TUGAS BIOKIMIA
PENYAKIT PARESIS POST PARTUS PADA SAPI PERAH
Anggota Kelompok II :
Putu Indra Sathya NIM. 1309005033Pinontoan Kersty Putri Nathania
NIM. 1309005035I Wayan Mas Adi Gustara NIM. 1309005036Ida Ayu
Resmihariningsih NIM. 1309005037NIM. 1309005037I Gusti Ayu Cinthya
Darmawan NIM. 1309005038Agus Antara Putra NIM. 1309005040
UNIVERSITAS UDAYANAFAKULTAS KEDOKTERAN HEWANDENPASAR2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami sebagai
penulis dapat menyusun tulisan ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang penyakit Paresis Post Partus Pada Sapi Perah.
Dalam penyusunan tulisan ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tulisan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tulisan
ini.Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.
Denpasar, 30 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISIa. HALAMAN SAMPULib. KATA PENGANTARiic. DAFTAR
ISIiiid. BAB 1. PENDAHULUAN1e. BAB 2. PEMBAHASAN3f. BAB 3.
KESIMPULAN DAN SARAN13g. DAFTAR PUSTAKA14
12
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membran sel (bahasa Inggris: cell membrane, plasma membrane,
plasmalemma) adalah fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis
sel berupa lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang
memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel terutama untuk
melindungi inti sel dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di
dalam sitoplasma. Membran sel merupakan salah satu dari beberapa
komponen penyusun yang memiliki peran vital bagi sebuah sel, tidak
hanya sebagai sebuah pembatas namun juga sebagai pintu gerbang
antara komponen sel lainnya dengan lingkungan luar sel. Untuk
menggambarkan tentang membran sel dan memudahkan dalam
mempelajarinya juga penjelasannya, para ilmuwan mengalami
perkembangan dalam membuat model untuk menggambarkan bagaimana
sebenarnya membran sel itu. Banyak ilmuwan yang telah mengusulkan
model membran sel, namun model membran sel yang diakui saat ini
adalah model membran menurut Singer dan Nikolson (model membran
mosaik cair). Model membran yang diusulkannya merupakan
penyempurnaan dari berbagai model membran yang telah diusulkan oleh
para ilmuwan sebelumnya. Mengingat fungsi dan keberadaannya yang
vital, maka sangat penting bagi kita untuk mempelajari membrane sel
ini lebih mendalam agar kedepannya dapat membantu menunjang ilmu
Kedokteran Hewan lainnya yang akan kita pelajari.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa itu Penyakit Paresis Post Partus ?2 Mengapa Pemenuhan
Kebutuhan Makromineral Bagi Tubuh itu Penting ?3 Apa itu
Hipokalsemia ?4 Bagaimana Gambaran Klinis dari Hipokalsemia ?5 Apa
Saja Penyakit Yang Bisa Muncul Mengikuti Hipokalsemia ?6 Bagaimana
Upaya Penanganan Hipokalsemia Pada Sapi Perah ? 1.3 Tujuan
Penulisan
1 Mengetahui Penyakit Paresis Post Partus2 Memahami Pentingnya
Pemenuhan Kebutuhan Makromineral Bagi Tubuh3 Mengetahui
Hipokalsemia4 Mengetahui Gambaran Klinis dari Hipokalsemia5
Mengetahui Penyakit Yang Bisa Muncul Mengikuti Hipokalsemia6
Mengetahui Upaya Penanganan Hipokalsemia Pada Sapi Perah
1.4 Metode PenulisanMetode penelitian yang kami gunakan adalah
Metode Kepustakan Metode kepustakaan ( Library Reseach ) adalah
mengumpulkan data dengan membaca buku-buku dan sumber lainnya yang
relevan untuk membantu penyelesaian dan juga untuk melengkapi data
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1Penyakit Paresis Post PartusParesis Post Partus terdiri dari
tiga suku kata, yaitu Paresis, Post , dan Partus. Istilah Paresis
sering digunakan untuk menggambarkan satu kondisi yang menyebabkan
terjadinya kelemahan pada anggota tubuh. Kelemahan ini dapat
menyerang anggota tubuh untuk satu sisi tubuh yang sama (misalnya
tangan kanan dan kaki kanan), kondisi ini yang disebut
denganhemiperese.Adapula kelemahan yang melibatkan kedua belah
tangan saja (tidak pada kaki) disebut denganparaparese. Sedangkan
yang menyerang seluruh anggota badan (atas-bawah, kiri dan kanan)
disebut dengan tetraparese. Kata Post berarti sesudah, dan Partus
adalah kelahiran. Jika dikaitkan satu sama lain, penyakit Paresis
Post Partus ini berarti penyakit melemahnya beberapa anggota tubuh
setelah terjadinya kelahiran.
