TUGAS KELOMPOK KEUTAMAAN KONTAK-KONTAK PERSONAL DALAM INOVASI PENDIDIKAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan Dosen : 1. Prof. Dr. Azis Wahab, , M.A. (Ed). 2. Dr. S. Marten Yogaswara, M.M. Disusun oleh, Depi Ardian Nugraha 128612025 Keuis Letti 128612026
86
Embed
Tugas Kelompok Kontak -Kontak Personal Dalam Inovasi Pendidikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS KELOMPOK
KEUTAMAAN KONTAK-KONTAK PERSONAL DALAM
INOVASI PENDIDIKAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen : 1. Prof. Dr. Azis Wahab, , M.A. (Ed).2. Dr. S. Marten Yogaswara, M.M.
Disusun oleh,
Depi Ardian Nugraha128612025
Keuis Letti128612026
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAPASCA SARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2012-2013Jalan Wartawan IV No.22 Kliningan III Bandung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena
berkat kemurahan-Nya, karunia-Nya dan kemudahan yang diberikan oleh-
Nya Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga juga terlimpah pada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam perkuliahan
Inovasi Pendidikan. Dalam laporan ini diuraikan keutamaan kontak-kontak
personal dalam inovasi pendidikan. Keutamaan kontak-kontak personal ini
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menyebarkan atau
mensosialisasikan suatu inovasi, khususnya di bidang pendidikan. Kontak-
kontak personal ini juga yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu
inovasi dapat diterima atau ditolak oleh masyarakat sosial.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai salah satu
tugas kelompok mata kuliah Inovasi Pendidikan Program Magister
Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Pasundan Bandung
Tahun Akademik 2012-2013, dan agar kita mengetahui kontak-kontak
personal dalam inovasi pendidikan.
Dengan penuh hormat yang sebesar-besarnya saya ucapkan
kepada:
1. Prof. Dr. Azis Wahab, , M.A. (Ed). dan Dr. S. Marten Yogaswara, M.M.
selaku Dosen mata kuliah Inovasi Pendidikan.
2. Kedua Orang tua yang telah memberi dukungan yang luar biasa.
3. Kepada Rekan Rekan Kuliah Program Magister Pendidikan
Matematika Pasca Sarjana Universitas Pasundan Bandung Tahun
Akademik 2012-2013 yang telah banyak memberikan masukan dalam
pembuatan makalah kelompok ini.
4. Dan untuk semua orang yang telah mendukung saya yang tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan
untuk perbaikan saya dimasa yang akan datang. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Bandung, September 2012 Penulis,
Depi Ardian Nugraha danKeuis Letti
iii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................4
C. Tujuan Makalah.....................................................................4
D. Kegunaan Makalah................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................6
A. Hambatan-Hambatan dalam Inovasi Pendidikan...................6
B. Kontak-Kontak Personal dalam Inovasi Pendidikan............10
C. Peranan Agen Pembaharu (agent of change) dalam inovasi pendidikan...........................................................................19
BAB III SIMPULAN DAN SARAN.............................................................57
A. SIMPULAN..........................................................................57
B. SARAN................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................52
iv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan pendidikan secara teknis berlangsung secara
sederhana walaupun dalam konteks sosial sangat kompleks. Ada
empat faktor yang mempengaruhi implementasi inovasi. Pertama
karakteristik dari perubahan, perlu dilihat masalah kebutuhan dan
relevansi dari perubahan, kejelasan, kompleksitas, dan kualitas serta
kepraktisan dari program. Kedua karakteristik dari tingkat wilayah
sekolah, terdiri atas: sejarah dari upaya-uapaya inovasi, proses adopsi,
dukungan dan keterlibatan administratur pusat, pengembangan dan
partisipasi staf, sistem ketepatan waktu dan informasi, dan karakteristik
dewan dan komunitas. Ketiga karakteristik pada tingkat sekolah, yang
terdiri atas kepala sekolah, hubungan antara guru, dan karakteristik
dan orientasi guru. Keempat karakteristik eksternal terhadap sistem
lokal, yang terdiri atas peran pemerintah dan bantuan eksternal.
Kemajuan dan perubahan kehidupan sosial yang serba cepat,
merupakan tantangan atau masalah baru dalam duania pendidikan.
