BAB 2
TINJAUAN TEORITIS1. Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan dan
Perawat Sebagai Leader1.1 Konsep Manajemen UmumMenurut pengertian
Henry Fayol, manajemen berarti memanajemeni adalah memperkenalkan
dan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan. Secara literatur manajemen, model fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (perintah dan koordinasi)
dan pengendalian, seperti yang didefinisikan oleh Fayol, Urwick dan
lain-lain telah diterima sebagai fungsi-fungsi utama dari
manajer-manajer. Memanajemeni berarti mencapai tujuan-tujuan dari
kelompok melalui sumber daya yang efektif dan efisien.
Prinsip-prinsip manajemen menurut Fayol yaitu pembagian kerja,
otoritas, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, subordinasi
minat individu terhadap minat umum, penggajian, sentralisasi,
rantai pengukuran (garis otoritas), perintah hak menurut keadilan,
stabilitas atau masa jabatan pegawai, inisiatif, semangat bekerja
sama. 1.2Konsep Manajemen KeperawatanManajemen keperawatan
merupakan proses kegiatan anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang ada
baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. 1.3.1Fungsi Manajemen KeperawatanAda pun fungsi dari
manajemen keperawatan:
Planning (perencanaan) adalah proses merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan
untuk mencapai tujuan. Dengan tugas ini seorang pemimpin melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan
oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya.
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan
manajemen untuk mengelompokkan semua sumber data yang dimiliki oleh
dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
Actuating (directing, commanding, coordinating) adalah proses
memberikan bimbingan kepada staf agar mampu bekerja secara optimal
dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses pengawasan
secara berkesinambungan pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan evaluasi terhadap penyimpangan yang
terjadi.
2. Penerapan Kepemimpinan dan manajemen pada tatanan setting
pelayanan kesehatan di RS dan Puskesmas 2.1Definisi
Fungsi dari kepemimpinan dalam manajemen pada umumnya diartikan
hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan
fungsi tersebut sangatlah luas. apabila posisi sebagai ketua tim,
kepala ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu ruangan, maka
diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang
lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas
(Sriyanti, 2003).Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya untuk
penyelenggaraan kegiatan dalam mengakomodir ketersediaan praktik
keperawatan yang benar dan baik berupa kegiatan manajemen pelayanan
(manajemen of service) dan manajemen asuhan pasien (manajemen of
care) untuk mencapai masyarakat sehat, mandiri, dan
berkeadilan.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (secara
preventif,kuratif,promotif dan rehabilitatif) , dengan fasilitas
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Struktur kepemimpinan dan manajemen pelayanan keperawatan di RS
dan Puskesmas dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu:
Manajemen puncak/top
Manajemen menengah/middle
Manajemen bawah/low/first line
Manajemen puncak / manajemen dalam pelayanan asuhan keperawatan
merupakan bagian dari sistem manajemen keperawatan, dimana sistem
manajemen keperawatan mencakup : pengumpulan data, perencanaan,
pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep
kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh
dan bimbingan, yang ditunjukan kepada semua staf keperawatan, untuk
menciptakan kepercayaan dan ketaatan, sehingga timbul kesediaan
untuk melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan
keperawatan secara efektif dan efisien, sedangkan manajemen
menengah adalah proses bekerja melalui anggota staf keperawatan,
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
kedua fungsi tersebut dapat saling mendukung. (Imanuddin,
2009).
2.2Konsep Kepemimpinan
Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan , antara lain :
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain
tersebut secara sukarela dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.(Georgy R. Terry ).Kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk
berbuat dan mencapai tujuan ditetapkan ( Stogdill ).
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas
tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway Tead ).
Didalam pelayanan keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan
ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat
- perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian
tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat
mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun
ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan
dan ditingkatkan.2.2.1Teori-teori KepemimpinanAda beberapa teori
kepemimpinan yang pernah dikemukakan, antara lain : Teori orang
besar atau teori bakat, teori orang besar ( the great men theory )
atau teori bakat ( Trait theory ),dikatakan bakat bakat untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Teori situasi, dikatakan
menjadi pemimpin adalah karena adanya situasi yang menguntungkan
dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan menjadi seorang
pemimpin.
Teori Ekologi, dikatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin,
tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik ada bakat - bakat tertentu
yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
2.2.2Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang
dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang
dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (
leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama.
