleh
masyarakat sebagai pengelola. Bahkan pernah pembuatan IPAL ini, 50
% dananya dari masyarakat daerah itu sendiri. Bagi pemerintah, ini
merupakan partisipasi dari masyarakat yang sangat besar, ucap
Pieter bersemangat. Pemerintah tetap memberi konsultan yang
membantu, tapi tanggung jawab pembangunan diberikan penuh kepada
masyarakat. Pieter juga memberi kebebasan apabila masyarakat merasa
tidak membutuhkan atau merasa kurang sreg (yakin-red) dengan
konsultan teknis dari pemerintah, masyarakat tidak perlu memakai
jasa konsultan tersebut.
Beberapa IPAL komunal yang telah dibantu oleh KPDL antara lain
di daerah Serangan, Patangpuluhan, Bumijo, Pringgan (Kotagede),
Tegalrejo dan di Rusunawa (Rumah Susun Sewa Sederhana) dekat Hotel
Melia.
Mengenai teknis perancangan, Pieter menjelaskan bahwa IPAL
komunal yang dibuat ini berbeda dengan septictank pada umumnya.
IPAL yang dibuat, sengaja dirancang kedap air, agar air limbah
jangan meresap ke dalam tanah. Jadi nantinya, limbah yang dibuang
dapat disedot kembali, atau diolah sebagai pupuk.
Soal olah-mengolah limbah, warga Prawirodirjan bahkan telah
memulai usaha kreatif ini. Di RT 7, 8, 9 di Prawirodirjan ini, kami
mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk. Anak-anak muda banyak
yang terlibat. Bukan itu saja, bahkan fasilitas MCK (Mandi, Cuci,
Kakus) komunal kami juga akan dibuat proyek biogas. Belum pasti
kapan, tapi yang jelas, nantinya limbah ini dapat digunakan untuk
menghasilkan panas/api, sehingga ada semacam dapur bersama di
kampung ini, jelas Suhayatmojo, Sekretaris Kelurahan Prawirodirjan.
Melalui contoh usaha kreatif ini, masyarakat dapat mulai untuk
minimal peduli dengan lingkungan desanya sendiri. Yang dibuang
sayang, usaha ini pantas ditumbuhkembangkan.26 Agustus 2008
20:48
Anonim mengatakan...JENIS DRAINASE DAN PERMASALAHANNYA
1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan
permasalahannya:Drainase merupakan salah satu factor pengembangan
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection),
sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada
tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.a)
Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :1. Drainase alamiah (natural
drainage)Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan
penunjang2. Drainase buatan (artificial drainage)Dibuat dengan
tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus Menurut letak bangunan
:
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)Suatu system
pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.2. Drainase bawah permukaan
tanah (subsurface drainage)Suatu sistem pembuangan untuk
mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu
drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1.
Single purposeSuatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic,
limbah industri dll2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk
air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainaseSistem drainase dibagi
menjadi:
1. tersier drainage2. secondary drainage3. main drainage4. sea
drainage
Permasalahan drainase:Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal
yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan
yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debitmanajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga
tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah
genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk
perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah
cair maupun pada sampah.
3. Amblesan tanahdisebabkan oleh pengambilan air tanah yang
berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka
air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang
sampah2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang
masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap3.
pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama
pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya
melanggar drainase.4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan
kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.5. Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2 a. Drainase Jalan RayaDrainase jalan raya dibedakan untuk
perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar
perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka
tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu
ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak
tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka
jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi
perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka
jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat
berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya
yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran
akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan
jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus
,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti
jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah
badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.b. Drainase Lapangan
TerbangDrainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada
draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder
merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas /
debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface
drainage.Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih
kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan
sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm,
dan harus segera dialirkan.Di sekeliling pelabuhan udara terutama
di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi
atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka
tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak
boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama
dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan
terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola
dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
LAYAKNYA berondongan peluru, makin hari, makin banyak masalah
lingkungan yang terus memburu kita. Mulai dari sampah, sungai
tercemar, banjir bandang dan banyak lagi. Bolehlah kita sesekali
membuka mata bahwa permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama. Kota tempat kita berpijak adalah ruang kehidupan kita
bersama. Ruang yang harus kita rawat siklus kealamiannya. Air
menjadi salah satu kata kuncinya. Permasalahan air adalah
permasalahan yang tak kunjung usai. Karena bagaimanapun juga
permasalahan lingkungan bukan permasalahan rekayasa teknis semata
tapi juga permasalahan sosial yang buntutnya adalah soal
budaya.
Membahas air berarti tak dapat lepas dari keberadaanya, air di
permukaan tanah atau air di bawah tanah. Berdasar siklus air, air
hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang
meresap ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan
air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah, melimpas,
menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai
mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan
terus berulang hingga air dari penguapan laut turun kembali sebagai
hujan.
Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan permasalahan ketika
air tidak diganggu alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan
gerak air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air
yang meresap ke tanah. Proses alami air ini tentu saja mau tidak
mau harus diganggu. Perkembangan kota, pertambahan jumlah penduduk
disertai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat menjadi faktor
utama penentu proses siklus air.
Drainase dan sanitasi perkotaan menjadi tema yang mendesak untuk
dibicarakan karena memegang fungsi sentral dalam hal pengendalian
air. Sistem Drainase berarti sistem pengatusan atau pengeringan
kawasan atas air hujan yang menggenang. Sedangkan sistem sanitasi
berarti sistem pengendali tingkat higienis, kebersihan dan
kesehatan air.
Idealnya, pada rencana induk kota, kedua alur sistem ini harus
dipisah. Sistem drainase harus dikembangkan salurannya sendiri,
mulai dari air hujan, masuk ke selokan/parit sampai dengan meresap
ke dalam tanah kembali atau mengalir ke sungai dan bermuara di
laut. Pun sistem sanitasi, karena sebagian besar berhubungan dengan
limbah, maka perlu diusahakan saluran yang benar-benar sehat agar
nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan
output-nya memenuhi standar baku air.
Sebagai sistem, penanganan drainase maupun sanitasi tidak dapat
dilakukan secara individual, wilayah per wilayah. Rencana induk
kota harus mampu mengintegrasikan jaringan air mulai dari hulu
sampai dengan hilir. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah punya
pengaruh yang besar. Kebijakan ini memayungi prosedur-prosedur
standar pengendalian air, semisal, standar penyambungan saluran air
hujan, air limbah, atau juga septictank rumah tangga. Melalui
konsultan teknisnya, pemerintah harus menjadi fasilitator bagi
masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi dan sikap
proaktif akan menentukan keberhasilan rencana induk kota.
Modal Alami Yogyakarta, Air Mudah Mengalir
Secara geografis, Propinsi Yogyakarta membent
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGANBambang
Sudarmanto
Abstract
Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan (SDPBL)
dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan
sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir secara
terkendali dan lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke
dalam tanah. Sumur Resapan sebagai alternatif konstruksi imbuhan
infiltrasi air hujan ke dalam tanah diharapkan mampu memecahkan
problem defisit air pada masa yang akan datang untuk pulau Jawa dan
Madura.Kata Kunci :sumur
resapan.http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/255
onsep Baru Drainase Berwawasan LingkunganBertujuan untuk
memulihkan dan meningkatkan kualitas air saluran kota.endengar kata
hujan, mungkin yang terbayang di benak kita adalah banjir. Hal ini
kerap terjadi karena biasanya saat hujan turun sebagian besar air
akan meluap dan menimbulkan genangan ataupun banjir. Namun
sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami
kekeringan karena cadangan air tanah permukaan yang ada habis
disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri. Inilah
permasalahan terkait sektor air khususnya di perkotaan yang harus
diperhatikan. Salah satu solusi konkret untuk masalah tersebut
adalah dengan memperbaiki sistem drainase perkotaan.Sistem Drainase
Berwawasan Lingkungan
Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik
secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga
genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak merugikan
masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik
maupun air limbah industri. Oleh karena itu drainase perkotaan
harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan
lainnya.
Sebagaimana tergambar pada bagan fasilitas penahan air hujan di
atas, menurut Dr. Ir. Suripin M.Eng dari Universitas Diponegoro,
berdasarkan fungsinya, terdapat dua pola yang dipakai untuk menahan
air hujan, yaitu: Pola detensi (menampung air sementara), yaitu
menampung dan menahan air limpasan permukaan sementara untuk
kemudian mengalirkannya ke badan air misalnya dengan membuat kolam
penampungan sementara untuk menjaga keseimbangan tata air. Pola
retensi (meresapkan), yaitu menampung dan menahan air limpasan
permukaan sementara sembari memberikan kesempatan air tersebut
untuk dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan
membuat bidang resapan (lahan resapan) untuk menunjang kegiatan
konservasi air.
Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya
justru makin mengurangi daerah resapan air hujan karena luas daerah
yang ditutupi oleh perkerasan semakin meningkat dan waktu
berkumpulnya air (time of concentration) pun menjadi jauh lebih
pendek sehingga pada akhirnya akumulasi air hujan yang terkumpul
melampaui kapasitas drainase yang ada.
Banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat
parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai kini menjadi tempat
hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan
yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat
dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan
maupun di permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan
banjir. Hal itu terjadi karena selama ini drainase difungsikan
untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off)
secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekatUntuk mengatasi
permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang
berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan
air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih
banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik
dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih
efisien.
Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, pengelolaan drainase secara terpadu berwawasan
lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai
muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui
saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut, danau,
situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga
tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di
dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut
(akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit
puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu mengalirkan limpasan
air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan
lingkungan bekerja dengan berupaya memperlambat aliran limpasan air
hujan.
Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak
yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan
maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori,
dan lain-lain. Hal ini dilakukan mengingat semakin minimnya
persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.
Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan
ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan
kaidah konservasi dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang
ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan drainase khususnya
di perkotaan.
Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis
masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat
dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan
sarana yang ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam
pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana serta
penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi
masyarakat. Masyakarat dapat berperan dan berpartisipasi dalam
setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan
pemeliharaan sistem jaringan drainase melalui beberapa tahap,
antara lain:1. Tahap Survei dan Investigasi : masyarakat dapat
memberikan informasi calon lokasi yang akan dibangun dan kondisi
setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.2. Tahap
Perencanaan : masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan,
kesepakatan dan penggunaan dari perencanaan yang telah dibuat.3.
Tahap Pembebasan Lahan : masyarakat memberi kemudahan dan
memperlancar proses pembebasan lahan apabila lahan masyarakat
terkena dampak pembangunan.4. Tahap Pembangunan : masyarakat dapat
ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan.5. Tahap Operasi dan Pemeliharaan :
masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan pengoperasian,
melaporkan jika ada kerusakan.6. Tahap Monitoring dan Evaluasi :
masyarakat dapat memberikan data yang benar dan nyata sesuai dengan
kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta dampak yang
ditimbulkannya.
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini
dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif
di dalam penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air
tanah habis, merekalah yang paling merasakan akibatnya. Masyarakat
dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon
penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan
tangki penampung yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan
yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.
Sumur Resapan, Solusi TermurahSumur resapan adalah salah satu
solusi murah dan cepat untuk masalah banjir. Umumnya sumur resapan
berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter. Lubang galian
sebelah atas sampai lapisan tanah relatif keras dan bersemen agar
dilindungi dengan bidang penahanan longsoran dinding sumur (bisa
dari bambu, pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur
resapan relatif tergantung kondisi formasi batuan dan muka air
tanah. Untuk daerah yang muka air tanahnya dalam, kedalaman sumur
resapan dapat dibuat hingga mencapai 5 meter.
Idealnya dalam perencanaan drainase di suatu wilayah perlu
direncanakan adanya sumur resapan sehingga dimensi saluran drainase
dapat lebih diminimalkan. Untuk hasil yang lebih maksimal,
penggunaan sumur resapan dapat divariasikan dengan bangunan
drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini akan berdampak
besar bila semua masyarakat sadar dan mau menerapkannya.
Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa
rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila setiap rumah memiliki
sumur resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan
sejumlah satu meter kubik dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu
rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu meter kubik air yang dapat
meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi limpasan
permukaan yang akan membebani saluran drainase di hilir dan mampu
mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada musim
penghujan, mereka telah menabung
air.http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=331
Ekodrainase, Konsep Drainase Berwawasan LingkunganPengelolaan
drainase dihadapkan pada isu-isu strategis yang menghambat
pengembangan pengelolaan drainase terutama di perkotaan. Adapun
isu-isu strategis yang menghambat pengembangan pengelolaan drainase
terutama di perkotaan yakni sebagai berikut :
1. Dampak Perubahan Iklim (climate change)Climate change
merupakan salah satu isu global yang menjadi perhatian banyak
pihak. Dampak dari climate change dapat dirasakan pada perubahan
pola curah hujan yang semakin tidak teratur baik intensitas maupun
musim.2. Penurunan Permukaan TanahPenurunan permukaan tanah
disebabkan oleh eksplorasi air tanah yang berlebihan terutama di
daerah perkotaan yang padat penduduk seperti Jakarta. Laju
penurunan air tanah semakin cepat dikarenakan eksplorasi air tanah
tidak seimbang dengan kemampuan untuk mengembalikan atau
menyerapkan air kembali ke tanah.3. Perkembangan Kawasan Terbangun
dan PerkotaanKawasan terbangun mencakup daerah hulu dan hilir
semakin berkembang dan mengurangi luasan tanah sebagai penyerap
air. Berkembangnya kawasan terbangun dan perkotaan menyebabkan
meningkatnya limpasan air permukaan yang tidak dapat diserap
kembali oleh tanah.4. Penurunan Kualitas Lingkungan
PerkotaanPerkembangan kawasan perkotaan yang padat penduduk
melahirkan sebagian kawasan kumuh, kotor dan kualitas lingkungan
yang rendah disebabkan oleh ketidakdisiplinan penduduk dalam
membuang air limbah dan sampah di saluran drainase.
Selama ini paradigma lama dalam pengelolaan drainase adalah
mengalirkan secepat mungkin air ke saluran drainase terdekat atau
badan air. Namun dengan adanya permasalahan baru khususnya terkait
perubahan iklim dan mitigasi bencana, muncul paradigma baru yaitu
menahan dan meresapkan air sebanyak mungkin ke tanah melalui sumur
resapan, kolam retensi, ataupun yang lainnya.
Salah satu konsep yang sesuai dengan paradigma baru tersebut
adalah konsep Ekodrainase, yaitu suatu konsep pengelolaan saluran
drainase secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Konsep inilah
yang dikembangkan baik didunia Pendidikan ataupun Pemerintah saat
ini demi mewujudkan Drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan.
Secara garis besar konsep ini menjadikan prasarana drainase di
wilayah kota berfungsi sebagai pengelola/pengendali air permukaan
(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan,
banjir, dan kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi
kelestarian lingkungan hidup.
Ekodrainase, Drainase yang berwawasan lingkungan
Dalam konsep ekodrainase, air hujan tidak secepatnya dialirkan
menuju sungai namun diresapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal
ini dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan dan kolam
retensi. Selain itu, konsep ekodrainase juga dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dengan penanganan sampah dan air limbah yang
bertujuan memulihkan dan meningkatkan kualitas air saluran drainase
perkotaan dari pencemaran yang disebabkan oleh sampah atau air
limbah yang masuk ke dalam saluran drainase. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas air yaitu
pemasangan trash rack di saluran drainase, proses bioremediasi,
serta kegiatan 3R (reduce, reuse, dan recycle) dan SANIMAS
(Sanitasi Berbasis Masyarakat) di daerah tangkapan drainase.
Pengelolaan drainase berwawasan lingkungan harus dilakukan
secara terpadu mulai dari bagian hulu, tengah, dan hilir. Dengan
berubahnya paradigma ini diharapkan kita tidak lagi menganggap air
sebagai ancaman atau bencana tetapi sebagai anugerah yang perlu
dikelola dan dilestarikan dengan baik demi kelangsungan hidup
generasi penerus kita. Perlu diingat bahwaalam ini bukan warisan
nenek moyang tapi merupakan titipan untuk anak cucu kita
kelak.http://alizaka.blogspot.com/2014/05/ekodrainase-konsep-drainase-berwawasan.html
. PENGERTIAN DRAINASE.Drainase merupakan salah satu fasilitas
dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian
drainase :Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan
air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang
tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono
1948:1)Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang
jatuh ke di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai
dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini dilakukan pada semua
kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu,
tengah, maupun hilir. Dan ternyata, bahwa konsep drainase
konvensional ini di Indonesia tidak hanya dipakai untuk men-drain
areal permukiman, namun digunakan secara menyeluruh termasuk untuk
men-drain kawasan pedesaan, lahan pertanian dan perkebunan, kawasan
olahraga, wisata, dan lain sebagainya.Drainase konvensional untuk
permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara membuat
saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai guna mengatuskan
kawasan tersebut secepatnya.Seluruh air hujan diupayakan sesegera
mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal pertanian
dan perkebunan biasanya dibangun saluran drainase air hujan
menyusuri lembah memotong garis kontur dengan kemiringan terjal.
Pada saat hujan, saluran drainase ini berfungsi mengatuskan kawasan
pertanian dan perkebunan dan langsung dialirkan ke sungai.Demikian
juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain
sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai
terdekat. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di
bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke
sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk
meresap ke dalam tanah.Dampak dari pemakaian konsep drainase
konvensional tersebut dapat kita lihat sekarang ini, yaitu
kekeringan yang terjadi di mana-mana, juga banjir, longsor, dan
pelumpuran.Termasuk juga surutnya sungai-sungai di luar Jawa saat
ini, hingga menyebabkan transportasi sungai sangat selalu
terganggu. Tentu saja ada sebab-sebab selain drainase, misalnya,
penggundulan hutan, namun kesalahan konsep drainase yang kita pakai
sekarang ini merupakan penyumbang bencana kekeringan, banjir, dan
longsor yang cukup signifikan.Kesalahan konsep drainase
konvensional yang paling pokok adalah filosofi membuang air
genangan secepat-cepatnya ke sungai. Dengan demikian, sungai-sungai
akan menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap
atau terjadi banjir, contoh, banjir-banjir di Jakarta, Semarang,
Bandung, Riau, Samarinda, dan lain-lain. Demikian juga mengalirkan
air secepatnya berarti pengatusan kawasan atau menurunkan
kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan demikian,
cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di musim kemarau akan
terjadi. Dalam konteks inilah pemahaman bahwa banjir dan kekeringan
merupakan dua fenomena yang saling memperparah secara
susul-menyusul dapat dengan mudah dimengerti. Sangat ironis bahwa
semakin baik drainase konvensional di suatu kawasan aliran sungai,
maka kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau
akan semakin intensif silih berganti.Dampak selanjutnya adalah
kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro disertai tanah
longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan
air tanah musim kering dan musim basah yang sangat tinggi.JIKA
kesalahan konsep dan implementasi drainase yang selama ini kita
lakukan ini tidak diadakan revisi, usaha apa pun yang kita lakukan
untuk menanggulangi banjir, kekeringan lahan, dan longsor, akan
sia-sia. Dalam tulisan ini akan diketengahkan konsep drainase baru
yang biasa disebut drainase ramah lingkungan atau ekodrainase yang
sekarang ini sedang menjadi konsep utama di dunia internasional dan
merupakan implementasi pemahaman baru konsep ekohidraulik dalam
bidang drainase.Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai
upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya
diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai
dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Dalam drainase
ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus
dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai.
Namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan
kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini
sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan perbedaan musim
hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia.Berikut ini
diketengahkan beberapa metode drainase ramah lingkungan yang dapat
dipakai di Indonesia, di antaranya adalah metode kolam konservasi,
metode sumur resapan, metode river side polder, dan metode
pengembangan ereal perlindungan air tanah (ground water protection
area). Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam
air, baik di perkotaan, permukiman, pertanian, atau perkebunan.
Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air hujan terlebih
dahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara
perlahan-lahan. Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan
daerah-daerah dengan topografi rendah, daerah-daerah bekas galian
pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat
dengan menggali suatu areal atau bagian tertentu. Kolam konservasi
juga sangat menguntungkan jika dikaitkan dengan kebutuhan rekreasi
masyarakat. Misalnya pada pembangunan real estat, pemerintah dapat
mewajibkan pengelola real estat untuk membangun kolam konservasi
air hujan di lokasi perumahan, sekaligus ditata sebagai areal
rekreasi bagi masyarakat perumahan.Di samping itu, kolam konservasi
dapat dikembangkan menjadi bak-bak permanen air hujan, khususnya di
daerah-daerah dengan intensitas hujan yang rendah. Kota-kota dan
kawasan luar kota di Indonesia perlu segera membangun kolam-kolam
konservasi air hujan ini. Sangat disayangkan, bahwa perkembangan
yang ada di Indonesia sekarang ini justru masyarakat dan pemerintah
berlomba mempersempit atau bahkan menutup kolam konservasi alamiah
yang ada (rawa, situ, danau kecil, telaga, dan lain-lain). Banyak
kolam-kolam konservasi alamiah dalam sepuluh tahun terakhir ini
hilang dan berubah fungsi menjadi areal permukiman, contohnya di
Jakarta, Bandung, dan lain-lain.Untuk areal pertanian dan
perkebunan sudah mendesak, untuk segera direncanakan dan dibuat
parit-parit (kolam) konservasi air hujan. Parit ini sangat penting
untuk cadangan air musim kemarau sekaligus meningkatkan konservasi
air hujan di daerah hulu, serta meningkatkan daya dukung ekologi
daerah setempat. Konstruksi parit cukup sederhana, berupa galian
tanah memanjang atau membujur di beberapa tempat tanpa pasangan.
Pada parit tersebut sekaligus bisa dijadikan tempat budidaya ikan
dan lain-lain.Metode sumur resapan merupakan metode praktis dengan
cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh
pada atap perumahan atau kawasan tertentu (Dr Sunjoto, UGM). Sumur
resapan ini juga dapat dikembangkan pada areal olahraga dan wisata.
Konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi
lapisan tanah setempat. Perlu dicatat bahwa sumur resapan ini hanya
dikhususkan untuk air hujan, sehingga masyarakat harus mendapatkan
pemahaman mendetail untuk tidak memasukkan air limbah rumah
tangganya ke sumur resapan tersebut.METODE river side polder adalah
metode menahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan
(hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir
sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai
tempat secara selektif di sepanjang sungai. Lokasi polder perlu
dicari, sejauh mungkin polder yang dikembangkan mendekati kondisi
alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik
teknis dan tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat
muka air naik (banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan
akan keluar jika banjir reda, sehingga banjir di bagian hilir dapat
dikurangi dan konservasi air terjaga.Konsep drainase ramah
lingkungan atau ekodrainase ini perlu mendapat perhatian yang
serius dari pemerintah. Kesalahan pemahaman masyarakat, dinas
terkait, dan perguruan tinggi tentang filosofi konsep drainase,
yaitu membuang air secepat-cepatnya ke sungai, perlu segera
direvisi dan diluruskan secara serius. Perlu pembenahan dan revisi
bangunan drainase permukiman, tempat olahraga dan rekreasi,
pertanian dan perkebunan dengan konsep drainase ramah lingkungan.
Tampaknya perlu studi khusus untuk menemukan kembali konsep
drainase ramah lingkungan.
B. TUJUAN DRAINASE.Tujuan saluran drainase ini antara lain:1.
Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah.2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat
yang ideal.3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan
bangunan yang ada.4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehingga tidak terjadi bencana banjir.
