BAB I PENDAHULUAN Aspek aspek ergonomi dalam suatu proses
rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor
penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.
Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.
Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun
fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang
tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari
pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun
penerapan data data antropometrinya (Eko,2004). Makalah ini
membahas proses rancang bangun yang diterpakan untuk mendesain
fasilitas akomodasi secara ergonomis agar didapat kepuasan baik
dari si pengguna jasa (masyarakat) maupun pemberi jasa produksi.
Kepuasan tersebut dapat berupa kenyamanan maupun kesehatan yang
ditinjau dari sudut pandang ilmu anatomi, fisiologi, psikologi,
kesehatan dan keselamatan kerja, perancangan dan manajemen
(Eko,2004). Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang
optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal hal yang
harus diperhatikan adalah faktor faktor seperti panjang dari suatu
dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal
lain yang perlu diamati adalah seperti misalnya : berat dan pusat
massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk
tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari
tangan dan kaki, dll.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Beberapa Sumber Variabilitas Perbedaan antara satu populasi
dengan populasi yang lain adalah dikarenakan oleh faktor faktor
sebagai berikut : 1. Keacakan/Random Walaupun telah terdapat dalam
satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin,
suku/bangsa, kelompok usianya dan pekerjaanya, namun masih akan ada
perbedaan yang cukup significan antara berbagai macam masyarakat.
Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota
masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan menggunakan
distribussi normal yaitu dengan menggunakan data percentil yang
telah diduga, jika mean (rata rata) dan SD (Standar Deviasi) nya
telah dapat diestimasi. 2. Jenis Kelamin Secara distribusi
statistik ada perbedaan yang significan antara dimensi tubuh pria
dan wanita. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya
daripada wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis
kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah. 3. Suku Bangsa
(Ethnic Variability) Variasi di antara beberapa kelompok suku
bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama
karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara
yang lain. 4. Usia Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu :
a. Balita b. Anak anak c. Remaja d. Dewasa e. Lanjut usia Hal ini
jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
antropometri anak anak. Antropometrinya akan cenderung terus
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak
usia
dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk
menurun yang antara lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas
tulang belakang (intervertebral discs).selain itu juga berkurangnya
dinamika gerakan tangan dan kaki. 5. Jenis Pekerjaan Beberapa jenis
pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan / stafnya. Seperti misalnya buruh dermaga / pelabuhan
harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan
dengan jenis pekerjaan militer. 6. Pakaian Hal ini juga merupakan
sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim
yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk
daerah dengan empat musim. Misalnya, pada waktu musim dingin
manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran
yang relatif lebih besar. 7. Faktor Kehamilan pada Wanita Faktor
ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang
berkaitan dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis
perancangan kerja (APK). 8. Cacat tubuh secara fisik Pada dekade
terakhir ini diberikan skala prioritas pada rancang bangun
fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara
fisik.masalah yang sering timbul misalnya keterbatasan jarak
jangkauan, dibutuhkan ruang kaki untuk desain meja kerja,
lorong/jalur khusus untuk kursi roda dll.
B. Definisi Ergonomi dan Anthropometri Ergonomi memanfaatkan
adalah suatu cabang ilmu yang sifat, sistematis kemampuan untuk dan
informasi-informasi mengenai
keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga
manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan
lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana
penekanannya adalah pada faktor manusia (Sritomo, 2012).
Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah
suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik
fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan
dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data
anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean
(rata rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi
normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean
(rata rata) dan SD (Satndar Deviasi). Sedangkan percentil adalah
suatu nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari
sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari
nilai tersebut. Misalnya :95% populasi adalah sama dengan tau lebih
rendah dari 95 percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai percentil dapat
ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Dalam pokok
bahasan anthropometri, 95 percentil menunjukan tubuh berukuran
besar, sedangkan 5 percentil menunjukan tubuh berukuran kecil. Jika
diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2,5 dan
97,5 percentil adalah batas ruang yang dapat dipakai. Syarat
penerapan data antropometri adalah tersedianya nilai Mean
(ratarata) dan standar deviasi dari suatu distribusi normal.
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase
tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau
lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil).
