3 BAB II LANDASAN TEORI `2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi Ergonomi Menurut Wignosoebroto (2006) disiplin keilmuan lahir dan berkembang sekitar pertengahan abad 20 ini berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperlihatkan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya dikenal dengan nama Ergonomi. Ergonomi atau ergonomics (dalam bahasa inggris) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ‘ergo’ yang berarti kerja dan ‘nomos’ yang berarti hukum. Dengan demikian dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka panjang ataupun jangka pendek pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras atau hardware (mesin, peralatan kerja, dll) dab perangkat lunak atau software (sistem kerja, metode kerja, prosuder, dll). Dengan demikian ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi), dan kemasyarakatan (sosiologi). (Sritomo Wignjosoebroto, 2006) Menurut Kuswana (2014), dalam penyelidikannya Ergonomi pada dasarnya dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu: 1. Penelitian Interface Interface (perangkat antara), yang mengidentifikasi, menganalisis dan mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta
25
Embed
BAB II LANDASAN TEORI `2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi Ergonomi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
BAB II
LANDASAN TEORI
`2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi Ergonomi
Menurut Wignosoebroto (2006) disiplin keilmuan lahir dan berkembang
sekitar pertengahan abad 20 ini berkaitan dengan perancangan peralatan dan
fasilitas kerja yang memperlihatkan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya
dikenal dengan nama Ergonomi.
Ergonomi atau ergonomics (dalam bahasa inggris) sebenarnya berasal dari
kata Yunani yaitu ‘ergo’ yang berarti kerja dan ‘nomos’ yang berarti hukum.
Dengan demikian dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan
mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan
teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin berangkat dari kenyataan bahwa
manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka panjang ataupun jangka
pendek pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerjanya yang berupa
perangkat keras atau hardware (mesin, peralatan kerja, dll) dab perangkat lunak
atau software (sistem kerja, metode kerja, prosuder, dll). Dengan demikian
ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin, karena disini akan mempelajari
pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu
kejiwaan (psikologi), dan kemasyarakatan (sosiologi). (Sritomo Wignjosoebroto,
2006)
Menurut Kuswana (2014), dalam penyelidikannya Ergonomi pada dasarnya
dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu:
1. Penelitian Interface
Interface (perangkat antara), yang mengidentifikasi, menganalisis dan
mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta
4
mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda, langkah-langkah,
peta dan variabel (waktu jarak) serta konstanta lainnya.
2. Kekuatan Fisik Pekerja
Penelitian tentang aktivitas pelayanan sistem kerja, melalui pengukuran dan
menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima dan peralatan yang
digunakan objek pekerjaan. Data-data yang diperoleh, dijadikan bahan
perancangan peralatan kerja sesuai dengan rata-rata kemampuan fisik para
pekerja.
3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja
Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja, dimensi ukiran
kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik aktivitas kerja.
4. Lingkungan Kerja
Penelitian mengenai kondisi lingkunga kerja, seperti pengaturan,
pencahayaan, pengaturan ventilasi udara, dan faktor yang mempengaruhi fisik
pekerja, seperti kebisingan, getaran, temperatur, dan limbah cairan kimia.
Ada berbagai bidang dalam aplikasi ergonomi untuk perancangan kerja
dengan ergonomi, Sutalaksana (1979) membaginya dalam empat kategori:
1. Antropometri
Antropometri berhubungan dengan ukuran dari tubuh dimensi linier,
termasuk berat dan volume. Jangkauan jarak, puncak kedudukan mata, dan
pantat utama sendiri seperti kekurangan yang layak diantara dimensi dan
rancangan dari tempat kerja ini solusi untuk memodifikasi rancangan dan
membuat kesesuaian.
2. Ergonomi Kognitif
Membahas tentang terjadinya pengolahan informasi dalam diri manusia mulai
dari diterimanya sensor sampai dengan dilakukannya tindakan atau action
sebaga umpan balik. Materi ini terkait dengan Human Reliability atau
keandalan manusia dengan melakukan pengukuran kesalahan bakerja atau
5
human error. Human Error dapat menjadi kriteria baik buruknya rancangan
mesin dan fasilitas kerja terutama dari sisi perancangan kontrol dan display.
3. Ergonomi Fisik atau Physical Ergonomic
Merupakan bidang yang paling luas dan paling berkembang pada era abad 20.
Membahas tentang pengukuran kerja atau work measurement dari sisi tenaga
yang diperlukan, tegangan atau kontraksi otot maupun besarnya gaya yang
bkerja pada tulang (biomekanika).
4. Lingkungan Fisik Kerja
Berisi kajian tentang pengaruh kondisi lingkungan fisik kerja seperti
kelembapan, pencahayaan, kebisingan, temperatur, getaran, warna serta bau-
bauan terhadap performansi kerja dan kesehatan kerja. Perancangan
lingkungan fisik ini terkait dengan desain area kerja secara keseluruhan
seperti ventilasi, pencahayaan, ruang, dan usaha mengurangi getaran maupun
kebisingan.
2.1.2 Risiko Ergonomi
Risiko ergonomi merupakan risiko yang menyebabkan cedera akibat kerja,
hal itu termasuk hal-hal berikut ini:
1. Penggunaan tenaga atau kekuatan (mengangkat, mendorong, menarik, dan
lain-lain)
2. Pengulangan, melakukan jenis kegiatan yang sama dari suatu kegiatan yang
sama dari suatu pekerjaan dengan menggunakan otot atau anggota tubuh
berulang kali.