Bagaimana kita harus menyiapkan anak didik kita agar mereka mampu
menghadapai kehidupan modern ini serta bagaimana agar mereka
mampu mengembangkannya. Untuk menjawab semua persoalan itu
haruslah di dukung oleh berbagai pihak tidak hanya masyarakat
sekolah tetapi masyarakat umum juga harus mendukung. Karena
pendidikan merupakan sub sistem dari sistem sosial. Pemerintah
dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan haruslah bisa menyusun
kebijakan-kebijakan khsusnya dalam bidang pendidikan, Karakteristik
suatu bangsa dapat dilihat dari kurikulum pendidikan yang ada pada
suatu bangsa tersebut. Oleh karena itu hendaknya kurikulum dibuat
dan dirancang relevan dengan tantangan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Guru sebagai fasilitator harus bisa mendayagunakan
fasilitas peralatan elektronik untuk mengefektifkan proses belajar,
Depi Ardian Nugraha 2
kemudian guru juga harus bisa memilih metode, strategi dan model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mengajar, dan masih
banyak lagi permasalahan dalam pendidikan yang tidak akan pernah
habis karena tantangan kehidupan juga akan selalu berubah dan
berkembang. Untuk menjawab semua tantangan atau permasalahan
tersebut maka perlu adanya suatu inovasi pendidikan.
Inovasi pendidikan di sini mengandung makna suatu perubahan
yang bersifat pembaharu dan kualitatif yang berbeda dari hal yang ada
sebelumnya serta sengaja diselenggarakan untuk menibngkatkan
kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.
Dengan kata lain, suatu perubahan yang baru yang menunjukkan ke
arah perbaikan atau berbeda dari yang telah ada sebelumnya.
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan
atau inovasi untuk memecahkan maslah pendidikan. ( Ibrahim : 1988 ).
Jadi sebuah inovasi pendidikan adalah suatu ide , barang, metode,
yang dapat dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil
seseorang atau kelompok orang ( masyarakat ), baik berupa hasil
inversi atau discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah kependidikan. Inovasi
menurut Roger Miller ( 1971 ) dalam Suherli Kusmana ( 2010 )
menerangkan bahwa “innovation is an idea, practice, or object
perceived as new by the relevan unti of adoption, weather it is an
individual or an organization”. Artinya,” inovasi adalah ide, kegiatan,
atau obyek yang diterima sebagai sesuatu yang baru sesuai dengan
bagian yang diadopsi, baik oleh individu maupun kelompok”. Secara
umum dapat dinyatakan bahwa inovasi merupakan sebuah pemikiran,
praktek, atau object yang dianggap sesuatu yang baru yang dianggap
mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.( Suherli
Kusmana: 2010 : 1 )
Kemampuan inovasi suatu gagasan baru biasanya dibatasi oleh
waktu dan sistem sosial yang ada. Dengan kata lain, di kemudian hari
barang atau gagasan baru bisa jadi tidak lagi memiliki nilai inovatif,
Depi Ardian Nugraha 3
karena sudah tergantikan oleh barang atau gagasan baru yang lebih
inovatif. Juga dimungkinkan, suatu barang atau gagasan baru tetap
tidak inovatif pada waktu kapan saja, selama sistem sosial yang ada
tidak mau dan tidak mampu menerima barang atau gagasan baru
tersebut.
Sistem sosial (masyarakat) adalah variabel yang cukup penting
dalam menyebarkan, menerapkan dan mensosialisasikan suatu produk
inovatif. Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok
informal, dan sub sistem yang lainnya. Sistem sosial ini bisa
mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu produk inovatif. Diterima
atau tidaknya suatu produk inovatif tergantung dari daya respon dan
adopsi dari sistem sosial yang ada.
Suatu inovasi akan benar-benar bermanfaat untuk
menyelesaikan atau memecahkan masalah dalam dunia pendidikan,
jika inovasi itu dapat diterima dan diterapkan oleh pelaksana kegiatan
pendidikan (pendidik). Tetapi dalam kenyataannya banyak sekali
hambatan-hambatan dalam proses inovasi itu sendiri terutama dalam
hal komunikasi inovasi pendidikan. Oleh karena iti haruslah ada
dukunnga dari berbagai pihak terutama dengan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya. Hubungan antara lembaga pendidikan dan system
social sangat erat dan saling mempengaruhi. Misalnya suatu sekolah
telah dapat sukses menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkat
kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga
terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak menggunakan
kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya penyesuaian dengan
lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan
yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif
antara lembaga pendidikan dan masyarakat sebagai kontak personal
dalam inovasi pendidikan. Yang menjadi kunci keberhasilan dalam
pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai
tenaga professional.
