HIPERSENSIFITAS TIPE I
1. ANFILAKSIS
Alergi pada dasarnya merupakan reaksi hipersensitivitas dari
sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu, iritasi
lingkungan, obat-obatan, atau zat-zat lain yang dianggap sebagai
ancaman.Ketika zat penyebab alergi memasuki tubuh, sistem kekebalan
tubuh mengaktifkan sel-sel khusus yang disebut sel mast.Sel mast
adalah sel-sel yang terletak di bawah jaringan ikat yang terletak
tepat di bawah kulit.Substansi alergi selanjutnya menempel pada
antibodi imunoglobulin E (IgE) yang hadir pada sel mast.Sel-sel
mast melepaskan bahan kimia yang disebut histamin untuk menyerang
zat alergi.Pelepasan histamin meningkatkan permeabilitas struktur
vaskuler sehingga cairan dari pembuluh darah akan mulai mengalir
keluar.Respon inflamasi yang disebabkan karena sekresi histamin
juga akan menimbulkan berbagai gejala tidak menguntungkan.Ketika
seluruh tubuh dipengaruhi oleh reaksi alergi, situasi yang
mengancam jiwa dapat terjadi. Kondisi ini secara medis disebut
sebagai anafilaksis (anaphylaxis). Anafilaksis bisa menjadi fatal
jika penderita tidak menerima perawatan medis tepat waktu.
Penyebab Anafilaksis
Zat yang menjadi penyebab paling umum anafilaksis adalah makanan
seperti kacang tanah, biji wijen, kerang, susu, dan telur.Penisilin
dan obat tertentu dan sengatan serangga seperti lebah, tawon, serta
semut api adalah penyebab lain yang bertanggung jawab untuk syok
anafilaksis.Selain ini, anafilaksis juga bisa disebabkan oleh
lateks alam (karet), relaksan otot, dan latihan fisik.
Gejala Anafilaksis
Penyebab anafilaksis dibagi menjadi dua jenis: IgE mediated dan
non IgE mediated.IgE mediated menyebabkan sensitivitas anafilaksis
pada paparan pertama dan kemudian menginduksi reaksi parah pada
eksposur kedua.Penyebab IgE mediated termasuk obat (Penisilin,
Sefalosporin, Anestesia, dll), sengatan serangga, makanan (kacang,
kerang, kedelai, gandum, telur, dll), dan vaksin berbasis gelatin,
produk karet, protein hewani, dll.Penyebab non IgE mediated disebut
sebagai anaphylactoid (seperti anafilaksis).Paparan pertama
terhadap penyebab alergi dapat langsung mengakibatkan reaksi parah
karena anafilaksis jenis ini tidak memerlukan sensitisasi sistem
kekebalan tubuh.Penyebab mungkin termasuk obat (anti-inflamasi
non-steroid, relaksan otot, gamma globulin, dll), pewarna sinar-X,
pengawet, latihan fisik, dan beberapa penyebab yang tidak
diketahui.Gejala-gejala anafilaksis dapat diamati dalam beberapa
detik, menit, atau bahkan jam.Semakin cepat gejala yang diamati,
semakin sensitif dan berat konsekuensinya.
Berikut ini adalah beberapa gejala paling umum anafilaksis
:1.Kemerahan pada kulit. Kulit juga mungkin terasa hangat dan lunak
saat disentuh.2.Gatal yang terjadi pada pangkal paha atau ketiak
atau di seluruh tubuh.3.Kegelisahan dan kehilangan
kesadaran.4.Bengkak di lidah yang mengakibatkan suara serak,
kesulitan menelan, dan bernapas.5.Pembengkakan pada saluran napas
dan tenggorokan, yang menyebabkan kesulitan bernapas parah dan
bahkan dapat menghentikan pernapasan.6.Hidung berair, bersin, dan
mengi terutama pada orang dengan asma.7.Muntah, diare, kram perut,
dan mual.8.Tekanan darah rendah dan denyut nadi tidak
teratur.9.Dalam kondisi sangat parah jantung mungkin akan berhenti
berfungsi.10.Pusing dan muntah.