Besar nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas
distribusi normal.Sehingga penetapan perancangan alat kerja dapat
dilihat dari hasil data dimensi yang diperoleh. Misalnya 95th
persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
berada di bawah
ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5%
populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu (Wignjosoebroto,
2003). Pemakaian nilai nilai persentil yang umum diaplikasikan
dalam perhitungan antropometri dapat dilihat pada tabel di bawah
ini: Tabel Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi
Normal
C. Kegunaan Antropometri Antropometri pada dasarnya akan
menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk
disini ukuran linier, berat volume, ruang gerak, dan lain-lain.
Data antropometri ini akan sangat bermanfaat didalam perencanaan
peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja (termasuk disini
perencanaan ruang kerja ). Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar
supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang
menggunakannya khususnya yang menyangkut dimensi ukuran tubuh.
Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum biasanya digunakan
data antropometri antara 5-th dan 95-th percentile. Untuk
perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik
didalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya
dengan ukuran tubuh operator, maupun didalam merencanakan dimensi
ruang kerja itu sendiri. Tujuan pendekatan antropometri dalam
perancangan alat dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian
antara manusia dengan system kerja (man-machine system). Sehingga
menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara nyaman, baik dan
efisien. Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada setiap
hari kerja di tempat kerja tersebut. Karena itu
perancangan tempat kerja dan peralatan pendukungnya menjadi
penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk tidak muncul
(Liliana, 2007). D. Penggunaan Data Antropometri Pendekatan dalam
penggunaan data antropometri berdasarkan 1. Pemilihan standar
deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud 2. Pengambilan
data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk
populasi yang sesuai 3. Pemilihan persentil yang sesuai dengan
perancangan 4. Jenis kelamin Dewasa ini tidak semua setiap orang di
setiap negara berbeda memiliki ukuran dimensi yang berbeda pula
maka dari itu perlu adanya standar dalam pengukuran standar ukuran
dimensi. Sebagai contoh standar dimensi antropometri tinggi tubuh
posisi berdiri tegak orang ingris berbeda dengan standar dimensi
antropometri tinggi tubuh posisi berdiri tegak orang Hongkong yaitu
1.740 dan 1.680(Phesant 1986, stevenson 1989 dan Nurmianto, 1991).
E. Aplikasi antropometri dalam perancangan produk/fasilitas kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar
manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja
akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai
dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka
prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi data
antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini : 1. Prinsip perancangan produk bagi individu
dengan ukuran yang ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar
bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu Bisa sesuai untuk
ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti
terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya dan
Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada ).
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara
rentang ukuran tertentu. Disini rancangan bisa dirubah-rubah
ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang
yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum
dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini
letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa
dirubah-rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk
mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data
antropometri yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th s/d
95-th percentile. 3. 3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran
rata-rata. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang
diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja,
maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai
dengan langkah-langkah seperti berikut : Pertama kali terlebih
dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
BAB III PEMBAHASAN A. Antropometri Posisi Berdiri
Antropometri posisi berdiri untuk diterapkan pada ergonomi yang
terpenting adalah : 1. Tinggi badan 2. Tinggi bahu 3. Tinggi
pinggul 4. Tinggi siku 5. Depan6. Panjang lengan
Gambar 1. Antropometri Posisi Berdiri B.Antropometri Posisi
Duduk Antropometri posisi duduk terpenting yang harus diukur adalah
: 1. Tinggi lutut 2. Lipat lutut punggung 3. Tinggi duduk 4. Lipat
lutut telapak kaki 5. Panjang lengan bawah dan lengan
Gambar 2. Antropometri Posisi Duduk C. Antropometri Kepala
Antropometri kepala, beberapa bagian yang perlu diukur untuk kepala
antara lain : 1. Jarak antara vertek dengan dagu (A) 2. Jarak
antara mata dengan dagu (B) 3. Jarak antara hidung dengan dagu (C)
4. 4. Jarak antara mulut dengan dagu (D)5. Jarak antara ujung
hidung dengan lekukan lubang hidung (E) 6. Jarak antara ujung
hidung dengan kepala belakang (F)
7. Jarak antarai dengan belakang kepala (G)8. Jarak antara
vertex dengan lekukan diantara kedua alis (H)
9. Jarak antara vertex dengan daun telinga atas(I)10. Jarak
antara vertex dengan lubang telinga (J) 11. Jarak antara vertex
dengan daun telinga bawah (K)
12. Lingkar kepala membujur (L) 13. Lingkar kepala melintang (M)
14. Lebar kepala (N) 15. Jarak antara kedua mata (O) 16. Jarak
antara kedua pipi (P) 17. Jarak antara kedua lubang hidung (Q)18.