3. Kelenturan tubuh (lenturan, punter, jangkauan atas).
4. Pekerjaan statis, diam di dalam satu posisi pada suatu periode waktu tertentu.
5. Getaran mesin-mesin.
6. Kontak tegangan, ketika memperoleh permukaan benda tajam dari suatu alat
atau benda kerja terhadap bagian atau tubuh.
6
2.2 Muscoluskeletal Disorder (MSDs)
Menurut NIOSH (2000) yang dimaksud muscoluskeletal disorder (MSDs)
adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari
jaringan halus sistem sistem musculoskeletal yang mencakup sistem syaraf, tendon,
otot, dan struktur penunjang seperti discus invertebral. Muscoluskeletal disorder
(MSDs) merupakan gangguan kronik secara repetitive, pergerakan yang cepat,
penggunaan tenaga yang besar, kontak dengan tekanan, postur janggal atau ekstrim,
dan temperatur yang rendah (ACGIH, 2010). Muscoluskeletal Disorder (MSDs)
sangat menyakitkan dan sering terjadi umumnya berkembang secara bertahap
selama beberapa minggu, bulan, dan tahun. Keluhan muskoluskeletal ini dapat
menyebabkan sejumlah kondisi termasuk nyeri, mati rasa, kesemutan, sendi kaku,
kesulitan bergerak, dan kadang-kadang kelumpuhan. Seringkali pekerja harus
kehilangan waktu dari pekerjaan untuk kembali pulih (OSHA, 2000).
Musculoskeletal disorder adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sandi, ligamen, dan tendon
(Grandjen, 1993).
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan
antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari sistem kerja yang ada. Jika
kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja,
karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Menurut Bridger (1995)
sikap kerja yang salah, canggung, dan diluar kebiasaan akan menambah risiko
cidera pada bagian sistem muskoluskeletal.
1. Sikap kerja berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan
ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh salah
satu kaki atau kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh
7
mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh gaya gravitasi
bumi.
Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh dari
tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan
anggota bagian bawah.
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan Work Related
Muscoluskeletal Disorder (WMSDs). Nyeri punggung bagian bawah (low back
pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung
condong ke depan. Sikap kerja berdiri terllau lama akan mengakibatkan
penggumpalan dara di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi.
Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki.
2. Sikap yang membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekrjaan
adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja.
Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back
pain) bila dilakukan secara berulang dan periode yang cukup lama.
Gambar 2.1 Mekanisme Rasa Nyeri Pada Posisi Membungkuk
(Sumber: Bridger 1995)
Pada saat membungkuk, tulang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan
bagian depan invertebratal discs pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada
bagian ligament sisi belakang dari invertebratal discs justru mengalami regangan.
Kondisi ini menyebabkan nyeri punggung bagian bawah (low back pain).
8
Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan “slipped disks”, bila dibarengi
dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi akibat tekana yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi
belakang lumbar rusak dan penekanan pembuluh saraf. Kerusakan ini disebabkan
oleh keluarnya material pada invertebratal discs.
3. Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung bagian
bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan
dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang
belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi
depan invertebratal discs tertekan dan sekelilingnya melebar atau merenggang.
Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menyebar
pada kaki.
Gambar 2.2 Kondisi Invertebral Disk bagian lumbar pada saat duduk
(Sumber: Bridger 1995)
Ketegangan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapat dikurangi
dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan invertebratal discs sebanyak
sepertiga sampai setengah lebih banyak dari pada posisi berdiri (Bridger,1995).
Sikap kerja duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung,
yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.
sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi
lumbar untuk menekuk.
9
4. Pengangkatan beban
Kegiatan ini menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja pada
bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH meperlihatkan sebuah statistic
yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan secara
berlebihan berkaitan dengan aktivitas menaikkan atau mengangkat beban (lifting
loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia
menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besarpula atau over exertion (Bernard
dan Fine,1997). Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa over exertion menjadi
penyebab cedera punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun
pengankatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana aka nada tekanan pada
bagian L5/S1.
Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan.
Invertebratal disc pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan
tulang belakang. Bila pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuan maka
kan menyebar disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc
pada bagian L5/S1 pecah.
Cara untuk mengurangi risiko cidera yang mungkin ditimbulakn saat
mengankat beban adalah
a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak
mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban
dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan ousat tubuh. Karena makin dekat
beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu,
dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.
c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan
usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
sampai sudut paling nyaman.
d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring (bending and twist)
e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan
sudut paling nyaman.
10
5. Membawa beban
Membawa beban merpakan pekerjaan manual hadling yang sering dilakukan
saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaanya. Hal ini
dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang berpengaruh
dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh semakin jauh
akan menurunkan batasan beban yang dibawa.
6. Kegiatan mendorong beban
Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan
pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban
dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga
maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari kecelakaan kerja bagian
bahu dan tangan.
7. Menarik beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban,
karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan mudah
akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya. Kesulitan yang lain adalah
pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang dilintasi. Menarik
beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih