Top Banner
HIPERSENSIFITAS TIPE I 1. ANFILAKSIS Alergi pada dasarnya merupakan reaksi hipersensitivitas dari sistem kekeba terhadap makanan tertentu, iritasi lingkungan, obat-obatan, atau zat-zat lain ya sebagai ancaman.Ketika zat penyebab alergi memasuki tubuh, sistem kekebalan tubu mengaktifkan sel-sel khusus yang disebut sel mast. Sel mast adalah sel-sel yang terletak di bawah jaringan ikat yang terletak bawah kulit.Substansi alergi selanjutnya menempel pada antibodi imunoglobulin yang hadir pada sel mast.Sel-sel mast melepaskan bahan kimia yang disebut histam menyerang zat alergi.$elepasan histamin meningkatkan permeabilitas struktur vask sehingga cairan dari pembuluh darah akan mulai mengalir keluar.%espon inflamasi disebabkan karena sekresi histamin juga akan menimbulkan berbagai gejala tidak menguntungkan.Ketika seluruh tubuh dipengaruhi oleh reaksi alergi, situasi yang jiwa dapat terjadi. Kondisi ini secara medis disebut sebagai anafilaksis !anaph Anafilaksis bisa menjadi fatal jika penderita tidak menerima perawatan medis tep Penyebab Anafilaksis 'at yang menjadi penyebab paling umum anafilaksis adalah makanan seperti kaca tanah, biji wijen, kerang, susu, dan telur. $enisilin dan obat tertentu dan sengatan serangga seperti lebah, tawon, serta se penyebab lain yang bertanggung jawab untuk syok anafilaksis. Selain ini, anafilaksis juga bisa disebabkan oleh lateks alam !karet#, relaksan fisik. Gejala Anafilaksis $enyebab anafilaksis dibagi menjadi dua jenis( "g mediated dan non "g me "g mediated menyebabkan sensitivitas anafilaksis pada paparan pertama dan kemud menginduksi reaksi parah pada eksposur kedua. $enyebab "g mediated termasuk obat !$enisilin, Sefalosporin, Anestesia, dll#, s serangga, makanan !kacang, kerang, kedelai, gandum, telur, dll#, dan vaksin berb produk karet, protein hewani, dll. $enyebab non "g mediated disebut sebagai anaphylactoid !)seperti anafilak $aparan pertama terhadap penyebab alergi dapat langsung mengakibatkan reaksi par karena anafilaksis jenis ini tidak memerlukan sensitisasi sistem kekebalan tubuh $enyebab mungkin termasuk obat !anti-inflamasi non-steroid, relaksan otot, gamma dll#, pewarna sinar-+, pengawet, latihan fisik, dan beberapa penyebab yang tidak ejala-gejala anafilaksis dapat diamati dalam beberapa detik, menit, atau bahkan Semakin cepat gejala yang diamati, semakin sensitif dan berat konsekuensinya. erikut ini adalah beberapa gejala paling umum anafilaksis ( 1. Kemerahan pada kulit. Kulit juga mungkin terasa hangat dan lunak saat disentu 2. atal yang terjadi pada pangkal paha atau ketiak atau di seluruh tubuh. 3. Kegelisahan dan kehilangan kesadaran. 4. engkak di lidah yang mengakibatkan suara serak, kesulitan menelan, dan berna 5. $embengkakan pada saluran napas dan tenggorokan, yang menyebabkan kesulitan bernapas parah dan bahkan dapat menghentikan pernapasan.
15

