-
Audit Teknologi KWH Meter Digital dengan KWH Meter Analog
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Audit Teknologi
Dosen:
Prof.Dr.rer.pol.Ir. Didik Notosudjono, Msc.
Oleh :
Alry Purwariyadi
0541 11 021
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2014
-
1
Tema : Audit Teknologi KWH Meter Digital dengan KWH Meter
Analog.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia.
Pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus
meningkat
berbanding lurus dengan pertumbuhan kebutuhan energi yang
dibutuhkan oleh
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk di
Indonesia,
Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) tahun
2012, konsumsi energi selalu tumbuh rata-rata 7,1% per tahun,
dan konsumsi energi
di Indonesia didominasi oleh sektor industri dan transportasi.
Pola pemanfaatan energi
primer di dalam negeri masih didominasi oleh minyak bumi sebesar
46,7%, gas bumi
20,6%, batubara 27,4%, dan EBT 5,3%. Demikian pula pemanfaatan
energi finalnya.
Total kosumsi energi final yang mencapai 805,6 juta BOE masih
didominasi oleh
BBM sebesar 47,1 %.
PLN sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan program pemasangan
KWH
meteran listrik sistem Pulsa (pra bayar). Setiap permohonan
pemasangan listrik baru
hanya tersedia satu pilihan, yaitu Listrik pra bayar. Meteran
lama konvensional (pasca
bayar) perlahan-lahan akan diganti dengan Pra bayar. Masyarakat
dianjurkan
bermigrasi dari sistem lama beralih ke Listrik sistem pulsa. PLN
menyediakan layanan
listrik prabayar dengan tujuan penghematan listrik negara.
Karena pemakaian yang
berlebihan dapat merugikan nilai subsidi listrik yang diberikan
oleh pemerintah yang
seharusnya bisa digunakan untuk meng-subsidi kebutuhan rakyat
lainnya seperti
bahan makanan pokok dan kebutuhan lainnya.
Selama ini pelanggan PLN mendapat layanan listrik pasca bayar,
yaitu
Pelanggan menggunakan energi listrik dulu dan membayar
belakangan, pada bulan
berikutnya. Setiap bulan PLN harus mencatat meter, menghitung
dan menerbitkan
rekening yang harus dibayar Pelanggan, melakukan penagihan
kepada Pelanggan yang
terlambat atau tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika
konsumen terlambat
atau tidak membayar rekaning listrik setelah waktu tertentu.
Mekanisme tersebut di
atas tidak dilaksanakan pada sistem listrik pintar (prabayar).
Pada sistem listrik pintar,
pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli
energi listrik yang
-
2
akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh
pelanggan dimasukkan
ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan
melalui sistem
token (pulsa) atau stroom.
MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih
bisa
dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja
dan kapan saja sesuai
kebutuhan dan keinginan Pelanggan. Dengan demikian, Pelanggan
bisa lebih mudah
mengoptimalkan konsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal
dan jumlah
pembelian listrik. Dengan menggunakan Listrik Pintar, pelanggan
tidak perlu
berurusan dengan pencatatan meter yang biasanya dilakukan setiap
bulan, dan tidak
perlu terikat dengan jadual pembayaran listrik bulanan.
1.2. Tujuan Audit
Tujuan makalah audit ini, yaitu :
1. Memberi pemahaman tentang perbedaan penggunaan teknologi KWh
meter
digital pra-bayar dan KWh meter analog paskah-bayar.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan daripada teknologi KWH
meter Digital
dan Analog
3. Menjadi solusi penerapan penggunaan KWh meter pra-bayar dalam
masalah
pengimplementasiannya di lapangan.
4. Mendukung program PT.PLN dalam upaya penghematan listrik
negara.
