Page 1
i
TUGAS AKHIR
HALAMAN JUDUL
Disusun dalam Memenuhi
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
ANALISA KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME
BERDASARKAN TEKNOLOGI MSAN dan GPON DI STO
MAJAPAHIT
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang
BAYU ADI NUGROHO
C.431.15.0114
Page 5
iv
Kata Kunci: Jaringan akses, MSAN, GPON, kualitas transmisi, kinerja
jaringan.
ABSTRAK
Internet merupakan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat dan
didukung dengan teknologi komunikasi yang handal. Untuk melayani kebutuhan ini,
PT. Telkom Indonesia sebagai salah satu penyedia jasa layanan dan akses
mempunyai produk yang biasa disebut Indihome. Layanan dapat digunakan untuk
pengiriman suara, data, dan video. Namun, keluhan layanan merupakan hal yang
sering terjadi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap
layanan tersebut berdasarkan teknologi MSAN dan GPON. Pengukuran kualitas
jaringan dilakukan menggunakan Power Link Budget. Sehingga dapat diketahui
penurunan kualitas jaringan yang disebabkan oleh gangguan pada jaringan tembaga
maupun fiber optik. Dengan metode tersebut dapat diketahui total redaman pada
sumber uplink perangkat MSAN dan GPON sebelum signal sampai ke pelanggan.
Yaitu kualitas jaringan harus sesuai dengan redaman standar maksimal 28 dB dan
output daya maksimal -28 dBm.
Page 6
v
ABSTRACT
Internet is an information technology that is growing very rapidly and is
supported by reliable communication technology. To serve this need, PT. Telkom
Indonesia as one of the service and access service providers has a product that is
commonly called Indihome. The service can be used to send voice, data and video.
However, service complaints are a common occurrence. Therefore, in this study,
measurements were made of these services based on MSAN and GPON technology.
Network quality measurement is done using the Power Link Budget. So it can be seen
the decline in network quality caused by disruption in the copper and fiber optic
network. With this method, the total attenuation at the uplink source of the MSAN
and GPON devices can be determined before the signal reaches the customer. That is,
the network quality must comply with the standard attenuation of a maximum of 28
dB and a maximum power output of -28 dBm.
Keywords: Access network, MSAN, GPON, transmission quality, network
performance.
Page 7
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis diberi kekuatan untuk menyelesaikan
Tugas Akhir. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana (S-1) Program Studi Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.
Dengan telah selesainya Laporan Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Andy Krisdasusila,SE,MM, selaku Rektor Universitas Semarang.
2. Bapak Purwanto, S.T., M.T., sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati,ST,M.Eng, selaku Ketua Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang.
4. Ibu Ari Endang J, ST, MT, selaku dosen pembimbing pertama.
5. Bapak Puri Muliandi, ST, MT, Selaku dosen pembimbing kedua.
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan
material dan moral.
Page 8
vii
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna sebagaimana yang
diharapkan, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi
ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para akademisi, praktisi
ataupun untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan yang ada pada penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis
Semarang, 11 Februari 2021
Page 9
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL -------------------- ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ------------------------------------------ iii
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------------- iv
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------- viii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------------- xi
DAFTAR TABEL ----------------------------------------------------------------------------- xii
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------- 13
1.1 Latar Belakang -------------------------------------------------------------------------- 13
1.2 Perumusan Masalah -------------------------------------------------------------------- 15
1.3 Tujuan dan Manfaat -------------------------------------------------------------------- 15
1.3.1 Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: ------------------ 15
1.3.2 Manfaat dari penelitian ini adalah : --------------------------------------------- 15
1.4 Pembatasan Masalah ------------------------------------------------------------------- 16
1.5 Metode Penelitian ---------------------------------------------------------------------- 16
1.6 Sistematika Penulisan ------------------------------------------------------------------ 17
DASAR TEORI ----------------------------------------------------------------------- 19
2.1 Jaringan Telekomunikasi -------------------------------------------------------------- 19
2.1.1 Perangkat Transmisi--------------------------------------------------------------- 19
2.1.2 Perangkat Switching --------------------------------------------------------------- 19
2.1.3 Perangkat Sentral ------------------------------------------------------------------ 20
2.2 Jaringan Akses Telekomunikasi ------------------------------------------------------ 20
2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga ------------------------------------------------- 21
2.2.2 Jaringan Lokal Akses Fiber Optik ---------------------------------------------- 22
Page 10
ix
2.3 Alat Kerja Fiber Optik ----------------------------------------------------------------- 24
2.3.1 Optical Power Meter -------------------------------------------------------------- 24
2.3.2 Optical Light Source -------------------------------------------------------------- 25
2.3.3 Optical Time Domain Reflectometer-------------------------------------------- 26
2.3.4 Patchcord --------------------------------------------------------------------------- 28
2.3.5 Konfigurasi Umum Jaringan Internet Triple Play pada IndiHome --------- 29
2.4 Gigabit Passive Optical Network ----------------------------------------------------- 30
2.4.1 Konfigurasi GPON ---------------------------------------------------------------- 31
2.4.2 Prinsip Dasar GPON -------------------------------------------------------------- 33
2.5 Multi Service Access Node ------------------------------------------------------------ 33
2.5.1 Komponen MSAN ----------------------------------------------------------------- 34
2.6 Parameter Kualitas Jaringan MSAN ------------------------------------------------- 35
2.6.1 Signal to noise Ratio -------------------------------------------------------------- 35
2.6.2 Redaman ---------------------------------------------------------------------------- 36
2.7 Parameter Kualitas Jaringan GPON ------------------------------------------------- 37
2.7.1 Rx Power --------------------------------------------------------------------------- 37
2.8 Parameter Kinerja jaringan ------------------------------------------------------------ 39
2.9 Komponen Perangkat MSAN dan GPON ------------------------------------------- 39
2.9.1 Optical Line Terminal (OLT) ---------------------------------------------------- 39
2.9.2 Optical Distribution Cabinet (ODC) ------------------------------------------- 41
2.9.3 Multi Service Access Node (MSAN) -------------------------------------------- 42
2.9.4 Power Link Budget ---------------------------------------------------------------- 42
METODOLOGI PENELITIAN ---------------------------------------------------- 46
3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian ---------------------------------------------------------- 46
3.1.1 Tahapan pemilihan lokasi pelanggan berdasarkan : -------------------------- 47
3.2 Pegambilan Data Sampel -------------------------------------------------------------- 49
3.2.1 Pegambilan Data Sampel Pelanggan ------------------------------------------- 50
HASIL DAN PEMBAHASAN ----------------------------------------------------- 51
4.1 Analisa Data ----------------------------------------------------------------------------- 51
4.2 Arsitektur Jaringan MSAN dan GPON ---------------------------------------------- 51
Page 11
x
4.3 Power Link Budget --------------------------------------------------------------------- 53
4.4 Pengukuran Kualitas Jaringan -------------------------------------------------------- 54
4.5 Perhitungan MSAN MJP MRAD ---------------------------------------------------- 57
4.6 Analisa MSAN MJP MRAD ---------------------------------------------------------- 60
4.7 Perhitungan GPON ODC-MJP-FA -------------------------------------------------- 61
4.8 Analisa GPON ODC-MJP-FA -------------------------------------------------------- 64
4.9 Perhitungan MSAN MJP MDAV ---------------------------------------------------- 65
4.10 Analisa MSAN MJP MDAV -------------------------------------------------------- 68
4.11 Analisa GPON ODC-MJP-FM ------------------------------------------------------ 72
4.12 Optimasi Jaringan --------------------------------------------------------------------- 78
SARAN DAN KESIMPULAN ----------------------------------------------------- 83
5.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------ 83
5.2 Saran -------------------------------------------------------------------------------------- 84
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------- 85
LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------------------ 87
Page 12
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Konfigurasi Dasar JARLOKAT ---------------------------------------------- 22
Gambar 2-2 Struktur Serat Kabel Optik ---------------------------------------------------- 23
Gambar 2-3 Konfigurasi Dasar JARLOKAT ---------------------------------------------- 24
Gambar 2-4 Optical Power Meter ----------------------------------------------------------- 25
Gambar 2-5 Optical Light Source ----------------------------------------------------------- 26
Gambar 2-6 OTDR ---------------------------------------------------------------------------- 28
Gambar 2-7 Patchcord ------------------------------------------------------------------------ 29
Gambar 2-8 Konfigurasi MSAN dan FTTH [8] ------------------------------------------- 30
Gambar 2-9 Sistem GPON [10] ------------------------------------------------------------- 31
Gambar 2-10 Pengukuran Rx Power pada IBooster [12] -------------------------------- 38
Gambar 2-11 Optical Line Terminal -------------------------------------------------------- 40
Gambar 2-12 Optical Distribution Cabinet ------------------------------------------------ 41
Gambar 2-13 Perangkat MSAN ------------------------------------------------------------- 42