2. URTIKARIA
Urtikaria, juga dikenal sebagai hives (biduran), adalah suatu
kondisi medis yang ditandai dengan benjolan atau bekas yang
meradang, gatal dan kadang-kadang nyeri, yang dapat muncul
dimanapun. Daerah peradangan bervariasi, dengan benjolan yang
meradang kadang-kadang menyatu untuk membentuk suatu bekas yang
sebesar piring. Kondisi ini terbagi dalam 2 tipe: akut dan kronis.
Kasus yang akut bertahan selama kurang dari 6 minggu (biasnya
hilang dalam 1-4 hari) sementara kasus yang kronis bertahan lebih
dari 6 minggu; kasus yang akut juga cenderung disebabkan oleh
alergi terhadap bahan-bahan seperti makanan sementara kasus yang
kronis cenderung tidak memiliki penyebab yang dapat dikenali.
Kondisi ini dapat diatasi dengan pemakaian obat-obatan untuk
menghindari pemicunya. Biasanya urtikaria tidak mengancam
keselamatan jiwa tetapi dapat berkaitan dengan anafilatik, yang
merupakan suatu keadaan gawat darurat. Umumnya, orang yang
mengalami kesulitan untuk bernafas atau menelan harus pergi ke
instalasi gawat darurat terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Penyebab UrtikariaMunculnya bilur pada kulit ini dipicu oleh
tingginya kadar histamin yang dilepaskan ke kulit. Histamin
menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks dan melebar sehingga
aliran darah pun meningkat. Dengan banyaknya darah yang mengalir di
bawah permukaan kulit, kulit pun terlihat memerah. Kelebihan cairan
ini jugalah yang menyebabkan pembengkakan pada kulit dan rasa
gatal-gatal.Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan
terjadinya biduran: Makanan penyebab urtikariayang paling umum
adalah kacang, cokelat, makanan laut, telur, gandum, dan susu.
Hampir semua obat-obatan bisa menyebabkan urtikaria, misalnya
antibiotik, aspirin, obat anti-hipertensi danibuprofen. Zat aditif
atau bahan tambahan dalam makanan seperti pemanis, pengawet,
penguat rasa, pewarna, pengental, dan lain-lain. Gigitan serangga
Faktor lingkungan seperti pajanan terhadap kondisi atau cuaca panas
maupun dingin, pajanan terhadap air tertentu, atau bahkan sinar
matahari. Stres.
3. ASMA BRONKIAL
Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran
pernapasan yang ditandai dengan: Sesak napas/sukar bernapas yang
diikuti dengan suara mengi (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan
udara/napas) Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi
terengah-engah Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan
lengket Perasaan menjadi gelisah dan cemas
Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial
adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran
pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar
biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap
bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat
berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara
spontan dengan atau tanpa pengobatan.
Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara
yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung
3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari
debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur,
virus, dll.Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel
tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar
dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong
keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat
partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas
(bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif),
maka terjadilah keadaan dimana: Otot polos yang menghubungkan
cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut Produksi
kelenjar lendir yang berlebihan Bila ada infeksi, misal batuk pilek
(biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan
dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran
napas. Akibatnya menjadisesak napas, batukkeras bila paru mulai
berusaha untuk membersihkan diri, keluardahakyang kental bersama
batuk, terdengarsuara napasyang berbunyi yang timbul apabila udara
dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut
dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan
napas.Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa
jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari
yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat
bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa
diobati.
4. DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik adalah kelainan kulit kronis yang sangat
gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi
dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat
familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri ataupun
keluarganya. Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang
ditandai oleh kecenderungan individu untuk membentuk antibodi
berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan
alergen yang umum dijumpai. Istilah atopi berasal dari kata atopos
(out of place). Sedangkan Dermatitis kontak adalah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan (substansi) yang menempel pada kulit.