TUGAS KEL.8 SP

Nov 04, 2015

Download

Documents

FiqriM.Hijrah

sp
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

HIPERSENSIFITAS TIPE I

1. ANFILAKSIS

Alergi pada dasarnya merupakan reaksi hipersensitivitas dari sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu, iritasi lingkungan, obat-obatan, atau zat-zat lain yang dianggap sebagai ancaman.Ketika zat penyebab alergi memasuki tubuh, sistem kekebalan tubuh mengaktifkan sel-sel khusus yang disebut sel mast.Sel mast adalah sel-sel yang terletak di bawah jaringan ikat yang terletak tepat di bawah kulit.Substansi alergi selanjutnya menempel pada antibodi imunoglobulin E (IgE) yang hadir pada sel mast.Sel-sel mast melepaskan bahan kimia yang disebut histamin untuk menyerang zat alergi.Pelepasan histamin meningkatkan permeabilitas struktur vaskuler sehingga cairan dari pembuluh darah akan mulai mengalir keluar.Respon inflamasi yang disebabkan karena sekresi histamin juga akan menimbulkan berbagai gejala tidak menguntungkan.Ketika seluruh tubuh dipengaruhi oleh reaksi alergi, situasi yang mengancam jiwa dapat terjadi. Kondisi ini secara medis disebut sebagai anafilaksis (anaphylaxis). Anafilaksis bisa menjadi fatal jika penderita tidak menerima perawatan medis tepat waktu.

Penyebab Anafilaksis

Zat yang menjadi penyebab paling umum anafilaksis adalah makanan seperti kacang tanah, biji wijen, kerang, susu, dan telur.Penisilin dan obat tertentu dan sengatan serangga seperti lebah, tawon, serta semut api adalah penyebab lain yang bertanggung jawab untuk syok anafilaksis.Selain ini, anafilaksis juga bisa disebabkan oleh lateks alam (karet), relaksan otot, dan latihan fisik.

Gejala Anafilaksis

Penyebab anafilaksis dibagi menjadi dua jenis: IgE mediated dan non IgE mediated.IgE mediated menyebabkan sensitivitas anafilaksis pada paparan pertama dan kemudian menginduksi reaksi parah pada eksposur kedua.Penyebab IgE mediated termasuk obat (Penisilin, Sefalosporin, Anestesia, dll), sengatan serangga, makanan (kacang, kerang, kedelai, gandum, telur, dll), dan vaksin berbasis gelatin, produk karet, protein hewani, dll.Penyebab non IgE mediated disebut sebagai anaphylactoid (seperti anafilaksis).Paparan pertama terhadap penyebab alergi dapat langsung mengakibatkan reaksi parah karena anafilaksis jenis ini tidak memerlukan sensitisasi sistem kekebalan tubuh.Penyebab mungkin termasuk obat (anti-inflamasi non-steroid, relaksan otot, gamma globulin, dll), pewarna sinar-X, pengawet, latihan fisik, dan beberapa penyebab yang tidak diketahui.Gejala-gejala anafilaksis dapat diamati dalam beberapa detik, menit, atau bahkan jam.Semakin cepat gejala yang diamati, semakin sensitif dan berat konsekuensinya.

Berikut ini adalah beberapa gejala paling umum anafilaksis :1.Kemerahan pada kulit. Kulit juga mungkin terasa hangat dan lunak saat disentuh.2.Gatal yang terjadi pada pangkal paha atau ketiak atau di seluruh tubuh.3.Kegelisahan dan kehilangan kesadaran.4.Bengkak di lidah yang mengakibatkan suara serak, kesulitan menelan, dan bernapas.5.Pembengkakan pada saluran napas dan tenggorokan, yang menyebabkan kesulitan bernapas parah dan bahkan dapat menghentikan pernapasan.6.Hidung berair, bersin, dan mengi terutama pada orang dengan asma.7.Muntah, diare, kram perut, dan mual.8.Tekanan darah rendah dan denyut nadi tidak teratur.9.Dalam kondisi sangat parah jantung mungkin akan berhenti berfungsi.10.Pusing dan muntah.

