BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara pemisahan padatan dalam cairan yang digunakan
dalam skala lab maupun pabrik adalah sedimentasi . sedimentasi
sendiri merupakan suatu proses pemisahan padatan dari cairan
(solid-liquid) dengan menggunakan gaya gravitasi untuk mengendapkan
partikel suspensi. Pada kehidupan sehari-hari sedimentasi dipakai
untuk menjernihkan air untuk mendapatkan air yang bersih. Selain
untuk kehidupan sehari-hari, operasi sedimentasi ini juga digunakan
pada skala industri untuk mengurangi polusi dari limbah industri.
Sedimentasi dapat berlangsung secara batch atau kontinu, yang mana
pada sedimentasi batch biasanya digunakan pada laboratorium,
disebabkan pada laboratorium yang sering dilakukan percobaan yang
dilakukan bertahap tidak berkelanjutan seperti pada industri
pabrik. Pada industri yang sedimentasinya dalam proses kontinu
sering disebut thickener. Sedimentasi merupakan salah satu cara
yang paling ekonomis untuk memisahkan padatan dari suspensi, bubur
atau slurry.Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid
menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan
suspended solid. Umumnya proses sedimentasi digunakan setelah
proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi
dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk
diendapkan. Proses koagulasi menggunakan PAC (Poly Aluminium
Chloride) untuk mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan
senyawa zat warna sehingga membentuk gumpalan. Sedangkan proses
flokulasi dengan cara menambah larutan polimer untuk memperbesar
gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan. Percobaan skala
laboratorium dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan
fluida atau konveksi karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari
perbedaan suhu. Uji pengendapan secara batch dilakukan untuk
menggambarkan mekanisme pengendapan dan metode penentuan kecepatan
pengendapan.Kecepatan pengendapan (sedimentation rate) dapat
ditentukan dengan mengamati tinggi interface (antar fase) sebagai
fungsi waktu yang diberikan dan menggambarkan tangen pada kurva
yang diperoleh dari perhitungan.Dari percobaan yang dilakukan kali
ini diharapkan dapat memahami tahapan bagaimana saja yang terjadi
pada saat sedimentasi dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi
sedimentasi itu terjadi.1.2 Tujuan Percobaana. Memahami proses
pemisahan padatan dari fluida cair karena pengaruh gaya gravitasi
dan koagulan.b. Menentukan angka Turbidity dari fluida cair.c.
Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi,d.
Menentukan kecepatan laju pengendapan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan
pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid.
Umumnya proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan
flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi dan memperbesar
gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan (Asdak,
1995 : 33). Proses koagulasi menggunakan Tawas [Al2(SO4)3] untuk
mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna
sehingga membentuk gumpalan. Sedangkan proses flokulasi dengan cara
menambah larutan polimer untuk memperbesar gumpalan, sehingga
relatif mudah untuk diendapkan (Anonim1, 2008). Pengendapan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana
adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel partikel mengendap maka air yang jernih dapat
dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara
lain yang lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah bak dengan
kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air
tersebut dan jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan pengendapan
partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk
dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak
pengendap (Geankoplis,1993). Pada dasarnya terdapat dua jenis alat
sedimentasi yaitu jenis rectangular dan jenis circular.
Rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada percobaan
sedimentasi pada skala yang lebih kecil (Mc Cabe, 1985 : 429).
Selama proses berlangsung terdapat tiga buah gaya, yaitu :
1. Gaya gravitasiGaya ini terjadi apabila berat jenis larutan
lebih kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel lain lebih
cepat mengendap. Gaya ini biasa dilihat pada saat terjadi endapan
atau mulai turunnya partikel padatan menuju ke dasar tabung untuk
membentuk endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum
2 Newton, yaitu :Fg=m . g
=xmxg 2. Gaya apung atau melayangGaya ini terjadi jika massa
jenis partikel lebih kecil dari pada massa jenis fluida yang
sehingga padatan berapa pada permukaan cairan.
Fa= 3. Gaya DorongGaya dorong terjadi pada saat larutan
dipompakan kedalam tabung klarifier. Gaya dorong dapat juga dilihat
pada saat mulai turunnya partikel padatan karena adanya gaya
gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama
dengan berat padatan itu sendiri.