Depi Ardian Nugraha 4
Oleh karena itu pendidik perlu memahami tentang inovasi
pendidikan yang baik, pengertian, penyebaran, proses keputusan
penerima atau penolakan, serta peran wahana pembaharu atau yang
lebih akrab disebut dengan agen perubahan.
Berbicara tentang agen perubahan (agent of change) dalam
dunia pendidikan, siapa saja agen perubahan dalam dunia
pendidikan?, kemudian apa fungsi atau peranan dari agen perubahan
tersebut?, dan siapa saja kontak-kontak personal dalam dunia
pendidikan tersebut?. Berdasarkan alasan tersebut di atas, pada
kesempatan ini kami akan mencoba membahas tentang keutamaan
kontak-kontak personal dalam inovasi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah yang telah dikemukakan,
maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa hambatan-hambatan yang mempengaruhi inovasi pendidikan?
2. Siapa saja kontak-kontak personal dalam inovasi pendidikan?
3. Bagaimana peranan agen pembaharu (agent of change) dalam
inovasi pendidikan?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas
maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Hambatan-hambatan yang mempengaruhi inovasi pendidikan.
2. Siapa saja kontak-kontak personal dalam inovasi pendidikan.
3. Bagaimana peranan agen pembaharu (agent of change) dalam
inovasi pendidikan.
Depi Ardian Nugraha 5
D. Kegunaan Makalah
Adapun kegunaan dan harapan dari pembuatan makalah ini
yaitu agar kita mengetahui Hambatan-hambatan yang mempengaruhi
inovasi pendidikan, kontak-kontak personal dalam inovasi pendidikan,
dan bagaimana peranan agen pembaharu (agent of change) dalam
inovasi pendidikan. Selain itu mudah-mudahan pembuatan makalah ini
dapat dijadikan bahan sumber untuk diskusi-diskusi yang akan datang,
khususnya tentang inovasi pendidikan.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Hambatan-Hambatan dalam Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formal atau sekolah merupakan suatu
subsistem dari sistem sosial yang saling mempengaruhi. Apabila
terjadi perubahan dalam sistem sosial maka terjadi pula perubahan
dalam lembaga pendidikan. Sebagai contoh bila dalam masyarakat
dibutuhkan seorang ahli atau orang yang mempunyai keterampilan
dalam bidang komputer, maka lembaga pendidikan akan mengadakan
program pendidikan dalam bidang komputer. Jadi jelaslah bahwa
hubungan antara lembaga pendidikan sangat erat dengan sistem
sosial.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam lembaga
pendidikan formal seperti sekolah dapat diciptakan inovasi-inovasi
baru dalam setiap komponennya. Inovasi ini harus disebarkan agar
terjadi perubahan sosial. Usaha penyebaran inovasi ini bukan hal
yang mudah untuk dilaksanakan. Ada kalanya inovasi cepat diterima
oleh masyarakat, terkadang sulit untuk diterima. Oleh karena itu
keberhasilan suatu inovasi ditentukan oleh banyak faktor. Di bawah
ini merupakan enam faktor utama penghambat inovasi yang
dikemukakan oleh Ibrahim, antara lain :
1. Estimasi Tidak Tepat terhadap Inovasi
Hambatan yang disebabkan oleh tidak tepatnya
perencanaan atau estimasi dalam proses difusi inovasi antara lain,
tidak tepat dalam mempertimbangkan implementasi inovasi,
kurang adanya kerja sama antarpelaksana inovasi, tidak adanya
persamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai, tidak jelas
struktur pengambilan keputusan, komunikasi yang tidak lancar,
adanya tekanan dari pemerintah untuk mempercepat hasil inovasi
dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu para pelaksana
inovasi agar benar-benar merencanakan dan mempertimbangkan
Depi Ardian Nugraha 7
segala kemungkinan yang akan terjadi pada tempat yang menjadi
sasaran inovasi.
2. Konflik dan Motivasi
Hambatan ini diakibatkan karena adanya masalah-masalah
pribadi, seperti adanya pertentangan antaranggota tim, adanya
rasa iri antara anggota yang satu dengan yang lain, ada anggota
tim yang tidak semangat kerja, pimpinan yang terlalu kaku dan
berpandangan sempit, kurang adanya penguatan atau hadiah
terhadap anggota yang melaksanakan tugas dengan baik.
