TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA PUSAT PERIODE 1 – 31 MEI 2013 Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Apoteker (Apt) Program Studi Profesi Apoteker Disusun oleh : Fian Januar Watung, S. Farm (123117437050060) 66
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA PUSAT
PERIODE 1 – 31 MEI 2013
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker
Disusun oleh :
Fian Januar Watung, S. Farm (123117437050060)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
201366
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine .
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal
itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia
dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .Secara umum, penyakit gagal ginjal
adalah penyakit akhir dari serangkaian penyakit yang menyerang traktus
urinarius.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi pada
pasien gagal ginjal, perlu perhatian melalui monitoring dan evaluasi status
kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada dasarnya pelayanan
dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas
kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal.
Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga
67
keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas
hidup yang cukup baik.
Tuberkuloma paru merupakan suatu nodul atau massa berbatas tegas
yang terletak di dalam paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkuloma paru dapat juga diartikan sebagai suatu massa
menyerupai tumor yang berasal dari pembesaran tuberkel kaseosa di paru.
Tuberkuloma paru dapat terjadi sebagai manifestasi tuberkulosis
primer atau pascaprimer. Tuberkuloma biasanya terdapat di lobus atas bagian
perifer atau di lobus bawah terutama pada segmen superior dan lebih sering
terdapat di paru kanan.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini
masih belum bisa dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2
juta penduduk dunia setiap tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit
infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar ketiga dengan
jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan India. Sulitnya
memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya
bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya
penemuan obat baru terus dilakukan.
68
B. Tujuan
1. Menilai kerasionalan pengobatan yang diterima pasien.
2. Mengetahui terjadinya DRP (Drug Related Problem).
3. Mengetahui interaksi obat dan efek samping yang mungkin terjadi.
4. Menghitung biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien.
C. Tempat dan Waktu
Proses pemantauan dan analisa pengobatan dilakukan terhadap 2 pasien
bangsal M Rumah Sakit PGI Cikini, pengumpulan data dilaksanakan selama
10 hari untuk masing – masing pasien.
D. Cara Kerja
1. Melihat data penggunaan obat (meliputi nama obat, dosis, dan cara
pemberian).
2. Melihat hasil uji laboratorium serta diagnosa penyakit dari data rekam
medik yang terdapat di ruang keperawatan bangsal K.
3. Mengkaji kerasionalan pengobatan pasien dengan melihat ada tidaknya
interaksi dan efek samping yang dialami pasien.
4. Mengetahui terjadinya DRP (Drug Related Problem)
5. Menghitung biaya pengobatan pasien selama dirawat.
69
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Penyakit Ginjal
1. Anatomi Fisiologi Ginjal
a. Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut
atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapatkelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang
peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit
di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas
dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
b. Struktur Detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar
11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal
memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke
dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.
70
c. Bagian – bagian ginjal
1) Korteks (kulit ginjal), terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan
malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang
diselubungi kapsula Bowman dan tubulus (saluran) yang terdiri dari
tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus
kolektivus.
2) Medula (sumsum ginjal), terdiri atas beberapa badan berbentuk
kerucut (piramida). Di sini terdapat lengkung henle yang
menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal.
3) Rongga ginjal (pelvis), merupakan tempat bermuaranya tubulus
yaitu tempat penampungan urin sementara yang akan dialirkan
menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra.
Gambar 1. Bagian – bagian ginjal
71
d. Fungsi ginjal:
1) Mengatur kesembangan pH darah.
2) Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang
bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan elektrolitas.
Renin mengubah protein dalam darah menjadi hormon angiotensis.
Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang
mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
3) Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang.
4) Membuang racun dan produk buangan/limbah dari darah. Racun di
dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan kedua
racun ini terlalu berlebihan, akan mengganggu metabolisme dalam
tubuh.
5) Menjaga kebersihan darah dengan merugulasi seluruh cairan (air dan
garam) di dalam tubuh.
6) Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi
sel darah merah di tulang.
2. Penyakit Gagal Ginjal
a. Definisi
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu
bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.
72
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak
langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal
akut dan gagal ginjal kronik.
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara
tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai
dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan
kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara
perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat
berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis
dibagi menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi)
glomerulus (Glomerular Filtration Rate = GFR). GFR normal adalah 90
- 120 mL/min/1.73 m2.
73
Stadium GFR(ml/menit/1.73m2)
Deskripsi
1 Lebih dari 90 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih normal atau sedikit meningkat
2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal
Disease)Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan laju GFR
b. Etiologi
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit
serius yang didedrita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan
berdampak pada kerusakan organ ginjal.
Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal
diantaranya :
1) Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi).
2) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus).
3) Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,
penyempitan/striktur).
4) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.
5) Menderita penyakit kanker (cancer).
6) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada
organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease).
7) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh
infeksi atau dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya
disebut sebagai glomerulonephritis.
74
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan
kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ;
Kehilangan carian banyak yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka
bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis,
Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.
1) Penyebab gagal ginjal akut antara lain:
a) Prarenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume
misalnya karena kekurangan cairan mendadak (dehidrasi) seperti
pada pasien muntaber yang berat atau kehilangan darah yang
banyak, vasodilatasi (sepsi dan anafilaksis), gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, syok
kardiogenik).
b) Intrarenal
Penyebabnya adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, infeksi, agen nefrotoksik, adanya hemoglobin dan
mioglobin akibat cedera terbakar mengakibatkan toksik renal/
iskemia atau keduanya, transfusi terus menerus dan pemakaian
obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
c) Pasca renal
75
Yang termasuk kondisi penyebab pascarenal antara lain :
Obstruksi traktus urinarius, batu, tumor, BPH, striktur uretra dan
bekuan darah.
2) Penyebab gagal ginjal kronik antara lain:
a) Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan
menyebabkan nefropati diabetikum.
b) Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
c) Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis),
misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
d) Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal
memiliki kista multipel.
e) Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau
penggunaan obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
f) Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras
(atherosklerosis) menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang,
sehingga sel-sel ginjal menjadi rusak (iskemia).
g) Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar,
keganasan prostat.
h) Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal
kronis, dan berbagai macam keganasan pada ginjal.
c. Gejala
1) Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.
76
2) Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk
kencing.
3) Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain
karena ginjal tidak bisa membuang air yang berlebih.
4) Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh
ginjal.
5) Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering
disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.
6) Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.
7) Rasa pegal di punggung.
8) Gatal-gatal, utamanya di kaki.
9) Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami
penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah
/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah/Eritrosit, Sel
Darah Putih/Lekosit, bakteri.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya
gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan,
Tabel 3. Profil Pemberian Obat Pasien Gagal Ginjal Kronik
93
8. Harga Obat per Unit Dose
No Nama Obat Jumlah Obat Harga Obat1 Largactil 18 tab @ Rp 200 Rp 3.6002 Norvask tab 5 mg 3 tab @ Rp 8.300 Rp 24.9003 Norvask tab 10 mg 7 tab @ Rp 11.000 Rp 77.0004 Folic acid tab 5 mg 20 tab @ Rp 100 Rp 2.0005 Na. Bicarbonat tab
500 mg 60 tab @ Rp 150 Rp 9.000
6 Ca. Gluconas amp 7 amp @ Rp 13.000 Rp 91.0007 Captopril 25 mg 30 tab @ Rp 160 Rp 4.8008 Ca CO3 500 mg 30 tab @ Rp 500 Rp 15.0009 Lactulac 120 ml 1 botol Rp 59.00010 Rantin ampul 2ml 1 amp @ Rp 23.500 Rp 23.50011 Vomceran amp 2ml 1 amp @ Rp 33.500 Rp 33.500Total Biaya Rp 343.300
Tabel 4. Harga Obat per Unit Dose Pasien GGK
9. Drug Related Problem (DRP) dan Interaksi Obat
a. Indikasi tidak ditangani : Tidak ada
b. Pemilihan obat tidak tepat : Tidak ada
c. Over dosis : Tidak ada
d. Pasien gagal menerima obat : Tidak ada
e. Efek samping : Muntah
10. Interaksi Obat
a. Pemberian Captopril dengan Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi
Interaksi yang mengakibatkan hipotensi postural.