Gambar 3-1 Alur Penelitian ------------------------------------------------------------------ 46
Gambar 3-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM --------------------------------- 48
Gambar 3-3 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA ------------------------------ 48
Gambar 4-1 MSAN MRAD dan GPON ODC-MJP-FA --------------------------------- 52
Gambar 4-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM --------------------------------- 52
Gambar 4-3 Pengukuran SNR MSAN pada IBooster ------------------------------------ 74
Gambar 4-4 Pengukuran Rx Power GPON pada IBooster ------------------------------- 75
Gambar 4-5 Total Fiber Loss----------------------------------------------------------------- 75
Gambar 4-6 Bending/Tekukan Pada Kabel Optik ----------------------------------------- 76
Gambar 4-7 Konektor ------------------------------------------------------------------------- 77
Gambar 4-8 Redaman Splice ----------------------------------------------------------------- 77
Gambar 4-9 Proses Splice Core Optik ------------------------------------------------------ 78
Page 13
xii
DAFTAR TABEL
Table 2-1 Standar SNR menurut software IBooster [12] -------------------------------- 36
Table 2-2 Spesifikasi Perangkat OLT (Luthfi Bahtiar, 2014) --------------------------- 40
Table 2-3 Nilai Redaman --------------------------------------------------------------------- 45
Table 3-1 Komponen Perangkat MSAN MRAD ------------------------------------------ 49
Table 3-2 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA --------------------------------- 49
Table 3-3 Komponen Perangkat MSAN MDAV ------------------------------------------ 50
Table 3-4 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FM --------------------------------- 50
Table 4-1 Loss Maksimum Elemen Network ITU-T G.984.2 --------------------------- 53
Table 4-2 Hasil Pengukuran Optical Power ------------------------------------------------ 54
Table 4-3 Hasil Pengukuran ------------------------------------------------------------------ 55
Table 4-4 Data Perhitungan MSAN MJP MRAD ----------------------------------------- 57
Table 4-5 Daya Yang Diterima MSAN MJP MRAD------------------------------------- 60
Table 4-6 Data Perhitungan ODC-MJP-FA ------------------------------------------------ 61
Table 4-7 Daya yang Diterima ODC-MJP-FA -------------------------------------------- 64
Table 4-8 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV ---------------------------------------- 65
Table 4-9 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV ------------------------------------- 69
Table 4-10 Data Perhitungan ODC-MJP-FM ---------------------------------------------- 69
Table 4-11 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM ------------------------------------------ 73
Table 4-13 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV setelah optimasi ------------------- 78
Table 4-12 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV Sebelum Optimasi ------------ 80
Table 4-14 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV setelah optimasi --------------- 80
Table 4-15 Data Perhitungan ODC-MJP-FM setelah optimasi ------------------------- 80
Table 4-16 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM sebelum optimasi-------------------- 82
Table 4-17 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM setelah optimasi --------------------- 82
Page 14
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat memberikan
kemudahan masyarakat dalam bertukar informasi. Kemudahan tersebut dapat
dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Misalnya dalam bidang
keamanan yang menggunakan Closed Circuit Television (CCTV), bidang
broadcasting yang terdapat berbagai macam alat telekomunikasi, bidang
perbankan untuk menunjang data nasabah dan berbagai bidang lainnya yang
membutuhkan akses informasi yang cepat sekaligus akurat dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Informasi yang dipertukarkan dapat berupa data, suara, gambar, dan video
yang dikirimkan melalui sebuah perantara. Pertukaran informasi tersebut
membutuhkan transmitter dan receiver. Media perantara dapat berupa kabel atau
tanpa kabel (gelombang elektromagnetic). Seiring perkembangan zaman, kabel
tembaga sudah mulai tergantikan, hal itu dilakuakan karena kabel tembaga hanya
mampu menyalurkan kecepatan bandwidth maksimal 4 Megabit per second
(Mbps), sehingga munculah media perantara kabel fiber optic yang mampu
menyalurkan kecepatan 100 Megabit per second (Mbps). Kualitas jaringan
menjadi sangat penting untuk kestabilan pengiriman informasi. Di Indonesia salah
satu perusahaan yang menyediakan jaringan fiber optic adalah PT. Telkom
Indonesia, dengan produk yang lebih sering di dengar masyarakat Indihome.
Layanan yang berupa suara, data, dan video (triple play service) tersebut
membutuhkan perangkat teknologi akses sehingga dapat sampai di tempat
pelanggan. Pembangunan infrastruktur jaringan PT Telkom Indonesia sudah
Page 15
14
cukup luas jangkauannya. PT Telkom Akses Semarang sebagai anak perusahaan
PT. Telkom Indonesia telah membangun infrastruktur jaringan di wilayah Telkom
Majapahit. Teknologi yang digunakan yaitu Multi Service Access Network
(MSAN) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON).
MSAN merupakan teknologi yang masih memanfaatkan jaringan segmen
sekunder berupa kabel tembaga eksisting dengan parameter kualitas jaringannya
adalah Signal to noise Ratio (SNR) dan redaman (attenuation). Softswitch pada
teknologi MSAN terdiri dari fiber optik yang terhubung dengan Metro Ethernet
sehingga bisa menyalurkan komunikasi berupa data, suara, dan gambar yang bisa
mencapai 1 Gbps, serta dari perangkat MSAN sampai ke pelanggan menggunakan
Drop Wire yang berupa kabel tembaga.
GPON merupakan teknologi yang menggunakan segmen full berupa fiber
optik. Sehingga kecepatan penyaluran komunikasi sangat berbeda dengan
teknologi MSAN. Segmen teknologi ini secara sederhana dapat dibagi menjadi
tiga bagian utama yaitu Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution
Network (ODN), dan Optical Network Termination (ONT) dapat menjangkau
rumah pelanggan dengan jarak kurang lebih 20km. Sentral Telepone Otomat
(STO) Majapahit memiliki cakupan pelanggan yang cukup luas, sehingga
permintaan pemenuhan jaringan indihome di daerah tersebut sangat banyak.
Adapun sampel penelitian yang diambil adalah MSAN MRAD dengan GPON
ODC MJP-FA dan MSAN MDAV dengan GPON ODC MJP-FM di daerah
Palebon Raya, dan Sambiroto. Penamaan perangkat tersebut sudah ditentukan
oleh PT Telkom Indonesia. Seiring dengan banyaknya pelanggan di wilayah
tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan layanan. Peneliti ingin
mengetahui kualitas jaringan akses berdasarkan teknologi MSAN dan GPON di
kedua daerah tersebut. Parameter kinerja jaringan untuk MSAN dan GPON
berdasarkan jarak uplink perangkat yang disesuaikan dengan standar
Page 16
15
Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network
(TIPHON).
Data sampel diambil berdasarkan penggunaan perangkat teknologi MSAN
dan GPON terbanyak di wilayah Semarang. Jumlah sampel diambil dengan cara
menentukan perbandingan jarak antar perangkat dari sentral. Beberapa
perangakat tersebar di beberapa daerah dua diantaranya di Palebon Raya dengan
jarak cukup dekat dan Sambiroto dengan jarak yang cukup jauh dari sentral.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kualitas jaringan akses teknologi MSAN dan GPON STO
Majapahit berdasarkan Power Link Budget?
b. Apa saja faktor penyebab buruknya kualitas jaringan akses teknologi MSAN
dan GPON STO Majapahit serta perbaikan yang akan dilakukan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat memahami teknologi MSAN dan GPON di wilayah STO
Majapahit
b. Menganalisis parameter kinerja jaringan berdasarkan jarak uplink
perangkat menggunakan metode Power Link Budget.
c. Dapat menghitung kualitas jaringan akses apakah sesuai dengan
standart yang telah ditentukan PT. Telkom Indonesia.
1.3.2 Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kualitas jaringan akses internet Indihome di wilayah STO
Majapahit.
Page 17
16
b. Menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang kualitas jaringan
akses Indihome yang diberikan PT. Telkom Indonesia.
c. Menjadikan penelitian ini sebagai masukan kepada PT. Telkom
Indonesia khususnya PT Telkom Akses Semarang untuk
meningkatkan kualitas layanan.
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan tugas akhir ini, masalah yang dibahas terbatas pada:
a. Daerah penelitian untuk pemakaian teknologi MSAN dan GPON yang
terdapat pada wilyah Semarang khususnya di STO (MJP) Majapahit.
b. Pengukuran dilakukan hanya pada perangkat MSAN dan GPON
c. Menghitung loss fiber, loss splice, dan loss konektor, dengan metode Power
link budget
d. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat Optical Power Meter (OPM)
e. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 (dua) kali di wilayah STO Majapahit
Witel Semarang
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Penentuan judul, yaitu melakukan studi kasus sebagai rencana awal dalam
melakukan penelitian
b. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku Teknologi Jaringan akses
dan sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan karya tulis ini.
c. Metode Bimbingan Dosen, metode ini digunakan untuk mendapatkan
pengarahan dan pengajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dari dosen
Page 18
17
pembimbing dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir di metode lan data
atau penentuan sampel data.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai
permasalahan yang dibahas, sehingga dalam penulisan tugas akhir ini terbagi
dalam 5 (lima) bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, manfaat, tujuan,
pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini membahas secara singkat beberapa hal mengenai jaringan akses
telekomunikasi beserta teknologinya yang menggunakan media transmisi
yaitu tembaga dan serat optik, serta teori pendukung lainnya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang flowchart serta tata cara urutan analisa jaringan MSAN
dan GPON dan alat yang digunakan dalam pengukurannya.
BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN
Bab ini berisi tampilan hasil analisis dari pengukuran kualitas dan kinerja
jaringan MSAN dan GPON dengan standar dari PT. Telkom Indonesia. Hasil
analisis diperlihatkan dalam bentuk tabel pengukuran menggunakan metode
Power link budget.
Page 19
18
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu
hasil analisis dari kualitas dan kinerja jaringan pada perangkat MSAN dan
GPON terhadap standar yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi referensi baik yang didapat dari buku, jurnal penelitian dan
lainnya yang dipergunakan dalam penulisan penelitian.
