Top Banner
TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA PUSAT PERIODE 1 – 31 MEI 2013 Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Apoteker (Apt) Program Studi Profesi Apoteker Disusun oleh : Fian Januar Watung, S. Farm (123117437050060) 66
58

Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Oct 28, 2015

Download

Documents

Fian Watung
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA PUSAT

PERIODE 1 – 31 MEI 2013

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)

Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :

Fian Januar Watung, S. Farm (123117437050060)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

201366

Page 2: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ

ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau

produksi urine .

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita

penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal

itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia

dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .Secara umum, penyakit gagal ginjal

adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang traktus

urinarius.

Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi pada

pasien gagal ginjal, perlu perhatian melalui monitoring dan evaluasi status

kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada dasarnya pelayanan

dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas

kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal.

Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga

67

Page 3: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas

hidup yang cukup baik.

Tuberkuloma paru merupakan suatu nodul atau massa berbatas tegas

yang terletak di dalam paru yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Tuberkuloma paru dapat juga diartikan sebagai suatu massa

menyerupai tumor yang berasal dari pembesaran tuberkel kaseosa di paru.

Tuberkuloma paru dapat terjadi sebagai manifestasi tuberkulosis

primer atau pascaprimer. Tuberkuloma biasanya terdapat di lobus atas bagian

perifer atau di lobus bawah terutama pada segmen superior dan lebih sering

terdapat di paru kanan.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini

masih belum bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2

juta penduduk dunia setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit

infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar ketiga dengan

jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Sulitnya

memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya

bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya

penemuan obat baru terus dilakukan.

68

Page 4: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

B. Tujuan

1. Menilai kerasionalan pengobatan yang diterima pasien.

2. Mengetahui terjadinya DRP (Drug Related Problem).

3. Mengetahui interaksi obat dan efek samping yang mungkin terjadi.

4. Menghitung biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien.

C. Tempat dan Waktu

Proses pemantauan dan analisa pengobatan dilakukan terhadap 2 pasien

bangsal M Rumah Sakit PGI Cikini, pengumpulan data dilaksanakan selama

10 hari untuk masing – masing pasien.

D. Cara Kerja

1. Melihat data penggunaan obat (meliputi nama obat, dosis, dan cara

pemberian).

2. Melihat hasil uji laboratorium serta diagnosa penyakit dari data rekam

medik yang terdapat di ruang keperawatan bangsal K.

3. Mengkaji kerasionalan pengobatan pasien dengan melihat ada tidaknya

interaksi dan efek samping yang dialami pasien.

4. Mengetahui terjadinya DRP (Drug Related Problem)

5. Menghitung biaya pengobatan pasien selama dirawat.

69

Page 5: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Penyakit Ginjal

1. Anatomi Fisiologi Ginjal

a. Letak

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut

atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di

bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapatkelenjar

adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang

peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di

sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit

di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas

dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak

perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

b. Struktur Detail

Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar

11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal

memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke

dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang

menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

70

Page 6: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

c. Bagian – bagian ginjal

1) Korteks (kulit ginjal), terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan

malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang

diselubungi kapsula Bowman dan tubulus (saluran) yang terdiri dari

tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus

kolektivus.

2) Medula (sumsum ginjal), terdiri atas beberapa badan berbentuk

kerucut (piramida). Di sini terdapat lengkung henle yang

menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus

distal.

3) Rongga ginjal (pelvis), merupakan tempat bermuaranya tubulus

yaitu tempat penampungan urin sementara yang akan dialirkan

menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh

melalui uretra.

Gambar 1. Bagian – bagian ginjal

71

Page 7: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

d. Fungsi ginjal:

1) Mengatur kesembangan pH darah.

2) Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang

bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan elektrolitas.

Renin mengubah protein dalam darah menjadi hormon angiotensis.

Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang

mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.

3) Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang.

4) Membuang racun dan produk buangan/limbah dari darah. Racun di

dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan kedua

racun ini terlalu berlebihan, akan mengganggu metabolisme dalam

tubuh.

5) Menjaga kebersihan darah dengan merugulasi seluruh cairan (air dan

garam) di dalam tubuh.

6) Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi

sel darah merah di tulang.

2. Penyakit Gagal Ginjal

a. Definisi

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi

organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu

bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit

tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti

sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.

72

Page 8: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang

menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak

langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering

dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.

Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal

akut dan gagal ginjal kronik.

Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara

tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai

dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan

kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.

Pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara

perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus

selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat

berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis

dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)

glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR). GFR normal adalah 90

- 120 mL/min/1.73 m2.

73

Page 9: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Stadium GFR(ml/menit/1.73m2)

Deskripsi

1 Lebih dari 90 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih normal atau sedikit meningkat

2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal

Disease)Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan laju GFR

b. Etiologi

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit

serius yang didedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan

berdampak pada kerusakan organ ginjal.

Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal

diantaranya :

1) Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi).

2) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus).

3) Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,

penyempitan/striktur).

4) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.

5) Menderita penyakit kanker (cancer).

6) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada

organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease).

7) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh

infeksi atau dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya

disebut sebagai glomerulonephritis.

74

Page 10: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan

kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ;

Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka

bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,

Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

1) Penyebab gagal ginjal akut antara lain:

a) Prarenal (hipoperfusi ginjal)

Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume

misalnya karena kekurangan cairan mendadak (dehidrasi) seperti

pada pasien muntaber yang berat atau kehilangan darah yang

banyak, vasodilatasi (sepsi dan anafilaksis), gangguan fungsi

jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, syok

kardiogenik).

b) Intrarenal

Penyebabnya adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus

atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat

benturan, infeksi, agen nefrotoksik, adanya hemoglobin dan

mioglobin akibat cedera terbakar mengakibatkan toksik renal/

iskemia atau keduanya, transfusi terus menerus dan pemakaian

obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).

c) Pasca renal

75

Page 11: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Yang termasuk kondisi penyebab pascarenal antara lain :

Obstruksi traktus urinarius, batu, tumor, BPH, striktur uretra dan

bekuan darah.

2) Penyebab gagal ginjal kronik antara lain:

a) Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan

menyebabkan nefropati diabetikum.

b) Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

c) Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis),

misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi.

d) Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal

memiliki kista multipel.

e) Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau

penggunaan obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.

f) Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras

(atherosklerosis) menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang,

sehingga sel-sel ginjal menjadi rusak (iskemia). 

g) Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar,

keganasan prostat.

h) Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal

kronis, dan berbagai macam keganasan pada ginjal.

c. Gejala

1) Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.

76

Page 12: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

2) Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk

kencing.

3) Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain

karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.

4) Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh

ginjal.

5) Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering

disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.

6) Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.

7) Rasa pegal di punggung.

8) Gatal-gatal, utamanya di kaki.

9) Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami

penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang

hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah

/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah/Eritrosit, Sel

Darah Putih/Lekosit, bakteri.

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya

gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan,

mual, muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas,

pucat/anemia. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Leukosit. Kelainan hasil

pemeriksaan Laboratorium lain: kreatinine darah naik, Hb turun, Urin:

protein selalu positif.

77

Page 13: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

d. Diagnosa

1) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mencakup: serum elektrolit ( potasium,

sodium, kalsium dan pospat), Hb (klien dengan CRA pada umumnya

tidak memperlihatkan anemia berat), sedimen urine (sel darah

merah), mioglobin atau hemoglobin dan elektrolit lain.

2) Radiography

Radiologi digunakan untuk mengetahui ukuran ginjal, melihat

adanya obstruksi di renal pelvis, ureter dan ginjal.

3) CT (Computed tomographic) scans tanpa zat kontras dapat dilakukan

untuk mengetahui adanya obstruksi atau tumor. Kontras media dapat

digunakan untuk mengetahui adanya trauma ginjal.

4) Arterialangiography mungkin diperlukan untuk mengetahui

pembuluh darah ginjal dan aliran darah.

5) Pemeriksaan lain

Biopsi ginjal mungkin diperlukan bila penyebab utama belum bisa

ditegakkan.

e. Pengobatan

Penyakit gagal ginjal tidak bisa "disembuhkan" dalam artian

mengembalikan ginjal ke keadaan semula. Pengobatan yang dimaksud

adalah mencegah semakin bertambahnya kerusakan pada ginjal dengan

cara mengatasi penyebab gagal ginjalnya. Oleh karena itu, terapi pada

gagal ginjal bisa bervariasi tergantung dari penyebabnya.

78

Page 14: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Gagal ginjal akut, dokter akan berusaha memperbaiki aliran

darah ke ginjal (prerenal), menghentikan penggunaan obat-obatan yang

merusak ginjal (renal) atau mengangkat sumbatan pada saluran kencing

pasien (postrenal). Jika diperlukan, mungkin dokter akan menyarankan

untuk melakukan cuci darah untuk membuang zat-zat sisa metabolisme

yang tertimbun di dalam tubuh.

Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Jadi tujuan terapi

pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah:

1) Memperlambat kerusakan ginjal yang terjadi

2) Mengatasi faktor yang mendasari gagal ginjal kronis (misalnya:

kencing manis, hipertensi, dll)

3) Mengobati komplikasi dari penyakit

4) Menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak dapat bekerja

f. Penatalaksanaan

1) Diet Rendah Protein

Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik

pre dialisis stadium IV pada dasarnya mencoba memperlambat

penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban

kerja nefron dan menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada

penyakit Ginjal Kronik pre Dialisis dengan terapi konservatif, jika

energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup

30 kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut:

79

Page 15: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

a) ¾ Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total

kalori.

b) ¾ Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti

sel-sel yang rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi

tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75

g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan

normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah

Protein. Anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga

cukup 50 %. Saat ini protein hewani dapat dapat disubstitusi

dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai sebagai

lauk pauk untuk variasi menu.

c) ¾ Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30

% diutamakan lemak tidak jenuh.

d) ¾ Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran

urine sehari ditambah IWL ± 500 ml.

e) ¾ Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta

penumpukan cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar

2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari.

f) ¾ Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya

hiperkalemia 40-70 meq/hari

g) ¾ Fosfor yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari

h) ¾ Kalsium 1400-1600 mg/hari

2) Bahan Makanan yang Dianjurkan

80

Page 16: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

a) ¾ Sumber karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti,

kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan

gula.

b) ¾ Sumber protein hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.

Bahan makanan pengganti protein hewani, hasil olahan kacang

kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai

sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai

sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan

kebutuhan protein tetap diperhitungkan.

c) ¾ Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak

kedele, margarine rendah garam, mentega.

d) ¾ Sumber Vitamin dan Mineral

Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami

hipekalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan

perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur

dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air

rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang

mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup

buah/coktail buah.

3) Bahan makanan yang dihindari

Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami

hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah

bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda,

81

Page 17: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

pisang, durian, dan nangka. Hindari/batasi makanan tinggi natrium

jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi

natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu

kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.

4) Penanganan hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada

gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling

mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien

dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian

pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :

5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah

atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar

kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin

(Natrium polistriren sulfonat secara oral atau melalui retensi enema.

5) Mempertahankan keseimbangan cairan

Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan

harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan

serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.

Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase

lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan

sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.

82

Page 18: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

6) Dialisis

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal

akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.

Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan

caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;

menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu

penyembuhan luka.

Ada dua tipe dialisi yaitu :

a) Hemodialisis

Hemodialisis menggunakan suatu mesin penyaring yang disebut

suatu dialyzer atau ginjal tiruan untuk mengeluarkan kelebihan air

dan garam, untuk menyeimbangkan elektrolit-elektrolit lain

dalam tubuh, dan untuk mengeluarkan produk-produk sisa dari

metabolisme. Darah mengalir melalui tabung kedalam mesin,

dimana ia kemudian melewati suatu selaput penyaring. Suatu

larutan kimia khusus (dialysate) mengalir pada sisi lain dari

selaput. Dialysate diformulasikan untuk menarik ketidakmurnian-

ketidakmurnian dari darah melaui selaput penyaring. Darah dan

dialysate tidak pernah bersentuhan dalam mesin ginjal tiruan.

b) Peritoneal dialisis

Peritoneal dialisis menggunakan lapisan dari rongga perut sebagai

penyaring dialisis untuk membersihkan tubuh dari produk-produk

sisa dan untuk menyeimbangkan tingkat-tingkat elektrolit. Sebuah

83

Page 19: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

kateter ditempatkan didalam rongga perut melalui dinding perut

oleh seorang ahli bedah dan diharapkan untuk menetap disana

untuk jangka panjang. Larutan dialisis kemudian diteteskan

kedalam melalui kateter dan ditinggalkan didalam rongga perut

untuk beberapa jam dan kemudian dialirkan keluar. Pada saat itu,

produk-produk sisa dihisap dari darah yang secara normal

mengalir melalui lapisan dari perut (peritoneum).

B. Tinjauan Teoritis Penyakit Suspek Tuberkuloma

1. Definisi

Tuberkuloma paru merupakan suatu nodul atau massa berbatas

tegas yang terletak di dalam paru yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Tuberkuloma paru dapat juga diartikan sebagai suatu massa

menyerupai tumor yang berasal dari pembesaran tuberkel kaseosa di paru.

