Sistem saraf otonom (SSO) dan sistem saraf pusat (SSP)
Sistem saraf otonom (SSO) dan sistem saraf pusat (SSP) 36
BAB I PendahuluanI.2 Latar belakang Tubuh manusia memiliki
sistem organ yang saling berkegantungan satu sama lain. Sistem
tersebut menjalankan tugas faalnya secara masing-masing. Agar dalam
melaknsanakan tugasnya tidak terjadi benturan maka didalam tubuh
dilengkapi dengan sistem pengatur yang biasa dikenal dengan sistem
saraf.Sistem saraf adalah sistem koordinasi atau kontrol yang
bertugas menerima rangsangan, menghartarkan rangsangan keseluruh
tubuh dan memberikan tanggapan kepada rangsangan tersebut. Sistem
saraf juga biasa dikatakan sebagai jaringan komunikasi dalam
tubuh.Sistem saraf manusia dibagi menjadi dua yaiu sitem sadar dan
sistem saraf tak sadar (SSO).sistem saraf dibedakan menjadi dua
yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi., dimana sistem
saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis(sumsum tulang
belakang), yang berfungsi sebagai pusat pengaturan.Sebagian besar
obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah beberapa tahapan
dalam proses neurotransmisi.obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut
mungkin merangsang atau menghambat aktifitas SSP secara spesifik
umum. Ada beberapa kelompok obat yang memperlihatkan seektivitas
yang jelas berpengaruh pada sistem saraf pusat misalnya obat
psikotropika, obat antiepilepsi, obat parkinsom, obat analgetik
narkotika dan analgetik antipireik-antiinflamasi Non
steroid.pengobatan dengan menggunakan obat telah dilakukan olah
masyarakat sejak dulu. Akan tetapi mereka tidak mengetahui efek
samping dan cara kerja obat tersebut. Pengetahuan seperti ini hanya
dimiliki oleh seorang farmasis yang telaha diarahkan dalam hal
formulasi bahan obat. Hal seperti inilah yang membedakan farmasi
dengan cabang ilmu lainnya.alasan itulah percobaaan itulah
analgetik, antipiretik, psikotropika dan antikonvullsi dipandang
perlu dilakukan.I.2 Maksud dan tujuan praktikum I.2.1 Maksud
Praktikum
I.2MaksuddanTujuanPraktikumI.2.1 Maksud PraktikumMaksud dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek dari
obat-obat yang bekerja pada sistem susunan saraf otonom dan sistem
saraf pusat yang meliputi golongan anestesi, hipnotik sedatif,
depresan, stimulan saraf pusat, analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi.I.2.2Tujuan PraktikumTujuan praktikum ini adalah :1.
Menentukan efektifitas pemberian obat sistem saraf otonom yakni
adrenalin, cendotropin, propanolol, cendocarpin, adrenalin
denganpropanolol, dancendotropindengancendocarpin kombinasi
cendocarpindengan cendotropin,dan adrenalin dengan propanolol
terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).2. Menentukan efektifitas
pemberian obat anestesi yakni eter, CHCl3, AlOH terhadap hewan coba
mencit (Mus musculus).3. Menentukan efektifitas pemberian obat
hipnotik sedatif yakni diazepam dan fenobarbital terhadap hewan
coba mencit (Mus musculus).4. Menentukan efektifitas pemberian obat
antidepresan yakni cpz dan amitripilin terhadap hewan coba mencit
(Mus musculus).5. Menentukan efektifitas pemberian obat stimulan
yakni diazepam, fenobarbital, dan amitripilin terhadap hewan coba
mencit (Mus musculus).6. Menentukan efektifitas pemberian obat
analgetik yakni renadinac, tramadol, asam mefenamat, cataflam, dan
natrium diklofenak terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).7.
Menentukan efektifitas pemberian obat antipiretik yakni ibuprofen
dan sanmol terhadap hewan coba kelinci (Orictolagus cuniculus).8.
Menentukan efektifitas pemberian obat antiinflamasi yakni eltazon,
aspilet, ponstan, dexametazon, askardia terhadap hewan coba mencit
(Mus musculus).
I.3PrinsipPercobaana. SistemSarafOtonomPenentuan efektifitas
pemberian obat sistem saraf otonom yakni adrenalin, cendotropin,
propanolol, cendocarpin, adrenalin denganpropanolol,
dancendotropindengancendocarpin kombinasi cendocarpindengan
cendotropin, dan adrenalin dengan propanolol terhadap hewan coba
mencit (Mus musculus) berdasarkan pengamatan efek farmakodinamik
yang timbul setiap interval waktu 0,15,30,45,60.b.
SistemSarafPusat1. AnestesiPenentuan efektifitas pemberian obat
anestesi yakni eter, CHCl3, AlOH berdasarkan onset dan durasinya.2.
Hinotik-SedatifPenentuan efektifitas pemberian obat hipnotik
sedatif yakni diazepam dan fenobarbital berdasarkan parameter lama
waktu tidur.3. AntidepresiPenentuan efektifitas pemberian obat
antidepresan yakni cpz dan amitripilin berdasarkan frekuensi dan
durasi diam dari mencit (Mus musculus) yang digantung pada
statif.4. StimulansarafpusatPenentuan efektifitas pemberian obat
stimulan yakni diazepam, fenobarbital, dan amitripilin berdasarkan
frekuensi dan durasi diam selama mencit (Mus musculus) di masukkan
ke dalam gelas kimia yang berisi air.5. AnalgetikPenentuan
efektifitas pemberian obat analgetik yakni renadinac, tramadol,
asam mefenamat, cataflam, dan natrium diklofenak yang diinduksi
dengan plat panas berdasarkan jumlah pengangkatan kaki dengan
interval waktu 15, 30, 45, 60.6. AntipiretikPenentuan efektifitas
pemberian obat antipiretik yakni ibuprofen dan sanmol yang
diinduksi dengan pepton 1% berdasarkan pengukuran suhu rektal hewan
coba kelinci (Oriptolagus cuniculus) pada interval waktu 15, 30,
60.7. AntiinflamasiPenentuan efektifitas pemberian obat
antiinflamasi yakni eltazon, aspilet, ponstan, dexametazon,
askardia yang diinduksi dengan karagen 1% berdasarkan pengukuran
volume radang dari kaki hewan coba mencit (Mus musculus).
BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori Umum Sistem saraf manusia
adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan
sekitar (Sylvia dkk. 2006).Sistem saraf dibedakan atas dua divisi
anatomi yaitu sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan
medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan sel-sel
saraf yang terletak diluar otak dan medula spinalis yaitu
saraf-saraf yang masuk dan keluar SSP. Sistem saraf tepi
selanjutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu neuron yang membawa
sinyal dari otak dan medula spinalis kejaringan tepi , serta divisi
aferen yang membawa informasi dari perifer ke SSP (Mycek,
2001).Pada umumnya sistem saraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh
yang mengalami perubahan relatif cepat, seperti pergerakan otot
rangka, pergerakan otot polos, dan sekresi kelenjar (Mycek, 2001).
sistem saraf yang mengkoordinasi sistem-sistem lainnya di dalam
tubuh dibagi dalam ada kelompok, yakni (Tjay, 2008) :a. Susunan
saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang.b. Sistem saraf perifer, yang mencakup : Susunan saraf
otonom (SSO) Saraf otak dan tulang belakangSistem saraf berfungsi
Menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi
dalam tubuh. Merubah rangsangan ini dalam perangsangan saraf,
menghantar dan memprosesnya,serta Mengkoordinasi dan mengatur
fungsi tubuh melalui implus-implus yang dibebaskan dari pusat ke
perifer.Sistem saraf terdiri dari sel-sel (neuron) dan sel-sel
penyokong (neuroglia dan Scwan). Neuron adalah sel-sel sistem saraf
khusus peka rangsang yang nenerima masukan aferen dari ujung-ujung
saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik, dan
menyalurkan masukan motorik atau masukan eferen ke otot-otot dan
kelenjar-kelenjar yaitu organ-organ efektor. Neuroglia merupakan
penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan
medula spinalis, sedangkan sel Schwan merupakan pelindung dan
penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal diluar sistem saraf
pusat (Sylvia dkk, 2006).Sistem saraf dibagi menjadi : sistem saraf
pusat (SSP), dan sistem saraf tepi (SST). SSP terbagi atas otak dan
medula spinalis. SST terdiri dari neuron aferen dan neuron eferen
sistem saraf somatis (SSS) dan neuron sistem saraf otonom / viseral
(SSO). SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang.
Selanjutnya SSP dilindungi pula oleh suspensi dalam cairan
serebrospinal yang dibentuk dalam ventrikel otak (Faiz dkk,
2003).Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat
dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom
mengendalikan beberapa organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah,
ginjal, pupil mata, lambung dan usus. Sistem saraf ini dapat dipicu
(induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat (sulistia,
2009).Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin
mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem
endokrin mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui hormon
yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf
menghantarkannya melalui transmisi impuls listrik secara cepat
melaui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ efektor, dan
efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi
neuromediator. Obat-obat yang menghasilkan efek teraupetik utamanya
dengan menyerupai atau mengubah fungsi sistem saraf otonom (Mycek,
2001)System saraf otonom dibedakan atas system saraf simpatik dan
parasimpati. Dimana system saraf simpatis ini mempertahankan
derajat keaktifan, juga mempunyai kemampuan untuk memberikan
respons pada situasi stress dan trauma. Efek dari system saraf
simpatis yaitu meningkatkan irama jantung, dan tekanan darah,
sedangkan pada system saraf parasimpatik mempunyai respons Fight or
Flight (mycek, 2001).Obat-obat yang mempengaruhi system saraf
otonom dibagi dalam 2 sub grup sesuai dengan mekanisme kerjanya
terhadap tipe neuron yang dipengaruhi. Grup pertama adalah
obat-obat kolinergik ,bekerja terhadap reseptor yang di aktifkan
oleh asetilkolin. Grup kedua adalah obat-obat adrenergic bekerja
terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin.
Obat kolinergik dan adrenergic bekerja dengan memacu atau menyekat
neuron dalam system saraf otonom.( Mary J.Mycek, 2001)A.
Neurotransmitter agonis kolinergikNeurotransmisi dalam neuron
kolinergik meliputi 6 tahap, yaitu sintesis, penyimpanan,
pelepasan, dan ikatan asetilkolin pada reseptor, diikuti kemudian
oleh tahap kelima yaitu penghancuran neurotransmitter dala celah
sinaptik, dan tahap keenam adalah daur ulang kolin (Mycek, 2001).
Reseptor kolinergik (Mycek, 2001):1. Reseptor MuskarinikReseptor
ini selain ikatannya dengan asetilkolin mengikat pila muskarin,
yaitu suatu alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu.
Sebaliknya reseptor muskarinik ini menunjukkan afinitas lemah
terhadap nikotin. Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem
saraf tepi dan organ efektor otonom, seperti jantung, otot polos,
otak dan kelenjar eksokrin.2. Reseptor NikotinReseptor ini selain
mengikat asetilkolin dapat pula mengenal nikotin, tapi afinitas
lemah terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang memacu reseptor
nikotinik, namun selain itu akan menyekat reseptor itu sendriri.