Macam-macam gaya kepemimpinan dapat dibedakan atas empat macam,
yaitu:
Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator ( dictatorial leadership style )
upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta
ancaman hukuman,tidak ada hubungan dengan bawahan.
Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style )
segala keputusan berada di tangan pemimpin.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style
) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan secara musyawarah.
2.3Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen
Kekuasaan manajemen berkaitan dengan kekuasaannya sebagai
seorang manajer dalam suatu organisasi sedangkan kekuasaan pemimpin
berkaitan dengan kemampuan individual untuk mempengaruhi tingkah
laku orang lain, tanpa memperhatikan jabatan seseorang dalam suatu
organisasi.3. Metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan
di ruang rawat RS dan Puskesmas3.1Macam-macam bentuk metode
penugasan Pelayanan kesehatan di Indonesia pada dasarnya masih
kurang, baik tenaga maupun fasilitas yang ada.Dalam rangka
memberdayagunakan para tenaga keperawatan dirumah sakit ada
beberapa metode penugasan dalam bentuk metode pemberian asuhan
keperawatan. Ada lima metode yang dikenal antara lain: Metode
fungsional, metode tim, metode keperawatan primer, manajemen kasus
keperawatan dan metode medular.3.1.1Metode FungsionalMetode
Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Keuntungan dan kekurangan Metode Fungsional, pelaksanaan pada
metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien memiliki beberapa keuntungan: Perawat menjadi lebih terampil
dalm melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya
Pekerjaan lebih efesien
Ketenagaan relatif dibutuhkan sedikit Mudah dalam mengkoordinasi
pekerjaan Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau
pekerjaan Perawat lebih mudah menyesuaikan terhadap tugas yang
menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat selesai.
Kekurangan:
pelayanan keperawatan terpisah-pisah, sehingga perawat tidak
tahu kebutuhan pasien secara keseluruhan. Mudah terjadi kesalahan
dan kelalaian dari masing-masing perawat dan menyangkal tanggung
jawab sehingga jika terjadi kesalahan dalam perawatan sulit
menentukan siapa yang bertanggung jawab. Tidak memberikan kepuasan
pada pasien maupun perawat. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah,
tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Persepsi perawat
cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.3.1.2Metode Perawatan TimPengembangan metode ini didasarkan
pada kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Model ini
menggunanakan team yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga
profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ketua tim. Ketua tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota grup/tim sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan ketua tim
yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.Tanggung jawab anggota
tim: Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya. Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
Memberikan laporan.Tanggung jawab ketua tim: Membuat perencanaan,
penugasan, supervisi dan evaluasi. Mengenal atau mengetahui
kondisi, pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan klien.
Mengembangkan kemampuan anggota. Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan, secara garis besar tanggung jawab
kepala ruang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan.Keuntungan model perawatan tim:
Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Pasien mengenal tim
perawat karena terjadi interaksi pasien dengan tim perawat yang
sama setiap hari. Pembagian tugas dilakukan berdasarkan tingkat
pendidikan. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. Memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim. Memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh.Kerugian: Diskusi tim perawat tentang kemajuan
pasien menghabiskan waktu lebih lama dari yang diperlukan.