Fd= Dari ketiga gaya gravitasi di atas diturunkan suatu laju
pengendapan menurun yaitu :
Fd= 2.1 Klasifikasi Sedimentasi
Proses sedimentasi dapat dikelompokkan dalam tiga klasifikasi,
bergantung dari sifat padatan di dalam suspensi:Discrete (free
settling) Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete
adalah dipegaruhi oleh gravitasi dan gaya geser yang didefinisikan
sebagai:
Flocculent Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel
meningkat, dengan setelahadanya penggabungan diantaranya.
Hindered/Zone settling Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel
di dalam suspensi dengankonsentrasi padatan melebihi 500 mg/l.
2.2 Flokulasi dan Koagulasi Berikut gambar yang menunjukkan
proses sedimentasi dari proses perlakuan koagulasi dengan flokulasi
sehingga terjadi sedimentasi:
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah
dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi,
partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal
membentuk flok (Suryadiputra, 1995). Flokulasi terjadi setelah
koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah. Dengan
mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling yang terjadi pada
membran akan berkurang, sehingga penggunaan mikrofiltrasi dalam
proses pengolahan air bersih menjadi layak untuk dilakukan.
Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium
sulfat [Al2(SO4)3]. Dalam peercobaan ini, dilakukan variasi waktu
lamanya pengadukan pelan pada proses flokulasi. Setelah terjadi
penggumpalan suspense maka akan terjadi sedimentasi yang dilakukan
oleh gaya tarik gravitasi.
2.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi koagulasiAdapun faktor-faktor
yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut : Suhu airSuhu
air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses
koagulasi. Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang
optimum pada proses kagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan
dosis koagulan. Derajat Keasaman (pH)Proses koagulasi akan berjalan
dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum. Untuk tiap
jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
Jenis KoagulanPemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan
segi ekonomis dan daya efektivitas daripadakoagulan dalam
pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran. Kadar ion
terlarutPengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses
koagulasi yaitu : pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan
demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak memberikan
pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi. Tingkat
kekeruhanPada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi
akan sukar terjadi. Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang
tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat. Tetapi
apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka
pembentukan flok kurang efektif. Dosis koagulanDosis bahan kimia,
dosis yang tepat / kurang atau terlalu banyak dapat menghasilkan
floc yang berukuran kecil dan sedikit, sehingga sulit mengendap.
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan
flokulasi sangat tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan.
Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan maka
proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik. Kecepatan
pengadukanTujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke
dalam air. Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pengadukan harus benar-benar merata, sehingga semua koagulan yang
dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-partikel atau ion-ion
yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat
mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila
pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang
terbentuk.
AlkalinitasAlkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau
basa yang terjadi dalam air Alkalinitas dalam air dapat membentuk
flok dengan menghasil ion hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan
(Tjokrokusumo, 19920)2.4 Laju Pengendapan Suatu partikel yang
mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan mengalami
percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi, setelah terjadi kesetimbngan partikel akan terus
mengendap pada kecepatan konstan yang dikenal sebagai kecepatan
akhir atau kecepatan pengndapan bebas. Proses pengendapan meliputi
pembentukan endapan yaitu suspensi partikel-partikel padat dalam
cairan produk yang tidak larut yang dihasilkan dari reaksi kimia,
akan ditolak dari larutan dan menjadi endapan padat. Metode lain
pembentukan cairan endapan ialah dengan penambahan jumlah larutan
jenuh zat padat dalam sejumlah besar cairan murni dimana zat padat
tersebut tidak dapat larut. Proses ini banyak digunakan untuk
mengisolasi produk-produk kimia atau bahan-bahan buangan proses
(Cheremissinoff, N.D, 2002 : 283).Prinsip umum dari alat
turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada
yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang
diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran. (Day and Underwood,
2002)
Gambar 2.4 Prinsip kerja turbidimeter
2. 5 Bentuk-Bentuk dari Bak Sedimentasi Bak sedimentasi ada yang
berbentuk lingkaran, bujur sangkar ataupun segi empat. Bak
berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 45,7 m dan kedalaman 3
4,3 m. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10
hingga 79 m dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 m.bak berbentuk segi empat
umumnya mempunyai lebar 1,5 6 m, panjang bak sampai 76 m dan
kedalaman lebih dari 1,8 m (Reynold & Richards, 1996).Bentuk
bak sedimentasi : Segi empat (rectangular). Pada bak ini, mengalir
horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap
ke bawah.
Lingkaran (circular) center feed. Pada bak ini, air masuk
melalui pipa menuju inlet bak dibagian tengak bak, kemudian air
mengalir horisontal dari inlet menuju outlet disekeliling bak,
sementara partikel mngendap ke bawah.
