Top Banner
A. SKENARIO B. KATA KUNCI Gigi depan RA terasa memanjang Wanita 60 tahun Gusi kadang berdarah Edentulous gigi 16, 25, 26 Gigi ngilu apabila disikat Gigi depan RA merenggang Gigi memanjang dan merenggang dapat dicegah. C. PERTANYAAN PENTING 1. Jelaskan factor-faktor penyebab terjadinya kasus pada scenario! 2. Jelaskan kemungkinan penyakit sistemik yang diderita pasien pada scenario! 3. Jelaskan proses mendiagnosis dan apa diagnosisnya! 4. Jelaskan prognosis kasus dalam scenario! 5. Jelaskan patomekanisme terjadinya gigi memanjang! 6. Jelaskan factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan pada lansia! 7. Jelaskan perawatan yang tepat pada kasus! Seorang wanita, 60 tahun dating ke RSGMP dengan keluhan gigi depan rahang atas terasa memanjang dan renggang. Gusi kadang berdarah dan gigi agak ngilu apabila disikat. Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat edentulous gigi 16, 25, 26. Kondisi ini banyak ditemukan pada kelompok lansia yang sebenarnya dapat dicegah.
32

tugas individu

Aug 06, 2015

Download

Documents

Stefani Wijaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tugas individu

A. SKENARIO

B. KATA KUNCI

Gigi depan RA terasa memanjang

Wanita 60 tahun

Gusi kadang berdarah

Edentulous gigi 16, 25, 26

Gigi ngilu apabila disikat

Gigi depan RA merenggang

Gigi memanjang dan merenggang dapat dicegah.

C. PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan factor-faktor penyebab terjadinya kasus pada scenario!

2. Jelaskan kemungkinan penyakit sistemik yang diderita pasien pada scenario!

3. Jelaskan proses mendiagnosis dan apa diagnosisnya!

4. Jelaskan prognosis kasus dalam scenario!

5. Jelaskan patomekanisme terjadinya gigi memanjang!

6. Jelaskan factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan pada

lansia!

7. Jelaskan perawatan yang tepat pada kasus!

8. Jelaskan proses penyembuhan jaringan lunak pasca perawatan pada lansia!

9. Jelaskan dampak yang timbul jika kasus tidak ditangani!

10. Bagaiman prevalensi terjadinya kasus gigi memanjang khususnya di Indonesia!

11. Jelaskan pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada lansia dan apa yang

menyebabkan pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum

maksimal!

12. Jelaskan upaya-upaya pemerintah dan masyarakat untuk lebih memaksimalkan

pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia!

Seorang wanita, 60 tahun dating ke RSGMP dengan keluhan gigi depan rahang

atas terasa memanjang dan renggang. Gusi kadang berdarah dan gigi agak

ngilu apabila disikat. Setelah dilakukan pemeriksaan terdapat edentulous gigi

16, 25, 26. Kondisi ini banyak ditemukan pada kelompok lansia yang

sebenarnya dapat dicegah.

Page 2: tugas individu

D. JAWABAN PERTANYAAN

1. Faktor penyebab gigi memanjang, yaitu :

a. Oral hygiene yang buruk akibat kebiasaan malas menyikat gigi sehingga gingival

mudah terinflamasi oleh bakteri plak.

b. Adanya resesi gingival (terlihatnya permukaan akar gigi karena pergeseran posisi

gingival ke apical) yang disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :

Terjadi secara fisiologis seiring bertambahnya usia seseorang.

Bakteri plak

O’Leary dkk menemukan adanya hubungan langsung antara peningkatan

indeks plak dan resesi gingiva karena bergeraknya margin gingiva ke apikal

akibat adanya peradanan jaringa periodonsium

Faktor iatrogenik

Kesehatan jaringan gingival juga berkaitan dengan desain dan penempatan

bahan restorasi atau alat ortodontik yang tidak tepat. Tekanan dari restorasi

yang tidak baik akan menyebabkan trauma pada gigi sehingga dapat terjadi

resesi gingival. Selain itu, restorasi dental yang overhanging berkontribusi

sebagai retensi plak sehingga mudah terjadi peradangan.

Trauma akibat penyikatan gigi

Menyikat gigi penting untuk kesehatan gigi dan gingival, teknik menyikat gigi

yang salah atau bulu sikat yang keras akan menyebabkan luka yang signifikan

pada gingival. Pada pasien dengan gingival yang sehat, kebersihan mulut yang

baik, dapat juga terjadi resesi gingival akibat trauma pada waktu menyikat

gigi.

Malposisi gigi

Pada gigi yang rotasi, miring, atau bergeser lebih ke arah fasial, lapisan

tulangnya menjadi lebih tipis atau tinggi tulang berkurang, sehingga jaringan

gingivanya tipis. Resesi disebabkan dari trauma yang berulang dari margin

gingival yang tipis tersebut.

Anatomi yang tidak baik

Anatomi yang dimaksud adalah insersi frenulum yang tinggi atau bukal fold

yang rendah sehingga menghasilakn tegangan pada margin gingival.

Perlekatan otot seharusnya terletak tepat pada margin dimana gingival

Page 3: tugas individu

bertemu dengan gigi atau pada perlekatan otot sangat besar yang terdapat pada

akar gigi yang menonjol, maka berpotensi pada resesi gingival.