2.2Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Makromineral Bagi
TubuhMakromineral merupakan salah satu pembagian dari mineral.
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam
berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam
aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim.Berdasarkan jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh, mineral dikelompokkan menjadi dua, yaitu
makro mineral dan mikromineral. Makromineral adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan
mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kurang
dari 100 mg sehari. Dengan demikian Makromineral adalah elemen yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyakYang termasuk makro
mineral antara lain:a. Natrium (Na)Natrium adalah kation utama
dalam cairan ekstrasesular. Yang bersumber utama di garam dapur
atau NaCl, sapi, babi, ikan sarden, keju, zaitun hijau, roti
jagung, keripik kentang, acar kubis. 35-40 % terdapat dalam
kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan empedu
dan pancreas mengandung banyak natrium. Sumber natrium yang lain
berupa monosodium glutamate (MSG), kecap dan makanan yang diawetkan
dengan garam dapur. Makanan yang belum diolah, sayur dan buah
mengandung sedikit natrium. Sumber lainnya seperti susu, daging,
telur, ikan, mentega dan makanan laut lainnya.
Fungsi dari Natrium1. Menjaga keseimbangan cairan dalam
kompartemen ekstraseluer.2. Mengatur tekanan osmosis yang menjaga
cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel.3. Menjaga
keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang
membentuk asam.4. Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi
otot.5. Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat
gizi lain melalui membrane, terutama melalui dinding usus sebagai
pompa natrium.Dampak Kekurangan 1. menyebabkan kejang, apatis dan
kehilangan nafsu makan2. dapat terjadi setelah muntah, diare,
keringat berlebihan, dan diet rendah natrium
b. Klorida (Cl)Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular.
Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak
dan sumsum tulang belakang yakni sebanyak 0,15%), lambung dan
Pancreas. Sumber Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam
dapur. Beberapa sayuran dan buah juga mengandung klor.
Fungsi1. berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam cairan ekstraseluler.2. Memelihara suasana asam
dalam lambung sebagai bagian dari HCL, yang diperlukan untuk
bekerjanya enzim-enzim pencernaan.3. Membantu pemeliharaan
keseimbangan asam dan basa bersama unsur-unsur pembentuk asam
lainnya4. Ion klor dapat dengan mudah keluar dari sel darah merah
dan masuk ke dalam plasma darah guna membantu mengangkut
karbondioksida ke paru-paru dan keluar dari tubuh.5. Mengatur
system rennin-angiotensin-aldosteron yang mengatur keseimbangan
cairan tubuh.
Dampak Kekurangan
Terjadinya muntah-muntah, diare kronis, dan keringat
berlebihan.
c. Kalium (K)Kalium merupakan ion yang bermuatan positif dan
terdapat di dalam sel dan cairan intraseluler. Seperti halnya
natrium, kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi
berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel.
Sumber utamanya adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama
adalah makanan segar/ mentah, terutama buah, sayuran dan
kacang-kacangan.Susu skim, pisang, buah plum yg dikeringkan,
kismis.
Fungsi1. Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta keseimbangan asam dan basa bersama natrium.2.
Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan
kontraksi otot.3. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai
katalisator dalam banyak reaksi biologic, terutama metabolisme
energi dan sintesis glikogen dan protein.4. Berperan dalam
pertumbuhan selDampak Kekurangankekurangan kalium dapat terjadi
karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna atau ginjal.
Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi karena
muntah-muntah, diare kronis atau kebanyakan menggunakan obat
pencuci perut. Kebanyakan kehilangan melalui ginjal adalah karena
penggunaan obat diuretic terutama untuk pengobatan hipertensi.
Kekurangan kalium menyebabkan lesu, lemah, kehilangan nafsu makan,
kelumpuhan, mengigau, dan konstipasi.
d. Kalsium (Ca)Kalisum merupakan mineral yang paling banyak
dalam tubuh yang berada dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi.
Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler, kalsium berperan
penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf,
kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebialitas
membrane sel. Kalsium mengatur kerja hormone dan factor
pertumbuhan.