C. SISTEM DRAINASE.Drainase merupakan salah satu factor
pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float
protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai
air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas.a) Jenis jenis drainase : Menurut sejarah terbentuknya
:1. Drainase alamiah (natural drainage)Terbentuk secara alamiah ,
tidak terdapat bangunan penunjang2. Drainase buatan (artificial
drainage)Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus
Menurut letak bangunan :1. Drainase permukaan tanah (surface
drainage)Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air
dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya
genangan.2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface
drainage)Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air
dibawah tanah.Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat
untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :1. Single purposeSuatu jenis
air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll2.
Multi purposeBeberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :1. Saluran terbuka2. Saluran tertutupUntuk
air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainaseSistem drainase dibagi
menjadi:1. tersier drainage2. secondary drainage3. main drainage4.
sea drainagePermasalahan drainase:Permasalah drainase perkotaan
bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :1.
Peningkatan debitmanajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga
tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah
genangan.2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk
perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah
cair maupun pada sampah.3. Amblesan tanahdisebabkan oleh
pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa
bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.4. Penyempitan dan
pendangkalan saluran5. reklamasi6. limbah sampah dan pasang
surut
c) Penanganan drainase perkotaan :1. Diadakan penyuluhan akan
pentingnya kesadaran membuang sampah2. Dibuat bak pengontrol serta
saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan
cepat agar tidak mengendap3. pemberian sanksi kepada siapapun yang
melanggar aturan terutama pembuangan sampah sembarangan agar
masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.4. Peningkatan
daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungn.5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas
untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan
fasilitas resapan.
D. TIPE SISTEM DRAINASE.1. Tipe acak/alami (Random of Natural
System)System ini digunakan di tanah yang tidak memerlukan drainase
lengkap yang berjarak beraturan.2. Tipe tulang ikanSystem ini
digunakan di daerah drainase sempurna serta mendapat tekanan air
yang bnyak. Pada system ini pipa utama di benamkan searah depresi
dan tegak lurus terhadap lereng.3. Tipe GridironSystem ini hamper
sama dengan system tulang ikan, hanya saja saluran lateral/saluran
anak masuk ke dalam saluran utama dari satu sisi saja.4. Tipe
interceptorPada system ini pipa drainase dibenamkan ditepi daerah
depresi, sehingga air yang datangnya dari atas tidak masuk ke
daerah depresi.
E. JENIS-JENIS PIPA.1. Pipa Tanah Liat Biasa.Panjangnya 50 60
cm, dengan diameter 7 15 cm, lengkap denga macam-macam sambungan
dan disambung dengan adukan. Digunakan untuk saluran air buangan,
saluran air hujan, khusus untuk tanah yang tidak berair.2. Pipa
Tanah Liat Diblasin.Dibuat dengan mesin, panjangnya 50 100 cm,
diameter 10 - 30 cm lengkap dengan sambungan. Alat penyambungnya
berupa cincin karet dan lem. Digunakanuntuk instalasi air bersih,
pembuangan air industry, dan kolam renang.3. Pipa PVCBerdiameter 25
315 mm, panjangnya 300 cm, lengkap dengan sambungan dan disambung
dengan lem dan cincin karet. Digunakan untuk instalasi air minum
dan air buangan.4. Pipa besiDiameter 24-800mm, panjangnya 6000mm,
lengkap dengan artting. Disambung dengan las, biasanya digunakan
untuk pipa gas, instalasi air minum (diatas permukaan tanah).5.
Pipa asbesDiameter 25-80 cm, panjangnya 600cm dismbung dengan lem
dan mortar khusus. Digunakan untuk instalasi air bersih atau
instalasi air buangan.
F. PENERAPAN SISTEM DRAINASE.a. Drainase Jalan RayaDrainase
jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di
perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu
mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan
saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar.
Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran
drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi
atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan
bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu
lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran
melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun
inflet horizontal.Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak
saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah
lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi
tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah
lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada
median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka
kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang
lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan
saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk
menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan
adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk
mengalirkan air dari saluran.
b. Drainase Lapangan TerbangDrainase lapangan terbang
pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan shoulder
karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi ,
maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola
drainase muka tanah atau surface drainage.Kemiringan keadan
melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % ,
kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan
kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan
0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di
permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.Di
sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan
shoulder , harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air
(Interception ditch) dari sis luar lapangan terbang.
c. Drainase Lapangan OlahragaDrainase lapangan olahraga
direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada
lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage)
tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan
lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di
lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas
antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik
harus ada collector drain.