Pergerakan gigi ortodontik

Berdasarkan observasi klinis, beberapa pasien mengalami resesi gingival

akibat hilangnya perlekatan karena pergerakan gigi insisivus ke depan dan

pergerakan gigi posterior ke lateral. Resesi yang terjadi selama terapi

ortodontik mengenai daerah yang memiliki zona gingival cekat yang kurang.

c. Adanya perubahan fisiologis dan morfologis akibat proses penuaan, seperti

berkurangnya ketebalan epitel mukosa, perlekatan epitel dengan sementum

semakin ke apikal, dan elastisitas jaringan berkurang sehingga menyebabkan

berkurangnya perlindungan terhadap gigi.

d. Adanya penurunan sekresi saliva oleh karena beberapa hal yaitu :

Telah terjadi menopause pada pasien lansia khususnya wanita sehingga

produksi hormone estrogen menjadi terhenti dan berakibat pada berkurangnya

proses metabolisme tubuh termasuk sekresi saliva.

Mengkonsumsi obat-obatan seperti antideppresan, antihipertensi, diuretic yang

dapat memberikan efek samping berupa xerostomia.

e. Menderita penyakit sistemik seperti, diabetes mellitus yang dapat memicu

terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam cairan gingival dan darah yang dapat

mengubah lingkungan mikroflora, dan menginduksi perubahan bakteri secara

kualitatif, sehinga apabila berinteraksi dengan karbohidrat akan segera

menurunkan pH saliva dan akibatnya dapat terjadi infeksi pada jaringan

periodontal dan mengakibatkan gigi terasa memanjang.

f. Berkurangnya sintesa antibodi dan pembentukan auto antibodi dalam tubuh

sehingga system kekebalan tubuh menurun dan menyebabkan rongga mulut

mudah terinfeksi oleh mikroorganisme dan menyebabkan penyakit periodontal.

Faktor penyebab gusi kadang berdarah apabila disikat yaitu karena adanya infeksi

bakteri dan menyebabkan peradagan gingival, salah satunya adalah rubor (merah),

dimana terjadi peningkatan aliran darah dalam jaringan sehingga apabila menyikat

gigi dengan cara yang tidak benar dan dengan sedikit tekanan akan menyebabkan

gingival menjadi mudah berdarah.

Faktor penyebab gigi terasa ngilu apabila disikat yaitu karena adanya resesi gingival

yang menyebabkan akar gigi menjadi terbuka sehingga bisa menjadi sensitif

dikarenakan hilangnya lapisan sementum. Sementum merupakan lapisan yang

Page 4: tugas individu

menutupi dan melindungi lapisan dentin akar dari rangsangan. Tubulus dentin akar

menjadi terbuka dan akan menghantarkan rasa ngilu apabila terpapar suatu

rangsangan.

Faktor penyebab gigi menjadi renggang, yaitu oleh karena aktivitas mastikasi sehari-

hari menyebabkan terjadinya migrasi / pergerakan gigi-gigi menempati ruang

edentulous gigi 16, 15, dan 26. Hal ini menyebabkan jarak antar gigi-geligi menjadi

lebih renggang.

2. Penyakit-penyakit sistemik yang kemungkinan diderita pasien pada skenario:

a. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit sistemik yang sangat erat kaitannya

dengan status kesehatan mulut lansia. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit

ketidakseimabangan glukosa darah dan gangguan metabolism karbohidrat,

protein, dan lemak yang disebabkan oleh gangguan fungsi hormone insulin yang

dikeluarkan oleh sel β Pulau Langerhans pada pancreas. Diabetes mellitus

menyebabkan xerostomia dan penurunan pH saliva sehingga peran saliva (self

cleansing) dalam control plak menjadi menurun dan memudahkan terjadinya

penyakit periodontal seperti yang dialami oleh pasien dalam scenario.

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya

massa dan kepadatan tulang sehingga tulang menjadi lemah. Apabila terus

berlanjut, maka tulang menjadi lebih rapuh dan bahkan dengan tekanan yang

ringan saja dapat menyebabkan tulang menjadi fraktur. Osteoporosis banyak

terjadi pada orang lanjut usia dan paling banyak mengenai wanita menopause.

Estrogen memiliki efek protektif pada tulang dengan mencegah kehilangan

tulang secara keseluruhan. Wanita yang telah mengalami menopause dapat

kehilangan kepadatan tulang sampai 4-5% per tahun karena kehilangan estrogen

yang terjadi pada saat menopause. Kehilangan tulang general pada osteoporosis

dapat menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang alveolar dan terjadinya

periodontitis kronis.

3. Proses mendiagnosis kasus dalam scenario:

Secara umum diagnosis adalah kesimpulan akhir dari serangkaian informasi atau

data tentang suatu kelainan atau penyakit. Jadi untuk menegakan diagnosis

diperlukan suatu rangkaian pengumpulan data dari pasien, berawal dari keluhan atau

Page 5: tugas individu

gejala yang dirasakan oleh pasien. Pengumpulan informasi ini dikenal sebagai

pemeriksaan.

Dalam bidang kesehatan, dikenal beberapa cara pemeriksaan sebagai berikut :

a. Anamnesis : yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab. Cara ini

umumnya digunakan untuk mencari riwayat penyakit, dan data pribadi pasien

serta keluarga.

Anamnesis juga dikenal sebagai tahap pencarian riwayat penyakit. Biasanya

hasil tanya jawab dicatat dalam suatu kartu yang disebut kartu status.

Khususnya untuk pasien yang akan dibuatkan gigi tiruan penuh, agar dapat

dikumpulkan keterangan sebanyak mungkin dari pasien, ada beberapa hal

yang perlu diketahui karena sangat berpengaruh pada keberhasilan perawatan :

kemampuan dokter gigi berkomunikasi dengan pasien

pemilihan cara pendekatan yang tepat

Untuk semua ini, hubungan dokter gigi dan pasien sangat penting. Berhasil

atau tidaknya perawatan tidak hanya ditentukan oleh baik buruknya gigi tiruan

yang dibuat, tetapi juga tergantung pada motivasi pasien terhadap gigi tiruan

tersebut. Motivasi yang baik harus ditumbuhkan dan dibina sejak awal pasien

berkeinginan mendapatkan gigi tiruan.