Lingaran (circular) periferal feed. Pada bak ini, air masuk
melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju
ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap
ke bawah.
Bagian-bagian bak sedimentasi :a) Inlet : tempat air masuk ke
dalam bakb) Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami
proses pengendapanc) Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum
diambil ke luar bakd) Outlet : tempat dimana air akan meninggalkan
bak
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi,
proses sedimentasi terbagi atas tiga macam:1) Sedimentasi TIpe
I/Plain Settling/Discrete particle Merupakan pengendapan partikel
tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan
kekeruhan air baku dan digunakan padagrit chamber. Dalam
perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang
mempengaruhiperformancebak seperti turbulensi padainletdanoutlet,
pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan
dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain
diabaikan untuk menghitungperformancebak yang lebih sering disebut
denganideal settling basin.2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant
Settling) Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi
melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk
mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan
flokulasi. Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada
ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk
membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi
ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif
terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasangtube settlerpada bagian atas bak pengendapan untuk menahan
flokflok yang terbentuk.Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
efisiensi bak pengendapan adalah: Luas bidang pengendapan
Penggunaanbafflepada bak sedimentasi Mendangkalkan bak Pemasangan
plat miring3) Hindered Settling(Zone Settling) Merupakan
pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi
adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya
antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di
sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu
sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan.
Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona,
dan menimbulkan suatu permukaan kontak antarasoliddanliquid. Jenis
sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah
sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum
digunakan pada pengolahan air buangan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju sedimentasi : Banyaknya lumpur Luas bak
pengendapan Kedalaman bak pengendapan
BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Alat yang digunakan adalah :1. Gelas kimia 100 ml2.
Gelas ukur 100 ml3. Spatula4. Stopwatch5. Roll (penggaris 30
cm)
3.2 BahanBahan yang digunakan adalah :1. Tawas [al2(SO4)3] 5
gr/100ml2. Tanah 50 gr/100ml3. Air
3.3 Prosedur Percobaan1. Menimbang sebanyak 50 gram tanah dan 5
gram tawas2. Melarutkan tanah ke dalam air hingga larutan mencapai
100 ml didalam gelas kimia.3. Mengaduk sampai suspensi homogen.
Kemudian membagi suspensi tersebut dalam 2 gelas ukur sebanyak 50
ml untuk masing-masing gelas A dan B.4. Menambahkan tawas kedalam
gelas B. Lalu mulai membaca dan mencatat ketinggian suspensi yang
mengendap dalam dalam gelas A dan B pada saat t = 0 hingga t = 180
menit.5. Selanjutnya untuk perlakuan terakhir, mengambil sampel air
dari masing-masing gelas sebanyak 5 ml untuk diukur turbidity atau
tingkat kekeruhan dari air tersebut.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan DataTabel 4.1 Hasil pengolahan data
kecepatan pengendapan sedimentasi.Konsentrasi(g/100 ml)Waktu
Pengendapan(menit)Vzs Pengendapan Alami (cm/menit)Vzs Pengendapan
dengan Koagulan (cm/menit)
500 900,240,5
100 - 1800,170,25
4.2 Pembahasan4.2.1 Tingkat Kekeruhan (Turbidity). Kekeruhan
atau turbidity menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat pada cairan suatu fluida. Kekeruhan
sendiri terjadi adanya bahan-bahan organik baik itu yang
terdispersi maupun yang terlarut dalam air tersebut. Untuk mengukur
seberapa besar kekeruhan yang terdapat suatu fluida maka dibutuhkan
suatu alat yang mengukur angka turbiditynya yaitu Turbidimeter
dengan metode pengukuran yang disebut metode Nephelometrik dengan
satuan NTU (Nephelometrik Turbidity Unit). Teori diatas mendukung
praktikum yang telah dilakukan terhadap pengukuran kekeruhan pad
air murni dan air campuran tawas. Tingkat kekeruhan keduanya
berbeda, dimana air murni memilki tingkat kekeruhan lebih rendah
karena tidak mengandung bahan organik apapun didalamnya dengan
nilai turbiditynya sekitar 53,0 NTU. Sedangkan pada air dengan
koagulan (tawas) lebih tinggi tingkat kekeruhannya karena air murni
hasil sedimentasi tersebut tercampur dengan suspensi bahan organik
(tawas), sehingga nilai turbidity yang terbaca pada alat sekitar
639 NTU. Jadi seberapa besar bahan organik daalm suatu fluida cair
(air) maka akan mempengaruhi tingkat kekeruhan pada flui
tersebut.4.2.2 Laju Pengendapan Sampel Laju pengendapan pada proses
sedimentasi yang telah dilakukan pada percobaan dengan menambahkan
koagulan pada larutan untuk membantu proses pengendapan suspensi
tanah. Koagulan yang digunakan untuk mengendapkan suspensi tersebut
adalah tawas [Al2(SO4)3] sebanyak 5 gram kedalam larutan. Seiring
waktu yang dibutuhkan suspensi untuk mengendap ternyata lebih
cepat. Terlihat pada Gambar 4.1 dimana terlihat perbandingan
ketinggian interfasial yang dipengaruhi oleh lamanya waktu
pengendapan.
