Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan hidup yang makin tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional dapat dilihat dari meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang akan terlihat pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Kemenkes, 2013). Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan meningkat mencapai 1.5 miliar jiwa pada tahun 2050. Di Amerika Serikat jumlah lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan yaitu dari 19.1% pada tahun 2012 menjadi 25.6% pada tahun 2030 dan diprediksikan akan mengalami peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 1
33

Tugas Pak Fausi Andam

Jan 26, 2016

Download

Documents

Andam Comay
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Pak Fausi Andam

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan

hidup yang makin tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional

dapat dilihat dari meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya

kualitas hidup masyarakat yang akan terlihat pada peningkatan jumlah

penduduk lanjut usia (Kemenkes, 2013).

Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di

dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan

meningkat mencapai 1.5 miliar jiwa pada tahun 2050. Di Amerika Serikat

jumlah lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan yaitu dari 19.1%

pada tahun 2012 menjadi 25.6% pada tahun 2030 dan diprediksikan akan

mengalami peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 2050. Sedangkan di

Kawasan Asia Tenggara (ASEAN), penduduk dengan usia 60 tahun ke atas

terdapat sebanyak 142 juta jiwa atau 8% dari total keseluruhan penduduk, dan

diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.

Peningkatan jumlah populasi lansia ini terjadi di beberapa negara ASEAN

diantaranya Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia.

Hasil estimasi tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia

tercatat sebesar 248.422.956 jiwa dan 12.553.221 jiwa diantaranya adalah

penduduk lansia. Pada tahun 2005 terdapat sebanyak 19.9 juta jiwa lansia

1

Page 2: Tugas Pak Fausi Andam

(8,48%), sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta jiwa

(9.77%), kemudian di tahun 2020 diprediksikan akan menjadi 28,8 juta jiwa

(11,34%) dari total jumlah penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan

mengalami peningkatan lebih besar lagi pada tahun 2050 yaitu sebanyak 73,6

juta jiwa (21.4%). Peningkatan penduduk lanjut usia ini dapat dilihat dari

berbagai provinsi di Indonesia.

Provinsi di Indonesia sebagian besar mengalami peningkatan jumlah lansia

diantaranya, di Yogyakarta (13.4%), Jawa Timur (10.40%), kemudian Jawa

Tengah (10.34%), di ikuti oleh Bali (9.78%), Sulawesi Utara (8.45%),

Sulawesi Selatan (8.34%) dan Sumatera Barat menempati urutan ke 7 dengan

presentase sebesar 8.09% dari semua total penduduk lansia di Indonesia

(Buletin Lansia, 2013). Sedangkan di provinsi Sumatera Barat sendiri terjadi

peningkatan jumlah lanjut usia dari tahun ketahun. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya presentase lanjut usia dari 8.11% pada tahun 2010, diprediksi

menjadi 8.77%, pada tahun 2015 dan angka ini terus meningkat mencapai

13.94% pada tahun 2035.

Meningkatnya jumlah lansia dari tahun ketahun, menuntut perhatian yang

makin besar terhadap kelompok lansia, salah satunya adalah terkait dengan

masalah gizi. Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energy (Supariasa, 2002). Kebutuhan gizi

2

Page 3: Tugas Pak Fausi Andam

pada lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses

penggantian sel dalam tubuh, mengatasi proses penuaan, dan memperlambat

terjadinya usia biologis (Nugroho, 2008). Menurut Sharkey (2002)

kekurangan zat gizi menunjukkan sebuah ancaman potensial bagi kesehatan

pada seluruh populasi lansia karena dapat mengakibatkan keterbatasan dalam

aktivitas fisik yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas

sehari-hari, menurunkan daya tahan tubuh lansia terhadap penyakit, yang akan

memperburuk masalah medis pada lansia yang berdampak pada penurunan

kualitas hidup lansia (Nugroho, 2008).