b. Kombinasi antara Amlodipin (Norvask) dengan Captopril yang
digunakan untuk mengatasi hipertensi, tidak menyebabakan interaksi
farmakokinetik klinis yang signifikan terhadap pasien.
94
c. Pemberian Amlodipin (Norvask) dengan Klorpromazin HCl
(Largactil) terjadi Interaksi yang mengakibatkan penurunan efek kadar
Amlodipin.
B. Assesment Pasien Suspek Tuberkuloma di RS PGI Cikini
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. SRT
Umur : 69 Tahun
Tgl Masuk : 15 November 2012
Ruang/Kelas : K1 / III
NMR : 01-50-22
Diagnosis : Suspek Tuberkuloma dan Gangguan Perfusi Jaringan
Dokter : Prof. Nirwan
Status : GAKIN
2. Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 minggu di ruang perawatan K,
data Ny. SRT diambil mulai dari tanggal 15 – 24 November 2012.
3. Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan Tangan dan kaki kiri lemas serta batuk
No Nama Obat Jumlah Obat Harga Obat1 Aspilet 80 mg 17 tab @ Rp 592 Rp 10.0642 Soholin 500 mg 30 inj @ Rp 36.148 Rp 1.084.4403 Rantin ampul 20 amp @ Rp 23.500 Rp 470.0004 Folic acid tab 5 mg 20 tab @ Rp 100 Rp 2.0005 Simvastatin 10 mg 10 tab @ Rp 785 Rp 7.850Total Biaya Rp 1.574.354
Tabel 7. Harga Obat per Unit Dose Pasien Suspek Tuberkuloma
97
9. Drug Related Problem (DRP)
a. Indikasi tidak ditangani : Tidak ada
b. Pemilihan obat tidak tetap : Tidak ada
c. Over dosis : Tidak ada
d. Pasien gagal menerima obat : Tidak ada
e. Efek samping : Tidak ada
10. Interaksi Obat
Pemberian Asetosal (Aspilet) dengan Ranitidin tidak menyebabkan
interaksi obat yang berbahaya, justru ranitidin dapat melindungi mukosa
lambung dari efek iritasi akibat penggunaan asetosal.
98
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pasien Tn. AG
Berdasarkan Hasil Laboratorium, pasien Tn. AG, mengalami penyakit
Gagal Ginjal Kronik/CKD dan Hipertensi, disebut demikian karena hasil
laboratorium menunjukan bahwa kadar albumin Tn. AG lebih rendah
daripada kadar normalnya, sedangkan kadar ureum dan kreatinin lebih tinggi
daripada kadar normalnya.
Terapi Obat yang diberikan dokter terhadap Tn. AG meliputi Natrium
bicarbonat yang digunakan untuk meringankan dispepsia dan alkalinisasi
urin. Kalsium bicarbonat diberikan untuk menambah kalsium dalam darah.
Kalsium gluconas injeksi digunakan sebagai terapi tambahan untuk mencegah
terjadinya osteoporosis terhadap pasien. Norvask dan Captopril diberikan
untuk mengobati darah tinggi, karena selain menderita gagal ginjal kronik,
Tn. AG juga menderita hipertensi. Largactil diberikan sebagai sedatif dan
penghilang rasa nyeri. Lactulac diberikan karena pasien mengalami
kesusahan BAB. Vomceran diiberikan sebagai obat anti mual, karena salah
satu keluhan pasien adalah mual-mual. Asam folat diberikan untuk mengatasi
penurunan Hb dan mencegah perubahan warna kulit menjadi kehitaman
akibat hemodialisis yang dijalani pasien. Ranitidin diberikan untuk mengatasi
nyeri lambung akibat produksi asam lambung yang berlebihan.