Page 20
19
DASAR TEORI
2.1 Jaringan Telekomunikasi
Jaringan akses pada dasarnya merupakan jaringan yang mampu
menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon, namun karena perkembangan
teknologi, jaringan akses tidak hanya digunakan untuk pengiriman informasi
berupa suara melainkan juga digunakan untuk akses internet berupa data. Selain
itu, pengertian jaringan akses juga merupakan penghubung antar perangkat-
perangkat telekomunikasi yang terintegrasi satu sama lainnya. Jaringan
telekomunikasi tersusun dari beberapa perangkat utama yaitu transmisi, switching
dan sentral [3].
2.1.1 Perangkat Transmisi
Dalam proses telekomunikasi, perangkat yang berfungsi untuk
menyalurkan sinyal informasi adalah perangkat transmisi. Perangkat
transmisi ini terdiri dari beberapa jenis yaitu kabel udara dan cahaya
dengan media kabel serat optik. Masing-masing media memiliki
keunggulan dalam penyaluran sinyal informasi digunakan sesuai
dengan kebutuhan penyaluran informasi. [7]
2.1.2 Perangkat Switching
Perangkat ini merupakan perangkat telekomunikasi yang
berfungsi sebagai penyambungan agar komunikasi yang dilakukan
dapat terhubung dengan tujuan. Fungsi switching dalam telekomunikasi
adalah sebagai interkoneksi yang membuka trafik pada jaringan. Pada
Page 21
20
jaringan telekomunikasi tersebut, switching diletakkan antara nodes
dan terminal agar dapat mengalokasikan sebuah kanal. [7]
2.1.3 Perangkat Sentral
Perangkat sentral merupakan tempat berkumpulnya sinyal yang
pengirim sebelum menuju kepada penerima. Pada perangkat sentral ini,
nantinya sinyal informasi akan diubah-ubah sesuai dengan perangkat
yang menerima sinyal apakah itu elektrik, optik, maupun
elektromagnetik. [7]
2.2 Jaringan Akses Telekomunikasi
Proses telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan jarak jauh
antara pengirim dan penerima. Jaringan akses merupakan suatu sistem yang
menghubungkan proses telekomunikasi. Jaringan akses yang digunakan dalam
istilah telekomunikasi ada empat (4) yaitu Jaringan Akses Lokal Kabel (Jarlokab
atau Jarkab), Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar), Jaringan Lokal Akses Fiber
Optik (Jarlokaf), dan Jaringan akses Hybrid [2].
Jaringan akses telekomunikasi sudah mengalami proses perkembangan dari
komunikasi yang hanya dapat melayani komunikasi suara hingga komunikasi
dengan kecepatan tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya layanan jaringan akses
internet. Jaringan akses internet sangat di butuhkan di zaman teknologi saat ini.
Internet sendiri memiliki arti yang cukup luas dan merupakan singkatan dari kata
interconnection-networking yang jika diterjemahkan merupakan jaringan
interkoneksi yang lebih luas hingga mencapai seluruh dunia. Internet sangat erat
kaitannya dengan pengiriman data dan terdapat dua jenis dari pengiriman data
internet yaitu downstream dan upstream. Downstream merupakan kecepatan
pengiriman data saat mengambil atau mendownload data-data dari server internet.
upstream merupakan kecepatan pengiriman data pada saat mengirimkan data-data
Page 22
21
dari server internet. downstream dan upstream memiliki satuan kecepatan
pengiriman data yaitu bit per second (bps).
2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga
Jaringan akses sangat erat kaitannya dengan media yang
menyalurkan informasisalah satunya merupakan kabel tembaga.
Jaringan akses dengan media kabel tembaga ini terhubung antara
sentral dengan pelanggan blok Main Distribution Frame (MDF) hingga
Rumah Kabel (RK), selanjutnya menuju Distribution Point (DP).
Jaringan akses dengan media tembaga disebut dengan Jarlokat. Kabel
tembaga digunakan untuk sistem telekomunikasi berbasis suara
(telepon) namun berkat perkembangan teknologi, kabel tembaga harus
memenuhi beberapa kebutuhan yang tidak hanya melayani komunikasi
suara melainkan komunikasi data yang memerlukan bandwidth yang
lebar. Kabel tembaga dikombinasikan dengan kabel serat optik agar
dapat mendukung sistem telekomunikasi yang cepat dan kualitas yang
bak sesuai dengan standar.
Jarlokat memiliki perangkat Digital Subscriber Line Access
Multiplexer (DSLAM) yang berfungsi sebagai jembatan antara kabel
tembaga dengan kabel serat optik sebagai piranti yang diletakkan pada
sentral telepon. Piranti yang berbentuk jaringan komputer berfungsi
untuk menerima sinyal dari pelanggan dalam jumlah yang besar hingga
ribuan. DSLAM akan menerima pelanggan yang menggunakan
teknologi Digital Subscriber Line (DSL) kemudian sinyal tersebut akan
diteruskan ke jaringan utama yang berkecepatan tinggi menggunakan
teknologi multiplexing [4].
Page 23
22
Gambar 2-1 Konfigurasi Dasar JARLOKAT
2.2.2 Jaringan Lokal Akses Fiber Optik
Jaringan Lokal Akses Fiber Optik adalah teknologi penggunaan
kabel serat optik sebagai media transmisi dalam jaringan akses. Serat
optik dipilih sebagai media transmisi karena kemampuannya yang
dapat mengirimkan data berkapasitas besar dengan kecepatan tinggi
untuk jarak jauh sehingga mampu memenuhi permintaan bandwidth
yang sangat besar. Proses pengiriman informasi menggunakan media
serat optik adalah dengan melakukan peralihan sinyal elektrik menjadi
sinyal optik (cahaya). Hal itu dilakukan agar sinyal dapat
ditransmisikan melalui serat optik.
Kabel serat optik pada umumnya merupakan kabel yang terdiri
dari beberapa struktur di dalamnya. Serat optik single core memiliki
bagian-bagian yang disebut dengan inti (core), selubung (cladding),
dan jaket (coating). Inti (core) terbuat dari bahan silica (SiO2) atau
plastic. Bagian core fiber optik merupakan bagian yang terpenting
dalam penyaluran sinyal optik atau cahaya karena perambatan sinyal
optik terjadi di dalam core. Core serat optik sangatlah kecil hingga
berkisar antara 8 micron sampai 62,5 micron. Core dengan cladding
memiliki bahan yang hamper sama, tetapi dengan bias yang berbeda.
Page 24
23
Bias dari cladding lebih kecil daripada inti, hal itu dimaksudkan agar
cahaya tetap berada pada core. Coating merupakan pelindung luar dari
serat optik yang melindungi core dari kotoran dan kerusakan lain.[2]
Jenis serat optik yang lebih umum digunakan di Indonesia
sesuai dengan standar ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A khususnya
penyedia layanan telekomunikasi yaitu PT. Telkom Indonesia. Serat
optik jenis ini digunakan untuk kabel distribusi dan kabel feeder.
Setiap kabel memiliki rugi-rugi dalam penginstalasian hingga proses
pengiriman sinyalnya. Serat optik ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A
rugi-ruginya adalah ≤ 0,35 dB/km untuk panjang gelombang 1310
nano meter (uplink) serta ≤ 0,28 dB/Km untuk panjang gelombang
1490 nano meter (downlink) [5].
Media telekomunikasi memiliki bagian yang disebut dengan
pengirim (Tx) dan penerima (Rx) yang berfungsi sebagai masukan
sinyal listrik dan keluaran sinyal listrik. Sebagaimana fungsinya, serat
optik menyalurkan sinyal dalam bentuk cahaya. Jika cahaya masuk
pada ujung serat optik dengan sudut kritis dan sinyal itu datang dari
sebuah medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari udara
menuju inti serat optik yang mempunyai indeks bias yang lebih besar
maka sinar seluruhnya akan merambat pada sepanjang inti (core) dan
itu merupakan prinsip kerja serat optik berdasarkan hukum
Gambar 2-2 Struktur Serat Kabel Optik
Page 25
24
Snellius. Serat optik juga memiliki jenis transmisi atau mode
pemancaran cahaya di dalam inti yaitu jenis tunggal yaitu single mode
dan ganda yaitu multi mode.
Serat optik saat ini sudah banyak diimplementasikan pada
jaringan khususnya jaringan komputer baik lokal maupun untuk
jaringan internet. Pengiriman data dari serat optik yang sangat cepat
maka serat optik digunakan sebagai media transmisi dari jaringan
broadband dengan bandwidth yang besar. Teknologi akses serat optik
yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya adalah
Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON ini dikategorikan
sebagai jaringan broadband yang berkecepatan tinggi [3].
2.3 Alat Kerja Fiber Optik
2.3.1 Optical Power Meter
Optical Power Meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kekuatan dalam sinyal optik. Pada unit display, daya optik
diukur dan mengatur panjang gelombang ditampilkan. Meter listrik
Gambar 2-3 Konfigurasi Dasar JARLOKAT
Page 26
25
dikalibrasi menggunakan standar kalibrasi dapat dilacak seperti standar
NIST (National Institute of Standart and Technology).
Gambar 2-4 Optical Power Meter
2.3.2 Optical Light Source
Optical Light Source (OLS) merupakan suatu alat yang berfungsi
sebagai pemancar sinyal optik. Pada OLS terdapat beberapa setting
yaitu lambda/atau panjang gelombang:
• 850 nm digunakan untuk mengukur multi mode
• 1310 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan
jarak yang relatif pendek (10 km).
• 1550 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan
jarak jauh backbone (diatas 10 km)
Page 27
26
Alat ukur ini dipakai untuk mengetahui continuitas suatu link
optik atau meluruskan suatu terminasi optik.