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan
perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik
yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata
atopic berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma,
alergi renitis (influensa), dan dermatitis atopic
HIPERSENSIFITAS TIPE II
1. ANEMIA HEMOLITIK Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana
jumlah sel darah merah (HB) berada di bawah nilai normal akibat
kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari pada
kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis
(pecahnya sel darah merah) ringan/sedang dan sumsum tulang masih
bisa mengompensasinya, anemia tidak akan terjadi, keadaan ini
disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan berat
dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah yang disebut
anemia hemolitik.Anemia hemolitik sangat berkaitan erat dengan umur
eritrosit. Pada kondisi normal eritrosit akan tetap hidup dan
berfungsi baik selama 120 hari, sedang pada penderita anemia
hemolitik umur eritrosit hanya beberapa hari saja
Patofisiologi lisis/pecahnya eritrosit
Mekanisme pemecahan eritrosit ektravaskularterjadi dalam sel
makrofag dan sistem retikuloendotelial terutama di organ hati,
limpa/pankreas dan sumsum tulang. Pemecahan eritrosit terjadi di
dalam sel organ-organ tersebut karena organ-organ tersebut
mengandung enzim heme oxygenase yang berfungsi sebagai enzim
pemecah.Eritrosit yang lisis akibat kerusakan membran, gangguan
pembentukan hemoglobin dan gangguan metabolisme ini, akan dipecah
menjadi globin dan heme. Globin akan disimpan sebagai cadangan,
sedang heme akan dipecah lagi menjadi besi dan protoforfirin. Besi
disimpan sebagai cadangan. Protoforpirin akan terurai menjadi gas
CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan dengan albumin
akan membentuk bilirubin indirect (bilirubin I). Bilirubin indirect
yang terkonjugasi di organ hati menjadi bilirubin direct (bilirubin
II). Bilirubin direct diekresikan (disalurkan) ke empedu sehingga
meningkatkan sterkobilinogen (mempengaruhi warna feses) dan
urobilinogen (mempengaruhi warna urin/air seni).Mekanisme pemecahan
eritrosit intravaskularterjadi dalam sirkulasi darah. Eritrosit
yang lisis melepaskan HB bebas ke dalam plasma. Haptoglobin dan
hemopektin mengikat HB bebas tersebut ke sistem retikuloendotelial
untuk dibersihkan.Dalam kondisi hemolisis berat, jumlah haptoglobin
dan hemopektin mengalami penurunan, akibatnya Hemoglobin bebas
beredar dalam darah (hemoglobinemia). Pemecahan eritrosit yang
berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan ke dalam plasma.
Jumlah hemoglobin yang tidak terakomodasi seluruhnya oleh sistem
keseimbangan darah itulah yang menyebabkan
hemoglobinemia.Hemoglobin juga dapat melewati glomelurus ginjal
sehingga terjadi hemoglobinuria. Hemoglobin yang terdapat di
tubulus ginjal akan diserap oleh sel-sel epitel, sedang kandungan
besi yang terdapat di dalamnya akan disimpan dalam bentuk
hemosiderin. Jika epitel ini mengalami deskuamasi akan terjadi
hemosiderinuria (hemosiderin hanyut bersama air seni).
Hemosiderinuria merupakan tanda hemolisis intravaskular
kronis.Berkurangnya jumlah eritrosit diperifer juga memicu ginjal
mengeluarkan eritropoetin untuk merangsang eritropoesis di sumsum
tulang. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan retikulosit (sel
eritrosit muda di paksa matang) sehingga mengakibatkan
polikromasia.
2. SINDROM GOOD
Sindrom goodpasture adalah sindroma renal pulmonal yang ditandai
dengan hemoptisis dan rapidly progressive glumerulonephritis
(RPGN). Sindrom goodpasture adalah gabungan antara perdarahan
alveoli paru dengan glumerulonephritis. Sindrom goodpasture adalah
suatu bentuk glomerulonephritis (peradangan glomerulus ginjal )
yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progesif, disertai
batuk darah.
EtiologiPenyebab sindrom Goodpasture tidak sepenuhnya dipahami.
