BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan hidup yang makin tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional dapat dilihat dari meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang akan terlihat pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Kemenkes, 2013). Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan meningkat mencapai 1.5 miliar jiwa pada tahun 2050. Di Amerika Serikat jumlah lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan yaitu dari 19.1% pada tahun 2012 menjadi 25.6% pada tahun 2030 dan diprediksikan akan mengalami peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan nasional yang telah dijalankan mampu
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin baik dan usia harapan
hidup yang makin tinggi. Dampak positif dari program pembangunan nasional
dapat dilihat dari meningkatannya derajat kesehatan dan meningkatnya
kualitas hidup masyarakat yang akan terlihat pada peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia (Kemenkes, 2013).
Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di
dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan
meningkat mencapai 1.5 miliar jiwa pada tahun 2050. Di Amerika Serikat
jumlah lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan yaitu dari 19.1%
pada tahun 2012 menjadi 25.6% pada tahun 2030 dan diprediksikan akan
mengalami peningkatan menjadi 26.6% pada tahun 2050. Sedangkan di
Kawasan Asia Tenggara (ASEAN), penduduk dengan usia 60 tahun ke atas
terdapat sebanyak 142 juta jiwa atau 8% dari total keseluruhan penduduk, dan
diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.
Peningkatan jumlah populasi lansia ini terjadi di beberapa negara ASEAN
diantaranya Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia.
Hasil estimasi tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebesar 248.422.956 jiwa dan 12.553.221 jiwa diantaranya adalah
penduduk lansia. Pada tahun 2005 terdapat sebanyak 19.9 juta jiwa lansia
1
(8,48%), sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta jiwa
(9.77%), kemudian di tahun 2020 diprediksikan akan menjadi 28,8 juta jiwa
(11,34%) dari total jumlah penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan
mengalami peningkatan lebih besar lagi pada tahun 2050 yaitu sebanyak 73,6
juta jiwa (21.4%). Peningkatan penduduk lanjut usia ini dapat dilihat dari
berbagai provinsi di Indonesia.
Provinsi di Indonesia sebagian besar mengalami peningkatan jumlah lansia
diantaranya, di Yogyakarta (13.4%), Jawa Timur (10.40%), kemudian Jawa
Tengah (10.34%), di ikuti oleh Bali (9.78%), Sulawesi Utara (8.45%),
Sulawesi Selatan (8.34%) dan Sumatera Barat menempati urutan ke 7 dengan
presentase sebesar 8.09% dari semua total penduduk lansia di Indonesia
(Buletin Lansia, 2013). Sedangkan di provinsi Sumatera Barat sendiri terjadi
peningkatan jumlah lanjut usia dari tahun ketahun. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya presentase lanjut usia dari 8.11% pada tahun 2010, diprediksi
menjadi 8.77%, pada tahun 2015 dan angka ini terus meningkat mencapai
13.94% pada tahun 2035.
Meningkatnya jumlah lansia dari tahun ketahun, menuntut perhatian yang
makin besar terhadap kelompok lansia, salah satunya adalah terkait dengan
masalah gizi. Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energy (Supariasa, 2002). Kebutuhan gizi
2
pada lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses
penggantian sel dalam tubuh, mengatasi proses penuaan, dan memperlambat
terjadinya usia biologis (Nugroho, 2008). Menurut Sharkey (2002)
kekurangan zat gizi menunjukkan sebuah ancaman potensial bagi kesehatan
pada seluruh populasi lansia karena dapat mengakibatkan keterbatasan dalam
aktivitas fisik yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari, menurunkan daya tahan tubuh lansia terhadap penyakit, yang akan
memperburuk masalah medis pada lansia yang berdampak pada penurunan
kualitas hidup lansia (Nugroho, 2008).