H. PRINSIP DRAINASE YANG BAIK.1. Bahan yang digunakan harus
mempunyai ketahanan dan kekuatan yang cukup2. Diameter pipa harus
sesuai dengan kebutuhan dan jangan lebih kecil dari: Diameter 100
mm untuk penyaluran air tanah. Diameter 75 mm untuk penyaluran air
permukaan.3. Pada tiap-tiap pertemuan dan perubahan kemiringan pipa
saluran harus dibuat lubang control untuk pembersihan endapan
sampah.4. Pipa saluran harus dipasang lurus dan sependek mungkin.5.
Pipa saluran harus dipasang dalam suatu kesatuan miring agar air
dapat mengalir dengan lancer dan akan terjaga kebersihan dari pipa
itu sendiri.6. Saluran air masuk harus diberi kran.7. Pertemuan
pipa saluan tidak boleh tegak lurus satu sama lain.
I. SISTEM DRAINASE YANG EFEKTIF DAN EFISIEN1. Pengumpulan dan
penyaluran air permukaan melalui saluran samping (slide ditch).2.
Pembangunan melalui gorong-gorong ke saluran alamiah.3. Dainase
bawah tanah bila diperlukan.4. Saluran pencegat untuk mengalirkan
air permukaan dari daerah luar yang mengalir kea rah jalan.5.
Pengalihan-pengalihan untuk menjamin air mengalir ke
gorong-gorong.6. Pengendalian daya erosi air permukaan dengan cara
pemasangan batu bata saluran tebing serta pemasangan gebalan
rumput.7. Pemeriksaan yang teratur terhadap setiap unsur dari
system drainase.8. Pemeliharaan dan perbaikan (bila
diperlukan).
JOB 1TES PERKOLASI
1. Tujuana. Agar mahasiswa dapat mengetahui kemampuan tanah
dalam menyerap air2. Dasar TeoriInfiltrasi / Perkolasi ke dalam
tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara
vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.waktu perkolasi
adalah: waktu dalam satuan menit yang diperlukan oleh air, waktu
turun sedalam 2,54 cm (1 inchi). Hasil waktu perkolasi dinyatakan
dalam menit/inchi. Dengan kesimpulan bahwa makin lama waktu
perkolasi, makin luas tanah peresapan yang diperlukan. Hubungan
waktu perkolasi dengan luas tanah absorbsi dinyatakan dengan dalil
sebagai berikut: Makin lama waktu perkolasi makin luas tanah
absorbsi yang diperlukan3. Alat dan Bahan
a. Linggisb. Meteranc. Aird. Ranting
4. Langkah Kerja1) Tentukan lokasi, di 2 tempat yang berbeda2)
Gali tanah sedalam 30cm, diameter 10cm3) Urug dengan pasir,
tebalnya 5cm4) Tandai dalam galian tanah setiap 2,54cm dengan
ranting5) Isi penuh lubang galian trersebut dengan air6) Amati dan
catat waktu yang dibutuhkan pori pori tanah tersebut untuk menyerap
air
5. Data Tes PerkolasiLubang ke 1 lubang ke 2Ranting ke Waktu
Ranting ke Waktu1 00:00:22.49 1 00:00:15.472 00:00:57.10 2
00:00:29.513 00:02:52.26 3 00:00:57.774 00:03:59.41 4 00:01:26.905
00:07:32.00 5 00:02:38.586 00:10:25.32 6 00:03:26.807 00:19:09.85 7
00:06:57.348 00:26:41.16 8 00:16:48.239 00:36:36.96 9 00:39:43.7410
00:51:10.09 10 01:31:50.35
Waktu perkolasi =6. Permasalahana. Sulit untuk membuat lubang
yang berbentuk tabung.7. Solusia. Gali dengan perlahan agar
bentuknya presisi.
JOB 2STAKE OUT/PAPAN DUGA
1. TujuanSetelah melakukan job ini mahasiswa diharapkan:a. dapat
membuat patok dan as galian dengan baik.b. dapat membuat kemiringan
tanah sesuai dengan rencana.c. dapat memahami dan mengaplikasikan
pembuatan system drainase.2. Dasar teoriStake out/papan duga adalah
salah satu konstruksi sederhana dan bersifat sementara yang dipakai
atau berfungsi untuk pedoman suatu pekerjaan konstruksi yang
digunakan untuk menentukan as dari konstruksi yang dikerjakan,
menentukan letak konstruksi tersebut, menentukan elevasi setiap
titik dan menentukan kedalaman sebuah galian.Fungsi stake out:a.
menentukan letak saluran yang akan dibuatb. menentukan as saluranc.
menentukan jarak dari as ke asd. menentukan elevasi setiap titik
pada salurane. menentukan kedalaman galianf. menentukan kemiringan
suatu saluran
3. Alat dan Bahan
a. meteranb. roll meterc. benangd. cangkul/pacule. gerobakf.
selang airg. waterpassh. palu besii. palu godamj. pakuk. papanl.
