PENDAHULUAN Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia saling berhubungan satu sama lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar. Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan demikian, filsafat merupakan dasar dan pijakan bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu logika yang merupakan alat berpikir manusia dan ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang benar akan diletakkan sebagai pendahuluan dalam filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas bagi seluruh pengetahuan manusia. FILSAFAT Berdasarkan pemikiran Will Durant filsafat diibaratkan seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri yang berfungsi sebagai pengetahuan yang di anataranya adalah ilmu 1 . 1 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) hal 22. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia saling berhubungan satu sama
lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda.
Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai
dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi
ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar.
Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu empirik adalah prinsip kausalitas dan
kaidah ini menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan demikian, filsafat
merupakan dasar dan pijakan bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu
logika yang merupakan alat berpikir manusia dan ilmu yang berkaitan
dengan cara berpikir yang benar akan diletakkan sebagai pendahuluan dalam
filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu ia bisa ditempatkan sebagai
dasar dan asas bagi seluruh pengetahuan manusia.
FILSAFAT
Berdasarkan pemikiran Will Durant filsafat diibaratkan seperti
pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri
yang berfungsi sebagai pengetahuan yang di anataranya adalah ilmu1.
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang
dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena
adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar
bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-
masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
1 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) hal 22.
1
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat,
namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat
dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Karena filsafat adalah induk dari semua ilmu pengetahuan dan
pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang tidak bisa
dilepaskan dari manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir“.
Dan berpikir adalah sebagai pemisah antara manusia dengan genus-nya,
yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan keunggulannya dari
spesies-spesies lainnya teretak pada pengetahuannya. Kemajuan manusia
dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.
Perselisihan tentang bagaimana memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia, sehingga
pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan
manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.
Atas dasar itu, manusia yang menganggap penting masalah-masalah
diatas perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu
tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan
mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi objek. Para pemikir
menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi.
Berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan
yang telah kita ketahui2. Filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia,
yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan shopos (‘hikmah’, kebijaksanaan, penegtahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof
yang dalam bahsa Arab disebut failasûf3.
Socrates menggunakan kata “philoshop” karena dua alasan, Pertama,
kerendah-hatiannya, meskipun ia seorang yang pandai dan luas
2 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan) hal 20.3 Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. 2004. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada) hal 4.
2
pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai.
Tetapi dia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.
Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang
menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis). Mereka pandai bersilat
lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar. Jadi kebenaran
tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil tidak ada.
Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu
terhadap segala sesuatu, karena apa yang mereka anggap benar belum tentu
benar dan kebenaran tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti
ini, Socrates merasa perlu membangun kepercayaan kepada manusia bahwa
kebenaran itu ada dan tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia
berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia
berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata philoshop
sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai.
Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan
lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah berpikir dan
berdalil yang kemudian dikenal dengan logika (mantiq) Aristotelian.
Menurut Augustu Comte, dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu
terdapat tiga taraf peralihan: pertama religious, dimana asas religi dijadikan
postulat ilmiah sehingga ilmu masih merupakan penjabaran dari ajaran
religi. Disini didang penjelajahan filsafat dari menyeluruh telah menjadi lebih
sempit , sektoral. Tahap kedua adalah metafisik, dimana orang mulai
berspekulasi tentang keberadaan ujud yang menjadi objek penelahaan yang
terbebas dari dogma religi dan mulai mengembangkan system pengetahuan
di atas dasar postulat ujud (metafisik) tersebut. Namun disini konseptual
ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Kemudian tahap
ketiga adalah Positif atau tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif melalui proses verifikasi yang objektif.
Disini ilmu menjadi otonom dari konsep filsafat dan mendasarkan
3
sepenuhnya kepada hakikat alam sebagaimana adanya, kepada penemuan
alamiah sebagaimana adanya4.
Filsafat adalah Pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan
akal budi (rasio) mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum-hukum, dsb, dari
segala sesuatu yang ada di alam semesta tentang kebenaran. Pengetahuan
Filsafat merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan
cara kontemplasi (meditasi dsb). Tugas utama Filsafat adalah menetapkan
dasar-dasar yang dapat diandalkan (logis, benar, atau sahih) untuk mencari
kebenaran5.
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup: (1) ilmu pengetahuan
alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan astronomi; (2) ilmu
eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika.
Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah
tangga; (3) sosial dan politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua
cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.
Ilmu (Sains) merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh
manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya. Pengetahuan Ilmu
merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan cara-
cara ilmiah yakni mengikuti sejumlah tahapan yang termasuk kedalam
observasi ilmiah, proses penalaran deduktif maupun induktif, serta validasi
silang.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu6.
Ada pula berbagai pengetahuan lainnya seperti pengetahuan seni,
pengetahuan filsafat, pengetahuan agama/mistis, dlsb. Pengetahuan adalah
4 Ibid. hal 24-255 Ibid., hal 76 Ibid. hal 104
4
koleksi kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita.
Kesejajaran bagian-bagian filsafat
The Knower
The Known The Knowing The Knowledge
Ontology Epistemology Axiology
Fenomena &
nomena
Anatomi Sains
Taksonomi Komparasi Eksplanasi Deskripsi
Kognitif Afektif Psikomotor
Kesejajaran:
The Knower
Adalah orang yang ingin mengetahui segala sesuatu. Knower memegang
peranan penting pada ketiga aspek lainnya, yaitu the known, knowing, dan
knowledge. Baik buruknya maupun benar salahnya ketiga aspek ini
tergantung dari kemampuan, motivasi, akal, rasa dan sikap ilmiah dari
knower.
5
The known
The known membicarakan tentang objek pengetahuan dan ilmu yang
bersumber dari realitas: dunia luar dan dunia dalam dari objek tersebut.
The knowing
Merupakan proses berpikir yang nampak dalam cara memahami kebenaran
hakikat dari suatu objek atau realitas dari setiap paham berbeda-beda.
Knowledge
Hasil dari proses atau cara menemukan pengetahuan berupa pengetahuan
dan ilmu yang sejajar dengan penggunaan ilmu atau pengetahuan itu sendiri.
Ada 3 cabang ilmu dalam filsafat ilmu
Ada tiga aspek yang membedakan satu pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi
membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah
pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya?
Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?
2. Epistemologi
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan
seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja?
3. Aksiologi
Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi
menjawab pertanyaan-pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu
6
digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode
pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?
Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti
dicirikan oleh perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek
dari dua pengetahuan sama, tetapi metode dan penggunaannya berbeda.
Filsafat dan agama kerap bersinggungan dalam hal objek (sama-sama
membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb), tetapi metode
keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak
pada objeknya, sedangkan metodenya sama.
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) dan Filsafat Ilmu
Filsafat memiliki lima cabang utama, yakni logika, etika, estetika,
metafisik dan politik. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat, yang masing-masing memiliki bidang kajian
yang lebih spefisik. Salah satu cabang filsafat adalah Epistemology atau
Filsafat Pengetahuan (Philosophy of Knowledge)7.
Dalam sejarahnya, istilah epistemologi diperkenalkan oleh James
Frederick Ferrier (1808–1864)8 untuk membedakan antara dua cabang
dalam filsafat, yakni ontology (metafisik) dan epistemology (filsafat
pengetahuan). Para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda ketika
mengungkapkan pengertian “epistemology”, sehingga timbul perbedaan
bukan saja pada pengertian redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya.
Epistemologi dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,
sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
7 Ibid.Hal 32-338 Encyclopaedia Britannica Online, 2007