Fungsi1. pembentukan tulang dan gigi2. kalsium dalam tulang
berguna sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai
tempat menyimpan kalsium.3. Mengatur pembekuan darah4. Katalisator
reaksi biologic, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim
pemecah lemak, lipase pancreas, eksresi insulin oleh pancreas,
pembentukan dan pemecahan asetilkolin.5. Relaksasi dan Kontraksi
otot, dengan interaksi protein yaitu aktin dan myosin.6. Berperan
dalam fungsi saraf, tekanan darah dan fungsi kekebalan.7.
Meningkatkan fungsi transport membran sel, stabilisator membrane,
dan transmisi ion melalui membrane organel sel.
Dampak Kekurangan1. Paltisipasi (Jantung Berdebar)2.
Osteoporosis3. Rickets 4. Depresi5. Kram Otot dan gangguan
transmisi syaraf6. Gangguan produksi air susu
e. Fosfor (P)Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam
tubuh, sekitar 1 % dari berat badan. Fosfor terdapat pada tulang
dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan ekstraseluler.
Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai
fosfolipid, fosfor merupakan komponen structural dinding sel.
Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam reaksi yang berkaitan
dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin
Trifosfat (ATP).
Fungsi1 Kalsifikasi tulang dan gigi melalui pengendapan fosfor
pada matriks tulang2 Mengatur peralihan energi pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak melalui proses fosforilasi fosfor
dengan mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B.3 Absorpsi dan
transportasi zat gizi serta system buffer4 Bagian dari ikatan tubuh
esensial yaitu RNA dan DNA serta ATP dan fosfolipid.5 Mengatur
keseimbangan asam basaDampak KekuranganKekurangan fosfor bias
terjadi karena menggunakan obat antacid untuk menetralkan asam
lambung, yang dapat mengikat fosfor sehingga tidak dapat
diabsorpsi. Kekurangan fosfor juga terjadi pada penderita yang
kehilangan banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor
mengakibatkan kerusakan tulang dengan gejala lelah, kurang nafsu
makan dan kerusakan tulang.f. Magnesium (Mg)Magnesium adalah kation
terbanyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium
merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam
tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan
hemoglobin dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium
terlibat dalam berbagai proses metabolisme.Magnesium terdapat dalam
tulang dan gigi, otot, jaringan lunak dan cairan tubuh lainnya.
FungsiMagnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh.
Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic
termasuk metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam
nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen
DNA di dalam semua sel jaringan lunak. Di dalam sel ekstraselular,
magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan
pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan dengan kalsium.
Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam
email gigiDampak KekuranganKekurangan magnesium bisa terjadi jika
kekurangan protein dan energi serta berbagai kompilasi penyakit
yang menyebabkan gangguan absorpsi atau penurunan fungsi ginjal,
endokrin, terlalu lama mendapat makanan tidak melalui mulut
(intravena). Penyakit yang menyebabkan muntah-muntah, diare,
penggunaan diuretika (perangsang pengeluaran urin), juga dapat
menyebabkan kekurangan magnesium. Kekurangan magnesium berat akan
menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan pertumbuhan, mudah
tersinggung, gugup, kejang/tetanus, gangguan system saraf pusat,
halusinasi, koma dan gagal jantung.
2.3 HipokalsemiaHypocalcaemia dapat disebut juga milk fever,
calving paralysis, parturient paralysis, parturient apoplexy adalah
penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera
setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita
mengalami depresi umum, tak dapat berdiri karena kelemahan bagian
tubuh sebelah belakang dan tidak sadarkan diri (Hardjopranjoto
1995). Hypocalcaemia yaitu suatu kejadian kelumpuhan yang terjadi
sebelum, sewaktu atau beberapa jam sampai 72 jam setelah partus.
Biasanya kejadian ini menyerang sapi pada masa akhir kebuntingan
atau pada masa laktasi. Kasus ini sering dialami sapi yang sudah
melahirkan yang ketiga kalinya sampai yang ketujuh (Girindra 1988).