Orang yang merokok atau menggunakan pewarna rambut tampak pada
peningkatan risiko untuk kondisi ini. Paparan asap hidrokarbon,
debu logam, dan obat-obatan tertentu, seperti kokain, juga dapat
meningkatkan risiko seseorang. Genetika juga mungkin memainkan
peran, sebagai sejumlah kecil kasus telah dilaporkan di lebih dari
satu anggota keluarga.Sindrom Goodpasture adalah gangguan autoimun
. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang
dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Orang dengan sindrom
ini mengembangkan zat yang menyerang protein yang disebut kolagen
dalam kantung udara kecil di paru-paru dan unit penyaringan
(glomeruli) dari ginjal.Zat-zat ini disebut anti glomerular
basement membran antibodi. Membran basal glomerulus adalah bagian
dari ginjal yang membantu limbah filter dan cairan ekstra dari
darah . Anti- glomerular basement membran antibodi adalah antibodi
terhadap membran ini . Mereka dapat merusak membran basal, yang
dapat menyebabkan kerusakan ginjal.Kadang-kadang gangguan ini
dipicu oleh infeksi virus pernapasan atau dengan menghirup pelarut
hidrokarbon. Dalam kasus tersebut, sistem kekebalan tubuh dapat
menyerang organ atau jaringan karena kesalahan mereka untuk virus
ini atau bahan kimia asing.Tanggapan rusak sistem kekebalan tubuh
menyebabkan perdarahan dalam kantung udara paru-paru dan peradangan
pada unit penyaringan ginjal.Pria delapan kali lebih mungkin akan
terpengaruh dibandingkan wanita . Penyakit ini paling sering
terjadi pada awal masa dewasa .
PatofisiologiMembran basal adalah jaringan di mana sel-sel
beristirahat. Di ginjal, basement membran garis unit penyaringan
yang disebut glomeruli. Di sini, memainkan peran penting dalam
mencegah filtrasi partikel besar seperti protein dan sel darah
merah ke dalam urin. Dalam paru-paru,garis membran basement kantung
udara.Dalam sindrom Goodpasture, antibodi terbentuk yang menyerang
jaringan kolagen pada membran basement di ginjal dan
paru-paru.Antibodi ini disebut antibodi anti-GBM. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh anti GBM antibodi pada lapisan membran basal
kantung udara di paru-paru dalam hasil perdarahan ke dalam alveoli
. Hal ini semakin dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan
kehilangan darah yang parah.Kerusakan yang mirip dengan membran
basal dalam glomeruli ginjal dari hasil hilangnya protein dan darah
dalam urin . Sel-sel darah putih membentuk bulan sabit berbentuk
struktur dalam glomeruli , yang mengarah ke suatu kondisi yang
disebut glomerulonephritis. Hal ini dapat diikuti oleh gagal ginjal
pada kasus yang berat.
3. PEMFIGUS VULGARISPemphigus vulgaris merupakan penyakit
autoimun yang sangat jarang terjadi namun memberikan dampak yang
sangat buruk kepada penderita sehingga dapat menyebabkan kematian
akibat infeksi yang menyeluruh atau sepsis pada pasien. Mekanisme
terjadinya lesi pada pemphigus vulgaris yang dikenali sebagai
akantolisis dikaitkan dengan penumpukan antibodi klas IgG dan juga
kerusakan desmosom akibat antibodi tubuh bertindak melawan
desmoglein 3 yaitu sel yang berfungsi untuk melekatkan antara satu
sel dengan sel lain. Epitel oral mengandung jumlah Dsg 3 yang
banyak sehingga gambaran klinis dari pemphigus vulgaris sering
dimulai dengan lesi di rongga mulut sehingga dokter gigi mungkin
merupakan penemu pertama. Perawatan bertujuan untuk mengontrol
penyakit dan mencegah infeksi dari lesi yang melepuh. Jika
dibiarkan tanpa diobati, pemphigus vulgaris dapat menyebabkan
kematian. Perawatan yang paling populer dan sering diberikan kepada
pasien pemphigus vulgaris adalah kortikosteroid. Penulisan ini
merupakan laporan kasus pemphigus vulgaris dimana diduga faktor
pemicunya adalah obat hipertensi dan stress. Penatalaksanaan untuk
kasus ini adalah dengan pemberian kortikosteroid. Respon
penyembuhan terlihat semasa perawatan kontrol dilakukan yaitu
seminggu setelah pemberian obat dan gejala hilang keseluruhan
setelah 2 minggu perawatan. Lesi awal yang sering muncul di rongga
mulut akibat taburan Dsg3 menyebabkan dokter gigi sering berperan
sebagai penemu pertama penyakit pemphigus vulgaris, maka dokter
gigi haruslah berkompetensi untuk menegakkan diagnosa dan merawat
penyakit ini. Perawatan yang paling sering digunakan adalah
kortikosteroid, sejenis obat yang sangat berguna dan berkesan namun
juga mempunyai efek samping yang sangat besar, maka dokter haruslah
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang pemphigus vulgaris
untuk menberi edukasi yang cukup dalam meminimumkan efek samping
dari perawatan serta hal-hal lain yang membantu pasien menghadapi
komplikasi dari penyakit ini sendiri.