99
Pemberian Captopril dengan Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi
Interaksi yang mengakibatkan hipotensi postural. Kombinasi antara
Amlodipin (Norvask) dengan Captopril yang digunakan untuk mengatasi
hipertensi, tidak menyebabakan interaksi farmakokinetik klinis yang
signifikan terhadap pasien. Pemberian Amlodipin (Norvask) dengan
Klorpromazin HCl (Largactil) terjadi Interaksi yang mengakibatkan
penurunan efek kadar Amlodipin.
B. Pasien Ny. SRT
Pasien Ny. SRT, mengalami penyakit Suspek Tuberkuloma dan
Gangguan Perfusi Jaringan, disebut demikian karena hasil pemeriksaan
Thorax ditemukan adanya perbesaran Cor ke kiri, apeks tertanam, aorta
elongasi dan mediastinum tidak melebar, trakea dan hilus sementara baik.
Paru-paru tidak tampak infiltrat, tetapi tampak bayangan opak bulat di paru
kanan atas, sedangkan diafragma dan sinus baik.
Hasil pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel sputum pasien tidak
ditemukan adanya infeksi Bakteri Tahan Asam (BTA), sehingga dapat
disimpulkan pasien Ny. SRT tidak mengalami Tuberkulosis.
Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukan jika pasien Ny.
SRT mempunyai kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang cukup
tinggi, sehingga dokter juga memberikan antikolesterol pada terapi obatnya.
Terapi Obat yang diberikan dokter terhadap Ny. SRT meliputi Aspilet
yang digunakan untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala, dan
100
nyeri otot. Soholin diberikan untuk mengobati gangguan kesadaran yang
diikuti kerusakan atau gangguan fungsi jaringan cerebral. Rantin digunakan
untuk mengobati kondisi hipersekretori patologikal suspek tuberkuloma
tersebut. Folic Acid diberikan untuk memproduksi sel darah merah dan juga
sebagai pencegah kurang darah atau anemia. Simvastatin digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, karena kadar kolestrerol total
dan LDL pasien juga tinggi.
Pemberian Asetosal (Aspilet) dengan Ranitidin tidak menyebabkan
interaksi obat yang berbahaya, justru ranitidin dapat melindungi mukosa
lambung dari efek iritasi akibat penggunaan asetosal.
101
BAB IV
KESIMPULAN
A. Pasien Tn. AG
a. Pasien Tn AG sesuai diagnosis menderita Gagal Ginjal Kronik/CKD dan
Hipertensi
b. Berdasarkan literatur terjadi interaksi obat tetapi tidak bermakna karena
dapat diatasi dengan menghindari penggunaan secara bersamaan atau
memberi selang waktu pemakaian obat.
c. Tidak di temukan efek samping pada saat pengobatan.
d. Total biaya terapi obat pasien selama 10 hari adalah Rp 343.300
e. Berdasarkan analisa terapi pengobatan dapat disimpulkan bahwa terapi
pada pasien telah rasional karena tidak ditemukan Drug Related Problem
(DRP).
B. Pasien Ny. SRT
a. Pasien Ny. SRT sesuai diagnosis menderita Suspek Tuberkuloma dan
Gangguan Perfusi Jaringan.
b. Berdasarkan literatur tidak ditemukan adanya interaksi obat yang
berbahaya.
c. Tidak di temukan efek samping pada saat pengobatan.
d. Total biaya terapi obat pasien selama 10 hari adalah Rp 1.574.354
102
e. Berdasarkan analisa terapi pengobatan dapat disimpulkan bahwa
terapi pada pasien telah rasional karena tidak ditemukan Drug Related
Problem (DRP).
103
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta, Sagung Seto.
Baxter, K. (ed). 2008. Stockley’s Drug Interaction, Eight Edition. Pharmaceutical Press, London and Chicago.