Tetapi di beberapa daerah ternyata penyakit ini ditemui juga pada
sapi-sapi dara yang produksi tinggi dan terjadi ditengah-tengah
masa laktasi. Hardjopranjoto (1995) mengatakan bahwa biasanya kasus
ini terjadi pada sapi perah setelah beranak empat kali atau lebih
tua, jarang terjadi pada induk yang lebih muda atau sebelum beranak
yang ketiga. Subronto (2001) mengatakan bahwa beberapa kejadian
disertai syndrom paresis yang terjadi dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan sesudah melahirkan. Penyebab yang jelas belum
ditemukan, tetapi biasanya ada hubungannya dengan produksi yang
tinggi secara tiba-tiba pada sapi yang baru melahirkan. Sapi yang
menderita penyakit ini di dalam darahnya dijumpai adanya
hipocalcaemia yaitu penurunan kadar kalsium yang cepat di dalam
serum darah penderita (Hardjopranjoto 1995; Girindra 1988; Fraser
1991; Wondonga 2002; Carlton 1995). Subronto (2001) mengatakan
bahwa dahulu gangguan ini diduga disebabkan oleh adanya bendungan
pada sistem syaraf, alergi, penyakit neuro muskuler, penyakit
keturunan, penyakit ketuaan, penyakit infeksidan penyakit
defisiensi makanan yang menyangkut kalsium, fosfor, vitamin A,
vitamin D dan protein. Pada keadaan normal kadar Ca dalam darah
adalah 9-12 mgram persen. Pada keadaan subklinis kadar Ca dalam
darah 5-7 mgram persen dan pada kejadian hypocacaemia kadar ion Ca
dalam darah 3-5 mgram persen. Girindra (1988) mengatakan bahwa
jumlah kalsium yang terdapat dalam darah dan cairan ekstra sel
hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk keperluan laktasi dalam
satu hari dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi kekurangan kalsium jelas
merupakan predisposisi kejadian hypocalcaemia.
2.4 Gambaran Klinis HipokalsemiaGejala awal yang ditemui yaitu
sapi masih berbaring, nafsu makan turun, kurang peka terhadap
lingkungan, cermin hidung kering, tremor pada otot, suhu tubuh
rendah, kaki belakang lemah dan terjadi penimbunan gas di dalam
rumen. Jika semakin parah, maka sapi hanya mampu bertahan 6 24 jam.
Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas
kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberi pertolongan
(Champness & Hamilton 2007). Subronto (2001) mengatakan bahwa
gambaran klinis milk fever yang dapat diamati tergantung pada
tingkat dan kecepatan penurunan kadar kalsium di dalam darah.
Dikenal 3 stadia gambaran klinis yaitu stadium prodromal, berbaring
(rekumbent) dan stadium koma. 1. Stadium 1 (stadium prodromal).
Penderita jadi gelisah dengan ekspresi muka yang tampak beringas.
Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinta terhenti. Meskipun
ada usaha untuk berak akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil.
Sapi mudah mengalami rangsangan dari luar dan bersifat
hipersensitif. Otot kepala maupun kaki tampak gemetar. Waktu
berdiri penderita tampak kaku, tonus otot alat-alat gerak meningkat
dan bila bergerak terlihat inkoordinasi. Penderita melangkah dengan
berat, hingga terlihat hati-hati dan bila dipaksa akan jatuh, bila
jatuh usaha bangun dilakukan dengan susah payah dan mungkin tidak
akan berhasil. 2. Stadium 2 (stadium berbaring/recumbent). Sapi
sudah tidak mampu berdiri, berbaring pada sternum dengan kepala
mengarah ke belakang hingga dari belakang seperti huruf S. Karena
dehidrasi kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau
membesar dan tanggapan terhadap rangsangan sinar jadi lambat atau
hilang sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit juga
berkurang, otot jadi kendor, spincter ani mengalami relaksasi,
sedang reflek anal jadi hilang dengan rektum yang berisi tinja
kering atau setengah kering. Pada stadium ini penderita masih mau
makan dan proses ruminasi meskipun berkurang intensitasnya masih
dapat terlihat. Pada tingkat selanjutnya proses ruminasi hilang dan
nafsu makan pun hilang dan penderita makin bertambah lesu. Gangguan
sirkulasi yang mengikuti akan terlihat sebagai pulsus yang frekuen
dan lemah, rabaan pada alat gerak terasa dingin dan suhu rektal
yang bersifat subnormal.3. Stadium 3 (stadium koma). Penderita
tampak sangat lemah, tidak mampu bangun dan berbaring pada salah
satu sisinya (lateral recumbency). Kelemahan otot-otot rumen akan
segera diikuti dengan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat
mencolok, pulsus jadi lemah (120 x/menit), dan suhu tubuh turun di
bawah normal. Pupil melebar dan refleks terhadap sinar telah
hilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun
pengobatan konvensional telah dilakukan.