Agar dapat berkomunikasi secara baik, drg harus menunjukkan sikap

menghargai, menghormati, dan jujur kepada pasien tentang hal-hal yang

berkaitan dengan perawatan dan tentang pembuatan dan pemakaian gigi

tiruan. Janji-janji yang muluk seyogyanya tidak diberikan bila tidak ingin

merugi.

Untuk dapat memilih cara pendektaan yang tepat, drg perlu memhami sikap

mental pasien, khususnya sikapnya terhadap perawatan prostodontik dan

terhadap pemakaian gigi tiruan. Ini sangat penting bagi keberhasilan

perawatan prostodontik. Sehubungan dengan ini, ada beberapacara untuk

mengenai tipe pasien lansia dengan melihat sikap mentalnya. House (1937)

mengelompokan pasien lansia berdasarkan pandangan terhapa perawatan dan

terhadap gigi tiruan.

House mengelompokan ke dalam 4 kelas sebagai berikut :

Tipe Filosofikal

Page 6: tugas individu

Orang yang belum pernah memakai gigi tiruan, tetapi sadar akan

keperluannya.

Sikap mental seimbang.

Orang ini amat percaya akan kemampuan dokter gigi dalam melakukan

perawatannya.

Sikap demikian hendaknya jangan disia-siakan, karena akan sangat

membantu dalam mencapai hasil yang baik. Hati-hati dalam menegakan

diagnosis, bila perlu sebaiknya diikuti dengan penyuluhan agar motivasi

yang baik tetap terbina

kelompok orang yang pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan,

dan memerlukan gigi tiruan baru karena satu dan lain hal. Ia telah

memahami kesulitan dan keterbatasan gigi tiruan

Tipe banyak tuntutan (Exacting type)

Orang yang sangat khawatir akan berubahnya penampilan bila harus

memakai gigi tiruan, karena itu sangat berkeberatan bila dinyatakan

bahwa giginya harus dicabut.

Kalau akhirnya ia mau dirawat, akan mengharapkan agar gigi tiruannya

persis sama dengan gigi aslinya, baik dalam penampilan maupun dalam

berfungsi.

Pemakai gigi tiruan yang tidak pernah merasa puas, baik dalam

penampilannya maupun dalam pemakainannya.

Orang demikian biasanya tidak mudah percaya akan kemampuan dokter

gigi dalam memberikan perawatan prostodontik. Banyak diantaranya

yang menginginkan jaminan tertulis dari dokter gigi, bahkan bila tidak

terpenuhi keinginannya akan minta pergantian ongkos.

Tipe Histeris (selalu cemas)

Orang dengan kesehatan umum dan mulut yang buruk, yang takut

terhadap perawatan kedokteran gigi, menolak pencabutan gigi, dan yakin

bahwa pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan kegagalan

Orang telah mencoba memakai gigi tiruan tetapi selalu menuntut jaminan

bahwa gigi tiruan yang akan dibuat untuknya akan memberikan hasil

yang sama dengan gigi asli yang baik susunannya.

Tipe Arch (Indifferent type)

Page 7: tugas individu

Orang yang tidak peduli akan penampilannya, dan tidak peduli akan

makanannya.

Karena itu mereka sesungguhnya tidak merasakan perlunya pemasangan

gigi tiruan.

Biasanya mereka datang atas dorongan orang lain, atau anggota keluarga,

yang merasa perlu berdampingan dengannya.

Dalam hal ini drg harus sangat berhati-hati mengambil langkah, karena

biasanya berakhir dengan kegagalan. Motivasi perlu sekali ditumbuhkan

lebih dulu sebelum perawatan dimulai.

Hal – hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis pada dasarnya adalah :

data pribadi : meliputi nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal. Ini diperlukan

sebagai perkenalan serta upaya untuk menarik kepercayaan pasien kepada drg

Data kesehatan umum pasien meliputi :

Penyakit yang pernah atau sedang diderita

Obat-obatan yang sedang digunakan

Kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya

Ini diperlukan untuk mengetahui motivasi pasien terhadap pemeliharaan

kesehatannya, serta mencari kemungkinan adanya penyakit-penyakit tertentu,

yang ada kaitannya dengan perawatan yang akan dilakukan, misalnya :

kesehatan umum, sebagai berikut :

Penyakit yang pernah / sedang diderita, misalnya :

Anemia, dengan gejala-gejala :

o mukosa pucat

o lidah berwarna merah

o gusi kadang-kadang berdarah

o Bila pakai gigi tiruan seiring merasa tidak enak/sakit, walaupun

kedudukan gigi tiruan baik

Pasien perlu dikonsulkan ke dokter umum atau dokter spesialis penyakit

dalam sebelum perawatan gigi tiruan dimulai

Diabetes Mellitus, dengan gejala :

o mulut kering, sering haus

Page 8: tugas individu

o lidah merah / nyeri

o bau nafas seperti bau keton

o gigi goyang / lepas

o luka sukar sembuh

o resorpsi cepat, gigi tiruan cepat longgar, harus sering control

kadang-kadang Pasien perlu dikonsulkan dahulu ke bagian ilmu penyakit

dalam. Dalam perawatan :

o hindari trauma

o desain jangan dibuat paradental, tetapi gingival karena gigi – gigi tidak

kuat

TBC :

o bahaya penularan, operator harus memakai masker dan sarung tangan,

alat – alat harus disterilkan, kalau mungkin dengan autoclave

o resorpsi cepat, gigi tiruan cepat longgar, sehingga harus sering kontrol

Jantung

o Cepat lelah sehingga waktu perawatan jangan terlalu lama

Hipertensi

o Harus dikonsul dahulu, bila ada tindakan pencabutan / operasi seperti

alveolektomi

Alergi

o Terhadap resin akrilik diusahakan menimlakan pemakainan akrilik

serta kontak dengan mukosa pendukung sebagian diganti dengan

logam buatkan gigi tiruan logam

Penyakit yang tidak diketahui oleh pasien / operator, misalnya:

Jantung, saluran kemih, sauran pencernaan, aids, hepatitis B sering

terlihar iritasi pada mukosa mulutnya, gigi tiruan tidak dapat dipakai

dengan nyaman. Sebaiknya dikonsulkan ke dokter ahli.