HIPERSENSIFITAS TIPE III
1. Reaksi ArthusMaurice Arthus menemukan bahwa penyuntikan
larutan antigen secara intradermal pada kelinci yang telah dibuat
hiperimun dengan antibodi konsentrasi tinggi akan menghasilkan
reaksi eritema dan edema, yang mencapai puncak setelah 3-8 jam dan
kemudian menghilang. Lesi bercirikan adanya peningkatan infiltrasi
leukosit-leukosit PMN. Hal ini disebut fenomena Arthus yang
merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Reaksi Arthus di dinding
bronkus atau alveoli diduga dapat menimbulkan reaksi asma lambat
yang terjadi 7-8 jam setelah inhalasi antigen.Reaksi Arthus ini
biasanya memerlukan antibodi dan antigen dalam jumlah besar.
Antigen yang disuntikkan akan memebentuk kompleks yang tidak larut
dalam sirkulasi atau mengendap pada dinding pembuluh darah. Bila
agregat besar, komplemen mulai diaktifkan. C3a dan C5a yang
terbentuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah menjadi edema.
Komponen lain yang bereperan adalah fakor kemotaktik. Neutrofil dan
trombosit mulai menimbun di tempat reaksi dan menimbulkan stasisi
dan obstruksi total aliran darah. Neutrofil yang diaktifkan memakan
kompleks imun dan bersama dengan trombosit yang digumpalkan melepas
berbagai bahan seperti protease, kolagenase, dan bahan
vasoaktif.
2. Reaksi serum sicknessIstilah ini berasal dari pirquet dan
Schick yang menemukannya sebagai konsekuensi imunisasi pasif pada
pengobatan infeksi seperti difteri dan tetanus dengan antiserum
asal kuda. Penyuntikan serum asing dalam jumlah besar digunakan
untuk bermacam-macam tujuan pengobatan. Hal ini biasanya akan
menimbulkan keadaan yang dikenal sebagai penyakit serum kira-kira 8
hari setelah penyuntikan. Pada keadaan ini dapat dijumpai kenaikan
suhu, pembengkakan kelenjar-kelenjar limpa, ruam urtika yang
tersebar luas, sendi-sendi yang bengkak dan sakit yang dihubungkan
dengan konsentrasi komplemen serum rendah, dan mungkin juga ditemui
albuminaria sementara.
3. GlomerulonefritisGlomerulonefritis akut juga disebut dengan
glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah suatu
proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat
infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe
nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering mengenai
anak-anak.Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi
imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang
sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami
proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu
mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis
akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya
gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan
prognosis.Patofisiologi Sebenarnya bukan sterptokokus yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat suatu antibodi
yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur
membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks
antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus
tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran
basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi
dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim
lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus
(IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu
proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan
selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler
gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke
dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan
proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen
antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel
pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan
berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada
pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler
disertai invasi PMN. 4. lupus Lupus eritematosus sistemikmerupakan
prototipe dari penyakit autoimun sistemik dimana autoantibodi
dibentuk melawan sel tubuhnya sendiri.