2.3.3 Optical Time Domain Reflectometer
Optical Time-Domain Reflectometer atau biasa disingkat
menjadi OTDR, merupakan suatu peralatan optoelektronik yang
digunakan untuk mengukur parameter-parameter seperti pelemahan
(attenuation), panjang, kehilangan pencerai dan penyambung, dalam
sistem telekomunikasi serat optik. OTDR pada dasarnya terdiri dari
satu sumber optik dan satu penerima (receiver), modul akuisisi data,
media penyimpanan data, dan layar monitor.
Secara umum fungsi dari OTDR adalah mengukur redaman,
mengukur loss sambungan, mengukur loss antar dua titik, mengukur
jarak kabel, dan melokalisir gangguan. Prinsip kerja alat ukur OTDR
adalah sebagai berikut (PT Telekomunikasi Indonesia, 2013) :
Gambar 2-5 Optical Light Source
Page 28
27
a. OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser ke
dalam sebuah fiber optik
b. Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah
coupler ke detektor optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal
listrik dan ditampilkan pada layar CRT.
c. OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.
1) Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam fiber
digunakan untuk menghitung jarak = 2
t
n
c
Dimana:
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 m/s)
n = indeks bias
t = waktu
2) Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap
jarak.
Pemakaian alat ukur OTDR dipergunakan saat sedang instalasi atau dalam
melakukan pemeliharaan kabel fiber optik. Saat instalasi OTDR dipakai untuk
memastikan loss sambungan, konektor, dan loss karena tekukan atau tekanan
terhadap kabel. Dalam pemeliharaan dipergunakan untuk pengecekan periodik
untuk memastikan tidak ada degredasi fiber dan untuk melokalisir gangguan.
Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jangan melihat langsung laser ke mata karena berbahaya bagi mata.
b. Konektor harus bersih agar didapat hasil yang benar.
c. Tegangan catuan yang diijinkan.
d. Penanganan kabel konektor.
e. Kondisi lingkungan alat.
f. Kemampuan spesifik dari peralatan.
Page 29
28
g. Sebelum bekerja dengan OTDR harus diperhatikan spesifikasi teknik yang
dimiliki perangkat serta melalukan pembersihan terhada konektor.
2.3.4 Patchcord
Perangkat kabel ini memiliki struktur yang simplex satu (1)
core dan ada pula yang duplex dua (2) core, Single mode dan Multi
mode. Patchcord mempunyai banyak sekali jenis konektor, karena
masing-masing perangkat / alat yang digunakan mempunyai tipe yang
berbeda pula disesuaikan dengan kebutuhan patchcord sendiri adalah
kabel fiber optik dengan panjang tertentu yang sudah terpasang
konektor di ujungnya. Patchcord untuk menghubungkan antar
perangkat atau komunikasi dan patchcord sendiri merupakan kabel
fiber indoor yang dipakai hanya untuk di dalam ruangan saja.
Gambar 2-6 OTDR
Page 30
29
2.3.5 Konfigurasi Umum Jaringan Internet Triple Play pada IndiHome
Pada awalnya layanan-layanan PT. Telkom Indonesia
pemakaiannya sangat terbatas disebabkan oleh biaya peralatan yang
mahal dengan penggunaan perangkat aktif yang memerlukan tenaga
listrik contohnya pada optical switch. Perangkat teknologi
sebelumnya yaitu DSLAM atau MSAN masih memerlukan
peralatan seperti optical switch mulai digantikan dengan GPON
untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya yang mahal.
PT. Telkom Indonesia telah membuat program untuk
layanannya saat ini yaitu Indihome menggunakan serat optik
sepenuhnya melalui perangkat teknologi GPON, namun untuk
penggunaan perangkat teknologi lama seperti MSAN, masih
dipertimbangkan untuk tidak ditinggalkan karena masih disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan itu sendiri. Di dalam jaringan
IndiHome pada Gambar 2.1 berikut ini merupakan pembagian
antara jaringan MSAN dan GPON dari sentral menuju pelanggan.
Gambar 2-7 Patchcord
Page 31
30
Gambar 2-8 Konfigurasi MSAN dan FTTH [8]
Pada Gambar 2.8 di atas merupakan konfigurasi dari rute
pengiriman data yang dilewati baik melalu teknologi MSAN maupun
GPON pada Fiber to The Home (FTTH). Pada Gambar 2.8 terlihat
bahwa dari penyedia layanan hingga OLT didukung dengan media
serat optik, namun untuk keluaran perangkat merupakan titik
perbedaan antara MSAN dan GPON dapat terlihat jelas dimana pada
MSAN masih menggunakan cooper (tembaga) sebagai media
penyaluran datanya sedangkan pada GPON telah sepenuhnya
menggunakan serat optik hingga ke rumah pelanggan.
2.4 Gigabit Passive Optical Network
Gigabit Passive Optical Network (GPON) merupakan teknologi broadband
Access yang berbasis kabel serat optik yang diperlukan untuk memberikan
layanan multimedia (voice, data, video maupun yang lain). GPON
Page 32
31
menggunakan standar ITU-T G.984 dan merupakan bentuk khusus dari Fiber
To The Home (FTTH). Model paketisasi data menggunakan GPON
Encapsulation Method (GEM) dengan metode akses yang digunakan adalah
Time Division Multiple Access (TDMA) [9].
2.4.1 Konfigurasi GPON
Pada dasarnya GPON merupakan teknologi dari jaringan
FTTH yang seluruh jaringannya menggunakan serat optik dan
terhubung dari penyedia layanan hingga kerumah pelanggan.
Keunggulan GPON adalah berupa saluran sinyal ataupun bandwidth
dengan mencapai hingga 2,488 Gbps untuk downstream secara stabil.
Berdasarkan Gambar 2.9 di atas sistem utama GPON yang
mendukung jaringan FTTH terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
a. Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) merupakan perangkat awal yang berfungsi
sebagai interface antara penyedia layanan berupa data, video, dan suara
dengan sistem teknologi GPON dan memberikan informasi melalui
Element Management System (EMS) kepada sistem operasi. Pada Gambar
2.9 dapat dilihat perangkat OLT yang memiliki spesifikasi yaitu panjang
gelombang downstream 1490 nm, panjang gelombang upstream 1310 nm
Gambar 2-9 Sistem GPON [10]
Page 33
32
dan untuk sinyal RF analog yaitu untuk panjang gelombang pengiriman video
1550 nm.
b. Optical Distribution Network (ODN)
Konfigurasi untuk jaringan optik membutuhkan ODN sebagai perantara
atau terminasi antara perangkat OLT dan Optical Network Termination
(ONT). Komponen yang digunakan pada ODN menggunakan komponen
yang pasif seperti kabel serat optik, splices, konektor, splitter. Splitter
merupakan komponen yang sangat berperan dalam penyaluran sinyal
optik dan membaginya secara merata. Splitter tidak memerlukan energi
eksternal, itu sebabnya splitter merupakan komponen pasif.
c. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
Interface antara jaringan optik dengan pelanggan yang merupakan
komponen aktif untuk merubah sinyal optik dari ODN ke sinyal listrik. ONT
memiliki bentuk yang sama seperti modem Asymetric Digital Subscriber Line
(ADSL) yang mengantarkan layanan broadband ke pelanggan. Optical
Network Termination/Unit ONT/ONU diletakkan pada sisi pelangan untuk
jaringan FTTH.
Berdasarkan Gambar 2.9 di atas, pada arah downstream, sinyal TDMA dari
OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan
disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT. Setiap ONU hanya
mengakses pada port yang telah ditentukan untuk transmisi karena semua
informasi downstream disebarkan ke semua ONU seperti pengaman sinyal
dengan encryption. Pada arah sinyal upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara
sinkron dengan metode Time Division Multiple Access (TDMA) untuk
menghindari collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda [10].
Page 34
33
2.4.2 Prinsip Dasar GPON
Pada jaringan FTTH, sinyal yang dikirimkan berupa sinyal
optik melalui perangkat yang disebut dengan OLT kepada berbagai
ONT yang terdapat pada pelanggan melalui splitter yang berfungsi
untuk membagi-bagi serat optik tunggal kepada beberapa ONT.
Splitter ini merupakan salah satu elemen pasif yang berbasis
sistem Passive Optical Network (PON) yang merupakan sistem
jaringan point-to-multipoint dari serat optik ke arsitektur premise
network dimana unPowered optical splitter (splitter fiber) merupakan
serat optik tunggal [9].
Dasar arsitektur GPON menggunakan menggunakan sistem
Time Division Multiplexing (TDM) sehingga mendukung layanan
T1, E1, dan DS3. Sistem kerja dari pada GPON terpusat pada ONT.
Sistem pengiriman data GPON memiliki 3 mode Power yaitu mode 1
pada daya output normal, mode 2 dan 3 akan mengirimkan 3 – 6 dB
lebih rendah dari pada mode 1 dan nantinya OLT akan memberikan
isyarat pada ONT agar menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi
sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya. OLT akan memberi
perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal terlalu
lemah [9].
2.5 Multi Service Access Node
Multi Service Access Node (MSAN) merupakan suatu perangkat jaringan
akses yang menyediakan layanan broadband dan narrowband dalam
jaringan PSTN dan NGN (The Next Generation Network). MSAN
menyediakan fungsi broadband akses multiplexer sebagai IP DSLAM yang
Page 35
34
berdasarkan dengan teknologi Internet Protocol (IP), Asynchrounous Transfer
Mode (ATM), atau Time Division Multiplexing (TDM) melalui jaringan akses
tembaga maupun serat optik. Maka dari itu MSAN diimplementasikan untuk
menyediakan solusi untuk layanan triple play dengan kecepatan tinggi [4].