Kekecewaan dapat tumbuh di antara anggota tim jika satu atau lebih
anggota tim memahami bahwa mereka ditugaskan untuk tugas-tugas yang
tidak menyenangkan karena pendidikan atau lisensi, atau karena
manajer perawat nikmat satu anggota atas yang lain. Manajer
keperawatan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan
kemampuan untuk menyelesaikan konflik di antara anggota
tim.3.1.3Metode Keperawatan PrimerMetode ini dikembangkan
berdasarkan falsafah yang berorientasi pada pasien bukan pada
tugas. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengkaji kondisi pasien dan kebutuhannya, kemudian
merencanakan rencana perawatan, menugaskan dan mengkoordinasikan
dengan anggota tim kesehatan lain, lalu mengevaluasi respon pasien
terhadap tindakan perawatan dan memodifikasi rencana perawatan
sesuai kebutuhannya. Keperawatan primer mendorong praktek
kemandirian perawat karena ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana.Keuntungan keperawatan primer:
Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan terhadap
pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit. Pasien merasa puas karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu. Asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Dokter
merasa puas karena informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif. Asuhan keperawatan lebih
komperhensif dengan memperlakukan pasien secara holistik.Kerugian :
Satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam dan 7 hari
seminggu untuk merawat pasien. Biaya mahal karena fasilitas
kesehatan lebih banyak menggunakan perawat profesional. Hanya dapat
dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, dapat
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel dan mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. Perawat
primer tidak dapat bertanggung jawab untuk perawatan yang diberikan
di luar unit seperti ketika pasien ditransfer untuk tes
diagnostik.3.1.4Metode manajemen kasusSerangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh seorang perawat untuk memobilisasi, memantau, dan
mengevaluasi pasien selama sakit secara total dengan menggunakan
semua sumber daya (Zander, 1988 dalam Gillies.D.A). Kelebihan :
Perawat lebih memahami kasus perkasus Sistem evaluasi dan
manajerial menjadi lebih mudahKekurangan : Perawat penanggung jawab
belum dapat teridentifikasi Perlu tenaga yang cukup banyak dengan
kemampuan dasar sama\
Sistem asuhan keperawatan model manajemen kasus (Marquis &
Huston, 1998)3.1.5Metode Modular (Modifikasi Keperawatan
Tim-Primer)Metode modular yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan perawat
trampil dibawah leader perawat profesional. Untuk metode ini
diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki
kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang
klien. Modifikasi model keperawatan Tim-primer (Suarli S.)Model ini
merupakan kombinasi dari dua sistem yaitu keperawatan tim dan
keperawatan primer. Penetapan model ini didasarkan pada beberapa
alasan: Metode keperawatan primer murni membutuhkan latar
pendidikan S1 atau yang setara. Metode keperawatan tim tidak dapat
digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan
menjadi terpecah-pecah pada berbagai tim.Dengan kombinasi kedua
model tersebut, diharapkan komunitas dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada perawat primer. Saat ini sebagian besar
perawat yang ada di RS adalah lulusan SPK, maka mereka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer tentang asuhan
keperawatan.4. Peran dan Tugas Perawat dalam manajemen asuhan
keperawatan
4.1Definisi Peran PerawatPeran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada
situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995:21).
4.2Elemen PeranAda beberapa elemen peran perawat professional
antara lain : care provider, client advocate, conselor, educator,
collaborator, coordinator change agent, consultant dan
interpersonal proses.Menurut Nursing Management in the New Paradigm
elemen penting dalam menerapkan keahlian manajemen pada asuhan
keperawatan pada pasien yaitu komunikasi, koordinasi, konsultasi,
pelatihan/coaching dan delegasi
Peran perawat pada manajemen adalah : perawat pelaksana, kepala
ruangan dan manajer keperawatan.4.3Tugas PerawatTugas perawat
disesuaikan dengan peran atau jabatannya di dalam pelayanan asuhan
keperawatan.Maka tugas tenaga keperawatan adalah tugas sebagai
manajer keperawatan atau kepala ruangan.
Perawat sebagai ManajerManajer bertanggung jawab untuk
mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerja untuk
mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan
seperti : Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan,
sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat
perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap
kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen,
interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,
pengembangan staf, dan sosialisasi staf. Pengarahan : mencangkup
tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi
untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan
memfasilitasi kolaborasi.
Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,
pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut
sehari sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,
pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain lain.Tugas
sebagai Kepala RuanganSebagai kepala ruangan tugas yang dilakukan
yaitu :
Membuat struktur OrganisasiStruktur organisai dibuat untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian,
wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi
dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem
penugasan yang digunakan. Pembagian tugasSetiap kegiatan
keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas
manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi,
komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang
terlibat. Membuat identifikasi atau pengelompokan jenis pasien
Bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan
kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien, Sehingga manajer atau kepala ruangan bertanggung
jawab untuk membuat pengkatagorian pasien seperti : Tingkat
pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami
klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang
dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Bertanggung jawab
menetapkan metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan
di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah
katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi
tanggung jawabnya.Perawat pelaksanaDalam asuhan keperawatan sebagai
perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat
pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak
langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu,
keluarga, dan masyarakat.
Peran perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care provider
yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung
(Praptianingsi, 2006).5. Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde
Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas5.1 Timbang terima /
operan
Definisi
Timbang terima atau operan adalah suatu cara dalam menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien.