Reseptor nikotin ini terdapat didalam sistem saraf pusat (SSP),
medula adrenalis, ganglia otonom dan sambungan neuromoskular.B.
Antagonis KolinergikAntagonis kolinergik disebut juga obat penyekat
kolinergik atau obat antikolinergik mengikat kolinoreseptor tetapi
tidak memicu efek intraseluler diperantai reseptor seperti
lazimnya. Yang paling banyak bermanfaat dari golongan obat ini
adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara
selektif (Mycek, 2001).C. Neuron AdrenergikNeuron adrenergik
melepas norepinefrin sebagai neurotransmitter. Neuron-neuron ini di
temukan dalam SSP dan sistem saraf simpatis yang melayani mata
rantai antara ganglia dan organ efektor. Neuron adrenergik dan
reseptor adrenergik yang terletak baik pada neuron presinaptik dan
pasca sinaptik pada organ efektor merupakan tempat kerja obat
adrenergik (Michael, 2006).Reseptor adrenergik terdiri dari (Mycek,
2001):a. Reseptor 1 : reseptor-reseptor ini terdapat pada membran
pasca sinaptik organ efektor dan memerantarai sedemikian banyak
efek klasik, ditandai umumnya sebagai alpha-adrenergik yang
menimbulkan konstriksi otot polos.b. Reseptor 2 : reseptor-reseptor
ini terletak terutama pada ujung saraf parasinaptik yang mengatur
keluaran neuronediator adrenergik dan sel lainnya seperti sel beta
pankreas untuk pengaturan keluaran insulin. Bila saraf adrenergik
simpatis adrenergik dipacu, norepinefrin yang dilepas akan
menyebrangi celah sinaptik dan berinteraksi dengan reseptor 1.c.
Reseptor : Reseptor menunjukkan suatu seri respon yang berbeda dari
reseptor . Perbedaan ini ditandai oleh respon kuat terhadap
isoproterenol dengan kurang pekanya terhadap epinefrin dan
norepinefri.Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah
depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental
dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang,
adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau
penurunan selerah makan, sulit konsentari atau kelemahan fisik
(WHO,2006). Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan
menggau aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan
bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering
terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan,
bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan
dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya keinginan untuk
bunuh diri (Gunawan,2007).Kelainan depresi mayor dan kelainan
distimik merupakan dua tipe kelainan depresi yang tercantum pada
diagnostik dan statistikal manual of mental dissorder. 4th ed.,
tekst revision (DSM-IV-TR). Gambaran penting pada kelainan depresi
mayor adalah keadaan klinis yang ditandai dengan satu atau lebih
episode depresi tanpa riwayat mania, gabungan depresi-mania atau
hipomania. Kelainan distimik adalah gangguan suasana hati (mood)
kronis yang melibatkan depresi suasana hati dan sekurangnya dua
gejala yang lain, dan kelainan ini pada umumnya lebih ringan
dibandingkan kelainan depresi mayor (sukandar, 2008).Beberapa obat
antidepresi generasi pertama (MAO inhibitor, antidepresi
trisiklik), antidepresi generasi kedua: golongan SSRI (Selective
serotonin Reuptake Inhibitors) dan antidepresi generasi ketiga:
golongan SNRI ( Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitor).
Perkembangan antidepresi baru memang cukup pesat yang ditujukan
untuk meminimalkan efek samping yang sering terjadi pada
antidepresi generasi pertama untuk meningkatkan khasiatnya
(Gunawan,2007).Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat
yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yangtidak
enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. (Than
Hoan Tjay,2002)Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi
ketegangan dan menenangkan penggunanya. Keadaa sedasi juga
merupakan efek samping dari banyak obat yang khasiat utamanya tidak
menekan SSP, misalnya antikolinergika. (Than Hoan
Tjay,2002).Anastetika lokal atau zat-zat penghalang ras setempat
adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara
reversibelpenerusan impuls-impuls saraf ke SSP dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas
atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja
demikian, tetapi efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan
permanen terhadap sel-sel saraf. (Than Hoan Tjay,2002)Penyakit
Parkinson (dari nama seorang dokter Inggris James Parkinson, 1817)
merupakan suatu penyakit yang umum dan terdapat di seluruh dunia.
(Than Hoan Tjay,2002)Antidepresiva .Yang dimaksud dengan
antidepresiva adalah senyawa yang mapu melakukan perbaikan pada
gejala depresi. Berbagai antidepresiva bekerja dengan cara yang
berbeda-beda yakni Menghilangksn depresi, memperbaiki mood,
Mengaktifkan psikomotorik (menaikkan aktivitas) dan/atau, Menekan
psikomotorik (mengurangi aktivitas) dan angsiolitik.( Mutschler,
1991).Neuroleptika adalah senyawa yang terutama pada skizofrenia
dan psikosis mempunyai kerja antipsikotik, tanpa mempengaruhi
kesadaran dan kemampuan intelektual secara berarti (Ernst,
1999).Parkinson merupakan gangguan neurologik gerakan otot,
bersifat progresif, dengan tanda-tanda tremor,kaku otot,
brodikinesia, (lambat dalam memulai gerakan ), kelainan posisi
tubuh dan cara-cara berjalan.(mycek,2002)II.2 Uraian Bahan 1. Air
suling (ditjen POM, 1979)Nama resmi: AQUADESTILLATANama lain: air
sulingBM/RM: 18,02/H2OPemerian: cairan jernih, tidak berwrna, tidak
berbau dan tidak berasa Penyimpanan: dalam wadah tertutup
baikKegunaan: sebagai pelarut2. Adrenalin (Ditjen POM : 1979)Nama
resmi :EpinephiriumSinonim:AdrenalinPemerian :Serbut hablur, renik
putih atau kekuninganKelarutan : Agak sukar larut dalam air; tidak
larut dalam etanol (95%)P dan dalam eter P; mudah larut dalam
larutan asam mineral, dalam natrium hidroksida P dan dalam kalium
hidroksida P, tetapi tidak larut dalam amonia dan dalam alkali
karbonat. Tidak stabil dalam alkali atau netral, berubah menjadi
merah jika kena udara.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat berisi
nitrogen, terlindung dari cahaya.Kegunaan: Obat percobaan sistem
saraf otonom3. Atropine (Ditjen POM, 1995)Nama resmi : ATROPIN
SULFATNama lain: Atropin sulfatBM/RM: 694, 84/
(C17H23NO3)2H2SO4.H2OPemerian: hablur tidak berwarna atau serbuk
hablur putih tidak berbau, mengembang diudara kering,
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.Kelarutan: sangat mudah
larut dalam air, mudah larut dalam etanolPenyimpanan: dalam wadah
tertutup baikKegunaan: antimuskarinik4. Aqua Pro Injeksi (Ditjen
POM, 1979)Nama resmi : AQUA STERILIE PROINJEKSINama lain: aqua
steril injeksiPemerian: cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak
berbauPenyimpanan:dalam wadah tertutup kedap, jika disimpandalam
wadah tertututp dengan kapas berlemakharus digunakan dalam waktu 5
hari setelahpembuatan.Wadah : wadah dosis tunggal dikaca atau
plastic steal lebih dari 4 LKegunaan: sebagai larutan control5.