2.5.1 Komponen MSAN
Komponen dari pada perangkat MSAN merupakan perpaduan
yang baik dari layanan broadband dan narrowband yang membaur
menjadi satu kesatuan antara keduanya dari sebuah single platform
seperti [1]:
a. Layanan
1. Suara: Plain Old Telephone Service (POTS), Voice Internet
Protocol (VoIP), Interner Service Digital Network (ISDN).
2. Data: Time Division Multiplexing (TDM), leased line (Leased line:
2 MBit/s, nx64 Kbit/s, substrate), DSL
b. Transmisi
Transmisi data yang digunakan untuk perangkat MSAN
meliputi Synchronous Digital Hierarchy (SDH), dan Ethernet.
c. Topologi
MSAN dapat mendukung beberapa teknologi yang menggunakan
topologi yaitu star, ring, dan bus.
d. Fleksibel Service Acces
MSAN memiliki fleksibilitas untuk akses layanan dalam hal
menyediakan akses tembaga untuk voice dan DSL service
menggunakan combo card serta optik untuk layanan Ethernet.
Page 36
35
2.6 Parameter Kualitas Jaringan MSAN
Sebuah layanan memiliki spesifikasi standar untuk menentukan apakah
layanan yang diberikan baik atau buruk. Kualitas jaringan akses internet
pada layanan IndiHome menampilkan nilai redaman, dan kekuatan sinyal
pada proses transmisi. MSAN yang merupakan teknologi yang masih
memiliki komponen tembaga didalam topologinya memiliki parameter dalam
kualitas jaringan yaitu Signal to noise Ratio (SNR), dan attenuation (redaman).
2.6.1 Signal to noise Ratio
Signal-to-noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan antara
kekuatan sinyal dengan kekuatan noise yang dihasilkan oleh suatu
jaringan. Pada sistem jaringan, noise merupakan gangguan, oleh sebab
itu perbandingannya harus lebih besar nilai kekuatan sinyal daripada
nilai kekuatan noise. Jika nilai kekuatan sinyal lebih besar dari pada
noise, maka data yang dikirimkan atau informasi yang dikirimkan
dapat diterima dengan kualitas yang baik. Semakin tinggi nilai
SNR, maka semakin tinggi pula kualitas dari jaringan tersebut. Pada
persamaan berikut ini merupakan hubungan daya sinyal dan noise [11].
SNR = 10 Log10 (S/N) dB (1)
keterangan:
S: daya sinyal (Watt)
N: daya noise (Watt)
Berikut ini merupakan standar acuan nilai SNR pada software
IBooster berdasarkan lampiran Nomor: 02/000/COO=COO4100030/2009
tanggal: 16 Maret 2009:
Page 37
36
Table 2-1 Standar SNR menurut software IBooster [12]
Pada Tabel 2.1 di atas merupakan nilai daripada standar SNR yang
telah di tetapkan PT. Telkom Indonesia. Nilai SNR yang berada dibawah
13 dB akan mengalami penurunan kualitas, namun jika nilai diantara 13
dB dan 25 dB, kriteria kualitas jaringannya adalah bagus.
2.6.2 Redaman
Redaman atau attenuation merupakan salah satu kinerja
jaringan yang berfungsi sebagai penunjuk seberapa jauh kualitas sinyal
dari modem pelanggan sampai kepada perangkat jaringan akses
internet. Redaman berkaitan dengan melemahnya sinyal yang
diakibatkan oleh jarak yang ditempuh dan akan terjadi jika jarak media
transmisi terlalu jauh. Redaman ini dapat dihasilkan dari perbandingan
antara daya masukan dengan daya keluaran. Berdasarkan lampiran KR
Nomor: KR. 02/000/COO=COO4100030/2009 Tanggal: 16 Maret
2009, PT. Telkom Indonesia menetapkan standar parameter redaman
untuk transmisi asimetris adalah ≤ 65 dB [3].
Untuk menghitung nilai redaman dapat dilakukan melalui
persamaan berikut ini [11].
Standar Keterangan
25 dB Bagus Sekali
13 dB Buruk
Page 38
37
Attenuation = 10 log10 (P1/P2) dB (2)
Keterangan:
P1: daya sinyal kirim (watt)
P2: daya sinyal terima (watt)
Redaman merupakan kebalikan dari pada SNR. Jika nilai
redaman semakin besar, maka sinyal yang akan dihasilkan akan
semakin kecil. Semakin rendah nilai redaman semakin besar pula
sinyal dan kemungkinan mendapatkan kualitas pada jaringan
transmisi. Satuan pengukuran redaman adalah decibel (dB) yang
merupakan satuan perbedaan antara kekuatan daya pancar sinyal.
2.7 Parameter Kualitas Jaringan GPON
Kecepatan yang ditawarkan GPON sangat tinggi dibandingkan dengan
MSAN, namun untuk kestabilannya belum bisa dipastikan sebelum melihat
kualitas yang dihasilkan oleh teknologi GPON, apakah sesuai dengan yang telah
diberikan PT.Telkom Indonesia. Kualitas GPON berbeda dengan kualitas jaringan
pada MSAN, GPON hanya menampilkan kualitas perhitungan Link Power Budget
yang akan menghitung nilai Rx Power (daya keluaran pada penerima) secara
keseluruhan yang dimulai dari STO hingga ke pelanggan.
2.7.1 Rx Power
Berdasarkan standar dari ITU-T G.984 maka dilakukan
perhitungan untuk kualitas dari teknologi GPON yang
parameternya disebut dengan Link Power Budget. Pengukuran Link
Power Budget bertujuan untuk mengetahui batasan redaman total yang
diijinkan antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas penerima.
Link budget adalah estimasi kebutuhan daya yang diperhitungkan untuk
Page 39
38
memastikan level daya penerima (rx Power) lebih besar atau sama
dengan level threshold (daya minimum). Rx Power merupakan nilai
daya terima yang akan dihasilkan dari pengukuran secara total. Rx
Power satuan pengukurannya adalah decibel milliwatt (dBm)
merupakan satuan kekuatan sinyal/daya pancar.
Menurut peraturan dari PT. Telkom Indonesia jarak yang
telah ditentukan tidak lebih dari 20 km sedangkan untuk total redaman
tidak boleh lebih dari 28 dB dan sinyal yang diterima tidak boleh
kurang dari -28 dBm [5].
Pengukuran untuk mengetahui nilai Rx Power, PT. Telkom
Indonesia melalui anak perusahaannya yaitu PT. Telkom Akses
menyediakan sebuah aplikasi yaitu IBooster yang dapat mengukur Rx
Power secara total. Standar yang ditetapkan pada aplikasi tersebut
untuk nilai Rx Power adalah tidak boleh kurang dari -25 dBm.
Nilai Rx Power sesuai standar atau Rx Power > -25 dBm, maka aplikasi
akan tampak seperti pada Gambar 2.10 yang menandakan bahwa
jaringan stabil.
Gambar 2-10 Pengukuran Rx Power pada IBooster [12]
Page 40
39
Nilai download dari Rx Power yang dihasilkan pada
pengukuran menggunakan IBooster dapat dilihat pada anak panah
yang mengarah pada ONT/ONU pada Gambar 2.10 di atas bernilai -
17,567 dBm, hal itu berarti nilai Rx Power pada salah satu pelanggan
dalam kondisi yang baik. Nilai upstream yang dihasilkan dari
pengukuran dapat dilihat pada anak panah yang mengarah kepada
OLT yang menuju jaringan Metro Ethernet.
2.8 Parameter Kinerja jaringan
Kinerja jaringan yang buruk dapat dilihat dari seberapa mudah jaringan akses
internet mengalami kegagalan dalam pengiriman data maupun informasi.
Parameter kinerja jaringan yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan throughput, packet loss, dan delay. Penelitian ini akan
menganalisis parameter kinerja jaringan tersebut dengan standar umum yang
sering digunakan yaitu ITU-T.
2.9 Komponen Perangkat MSAN dan GPON
2.9.1 Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai
titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif (PON). Perangkat ini
mempunyai dua fungsi utama, yaitu:
1. Melakukan konversi antara sinyal listrik dan sinyal optik.
2. Mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringan
biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical
Network Unit (ONU).
Page 41
40
OLT merupakan penyedia interface antara sistem Passive Optical
Network (PON) dengan penyedia layanan (service provider) data, video, dan
telepon. Gambar 2.9 merupakan perangkat OLT di lapangan. Untuk
spesifikasi OLT dapat dilihat pada tabel 2.2
Gambar 2-11 Optical Line Terminal
Table 2-2 Spesifikasi Perangkat OLT (Luthfi Bahtiar, 2014)
Property Remarks
Interface type SC/PC
Interface Rate upstream: 1,244Gbps
downstream: 2,488 Gbps
Central Wavelenght upstream: 1310 nm
downstream: 1490 nm
Transmission Optical Power 1,5 dBm to 5dBm
Page 42
41
Maximum Receiver Sensitifity -28 dBm
Overload Optical Power -8 dBm
Standarts ITU-T G.984.2
2.9.2 Optical Distribution Cabinet (ODC)
Perangkat outdoor dalam jaringan akses fiber optik yang
pertama adalah Optical Distribution Cabinet (ODC). ODC adalah suatu
ruang yang berbentuk kotak atau kubah (dome) yang terbuat dari
material khusus yang berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan
jaringan optik single-mode, yang berisikan connector, splice, maupun
splitter dan dilengkapi ruang manajemen fiber dengan kapasitas
tertentu pada jaringan akses optik pasif (PON). ODC berfungsi
sebagai tempat terminasi antara kabel feeder dengan kabel
distribusi. Splitter dapat disimpulkan terdapat di dalam ODC dari
sentral atau OLT yang dibagi ke ODP.