World health organization Quality of life (WHOQOL) mendefenisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat

dalam konteks budaya dan system nilai yang ada yang terkait dengan tujuan,

harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang

sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat

kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Reno, 2012).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oktariani (2012) didapatkan

gambaran status gizi lansia yang berada dipanti social tresna werdha Budi

Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur yang di ukur dengan Indeks Masa Tubuh

(IMT) sebanyak 33,6% lansia mengalami gizi kurang. Sedangkan gizi lansia

yang diukur dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA)

didapatkan 52,4% lansia Malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih

lanjut. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ismayanti dan Solikhah pada

tahun 2012 di PSTW Yogyakarta, didapatkan gambaran status gizi dari 53

3

Page 4: Tugas Pak Fausi Andam

responden yang diteliti didapatkan sebanyak 33 responden (62,3%) memiliki

status gizi yang tidak baik, dan hanya 22 responden (37%) memiliki status

gizi baik. Dapat disimpulkan bahwa gambaran status gizi lansia yang berada

di PSTW secara umum mengalami masalah gizi kurang atau beresiko untuk

terjadinya malnutrisi.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan di PSTW

dan lembaga social masyarakat Karang Lansia (KL) Sejahtera di Kalimantan

selatan oleh Norhasanah (2015), didapatkan bahwa lansia yang tinggal di

PSTW lebih beresiko mengalami status gizi overweight dan status gizi sangat

gemuk, karena lansia yang berda di PSTW mudah dalam mendapatkan akses

makanan karena sudah disediakan pleh pihak panti, sedangkan lansia yang

berada di KL tidak ada petugas yang menyediakan makanannya. Dimana

presentase lansia dengan status gizi overweight yang berada di PSTW yaitu

sebesar 16% dan 11.4% lansia yang tinggal di lembaga social masyarakat

Karang Lansia (KL) Sejahtera. Sedangkan lansia dengan status gizi sangat

gemuk didapatkan 12% yang berada di PSTW dan lansia yang tinggal di KL

hanya 2.9%.

Penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Aliabadi (2008) di Iran

menunjukan bahwa status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas hidup.

Dilaporkan bahwa lansia yang mengalami malnutrisi akan mengakibatkan

peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian

yang dilakukan oleh Burhan (2013), dari 71 orang responden yang dilakukan

penelitian didapatkan status gizi lansia yang dikategorikan buruk dengan IMT

4

Page 5: Tugas Pak Fausi Andam

sebanyak 86.7% memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Aliabadi (2008) dan Burhan (2013) dapat disimpulkan bahwa

status gizi pada lansia memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lansia,

dimana seorang lansia yang memiliki status gizi yang dikategorikan buruk

memiliki kualitas hidup yang buruk dan sebaliknya lansia yang dikategorikan

status gizi yang baik akan memiliki kualitas hidup yang baik.

Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Yuniarti (2013), dari 100 orang responden lansia, didapatkan

hasil 56 responden (87,5%) beresiko terjadinya malnutrisi memiliki kualitas

hidup kurang dan 8 responden (12,5%) memiliki kualitas hidup baik.

Sedangkan untuk kategori malnutrisi didapatkan sebanyak 22 responden

(84,62%) memiliki kualitas hidup kurang, dan 4 orang responden (15.38%)

memiliki kualitas hidup baik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan status gizi dengan kualitas hidup, yang dapat dilihat dari lansia

yang beresiko terjadinya malnutrisi dan status malnutrisi memiliki kualitas

hidup yang kurang.

Panti Social Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih

Sayang Ibu di Cubadak Batusangkar merupakan tempat untuk merawat lansia

terlantar yang berada dibawah naunga dinas social Sumatera Barat.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di dua PSTW ini pada tanggal

6 & 16 maret 2015, didapatkan data lansia yang berada di dua PSTW ini

berjumlah 180 orang lansia, yang terdiri dari 105 orang laki-laki dan 75 orang

perempuan, yang berasal dari kabupaten / kota di Sumatera Barat. Dari hasil

5

Page 6: Tugas Pak Fausi Andam

wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua kepala PSTW ini didapatkan

bahwa dalam pemenuhan gizi lansia dilaksanakan pemberian makanan dan

minum sebanyak 3x sehari, serta pemberian makanan tambahan seperti kue-

kuean, buah-buahan dan susu. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

20 orang lansia yang berada di PSTW 14 orang (70%) diantaranya

mengeluhkan susah dalam mengunyah makanan akibat gigi mereka yang

sudah banyak yang tanggal, lansia juga mengeluhkan nafsu makan berkurang

yang tidak diketahui oleh mereka penyebabnya tetapi sebagian mereka

mengatakan karena menu yang disediakan oleh PSTW tidak berubah yang

menyebabkan mereka bosan dengan makanan yang disediakan oleh pihak

PSTW. Hasil wawancara peneliti dengan beberapa lansia di PSTW mereka

mengatakan kesepian karena mereka beranggapan bahwa keluarga mereka

tidak peduli dengan mereka serta kurangnya aktivitas mereka di PSTW juga

menyebabkan mereka teringat akan keluarga mereka. Mereka juga

mengatakan tidak puas dengan diri mereka karena mereka sudah tua jadi

mereka beranggapan mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Dari data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia di PSTW Kasih

Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin Sumatera Barat tahun

2015.