3. Inovasi Tidak Berkembang
Inovasi tidak berkembang karena hal-hal seperti, lambatnya
material yang diterima, alokasi dana yang tidak tepat, terjadi
inflasi, pergantian pengurus yang terlalu cepat sehingga
mengganggu kontinuitas tugas.
4. Masalah Keuangan
Yang termasuk dalam hambatan keuangan yaitu tidak
memadainya dana dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat,
kondisi perekonomian secara nasional dan penundaan
penyampaian dana. Oleh karena itu dituntut kemampuan untuk
mencari sumber-sumber dana lain yang akan digunakan untuk
pembiayaan pelaksanaan inovasi.
5. Penolakan Inovasi dari Kelompok Tertentu
Penolakan inovasi yang dimaksud bukan penolakan karena
kurang dana atau masalah personalia, tetapi penolakan masuknya
inovasi karena beberapa faktor berikut, yaitu adanya
pertentangan dalam memandang inovasi, adanya kecurigaan
masyarakat akan masuknya inovasi tersebut.
6. Kurang Adanya Hubungan Sosial
Faktor terakhir ini terdiri dari dua hal, yaitu hubungan
antaranggota kelompok pelaksana inovasi dan hubungan dengan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakharmonisan
antaranggota proyek inovasi.
Depi Ardian Nugraha 8
Selain hambatan-hambatan yang telah dijelaskan di atas, dari
penelitian dari beberapa ahli ditemukan beberapa hambatan dalam
penyebaran inovasi antara lain:
1. Hambatan Geografi
Indonesia sebagai negara kepulauan tentu saja merupakan
tantangan dalam penyebaran inovasi. Hambatan geografis
mencakup jarak yang jauh, transportasi yang kurang lancar,
daerah yang terisolir, keadaan iklim yang tidak mendukung. Oleh
karena itu dalam perencanaan inovasi perlu dipertimbangkan
kondisi geografis dan sarana transportasi.
2. Hambatan Sejarah
Hambatan sejarah, meliputi hal-hal peraturan-peraturan
yang diwariskan oleh kolonial, tradisi yang bertentangan dengan
inovasi.
3. Hambatan Ekonomi
Hambatan ekonomi meliputi ketersediaannya dana dari
pemerintah dan pengaruh adanya inflasi. Dari data hasil
penelitian, pelaksanaan inovasi kurang memperhitungkan
perencanaan penggunaan dana dan kurang memperhitungkan
adanya inflasi.
4. Hambatan Prosedur
Termasuk dalam hambatan prosedur ialah kurang
terampilnya tenaga pelaksana inovasi, kurang koordinasi
antarbagian pelaksana inovasi, tidak cukup persediaan material
yang digunakan.
5. Hambatan Personal
Hal-hal yang menjadi hambatan personal yaitu kurang
adanya penguatan (hadiah) bagi penerima dan pemakai inovasi,
orang yang memegang peranan penting dalam penyebaran
inovasi tidak terbuka, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit
dari orang-orang yang melaksanakan inovasi serta adanya
dipandang sebagai orang yang mempunyai kredibilitas
kemampuan dan sumber-sumber/saluran-saluran homofilis,
(seperti aides) dipandang sebagai orang yang mempunyai
kredibilitas rasa aman. Barangkali agen pembaharu yang ideal
akan mempresentasikan/menyatakan kredibilitas kemampuan
dan kredibilitas rasa aman yang seimbang. Suatu kombinasi
adalah seorang agen pembaharu yang homofilis dengan klien-
Depi Ardian Nugraha 46
kliennya dalam karakteristik sosial (seperti status
sosioekonomi, kesukuan, dan yang serupa) tetapi heterofilis
berkenaan dengan kompetensi teknis inovasi yang sedang
didifusikan. Tentunya kombinasi yang ideal seperti itu sangat
tidak serupa sebab kompetensi teknis biasanya berasal dari
pendidikan di universitas, yang sebaliknya berarti bahwa agen
pembaharu secara sosial berbeda dari kebanyakan klien-
kliennya.