2. URTIKARIA

Urtikaria, juga dikenal sebagai hives (biduran), adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan benjolan atau bekas yang meradang, gatal dan kadang-kadang nyeri, yang dapat muncul dimanapun. Daerah peradangan bervariasi, dengan benjolan yang meradang kadang-kadang menyatu untuk membentuk suatu bekas yang sebesar piring. Kondisi ini terbagi dalam 2 tipe: akut dan kronis. Kasus yang akut bertahan selama kurang dari 6 minggu (biasnya hilang dalam 1-4 hari) sementara kasus yang kronis bertahan lebih dari 6 minggu; kasus yang akut juga cenderung disebabkan oleh alergi terhadap bahan-bahan seperti makanan sementara kasus yang kronis cenderung tidak memiliki penyebab yang dapat dikenali. Kondisi ini dapat diatasi dengan pemakaian obat-obatan untuk menghindari pemicunya. Biasanya urtikaria tidak mengancam keselamatan jiwa tetapi dapat berkaitan dengan anafilatik, yang merupakan suatu keadaan gawat darurat. Umumnya, orang yang mengalami kesulitan untuk bernafas atau menelan harus pergi ke instalasi gawat darurat terdekat untuk mendapatkan perawatan. Penyebab UrtikariaMunculnya bilur pada kulit ini dipicu oleh tingginya kadar histamin yang dilepaskan ke kulit. Histamin menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks dan melebar sehingga aliran darah pun meningkat. Dengan banyaknya darah yang mengalir di bawah permukaan kulit, kulit pun terlihat memerah. Kelebihan cairan ini jugalah yang menyebabkan pembengkakan pada kulit dan rasa gatal-gatal.Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya biduran: Makanan penyebab urtikariayang paling umum adalah kacang, cokelat, makanan laut, telur, gandum, dan susu. Hampir semua obat-obatan bisa menyebabkan urtikaria, misalnya antibiotik, aspirin, obat anti-hipertensi danibuprofen. Zat aditif atau bahan tambahan dalam makanan seperti pemanis, pengawet, penguat rasa, pewarna, pengental, dan lain-lain. Gigitan serangga Faktor lingkungan seperti pajanan terhadap kondisi atau cuaca panas maupun dingin, pajanan terhadap air tertentu, atau bahkan sinar matahari. Stres.

3. ASMA BRONKIAL

Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan: Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara mengi (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas) Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket Perasaan menjadi gelisah dan cemas

Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.

Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana: Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut Produksi kelenjar lendir yang berlebihan Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadisesak napas, batukkeras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluardahakyang kental bersama batuk, terdengarsuara napasyang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.

4. DERMATITIS ATOPIK

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Kelainan biasanya bersifat familial, dengan riwayat atopi pada diri sendiri ataupun keluarganya. Atopi ialah kelainan dengan dasar genetik yang ditandai oleh kecenderungan individu untuk membentuk antibodi berupa imunoglobulin E (IgE) spesifik bila berhadapan dengan alergen yang umum dijumpai. Istilah atopi berasal dari kata atopos (out of place). Sedangkan Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan (substansi) yang menempel pada kulit. Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Kata atopic berhubungan dengan tiga group gangguan alergi yaitu asthma, alergi renitis (influensa), dan dermatitis atopic

HIPERSENSIFITAS TIPE II

1. ANEMIA HEMOLITIK Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB) berada di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari pada kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya sel darah merah) ringan/sedang dan sumsum tulang masih bisa mengompensasinya, anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah yang disebut anemia hemolitik.Anemia hemolitik sangat berkaitan erat dengan umur eritrosit. Pada kondisi normal eritrosit akan tetap hidup dan berfungsi baik selama 120 hari, sedang pada penderita anemia hemolitik umur eritrosit hanya beberapa hari saja