1.3. Ruang Lingkup
Audit implementasi ini masih terbatas pada kebijakan program
pemasangan KWH
meteran listrik sistem Pulsa (pra-bayar). Pada sistem listrik
pintar, pelanggan
mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik
yang akan
dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh
pelanggan dimasukkan ke
dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan
melalui sistem
token (pulsa). Permasalahan dilapangan yang sering terjadi
adalah kendala teknis,
karena KWH meter Pra-bayar memiliki Intelegensi digital yang
akurat, dari mulai
pendeteksian instalasi yang buruk, pemasangan Pentanahan
(ground) yang tidak
benar, kelebihan beban pada kabel yang kurang sesuai. Maka untuk
memproteksi
terjadinya konsleting (loncatan api) terkadang KWH Pra-bayar
tidak bisa diisi pulsa
dengan menunjukan kode error.
-
3
II. TEORI AUDIT TEKNOLOGI
2.1. Audit Teknologi
Audit Teknologi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi
titik-titik
kelemahan yang terjadi pada suatu sistem guna merencanakan,
menganalisa dan
merekomendasikan langkah langkah dalam meningkatkan efisiensi
kerja teknologi
tersebut.
Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh auditor untuk
memperoleh
pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang
seharusnya. Teknik audit erat hubungannya dengan prosedur audit,
dimana teknik-
teknik audit digunakan dalam suatu prosedur audit untuk mencapai
tujuan audit. Ada
beberapa prosedur audit terhadap pengendalian yang harus
dilakukan langsung oleh
auditor (secara manual), dan beberapa prosedur yang dapat
menggunakan dukungan
komputer.
Menurut Arens dalam bukunya Auditing Ana Assurance Services, 9th
Edition, teknik audit
ada tujuh, yaitu pengujian fisik(physical examination),
konfirmasi ( confirmation ),
dokumentasi( documentation),prosedur analitis analytical
procedures ), wawancara kepada
klien (inquiries of theclient ) , hitung uji ( reperfomance )
,dan observasi ( observation).
2.2. Pengukuran Besaran Listrik
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat berbagai komponen
listrik dengan besar
dan satuannya masing-masing. Untuk mendapatkan besar nilai-nilai
tersebut,
diperlukan pengukuran besaran listrik. Pengukuran yang dilakukan
pada pengujian
ini adalah pengukuran arus dan tegangan efektif bolak-balik,
pengukuran daya dan
faktor daya serta pengukuran energi.
2.2.1. Pengukuran arus dan tegangan efektif bolak-balik.
Sumber tegangan yang tersedia untuk konsumen listrik, rumah
tangga dan
industri, adalah tegangan sinusoidal yang memiliki frekuensi 50
Hz dan tegangan
220 V. ini berarti tegangan maksimumnya adalah 220 2 V atau
sekitar 311,1 V
sedangkan tegangan efektifnya adalah 220 V. Harga ini adalah
ukuran
keefektifan sumber tegangan bolak-balik dalam memberikan daya
pada sebuah
beban penahan.
Nilai efektif dari setiap arus bolak-balik sama dengan nilai
dari arus searah
yang mengalir melalui tahanan R yang sama. Daya yang diberikan
oleh arus searah
terhadap tahanan R adalah sama dengan daya yang diberikan oleh
arus bolak-
-
4
balik. Arus bolak-balik yang diberikan terhadap tahanan R
memiliki daya sesaat
sebesar i2R. Kemudian suatu arus searah mengalir melalui tahanan
R yang sama dan
menjaga agar arus searah dan memperoleh harga daya yang sama
dengan rata-rata
arus bolak-balik. Besar arus searah tersebut adalah arus efektif
dari arus bolak-balik.
Faktor 2 merupakan faktor perbandingan harga maksimum dari arus
periodik
dengan nilai efektifnya dan hanya dipakai jika fungsi periodik
tersebut berupa
sinusoidal.
2.2.2. Pengukuran daya dan faktor daya
Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu
atau daya
sesaat merupakan perkalian antara tegangan dan arus.
S(t) = V(t) I(t)
Untuk tahanan murni R, daya yang dipakai adalah positif sehingga
daya yang
dikembalikan ke sumber adalah 0. Untuk insuktansi, ketika
mendapat energi bolak-
balik, untuk setengah periode akan menyimpan energi
elektromagnetis, dan
mengembalikan energi tersebut pada sumbernya pada setengah
periode berikutnya.