Aide yang telah menerima suatu inovasi yang sedang
dipromosikannya, bagaimanapun mencapai kombinasi
homofili/heterofili yang ideal ini. Sebuah ilustrasi yang menarik
diberikan oleh calo-calo (canvassers) vasektomi di India, yang
dibayar sedikit untuk setiap adopter sterilisasi pria yang
mereka bawa ke klinik kesehatan (Ropetto, 1969). Calo-calo
ini miskin, tidak berpendidikan dan rendah status
sosioekonominya. Sama seperti sistem klien, para aide ini
juga memiliki kredibilitas kemampuan, karena mereka telah
lebih dulu melakukan vasektomi. Dengan demikian para calo
vasektomi India ini memiliki kredibilitas rasa aman
berdasarkan homifili sosialnya maupun kredibilitas
kemampuan yang diperlihatkan dari heterofili teknisnya karena
telah mengadopsi inovasi itu sebelumnya.
Pegawai-pegawai negeri seperti pendidik kesehatan,
juga mempromosikan vasektomi di India. Tetapi mereka
kurang efektif dibandingkan para calo dalam meyakinkan klien
untuk melakukan adopsi. Para calo merupakan salesman
vasektomi yang super, yang bergerak melebihi radius 100 mil
dalam mencari adopter. Mereka bekerja 6 atau 7 jam dalam
seminggu. Satu hal yang penting pada proses keputusan
adopter terjadi bila para calo memperlihatkan perut bekas
operasinya, sebagai bukti bahwa ia tahu tentang apa yang
dibicarakannya. Tindakan ini membantu memantapkan
kredibilitas kemampuan para aide dengan para kliennya.
Depi Ardian Nugraha 47
Sebuah tes yang menarik tentang pentingnya persepsi
klien tentang kredibilitas agen pembaharu diselenggarakan
oleh dua lembaga perluasan pertanian di Taiwan. Satu
lembaga perluasan dilaksanakan oleh Departemen Pertanian
dan sebagai lazimnya di banyak negara, dipekerjakan tamatan
universitas di bidang pertanian sebagai agen perluasan lokal.
Dalam sistem lainnya para agen perluasan bekerja untuk
persatuan petani perkotaan. Pekerja perluasan ini kurang
latihan teknis dan kurang profesional. Kedua jenis pekerja
perluasan ini berusaha untuk mendifusikan inovasi pertanian
yang sama dengan sasaran para petani yang sama.
Tetapi agen-agen perluasan yang terdiri dari pegawai
pemerintahan kurang berhasil dibandingkan pekerja-pekerja
perluasan yang dipekerjakan oleh persatuan petani-petani
lokal (Lionberger and Chang, 1970). Mengapa demikian? Satu
alasan utama adalah persatuan petani perkotaan berperan
banyak dalam hal mempengaruhi langsung pekerja-pekerja
perluasan pertanian mereka (yang bekerja bagi para petani);
sebagai hasilnya hampir seluruh petani dapat secara reguler
dihubungi oleh para aide perluasan, dan kebutuhan-
kebutuhan pada masalah-masalah petani lebih diprioritaskan
dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan
pemerintah. Selanjutnya para pekerja perluasan pertanian
yang kurang profesional adalah petani paruh waktu (part
time), dan tidak merekomendasikan suatu inovasi pertanian
kepada tetangganya/kliennya sebelum mereka sendiri
mengadopsi inovasi itu. Tife pekerja perluasan pertanian
pemerintah yang lebih profesional secara sosial kurang
homofili dengan para petani, dan tidak dapat memberikan
kesaksian secara personil untuk inovasi yang mereka
promosikan; sesungguhnya peraturan pemerintah melarang
agen-agen perluasan pertanian untuk ikut melaksanakan
usaha pertanian.
Depi Ardian Nugraha 48
Bukti yang baru saja direview menyarankan
keberhasilan agen pembaharu mempunyai hubungan positif
dengan kredibilitas dari sudut pandang para klien.
Satu tife agen pembaharu yang umumnya mendapat
kredibilitas yang rendah adalah sales people yang komersial.
Adopsi dari ide baru hampir selalu berujung penjualan produk
baru. Bagi beberapa inovasi dan kondisi tertentu, agen
pembaharu komersial memainkan peranan penting dalam
difusi inovasi. Tetapi agen pembaharu komersial sering
dianggap mempunyai kredibilitas yang rendah oleh klien-
kliennya. Sebagai contoh penulis menemukan bahwa 97%
dari responden yang terdiri dari petani Ohio menyatakan
bahwa mereka akan lebih bisa diyakinkan terhadap suatu
inovasi jika mereka membicarakannya dengan tetangga bukan
dengn seorang salesman.