Tuberkuloma paru dapat terjadi sebagai manifestasi tuberkulosis

primer atau pascaprimer. Tuberkuloma biasanya terdapat di lobus atas

bagian perifer atau di lobus bawah terutama pada segmen superior dan

lebih sering terdapat di paru kanan.

2. Penyebab

Penyebab Tuberkuloma Paru sama dengan penyakit Tuberkulosis

adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium

tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga

dikenal juga sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali

84

Page 20: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk

mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.

3. Diagnosa

Gejala klinis pasien tuberkuloma paru sama dengan penyakit

tuberkulosis pada umumnya yaitu batuk yang berdahak, batuk darah, sesak

napas, nyeri dada, demam, keringat malam, badan terasa lemah, sakit

kepala dan nyeri sendi. Pemeriksaan klinis tidak khas dan sering tanpa

gejala. Pemeriksaan sputum Bakteri Tahan Asam (BTA) sering negatif

karena kuman tuberkulosis baru dapat ditemukan bila terdapat robekan

bronkus atau saluran napas

Gambar 2. Hasil Foto Rontgen Tuberkuloma Paru

4. Pengobatan

Pengobatan tuberkuloma paru tidak berbeda dengan penyebab

tuberkulosis paru yaitu dengan memberikan Obat Anti Tuberkulosis

85

Page 21: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

(OAT). Obat Anti Tuberkulosis (OAT) digolongkan menjadi dua

kelompok, yaitu :

a. Obat Anti Tuberkulosis Utama (llini 1) :

1) Rifampisin

2) INH

3) Pirazinamid

4) Streptomisin

5) Etambutol

b. Obat Anti Tuberkulosis Tambahan (lini 2) :

1) Kanamisin

2) Amikasin

3) Kuinolon

4) Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam

klavulanat

5. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Tujuan pembedahan pada tuberkuloma paru selain untuk

memastikan diagnosis juga sebagai terapi. Pembedahan dilakukan

untuk membuktikan diagnosis tuberkuloma paru dari tumor paru setelah

modalitas diagnosis lain seperti sitologi dan pencitraan radiologi tidak

memberikan hasil memuaskan. Sebagai terapi pembedahan dilakukan

pada kasus batuk darah masif dengan mengangkat sumber kelainan dan

sumber infeksi. Pada tuberkuloma paru dengan diameter lebih dari 3 cm

86

Page 22: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

biasanya sudah dikelilingi jaringan ikat setebal 3 mm sehingga kuman

tuberkulosis terlindung dari OAT. Pembedahan pada tuberkuloma paru

dikerjakan secara elektif atau terencana kecuali bila terjadi batuk darah

masif. Pembedahan tidak dianjurkan apabila pasien tuberkuloma paru

telah resisten terhadap beberapa OAT. Jenis pembedahan yang dipilih

adalah reseksi paru yang dilakukan apabila keadaan klinis dan faal paru

memungkinkan. Akhir-akhir ini dikembangkan metode pembedahan

minimal dengan bantuan kamera video dikenal dengan video-assisted

thoracoscopic surgery (VATS).

b. Persiapan Pembedahan

Penilaian toleransi pembedahan harus dilakukan karena

menentukan jenis pembedahan. Evaluasi prabedah pasien yang akan

menjalani pembedahan toraks dapat menentukan hasil pembedahan.

Evaluasi prabedah pada tuberkuloma tidak berbeda dengan pada pasien

bedah toraks lainnya.

Persiapan-persiapan yang harus diperhatikan sebelum

pembedahan yaitu:

1) Klinis Pasien

Anamnesis dan pemeriksaan fisis memberikan gambaran

umum tentang kemampuan paru pasien. Umur diatas 65 tahun

dapat meningkatkan risiko komplikasi dan risiko kematian

pascabedah tetapi umur tidak menjadi kontraindikasi pasien

menjalani pembedahan. Pasien dengan obesitas yang akan

87

Page 23: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

menjalani pembedahan juga memiliki risiko komplikasi pasca

bedah karena terjadi penurunan kapasitas vital (KV) dan kapasitas

total paru tetapi dari penelitian 117 pasien dengan obesitas yang

menjalani pembedahan tersebut hampir tidak ada yang menderita

komplikasi sehingga memperpanjang rawat pascabedah. Faktor-

faktor risiko lain yang dapat meningkatkan komplikasi pascabedah

yaitu penyakit jantung, riwayat merokok dan penyakit paru lainnya

yang diderita pasien seperti asma dan penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK).