Asam mefenamat (Ditjen POM, 1995)Nama resmi: ACIDUM MEFENAMICUMNama
lain: asam mefenamatBM / RM: 241,28 / C15H15O2Pemerian: serbuk
hablur, putihatau hamper putih, melebur pada suhu lebih kurang 230o
C disertai peruraian.Kelarutan : larut dalam larutan alkali
hidroksida, agak sukar larut dalam etanol dan dalam methanol,
praktis tidak larut dalam air. Penyimpanan: dalam wadah tertutup
baikKegunaan : sebagai obat analgetik 6. Fenobarbital (Ditjen POM :
1995)Nama resmi: Fhenobarbitali compressiSinonim : Tablet
fenobarbitalKelarutan : Dalam waktu 45 menit harus tidak larut
kurang dari 75% (Q) C12H12Q2O3 dari jumlah yang tertera pada
etiket. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Obat
percobaan hipnotik/sedatif dan stimulan7. Ibuprofen (Martindale :
2009)Nama resmi : IbuprotenumSinonim : IbuprofenPemerian : Serbuk
hablur, putih hingga hampir putih; bau khas lemah.Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,
dalam methanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam
etil asetat. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan : Obat
percobaan antipiretik 8. Klopromazin (Ditjen POM : 1995)Nama Resmi:
Chlopromazini HydrochloridumSinonim: Klorpromazin
HidrokloridaPemerian: Serbuk hablur, putih agak krem putih ; dalam
etanol dan dalam kloroform : tidak larut dalam eter dan dalam
benzena.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan dalam kloroform; tidak larut dalam eter dan dalam
benzena.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan : Obat
percobaan antidepresan9. Propranolol (Ditjen POM : 1995)Nama resmi
:Propranol HydrochloridumSinonim:Propranol HidrokloridaPemerian
:Serbut hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa
pahit.Kelarutan:Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam
kloroform, praktis tidak larut dalam eter.Penyimpanan :Dalam wadah
tertutup rapatKegunaan :Obat percobaan sistem saraf otonom10.
Sanmol Nama Resmi:
II.3. Uraian Obat1. Adrenalin (Ganiswarna : 2007) Zat
Aktif:EpinefrinGolongan : Agonis adrenergikmudah menimbulkan
serangan jantung.Farmakodinamik:Pada umumnya, pemberian epinefrin
menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Ada beberapa
perbedaan karena neurotransmitter pada saraf adrenergik adalah NE.
Efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos
pembuluh darah dan otot polos lain.Farmakokinetik:Pada penyuntikan,
absorpsi lambat karena vasokontriksi lokal, dapat dipercepat dengan
memijat tempat penyuntikan.Interaksi Obat:Epinefrin akan memperkuat
kerja kardiovakular pada pasien dengan hipertiroidisme. Bila di
dalam tubuh terdapat kokain, maka epinefrin akan menambah efek
kardiovaskularnya.Dosis:Dosis > 6 tahun 0,3 0,5 mg setiap 20
menit sebanyak 3 dosis. Dosis < 6 tahun 0,01 mg/kg sampai 0,5 mg
setiap 20 menit sebanyak 3 dosis. 2. Atropin (Mycek, 1997)Nama
paten : Hycocyamin, homatropinIndikasi : secret hidung, mulut,
paring,dan bronkus. Mabuk kendaraan, mengurangi sekresi lender
dalam nafas pada anastesi terutama pada anastesi
inhalasi.Kontaindikasi: gagal ginjal, jantung dan hipertroti
prostat.Efek samping: pada organ mudah efek samping mulut kering,
gangguan miksi, meteorisme sering terjadi tetapi tidak
membahayakan. Pada organ tua efek sentral terutama sindrom dimensi
dapat terjadi.Farmakodinamik: atropine memblok asetilkolin endogen
eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen.
Atropine merangsang medulla oblongata serta pusat lain di
otak.Farmakokinetik: pemberian atropine pada sebagian obat tetes
mata, terutama anak dapat menyebabkan absorbs dalam jumlah yang
cukup besar lewat mukosa nasal sehingga menimbulkan efek sistemik
bahkan keracunan.Dosis: oral ;3 dd 0,4-0,6 mg tablet tetrad.3.