Motif-motif agen pembaharu komersial, seperti
diperkirakan klien-kliennya mungkin merupakan satu alasan
bagi rendahnya kredibilitas mereka dalam rekomendasi-
rekomendasinya. Mereka merasa bahwa sales people
mungkin berusaha untuk mempromosikan adopsi yang
berlebihn untuk ide-ide baru mungkin dalam usaha untuk
meningkatkan penjualan. Agen pembaharu komersial adalah
orang yang terpenting pada tahap implementasi percobaan
dalam proses keputusan inovasi (Ryan + Gross, 1943; Beal
dan Rogers, 1957; dan Copp dkk. 1958). Klien mungkin
membeli sedikit dari produk baru itu untuk percobaan. Pada
saat itu ia sangat bergantung pada agen pembaharu
komersial untuk memperoleh informasi tentang cara memakai
inovasi itu. Kredibilitas mereka terbatas kepada informasi.
“Bagaimana caranya” dan biasanya tidak meningkat/meluas
sampai pada suatu kemampuan yang mengajak individu untuk
membentuk suatu sikap suka terhadap inovasi.. Kredibilitas
persuasif serupa itu sebaiknya dari teman-teman yang bukan
Depi Ardian Nugraha 49
agen pembaharu komersial dan sumber-sumber lain yang
tidak mempunyai tujuan apapun atau minimal tidak sejauh apa
yang dipikirkan oleh agen pembaharu komersial itu.
Dalam beberapa kasus, sumber atau saluran
komunikasi komersial juga penting untuk menciptakan
kesadaran pengetahuan tentang suatu inovasi. Misalnya
penelitian Coleman, dkk. (1966) tentang obat-obatan
menemukan bahwa pengecer dan publikasi komersial
dilaporkan oleh 80% dokter medis sebagai sumber
pengetahuan merek tentang ........Pengecer adalah pegawai
perusahaan farmasi yang mengunjungi dokter-dokter untuk
memberi mereka keterangan yang mendetail tentang inovasi
medis, dan sampel-sampel gratis untuk obat-obat baru.
Dewasa ini kira-kira 25.000 pengecer obat dipekerjakan di AS
untuk menghubungi dokter-dokter, ahli farmasi dan agen-agen
pembeli di rumah sakit (Banta, 1981,p.367). Nilai dari kontak
agen pembaharu serupa itu pada perusahaan obat-obatan
ditunjukkan dengan fakta bahwa pengecer itu dibayar kira-kira
$ 150, untuk setiap dokter medis yang dihubunginya. Tetapi
pengecer obat itu tidak dapat dipercaya pada tahap-tahap
persuasi dan keputusan inovasi., yakni pada saat seorang
dokter memutuskan untuk melakukan adopsi atau tidak
(Coleman, dkk. 1966). Agen-agen pembaharu komersial tidak
dipandang sebagai yang dapat dipercaya untuk informasi
yang bersifat penilaian berkenaan dengan suatu inovasi;
ketidakpastian tentang nilai suatu inovasi paling baik diatasi
melalui komunikasi interpersonal dengan teman-teman.
d. Profesionalisasi Yang Tidak Autentik dari Para Aide
Telah kita tunjukkan bahwa para aide mempunyai
kelebihan dalam hal biaya kontak per klien yang lebih rendah
dan kemampan yang lebih besar dalam menjembatani jurang
heterofili bila dibandingkan dengan agen-agen pembaharu
yang profesional. Akan tetapi kelebihan-kelebihan ini tidak
Depi Ardian Nugraha 50
berarti bahwa para profesional sudah tidak diperlukan lagi
dalam program-program difusi. Mereka itu tetap penting untuk
melatih serta mengawasi para aide dan berfungsi sebagai
pendukung teknis untuk problem-problem tertentu yang tidak
dapat diatasi oleh para aide. Tetapi peranan profesional
sebagai seorang supervisor bagi para aide agak berbeda dari
pada peranannya untuk menghubungi klien secara langsung.