6

Page 7: Tugas Pak Fausi Andam

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara status gizi

dengan kualitas hidup pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada lansia di

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin

tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran status gizi lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu

Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015

b. Diketahuinya gambaran kualitas hidup lansia yang berada di PSTW

Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun

2015

c. Diketahuinya hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada lansia

di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin

tahun 2015.

7

Page 8: Tugas Pak Fausi Andam

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi panti social tresna werdha(PSTW) di Sumatera Barat

Sebagai bahan masukan dalam menangani dan merawat lansia yang

mengalami masalah dalam gizi dan kualitas hidup.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan

mutu pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.

3. Bagi peneliti / peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain

sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama

yang terkait dengan masalah gizi pada lansia dan kualitas hidu pada lansia.

8

Page 9: Tugas Pak Fausi Andam

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. LANJUT USIA

1. Pengertian lansia

2. Batasan lansia menurut beberapa ahli

3. Teori penuaan

4. Proses penuaan

5. Factor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan

6. Perubahan yang terjadi pada lansia

7. Penyakit yang sering meyertai lansia

B. STATUS GIZI

1. Pengertian status gizi

2. Klasifikasi status gizi

3. Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi

4. Penilaiaan status gizi

5. Penentuan status gizi

6. Masalah gizi pada lansia

C. KUALITAS HIDUP

1. Defenisi kualitas hidup

2. Dimensi kualitas hidup

3. Klasifikasi kualitas hidup

4. Pengukuran kualitas hidup

5. Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

D. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP

E. KERANGKA TEORI MODIFIKASI

9

Page 10: Tugas Pak Fausi Andam

BAB III

KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini dimana

variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hidup sedangkan variabel

independen dalam penelitian ini adalah status gizi Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia yang berada di

PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Sumatera

Barat. Status gizi didapatkan setelah dilakukan pengukuran status gizi dengan

berbagai cara antara lain: pengukuran antropometri, dan skrining menggunakan alat

pengkajian MNA, untuk kualitas hidup digunakan kuesioner WHOQOL-BREF.

Variable Independen Variabel Dependen

10

Status Gizi Lansia Kualitas Hidup Lansia

Page 11: Tugas Pak Fausi Andam

11

Page 12: Tugas Pak Fausi Andam

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik,

yang mempunyai tujuan untuk memperoleh hubungan status gizi pada lansia

dengan kualitas hidup lansia dengan desain penelitian non-experimental.

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dengan menekankan waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada suatu saat yang artinya subjek diamati satu kali dan tidak ada

perlakuan terhadap responden (Nursalam, 2008). Metode ini dipilih untuk

mengetahui antara variable dependen kualitas hidup dengan variable

indevenden status gizi lansia yang berada di PSTW Sumatera Barat tahun

2015.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitain

Penelitian ini dilaksanakan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Kedua panti ini

dijadikan tempat untuk dijadikan tempat penelitian karena kedua panti ini

dikelolah oleh dinas social Sumatera Barat dan ketika melakukan penelitian

memudahkan peneliti dalam melakukan pengawasan ketika dilakukan

penyebaran kuesioner kepada responden.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 5 Mei- 7 Juni 2015.