Patofisiologi lisis/pecahnya eritrosit

Mekanisme pemecahan eritrosit ektravaskularterjadi dalam sel makrofag dan sistem retikuloendotelial terutama di organ hati, limpa/pankreas dan sumsum tulang. Pemecahan eritrosit terjadi di dalam sel organ-organ tersebut karena organ-organ tersebut mengandung enzim heme oxygenase yang berfungsi sebagai enzim pemecah.Eritrosit yang lisis akibat kerusakan membran, gangguan pembentukan hemoglobin dan gangguan metabolisme ini, akan dipecah menjadi globin dan heme. Globin akan disimpan sebagai cadangan, sedang heme akan dipecah lagi menjadi besi dan protoforfirin. Besi disimpan sebagai cadangan. Protoforpirin akan terurai menjadi gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan dengan albumin akan membentuk bilirubin indirect (bilirubin I). Bilirubin indirect yang terkonjugasi di organ hati menjadi bilirubin direct (bilirubin II). Bilirubin direct diekresikan (disalurkan) ke empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen (mempengaruhi warna feses) dan urobilinogen (mempengaruhi warna urin/air seni).Mekanisme pemecahan eritrosit intravaskularterjadi dalam sirkulasi darah. Eritrosit yang lisis melepaskan HB bebas ke dalam plasma. Haptoglobin dan hemopektin mengikat HB bebas tersebut ke sistem retikuloendotelial untuk dibersihkan.Dalam kondisi hemolisis berat, jumlah haptoglobin dan hemopektin mengalami penurunan, akibatnya Hemoglobin bebas beredar dalam darah (hemoglobinemia). Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan ke dalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak terakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah itulah yang menyebabkan hemoglobinemia.Hemoglobin juga dapat melewati glomelurus ginjal sehingga terjadi hemoglobinuria. Hemoglobin yang terdapat di tubulus ginjal akan diserap oleh sel-sel epitel, sedang kandungan besi yang terdapat di dalamnya akan disimpan dalam bentuk hemosiderin. Jika epitel ini mengalami deskuamasi akan terjadi hemosiderinuria (hemosiderin hanyut bersama air seni). Hemosiderinuria merupakan tanda hemolisis intravaskular kronis.Berkurangnya jumlah eritrosit diperifer juga memicu ginjal mengeluarkan eritropoetin untuk merangsang eritropoesis di sumsum tulang. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan retikulosit (sel eritrosit muda di paksa matang) sehingga mengakibatkan polikromasia.

2. SINDROM GOOD

Sindrom goodpasture adalah sindroma renal pulmonal yang ditandai dengan hemoptisis dan rapidly progressive glumerulonephritis (RPGN). Sindrom goodpasture adalah gabungan antara perdarahan alveoli paru dengan glumerulonephritis. Sindrom goodpasture adalah suatu bentuk glomerulonephritis (peradangan glomerulus ginjal ) yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progesif, disertai batuk darah.

EtiologiPenyebab sindrom Goodpasture tidak sepenuhnya dipahami. Orang yang merokok atau menggunakan pewarna rambut tampak pada peningkatan risiko untuk kondisi ini. Paparan asap hidrokarbon, debu logam, dan obat-obatan tertentu, seperti kokain, juga dapat meningkatkan risiko seseorang. Genetika juga mungkin memainkan peran, sebagai sejumlah kecil kasus telah dilaporkan di lebih dari satu anggota keluarga.Sindrom Goodpasture adalah gangguan autoimun . Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Orang dengan sindrom ini mengembangkan zat yang menyerang protein yang disebut kolagen dalam kantung udara kecil di paru-paru dan unit penyaringan (glomeruli) dari ginjal.Zat-zat ini disebut anti glomerular basement membran antibodi. Membran basal glomerulus adalah bagian dari ginjal yang membantu limbah filter dan cairan ekstra dari darah . Anti- glomerular basement membran antibodi adalah antibodi terhadap membran ini . Mereka dapat merusak membran basal, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.Kadang-kadang gangguan ini dipicu oleh infeksi virus pernapasan atau dengan menghirup pelarut hidrokarbon. Dalam kasus tersebut, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang organ atau jaringan karena kesalahan mereka untuk virus ini atau bahan kimia asing.Tanggapan rusak sistem kekebalan tubuh menyebabkan perdarahan dalam kantung udara paru-paru dan peradangan pada unit penyaringan ginjal.Pria delapan kali lebih mungkin akan terpengaruh dibandingkan wanita . Penyakit ini paling sering terjadi pada awal masa dewasa .