Gambar 2-12 Optical Distribution Cabinet
Page 43
42
2.9.3 Multi Service Access Node (MSAN)
Perangkat aktif yang digunakan untuk mengoptimalkan media
akses tembaga. MSAN memberikan layanan voice, data dan video.
Layanan yang diberikan tergantung pada service yang disediakan oleh
operator telekomunikasi yang bersangkutan. MSAN didesign sebagai
perangkat indoor maupun outdoor.
Gambar 2-13 Perangkat MSAN
2.9.4 Power Link Budget
Power Link Budget adalah hasil dari total redaman optik yang
diizinkan sepanjang sumber titik optik sampai di titik penerima, hasil
yang didapat dari redaman kabel. Perhitungan redaman total, daya
terima, serta margin daya tersebut yang dikenal sebagai analisa Power
Link Budget. Link Budget dilakukan untuk mendapatkan jaringan yang
optimal pada perancangan ini. Perhitungan dilakukan berdasarkan
standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT.
Telkom, yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan redaman total tidak
lebih dari 28 dB. [10]
Page 44
43
Tujuan menghitung Link Budget untuk memastikan daya yang
cukup agar sampai ke penerima untuk mempertahankan kualitas yang
optimal selama pemakaian sistem. Untuk menghitung redaman
berdasarkan daya yang telah diketahui dalam pengukuran redaman
menggunakan Optical Power Meter, maka digunakan persamaan (2.1)
sebagai berikut. [10]
a = PRxPTx− (2.1)
Dimana :
a = attenuation (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Untuk menghitung total loss pada kabel fiber optik digunakan
persamaan (2.2) sebagai berikut.
af = lfL (2.2)
Dimana :
af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan (2.3) sebagai berikut.
ac = lcNc (2.3)
Dimana :
ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan (2.4) sebagai berikut.
Page 45
44
as = lsNs (2.4)
Dimana :
as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
Ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan (2.5)
sebagai berikut.
atot = ( )lfL + ( )lcNc + ( )lsNs + SP (2.5)
Dimana :
atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman yang ditimbulkan oleh splice (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Nilai redaman pada masing-masing komponen jaringan fiber optik
yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Page 46
45
Table 2-3 Nilai Redaman
No Perangkat Redaman
1 Kabel Fiber Optik 0,35 dB/Km
2 Splitter 1:4 7,25 dB
3 Splitter 1:8 10,38 dB
4 Konektor 0,25 dB
5 Splicing 0,10 dB
Page 47
46
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian
Dalam analisa kualitas jaringan akses Indihome berdasarkan teknologi MSAN
dan GPON hal yang paling dasar adalah menentukan lokasi yang akan dianalisa.
Tujuan dilakukan analisa yaitu untuk mengetahui apakah jaringan sudah sesuai
standar spesifikasi yang telah ditentukan. Diagram alur penelitian dapat dilihat
pada gambar 3.1 .
Gambar 3-1 Alur Penelitian
Page 48
47
Pertama yang harus ditentukan yaitu pemilihan STO (sentral telepon
otomat). STO merupakan control station pusat, dimana segmen sumber
jaringan telekomunikasi dimulai. Di dalam STO terdapat Optical Line
Terminal (OLT) dan ruang Fiber Termination Management (FTM). Studi
kasus saat ini penulis memilih STO Majapahit.
3.1.1 Tahapan pemilihan lokasi pelanggan berdasarkan :
1) Penggunaan perangkat Teknologi GPON dan MSAN yang terbanyak
di wilayah Semarang
2) Total perangkat MSAN dan ODC terbanyak dari STO yang terdapat di
Semarang.
3) STO Majapahit memiliki wilayah cakupan pelanggan yang terluas dan
banyak.
STO Majapahit (MJP) merupakan salah satu dari 18 STO yang terdapat di
wilayah Semarang. STO MJP memiliki 55 MSAN dan 88 ODC yang tersebar
di beberapa daerah, dua (2) diantaranya adalah Palebon dan Sambiroto yang
dijadikan daerah sampel data penelitian. Setiap daerah memiliki simbol atau
singkatan untuk memudahkan dalam pengenalannya yaitu MSAN MRAD dan
GPON ODC MJP-FA untuk daerah Palebon serta MSAN MDAV dan GPON
ODC MJP-FM untuk daerah Sambiroto. Peta jaringan STO MJP dapat dilihat
pada Gambar 3.2 di bawah ini :
Page 49
48
Gambar 3-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM
Gambar 3-3 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA
Page 50
49
3.2 Pegambilan Data Sampel
Pengukuran uplink perangkat dilakukan menggunakan alat ukur yaitu OPM
(Optical Power Meter) dan OLS (Optical Light Source). Pada titik hasil
pengukuran dicatat dan dibuat tabel pengukuran untuk dilakukan perbandingan
perhitungan menggunakan metode Power Link Budget. Hasil survei dapat dilihat
pada tabel berikut
Table 3-1 Komponen Perangkat MSAN MRAD
No Perangkat Jumlah
1 Konektor 7 buah
2 Splicing 4 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
Table 3-2 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA
No Perangkat Jumlah
1 Konektor 7 buah
2 Splicing 2 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
Page 51
50
Table 3-3 Komponen Perangkat MSAN MDAV
No Perangkat Jumlah
1 Konektor 7 buah
2 Splicing 5 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
4 Joint Closure 1 buah
Table 3-4 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FM
No Perangkat Jumlah
1 Konektor 5 buah
2 Splicing 4 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
4 Joint Closure 1 buah
3.2.1 Pegambilan Data Sampel Pelanggan
Nomor pelanggan yang telah diperoleh dari node user
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan paket-paketnya. Paket 1
Mbps, 2 Mbps, dan 3 Mbps merupakan paket untuk perangkat
teknologi MSAN, sedangkan paket 10 Mbps, 20 Mbps, dan 50 Mbps
untuk GPON. Seluruh paket kemudian dipilih salah satunya yang
paling dominan dan popular digunakan oleh masyarakat yaitu 1 Mbps
untuk MSAN dan 10 Mbps untuk GPON. Hal itu dilakukan agar dapat
menentukan jaringan sudah sesuai standar atau belum.
Page 52
51
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Sampel data pada penelitian ini dibedakan menurut penggunaan teknologi
MSAN maupun GPON, sedangkan untuk metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif, yaitu analisis pengamatan terhadap perbandingan
antara teori dan hasil aktual di lapangan sesuai parameter PT. Telkom Akses
Semarang.
4.2 Arsitektur Jaringan MSAN dan GPON
Pada penelitian ini sampel MSAN dan GPON yang digunakan adalah MSAN
MRAD dengan GPON ODC-MJP-FA dan MSAN MDAV dengan GPON ODC-
MJP-FM, masing-masing berada di Jalan Palebon dan Jalan Sambiroto. Adapun
titik STO yang menjadi acuan adalah STO MJP (Majapahit) yang memiliki
cakupan terluas di wilayah PT. Telkom Semarang, dengan jarak perangkat MSAN
dan GPON yang berbeda-beda. Pemilihan kedua sampel MSAN dan GPON
tersebut berdasarkan pertimbangan jarak uplink antara STO sampai ke perangkat.
Adapun jarak MSAN MRAD berada sekitar 803 meter dari STO ke perangkat
MSAN-nya, sedangkan untuk jakak GPON-nya sekitar 793 meter dari STO ke
perangkat ODC. Adapun untuk MSAN MDAV memiliki jarak sekitar 5485 meter
dari STO ke parangkat MSAN-nya, sedangkan GPON-nya berjarak sekitar 5173
meter dari STO ke perangkat ODC. Teknik yang digunakan untuk mengukur
jarak MSAN dan GPON yaitu menggunakan google earth karena software
tersebut dirasa valid dan mudah untuk diapliaksikan. Untuk lebih jelasnya dapat
melihat gambar di bawah ini:
Page 53
52
Gambar 4-1 MSAN MRAD dan GPON ODC-MJP-FA
Gambar 4-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM
Page 54
53
4.3 Power Link Budget
Metode perhitungan ini sesuai standar PT Telkom Indonesia yg mangacu
kepada standar parameter ITU-T G.984.2. Sehingga dapat diketahui jaringan yang
ada sudah layak dan optimal untuk digunakan atau belum. De
Table 4-1 Loss Maksimum Elemen Network ITU-T G.984.2
No Element Network Batasan Ukuran
1 Kabel Max 0,35 dB/Km
2 Splicing Max 0,1 dB
3 Connector Loss Max 0,25 dB
4 Splitter 1:2 Max 4,2 dB
5 Splitter 1:4 Max 7,8 dB
6 Splitter 1:8 Max 11,4 dB
7 Splitter 1:16 Max 15,0 dB
8 Splitter 1:32 Max 18,6 dB
9 Combiner/DWDM Max 1 dB
Page 55
54
4.4 Pengukuran Kualitas Jaringan
Pengukuran pertama uplink perangkat dilakukan dengan cara melakukan
kalibrasi terhadap OPM dan OLS dengan menggunakan 2 (dua) patchcord dan 1
(satu) adapter, nanti akan muncul daya pada OPM. Dilanjutkan pengukuran pada
tiap node yaitu pengukuran di perangkat MSAN MRAD, ODC-MJP-FA, MSAN
MDAV, dan ODC-MJP-FM. Pengukuran dilakukan menggunakan sebuah alat
ukur optik yaitu Optical Power Meter. Pada tiap-tiap titik hasil pengukuran
dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk dilakukan perbandingan
perhitungan menggunakan metode Power Link Budget.