Pilokarpin (Gunawan, 2007)Nama paten: Cenco carpin,
EpicarpineIndikasi: anti glaucoma simpleks kronik glaucoma
tertutupKontraindikasi: Glaukoma tertutupEfek samping: musl, muntah
dan efek kolinergik perifer lainnyaFarmakodinamik: pilokarpin
menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat, air mata dan air
ludah penyuntikkan IV biasanya terjadi kenaikan tekanan
darah.Farmakokinetik: efek utamanya yang menyangkut terapi dapat
terlihat pada pupil mata, usus dan sambungan saraf otot.Dosis: pada
glaucoma 2-4 dd 18-20 tetes larutan 1-3% (klorida, nitrat).4. Asam
mefenamat (Mycek,2001, gunawan 2007)Nama generic: asam
mefenamatNama dagang: lendsonIndikasi: sakit kepala, sakit gigi,
nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri
setelah melahirkan, dismenore nyeri reumatik dan demamEfek samping:
saluran certna sering timbul misalnya dyspepsia, diare sampai diare
berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambungKontraindikasi: ulkus peptic atau intestinal kerusakan
ginjal, asma yang sensitive terhadap AINSFarmakodinamik: inhibisi
reversible siklooksogenaseFarmakokinetik: metabolismenya yaitu
hepaticDosis: dewasa : awal 500 mg kemudian 250 mg tiap 6 jam
maksimal 7 hari. Dismenore awal 500 mg kemudian 250 mg tiap 6
jam.4. Fenobarbital (Gunawan, 2003, mycek, 2001)Nama generic:
fenobarbital Gol obat : ZentropilIndikasi:fenobarbital digunakan
ungtuk mengobati hiperbiliribinemia dan kernicterus pada
neonatesKarena penggunaannya dapat menaikan glukoronil trasferas
hati dan ikatan biliburin Y proteinefek samping:Fenobarbital dapat
menimbulkan kelelahan, kurang gairah keletihan pada orag dewasa dan
insomnia, hiperkinesia dan agresi pada anak-anak (dan rasa bingung
pada orang usia lanjut). Gangguan ringan pada alam perasaan, daya
ingat kemampuan belajar timbul pada semua usiaFarmakokinetik:
sebagian besar fenobarbital dimetabolisme dalam hati, tetapi bagian
subtansial dari obat ini diekskresi dalam bentuk asli oleh
ginjalFarmakodinamik:meningkatkan efek penghambatan GABA denga cara
berkaitan pada kompleks reseptor GABA kanal klorida dan juga
hambatan pransinaps pembebasan neurotransmitter yang bersifat
mengenksitasiDosis:30-60 mg pada orang dewasa dan anak : 4 mg/kg
BB5. Paracetamol (Guanwan, 2003)Nama generic:paracetamolNama
dagang:acetaminophenIndikasi: meringankan rasa sakit kepala, sakit
gigi dan menurunkan demamEfek samping:penggunaan jangka lama dan
dosis besar menyebabkan kerusakan hatiKontraindikasi:kekurangan
glukosa-6-fosfatdehidrogenase, kerusakan hati dan
ginjalFarmakokinetik:paracetamol dan fanacetin di absorpsi cepat
dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma di capai dalam waktu jam dan massa paru plasma antara 1+3
jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dan dalam plasma,
25%, paracetamol dan 30% fanacetin terikat protein
plasmaFarmakodinamik:efek analgesic paractamol dan fanasetin serupa
dengan salisilat yaitu menghilangkan /mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
serupa dengan salisilatDosis:untuk nyeri dan demam oral 2-3 dan
0.5-1 gram maksimum 4 g/hari para penggunaan kronis maksimum 2,5
g/hari.6. Amitriptilin (gunawan, 2007)Nama generic:
amitriptilinGol.obat: antidepresanIndikasi: pengobatan ansietas
sedang s/d berat yang berhubungan dengan sedang s/d berat.
Kontaindikasi: glaucoma, hipersensitif terhadap benzodiasepin, atau
antidepresan trisiklik.Efek samping: mengantuk, mulut kering,
kostifasi, penglihatan kabur, pusing, perut terasa
penuh.Farmakokinetik: efek-efek menonjol (akut sedative),
timoleftik (mencerahkan suasana) agak sama kuatnya seperti
ansiolitik ( melenyapkan rasa takut), tidak meningkatkan
motifasi).Farmakokinetik: -Interaksi obat : tidak boleh diberikan
bersama dengan vit dan MAOIDosis: tersedia dalam bentuk tablet
berlapis gula 10 dan 25mg .7. Klorfromazin Zat aktif:
klorfromazinGol obat: largactilIndikasi: skizofrenia, mania,
balisme, sindrom tourette, cegukan.Kontraindikasi: hyperplasia
prostat, kerusakan pada hati dan ginjal, glaucoma sudut sempit,
cacat jantung, disregulasi ortostatik.Efek samping: gejala
estrapiramidal akatasia, parkisonisme, hipotensi, ortotasik, mulut
kering, mengantuk, pandangan kabur, retensi urin.Farmakodinamik:
klorfromazin berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil diambil
dari kata large action.Farmakokinetik: pada umunya semua fenitiazin
diabsorbsi dengan baik bila diberikan peroral maupun parenteral
penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di
paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenitiazin
mengalami hidroklrosilasi dan konjugasi sebagian lagi diubah
menjadi sulfoksid yang kemudian disekresikan bersama fases dan
urin, setelah pemberian klorpromazin dosis besar, maka masih
ditemukan sekresi krorpromazin atau metabolitnya selama 6-12
bulan.Interaksi obat: -Dosis: dewasa ; 250 -600 mg/ hari, anak 4,6
x 0,5 mg/kgBB/hari.8. Asam mefenamat Zat aktif: asam mefenamat
Gol.obat: antiinflamasiIndikasi: sakit kepala, sakit gigi, nyeri
otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri
setelah operasi, nyeri reumatik, nyeri tulang belakang, demam.