2) Faal Paru

Fungsi ventilasi paru diperiksa dengan spirometri. Nilai

kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi detik pertama

(VEP1) yang diperoleh dari spirometri dapat dijadikan panduan

dalam menentukan risiko pembedahan. Bagian paru yang akan

diangkat telah mengalami kerusakan total dan praktis tidak ikut

dalam proses ventilasi. Reseksi bagian paru yang luas dapat

meningkatkan tekanan arteri pulmonalis bila pembuluh-pembuluh

darah dalam bagian paru yang ditinggal telah kehilangan elasitisitas

akibat infeksi yang kronik dan tidak dapat lagi menampung volume

darah yang meningkat. Oleh karena itu, reseksi luas atau

pneumonektomi pada pasien-pasien dengan faal paru yang sangat

terbatas harus didahului dengan kateterisasi arteri pulmonalis.

88

Page 24: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

3) Bronkoskopi

Bronkoskopi merupakan pemeriksaan baku bagi pasien yang akan

menjalani pembedahan rongga toraks. Pemeriksaan ini dapat

memastikan bagian bronkus yang akan dipotong bebas dari

tuberkulosis endobronkial karena jika dilakukan pemotongan

didaerah bronkus yang terinfeksi maka kemungkinan bagian yang

telah dilakukan pemotongan akan terbuka kembali setelah

dilakukan penutupan. Pemeriksaan sputum BTA dan biakan kuman

perlu dilakukan. Bila di dalam sputum ditemukan kuman

tuberkulosis, OAT harus mulai diberikan minimal 2 bulan sebelum

pembedahan. Akhir-akhir ini banyak ditemukan kasus jenis kuman

tuberkulosis yang resistens OAT seperti multi drug resistant

(MDR). Pembedahan hanya dapat dikerjakan bila masih ada OAT

yang tidak resistens, jika kuman tuberkulosis telah resistens,

pembedahan tidak bisa dikakukan.

89

Page 25: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

BAB III

ANALISA PASIEN

A. Assesment Pasien CKD/Gagal Ginjal Kronik

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. I

Umur : 30 Tahun

Tgl Masuk : 19 April 2013

Ruang/Kelas : M302 / II

NMR : 27-10-59

Diagnosis : CKD/ Gagal Ginjal Kronik dan Hipertensi

Dokter : PDGH

Status : AIA Finance

2. Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 minggu di ruang perawatan M3

kamar 302 bed 2, data Tn. I diambil mulai dari tanggal 1 – 10 Mei 2013.

3. Keluhan utama :

Pasien datang dengan keluhan mual dan badan bengkak.

4. Program Medik

USG abdomen atas, pemeriksaan thorax, biopsi, pemeriksaan darah

lengkap

90

Page 26: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Normal Satuan HasilHb 12 – 14 % 8,3Eritrosit 4 – 4,5 juta/mm3 2,92Leukosit 5 – 10 ribu mm3 9,2Trombosit ribu mm3 173Hematokrit 40 - 48 % 25Retikulosit 5 – 15 % 16MCV 81 - 92 85MCH 27 - 32 28,4MCHC 32 - 37 33,3SGOT 0 – 50 ull 36SGPT 0 – 50 ull 39Total protein 6,0 - 8,0 g/dl 5,6Albumin 3,4 - 4,8 g/dl 2,2Ureum 10 – 50 mg/dL 184Kreatinin 0.6 – 1.1 Mg/dl 18,5Na 135 - 147 mg/dl 143K 3,5 - 5 mEq/L 4,4Ca 8,8 - 10,3 mg/dl 7,1P 2,5 - 5,0 mg/dl 10,7Mg 1,8 - 3,0 mg/dl 3,2Cl 100 - 106 mmol/L 111

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Gagal Ginjal Kronik

6. Terapi Pengobatan

a. Natrium bicarbonat

Digunakan untuk meringankan dispepsia dengan cepat, dan alkalinisasi

urin.

b. Kalsium bicarbonat

Diberikan untuk menambah kalsium dalam darah.

91

Page 27: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

c. Kalsium gluconas injeksi

Sebagai terapi tambahan untuk mencegah terjadinya osteoporosis.

d. Norvask

Diberikan untuk mengobati darah tingginya

e. Captopril

Diberikan untuk mengobati darah tingginya

f. Largactil

Diberikan sebagai sedatif

g. Lactulac

Diberikan karena pasien susah BAB

h. Vomceran

Diberikan sebagai obat anti mual

i. Asam Folat

Diberikan untuk mengatasi penurunan Hb dan mencegah perubahan

warna kulit menjadi kehitaman akibat hemodialisis yang dijalani.

j. Ranitidin

Diberikan untuk mengatasi nyeri lambung akibat produksi asam

lambung yang berlebihan.