PatofisiologiMembran basal adalah jaringan di mana sel-sel beristirahat. Di ginjal, basement membran garis unit penyaringan yang disebut glomeruli. Di sini, memainkan peran penting dalam mencegah filtrasi partikel besar seperti protein dan sel darah merah ke dalam urin. Dalam paru-paru,garis membran basement kantung udara.Dalam sindrom Goodpasture, antibodi terbentuk yang menyerang jaringan kolagen pada membran basement di ginjal dan paru-paru.Antibodi ini disebut antibodi anti-GBM. Kerusakan yang ditimbulkan oleh anti GBM antibodi pada lapisan membran basal kantung udara di paru-paru dalam hasil perdarahan ke dalam alveoli . Hal ini semakin dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kehilangan darah yang parah.Kerusakan yang mirip dengan membran basal dalam glomeruli ginjal dari hasil hilangnya protein dan darah dalam urin . Sel-sel darah putih membentuk bulan sabit berbentuk struktur dalam glomeruli , yang mengarah ke suatu kondisi yang disebut glomerulonephritis. Hal ini dapat diikuti oleh gagal ginjal pada kasus yang berat.

3. PEMFIGUS VULGARISPemphigus vulgaris merupakan penyakit autoimun yang sangat jarang terjadi namun memberikan dampak yang sangat buruk kepada penderita sehingga dapat menyebabkan kematian akibat infeksi yang menyeluruh atau sepsis pada pasien. Mekanisme terjadinya lesi pada pemphigus vulgaris yang dikenali sebagai akantolisis dikaitkan dengan penumpukan antibodi klas IgG dan juga kerusakan desmosom akibat antibodi tubuh bertindak melawan desmoglein 3 yaitu sel yang berfungsi untuk melekatkan antara satu sel dengan sel lain. Epitel oral mengandung jumlah Dsg 3 yang banyak sehingga gambaran klinis dari pemphigus vulgaris sering dimulai dengan lesi di rongga mulut sehingga dokter gigi mungkin merupakan penemu pertama. Perawatan bertujuan untuk mengontrol penyakit dan mencegah infeksi dari lesi yang melepuh. Jika dibiarkan tanpa diobati, pemphigus vulgaris dapat menyebabkan kematian. Perawatan yang paling populer dan sering diberikan kepada pasien pemphigus vulgaris adalah kortikosteroid. Penulisan ini merupakan laporan kasus pemphigus vulgaris dimana diduga faktor pemicunya adalah obat hipertensi dan stress. Penatalaksanaan untuk kasus ini adalah dengan pemberian kortikosteroid. Respon penyembuhan terlihat semasa perawatan kontrol dilakukan yaitu seminggu setelah pemberian obat dan gejala hilang keseluruhan setelah 2 minggu perawatan. Lesi awal yang sering muncul di rongga mulut akibat taburan Dsg3 menyebabkan dokter gigi sering berperan sebagai penemu pertama penyakit pemphigus vulgaris, maka dokter gigi haruslah berkompetensi untuk menegakkan diagnosa dan merawat penyakit ini. Perawatan yang paling sering digunakan adalah kortikosteroid, sejenis obat yang sangat berguna dan berkesan namun juga mempunyai efek samping yang sangat besar, maka dokter haruslah mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang pemphigus vulgaris untuk menberi edukasi yang cukup dalam meminimumkan efek samping dari perawatan serta hal-hal lain yang membantu pasien menghadapi komplikasi dari penyakit ini sendiri.