Kontaindikasi: tukak petik, kerusakan ginjal, asma yang sensitive
terhadap AINSEfek samping: reaksi hematologi, dan kulit, gangguan
ginjal.Farmakodinamik: inhibisi reversible
siklooksigenaseFarmakokinetik:absorbs 70%, tidak terdapat
bioavailabilitas plasma kemudian ikatan protein plasma 99%, waktu
paruh 2-4 jam dam metabolism haepatik, eliminasi 50% di fasef 20 %
diginjal.Dosis: dosis awal 500 , tiap 6 jam (maks 7 hari ).9.
Dexamethason Zat aktif: DexamethasonGol.obat:
kortikosteroidIndikasi : reaksi alergi yang memberi respon terhadap
kortikosteroid seperti urtikaria, rhinitis alergi, dermatitis akut
atau kronik.Interaksi obat : Meningkatkan efek sedasi obat hipnotik
sedative. meningkatkan efek hipokalemia dengan diuretic
tertentu.Kontaindikasi : ulkus peptic, infeksi jamur. Efek samping
: mengantuk,mulut kering,keluhan lambunh, resestensi air dan
elektrolit Dosis : dewasa : 1 tab 3-4x/hari 10. Parasetamol Zat
aktif : parasetamol Gol.obat : AntipiretikIndikasi : antipiretik
dan Analgesik Interaksi obat : memperkuat kerja vasopressin.
Absobpsi asetaminofen dihambat oleh propantelin dan dipercepat olah
metoklopamid.Kontaindikasi : hipersensitif, gangguan fungsi
hati.Efek samping : Mual, muntah, diare, diaphoresis, pucat, sakit
perut. Kerusakan hati. Dosis : 500 mg tab dws 1-2 tab 3x/hr11.
Diazepam Zat aktif: Diazepam Gol.obat: Analgesik (non
opiat)Indikasi: sakit kappa psikis, nyeri saraf, nyeri
pinggang,reumatik.Interaksi obat : depresan SSP, alcohol,
klorpromasin, simetidin.Kontaindikasi : psikosis berat,
kecendrungan berdarah, porfiria.Efek samping : mengantuk, pusing,
amnesia, gangguan penglihatan, hipotensi, ketergantungan.Dosis : 2
mg, 1 kapsul 3x/hr12. Tramadol Zat aktif: Tramadol Hcl Gol.obat:
Analgesik opiatIndikasi: nyeri akut atau kronik berat,termasuk
nyeri pasca operasiInteraksi obat : efek analgesic dan sedasi
meningkatkan pada penggunaan bersama dng obat yang bekerja pd ssp
seperti transquilizer dan hipnotik.Kontaindikasi: hipersensitif
terhadap tramadol atau opiate. Mendapat terapi MAOI, itoksikasi
akut alcohol.Efek samping : pusing, lelah, sakit kepala, pruritis,
berkeringat,kulit kemerahan.Dosis : 50-100mg/jam (IV,IM) maks : 600
mg13. Piroxicam Zat aktif: Piroxicam Gol.obat: OAINSIndikasi :
mengatasi rasa nyeri,imflamasi, kekakuan pada RA,OA.Interaksi obat
: Antikoagulan oral,asetaminofen, aspirin,indometasin.Kontaindikasi
: tukak lambung aktif, sedang menggunakan aspirin atau AINS
lain.Efek samping : sakit kepala, mengantuk, mual, dyspepsia,
muntah, ruam kulit, perut kembung.Dosis : spondilitis ankilosa awal
20mg/hr dosis tunggal. Pemeliharaan 10-20 mg/hr dosis tunggal.14.
Eflagen Zat aktif: diklofenak Gol.obat: OAINSIndikasi: pengobatan
jangka pendek imflamasi,setelah trauma seperti terkilir.Interaksi
obat : litium, digoksin, diuretic hemat kalium,AINS
lain.Kontaindikasi : tukak lambung, dalam serangan asma,
urtikaria.Efek samping : nyeri lambung, diare, mual, muntah, kram
perut,dispensia, pusing, sakit kepala, vertigo, telinga
berdeging.Dosis : dosis awal 100-150 mg/hrII. 4 Uraian Hewan Coba1.
Klasifikasi hewan coba (Malole, 1995)a. Klasifikasi mencit (Mus
musculus)Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataClass :
MamaliaOrdo:RodentiaFamilia : MuridaeGenus : MusSpesies: Mus
musculus b. Klasifikasi Kelinci (Oryctolagus cuniculus)Kingdom :
AnimaliaPhylum : ChordataClass: MamaliaOrdo: TheriaFamily:
LogormoiphisGenus: OryctolagusSpecies: Oryctolagus cuniculus2.