Jarak antara kedua persendian rahang bawah (R)
19. Jarak antara kedua daun telinga (S) 20. Jarak antara cuping
hidung (T)
Gambar 3. Antropometri Kepala D. Antropometri tangan Pada
antropometri tangan beberapa bagian yang perlu diukur adalah : 1.
Panjang tangan (A) 2. Panjang telapak tangan (B) 3. Lebar tangan
sampai ibu jari (C) 4. Lebar tangan sampai matakarpal (D) 5.
Ketebalan tangan sampai matakarpal (E) 6. Lingkar tangan sampai
telunjuk (F) 7. Lingkar tangan sampai ibu jari (G)
Gambar 4. Antropometri Tangan E. Antropometri kaki Pada
antropometri kaki beberapa bagian yang perlu diukur adalah : 1.
Panjang kaki (A) 2. Lebar kaki (B)3. Jarak antara tumit dengan
telapak kaki yang lebar (C)
4. Lebar tumit (D) 5. Lingkar telapak kaki (D) 6. Lingkar kaki
membujur (E)
Gambar 5. Antropometri Kaki Jika kita akan mewujudkan
kemandirian dalam industri bukan hanya masalah antropometri yang
berhubungan dengan masalah jangkauan dan ketinggian saja yang harus
dimiliki, namun kita harus punya data antropometri semua aspek
sehingga memberikan keyakinan bahwa semua peralatan yang didesain
sesuai dengan antropometri pengguna. Data antropometri merupakan
data ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri sangat berguna
dalam perancangan suatu produk dengan tujuanm mencari keserasian
produk dengan manusia yang menggunakannya. Dengan demikian tidak
hanya memberi kepuasan pada pengguna produk saja, tetapi juga pada
pembuat produk. Namun menmgingat bahwa mengembangkan sebuah desain
produk itu melibatkan tenaga, pikiran dan beaya yang tinggi maka
sebaiknya pertimbangan ergonomic harus dilaksanakan sedini mungkin
sewaktu desain masih dalam proses pengembangan. Untuk mendisain
produk secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
atau mendesain produk yang ada pada lingkungan haruslah disesuaikan
dengan antropometri manusia yang ada di lingkungan itu sebab bila
tidak sesuai maka akan menimbulkan berbagai dampak negatip yang
akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
Gambaran desain produk ergonomis berdasar antropometri dapat
dilihat pada Gambar 6. Ukuran produk haruslah disesuaikan dengan
antropometri manusia. Jadi bukan manusia yang disesuaikan alat,
tetapi alat yang harus disesuaikan manusia. Agar dapat mendesain
produk sesuai edengan ukuran manusia, maka
dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar
(95 th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5 th percentile).
Pengaplikasian ergonomi ke dalam desain tidaklah mudah dalam
pengertian seringkali implementasi ergonomic mempengaruhi harga
jual produk Namun demikian, ini bukanlah suatu excuse untuk tidak
memperhaikan faktor ergonomi.
Contoh penggunaan antropometri pada posisi tubuh berdiri : 1.
Tinggi badan pria dewasa (inggris) yang berusia antara 29 45 tahun
adalah terdistribusi normal dengan mean X adalah 1.745 mm dan SD
adalah 69 mm. Berapa tinggi 95 persentil dari populasi tersebut ?
Penyelesaian Rumus diatas didapat bahwa untuk 95 persentil adalah
:
= X + 1,645 SD = 1.745 + 1,645 (69) = 1.859 mm Dalam
pengaplikasiannya data diatas bisa digunakan untuk perancangan
tinggi pintu. 1. Tinggi badan wanita dewasa Hongkong adalah
terdistribusi normal dengan rata rata 1.555 mm dan SD adalah 60 mm.
Berapa tinggi 5 persentil dari populasi tersebut ?