World health organization Quality of life (WHOQOL) mendefenisikan
kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat
dalam konteks budaya dan system nilai yang ada yang terkait dengan tujuan,
harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang
sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Reno, 2012).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oktariani (2012) didapatkan
gambaran status gizi lansia yang berada dipanti social tresna werdha Budi
Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur yang di ukur dengan Indeks Masa Tubuh
(IMT) sebanyak 33,6% lansia mengalami gizi kurang. Sedangkan gizi lansia
yang diukur dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA)
didapatkan 52,4% lansia Malnutrisi dan membutuhkan pengkajian lebih
lanjut. Penelitian yang sama dilakukan oleh Ismayanti dan Solikhah pada
tahun 2012 di PSTW Yogyakarta, didapatkan gambaran status gizi dari 53
3
responden yang diteliti didapatkan sebanyak 33 responden (62,3%) memiliki
status gizi yang tidak baik, dan hanya 22 responden (37%) memiliki status
gizi baik. Dapat disimpulkan bahwa gambaran status gizi lansia yang berada
di PSTW secara umum mengalami masalah gizi kurang atau beresiko untuk
terjadinya malnutrisi.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan di PSTW
dan lembaga social masyarakat Karang Lansia (KL) Sejahtera di Kalimantan
selatan oleh Norhasanah (2015), didapatkan bahwa lansia yang tinggal di
PSTW lebih beresiko mengalami status gizi overweight dan status gizi sangat
gemuk, karena lansia yang berda di PSTW mudah dalam mendapatkan akses
makanan karena sudah disediakan pleh pihak panti, sedangkan lansia yang
berada di KL tidak ada petugas yang menyediakan makanannya. Dimana
presentase lansia dengan status gizi overweight yang berada di PSTW yaitu
sebesar 16% dan 11.4% lansia yang tinggal di lembaga social masyarakat
Karang Lansia (KL) Sejahtera. Sedangkan lansia dengan status gizi sangat
gemuk didapatkan 12% yang berada di PSTW dan lansia yang tinggal di KL
hanya 2.9%.
Penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Aliabadi (2008) di Iran
menunjukan bahwa status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas hidup.
Dilaporkan bahwa lansia yang mengalami malnutrisi akan mengakibatkan
peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian
yang dilakukan oleh Burhan (2013), dari 71 orang responden yang dilakukan
penelitian didapatkan status gizi lansia yang dikategorikan buruk dengan IMT
4
sebanyak 86.7% memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Aliabadi (2008) dan Burhan (2013) dapat disimpulkan bahwa
status gizi pada lansia memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lansia,
dimana seorang lansia yang memiliki status gizi yang dikategorikan buruk
memiliki kualitas hidup yang buruk dan sebaliknya lansia yang dikategorikan
status gizi yang baik akan memiliki kualitas hidup yang baik.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarti (2013), dari 100 orang responden lansia, didapatkan
hasil 56 responden (87,5%) beresiko terjadinya malnutrisi memiliki kualitas
hidup kurang dan 8 responden (12,5%) memiliki kualitas hidup baik.
Sedangkan untuk kategori malnutrisi didapatkan sebanyak 22 responden
(84,62%) memiliki kualitas hidup kurang, dan 4 orang responden (15.38%)
memiliki kualitas hidup baik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan status gizi dengan kualitas hidup, yang dapat dilihat dari lansia
yang beresiko terjadinya malnutrisi dan status malnutrisi memiliki kualitas
hidup yang kurang.
Panti Social Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih
Sayang Ibu di Cubadak Batusangkar merupakan tempat untuk merawat lansia
terlantar yang berada dibawah naunga dinas social Sumatera Barat.