Satu dari problem-problem khusus yang sering
ditemukan pada para aide adalah profesionalisasi yang tidak
autentik, yakni proses bagaimana para aide berpakaian,
berbicara atau tanda-tanda identifikasi lainnya dari seorang
profesional dalam bidangnya. Misalnya para calo vasektomi di
India menuntut pakaian seragam, lencana pengenal dan
simbol-simbol lain dari agen pembaharu prpfesional (Repetto,
1969). Para aide KB di indonesia mendesak agar mereka
dilengkapi dengan sepeda dan motor. Kendaraan ini tidak
hanya sebagai alat transportasi ke rumah-rumah klien, tetapi
juga sebagai tanda status profesional. Para aide umumnya
mengagumi gen-agen pembaharu profesional yang
mengawasinya dan dengan demikian wajarlah jika mereka
ingin menjadi serupa dengan mereka. Mereka tidak dapat
memperoleh gelar universitas yang dimiliki para profesional
dan oleh karenanya mereka berusaha untuk tampil dan
kelihatan seperti profesional. Tetapi profesionalisasi yang
tidak autentik seperti itu merusak fungsi menjembatani
heterofili, karena untuk tujuan itulah mereka dipekerjakan
(Rogers, 1973, p.130). Biasanya jika para aide diberitahu
tentang masalah profesionalisme yang tidak autentik, maka
mereka akan bertindak dengan berbagai cara untuk
mengoreksi hal-hal yang merupakan ancaman terhadap
kefektifan mereka.
Depi Ardian Nugraha 51
5. Pemimpin Opini
Kepemimpinan opini adalah derajat dimana seseorang
individu secara informal mampu mempengaruhi sikap atau tingkah
laku yang nyata dari individu lain dalam suatu cara yang
diharapkan dalam frekuensi relatif. Kampanye difusi tampaknya
akan lebih berhasil jika agen-agen pembaharu mengidentifikasi
dan memanfaatkan pemimpin opini.
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan secara positif
dengan keluasan usahanya melalui pemimpin opini. Waktu dan
energi dari agen pembaharu merupakan sumber-sumber yang
langka. Dengan memusatkan kegiatan komunikasi pada pemimpin
opini dalam sebuah sistem sosial, agen pembaharu dapat
mempercepat laju difusi. Penghematan usaha diperoleh karena
menghubungi pemimpin opini menggunakan jauh lebih sedikit
sumber-sumber agen pembaharu (waktu dan energi) dari pada
jika harus menghubungi tiap anggota dari sistem klien.
Secara esensial pendekatan pemimpin memperbesar
usaha-usaha dari agen pembaharu. Dengan mendaftarkan
bantuan pemimpin opini, agen pembaharu memberikan
perlindungan bagi keseponsoran lokal dan sanksi bagi ide-ide
baru. Seperti telah ditunjukkan pada bagian lain dari buku ini.
Pesan-pesan jaringan kerja dari teman-teman dekat seperti
pemimpin-pemimpin opini, dianggap kredibel dalam meyakinkan
individu untuk mengadopsi suatu inovasi. Kenyataannya, setelah
pemimpin opini dalam suatu sistem sosial mengadopsi suatu
inovasi, maka tidak mungkin menghentikan penyebaran
selanjutnya.
Agen-agen pembaharu kadang-kadang salah menganggap
inovator-inovator sebagai pemimpin opini. Mereka mungkin
merupakan individu yang sama, terutama dalam sistem dengan
norma-norma yang sangat modern, namun sering tidak demikian
halnya.
Depi Ardian Nugraha 52
Pemimpin opini mempunyai pengikut-pengikut, sedangkan
inovator hanya merupakan orang pertama yang mengadopsi ide
baru. Bila agen pembaharu memusatkan usaha-usaha komunikasi
pada para inovator, dan bukan pada para pemimpin opini,
hasilnya dapat meningkatkan pengetahuan tentang inovasi-
inovasi, tetapi hanya sedikit klien yang akan terbujuk untuk
mengadopsi.
Tingkah laku inovator tidak perlu meyakinkan rata-rata klien
untuk mengikutinya. Kesulitan lain terjadi bila seorang agen
pembaharu secara tepat mengidentifikasi pemimpin opini dalam
suatu sistem tetapi kemudian terlalu memusatkan perhatiannya
pada beberapa pemimpin opini, sehingga mereka mungkin terlalu
inovatif di mata para pengikutnya, atau dirasakan terlalu
bersahabat dan diidentifikasi secara berlebihan oleh agen
pembaharu.Jadi seorang agen pembaharu dapat menghapuskan
(wear out) kredibilitas pemimpin opini dengan membuatnya terlalu
inovatif. Problema semacam ini telah terjadi dalam berbagai
program difusi; hal tersebut agaknya analog dengan masalah
profesionalisasi yang tidak autentik dari para pembantu (aides).