Sehingga daya rata-ratanya adalah 0.Faktor daya adalah
perbandingan antara
daya aktif terhadap daya kompleks. Dapat dinyatakan dengan :
Cos =
Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk
induktif
murni dan kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban
kapasitif memiliki
faktor daya leading, dan beban induktif memiliki faktor daya
lagging.
2.2.3. Pengukuran Energi
Energi dalam hal ini adalah energi listrik yang merupakan
perkalian dari daya
yang digunakan dengan waktu atau pemakaian daya selama waktu
tertentu.
E = P t
E = (V I Cos ) t
Alat ukur yang digunakan adalah KWhmeter yang umum digunakan
untuk
pengukuran pemakaian energi listrik komersil oleh perusahaan
listrik. Jumlah
pemakaian energi listrik oleh konsumen dicatat oleh perusahaan
listrik
menggunakan KWh-meter untuk kemudian ditagihkan kepada para
konsumen listrik
tersebut.
KWh-meter, merupakan alat ukur energi listrik dalam satuan kWh
(kilowatt- hour).
Alat ini memiliki komponen pengukuran daya seperti Wattmeter,
sehingga juga
-
5
memiliki komponen pengukur arus (dihubung seri) dan komponen
pengukur
tegangan (dihubung paralel), yang terlihat pada rangkaian di
bawah :
Gambar 2.1 Rangkaian kWh-meter satu fasa
Gambar 2.2 Rangkaian kWh-meter tiga fasa
-
6
Komponen waktu pada pengukuran energi ini dinyatakan oleh
durasi
penggunaan kWh-meter. KWh-meter bekerja memanfaatkan arus yang
mengalir
untuk menggerakkan lempengan logam ferromagnetic bundar sehingga
berputar.
Perputaran lempengan ini diteruskan dengan hubungan roda gigi ke
counter.
Counter merupakan tampilan angka yang dikalibrasi sedemikian
rupa sehingga
penggunaan daya listrik sebesar 1(satu) kilowatt selama satu jam
akan tepat
memutar counter sebesar 1(satu) kWh atau 10 (sepuluh) skala
perpuluhan kWh.
Terlihat counter berupa tampilan angka pada bagian atas. Untuk
mengetahui
penggunaan energi listrik yang terpakai, dilakukan dengan
menghitung selisih angka
yang tertera sebelum dan sesudah pemakaian.
KWh-meter satu fasa digunakan untuk mencatat pemakaian listrik
pada
konsumen perumahan dengan tegangan 220 Volt, sedangkan kWh-meter
tiga fasa
digunakan pada konsumen industri yang menggunakan jaringan
listrik tiga fasa.
KWh-meter tiga fasa mencatat seluruh penggunaan energi listrik
pada jaringan
tiga fasa yang diukur. Berdasarkan persamaan di atas, kWh-meter
tiga f asa
mencatat jumlah penggunaan pada ketiga fasanya. Pada
konstruksinya, lempengan
bundar pada kWh-meter tiga fasa dihubungkan ketiga fasa yang
ada. Penggunaan
hanya salah satu atau dua buah fasa tetap memutar lempengan
bundar pada alat
ini, sehingga penggunaannya tetap tercatat.
III. IMPLEMENTASI AUDIT TEKNOLOGI
Pada jaman modern seperti saat ini kehidupan manusia tidak bisa
lepas dari
energi listrik. Di Indonesia yang berwenang untuk menyediakan
energi listrik adalah
perusahaan listrik negara (PLN). Untuk mengetahui besaran energi
listrik yang
digunakan dibutuhkan sebuah alat yang disebut KWH meter. Pada
umumnya KWH
meter yang digunakan oleh PLN adalah KWH meter analog. Tetapi
KWH ini
mempunyai kelemahan, salah satunya adalah dengan sistem
pembayaran paskabayar,
dapat memungkinkan pelanggan menunggak tagihan listrik. Untuk
mengatasi hal
tersebut maka dibuat sebuah KWH meter digital dengan sistem
prabayar. Sehingga
pelanggan harus membeli voucher khusus untuk dapat menggunakan
listrik dari PLN.