Table 4-2 Hasil Pengukuran Optical Power
No Node Optical Power
1 MSAN MRAD -05,55 dBm
2 GPON ODC-MJP-FA -05,75 dBm
3 MSAN MDAV -16,72 dBm
4 ODC-MJP-FM -10,26 dBm
Page 56
55
Table 4-3 Hasil Pengukuran
1
Pengukuran pada
MSAN MRAD
didapatkan daya sebesar
-05,55 dBm
2
Pengukuran pada
GPON ODC-MJP-FA
didapatkan daya sebesar
-05,75 dBm
Page 57
56
3
Pengukuran pada
MSAN MDAV
didapatkan daya sebesar
-16,72 dBm
4
Pengukuran pada
GPON ODC-MJP-FM
didapatkan daya sebesar
-10,26 dBm
Page 58
57
4.5 Perhitungan MSAN MJP MRAD
Table 4-4 Data Perhitungan MSAN MJP MRAD
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan uplink pada MSAN
MJP MRAD yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PRxPTx−
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-05,55)
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -05,55 dBm
3 Redaman serat optic lf 0,35dB/Km
4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB
5 Redaman konektor lc 0,25 dB
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 4 titik
7 Jumlah konektor Nc 7 buah
8 Panjang Kabel Optik L 0,793 Km
Page 59
58
= -4,43 dB
Jadi, nilai referensi redaman total yang timbul pada jaringan uplink MSAN
MJP MRAD adalah sebesar -4,43 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan
persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = lfL
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Hasil : af = (793m + 10m) x 0,35 dB
= 803m x 0,35 dB
= 0,803 Km x 0,35 dB
= 0,281 dB
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 0,281
dB.
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ac = lcNc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh
konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)
Page 60
59
Hasil: 𝛼𝑐 = 7 x 0,25 dB
= 1,75 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,75 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
as = lsNs
Dimana : as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice
(dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Hasil : 𝛼𝑠 = 4 x 0,10 dB
= 0,4 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,4 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5
sebagai berikut.
atot = ( )lfL + ( )lcNc + ( )lsNs + SP
Dimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
𝑙𝑓 = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
Page 61
60
lc = Redaman konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Hasil : atot = (0,803 Km x 0,35 dB) + (7 x 0,25 dB) + (4 x
0,10 dB)
= 0,281 dB + 1,75 dB + 0,4 dB
= 2,431 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah
sebesar 2,431 dB.
4.6 Analisa MSAN MJP MRAD
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink MSAN MJP-
MRAD yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang
diterima seperti pada tabel di bawah ini:
Table 4-5 Daya Yang Diterima MSAN MJP MRAD
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran -4,43 dB
2 Perhitungan 2,431 dB
Page 62
61
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik.
4.7 Perhitungan GPON ODC-MJP-FA
Table 4-6 Data Perhitungan ODC-MJP-FA
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada GPON
ODC-MJP-FA yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PRxPTx−
Dimna : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optic PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -05,75 dBm
3 Redaman serat optic lf 0,35dB/Km
4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB
5 Redaman konektor lc 0,25 dB
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 3 titik
7 Jumlah konektor Nc 5 buah
8 Panjang Kabel Optik L 0,793 Km
Page 63
62
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-05,75)
= -4,23 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink GPON ODC-MJP-FA
adalah sebesar-4,23 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan persamaan
2.2 sebagai berikut.
af = lfL
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Hasil : af = (793m )x0,35 dB
= 793m x 0,35 dB
= 0,793 Km x 0,35 dB
= 0,27 dB
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 0,27 dB
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut:
ac = lcNc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh
konektor (dB)
Page 64
63
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)
Hasil ac = 5 x 0,25 dB
= 1,25 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,25 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
𝛼𝑠 = 𝑁𝑠 x 𝑙𝑠
Dimana : 𝛼𝑠 = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice
(dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Hasil : 𝛼𝑠 = 3 x 0,10 dB
= 0,3 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,3 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5
sebagai berikut.
atot = ( )lfL + ( )lcNc + ( )lsNs + SP
Dimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
𝑙𝑓 = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Page 65
64
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Hasil : atot = (0,793 Km x 0,35 dB) + (7 x 0,25 dB) + (4 x
0,10 dB)
= 0,27 dB + 1,25 dB + 0,3 dB
= 1,82 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah
sebesar 1,82 dB.
4.8 Analisa GPON ODC-MJP-FA
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink GPON ODC-MJP FA
yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima
seperti pada tabel di bawah ini:
Table 4-7 Daya yang Diterima ODC-MJP-FA
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran -4,23 dB
2 Perhitungan 1,82 dB
Page 66
65
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik.
4.9 Perhitungan MSAN MJP MDAV
Table 4-8 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -16,72 dBm
3 Redaman serat optik Lf 0,35dB/Km
4 Redaman sambungan (splice) Ls 0,10 dB
5 Redaman konektor Lc 0,25 dB
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 5 titik
7 Jumlah konektor Nc 7 buah
8 Panjang Kabel Optik L 5,485 Km
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada MSAN
MJP MDAV yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
Page 67
66
a = PRxPTx−
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-16,72)
= 6,74 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink MSAN MJP
MDAV adalah sebesar 6,74 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan
persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = lfL
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Hasil : af = (5173m + 312m)x0,35 dB
= 5485m x 0,35 dB
= 5,485 Km x 0,35 dB
= 1,919 dB
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 1,919 dB
Page 68
67
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ac = lcNc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh
konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)
Hasil ac = 7 x 0,25 dB
= 1,75 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,75 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
as = lsNs
Dimana : as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice
(dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Hasil : as = 5 x 0,10 dB
= 0,5 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,5 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5
sebagai berikut.
Page 69
68
atot = ( )lfL + ( )lcNc + ( )lsNs + SP
Dimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
𝑙𝑓 = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Hasil : atot = (5,485 Km x 0,35 dB) + (11 x 0,25 dB) + (4 x
0,10 dB)
= 1,919 dB + 1,75 dB + 0,5 dB
= 4,16 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah
sebesar 4,16 dB.
4.10 Analisa MSAN MJP MDAV
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink MSAN MJP MDAV
yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima
seperti pada tabel di bawah ini:
Page 70
69
Table 4-9 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 6,74 dB
2 Perhitungan 4,16 dB
yaitu nilai pengukuran melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
tidak baik. Hal tersebut sangat berpengaruh pada titik penerima sehingga membuat
pelanggan kurang puas.
4.11 Perhitungan GPON ODC-MJP-FM
Table 4-10 Data Perhitungan ODC-MJP-FM
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -14,40 dBm
3 Redaman serat optik lf 0,35dB/Km
4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB
5 Redaman konektor lc 0,25 dB
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 4 titik
7 Jumlah konektor Nc 5 buah
8 Panjang Kabel Optik L 5,173 Km
Page 71
70
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada
GPON ODC-MJP-FM yang telah diketahui daya output nya menggunakan
Optical Power Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PRxPTx−
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-14,40)
= 4,42 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink GPON ODC -MJP-
FM adalah sebesar 18,7 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan
persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = lfL
Dimana : 𝛼𝑓 = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Hasil : 𝛼𝑓 = (5173m )x0,35 dB
= 5173m x 0,35 dB
= 5,173 Km x 0,35 dB
= 1,810 dB
Page 72
71
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 1,810 dB
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ac = lcNc
Dimana : 𝛼𝑐 = Redaman total yang ditimbulkan oleh
konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)
Hasil 𝛼𝑐 = 5 x 0,25 dB
= 1,25 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,25 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
as = lsNs
Dimana : 𝛼𝑠 = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice
(dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Hasil : 𝛼𝑠 = 4 x 0,10 dB
= 0,4 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,3 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5
sebagai berikut.
atot = ( )lfL + ( )lcNc + ( )lsNs + SP
Page 73
72
Dimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
𝑙𝑓 = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman splice/sambungan (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Hasil : atot = (5,173 Km x 0,35 dB) + (7 x 0,25 dB) + (3 x
0,10 dB)
= 1,810 dB + 1,25 dB + 0,4 dB
= 3,46 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah
sebesar 3,46 dB.
4.12 Analisa GPON ODC-MJP-FM
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink GPON ODC-MJP-FM
yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima
seperti pada tabel di bawah ini:
Page 74
73
Table 4-11 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM
yaitu nilai pengukuran melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
tidak baik. Hal tersebut sangat berpengaruh pada titik penerima sehingga membuat
pelanggan kurang puas.
4.13 Hasil Kualitas Jaringan Akses Pada MSAN
Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan kualitas perangkat berdasarkan
teknologi MSAN dan GPON terdapat perangkat dengan kualitas yang baik dan tidak
baik. Karena uplink perangkat terdapat di segmen awal jadi itu sangat mempengaruhi
kualitas di segmen ujung atau pelanggan. Hal tersebut dapat dilihat melalui aplikasi
IBooster.
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 4,42 dB
2 Perhitungan 3,46 dB
Page 75
74
Gambar 4-3 Pengukuran SNR MSAN pada IBooster
Pada Gambar 4.3 di atas nilai upstream SNR MSAN terdapat pada tulisan
berwarna biru yaitu 11 dB yang merupakan nilai dari salah satu pengukuran pada
pelanggan MSAN MJP MDAV. Nilai upstream tersebut menandakan kualitas
jaringan berada di bawah standar yaitu di bawah 13 dB.