92

Page 28: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

7. Profil Pemberian Obat

Obat 1/11 2/11 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11 9/11 10/11

Nat. Bicarbonat Tablet

3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g 3x1g

Kalsium KarbonatTablet

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

Kalsium Glukonas Injeksi

- - - 1x1 Amp

1x1 Amp

1x1 Amp

1x1 Amp

1x1 Amp

1x1 Amp

1x1 Amp

Norvask Tablet

1x5 mg

1x5 mg

1x5 mg

1x10 mg

1x10 mg

1x10 mg

1x10 mg

1x10 mg

1x10 mg

1x10 mg

Captopril Tablet

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

3x25 mg

Largactil Tablet

3x12,5 mg

3x12,5 mg

3x12,5 mg

3x12,5 mg

3x12,5 mg

3x12,5 mg

- - - -

Folic Acid Tablet

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

Lactulac Tablet

- - - - -- - - - 1x1 C 1x1 C

Rantin Amp

1x1 - - - - - - - - -

Vomceran Amp

1x1 - - - - - - - - -

Tabel 3. Profil Pemberian Obat Pasien Gagal Ginjal Kronik

93

Page 29: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

8. Harga Obat per Unit Dose

No Nama Obat Jumlah Obat Harga Obat1 Largactil 18 tab @ Rp 200 Rp 3.6002 Norvask tab 5 mg 3 tab @ Rp 8.300 Rp 24.9003 Norvask tab 10 mg 7 tab @ Rp 11.000 Rp 77.0004 Folic acid tab 5 mg 20 tab @ Rp 100 Rp 2.0005 Na. Bicarbonat tab

500 mg 60 tab @ Rp 150 Rp 9.000

6 Ca. Gluconas amp 7 amp @ Rp 13.000 Rp 91.0007 Captopril 25 mg 30 tab @ Rp 160 Rp 4.8008 Ca CO3 500 mg 30 tab @ Rp 500 Rp 15.0009 Lactulac 120 ml 1 botol Rp 59.00010 Rantin ampul 2ml 1 amp @ Rp 23.500 Rp 23.50011 Vomceran amp 2ml 1 amp @ Rp 33.500 Rp 33.500Total Biaya Rp 343.300

Tabel 4. Harga Obat per Unit Dose Pasien GGK

9. Drug Related Problem (DRP) dan Interaksi Obat

a. Indikasi tidak ditangani : Tidak ada

b. Pemilihan obat tidak tepat : Tidak ada

c. Over dosis : Tidak ada

d. Pasien gagal menerima obat : Tidak ada

e. Efek samping : Muntah

10. Interaksi Obat

a. Pemberian Captopril dengan Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi

Interaksi yang mengakibatkan hipotensi postural.

b. Kombinasi antara Amlodipin (Norvask) dengan Captopril yang

digunakan untuk mengatasi hipertensi, tidak menyebabakan interaksi

farmakokinetik klinis yang signifikan terhadap pasien.

94

Page 30: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

c. Pemberian Amlodipin (Norvask) dengan Klorpromazin HCl

(Largactil) terjadi Interaksi yang mengakibatkan penurunan efek kadar

Amlodipin.

B. Assesment Pasien Suspek Tuberkuloma di RS PGI Cikini

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. SRT

Umur : 69 Tahun

Tgl Masuk : 15 November 2012

Ruang/Kelas : K1 / III

NMR : 01-50-22

Diagnosis : Suspek Tuberkuloma dan Gangguan Perfusi Jaringan

Dokter : Prof. Nirwan

Status : GAKIN

2. Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 minggu di ruang perawatan K,

data Ny. SRT diambil mulai dari tanggal 15 – 24 November 2012.

3. Keluhan utama :

Pasien datang dengan keluhan Tangan dan kaki kiri lemas serta batuk

berdahak

4. Program Medik

Pemeriksaan Thorax, Pemeriksaan Mikrobiologi, CT Scan, Hematologi,

Kimia Klinik.