kasaum. sekopn. boning rod
4. Langkah Kerjaa. pelajari dan amati gambar kerja serta
instruksi dari instruktur.b. tentukan lokasi pekerjaan.c. siapkan
alat dan bahan yang dibutuhkand. membuat saluran Saluran Induk-
Ukur lokasi pekerjaan menggunakan roll meter, kemudian beri tanda
dengan kasau untuk ukuran keseluruhan saluran yaitu 10m dan beri
tanda untuk pembuatan saluran anak.- Ukur 1,5m dari kasau sebagai
tempat stake out.- Tandai stake out dengan selang air untuk
mendapatkan kemiringan yang sama.- Buat beda tinggi/kemiringan
saluran induk sebesar 3% dari panjang keseluruhan saluran induk.-
Pasang papan stake out sesuai tanda beda tinggi.- Tarik benang yang
telah diberi pemberat untuk kelurusan saluran dan kemiringan
saluran. Saluran anak- Buat saluran anak pada jarak setiap 2m pada
saluran induk, dengan panjang masing-masing saluran anak 2m.- Buat
saluran anak dengan sudut 45 dari saluran induk. Jika pada sudut 45
saluran terhalang oleh pohon atau objek lain sudutnya dapat diubah
sesuai dengan keinginan (30).- Membuat beda tinggi saluran anak
sebesar 2% dan disesuaikan dengan saluran induk. Membuat galian-
Buat lebar galian sesuai rencana, dan beri tanda pada tanah yang
akan digali dengan kapur.- Lepas benang untuk memudahkan
penggalian.- Lakukan penggalioan sesuai dengan tanda yang telah
dibuat.- Untuk mengecek ketinggian/kedalaman galian gunakan boning
rod yang telah dibuat sesuai dengan kedalaman yang telah
direncanakan.e. setelah galian selesai dibuat dan sesuai dengan
rencana, maka pekerjaan telah selesaif. bersihkan lokasi dan
alat-alat yang digunakan.
5. Gambar Kerja
6. Hal yang perlu diperhatikana. selalu menggunakan pakaian
kerja lengkap.b. menggunakan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan.c. pusatkan perhatian pada pekerjaan.d. ikuti petunjuk
instruktur dengan baik.e. disiplin dalam bekerja.f. mengikuti
pekerjaan sesuai prosedur.g. diperlukan kerjasama tim yang
baik.
7. Permasalahana. kemiringan saluran sulit ditentukan/tidak
sesuaib. terjadi penyimpangan pada saluran anak dan indukc. keadaan
tanah yang kurang baik menyulitkan penggaliand. keadaan cuaca yang
buruk sering menghambat pekerjaan.e. kondisi bahan sudah banyak
yang rusak/kurang baik.
8. Solusia. buatlah sebuah acuan yang baik untuk dijadikan
patokan pada saat pembentukan sudut untuk saluran anak agar
kemiringan sudutnya sesuai.b. gunakan selalu boning rod sampai
pekerjaan penggalian selesai.c. sebelum melakukan pekerjaan
sebaiknya melakukan perencanaan sesuai dengan kondisi lapangan.
Apabila masih juga terdapat kesulitan lakukan saja pekerjaan
semaksimal mungkin.d. pilih bahan yang bagus agar memudahkan
pekerjaan.
JOB 3SALURAN DAN BAK KONTROL
1. Tujuana. mengetahui bentuk dan fungsi saluran dan bak
control.b. mengetahui kebutuhan bahan dan alat yang diperlukan.c.
membuat saluran sesuai dengan gambar kerja.d. memahami aplikasi
pembuatan saluran drainase.
2. Dasar TeoriDrainase dalam merupakan proses pembuangan air
dimana keadaan air lebih berada disuatu kedalaman profil tanah dan
proses pembuangan air tersebut berupa system pangaliran atau system
pembuangan.Pada drainase dalam disertai dengan penbuatan bak
control disetiap pertemuan saluran induk dengan saluran anak. Bak
control tersebut berfungsi sebagai tempat pemeliharaan,
pemeriksaan, pembersihan endapan/kotoran. Bak control diletakkan
pada: percabangan pipa, perubahan kemiringan saluran, perubahan
diameter pipa salurandan pada saluran lurus 100m/350 500
feet.Selain bak control ada juga bak penampung yang berfungsi
sebagai bak control sekaligus sumur resapanpada poros dinding dan
tempat sampah tertampung.
3. Alat dan Bahan
a. Meteranb. Roll meterc. Cangkul/paculd. Sekope. Sendok spesif.
Gerobakg. Emberh. Palu besi/martili. Palu godamj. Waterpassk.
Selangl. papanm. kasaun. pakuo. benangp. batu bataq. airr. pasirs.
kapurt. pipa betonu. kotak adukanv. troliw. pengki
4. langkah Kerjaa. pelajari gambar kerja terlebih dahulu.b.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukanc. Masukan pipa beton ke
dalam galian lalu beri tanda sebagai acuan membuat bak control yang
sesuai dengan rencana.d