Nilai voucher ini akan terus berkurang seiring dengan pemakaian
listrik. Apabila nilai
voucher hampir habis akan diberi indikator pemberitahuan dan
sistem akan memutus
-
7
daya apabila nilai voucher habis. Agar dapat menggunakan kembali
listrik, maka
pelanggan harus membeli voucher khusus lagi.
Pembayaran dengan sistem prabayar membuat KWH ini berbeda dengan
KWH
meter pada umumnya. KWH meter ini akan berfungsi setelah membeli
sebuah voucher
khusus yang berisi besaran digital (berfungsi sebagai pulsa)
sebagai pembanding
besaran energi yang digunakan. Sistem secara otomatis akan
memutuskan tegangan
rumah apabila bila besaran tersebut mencapai nol. Cara pembelian
pulsa adalah
dengan membeli di dealer-dealer penjual pulsa KWH. Dealer
tersebut mengirim sms
ke server PLN untuk mendapatkan kode voucher yang sudah
terenkripsi. Kemudian
dealer tersebut memberikan kode tersebut kepada konsumen.
Metode enkripsi yang digunakan akan mengacu pada mesin enigma,
teknologi
enkripsi yang berupa simulasi penyambungan antara karakter yang
satu dengan
karakter yang lain mengunakan beberapa komponen yaitu,
plugboard, stator, 3 buah
rotor dan reflektor. Dalam metode ini dibuat beberapa modifikasi
salah satunya yaitu
apabila pada umumnya mesin enigma mengolah karakter huruf dan
angka, disini
metode enigma hanya digunakan untuk mengolah angka.
Sedangkan pada pembuatan voucher diperlukan sebuah algoritma
enkripsi
supaya kode voucher tidak mudah ditebak, dalam hal ini metode
enkripsi yang
digunakan adalah metode skripsi enigma. Enigma sendiri pada
dasarnya menggunakan
logika paling sederhana dalam penyandian yaitu subtitusi,
mengganti sebuah huruf
asal menjadi tepat satu huruf yang berbeda. Namun, semua bisa
menjadi berbeda
apabila subtitusi satu ke satu itu dilakukan oleh 3 (atau lebih)
rotor dengan 26 node
yang masing-masing berputar layaknya odometer. Di sinilah
keindahan enigma, tanpa
mesin yang sama, pengaturan posisi rotor yang sama, dan tipe
subtitusi yang sama,
sebuah kode yang dibuat dengan mesin enigma akan sangat sulit
untuk dipecahkan.
IV. ANALISA AUDIT TEKNOLOGI
4.1. KWH Meter Analog
Penggunaan daya di Indonesia menggunakan satuan kilowatt hour,
dimana KWH
adalah sama dengan 3.6 MJ. Bagian utama dari sebuah KWH meter
adalah kumparan
tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap dan
gear mekanik
yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Apabila
meter dihubungkan ke
daya satu phasa maka piringan mendapat torsi yang dapat
membuatnya berputar
-
8
seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Berikut
diberikan gambar
konstruksi KWh meter analog tipe induksi.
Gambar 3.6 Konstruksi KWh meter analog tipe induksi
Dari gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa arus beban
I
menghasilkan fluks bolakbalik c, yang melewati piringan
aluminium dan
menginduksinya, sehingga menimbulkan tegangan. Kumparan tegangan
Bp juga
mengasilkan fluks bolak-balik p yang memintas arus If. Karena
itu piringan
mendapat gaya, dan resultan dari torsi membuat piringan
berputar. Torsi ini sebanding
dengan fluks p dan arus IF serta harga cosinus dari sudut
antaranya.