= X - 1,645 SD = 1.555 - 1,645 (60) = 1.456 mm2. Berikut ini
adalah sampel yang digunakan dalam pembuatan meja di tempat
lesehan yang didisain secara ergonomis, dengan dimensi
pengukuran adalah panjang jangkauan tangan, panjang tangan serta
karal siku terhadap tempat duduk.No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Rena Yoga Riskha Maya Grini Azhar
Corona Nurul Ayu Tyo Putri Tiwi Farah Radit Gandung Septian Imma
Elia Nama P. Jangkauan Tangan 1590 1660 1600 1600 1590 1650 1470
1580 1600 1630 1580 1480 1600 1635 1640 1650 1570 1540 Panjang
tangan 685 770 705 690 690 760 690 730 680 720 685 650 705 730 725
750 720 705 Jarak siku pada posisi duduk 220 260 220 210 270 250
250 220 220 230 205 210 200 235 255 260 230 220
Dari hasil pengkuran di atas diketahui data terdistribusi normal
dengan mean (X) dan standar deviasi sebagai berikut :P. Jangkauan
Tangan Panjang tangan Jarak siku pada posisi duduk
Mean 1592,5 710,5 231,39 Standar Deviasi 53,19 30,62 21,2 a.
Pengukuran Meja bagi pengguna di atas rata-rata (menggunakan 95
percentile) 1) Panjang jangkauan tangan
Rumus untuk 95 persentil adalah : = X + 1,645 SD = 1.592,5 +
1.645 (53,19) = 1679,9 mm = 167,8 cm 2) Panjang tangan = X + 1,645
SD = 710,5 + 1,645 (30,62) = 769,1 mm = 77 cm 3) Jarak siku
terhadap posisi duduk = X + 1,645 SD = 231,39 + 1,645 (21,2) =
266,2 mm =26,6 cm Dari hasil tersebut maka dapat dirancang sebuah
meja dengan panjang 167,8 cm, lebar 77 cm dan tinggi meja 26,6 cm.
b. Pengukuran Meja bagi pengguna di Bawah rata-rata (menggunakan 5
percentile). Rumus 5 percentile yang dugunakan adalah: 1) Panjang
jangkauan tangan = X - 1,645 SD = 1.592,5 - 1.645 (53,19) = 1505 mm
= 150,5 cm 2) Panjang tangan = X - 1,645 SD = 710,5 - 1,645 (30,62)
= 660 mm = 66 cm 3) Jarak siku terhadap posisi duduk = X - 1,645
SD
= 231,39 - 1,645 (21,2) = 196,5 mm = 19,5 cm Dari hasil tersebut
maka dapat dirancang sebuah meja dengan pengguna yamg pendekhasilya
adalah panjang 150,5 cm, lebar 66 cm dan tinggi meja 19,5 cm. F.
Aplikasi Pengukuran antropometri pada posisi duduk Beberapa
petunjuk umum di dalam merancang atau mendesain tempat duduk
meliputi menurut Bailey (1989) dan Frank (2008) meliputi distribusi
berat, tinggi tempat duduk, panjang dan lebar alas tempat duduk,
serta sandaran tempat duduk. Dimensi yang digunakan dalam posisi
duduk ini adalah dengan menggunakan tinggi lipat lutut. Selain itu
harus memperhatikan faktor tinggi sepatu bagi wanita, namun ada
sebagian wanita dimensi kecil yang terpaksa menaikan tinggi tempat
duduk untuk mengkompensasi tinggi meja dan karenanya kita harus
memasang sandaran kaki. Menurut standar Australia rentanng yang
direkomendasikan adalah 340 480 mm (Eko, 2004). Penelitian yang
dilakukan oleh Nurhidayah Dkk (2010) dalam perencanaan dimensi
tempat duduk traktor roda empat dengan pengukuran antropometri
orang indonesia. Sampel yang digunakan adalah 100 orang lakilaki
dengan usia 10-30 tahun. Maka dihasilkan dimensi pengukuran untuk
posisi duduk adalah tinggi tekuk lutut, tinggi bahu saat duduk,
lebar panggul, panjang tulang belakang, dan berat badan saat posisi
duduk. Hasil dari penelitian ini menunjukan dari ukuran traktor
adalah tinggi alas duduk pada traktor saat ini adalah 35 cm,
sedangkan tinggi alas duduk yang diusulkan sebesar 39 cm. Panjang
alas duduk pada traktor saat ini adalah 34 cm, sedangkan panjang
alas duduk yang diusulkan sebesar 51 cm. Lebar alas duduk pada
traktor saat ini adalah 34 cm, sedangkan lebar alas duduk yang
diusulkan sebesar 41 cm. Tinggi sandaran belakang pada traktor saat
ini adalah 27 cm, sedangkan tinggi sandaran belakang yang diusulkan
sebesar 64 cm. Lebar sandaran belakang pada traktor saat ini adalah
40 cm, sedangkan lebar
sandaran belakang yang diusulkan sebesar 50 cm. Lekukan pada
sandaran belakang yang diusulkan sebesar 33 cm. Pembebanan yang
dapat di tahan sebesar 53 kg. Kemiringan alas duduk yang diusulkan
adalah 60, dan kemiringan sandaran belakang yang diusulkan adalah
10 derajat. Dari penelitian ini ternyata ukuran traktor saat ini
masih belum sesusai dengan ukuran antropometri orang indonesia.