Data tentang kesehatan gigi dan mulut, meliputi :

jenis penyakit yang pernah atau sedang diderita

perawatan yang pernah atau sedang diterimanya

Page 9: tugas individu

frekuensi kunjungannya ke dokter gigi. Ini perlu untuk memperkirakan

motivasi pasien terhadap perawatan kedokteran gigi pada umumnya,

khususnya prostodontik

kadang-kadang diperlukan juga riwayat kesehatan gigi dan mulut anggota

lain dalam keluarga bila dicurigai adanya kelainan genetic

riwayat hilangnya gigi perlu ditanyakan. Gigi yang lepas dengan

sendirinya merupakan tanda adanya kelainan periodontal atau kelainan

sistemik lanjut, yang biasanya diikuti dengan resorpsi tulang secara cepat.

Saat pencabutan perlu ditanyakan untuk memperkirakan derajat

kecepatan resorpsi tulang alveolar.

Kebiasaan-kebiasaan buruk perlu ditanyakan, dan dicocokan dengan

bentuk kerusakan yang terjadi pada gigi-gigi sisa. Orang dengan

kebiasaan bruksism, akan mempunyai pola gerakan menguyah yang

berbeda dari yang normal

Keinginan khusus tentang gigi tiruannya sebaiknya juga ditanyakan agar

kita tahu hal-hal apa yang menjadi fokus perhatian pasien. Tetapi

hendaknya tidak diartikan bahwa semua keinginan pasien harus dituruti.

Dokter gigi tetap harus dapat menentukan hal-hal yang mana yang dapat,

dan yang mana yang tidak dapat dipenuhi, alasannya harus dijelaskan

secara jujur kepada pasien

Bagi yang telah memakai gigi tiruan, perlu ditanyakan pula :

o Pengalamannya dengan gigi tiruan itu, baik estetikanya maupun

fungsinya

o Hal-hal yang disukai

o Hal-hal yang tidak disukai pun harus untuk diberikan perhatian pada

pembuatan gigi tiruan yang baru

b. Pemeriksaan Klinis : yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat dan

mencari tanda-tanda langsung di tubuh / mulut pasien.

Pemeriksaan ekstra oral

Yaitu pengamatan terhadap tanda-tanda di luar mulut. Hal-hal yang perlu

diamati adalah :

Wajah

Sendi TMJ

Page 10: tugas individu

Kelenjar

Pemeriksaan intra oral

Gigi-geligi sisa

Mukosa mulut

Palatum dan lidah

Saliva

c. Pemeriksaan laboratoris : yaitu pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium

untuk mencari data yang tidak dapat dilihat langsung secara visual. Pemeriksaan

ini biasa diperlukan untuk menunjang pemeriksaan klinis bila masih ada hal-hal

yang diragukan.

d. Pemeriksaan radiografis : yaitu pemeriksaan dengan melihat gambaran

radiografis dari bagian tubuh yang diinginkan. Pemeriksaan ini juga merupakan

pemeriksaan penunjang, dan dilakukan untuk lebih meyakinkan hasil penemuan

pemeriksaan klinis. Pada pembuatan gigi tiruan sebagian, dengan kehilangan

giginya sedikit dan sisa gigi yang ada masih baik, pemeriksaan radiografis

diperlukan untuk :

Adanya keragu-raguan gigi yang karies pada approksimal atau servikal yang

tidak diketahui perluasannya.

Melihat keadaan jaringan periodonsium dari gigi penjangkaran, juga

keadaan tulang alveolar di sekitarnya. Misalnya terdapat poket yang dalam,

gigi yang goyang bisa dilakukan dengan rontgen foto.

Terdapat gigi yang impaksi

Hasil Diagnosis :

“GINGIVITIS DENGAN RESESI GINGIVA”

Gingivitis adalah suatu peradangan pada gingiva oleh karena adanya inflamasi

bakteri. Gingivitis merupakan proses yang terjadi sebelum periodontitis.

Pada scenario, disebutkan bahwa gisi kadang berdarah dan tidak disebutkan

tanda adanya poket dan gigi goyang. Hal ini menandakan bahwa pasien

kemungkinan mengalami gingivitis dan belum memasuki tahap periodontitis. Selain

itu, di scenario juga disebutkan adanya gigi yang tampak memanjang dan

merenggang, serta gigi sering ngilu bila disikat. Hal ini menandakan terjadinya resesi

pada gingival sehingga dentin akar dapat terpapar oleh rangsangan dan menyebabkan

gigi menjadi mudah ngilu.

Page 11: tugas individu

4. Prognosis kasus dalam skenario:

Prognosis dapat dikatakan baik apabila:

Oral hygiene cukup baik.

Tidak menderita penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perawatan.

Tidak terdapat kerusakan tulang alveolar yang parah.

Intake nutrisi cukup teratur.

Menurut klasifikasi Miller, resesi gingiva masih termasuk kelas I dan II.