Mekanisme primerLupus eritematosus sistemikE adalahautoimunitas,
suatu proses kompleks dimana sistem imun pasien menyerang selnya
sendiri. Pada SLE, sel-T menganggap sel tubuhnya sendiri sebagai
antigen asing dan berusaha mengeluarkannya dari tubuh. Diantara
kejadian tersebut terjadi stimulasi limfosit sel B untuk
menghasilkan antibodi, suatu molekul yang dibentuk untuk menyerang
antigen spesifik. Ketika antibodi tersebut menyerang sel tubuhnya
sendiri, maka disebutautoantibodi. Sel B menghasilkan sitokin.
Sitokin tertentu disebut interleukin, seperti IL 10 dan IL 6,
memegang peranan penting dalam SLE yaitu dengan mengatur sekresi
autoantibodi oleh sel B.Pada sebagian besar pasieLupus eritematosus
sistemikE, antinuklear antibodi (ANA) adalah antibodi spesifik yang
menyerang nukleus dan DNA sel yang sehat. Terdapat dua tipe ANA,
yaituanti-doule stranded DNA(anti-ds DNA) yang memegang peranan
penting pada proses autoimun dananti-Sm antibodiesyang hanya
spesifik untuk pasien SLE.3Dengan antigen yang spesifik, ANA
membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi sehingga
pengaturan sistem imun pada SLE terganggu yaitu berupa gangguan
klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemrosesan
kompleks imun dalam hati, dan penurunanuptakekompleks imun oleh
ginjal. Sehingga menyebabkan terbentuknya deposit kompleks imun di
luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks ini akan mengendap pada
berbagai macam organ dan menyebabkan terjadinya fiksasi komplemen
pada organ tersebut dan aktivasinya menghasilkan substansi yang
menyebabkan radang. Reaksi radang inilah yang menyebabkan keluhan
pada organ yang bersangkutan.Sekitar setengah dari pasien SLE
memiliki antibodi antifosfolipid. Antibodi ini menyerang
fosfolipid, suatu kumpulan lemak pada membran sel. Antifosfolipid
meningkatkan resiko menggumpalnya darah, dan mungkin berperan dalam
penyempitan pembuluh darah serta rendahnya jumlah hitung
darah.Antibodi tersebut termasuk lupus antikoagulan (LAC) dan
antibodi antikardiolipin (ACAs). Mungkin berupa golongan IgG, IgM,
IgA yang berdiri sendiri-sendiri ataupun kombinasi. Sekalipun dapat
ditemukan pada orang normal, namun mereka juga dihubungkan dengan
sindrom antibodi antifosfolipid, dengan gambaran berupa trombosis
arteri dan/atau vena berulang, trombositopenia, kehilangan
janin-terutama kelahiran mati, pada pertengahan kedua kehamilan.
Sindrom ini dapat terjadi sendirian atau bersamaan dengan Lupus
eritematosus sistemikE atau gangguan autoimun lainnya.
5. Rheumatoid Artritis Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit
autoimun yang merusak sinovium (bagian dari sendi) yang berfungsi
untuk memberikan nutrisi pelumas sendi supaya sendi mudah bergerak.