Analisis kenyamanan dan produktivitas kerja terhadap rancangan
kursi ergonomis pada penjahit di PT Gen Hut yang dilakukan
berdasrkan pengukuran denyut jantung, perubahan posisi duduk, dan
produktivitas kerja selama satu jam. Pengukuran yang dihasilkan
adalah selama 45 menit menjahit lama ratarata 116 denyut/menit
jantung sedangkan kursi rancangan baru 104 denyut/menit. Banyaknya
perubahan posisi duduk saat menjahit dengan kursi lama rata-rata 13
kali sedangkan dengan kursi rancangan baru frekuensi perubahan
posisi duduk menurun menjadi 5 kali. Dari hasil kuisioner responden
kursi dengan rancangan baru memberikan kenyamanan lebih besar
dibanding kursi lama. Dengan demikian kursi yang dirancang secara
ergonomis sesuai ukuran pekerja menghasilkan kenyamanan lebih besar
dan dapat meningkatkan produktivitas dibanding kursi yang tidak di
rancang secara ergonomis.(Ahmad, 2004) Perancangan kursi yang
kurang ergonomis akan mengakibatkan kejadian Cumulative Trauma
Disorder (CTD) lebih besar. Hal ini dibuktikan pada penelitian yang
dilakukan pada karyawan pengamplasan di PT Geromar Jepara. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap kerja duduk dengan
kejadian CTD (p=0.01) pada pekerja bagian pengamplasan di PT.
Geromar Jepara. Kejadian CTD diakibatkan karena sikap duduk yang
tidak ergonomis dengan tidak memperhatikan tempat duduk sesuai
antropometri pekerja, pekerjaan yang dilkukan secara berulang serta
beban kerja yang terlaluberat. (Rahmawati dan Sugiharto, 2011)
BAB IV KESIMPULAN Pengukuran Antropometri sangat penting untuk
menciptakan desain alat yang ergonomis yang pada akhirnya
diharapkan dapat membuat kenyamanan bagi para pekerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja. Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan
sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan
memerlukan interaksi manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi
yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia
yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut. Dalam
kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk
hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % -
95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu
produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad. 2004. Kenyamanan dan produktivitas kerja
Pemakaian rancangan kursi ergonomis Untuk penjahit. INASEA. Vol. 5
No. 1 hal 10-29 Bailey, R. W. 1989. Human Performance Engineering.
New Jersey Murray Hill Frank, K. 2008. Evaluation of work chairs
and seating. International Journal of Advanced Manufactur-ing
Technology. Netherlands: University of Tecnology Industrial Design
Engineering Landbergstraat. Helander
Liliana YP, dkk. 2007. Pertimbangan Antropometri pada
Pendisainan. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN Nurhidayah,
Titik, Musthofa Luthfi dan Khoirul Anam. 2010. Perencanaan Tempat
Duduk Traktor Roda Empat Yang Ergonomis Dengan Antropometri. Jurnal
Teknologi Pertanian. Vol. 11 No. 2 hal 1-11 Nurmianto, Eko. 2004.
Ergonomi. Penerbit Guna Widaya : Surabaya Rahmawati, Yulita dan
sugiharto. 2011. Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Kejadian
Cumulative Trauma Disorder Pekerja Pengamplasan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Unnes. Vol 7 No. 1 hal 8-14 Wignjosoebroto, Sritomo
dkk.2012. Analisis Ergonomi Terhadap Rancangan Fasilitas Kerja Pada
Stasiun Kerja Dibagian Skiving Dengan Antropometri Orang Indonesia.
Fakultas Teknologi Industri UMI Makassar. Artikel