Pasien cukup kooperatif dan edukatif untuk menerima perawatan.

Jadi, prognosis kasus dalam scenario masih tergolong baik oleh karena oral hygiene

pasien cukup baik dikarenakan jumlah kehilangan gigi cukup sedikit untuk golongan

orang yang telah memasuki usia lanjut, tidak disebutkan gejala-gejala yang menandai

adanya suatu penyakit sistemik, dan tidak disebutkan terjadi kegoyangan pada gigi

yang menandakan bahwa belum terjadi kerusakan yang parah pada tulang alveolar.

5. Patomekanisme terjadinya gigi memanjang:

a. Secara fisiologis

Secara fisiologis, gigi dapat memanjang oleh karena terjadinya resesi gingival

secara fisiologis akibat bertambahnya umur penderita. Hal ini, dapat dikibatkan

dari proses penuaan yang mengakibatkan penurunan fungsi organ tubuh, tek

terkecuali jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut.

b. Secara patologis

Adanya akumulasi plak dan control plak yang sulit dapat menyebabkan karies,

penyakit periodontal hingga kehilangan gigi pada pasien. Apabila adanya

kehilangan gigi (edentulous), khususnya gigi posterior dapat menyebabkan

ketidakseimbangan tekanan kunyah yang berdampak pada adanya tekanan yang

berlebihan pada gigi anterior sebagai konsekuensi hilangnya gigi posterior. Hal

ini akan menyebabkan kerusakan secara perlahan-lahan jaringan periodontal di

sekitar gigi anterior oleh karena tekanan kunyah yang berlebihan. Akibatnya,

perlahan-lahan gingival akan mengalami resesi dan pada gigi khususnya rahang

atas akan semakin migrasi dan bergerak ke arah labioversi dan akan tampak

memanjang dan merenggang.

6. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan perawatan pada lansia:

Riwayat kesehatan lansia

Page 12: tugas individu

Status kesehatan fisik dan perubahan yang terjadi

Kemungkinan penyakit kronis yang ada dan kebiasaan penggunaan obat

Fungsi kognitif lansia

Aktifitas kehidupan lansia sehari-hari

Status kesehatan psikologis

Dukungan keluarga dan support sistem

Struktur & fungsi keluarga

7. Perawatan pada kasus

Perawatan penyakit periodontal (resesi gingival)

Jika terjadi resesi minor, biasanya resesi akan berlanjut disertai kehilangan

tulang. Metode perawatannya bervariasi, tergantung dari jenis dan keparahan resesi.

Sejak awal, penyebab resesi gingival harus diidentifikasi. Diagnosa ditegakkan dan

buat dokumentasi mengenai apakah resesi bertambah dan pada gigi mana saja. Hasil

yang didapatkan untuk menentukan tindakan bedah sebagai perawatannya.

Resesi gingival terutama terjadi sebagai resolusi inflamasi pada jaringan

periodontal, maka terapi yang dapat dilakukan adalah secara non-bedah maupun

secara bedah.

Prosedur non-bedah dilakukan dengan scalling dan root planning. Prosedur

bedah digunakan untuk menciptakan gingival yang lebih melekat untuk mencegah

resesi gingival lebih jauh dan membantu meregenerasi terjadinya penutupan akar

gigi. Bahan graft pada prosedur ini diambil dari palatum aatu bagian lainnya dalam

mulut, untuk kemudian ditempatkan pada daerah yang mengalami resesi.

Penanganan non bedah

Resesi gingival yang disebabkan oleh kesalahan penyikatan gigi dapat

dihentikan dengan mengubah metode penyikatan gigi. Pada kasus resesi gingiva

tanpa peradangan ataupun pembentukan poket periodontal, dilakukan control plak

rutin dan skor plak harus tetap rendah. Perawatan pemeliharaan untuk keadaan ini

seringkali membutuhkan scalling secara berkala.

Selain itu, perawatan secara non-bedah juga dapat dilakukan dengan pembuatan

gingival tiruan (gingival artificial). Pembuatan gingival tiruan dikatakan cukup

mudah karena bahan yang digunakan mudah dibentuk sesuai kondisi dalam mulut.

Sifat bahan soft liner cukup menguntungkan karena dapat menjadikan gingival tiruan

bersifat lentur sehingga mudah diaplikasi. Gingiva tiruan dapat dengan mudah

dipasang dan dikeluarkan dari celah proksimal tanpa menimbulkan rasa nyeri. Sifat

Page 13: tugas individu

lentur ini juga membuat undercut gingival tiruan berfungsi dengan baik sehingga

retensinya cukup baik. Keunggulan lain adalah warna bahan soft liner sedikit

transparan sehingga apabila diaplikasikan pada region gingival yang mengalami

resesi, warna gingival tiruan dapat mirip dengan warna gingival asli. Segi estetik

inilah yang membuat gingival tiruan dipilih sebagai salah satu alternative pada kasus

resesi gingival.

Rasa ngilu terjadi karena kandungan kalsium dan materi permukaan dentin

terbuang. Stimuli yang berulang-ulang akan merangsang pembentukan peritubular

dentin, sehingga rasa ngilu kadang-kadang dapat berkurang. Untuk mengatasi ngilu,

dianjurkan penyikatan gigi secara perlahan, baik, dan benar dengan pasta berisi ion

fluor.

Penanganan secara bedah

Resesi gingival yang dapat ditangani dengan tindakan bedah, yaitu yang

progresif dan sudah mengganggu estetika.