Tujuan:
Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Prosedur timbang terima
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prosedur ini meliputi,
Persiapan:Kedua kelompok harus sudah dalam keadaan siap
Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
Pelaksanaan:Dalam penerapan sistem MPAKP: Primer, timbang terima
dilaksanakan oleh Perawat Primer kepada Perawat Primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya : Timbang terima dilaksanakan
setiap penggantian shift / operan
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komperhensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang tepat
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan
kepada perawat jaga berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
Identitas pasien dan diagnosa medis
Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
Tindakan perawat yang sudah dan belum dilaksanakan
Intervesi kolaboratif dan dependensi
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboraturium /
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.5.2Ronde
Keperawatan (Proposal)Definisi
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
Perawat Primer dan atau konsuler, Kepala Ruangan, Perawat
Assosciate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik : klien dilibatkan secara langsung, klien
merupakan focus kegiatan, perawat assosciate, perawat primer dan
konsuler melakukan diskusi bersama, Konsuler memfasilitasi
kreatifitas, Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
assosciate, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.Tujuan : Menumbuhkan cara berpikir kritis
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
Meningkatkan validitas data klien
Menilai kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
PP Tahap praronde
Penetapan pasien Proposal 1
Persiapan pasien :
Inform consent
Hasil pengkajian/intervensi data
Penyajian masalah - apa yang menjadi masalah
- cross cek data yang ada
-apa yang menyebabkan masalah tersebut
-bagaimana pendekatan (prosesx,SAK,SOP)
Tahap ronde pada bedpasien Validasi data
Diskusi karu, PP, perawat konselor
Tahap ronde pada bedpasien Analisa data
MASALAH
TERATASI Aplikasi hasil analisa dan diskusi
Persiapan
Persiapan / pra Ronde
Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde
Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
Pelaksanaan RondePenjelasan tentang klien oleh Perawat Primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian jastifikasi oleh Perawat Primer atau perawat
konselor/kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.6. Dokumentasi
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas
6.1Panduan pendokumentasian asuhan keperawatan di RS dan
PuskesmasPendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap
tahap proses keperawatan keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan
waktu. Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai
alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai
dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien (Effendi, 1995).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian
menurut Potter dan Perry dalam Nursalam (2001), memberikan panduan
sebagai petunjuk cara pendokumentasian dengan benar yaitu:
Jangan menghapus dengan tipe -x atau mencoret tulisan yang
salah. Cara yang benar adalah dengan membuat satu garis pada
tulisan yang salah, tulis kata salah lalu diparaf kemudian tulis
catatan yang benar.
Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien ataupun
tenaga kesehatan lain. Tulislah hanya uraian obyektif perilaku
klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Koreksi kesalahan sesegera mungkin.
Catat hanya fakta catatan harus akurat dan realible.
Jangan biarkan pada catatan akhir perawat kosong.
Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang lugas.
Catat hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
Hindari penulisan yang bersifat umum. Tulisan harus lengkap,
singkat, padat dan obyektif.
Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan
tanda tangan.
Dokumentasi keperawatan sebisa mungkin harus bersifat obyektif,
akurat dandapat menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi
pada diri klien. Sehingga apabila diperlukan, dokumentasi ini dapat
menunjukkan bahwa perawat telah mencatat dengan benar dan tidak
bertentangan dengan kebijakan atau peraturan institusi pemberi
pelayanan kesehatan. Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian
atau aktivitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-catatan
yang tertulis.
6.2Manfaat Dokumentasi
Manfaat dokumentasi menurut Allen (1998) dan Tueng (1994),
antara lain:
Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan dengan tim
kesehatan lain
Sebagai bagian yang permanen dari rekaman medik.
Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima di
pengadilan.
Untuk menghindari pemutarbalikan fakta dan kehilangan
informasi.
Agar dapat dipelajari perawat lain.
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai
pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di
pengadilan.
Jaminan mutu (kualitas pelayanan) di mana pencatatan data klien
yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat
dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah
baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang
akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.
Komunikasi, di mana dokumentasi keadaan klien merupakan alat
perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau
tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan
sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Keuangan yaitu semua tindakan keperawatan yang belum, sedang,
dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan
sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
Pendidikan, yaitu isi pendokumentasian menyangkut kronologis
dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
keperawatan.
Penelitian, di mana data yang terdapat di dalam dokumentasi
keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
Akreditasi, di mana melalui dokumentasi keperawatan dapat
dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan
askep pada jklien. Dengan demikian dapat diambil kesimoulan tingkat
keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih
lanjut.
6.3Prinsip-prinsip dokumentasi
Prinsip-prinsip dokumentasi menurut Allen (1998), yaitu:
Tersedia format untuk dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau
mengobservasi langsung.
Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.
Catatan dibuat kronologis.
Penulisan singkatan dilakukan secara umum.
Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial
penulis.
Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan
ditulis dengan tinta.
Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan
tip-ex. penghapus tinta atau bahan lainnya.
6.3.1Tujuan utama dari pendokumentasian, antara lain:
Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan,
dan mengevaluasi tindakan.
Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
6.3.2Tipe format pencatatan keperawatan
Sistem pencatatan keperawatan dapat mempergunakan bermacam-macam
tipe format (Allen, 1998):
Lembar pengkajian
Lembar pengkajian dengan jelas menggambarkan data-data yang
perlu dikumpulkan, perawat tinggal mengisi data sesuai dengan yang
tercantum dalam lembar pengkajian.
Catatan perawat berbentuk narasi
Deskripsi informasi klien dalam bentuk naratif.
Catatan bentuk SOAP
Pencatatan SOAP digunakan dengan catatan medik yang berorientasi
pada masalah klien (Problem Oriented Medical Record) yang
menggambarkan kemajuan klien yang terus menerus ke arah resolusi
masalah. Pencatatan SOAP terdiri dari empat bagian, yaitu data
subyektif, data obyektif, analisis data dan rencana. Data subyektif
ditulis dalam tanda kutip tentang keluhan klien yang dicatat yaitu
data yang dapat dilihat, didengar dan dirasa oleh perawat; analisis
dilakukan megintepretasikan data subyektif dan obyektif, kemajuan
kearah diagnosa keperawatan yang dicatat. Planning dilakukan dengan
mencatat rencana untuk mengatasi masalah yang dianalisa.
Catatan Fokus
Perawat mencatat masalah berfokus pada masalah yang spesifik
yang terdiri dari komponen diagnosa keperawatan, data subyektif dan
obyektif yang mendukung, tindakan keperawatan, respon klien
terhadap intervensi keperawatan dan penyuluhan.
Grafik dan Flow sheet
Catatan flow sheet dan grafik menggambarkan data berulang klien
yang harus senantiasa dipantau oleh perawat, seperti nadi, tekanan
darah, obat-obatan, masukan dan pengeluaran. Pelayanan keperawatan
merupakan pelayanan profesional dari pelayanankesehatan yang
tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan
pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatanmemegang peranan
penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di
rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan tidak hanya
merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para
pasien, oleh karena itu, perawat diharapkandapat bekerjasesuai
dengan standar profesional.
6.3.3Metode Dokumentasi
Pengkajian
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat
dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan kesehatan.
Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan
perkembangan lainnya yang memungkinkan sebagai alat komuniksi bagi
tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Diagnosa
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :
Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali
ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk
contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah
diagnosa).
Yakinkan masalah penyebab utama dalam diagnosa sejalan dengan
etiologi, contoh: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhuungan dengan mual dan muntah.
Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan
spesifik dan hasil yang berbeda.
Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan
dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan
bisa dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang
tidak diketahui etiologinya.
Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format
etiologi
Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan
Nanda sehuungan dengan (di antara problem dan etiologi ) dan
dibanding dengan (di antara etiologi, sign dan symptom) tergantung
bahasa, jika masalah tidak selesai menurut NANDA.
Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa
keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam
keadaan diagnosa keperawatan.
Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik
pendefinisian diperoleh dokumentasi abgian pengkajian pasien untuk
menegakkan diagnosa keperawatan.
Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah
dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian
masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat
catatan perkembangan.
Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan
memberikan laporan perubahan.
Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan
sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.
Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari
langkah-langkah proses keperawatan.
Pencatatan semua diagnosa keperawataan harus merefleksikan
dimensi dalam masalah yang berosientasi pada pencatatan
perawat.
Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat
diagnosa keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan.
Perencanaan
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif, adalah
sbb:
Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang
ada sumber data yang memuaskan meliputi :
Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit
Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit
Keluhan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan
pelayanan kesehatan
Latar belakang sosial budaya
Laboratorium ritme
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Observasi dari tim kesehatan lain
Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan
prioritas utama pada masalah aktual yang mengancam kesehatan
Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuat rencana
tindakan berikanlah gambaran dan ilustrasi (contoh); bila mungkin
diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih
digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi
anatomi.
Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang
diharapkan untuk menetapkan masalah bersama dengan klien tentukan
ketrampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan
perhatian.
Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal
ini penting karena seorang perawat profesional akan bertanggung
jawab dan bertanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan
yang telah tertulis.
Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb,
seperti:
Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa
keperawatan:
Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama
Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi,
termasuk tahapan-tahapan tindakan.
Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani.
Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang permanen.
Klien dan keluarganya jika memungkinkan diikutsertakan dalam
perencanaan.
Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
diusahakan untuk selalu diperbaharui misalnya setiap pergantian
dinas, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.
Pelaksanaan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses
keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud
dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran
intervensi keperawatan yang meliputi :
Intervensi terapeutikTindakan terapeutik adalah askep yang
langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yang lebih dari
satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah
dalam diagnosa keperawatan.
Intervensi pemantapan/observasiProses ini membutuhkan ketajaman
observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat.
Progam yang lebih dari yang sangat menetukan kesehatan klien.
Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari
klien seperti misal mengobservasi tanda vital
Tindakan Keperawatan (Terapeutik)
Dokumentasi intervensi bertujuan untuk mengidentifikasi mengapa
sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana,
dan siapa yang melakukan intervensi. Intervensi yang memerlukan
suatu dokumentasi khusus.
Intervensi mendidik klien. Perawat berperan penting dalam
mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana mendidik klien dan
memelihara laporan kegiatannya.
Evaluasi
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan
kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam
ringkasan khusus. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi adalah
sbb:
Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian
perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark)
: tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya: toleransi aktifitas
meningkat.
Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan
evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap
intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah
minum obat.
Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan
ke fasilitas lain atau dipulangkan.
Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan
diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, mis. bisa
berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi
sumatif, mis.: dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat
naik turun 6 tangga tanpa bantuan.
Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan
perkembangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat
sebagai berikut: kontrol sakit yang tidak efektif setelah
medikasi.
Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali
dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.
Contoh kesehatan klien memburuk: jam 09.00 mengeluh sakit di pusat
seperti ditikam.7. Upaya peningkatan kualitas kepemimpinan dan
manajemen keperawatan sesuai dengan akreditasi Internasional /
JCI7.1Upaya Peningkatan kualitas mutu kepemimpinan
Peran kepemimpinan dan manajemen merupakan peran dimana tanggung
jawab utama manajer perawat adalah merencanakan, mengorganisir,
memotivasi, dan mengendalikan kerja staf perawat dalam memberikan
layanan keperawatan. Swanburg (2000), menjelaskan bahwa dalam
kepemimpinan dalam manajemen keperawatan terdiri dari perawat
pelaksana, kepala ruang, pengawas, dan direktur atau
tingkat-tingkat eksekutif.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai
salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang
(Nursalam, 2008). Sedangkan kepemimpinan merupakan unsur penting
dan menentukan kelancaran pelayanan di Rumah Sakit, karena
kepemimpinan merupakan inti dari manajemen organisasi.
7.2Akreditasi
: Adapun proses akreditasi dilakukan oleh lembaga independen
yang memiliki kewenangan untuk memberikan penilaian tentang
kualitas pelayanan di institusi pelayanan kesehatan. Salah satu
lembaga akreditasi internasional rumah sakit yang telah diakui oleh
dunia adalah Joint Commission Internasional (JCI). Joint Commission
International (JCI) telah bekerjasama dengan organisasi perawatan
kesehatan, departemen kesehatan, dan organisasi global di lebih
dari 80 negara sejak tahun 1994. JCI merupakan lembaga non
pemerintah dan tidak terfokus pada keuntungan. Fokus dari JCI
adalah meningkatkan keselamatan perawatan pasien melalui penyediaan
jasa akreditasi dan sertifikasi serta melalui layanan konsultasi
dan pendidikan yang bertujuan membantu organisasi menerapkan solusi
praktis dan berkelanjutan. Pada bulan September 2007, JCI diterima
akreditasi oleh lembaga internasional untuk kualitas dalam
perawatan kesehatan (ISQua). Akreditasi oleh ISQua memberikan
jaminan bahwa standar, pelatihan dan proses yang digunakan oleh JCI
untuk survei kinerja organisasi perawatan kesehatan memenuhi
standar inernasional tertinggi untuk badan akreditasi. JCI
memberikan akreditasi untuk rumah sakit, fasilitas rawat jalan,
laboratorium klinik, pelayanan perawatan, dan transportasi medis.
Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi, organisasi perawatan
kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan yang
menghubungkan mereka dengan komunitas internasional.
Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
meningkatkan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan sesuai
dengan standard JCI, yaitu:
Lisensi, edukasi, pelatihan dan pengalaman staf keperawatan
digunakan untuk membuat uraian kerja staf
Proses yang dilalui harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku
Verifikasi dari informasi utama seperti surat tanda registrasi
atau surat izin, khususnya bila dokumen tersebut harus diperbaharui
secara berkala, dan setiap sertifikasi dan bukti spesialisasi atau
pendidikan lanjutan.BAB 4
PENUTUP
1. KesimpulanKepemimpinan dalam manajemen keperawatan melibatkan
upaya perorangan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk
memberikan layanan keperawatan yang profesional, langsung dan
individual (Gibson dkk, 2005). Peran kepemimpinan dan manajemen
merupakan peran dimana tanggung jawab utama manajer perawat adalah
merencanakan, mengorganisir, memotivasi, dan mengendalikan kerja
staf perawat dalam memberikan layanan keperawatan. Swanburg (2000),
menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan dalam manajemen keperawatan
terdiri dari perawat pelaksana, kepala ruang, pengawas, dan
direktur atau tingkat-tingkat eksekutif. Metode penugasan dalam
manajemen asuhan keperawatan diruang rawat dan Puskesmas pada
dasarnya sama hanya bila di ruang rawat mudah untuk terpantau
asuhan yang diberikan secara kontinu terhadap pasien sedangkan di
Puskesmas kunjungan terhadap pasien terbatas terlebih di puskesmas
kelurahan dan puskesmas pembantu karena disini tidak ada ruang
rawat. Peran dan tugas perawat dalam manajemen baik dirumah sakit
dan puskesmas tidak ada perbedaan pada perinsipnya memberikan
asuhan keperwatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan suatu upaya
untuk menegakkan akuntabilitas profesi keperawatan, yang secara
umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
nasional ataupun International.2. Saran Hingga saat ini
pendokumentasian asuhan keperawatan masih memiliki masalah yang
cukup kompleks, sehingga dibutuhkan berbagai strategi dan upaya
pemecahan masalah pendokumentasian yang relevan dengan situasi
pelayanan keperawatan di Indonesia. Evaluasi tahap rangkuman
pemecahan masalah bagian dari tanggung jawab perawat profesional.
Dengan adanya pengetahuan tentang konsep manajemen asuhan
keperawatan, maka diharapkan kedepan masalah pendokumentasian dapat
dihindarkan oleh perawat yang bertugas di RS atau Puskesmas.DAFTAR
PUSTAKA
Allen, C.V. (1998). Memahami proses keperawatan dengan
pendekatan latihan. Alih bahasa: Christantie Effendy. Jakarta:
EGCEffendy, N. (1995). Pengantar proses keperawatan. Jakarta:
EGC.Gibson, James L, Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (2000).
Organizations: Behaviour, Structure and Process. Boston:
McGraw-Hill Companies Inc.
Kuntoro, (2010), Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Yogyakarta,
Mulia Medika.
Kusnanto, (2004), Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan
Profesional, Jakarta, EGC
Kuntoro Agus.( 2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Mulia
medika
Loveridge Catherine E, Susan H. Cummings.(1996). Nursing
Management in the New Paradigm.Gaithersburg, Maryland:
La Monika Elaine L. ( 1998 ). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan. Jakarta : EGC.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and
Management Functions in Nursing.3rd edition. Philadelphia:
Lippincot Raven Publisher
Marquis.L,B & Huston.J,C, (2010), Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, EGC
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan
praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, M (2007). Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam
praktik keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika
Swansburg, R. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen
keperawatan untuk perawat klinis. Alih bahasa: Suharyati Samba.
Jakarta: EGC.
Suari, S dan Yanyan Bahtiar (2004). Manajemen keperawatan dengan
pendekatan praktis. Tasikmalaya: Sekolah Tinggi Kesehatan
Tasikmalaya
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan:
Manajemen keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung SetoTueng, Y.
(1994). Prinsip-prinsip merawat berdasarkan pendekatan proses
keperawatan. Jakarta:EGC.
Wiyono, Djoko. ( 1997 ). Manajemen kepemimpinan dan organisasi
kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.
Kepala Ruangan
Staf perawat
Staf perawat
Staf perawat
Pasien/klienn
Pasien/klien
Pasien/klien
34