Karena p dan IF sebanding dengan tegangan E dan arus beban I,
maka
torsi motor sebanding dengan EI cos , yaitu daya aktif yang
diberikan ke
beban. Karena itu kecepatan putaran piringan sebanding dengan
daya aktif yang
terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan
semakin besar,
demikian pula sebaliknya. Secara umum perhitungan untuk daya
listrik dapat di
bedakan menjadi tiga macam, yaitu :
Daya kompleks : S(VA) = V.I
Daya reaktif : Q(VAR) = V.I sin
Daya aktif : P(Watt) = V.I cos
Hubungan dari ketiga daya diatas dapat dituliskan dengan
menggunakan rumus sebagai
berikut :
S = 2 + 2
S = (V. I)2. (sin2 + cos2 )
S = V. I
-
9
Dari ketiga daya diatas, yang terukur pada KWH meter adalah daya
aktif, yang dinyatakan
dengan satuan Watt. Sedangkan daya reaktif dapat diketahui
besarnya dengan
menggunakan alat ukur Varmeter. Untuk pemakaian pada rumah,
biasanya hanya
digunakan KWH meter.
4.2. KWH Meter Digital
KWh-meter digital merupakan suatu alat pengukuran yang memiliki
fungsi
utama sama seperti kWh-meter analog yakni mengukur jumlah
pemakaian energi atau
jumlah pemakaian daya dalam satuan waktu. Jika pada kWh-meter
analog bekerja
berdasarkan induksi, kWh-meter digital bekerja berdasarkan
program yang
dirancang pada mikroprosesor yang terdapat di dalam piranti
kWh-meter digital
tersebut. Berikut gambar prinsip kerja dari kWh-meter digital
:
Gambar 2.3 Prinsip dasar KWh-meter digital
Tegangan dan arus yang diterima oleh kWh-meter digital ini akan
dibaca
terpisah. Tegangan yang masuk akan dibaca dan kemudian akan
diteruskan ke dalam
suatu mikrokontroler. Arus yang dibaca juga akan diteruskan ke
dalam
mikrokontroler. Di dalam mikrokontroler sudah di atur suatu
program untuk
mengolah tegangan dan arus yang masuk menjadi suatu besaran.
Besaran yang
dimaksud adalah daya aktif dan energi. Sehingga dengan kWh-meter
digital ini dapat
dibaca jumlah pemakaian energi yang terpakai.
Kelebihan kWh-meter digital ini dibandingkan kWh-meter analog
adalah
kemampuan untuk membaca daya reaktif dan jumlah pemakaian daya
reaktif per
satuan waktu (energi reaktif). Di dalam mikrokontroler ini juga
terdapat program
untuk mengukur besaran tegangan (voltmeter), arus (amperemeter),
dan faktor
-
10
daya (cos meter). Sehingga untuk pengukuran menggunakan
kWh-meter digital,
tidak perlu menggunakan piranti tambahan untuk mengukur
besaran-besaran
tersebut.
KWh-meter yang digunakan adalah :
1. KWh-meter 1 fasa yang digunakan adalah buatan Indonesia
merk
Schlumberger tahun 2002 jenis M2XS4V3 kelas 2, merk Actaris oleh
PT.
Mecoindo tahun 2002 jenis M2XS4V3 kelas 2.
Gambar 4.1 KWh-meter satu fasa Schlumberger
Gambar 4.2 KWh-meter satu fasa Actaris
-
11
Gambar 4.3 KWh-meter satu asa digital PRIMA 1110
2. KWh-meter tiga fasa analog yang digunakan buatan Indonesia
oleh
PT.Limaputra Vilindo tahun 1997 tipe LPV 530520 kelas 2.0
untuk
teganganAC tiga fasa, 4 kawat.
Gambar 4.4 KWh-meter tiga fasa PT. Limaputra Vilindo
3. KWh-meter tiga fasa digital yang digunakan adalah buatan
Indonesia oleh PT.
Indo Electric Instrument tipe DTSD63 kelas 1.0 untuk tegangan AC
3 fasa 4
kawat.
-
12
Gambar 4.5 KWh-meter tiga fasa PT. Indo Electric instrumen
4.3. Permasalahan KWh Meter Digital
Permasalahan dilapangan yang sering terjadi adalah kendala
teknis. Karena
KWH meter token memiliki Intelegensi digital yang akurat, dari
mulai pendeteksian
instalasi yang buruk, pemasangan arde ground yang tidak benar,
kelebihan beban pada
kabel yang kurang sesuai. Maka untuk memproteksi terjadinya
konsleting (loncatan
api) terkadang KWH token tidak bisa diisi pulsa dengan
menunjukan error kode
seperti dibawah ini.