Umumnya menyerang sendi-sendi kecil, jari-jari tangan, kaki pada
kedua sisi dan simetris.MEKANISME
Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial,akan
diproses olehantigen presenting cells (APC) yang terdiri dari
berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau
makrofag yang semuanyamengekspresi determinan HLA-DR pada membran
selnya. Antigen yangtelah diproses akan dikenali dan diikat oleh
sel CD4 + bersama dengandeterminan HLA-DR yang terdapat pada
permukaan membran APC tersebutmembentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini denganbantuan interleukin-1
(IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofagselanjutnya akan
menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.Pada tahap selanjutnya
kompleks antigen trimolekular tersebut akanmengekspresi reseptor
interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yangdiekskresi oleh
sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik
padapermukaannya sendiri dan akan Menyebabkan terjadinya mitosis
danproliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan
berlangsung terusselama antigen tetap berada alam lingkunan
tersebut. Selain IL-2, CD4+yang telah teraktivasi juga mensekresi
berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,tumor necrosis
factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3),
interleukin-4(IL-4),granulocyte-macrophage colony stimulating
factor (GM-CSF) Sertabeberapa mediator lain yang bekerja merangsang
makrofag untukmeningkatkan aktivitanads fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi
antibodi. Produksi antibodi oleh sel B inidibantu oleh IL-1, IL-2,
dan IL-4.Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi
yangdihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi
secarabebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun
akanmengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan
komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5amerupakan faktor
kemotaktikyang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga
dapat menarik lebihbanyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke
arah lokasi tersebut.Pemeriksaan histopatologis membran sinovial
menunjukkan bahwa lesi yangpaling dini dijumpai pada AR adalah
peningkatan permeabilitas mikrovaskularmembran sinovial, infiltrasi
sel PMN dan pengendapan fibrin pada membransinovial.Fagositosis
kompleks imun oleh sel radang akan disertai olehpembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien,prostaglandin dan
protease neutral(collagenase dan stromelysin) yang akanmenyebabkan
erosi rawan sendi dan tulang.8,10Radikal oksigen bebas
dapatmenyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkanterjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain
itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan
rawan sendi.Prostaglandin E 2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang
kuat dandapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik
dengan bantuan IL-1 dan TNF-b.Rantai peristiwa imunologis ini
sebenarnya akan terhenti bilaantigen penyebab dapat dihilangkan
dari lingkungan tersebut. Akan tetapipada AR, antigen atau komponen
antigen umumnya akan menetap padastruktur persendian, sehingga
proses destruksi sendi akan berlangsung terus.Tidak terhentinya
destruksi persendian pada AR kemungkinan jugadisebabkan oleh
terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah
suatuautoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada
70-90 %pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen
ataumengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan
berlanjutterus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan
terjadinyadegranulasimast cell yang menyebabkan terjadinya
pembebasan histamindan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi
jalur asam arakidonat.Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial
akibatpengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus
yangmerupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis AR.
Pannusmerupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas
yangberproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang.
Secarahistopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan
jaringan kolagen dan proteoglikan
HIPERSENSIFITAS TIPE IV
. TUBERKULOSIS
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan
olehMycobacterium tuberculosisyang menyebar dari satu orang ke
orang lain melalui udara. Selain mempengaruhi paru (80%), TB juga
dapat mempengaruhi organ lain seperti otak, ginjal atau spinal
(tuberkulosis ekstrapulmonar: 20%).1,2Dua pertiga dari populasi
dunia mengalami infeksi TB.Akan tetapi, secara umum, hanya 5-10%
orang yang terinfeksi akan mengalami penyakit TB aktif. Setengah
dari orang tersebut dapat mengalami TB aktif pada dua tahun petama
sejak infeksi. Jika imunitas rendah, resikonya akan meningkat.
Patogenesis Tuberkulosis Secara UmumPatogenesis tuberkulosis
pada individu imunokompeten yang belum pernah terpajan berpusat
pada pembentukan imunitas selular yang menimbulkan resistensi
terhadap organisme dan menyebabkan terjadinya hipersensitifitas
jaringan terhadap antigen tuberkulosis. Hipersensitifitas jaringan
yang destruktif memunculkan gambaran patologik berupa granuloma
perkijuan dan kavitasi.Perjalanan kuman TBC dalam tubuh adalah
sebagai berikut.7Strain virulen mikobakteri masuk ke dalam endosom
makrofag diperantarai reseptor manosa makrofag yang mengenali
glikolipid berselubung manosa di dinding sel tuberkular. Setelah
itu, organisme dapat menghambat respon mikrobisida normal dengan
memanipulasi pH endosom dan menghentikan pematangan endosom. Dengan
terganggunya pembentukan fagolisosom efektif, mikobakteri dapat
berproliferasi tanpa gangguan. Polimorfisme pada gen NRAMP1
(natural resistance-associated machrophage protein-1)dibuktikan
berkaitan dengan peningkatan insiden tuberkulosis. Dipostulasikan
bahwa variasi genotipe NRAMP1 tersebut menurunkan fungsi
mikrobisida.Berdasarkan proses di atas, fase dini TB primer (