Berikut adalah teknik yang digunakan untuk penutupan permukaan akar gingival

akibat resesi (penutupan akar) :

a. Autograft free gingival

Free gingival graft adalah suatu prosedur dimana selapis tipis gingival

diambil dari mukosa palatum pasien dan ditransplantasikan ke daerah resesi untuk

menciptakan jaringan yang cekat atau attached gingiva. Pada beberapa kasus, jenis

graft ini dapat mencegah resesi lebih jah yang penting untuk mempertahankan

fungsi gigi. Daerah donor (palatum) akan mengalami penyembuhan tanpa

merusak gingival, tulang, atau gigi di bawahnya. Pada beberapa kasus, dapat

digunakan produk jaringan beku manusia sebagai donor.

Teknik ini menghasilkan penutupan akar yang baik namun mungkin akan

terlihat ketidaksesuaian warna dengan gingival terdekat karena warnanya yang

lebih terang.

b. Autograf jaringan penyambung bebas

Perbedaan antara prosedur ini dengan free gingival autograft adalah jaringan

donor yang digunakan pada prosedur ini adalah jaringan penyambung. Langkah

yang dilakukan adalah pembuatan insisi vertical pada garis sudut gigi yang akan

ditutup, buat suatu flap partial thickness minimal 5 mm dari daerah resesi,

kemudian dilakukan penjahitan tepi mukosa apical ke periosteum dengan benang

gut. Donor dari jaringan penyambung diambil dari sisi lateral resesi kemudian

Page 14: tugas individu

daerah donor dijahir setelah graft diambil. Letakkan graft pada daerah resipien,

dan jahit ke perosteum dengan benang gut. Terakhir, tutupi daerah graft dengan

periodontal dressing.

c. Autograft pedicle / laterally (horizontal) positioned flap

Lateral graft disebut juga pedicle graft karena jaringan gingival ditarik dari

daerah lateral atau daerah yang berdekatan ke arah resesi. Untk melakukan ini,

harus terdapat sejumlah gingival yang tebal, kuat, attached gingival di lateral

daerah resesi.

Pedicle jaringan gingival ini dirotasikan ke atas daerah resesi untuk menutupi

resesi, seperti menciptakan balutan attached gingival yang akan mencegah resesi

lebih jauh lagi.

Keterbatasan dari prosedur ini adalah dapat terjadi resesi di daerah dimana

pedicle dipindahkan.

d. Graft jaringan penyambung subepitel (Langer)

Graft jaringan penyambung subepitel dapat dilakukan jika tidak terdapat jaringan

yang cukup tebal untuk area resesi. Teknik ini biasanya menggunakan jaringan di

bawah superficial gingival. Pada prosedur bedah, jaringan gingival ditempatkan di

atas akar gigi. Sebuah flap dari jaringan gingival dinaikkan dari dasar resesi untuk

menutup jaringan gingival agar dapat mensuplai darah ke graft, sehingga jaringan

yang dihasilkan akan sehat, kuat , dan estetika baik.

e. Guided tissue regeneration

Guided tissue regeneration adalah prosedur bedah yang membantu menumbuhkna

kembali tulang yang sehat dan jaringan lunak yang rusak akibat penyakit

periodontal. Pada prosedur ini, ditempatkan suatu bahan tipis yang disebut barier

di atas defek periodontal di bawah gingival. Barier ini menciptakan suatu ruangan

untuk pertumbuhan jaringan yang sehat. Untuk mendapatkannya, gingival

dipisahkan dari area gigi yang mengalami kerusakan. Permukaan gigi dibersihkan

dan jaringan yang terinfeksi dibuang dari area ini. Setelah dibersihkan, barrier

ditempatkan pada permukaan gigi. Barrier ini memisahkan jaringan gingival yang

tumbuh cepat dari area permukaan gigi yang baru dibersihkan. Barrier

memungkinkan serat-serat yang lambat tumbuh dan sel tulang untuk bermigrasi ke

daerah yang dilindungi.

Perawatan kehilangan gigi

Page 15: tugas individu

Diperlukan perawatan ortodontik sederhana untuk mengembalikan posisi

gigi yang mengalami migrasi/malposisi.

Kemudian dapat dibuatkan gigi tiruan sesuai dengan kebutuhan pasien:

GTSL dengan basis akrilik

Gigi tiruan jembatan dengan bahan pontik yang terbuat dari logam untuk

mendukung tekanan kunyah.

8. Proses penyembuhan jaringan lunak pasca perawatan pada lansia:

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh usia oleh karena terjadi perubahan fungsi

fibroblast dan proses revaskularisasi menjadi lebih lambat. Selain itu, penyembuhan

luka juga dipengaruhi oleh jumlah jaringan yang rusak dan kepekaan terhadap

penyakit periodontal.

Penyembuhan umum setelah perawatan periodontal :

Regenerasi

Pertumbuhan dan differensiasi sel baru dan substansi interseluler untuk

membentuk jaringan atau bagian baru.

Fibroplasia, proliferasi endoteal, deposisi bahan dasar interstitial dan kolagen,

epitelisasi dan pematangan jaringan ikat.

Tahap penyembuhan pasca perawatan skeling dan kuretase:

Blood clot mengisi daerah poket.

Perdarahan masih terjadi karena kapiler dilatasi

Leukosit PMN terlihat diikuti dengan proliferasi cepat dengan jaringan

granulasi.

Restorasi dan epitelisasi dari sulkus terjadi dalam 2 sampai 7 hari.

Serat kolagen immature terlihat setelah 21 hari.

Penelitian memperlihatkan yang terjadi adalah pembentukan long junctional

epithelium, dan kadang ada sedikit jaringan ikat.

Tahap penyembuhan pasca bedah periodontal (open flap):

24 jam. Terdapat blood clot antara flap dan permukaan tulang / akar yang

banyak mengandung Leukosit PMN, eritrosit,dll.