Jika pengguna memahami maka bisa mencoba memperbaikinya sendiri
dengan
kode-kode dibawah ini. Jika tidak bisa ditangani sendiri maka
hubungi pihak kendala
teknis PLN terdekat (penting). Tambahan yang terpenting lagi
jangan sekali-kali
mencoba membuka cover MCB depan. Bagi yang belum tahu. Didalam
cover itu ada
sebuah sensor yang jika sekrup cover terbuka. Maka KWH meter
digital akan langsung
protek (temper).
Jika ini terjadi. KWH meter tidak akan bisa dimasukkan kode
apapun dan listrik
dirumah anda akan padam. Salah satunya jalan anda harus
menghubungi petugas
teknis PLN karena hanya beliau yang mempunyai kode resetnya.
ERROR Kode KWH Token PLN yang sering muncul di Merck
(HEXING,CONLOG,STAR,ITRON dan merk lainya) adalah Kode :
Periksa, salah,
reject, error : (Pastikan angka token yang dimasukan dengan
benar) jika nomor token
sudah benar tapi masih ada kendala dalam menginput token lakukan
hal dibawah ini :
-
13
Matikan KWH 1-3 menit, lalu masukan no token.
PLN ada masalah pada Instalasi KWH Token lakukan reset dengan
menekan 00
enter jika KWH token tanpa ada tombol enter maka cukup masukan
00, maka
KWH akan restart dan masukan kembali No token (Kebanyakan metode
ini
berhasil).
Jika masih tdk bisa Hub. Kendala teknis PLN karena KWH
mendeteksi
kesalahan pada instalasi listrik anda.
Kode-kode KWH meter token secara umum :
00 > enter > reset meteran
07 > enter >batas daya
09 > enter >daya yang digunakan
90 > enter >jumlah meteran tukar nyala
71 > enter >energi yang dibagi
03 > enter > sisa kwh
12399 mematikan Alarm buzzer (pada merk tertentu hanya mematikan
10 menit
saja)
Kode KWH Meteran PLN token (merk Hexing)
800 -> Stand Meter
801 -> Sisa Kredit (KWH)
802 -> Tanggal
803 -> Jam
804 -> Nomor Seri KWH meter
805 -> SGC
806 -> Alasan pemadaman
807 -> Status meter
808 -> Konstanta Meter (pulse/Kwh)
809 -> Berapa kali pemadaman
812 -> Matikan buzzer (jika diterapkan pada merk ITRON hanya
mati 5-10 menit)
813 -> Pemakaian KWH kemaren
814 -> Pemakaian KWH berjalan
815 -> Tanggal pengisian Credit terakhir
816 -> Waktu pengisian terakhir
-
14
817 -> Jumlah Credit dimasukan terakhir
818 -> NOMOR TOKEN TERAKHIR
820 -> Token yang dimasukan terakhir
821 -> Pemakaian KWH 1 bulan lalu
822 -> Pemakaian KWH 2 bulan lalu
823 -> Pemakaian KWH 3 bulan lalu
824 -> Pemakaian KWH 4 bulan lalu
825 -> Pemakaian KWH 5 bulan lalu
831 -> Jumlah pengisian Credit 1 bulan lalu
832 -> Jumlah pengisian Credit 2 bulan lalu
833 -> Jumlah pengisian Credit 3 bulan lalu
834 -> Jumlah pengisian Credit 4 bulan lalu
835 -> Jumlah pengisian Credit 5 bulan lalu
851 -> Total credit yang dimasukan ke Meter
852 -> Token yang dimasukan 2 terakhir
853 -> Token yang dimasukan 3 terakhir
854 -> Token yang dimasukan 4 terakhir
855 -> Token yang dimasukan 5 terakhir
CREDIT STATUS
WARNA HIJAU -> CREDIT MASIH SANGAT BANYAK.
WARNA KUNING -> CREDIT MASIH CUKUP BANYAK.
WARNA MERAH -> CREDIT SUDAH HAMPIR HABIS.