6. Kemampuan Para Klien untuk Mengevaluasi
Salah satu kontribusi agen pembaharu yang unik pada
proses difusi adalah kompetensi teknis, yang memungkinkannya
memberi keahlian ini kepada para klien untuk membuat
keputusan-keputusan inovasi, tetapi apabila agen pembaharu
mengambil satu pendekatan jangka panjang untuk
perubahan,maka ia harus berusaha untuk meningkatkan
kompetensi teknis dari para klien dan kemampuan untuk
mengevaluasi inovasi potensial itu sendiri. Selanjutnya para klien
dapat menjadi agen pembaharu sendiri. Hal ini menyarankan
keberhasilan agen pembaharu berhubungan secara positif dengan
peningkatan kemampuan klien untuk mengevaluasi inovasi.
Depi Ardian Nugraha 53
Dukungan empiris yang terbatas untuk pernyataan ini
sebagian besar berasal dari berbagai studi kasus deskriptif.
Sayangnya, agen-agen pembaharu sering lebih terpaku pada
tujuan jangka pendek seperti mempercepat laju adopsi inovasi.
Sebaliknya kepercayaan pada diri sendiri seharusnya menjadi
tujuan dari lembaga-lembaga pembaharu, mengarah pada
penghentian ketergantungan klien pada agen pembaharu, tetapi
tujuan ini jarang dicapai oleh kebanyakan lembaga pembaharu.
Mereka biasanya mempromosikan adopsi dari inovasi-inovasi, dan
bukannya berusaha mendidik para klien untuk memperoleh
kemampuan dasar tentang cara mengevaluasi inovasi itu sendiri
BAB IIISIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dalam proses suatu inovasi pendidikan banyak sekali
hambatan-hambatan yang harus dilalui, diantaranya karakteristik dari
perubahan itu sendiri, karakteristik lokal yang meliputi wilayah,
lembaga pendidikan, Kepala Sekolah dan guru. Serta faktor eksternal
yaitu kebijakan pemerintah dan peran agen pembaharu.
Agar hambatan-hambatan tersebut tidak menjadi kendala dalam
proses inovasi pendidikan maka diperlukan kontak-kontak personal
dalam inovasi pendidikan. Kontak-kontak personal menurut sifatnya
dibagi menjadi 2, yaitu kontak-kontak personal internal yang meliputi
guru, peserta didik, kepala sekolah, komite sekolah, staf tata
administrasi sekolah. Dan kontak-kontak personal eksternal yang
meliputi lembaga-lemabaga pendidikan informal, masyarakat dan
orang tua.
Apabila dalam proses inovasi terdapat jurang sosial dalam
proses sosialisai inovasi pendidikan maka diperlukan agen perubahan
atau agen pembaharu (agen of change). Untuk tercapainya perubahan
dalam implementasi pendidikan diperlukan adanya agen-agen
perubahan yang memahami makna perubahan itu sendiri. Dalam
tataran mikro, guru, kepala sekolah, siswa, dinas pendidikan dan orang
tua siswa harus menjadi agen perubahan yang handal yang selalu siap
untuk mendorong perubahan (drive to change), bukan dipimpin oleh
perubahan (lead by change) atau menolak perubahan (resist to
change).
Depi Ardian Nugraha 55
B. SARAN
Berdasarkan hasil studi literatur yang telah kami lakukan, saya
menghimbau kepada seluruh elemen pendidikan, mulai dari tingkat
keluarga sampai pemerintah sebagai penentu kebijakan mari kita terus
bekerja sama dalam melakukan inovasi pendidikan baik secara
pandangan kritis kita sebagai guru atau masukan dari berbagai pihak
lainnya, agar proses inovasi pendidikan dapat berjalan secara efektif
dan efisian sehingga tujuan pendidikan kita dapat tercapai.
A. DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Apa dan Bagaimana Difusi dan Implementasi Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Rogers, E.M. 1983. Diffusion Of Innovations. London : Collier Macmillan Publisher.
Tersedia [Online] di http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2009/05/30/ fungsi-dewan-pendidikan/. Download 07 Oktober 2012
Tersedia [Online] di http://ariswahyu.blogspot.com/2011/07/ peranan-kelompok-kerja-kkg-mgmp-kkks.html. Download 26 September 2012