12

Page 13: Tugas Pak Fausi Andam

C. Polulasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW

Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang IBu Batusangkar Sumatera

Barat tahun 2015 yang berjumlah 180 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan rumus finit

karena populasinya diketahui. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak

n = (Ȥ- α/2)2 P(1-P) N

d2 (N-1) + (Ȥ- α/2)2 P(1-P)

keterangan :

(Ȥ- α/2) : nilai kurva normal standar pada tingkat kepercayaan tertentu

Tingkat kepercayaan 95% : (Ȥ- α/2) = 1,96

Tingkat kepercayaan 90% : (Ȥ- α/2) = 1,64

P : presentase kejadian diambil dari penelitian terdahulu yaitu 0,35

N : besar populasi

d : presisi ( 5- 10%)

13

Page 14: Tugas Pak Fausi Andam

D. Kriteria Inklusi dan Eklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun keatas.

b. Lansia yang berada di tempat saat melakukan penelitian

c. Lansia yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani

informed consent

2. Kriteria Eklusi

a. Lansia yang sakit dan tidak mampu berdiri

b. Lansia yang yang mengalami gangguan pendengaran

E. Defenisi Operasional

Defenisi operasional tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel berikut :

Variabel Defenisi operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Kualitas hidup Kualitas hidup merupakan suatu kondisi fungsional lansia yang berada pada kondisi maksimum atau optimal sehingga memungkinkan mereka menikmati masa tua mereka dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.

Peneliti melakukan wawancara dengan responden sesuai dengan kuesioner WHOQOL-BREF

KUESIONER WHOQOL-BREF

- Jika nilainya ≥ 51,5 (mean) maka kualitas hidupnya baik

- Jika nilainya < 51, 5 maka kualitas hidupnya buruk

Ordinal

Status gizi Keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi.

Peneliti mewawancarai responden untuk mengisi from yang telah diberikan

Kuesioner Mini nutritional Assessmant (MNA)

- Jika skornya ≥ 24 maka dikategorikan gizi normal.

- Jika skornya

ordinal

14

Page 15: Tugas Pak Fausi Andam

dan melakukan pengukuran antropometri berupa BB, TB, LLA, LB.

Timbangan SECA

Microtoise

Pita LILA

17-23 maka dikategorikan resiko malnutrisi.

- Jika skornya ≤ 17 maka dikategorikan malnutrisi.

F. Instrument penelitian

Instrument penelitian yang akan digunakan adalah berupa kuesioner baku

berdasarkan variabel yang akan diteliti, yaitu :

1. Instrument status gizi

Instrument status gizi yang digunakan adalah kuesioner Mini Nutrition

Assessmant yang sudah baku dan telah di uji kevaliditasannya. Kuesioner

ini terdiri dari 18 pertanyaan, yang terbagi menjadi 2 kelompok. Dimana

pertanyaan 1 – 6 termasuk pada kelompok screening dan pertanyaan 7 –

18 masuk kelompok pengkajian.

2. Instrument kualitas hidup

Instrument yang digunakan untuk menilai kualitas hidup lansia yang

berada di PSTW Sumatera Barat adalah kusioner WHOQOL-BREFF.

Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyaan, setiap item pertanyaan

memiliki skala 1-5, yang terdiri dari 4 domain. Dari 26 pertanyaan

tersebut 2 pertanyaan merupakan pertanyaan secara umum yang tidak

diikutkan dalam perhitungan 4 domain yaitu pertanyaan nomor 1 dan 2

tentang pendapat responden mengenai kualitas hidupnya dan kepuasan

15

Page 16: Tugas Pak Fausi Andam

responden terhadap kesehatannya. Untuk domain kesehatan fisik ada 7

pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain

psikologis ada 6 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan

26. Domain hubungan social terdiri dari 3 pertanyaan yaitu pertanyaan

nomor 20, 21, dan 22. Sedangkan untuk domain lingkungan ada 8

pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25.

Responden diminta memilih satu angka dari dari skala 1-5 pada masing-

masing pertanyaan. Perhitungan untuk menentukan skor kualitas hidup

merupakan penjumlahan dari skor setiap item pertanyaan. Domain

kesehtan fisik skornya 7 - 35, domain psikologis skornya 6 – 30, domain

hubungan social 3 – 15, dan domain lingkungan skornya 8 – 40. Semakin

tinggi skor yang didapat semakin baik kualitas hidup pasien, dan bila

skor yang didapat semakin rendah maka semakin buruk kualitas hidup

seseorang pada domain tersebut. Skor total kualitas hidup 24 – 120. (skor

≥ 51, 5 berati kualitas hidup baik, sedangkan jika skor < 51, 5 berarti

kualitas hidup buruk).