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di dua PSTW ini pada tanggal
6 & 16 maret 2015, didapatkan data lansia yang berada di dua PSTW ini
berjumlah 180 orang lansia, yang terdiri dari 105 orang laki-laki dan 75 orang
perempuan, yang berasal dari kabupaten / kota di Sumatera Barat. Dari hasil
5
wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua kepala PSTW ini didapatkan
bahwa dalam pemenuhan gizi lansia dilaksanakan pemberian makanan dan
minum sebanyak 3x sehari, serta pemberian makanan tambahan seperti kue-
kuean, buah-buahan dan susu. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
20 orang lansia yang berada di PSTW 14 orang (70%) diantaranya
mengeluhkan susah dalam mengunyah makanan akibat gigi mereka yang
sudah banyak yang tanggal, lansia juga mengeluhkan nafsu makan berkurang
yang tidak diketahui oleh mereka penyebabnya tetapi sebagian mereka
mengatakan karena menu yang disediakan oleh PSTW tidak berubah yang
menyebabkan mereka bosan dengan makanan yang disediakan oleh pihak
PSTW. Hasil wawancara peneliti dengan beberapa lansia di PSTW mereka
mengatakan kesepian karena mereka beranggapan bahwa keluarga mereka
tidak peduli dengan mereka serta kurangnya aktivitas mereka di PSTW juga
menyebabkan mereka teringat akan keluarga mereka. Mereka juga
mengatakan tidak puas dengan diri mereka karena mereka sudah tua jadi
mereka beranggapan mereka tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Dari data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia di PSTW Kasih
Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin Sumatera Barat tahun
2015.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara status gizi
dengan kualitas hidup pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar
dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada lansia di
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin
tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran status gizi lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu
Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2015
b. Diketahuinya gambaran kualitas hidup lansia yang berada di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin tahun
2015
c. Diketahuinya hubungan status gizi dengan kualitas hidup pada lansia
di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan Sabai Nan Aluih Sicincin
tahun 2015.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi panti social tresna werdha(PSTW) di Sumatera Barat
Sebagai bahan masukan dalam menangani dan merawat lansia yang
mengalami masalah dalam gizi dan kualitas hidup.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan
mutu pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.
3. Bagi peneliti / peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain
sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama
yang terkait dengan masalah gizi pada lansia dan kualitas hidu pada lansia.
8
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
A. LANJUT USIA
1. Pengertian lansia
2. Batasan lansia menurut beberapa ahli
3. Teori penuaan
4. Proses penuaan
5. Factor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan
6. Perubahan yang terjadi pada lansia
7. Penyakit yang sering meyertai lansia
B. STATUS GIZI
1. Pengertian status gizi
2. Klasifikasi status gizi
3. Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi
4. Penilaiaan status gizi
5. Penentuan status gizi
6. Masalah gizi pada lansia
C. KUALITAS HIDUP
1. Defenisi kualitas hidup
2. Dimensi kualitas hidup
3. Klasifikasi kualitas hidup
4. Pengukuran kualitas hidup
5. Factor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
D. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP
E. KERANGKA TEORI MODIFIKASI
9
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini dimana
variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hidup sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini adalah status gizi Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia yang berada di
PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar Sumatera
Barat. Status gizi didapatkan setelah dilakukan pengukuran status gizi dengan
berbagai cara antara lain: pengukuran antropometri, dan skrining menggunakan alat
pengkajian MNA, untuk kualitas hidup digunakan kuesioner WHOQOL-BREF.
Variable Independen Variabel Dependen
10
Status Gizi Lansia Kualitas Hidup Lansia
11
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik,
yang mempunyai tujuan untuk memperoleh hubungan status gizi pada lansia
dengan kualitas hidup lansia dengan desain penelitian non-experimental.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dengan menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada suatu saat yang artinya subjek diamati satu kali dan tidak ada
perlakuan terhadap responden (Nursalam, 2008). Metode ini dipilih untuk
mengetahui antara variable dependen kualitas hidup dengan variable
indevenden status gizi lansia yang berada di PSTW Sumatera Barat tahun
2015.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitain
Penelitian ini dilaksanakan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Kedua panti ini
dijadikan tempat untuk dijadikan tempat penelitian karena kedua panti ini
dikelolah oleh dinas social Sumatera Barat dan ketika melakukan penelitian
memudahkan peneliti dalam melakukan pengawasan ketika dilakukan
penyebaran kuesioner kepada responden.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 5 Mei- 7 Juni 2015.