Karakteristik hewan coba (Malole, 1995)a. Karakteristik mencit (Mus
musculus)Konsumsi pakan/hari: 5 g/100 g BBKonsumsi air minum : 8-11
ml/ 100 g BBDiet protein: 12%Ekskresi urin: 5,5 ml/ 100 g BBLama
hidup: 2,5 3 tahunBobot badan dewasa : jantan 300-400 g Betina
250-300 gBobot lahir : 5-6 gRasio kawin : 1 jantan, 3 atau 4
betinaJumlah kromosom: 42Suhu rektal : 37,5oCLaju respirasi : 85
kali/ menitDenyut jantung : 300-500 kali/menitSel darah merah:
7,2-9,6 x 106/LSel darah putih: 14 x 103/LKadar hemoglobin: 15,6
g/Lb. Karakteristik Kelinci (Oryctolagus cuniculus)Berat badan
dewasa: Jantan 2,0-5,0 kgLuas Permukaan tubuh: 2,5 kg = 1270,0
cm2Temperatur tubuh: 38,0-39,6oCMulai dikawinkan: Jantan 6-10 bulan
Betina 5-9 bulanJumlah anak: 4-10Produksi anak: 4-6/bulanVolume
tidal: 4,6 ml/kgVolume darah: 57-67 ml/kgTekanan darah :
90-130/60-90 mmHgGlukosa serum: 75-150 mg/dlKolesterol: 35-53
mg/dlBAB IIIMETODE KERJAIII.1. Alat yang Digunakan Airator Benang
godam Erlenmeyer 50 ml Gelas piala 50 ml, 500 ml Gelas ukur 5 ml
Labu takar 10 ml, 50 ml Lumpang + alu Mixer Setrika (plat panas)
Spoid oral + kanula Spoit + jarum spoit Statif Termometer Timbangan
VialIII.2. Bahan yang Digunakan Adrenalin Air suling Alkohol
Amitriptilin Aquadest Aqua Pro Injeksi Asam Mefenamat Ascardia
Aspilets Atropin Cataflam Cendokarpin Cendotropin CPz
(klorpromazin) Dexamethazone Diazepam Eltason Eter Fenobarbital
Ibuprofen Karagen 1 % Na-CMC 1% Natrium diklofenak Pepton 1 %
Ponstan Propranolol Renadiac Sanmol TramadolIII.3. Penyiapan Hewan
Cobaa. Mencit (Mus musculus) Dipilih mencit jantan yang sehat
dengan berat 20 30 gram Mencit dipuasakan selama kurang lebih 8 jam
sebelum perlakuan Mencit ditimbang dan dikelompokkan berdasarkan
berat badannya Mencit diberi kode dengan menggunakan spidol. b.
Kelinci (Oryctulangus peniculus) Dipilih kelinci jantan yang sehat
dengan berat 1,5 2,5 kg Kelinci dipuasakan selama kurang lebih 8
jam sebelum perlakuan Kelinci dibersihkan sebelum perlakuan III.4.
Cara KerjaIII.4.1. Pembuatan Bahana. Na.CMC 1 % Ditimbang 1 gram
Na-CMC serbuk Dilarutkan dalam air suling sebanyak 100 ml
dipanaskan hingga suhu kurang lebih 70C. Dimasukkan Na-CMC sedikit
demi sedikit kedalam air suling yang telah dipanaskan sambil diaduk
menggunakan mixer berkecepatan tinggi. Larutan Na-CMC dimasukkan
dalam wadah dan disimpan dalam lemari es.b. Pepton 1 %c. Karagen 1
%III.4.2. Pembuatan Bahan ObatIII.4.3. Perlakuan Hewan Cobaa.
Sistem Saraf Otonom Diambil 15 mencit dengan bobot 20 30 gram
Mencit dikelompokkan berdasarkan tiap perlakuan. Mencit 1 diberikan
Na.CMC sebanyak 1 ml secara peroral Mencit 2 diberikan API sebanyak
0,73 ml secara intraperitonial Mencit 3 dan 4 disuntikkan dengan
Adrenalin sebanyak 0,96 ml secara intraperitonial Mencit 5 dan 6
diberikan Propanolol masing-masing 0,83 ml dan 0,76 ml secara
peroral Mencit 7 dan 8 disuntikkan dengan Pilokarpin masing-masing
0,7 ml dan 0,73 ml secara intraperitonial Mencit 9 dan 10
disuntikkan dengan Atropin masing-masing sebanyak 0,73 ml dan 0,8
ml secara intraperitonial Mencit 11 disuntikkan Adrenalin sebanyak
0,73 ml secara intraperitonial dan Propanolol sebanyak 0,73 ml
secara peroral. Mencit 12 disuntikkan Adrenalin sebanyak 0,86 ml
secara intraperitonial dan Propanolol sebanyak 0,86 ml secara
peroral. Mencit 13, 14 dan 15 disuntikkan Pilokarpin dan Atropin
masing-masing 1 ml; 0,73 ml dan 0,76 ml secara intraperitonial.
BAB IVDATA PENGAMATANIV.1. Tabel PengamatanAnastesiNama
ObatBerat MencitVolume Pemerian Waktu
Onset Durasi
Kloroforom21 gr0,7 ml0,4 menit4 menit
Alkohol23 gr0,76 ml29 menit7 menit
Hipnotik-SedatifNama ObatBerat MencitVonlume Pemerian Waktu
Onset Durasi
Diazepam20 gr0,67 ml 10 menit18 menit
30 gr1 ml 12 menit19 menit
Fenobarbital25 gr0,083 ml 20 menit25 menit
25 gr0,83 ml 24 menit30 menit
No CMC25 gr0,083 ml - -
25 gr0,083 ml - -
AntiinflamasiObatBB MencitVolume PemberianVol. Kaki AwalVol.
Kaki BengkakVol. Kaki Setelah Perlakuan
15 menit30 menit45 menit60 menit
Na. CMC24 g0,8 ml1,5 cm1,6 cm 1,6 1,51,51,5
Aspilet25 g0,8 ml1,5 cm1,6 cm1,51,51,51,5
Aspilet23 g0,76 ml1,5 cm 1,7 cm1,651,61,51,5
Ponstan25 g0,833 ml1,3 cm1,5 cm1,41,41,31,3
Eltazon20 g0,66 ml1,5 cm1,7 cm1,61,61,41,4
Askardia28 g0,933 ml1,3 cm1,5 cm1,41,31,31,3
Ponstan25 g0,833 ml1,5 cm1,6 cm1,61,51.51,5
Askardia25 g0,833 ml1,2 cm1,6 cm1,51,451,41,4
Dexametasone24 g0,8 ml1,5 cm1,7 cm1,61,51,51,5
Ponstan30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,71,71,61,6
Eltazon30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,61,41,41,4
Askardia22 g0,7 ml1,5 cm1,7 cm1,61,51,51,5
ObatBB MencitVolume PemberianVol. Kaki AwalVol. Kaki BengkakVol.