Gambar 4.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap waktu
pengamatan selama 3 jam dengan perbandingan air murni dan air
campuran tawas. Dari Gambar 4.1 terlihat perbandingan yang
signifikan terhadap ketinggian interfasial pada kedua macam larutan
tersebut dengan lama waktu pengendapan yang sama terlihat sangat
besar. Dimana semakin lama waktu pengendapan bik secara murni
maupun dengan bantuan koagulan maka semakin tinggi pula interfasial
yang didapat. Laju pengendapan yang terjadi pada kedua jenis
larutan tersebut berbeda, dengan grafik yang terlihat pada Gambar
4.1 bahwa pada larutan yang suspensi tanahnya mengendap dengan
murni dengan bantuan gaya tarik gravitasi lebih lambat kecepatan
laju pengendapannya karena suspensi tahah dengan densitas () hampir
sama dengan densitas air sehingga suspensi tersebut melayang dalam
air yang susah untuk mengendap dan butuh waktu yang sangat lama
untuk dapat mengendap dengan sendirinya. Berbeda halnya dengan
larutan suspensi yang dengan bantuan koagulan, disini terlihat pada
grafik Gambar 4.1 dengan perlakuan yang sama dengan larutan
suspense namun hanya ditambahkan koagulan pada larutan suspensi
lainya, ternyata kecepatan laju pengendapannya 2 kali lipat lebih
cepat dari pada suspensi yang mengendap secara murni. Hal ini
terjadi dikarenakan koagulan dalam suspensi mengikat molekul
suspense membentuk floc yang akan menjadi gumpalan sehingga berat
molekul tersebut lebih besar dari pada air dan mempermudah
graviatasi untuk menarik molekul kebawah. Dengan ketinggian
interfasial yang lebih sedikit karena tekanan dari suspensi yang
mengendap sehingga seiring berjalannya waktu, maka suspense
tersebut akan semakin mengendap secara konstan atau terjadinya
padatan endapan yang konstan dengan waktu yang diberikan selama 3
jam. Untuk ketinggian interfasial pada air mengendap murni yang
dihitung dari 0-90 menit sebanyak 9 cm dan pada 100-180 menit
ketinngiannya menjadi 7,8 cm, sedangkan untuk larutan suspense yang
mengendap dengan bantuan koagulinggian interfasialnya yang dihitung
dari 0-90 menit didapat interfasialnya sekitar 8,9 cm dan pada
100-180 menit setinggi 6,9 cm yang diukur dari permukaan gelas
kimia. Pada percobaan ini tidak dihitung pengaruh konsentrasi bahan
yang akan dilarutkan karena semua bahan memiliki berat, volume dan
konsentrasi yang sama yang dilarutkan dan diaduk terlebih dahulu
didalam sebuah gelas kimia 100 ml kemudian dibagi rata suspense
tersebut sebanyak 50 ml untuk masing gelas pada air murni dan
campuran tawas. Pada percobaan yang telah dilakukan hampir sesuai
dengan teori, namun dari percobaan terdapat kesalahn-kesalahan yang
kurang signifikan. hal tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti kurangnya ketelitian pada saat mengukur ketinggian
interfase kejernihan, kemudian saat mengamati waktu pengendapan
tidak terlalu akurat juga waktu perhitungan nilai kejernihan.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:1. Laju pengendapan sedimentasi yang
dilakukan selama 3 jam yang dihitung pada setiap menitnya yakni
pada 0 hingga 90 menit kecepatan laju pengendapannya sekitar 0,34
cm/menit dan pada 100 hingga 180 menit didapat 0,17 cm/menit untuk
larutan suspensi yang mengendap secara alami. 2. Sedangkan pada
larutan suspensi yang diendapkan dengan bantuan koagulan pada 0
hingga 90 menit kecepatan laju pengendapan sekitar 0,5 cm/menit dan
pada 100 hingga 180 menit laju penendapan sekitar 0,25 cm/menit.