HIPERSENSIFITAS TIPE III

1. Reaksi ArthusMaurice Arthus menemukan bahwa penyuntikan larutan antigen secara intradermal pada kelinci yang telah dibuat hiperimun dengan antibodi konsentrasi tinggi akan menghasilkan reaksi eritema dan edema, yang mencapai puncak setelah 3-8 jam dan kemudian menghilang. Lesi bercirikan adanya peningkatan infiltrasi leukosit-leukosit PMN. Hal ini disebut fenomena Arthus yang merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Reaksi Arthus di dinding bronkus atau alveoli diduga dapat menimbulkan reaksi asma lambat yang terjadi 7-8 jam setelah inhalasi antigen.Reaksi Arthus ini biasanya memerlukan antibodi dan antigen dalam jumlah besar. Antigen yang disuntikkan akan memebentuk kompleks yang tidak larut dalam sirkulasi atau mengendap pada dinding pembuluh darah. Bila agregat besar, komplemen mulai diaktifkan. C3a dan C5a yang terbentuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah menjadi edema. Komponen lain yang bereperan adalah fakor kemotaktik. Neutrofil dan trombosit mulai menimbun di tempat reaksi dan menimbulkan stasisi dan obstruksi total aliran darah. Neutrofil yang diaktifkan memakan kompleks imun dan bersama dengan trombosit yang digumpalkan melepas berbagai bahan seperti protease, kolagenase, dan bahan vasoaktif.

2. Reaksi serum sicknessIstilah ini berasal dari pirquet dan Schick yang menemukannya sebagai konsekuensi imunisasi pasif pada pengobatan infeksi seperti difteri dan tetanus dengan antiserum asal kuda. Penyuntikan serum asing dalam jumlah besar digunakan untuk bermacam-macam tujuan pengobatan. Hal ini biasanya akan menimbulkan keadaan yang dikenal sebagai penyakit serum kira-kira 8 hari setelah penyuntikan. Pada keadaan ini dapat dijumpai kenaikan suhu, pembengkakan kelenjar-kelenjar limpa, ruam urtika yang tersebar luas, sendi-sendi yang bengkak dan sakit yang dihubungkan dengan konsentrasi komplemen serum rendah, dan mungkin juga ditemui albuminaria sementara.

3. GlomerulonefritisGlomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus (GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering mengenai anak-anak.Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.Patofisiologi Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal. Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN. 4. lupus Lupus eritematosus sistemikmerupakan prototipe dari penyakit autoimun sistemik dimana autoantibodi dibentuk melawan sel tubuhnya sendiri.

Mekanisme primerLupus eritematosus sistemikE adalahautoimunitas, suatu proses kompleks dimana sistem imun pasien menyerang selnya sendiri. Pada SLE, sel-T menganggap sel tubuhnya sendiri sebagai antigen asing dan berusaha mengeluarkannya dari tubuh. Diantara kejadian tersebut terjadi stimulasi limfosit sel B untuk menghasilkan antibodi, suatu molekul yang dibentuk untuk menyerang antigen spesifik. Ketika antibodi tersebut menyerang sel tubuhnya sendiri, maka disebutautoantibodi. Sel B menghasilkan sitokin. Sitokin tertentu disebut interleukin, seperti IL 10 dan IL 6, memegang peranan penting dalam SLE yaitu dengan mengatur sekresi autoantibodi oleh sel B.Pada sebagian besar pasieLupus eritematosus sistemikE, antinuklear antibodi (ANA) adalah antibodi spesifik yang menyerang nukleus dan DNA sel yang sehat. Terdapat dua tipe ANA, yaituanti-doule stranded DNA(anti-ds DNA) yang memegang peranan penting pada proses autoimun dananti-Sm antibodiesyang hanya spesifik untuk pasien SLE.3Dengan antigen yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi sehingga pengaturan sistem imun pada SLE terganggu yaitu berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunanuptakekompleks imun oleh ginjal. Sehingga menyebabkan terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks ini akan mengendap pada berbagai macam organ dan menyebabkan terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut dan aktivasinya menghasilkan substansi yang menyebabkan radang. Reaksi radang inilah yang menyebabkan keluhan pada organ yang bersangkutan.Sekitar setengah dari pasien SLE memiliki antibodi antifosfolipid. Antibodi ini menyerang fosfolipid, suatu kumpulan lemak pada membran sel. Antifosfolipid meningkatkan resiko menggumpalnya darah, dan mungkin berperan dalam penyempitan pembuluh darah serta rendahnya jumlah hitung darah.Antibodi tersebut termasuk lupus antikoagulan (LAC) dan antibodi antikardiolipin (ACAs). Mungkin berupa golongan IgG, IgM, IgA yang berdiri sendiri-sendiri ataupun kombinasi. Sekalipun dapat ditemukan pada orang normal, namun mereka juga dihubungkan dengan sindrom antibodi antifosfolipid, dengan gambaran berupa trombosis arteri dan/atau vena berulang, trombositopenia, kehilangan janin-terutama kelahiran mati, pada pertengahan kedua kehamilan. Sindrom ini dapat terjadi sendirian atau bersamaan dengan Lupus eritematosus sistemikE atau gangguan autoimun lainnya.