G. Uji Validitas dan reabilitas

1. Uji validitas

16

Page 17: Tugas Pak Fausi Andam

Arikunto (2006) menjelaskan validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Uji

validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan angket,

teknik uji yang digunakan adalah korelasi product moment.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau

sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pertanyaan yang sudah

valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan

r hasil.

H. Etika penelitian

Etika penelitian adalah suatu norma atau aturan yang mengacu pada perilaku

peneliti mengenai tindakan baik atau buruk yang merupakan kewajiban dan

tanggung jawab peneliti.Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek,

oleh karena itu harus dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden

dengan meminta izin dan menggunakan etika sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent )

17

Page 18: Tugas Pak Fausi Andam

Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset

yang akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi

atau menolak menjadi responden. setiap lansia yang menjadi responden

diberikan lembar persetujan beserta penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian, jika menandatangani lembar persetujuan tersebut bearti

bersedia, tetapi jika subjek tidak bersedia menjadi responden maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya.

2. Tanpa Nama ( Anonimity )

Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden. Untuk

menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya

pada lembar pengumpulan data, cukup dengan member nomor kode (nama

inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga privasi.

3. Kerahasiaan ( Confidentiality )

Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu

sebagai hasil riset. Segala informasi yang diperoleh dari respoden, peneliti

bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada kelompok data tertentu

saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

I. Metode pengumpulan data

1. Jenis data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat

pengumpulan data yang berupa kuesioner yang diisi dengan cara

menuliskan angaka pada kolom skor yang telah disediakan.

a) Data Primer

18

Page 19: Tugas Pak Fausi Andam

Data diperoleh langsung oleh peneliti dari responden yang

dikumpulkan melalui pengukuran BB, TB, LLA, dan lingkar betis

serta wawancara dengan menggunakan kuesioner MNA untuk

mengkaji status gizi lansia serta menggunakan kuesioner WHOQOL-

BREF untuk menilai kualitas hidup lansia. Sebelum peneliti

mewawancarai responden, peneliti terlebih dahulu menjelaskan

maksud dan tujuannya memperoleh informasi dari responden.

Peneliti juga menjamin kerahasiaan dari informasi yang diberikan

oleh responden.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah diperoleh dari Kepala Tata

Usaha di kedua PSTW yaitu PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari peneliti meminta

surat izin penelitian dari kampus STIKes Yarsi SUMBAR Bukittinggi.

Setelah itu peneliti membawa surat izin penelitian untuk diberikan kepada

kedua kepala PSTW Sumatera Barat.

3. Pengolahan data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan

pengolahan data agar data yang dikumpulkan bersifat jelas. Pengolahan

data dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan data (editing)

19

Page 20: Tugas Pak Fausi Andam

Setelah kuisioner diisi oleh responden, maka peneliti memeriksa

kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab semua, sudah

lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

b. Memberi kode (coding)

Memberikan kode pada setiap data variabel yang telah terkumpul.

Kegunaan dari pengkodean ini adalah untuk mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat entry data.

c. Memasukkan data

Memproses data dilakukan dengan cara mengentry data dari

kuesioner ke program komputer.

d. Pembersihan data (cleaning)

Pengecekkan kembali data yang sudah dientry apakah ada

kesalahan atau tidak, kesalahan tersebut mungkin terjadi saat

mengentry data ke komputer, jika ada kesalahan diperbaiki kembali.

e. Mengelompokkan data (tabulating)

Jawaban-jawaban yang serupa, dikelompokkan dengan teliti dan

teratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan,dimasukkan dalam

tabel.

J. Analisa data

Pengolahan data dilakukan setelah pengecekkan data, koding dan setelah itu

data yang dikumpulkan dipindahkan ke formulir isian komputer dengan

menggunakan program SPSS versi 15 dan analisa. Analisa data dilakukan

dengan melakukan uji Chi Square, yang terdiri dari analisa univariat dan

20

Page 21: Tugas Pak Fausi Andam

bivariat, karena pada penelitian ini tidak saja menggambarkan tetapi mencari

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

1. Analisa univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel. Analisa univariat dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Analisa univariat

bertujuan untuk menentukan presentase tiap variabel.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada 2 variabel untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

kedua variabel tersebut dengan menggunakan uji statistik “Chi Square”

dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Jika nilai p 0,05 berarti ada

hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Bila nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen.

21

Page 22: Tugas Pak Fausi Andam

22