1-3 hari. Celah antara flap bertambah tipis, sel epitel migrasi ke batas flap.

1 minggu. Epitel attachment membentuk hemidesmosom, blood clot

digantikan oleh jaringan granulasi, dari sumsum tulang, jaringan ikat dan

ligamen periodontal.

2 minggu. Serat kolagen terlihat pada permukaan, persatuan flap masih rapuh.

Page 16: tugas individu

1 bulan. Epitelisasi lengkap.

Jadi pada pasien lansia, penyembuhan luka pasca perawatan aka berlangsung lebih

lama dibandingkan dengan pasien berusia lebih muda.

9. Dampak yang mungkin timbul apabila tidak segera ditangani:

Karies pada akar gigi

Gangguan mastikasi dan fonetik

Gangguan estetik

Malnutrisi

Ngilu pada gigi Gigi nekrosis

Gigi menjadi mobile periodontitis

Terjadi halitosis

Kehilangan lebih banyak gigi

Gangguan pada TMJ

10. Prevalensi kasus gigi memanjang (resesi gingival) di Indonesia:

Resesi gingival meningkat seiring bertambahnya usia, insidensinya bervariasi dari

8% pada anak-anak hingga 100% pada orang yang berusia di atas 50 tahun. Para

peneliti menganggap bahwa resesi merupakan proses fisiologis yang berkaitan

dengan usia.

Di Indonesia, prevalensi penyakit periodontal menurut hasil survey Departemen

Kesehatan berdasarkan data pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Umum sebesar

24,82%, sedangkan prevalensi yang sesungguhnya di populasi masyarakat sampai

saat ini belum ada catatannya.

11. Pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada lansia dan penyebab belum

maksimalnya pelayanan tersebut:

a. Pelayanan secara umum

Pelayanan oleh pemerintah

Pelayanan Sosial oleh Pemerintah melaui dua sistem, yakni sistem pelayanan

sosial di dalam panti dan pelayanan diluar panti. Masing masing propinsi

memiliki panti sosial tresna Wreda. Memberi penampungan, jaminan hidup,

kesehatan, pemanfaatan waktu luang, bimbingan sosial dan spiritual. Selain

itu juga KUBE dan UEP, pemabahan Gizi, kesehatan dan Informasi. Program

pelayanan diluar panti berupa. Pemberdayaan Lanjut Usia melalui dana

Dekon, dalam bentuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Bantuan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) dibidang ternak itik, ternak ayam, ternak kambing,

Page 17: tugas individu

ada juga sapi (Sulsel) dan Bantuan Peningkatan Gizi pada semua propinsi.

Pemberdayaan Lanjut Usia melaui DAU dalam bentuk Pembinaan dan

pemberdayaan Orsos.

Pelayanan Lanjut Usia oleh masyarakat

Pelayanan Lanjut Usia yang dilakukan oleh masyarakat, umumnya berbentuk

Orsos. Mereka bergabung dalam Karang Wredha, Karang Lansia dan lain

lain. Kegiatanya secara umum berupa penambahan Gizi, olah raga, rekreasi,

safari ibadah, kerja bakti, penggalakkan tanaman obat. Kegiatan edukasi

berupa ketrampilan dan bantuan modal. Dalam kegiatan usaha kesejahteraan

sosial berupa kunjungan orang sakit dan bantuan bagi warga yang meninggal.

Dewasa ini, lansia yang tertangani melalui system panti hanya 15.000, system

non-panti 20.000. Secara keseluruhan yang tertangani hanya 2% dari 2,3 juta

lansia. Gambaran ini menegaskan bahwa pelayanan belum maksimal. Mereka

mengalami keterlantaran, ada yang menjadi pengemis, diantaranya terkena tindak

kekerasan oleh orang lain maupun oleh kerabat sendiri.

b. Pelayanan kesehatan gigi

Pelayanan oleh pemerintah

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, ditetapkan bahwa pelayanan kesehatan di

Indonesia diimplementasikan dalam Subsistem Upaya Kesehatan, dimana

pada penyelenggaraan Subsistem Upaya Kesehatan tersebut dilaksanakan

melalui Upaya Kesehatan Primer, Sekunder dan Tersier. Upaya Kesehatan

baik Primer, Sekunder maupun Tersier terdikotomi menjadi Pelayanan

Kesehatan Perorangan (Primer, Sekunder maupun Tersier) dan Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (Primer, Sekunder maupun Tersier), dimana pada tiap

unit Pelayanan Kesehatan tersebut terdapat institusi maupun personal yang

bertanggungjawab dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan kapasitas dan

kapabilitas masing-masing. Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer dan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer sebagai kepanjangan tangan

pemerintah, terdapat satu institusi yang bertanggungjawab pada keduanya,

yaitu Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas bertanggung

jawab untuk memberikan pelayanan klinis terhadap masyarakat yang

mengalami gangguan kesehatan (termasuk didalamnya kesehatan gigi dan

mulut yang dilayani oleh unit BPG/Balai Perawatan Gigi), dan sekaligus

memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dalam rangka menjamin derajat

Page 18: tugas individu

kesehatan masyarakat melalui peran promosi kesehatan, pencegahan penyakit

menular, sanitasi kesehatan dan fungsi-fungsi kesehatan masyarakat lainnya.