2.5 Penyakit Yang Muncul Mengikuti Kemunculan
HipokalsemiaBeberapa penyakit komplikasi dapat timbul mengikuti
kejadian hypocalcaemia, karena kondisi penderita yang terus
berbaring diantaranya :1. Dekubites, kulit lecet-lecet. Luka ini
disebabkan karena infeksi yang berasal dari lantai, dapat
menyebabkan dekubites.2. Perut menjadi gembung atau timpani, karena
lantai yang selalu dingin mendorong terjadinya penimbunan gas dalam
perut pada penderita yang selalu berbaring.3. Pneumonia. Kerena
terjadi regurgitasi pada waktu memamah biak disertai adanya
paralisa dari laring dan faring. Sewaktu menelan makanan, sebagian
makanan masuk ke dalam paru-paru dan dpat diikuti oleh pneumonia
pada penderita
2.6 Upaya Penanganan Penyakit Hipokalsemia Pada Sapi
PerahPengobatan sapi yang menampakkan gejala adalah penyuntikan
1000 ml calcium borogluconas 40 % secara intravena pada vena
jugularis (Braunet al.2006). Suntikan dapat diulangi kembali
setelah 8 12 jam kemudian. Apabila belum menampakkan hasil, maka
dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit
susu yang boleh diperah selama 2 3 hari. Pengosongan ambing
sebaiknya dihindari selama waktu tersebut untuk mencegah
terjadinyaparesis peurpuralis. Kadar kalsium dalam pakan harus
dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat
diberikan 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan
mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan
pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang sapi
melahirkan (Bewley & Phillips 2010).
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KesimpulanParesis Post Partus merupakan penyakit melemahnya
beberapa anggota tubuh yang terjadi pasca kelahiran pada sapi
perah. Paresis Post Partus ini disebabkan karena terjadinya
Hipokalsemia, yaitu kurangnya asupan kalsium pada sapi perah.
Kekurangan kalsium ini bisa terjadi karena kandungan kalsium pada
makanan yang diberikan pada sapi perah kurang atau tidak memenuhi
kebutuhan kalsium pada saat sapi perah mengalami kehamilan,
produksi susu yang tinggi, dan adanya stress. Penyakit ini bisa
ditangani dengan cara mengimbangi kekurangan kalsium tersebut baik
dengan cara mengurangi produksi susu pada sapi perah, kemudian
dengan memberikan obat secara injeksi atau oral dengan teratur,
ditambah menjaga pola makan dan pakan sapi perah.3.2 Saran
Paresis Post Partus merupakan penyakit yang sering terjadi pada
sapi perah. Pakan yang dikonsumsi sapi perah tiap harinya harus
selalu dikontrol kelengkapan gizinya agar sesuai dengan kebutuhan
sapi perah itu sendiri, apalagi ketika sapi perah itu mengalami
kebuntingan, tentunya kebutuhan gizinya harus lebih dari
sebelumnya. Ditambah lagi sapi perah merupakan sapi yang melakukan
produksi susu secara rutin, akan rentan sekali jika asupan gizinya
tidak diperhatikan. Kami sebagai penulis mohon saran dan kritik
untuk kesempurnaan tulisan kami ini, mengingat keterbatasan
kemampuan dan informasi yang kami miliki dalam menyusun tulisan
ini
DAFTAR PUSTAKA
Dimas Tri Nugroho.2011.HIPOKALSEMIA PADA SAPI
PERAHhttp://pustakavet.wordpress.com/2011/01/31/hipokalsemia-pada-sapi-perah/Diunduh
tanggal 30 Oktober 2013
Lusia Kus Anna. 2013. BAHAYA KEKURANGAN
KALSIUMhttp://health.kompas.com/read/2013/06/27/0932253/Bahaya.Kekurangan.KalsiumDiunduh
tanggal 30 Oktober 2013
Jhefry Dalik. 2009. MAKALAH TENTANG MARKROMINERAL (BELUM
SEMPURNA)http://1jedha.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-makromineral-belum.htmlDiunduh
tanggal 30 Oktober 2013
Wondonga, N.F. 2002.MILK FEVER
(HYPOCALCAEMIA)http://www.petalia.com.au/Templates/StoryTemplate_Process.cfm?Story_No=1600§ion=answers&specie=dairy.Diunduh
tanggal 30 Oktober 2013
1