Kaki Setelah Perlakuan
15 menit30 menit45 menit60 menit
Eltazone24 g0,8 ml1,6 cm2,2 cm 1,91,81.71,7
Deksametasone30 g1 ml1,6 cm1,8 cm1,61,61,61,6
Deksametasone21 g0,7 ml1,6 cm1,8 cm1,61,61,61,6
StimulanObatBBSebelum PerlakuanSetelah Perlakuan
FDFD
24242424
Amitriptilin21 g582397261111
Amitriptilin25 g533379634356
Diazepam24 g865385688687
Diazepam25 g7752598178376
Fenobarbital27 g864380101010655
Fenobarbital24 g428049254688
Na. CMC25 g523777426091
AnalgetikObatBBWaktu SebelumPengangkatan kaki mencit
15304560
Renadinac25 g25 g25 g444434321323213
As. Mefenamat27 g25 g23 g747444323232112
Tramadol30 g25 g4614222332
Cataflam23 g23 g5724231212
Na. Diklofenak26 g26 g21 g637125124123112
Na. CMC23 g63354
AntidepresanObatBBSebelum PerlakuanSetelah Perlakuan
FDFD
24242424
Amitriptilin21 g5912566131129
Amitriptilin21 g718161346161454
CPz25 g15179020977810127
CPz29 g2511177325147
Na. CMC25 g131486106121641123
IV.2. Perhitungan % Penurunan
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUPVI.1 KESIMPULAN
VI.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Penuntun Anatomi Fisiologi Manusia.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar. Ditjen POM. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.Malole, M.B.M. 1989.
Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat antar
Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.Mycek, J. M. 2001. Farmakologi
Ulasan Bergambar Edisi II. Widya Medika.
Jakarta.Mutschler,Ernst.1991.Dinamika Obat Edisis ke-5.Penerbit ITB
.BandungSjamsuir,Munaf , 2008.Kumpulan Kuliah Farmakologi.Fakultas
Kedokteran Sriwijaya. EGC : JakartaTan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat
Penting Edisi V. PT. Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN1. Skema KerjaSSO (Sistem Saraf Otonom)Hewan coba mencit
(Mus musculus)
Na.CMC API EPIPropanololPilokarpinAtropin EPI+Prop Pilo+Atro
(po) (ip) (ip) (po) (ip) (ip) (ip) (po) (ip) (ip)
Amati efek farmakodinamik
SSP (Sistem Saraf Pusat)1. AnestesiMencit (Mus musculus)
Eter CHCl3AlOH
Onset/durasi
2. Hipnotik sedatif
Mencit (Mus musculus)
Na.CMC(kontrol)FenobarbitalDiazepam
Onset dan durasi
data3. AntidepresiMencit (Musmusculus)
Digantung pada statif
Hitung frekuensi dan durasi diam pada interval waktu 2, 4
Na.CMCCPZAmitripilin
Digantung kembali pada statif
4. StimulanMencit (Mus musculus)
Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air
Diberi perlakuan berupa gelombang pada air dalam gelas kimia
Hitung frekuensi diam mencit pada interval waktu 2, 4
Na.CMCFenobarbitalDiazepamAmitripilin
Dimasukkan kembali ke dalam gelas kimia yang berisi air
Hitung lagi frekuensi dan durasi diam mencit pada interval 2,
45. AnalgetikMencit (Mus musculus)
Letakkan pada alat panas
Hitung jumlah pengangkatan kaki pada interval waktu 15, 30, 45,
60
Na.CMCParacetamolTramadolAsam Mesefenamat Ultracef
Letakan kembali mencit pada alat panas
Hitung jumlah pengangkatan kaki pada interval waktu 15, 30, 45,
606. AntipiretikKelinci (Orictolagus cuniculus)
Ukur suhu rektal
Induksi dengan pepton 1%
Ukur lagi suhu rektal
TramadolParacetamol
Ukur lagi suhu rektal
7. AntiinflamasiMencit (Mus musculus)
Diukur volume kaki (awal)
Na.CMC CataflamAspilIbupro Dexa Asmet Melox Na.Diklo
Diamkan selama 30
Diukur volume inflamasi pada interval waktu 15, 30, 45, 60
2. Nama paten obat1. Asam mefenamat Ponstan tablet 500 mg
Spartan kapsul 250 mg Analspec kaplet 500 mg Mefiutor kapsul 250 mg
Stanalin kapsul 250 mg2. Paracetamol Sanmol 500 mg Tramadol 500 mg
Sumagesik tab Dumin syrup Biogesik3. Propanolol Venasma tab 2 mg
Asmacare tab 2 mg Acram ampul Perdipine ampul 2 g Acram kaplet 300
mg4. Piroxicam Infeld caps Pirofel kaps 10 mg Faxiden kaplet 20
Rosic kaps 10 mg Tropidemo kaps 10 mg5. Dexa Corsona tab Dexa-M
ampul Piradexon Inthesa ampul Indexon ampul 5 mg6. Diazepam
Proneoron caplet Valdimex tab Hedix tab Cetalgin tab Valium ampul7.
Fenobarbital Sibital ampul Kolkartiol kaps 0,25 MGC Thiamet kaps
500 mg Farmadol tab Inticol kaps 500 mg
Ika rafika MunadiBayu Putra .S.Farm.,Apt150 2010 089