Pelayanan oleh masyarakat

Selain Puskesmas, sebagai pemberi Pelayanan Kesehatan Primer, dalam SKN

juga disebutkan adanya peranan masyarakat dan swasta. Peranan masyarakat

dan swasta khususnya dalam pemberi pelayanan kesehatan gigi perorangan

primer diwujudkan antara lain dengan adanya berbagai praktik professional

dokter gigi swasta perorangan, maupun berkelompok dimana sistem

pembiayaan yang digunakan adalah fee for service-out of pocket.

c. Penyebab belum maksimalnya pola pelayanan kesehatan di Indonesia

Adanya ketidakseimbangan tenaga kesehatan gigi dengan jumlah penduduk

Indonesia. Ha in dapat dilihat dari data registrasi dokter gigi di Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI), dimana diketahui bahwa jumlah dokter gigi yang

terdaftar pada tahun 2010 adalah sebanyak 22.237 orang yang terdiri dari

20.665 orang dokter gigi umum dan 1.582 orang dokter gigi spesialis. Dengan

demikian secara kasar perbandingan antara jumlah dokter gigi umum dengan

jumlah penduduk adalah sebesar 1:11.496 sedangkan untuk dokter gigi

spesialis sebesar 1:150.162. Berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010, rasio

ideal untuk jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk adalah 11 dokter gigi

untuk 100.000 penduduk atau 1:9090.

Adanya ketidakmerataan persebaran jumlah penduduk dan dokter gigi di

Indonesia, seperti diketahui, dokter gigi dan penduduk di Indonesia sebagian

besar terkonsentrasi di pulau Jawa dan pulau Sumatera.

Puskesmas sebagai kepanjangan tangan dari pelayanan pemerintah dibebankan

tanggung jawab yang berat untuk memberikan pelayanan kesehatan

perorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer dalam

menjamin derajat kesehatan gigi dan mulut dari masyarakat dalam wilayah

kerjanya (1 kecamatan ataupun dapat pula beberapa kelurahan dalam 1

kecamatan). Oleh karena itu, dengan jumlah masyarakat yang cukup banyak

dalam satu kecamatan, pelaku kesehatan akan cenderung lebih terkonsentrasi

pada aspek pelayanan kuratif (pelayanan perawatan/pengobatan klinis) dalam

menunaikan tanggungjawab pelayanan kepada masyarakat yang datang

mengunjungi Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gigi,

sementara aspek promotif dan preventif menjadi prioritas berikutnya apabila

Page 19: tugas individu

kegiatan tersebut telah terselesaikan. Hal ini tentunya sedikit banyak turut

berimbas pada rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan perilaku sehat

gigi dan mulut yang berujung pada rendahnya derajat kesehatan gigi dan

mulut masyarakat.

Biaya perawatan kesehatan gigi swasta sangatlah tinggi, sehingga umumnya

pengguna pelayanan kesehatan gigi tersebut adalah masyarakat golongan

menengah-atas yang mempunyai daya beli yang cukup tinggi, sementara

masyarakat kebanyakan yang mempunyai keterbatasan finansial, tentunya

sangat sulit untuk mengakses pelayanan kesehatan gigi tersebut. Keterbatasan

akses masyarakat pada pelayanan kesehatan gigi perorangan primer swasta ini

tentunya juga berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan gigi dan mulut

masyarakat.

12. Upaya-upaya pemerintah dan masyarakat untuk lebih memaksimalkan pola

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indoensia:

a. Mewacanakan implementasi sistem kedokteran gigi keluarga

b. Mencoba menetapkan sebuah program yang dapat lebih menyeimbangkan dan

meratakan persebaran dokter gigi di Indonesia.

c. Berusaha untuk lebih memaksimalkan bantuan dana untuk perawatan kesehatan

gigi dan mulut, khususnya bagi fakir miskin dan yang terlantar, tak terkecuali

bagi manula-manula di Indonesia yang diprediksi akan semakin meningkat

jumlahnya.

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Kumala A. Resesi gingival dan cara penutupannya. Jurnal Ilmiah dan Teknologi

Kedokteran Gigi 2009; 6(1): 21-6.

2. Newman et all. Carranza’s Clinical Periodontology 10 th ed. St. Louis : Saunders.

2006. P. 93-7, 369-70, 675-92.

3. Ulfah N, Augustina EF. Perawatan resesi gingival dengan bedah dan non-bedah.

Dentofasial J Kedokteran Gigi 2010; 9(1): 29-33.

4. Mustaqimah DN. Resesi gingival dan cara mudah melakukan penutupannya.

Dentika Dent J 2008; 13(1): 52-6.

5. Sunnati, Masuilli SL. Penutupan akar gigi akibat resesi gingival dengan graf

jaringan ikat subepitel. Maj Ked Gi 2008; 15(2): 207-12.

Page 20: tugas individu

6. Kassab MM, Badawi H, Dentino AR. Treatment of gingival recession. Dent Clin N

Am 2010; 54: 129-40.

7. Guo S, DiPietro LA. Factors affecting wound healing. J Dent Res 2010; 89(3): 219-

29.

8. Dilsiz A, Aydin T. Gingival recession associated with orthodontic treatment and

root coverage. J Clin Exp Dent 2010; 2(1): e30-3.

9. Boehm TK, Scannapleco FA. The epidemiology, consequences and managementof

periodontal disease in older adults. JADA 2007; 138: 26s-33s.

10. Nicolucci M, Arlin M. Gingival recession-etiology and treatment. Preventive Dent

Canada 2011; 2(2): 6-11.

11. Saadoun AP. Current trends in gingival recession coverage-part I: the tunnel

connective tissue graft. Pract Proced Aesthet Dent 2006; 18(7): 433-8.

12. Zulkarnain. Resesi gingival: masalah yang ditimbulkan dan penanggulangannya. Maj

Ked Gi USU 1999; 14(2): 9-13.

13. Nurul D, Maulani C, Sukardi I. Perawatan non-bedah untuk penanggulangan resesi

gingival. Dentika Dent J 2009; 14(2): 199-202.