95

Page 31: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Normal Satuan HasilHb 12 – 14 % 4-5Leukosit 5 – 10 ribu mm3 6.500Trombosit ribu mm3 258.000Hematokrit 40 - 48 % 35SGOT 0 – 50 ull 19SGPT 0 – 50 ull 26Ureum 10 – 50 mg/dL 30Kreatinin 0.6 – 1.1 Mg/dl 0,9Trigliserida <160 mg/dl 72Kolestrol Total <200 mg/dl 211HDL 30 - 63 mg/dl 49LDL <130 mg/dl 138Na 135 - 147 mg/dl 143K 3,5 - 5 mEq/L 4,2Ca 8,8 - 10,3 mg/dl 8,7P 2,5 - 5,0 mg/dl 3,3Mg 1,8 - 3,0 mg/dl 3,2Cl 100 - 106 mmol/L 105

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien Suspek Tuberkuloma

6. Terapi Pengobatan

a. Aspilet

Digunakan untuk Untuk menurunkan demam, meringankan sakit

kepala, dan nyeri otot.

b. Soholin

Diberikan untuk Mengobati gangguan kesadaran yang diikuti

kerusakan atau gangguan fungsi jaringan serebral,

c. Rantin

Ulkus duodenum aktif, ulkus lambung aktif yang tidak

membahayakan dan kondisi hipersekretori patologikal

96

Page 32: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

d. Folic Acid

Untuk memproduksi sel darah merah dan juga sebagai pencegah

kurang darah atau anemia

e. Simvastatin

Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita

hiperkolesterolemia primer

7. Profil Pemberian Obat

Obat 1/11 2/11 3/11 4/11 5/11 6/11 7/11 8/11 9/11 10/11

Aspilet Tablet

1x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

2x80 mg

1x80 mg

1x80 mg

SoholinInjeksi

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

3x500 mg

Rantin ampul

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

2x1 Amp

Folic Acid Tablet

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

1x2 tab

SimvastatinTablet

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10mg

1x10 mg

Tabel 6. Profil Pemberian Obat Pasien Suspek Tuberkuloma

8. Harga Obat per Unit Dose

No Nama Obat Jumlah Obat Harga Obat1 Aspilet 80 mg 17 tab @ Rp 592 Rp 10.0642 Soholin 500 mg 30 inj @ Rp 36.148 Rp 1.084.4403 Rantin ampul 20 amp @ Rp 23.500 Rp 470.0004 Folic acid tab 5 mg 20 tab @ Rp 100 Rp 2.0005 Simvastatin 10 mg 10 tab @ Rp 785 Rp 7.850Total Biaya Rp 1.574.354

Tabel 7. Harga Obat per Unit Dose Pasien Suspek Tuberkuloma

97

Page 33: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

9. Drug Related Problem (DRP)

a. Indikasi tidak ditangani : Tidak ada

b. Pemilihan obat tidak tetap : Tidak ada

c. Over dosis : Tidak ada

d. Pasien gagal menerima obat : Tidak ada

e. Efek samping : Tidak ada

10. Interaksi Obat

Pemberian Asetosal (Aspilet) dengan Ranitidin tidak menyebabkan

interaksi obat yang berbahaya, justru ranitidin dapat melindungi mukosa

lambung dari efek iritasi akibat penggunaan asetosal.

98

Page 34: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pasien Tn. AG

Berdasarkan Hasil Laboratorium, pasien Tn. AG, mengalami penyakit

Gagal Ginjal Kronik/CKD dan Hipertensi, disebut demikian karena hasil

laboratorium menunjukan bahwa kadar albumin Tn. AG lebih rendah

daripada kadar normalnya, sedangkan kadar ureum dan kreatinin lebih tinggi

daripada kadar normalnya.

Terapi Obat yang diberikan dokter terhadap Tn. AG meliputi Natrium

bicarbonat yang digunakan untuk meringankan dispepsia dan alkalinisasi

urin. Kalsium bicarbonat diberikan untuk menambah kalsium dalam darah.

Kalsium gluconas injeksi digunakan sebagai terapi tambahan untuk mencegah

terjadinya osteoporosis terhadap pasien. Norvask dan Captopril diberikan

untuk mengobati darah tinggi, karena selain menderita gagal ginjal kronik,

Tn. AG juga menderita hipertensi. Largactil diberikan sebagai sedatif dan

penghilang rasa nyeri. Lactulac diberikan karena pasien mengalami

kesusahan BAB. Vomceran diiberikan sebagai obat anti mual, karena salah

satu keluhan pasien adalah mual-mual. Asam folat diberikan untuk mengatasi

penurunan Hb dan mencegah perubahan warna kulit menjadi kehitaman

akibat hemodialisis yang dijalani pasien. Ranitidin diberikan untuk mengatasi

nyeri lambung akibat produksi asam lambung yang berlebihan.