5. Rheumatoid Artritis Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang merusak sinovium (bagian dari sendi) yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pelumas sendi supaya sendi mudah bergerak. Umumnya menyerang sendi-sendi kecil, jari-jari tangan, kaki pada kedua sisi dan simetris.MEKANISME

Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial,akan diproses olehantigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanyamengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yangtelah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4 + bersama dengandeterminan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebutmembentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini denganbantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofagselanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akanmengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yangdiekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik padapermukaannya sendiri dan akan Menyebabkan terjadinya mitosis danproliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terusselama antigen tetap berada alam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,tumor necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4(IL-4),granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) Sertabeberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untukmeningkatkan aktivitanads fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B inidibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yangdihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secarabebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akanmengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5amerupakan faktor kemotaktikyang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebihbanyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut.Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yangpaling dini dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskularmembran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membransinovial.Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai olehpembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien,prostaglandin dan protease neutral(collagenase dan stromelysin) yang akanmenyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.8,10Radikal oksigen bebas dapatmenyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkanterjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.Prostaglandin E 2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dandapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-b.Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bilaantigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapipada AR, antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap padastruktur persendian, sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus.Tidak terhentinya destruksi persendian pada AR kemungkinan jugadisebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatuautoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 %pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen ataumengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjutterus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinyadegranulasimast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamindan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibatpengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yangmerupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannusmerupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yangberproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secarahistopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan

HIPERSENSIFITAS TIPE IV

. TUBERKULOSIS

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosisyang menyebar dari satu orang ke orang lain melalui udara. Selain mempengaruhi paru (80%), TB juga dapat mempengaruhi organ lain seperti otak, ginjal atau spinal (tuberkulosis ekstrapulmonar: 20%).1,2Dua pertiga dari populasi dunia mengalami infeksi TB.Akan tetapi, secara umum, hanya 5-10% orang yang terinfeksi akan mengalami penyakit TB aktif. Setengah dari orang tersebut dapat mengalami TB aktif pada dua tahun petama sejak infeksi. Jika imunitas rendah, resikonya akan meningkat.

Patogenesis Tuberkulosis Secara UmumPatogenesis tuberkulosis pada individu imunokompeten yang belum pernah terpajan berpusat pada pembentukan imunitas selular yang menimbulkan resistensi terhadap organisme dan menyebabkan terjadinya hipersensitifitas jaringan terhadap antigen tuberkulosis. Hipersensitifitas jaringan yang destruktif memunculkan gambaran patologik berupa granuloma perkijuan dan kavitasi.Perjalanan kuman TBC dalam tubuh adalah sebagai berikut.7Strain virulen mikobakteri masuk ke dalam endosom makrofag diperantarai reseptor manosa makrofag yang mengenali glikolipid berselubung manosa di dinding sel tuberkular. Setelah itu, organisme dapat menghambat respon mikrobisida normal dengan memanipulasi pH endosom dan menghentikan pematangan endosom. Dengan terganggunya pembentukan fagolisosom efektif, mikobakteri dapat berproliferasi tanpa gangguan. Polimorfisme pada gen NRAMP1 (natural resistance-associated machrophage protein-1)dibuktikan berkaitan dengan peningkatan insiden tuberkulosis. Dipostulasikan bahwa variasi genotipe NRAMP1 tersebut menurunkan fungsi mikrobisida.Berdasarkan proses di atas, fase dini TB primer (