Semakin banyak koagulan yang ditambahkan kedalam suatu larutan
suspense, maka semakin cepat pula laju pengendapanya.3. Untuk
tingkat kejernihan dari air pada kedua jenis sampel fluida air muni
dan air dengan suspense tawas sangat jauh berbeda. Dari nilai
turbidity yang terbaca pada alat turbidimeter, tingkat kejernihan
yang paling tinggi didapat pada air murni yakni sebesar 53,0 NTU.4.
Sedangkan pada air yang bercampur dengan suspense tawas tingkat
kejernihannya sangat rendah (keruh) yaitu sebesar 639 NTU. Semakin
banyak bahan organic yang dilarutkan dalam suatu fluida cair, maka
semakin tinggi pula tingkat kekeruhan air tersebut.5. Pada proses
sedimentasi terjadi 3 gaya pada partikel, yakni : gaya gravitasi,
gaya dorong dan gaya mengapung.6. Kecepatan pengendapan dipengaruhi
oleh densitas, fluida, densitas partikel dan viskositas.DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2008, Sedimentasi
Http://www,wikipedia.org//wiki//sedimentasi Diakses tanggal : 20
Maret 2014Asdak, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, UGM-Press, YogyakartaCheremisinoff, N.P., Handbook Of Water
And Wastewater Treatment Technologies, Butterworth-heinemann,
Boston.Geancoplis, J.C, 1983, Transport Proses and Unit Operation
2nd ed, Allyn and Bacon Inc, Massachussett.Mc Cabe, W.L, 1985,
Operasi Teknik Kimia Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Suryadiputra, I.N.N., 1995, Pengantar Kuliah Pengolahan Air
Limbah : Pengolahan Air Limbah dengan Metode Kimia (Koagulasi dan
Flokulasi), Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN ADATA PENGAMATAN
Bahan : TanahKonsentrasi Tanah : 50 gr/100mlKetinggian Awal
Suspensi : 9 cmBahan Koagulan : Al2(SO4)3 (Tawas)Konsentrasi
Koagulan : 5 gr/100 mlTabel A.1 ketinggian batas interfasial pada
campuran larutan suspensi tanah dan suspensi tanah dengan koagulasi
5gr dengan pengamatan 0 hingga 90 menit. Waktu (t)(Menit)Ketinggian
Batas Interfasial z (cm)
Tanah 50 gr/100 ml tanpa koagulanTanah 50 gr/100 ml dengan
koagulan
099
598,5
108,78,3
158,68,2
208,58,0
258,57,8
308,57,8
358,47,7
408,37,6
458,37,6
508,37,5
558,257,4
608,27,3
658,17,2
708,07,2
758,07,1
807,97,0
857,97,0
907,86,9
Tabel A.2 ketinggian batas interfasial pada campuran larutan
suspensi tanah dan suspensi tanah dengan koagulasi 5gr dengan
pengamatan 100 hingga 180 menit. Waktu (t)(Menit)Ketinggian Batas
Interfasial z (cm)
Tanah 50 gr/100 ml tanpa koagulanTanah 50 gr/100 ml dengan
koagulan
1007,86,9
1107,86,9
1207,66,8
1307,66,8
1407,56,6
1507,56,6
1607,46,5
1707,46,5
1807,36,5
LAMPIRAN BCONTOH PERHITUNGAN
B.1 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi yang
mengendap secara alami, tc: 5 menit. Kecepatan Pengendapan (Vzs) =
= = 0,34 cm/menitB.2 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi
yang diendapkan oleh koagulan, tc: 5 menit. Kecepatan Pengendapan
(Vzs) = = = 0,5 cm/menitB.3 Mencari kecepatan pengendapan larutan
suspensi yang mengendap secara alami, tc: 10 menit. Kecepatan
Pengendapan (Vzs) = = = 0,17 cm/menitB.2 Mencari kecepatan
pengendapan larutan suspensi yang diendapkan oleh koagulan, tc: 10
menit. Kecepatan Pengendapan (Vzs) = = = 0,25 cm/menit
LAMPIRAN CGAMBAR
Gambar C.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap waktu
pengamatan selama 3 jam dengan perbandingan air murni dan air
campuran tawas.
24