WARNA MERAH BERKEDIP -> CREDIT SUDAH SANGAT KRITIS.
4.4. Analisa Perbandingan
Dilihat dari beban yang tidak seimbang, didapatkan adanya arus
yang
mengalir pada netral sistem (pengujian) secara keseluruhan. Arus
yang mengalir
pada netral ini menyebabkan mengalirnya panas pada netral. Panas
yang muncul
diakibatkan oleh arus berlebih karena netral dirancang untuk
dialiri arus sekecil
mungkin. Di dalam suatu sistem netral merupakan sebuah
referensi, referensi
sebaiknya ideal pada saat tidak ada gangguan. Jadi ketika sebuah
referensinya
mulai terganggu maka sistem pun ikut terganggu.
Ketidakseimbangan beban mempengaruhi pembacaan kWh-meter
analog.
Ketika beban tidakseimbang, arus yang masuk ke dalam kWh meter
pun tidak
-
15
seimbang, sehingga menimbulkan 3 buah medan listrik yang
berbeda. Seperti
prinsip kerja kWh 1 fasa analog, kWh 3 fasa analog juga bekerja
dengan prinsip
induksi. Ketiga medan ini secara vektor akan saling mengurangi
sehingga putaran
piringan kWh-meter analog berkurang kecepatannya dari yang
seharusnya.
Sedangkan pada kWh digital, penggunaan mikrokontroler
mengurangi
kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan medan
listrik.
Karena itu pembacaan kWh-meter analog lebih rendah dibandingkan
pembacaan
kWh-meter digital.
Berdasarkan presentase kesalahan yang didapatkan dari
perhitungan di atas,
didapatkan rata-rata kesalahan pembacaan oleh kWh-meter analog
adalah 5-10%.
Ini berarti produsen listrik, PLN, memiliki kerugian sebesar
5-10% daya terpakai
yang tidak dibayar oleh pelanggan. Sedangkan dengan menggunakan
kWh-meter
digital, rata rata presentase kesalahan pembacaannya adalah
sekitar 3-6%. Dari
segi financial, terlihat bahwa penggunaan kWh-meter digital
lebih menguntungkan
dari pihak produsen listrik. Sebaliknya, penggunaan kWh-meter
analog jelas lebih
menguntungkan bagi pihak konsumen. Para konsumen hanya perlu
membayar
sekitar 90% dari energi yang mereka gunakan.
Kelebihan kWh-meter digital :
1. Tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan kWh-meter
analog
2. Dapat dimonitor dari pusat kontrol
3. Mampu membaca daya reaktif
Kekurangan kWh-meter digital :
1. Biaya alat yang mahal.
2. Lebih mudah rusak dibandingkan kWh-meter analog karena
menggunakan
peralatan elektronik.
-
16
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keunggulan dari KWh-meter digital adalah memiliki tingkat
ketelitian yang
lebih baik daripada KWh-meter analog.
2. Ketidakseimbangan beban memiliki dampak pada panasnya arus
netral.
3. Pembacaan menggunakan kWh-meter digital lebih besar
dibandingkan
dengan kWh-meter analog.
4. Penggunaan kWh-meter digital mempermudah dalam
penganalisaan
penggunaan daya yang terpakai.
5. Ketelitian kWh-meter digital berkisar antara 0 6 %,
sedangakan ketelitian
kWh-meter analog berkisar antara 5 13 %.
B. Saran
Penggunaan kWh-meter digital juga dapat mengatasi krisis energi
yang ada
sekarang ini. Krisis yang terjadi karena adanya pemakaian energi
yang
tidak sesuai dengan jumlah yang dibayarkan. Penggunaan
kWh-meter
digital merupakan salah satu solusinya. KWH-meter digital
mencegah
terjadinya kecurangan dalam pemakaian listrik, seperti
pencurian-pencurian
listrik, karena sistem yang ada dalam kWh-meter digital ini
mencatat semua
pemakaian daya dan energi oleh konsumen. Untuk itu perlu
adanya
pergantian instalasi pemasangan kWh-meter analog dengan
kWh-meter
digital.