12
C. Polulasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang IBu Batusangkar Sumatera
Barat tahun 2015 yang berjumlah 180 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan rumus finit
karena populasinya diketahui. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak
n = (Ȥ- α/2)2 P(1-P) N
d2 (N-1) + (Ȥ- α/2)2 P(1-P)
keterangan :
(Ȥ- α/2) : nilai kurva normal standar pada tingkat kepercayaan tertentu
Tingkat kepercayaan 95% : (Ȥ- α/2) = 1,96
Tingkat kepercayaan 90% : (Ȥ- α/2) = 1,64
P : presentase kejadian diambil dari penelitian terdahulu yaitu 0,35
N : besar populasi
d : presisi ( 5- 10%)
13
D. Kriteria Inklusi dan Eklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun keatas.
b. Lansia yang berada di tempat saat melakukan penelitian
c. Lansia yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani
informed consent
2. Kriteria Eklusi
a. Lansia yang sakit dan tidak mampu berdiri
b. Lansia yang yang mengalami gangguan pendengaran
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel berikut :
Variabel Defenisi operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Kualitas hidup Kualitas hidup merupakan suatu kondisi fungsional lansia yang berada pada kondisi maksimum atau optimal sehingga memungkinkan mereka menikmati masa tua mereka dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.
Peneliti melakukan wawancara dengan responden sesuai dengan kuesioner WHOQOL-BREF
KUESIONER WHOQOL-BREF
- Jika nilainya ≥ 51,5 (mean) maka kualitas hidupnya baik
- Jika nilainya < 51, 5 maka kualitas hidupnya buruk
Ordinal
Status gizi Keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi.
Peneliti mewawancarai responden untuk mengisi from yang telah diberikan
Kuesioner Mini nutritional Assessmant (MNA)
- Jika skornya ≥ 24 maka dikategorikan gizi normal.
- Jika skornya
ordinal
14
dan melakukan pengukuran antropometri berupa BB, TB, LLA, LB.
Timbangan SECA
Microtoise
Pita LILA
17-23 maka dikategorikan resiko malnutrisi.
- Jika skornya ≤ 17 maka dikategorikan malnutrisi.
F. Instrument penelitian
Instrument penelitian yang akan digunakan adalah berupa kuesioner baku
berdasarkan variabel yang akan diteliti, yaitu :
1. Instrument status gizi
Instrument status gizi yang digunakan adalah kuesioner Mini Nutrition
Assessmant yang sudah baku dan telah di uji kevaliditasannya. Kuesioner
ini terdiri dari 18 pertanyaan, yang terbagi menjadi 2 kelompok. Dimana
pertanyaan 1 – 6 termasuk pada kelompok screening dan pertanyaan 7 –
18 masuk kelompok pengkajian.
2. Instrument kualitas hidup
Instrument yang digunakan untuk menilai kualitas hidup lansia yang
berada di PSTW Sumatera Barat adalah kusioner WHOQOL-BREFF.
Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyaan, setiap item pertanyaan
memiliki skala 1-5, yang terdiri dari 4 domain. Dari 26 pertanyaan
tersebut 2 pertanyaan merupakan pertanyaan secara umum yang tidak
diikutkan dalam perhitungan 4 domain yaitu pertanyaan nomor 1 dan 2
tentang pendapat responden mengenai kualitas hidupnya dan kepuasan
15
responden terhadap kesehatannya. Untuk domain kesehatan fisik ada 7
pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain
psikologis ada 6 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan
26. Domain hubungan social terdiri dari 3 pertanyaan yaitu pertanyaan
nomor 20, 21, dan 22. Sedangkan untuk domain lingkungan ada 8
pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25.
Responden diminta memilih satu angka dari dari skala 1-5 pada masing-
masing pertanyaan. Perhitungan untuk menentukan skor kualitas hidup
merupakan penjumlahan dari skor setiap item pertanyaan. Domain