4.14 Hasil Kualitas Jaringan Akses Pada GPON
Pengukuran kualitas jaringan akses pada aplikasi IBooster, hanya
menampilkan parameter Rx Power atau daya terima total pada penerima. Bentuk
tampilan dari aplikasi IBooster untuk pengukuran GPON dapat dilihat pada Gambar
4.4 di bawah ini
Page 76
75
Gambar 4-4 Pengukuran Rx Power GPON pada IBooster
Pada Gambar 4.4 di atas merupakan nilai dari salah satu pengukuran untuk
pelanggan GPON ODC-MJP-FM. Nilai upstream Rx Power pada OLT -26,293 dBm
yang ditampilkan menandakan bahwa nilai Rx Power terlalu kecil sehingga kualitas
jaringan pada pelanggan GPON menurun.
Seperti yang diketahui jaringan uplink MSAN MJP MDAV dan GPON ODC-
MJP-FM merupakan jaringan eksisting cukup lama. Sehingga kemungkinan ada
beberapa faktor yg menyebabkan penurunan kualitas jaringan akses:
a. Kondisi kabel optik yang sudah tidak memenuhi standar redaman yaitu 0,35
dB/Km.
Gambar 4-5 Total Fiber Loss
Page 77
76
b. Kemudian terjadi bending/tekukan pada kabel serat optik yang dapat
menambah redaman/loss dan dapat mempengaruhi output daya yang
diterima. Mengingat jaringan eksisting melewati jalur polongan di bawah
tanah.
Gambar 4-6 Bending/Tekukan Pada Kabel Optik
Page 78
77
c. Konektor yang kotor juga menjadi salah satu penyebab timbulnya
redaman/loss yang tidak sesuai standar ketentuan.
d. Hasil sambungan yang tidak sesuai standar loss yaitu 0,1 dB juga dapat
mempengaruhi output daya yang diterima.
Gambar 4-8 Redaman Splice
Gambar 4-7 Konektor
Page 79
78
4.15 Optimasi Jaringan
Untuk melalukan optimasi jaringan dapat dilakukan beberapa tindakan dengan
cara melakukan splice ulang di titik bending/tekukan kabel agar mengurangi total
loss redaman.
Table 4-12 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV setelah optimasi
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -13,34 dBm
3 Redaman serat optik Lf 0,35dB/Km
Gambar 4-9 Proses Splice Core Optik
Page 80
79
4 Redaman sambungan (splice) Ls 0,10 dB
5 Redaman konektor Lc 0,25 dB
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 5 titik
7 Jumlah konektor Nc 7 buah
8 Panjang Kabel Optik L 5,485 Km
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada GPON
ODC-MJP-FA yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PRxPTx−
Dimna : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-13,34)
= 3,36 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink MSAN MJP MDAV
adalah sebesar 3,36 dB
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink MSAN MJP MDAV
yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima
seperti pada tabel di bawah ini:
Page 81
80
Table 4-13 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV Sebelum Optimasi
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 6,74 dB
2 Perhitungan 4,16 dB
Table 4-14 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV setelah optimasi
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 3,36 dB
2 Perhitungan 4,16 dB
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik.
Table 4-15 Data Perhitungan ODC-MJP-FM setelah optimasi
No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -10,26 dBm
3 Redaman serat optik lf 0,35dB/Km
4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB
5 Redaman konektor lc 0,25 dB
Page 82
81
6 Jumlah sambungan (splice) Ns 4 titik
7 Jumlah konektor Nc 5 buah
8 Panjang Kabel Optik L 5,173 Km
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada
GPON ODC-MJP-FM yang telah diketahui daya output nya menggunakan
Optical Power Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PRxPTx−
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-10,26)
= 0,28 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink GPON ODC -MJP-
FM adalah sebesar 0,28 dB
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink GPON ODC-MJP-FM
yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima
seperti pada tabel di bawah ini:
Page 83
82
Table 4-16 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM sebelum optimasi
Table 4-17 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM setelah optimasi
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 4,42 dB
2 Perhitungan 3,46 dB
No Data Daya Diterima
1 Pengukuran 0,28 dB
2 Perhitungan 3,46 dB
Page 84
83
SARAN DAN KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Kualitas MSAN dan GPON memiliki perbedaan kecepatan bandwidth yaitu
MSAN hanya maksimal 5 Mbps dan GPON bisa mencapai 100 Mbps
walaupun memiliki segmen uplink yang sama. Jadi pemilihan teknologi
GPON menjadi solusi untuk kenyamanan pelanggan.
2. Jaringan MSAN dan GPON pada STO Majapahit memiliki uplink dengan
jenis kabel yang terbuat dari serat optik untuk keduanya. Konfigurasi untuk
MSAN MRAD melewati ODC MJP-FA dan MSAN MDAV melewati ODC
MJP-FM.
3. Hasil pengukuran dan perhitungan Power Link Budget terdapat perangkat
dengan kondisi baik karena nilai pengukuran tidak melebihi nilai
perhitungan yaitu MSAN MJP MRAD dengan nilai pengukuran -4,43 dB
dan nilai perhitungan 2,431 dB, GPON ODC-MJP-FA dengan nilai
pengukuran -4,23 dB dan nilai perhitungan 1,82 dB. Hal tersebut menjadikan
kualitas jaringan di pelanggan stabil.
4. Hasil pengukuran dan perhitungan Power Link Budget terdapat perangkat
dengan kondisi kurang baik karena nilai pengukuran melebihi perhitungan
yaitu MSAN MJP MDAV dengan nilai pengukuran 6, 74 dB dan nilai
perhitungan 4,16 dB GPON ODC-MJP-FM dengan nilai pengukuran 4,42
dB dan nilai perhitungan 3,46 dB. Hal tersebut menjadikan kualitas jaringan
di pelanggan tidak stabil.
5. Optimasi jaringan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan kabel
untuk mencari titik bending/ tekukan kabel dan dilakukan splice ulang
Page 85
84
5.2 Saran
1. Dalam penelitian sebaiknya perhitungan optimasi untuk jaringan MSAN dan
GPON ini diterapkan di lapangan.
2. Melakukan penelusuran lebih lanjut untuk mencari titik bending atau
penyebab redaman pada kabel serat optik yang tidak sesuai dengan standar.
3. Melakukan penggantian kabel serat optik atau penambahan kabel baru yang
mencatu MSAN MJP MDAV dan ODC MJP-FM agar tidak terjadi gangguan
atau perubahan nilai redaman pada kabel dan ada opsi untuk melakukan
perbaikan core eksisting.
Page 86
85
DAFTAR PUSTAKA
[1] Willy Wirawan. 2013. “Analisia Performansi Layanan Speedy dengan
Menggunakan Perangkat MSAN (Multi Speed Access Node) Sebagai NGN (
Next Generation Network) Studi Kasus PT Telkom Tbk (Divisi Access)”.
Pekanbaru : Skripsi
[2] Haris Bacharudin Rahman . 2019. “Perancangan dan Analisis Jaringan
Fiber to The Home dengan Teknologi GPON (Gifabit Passiveoptical
Network) di Area Kelurahan Sragen Tengah”. Bandung : Skripsi
[3] Solichah Larasati dkk. 2014. “Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap
Penrapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus di PT
Telkom Purwokerto”. Vol. 4 No. 1 Jurnal Semantik
[4] Ilham Bayu Prabowo. “Perancangan FTTH pada Link STO Ahmad Yani ke
Apartement Gateway”. Bandung
[4] F. Azis, M. K. Purnama, J. Hertikawan and F. Dahmir, "Analisis dan
Perancangan Teknologi GPON sebagai Perangkat Akses dalam
Menyalurkan Triple Play Service oleh PT. Transdata Satkomindo",
thesis.binus, 2013.
Page 87
86
[5] Telkom, "IndiHome," PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, [Online].
Available:http://www.telkom.co.id/products/my-broadband/indihome.
[Accessed 25 Desember 2020].
[6] S. Larasati, W. Pamungkas and E. Wahyudi, "Analisis Kualitas Jaringan
Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M pada Perangkat MSAN
Studi Kasus di PT. Telkom Purwokerto", Semarang: SEMINAR
[7] NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN
2014 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto, 2014.
[8] A. Poutanen, “Triple Play Services”, Innovation in Telecommunications,
p.39, 2006
[9] PT. Telkom Akses, "SOP IBooster", PT. Telkom Akses, 2016.
[10] PT. TELKOM, “Pengukuran Kabel Serat Optik Dengan Power Meter”,
Divlat PT. TELKOM, Semarang, 2000.
[11] Wicaksono Iham Dwi, “ Analisa Jaringan FTTT Pada BTS Telkomsel
Dengan Teknologi GPON Menggunakan Metode Power Link Budget (Studi
Kasus Site Telkomsel SMG773 Palebon Tengah Semarang)”, Universitas
Semarang, 2019.
Page 88
87
LAMPIRAN
PENGUKURAN OPTICAL POWER MENGGUNAKAN OPTICAL POWER
METER (OPM)
ODC MJP FM ODC MJP FA
Page 89
88
MSAN MDAV MSAN MRA D
MSAN MDAV Setelah Optimasi ODC-MJP-FM Setelah Optimasi
Page 90
89
Hasil Pengukuran SNR MSAN menggunakan IBooster
Hasil Pengukuran Rx Power GPON menggunakan IBooster
Proses Splice Core Optik
Page 98
90
BIODATA PENULIS
Nama : Bayu Adi Nugroho
NIM : C.431.15.0114
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 21 Desember 1993
Alamat : Doplang, RT 04/RW 01, Kec. Jati, Kab. Blora
Riwayat Pendidikan : SD N 02 Doplang Thn 2000-2006
SMP Negeri 1 Doplang Thn 2006-2009
SMK MIGAS Cepu Thn 2009-2012