99

Page 35: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

Pemberian Captopril dengan Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi

Interaksi yang mengakibatkan hipotensi postural. Kombinasi antara

Amlodipin (Norvask) dengan Captopril yang digunakan untuk mengatasi

hipertensi, tidak menyebabakan interaksi farmakokinetik klinis yang

signifikan terhadap pasien. Pemberian Amlodipin (Norvask) dengan

Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi Interaksi yang mengakibatkan

penurunan efek kadar Amlodipin.

B. Pasien Ny. SRT

Pasien Ny. SRT, mengalami penyakit Suspek Tuberkuloma dan

Gangguan Perfusi Jaringan, disebut demikian karena hasil pemeriksaan

Thorax ditemukan adanya perbesaran Cor ke kiri, apeks tertanam, aorta

elongasi dan mediastinum tidak melebar, trakea dan hilus sementara baik.

Paru-paru tidak tampak infiltrat, tetapi tampak bayangan opak bulat di paru

kanan atas, sedangkan diafragma dan sinus baik.

Hasil pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel sputum pasien tidak

ditemukan adanya infeksi Bakteri Tahan Asam (BTA), sehingga dapat

disimpulkan pasien Ny. SRT tidak mengalami Tuberkulosis.

Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukan jika pasien Ny.

SRT mempunyai kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang cukup

tinggi, sehingga dokter juga memberikan antikolesterol pada terapi obatnya.

Terapi Obat yang diberikan dokter terhadap Ny. SRT meliputi Aspilet

yang digunakan untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala, dan

100

Page 36: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

nyeri otot. Soholin diberikan untuk mengobati gangguan kesadaran yang

diikuti kerusakan atau gangguan fungsi jaringan cerebral. Rantin digunakan

untuk mengobati kondisi hipersekretori patologikal suspek tuberkuloma

tersebut. Folic Acid diberikan untuk memproduksi sel darah merah dan juga

sebagai pencegah kurang darah atau anemia. Simvastatin digunakan untuk

menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, karena kadar kolestrerol total

dan LDL pasien juga tinggi.

Pemberian Asetosal (Aspilet) dengan Ranitidin tidak menyebabkan

interaksi obat yang berbahaya, justru ranitidin dapat melindungi mukosa

lambung dari efek iritasi akibat penggunaan asetosal.

101

Page 37: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

BAB IV

KESIMPULAN

A. Pasien Tn. AG

a. Pasien Tn AG sesuai diagnosis menderita Gagal Ginjal Kronik/CKD dan

Hipertensi

b. Berdasarkan literatur terjadi interaksi obat tetapi tidak bermakna karena

dapat diatasi dengan menghindari penggunaan secara bersamaan atau

memberi selang waktu pemakaian obat.

c. Tidak di temukan efek samping pada saat pengobatan.

d. Total biaya terapi obat pasien selama 10 hari adalah Rp 343.300

e. Berdasarkan analisa terapi pengobatan dapat disimpulkan bahwa terapi

pada pasien telah rasional karena tidak ditemukan Drug Related Problem

(DRP).

B. Pasien Ny. SRT

a. Pasien Ny. SRT sesuai diagnosis menderita Suspek Tuberkuloma dan

Gangguan Perfusi Jaringan.

b. Berdasarkan literatur tidak ditemukan adanya interaksi obat yang

berbahaya.

c. Tidak di temukan efek samping pada saat pengobatan.

d. Total biaya terapi obat pasien selama 10 hari adalah Rp 1.574.354

102

Page 38: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

e. Berdasarkan analisa terapi pengobatan dapat disimpulkan bahwa

terapi pada pasien telah rasional karena tidak ditemukan Drug Related

Problem (DRP).

103

Page 39: Tugas Khusus RSPGI Untuk Kampus

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta, Sagung Seto.

Baxter, K. (ed). 2008. Stockley’s Drug Interaction, Eight Edition. Pharmaceutical Press, London and Chicago.

http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/166-71-JULI-VOL_30-NO_3-2010.pdf

http://sitizakiahasri.blogspot.com/2011/09/makalah-gagal-ginjal.html

http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf

ISO Indonesia Volume 47. 2012-2013. Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia.

Kresnawan, Triyani. 2007. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Ahli Gizi Instalasi Gizi RSCM Jakarta

Zahar, Undang. 2006. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol.3 No.2. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia

104