TUGAS AKHIR PENENTUAN BEBAN KERJA BERDASARKAN JUMLAH ASUPAN KALORI DAN TINGKAT KELELAHAN KARYAWAN PADA STASIUN PENYORTIRAN BUAH KELAPA SAWIT (Study Khasus di PT. Karya Tanah Subur (KTS)Aceh Barat) Oleh MUZAWIR 08C10207035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2013
69
Embed
TUGAS AKHIR - repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/595/1/BAB I_V.pdf · Menurut penelitian sebelumnya di mana Ada ... diukur berjalan secara normal dan wajar. 5 3. Data yang diperoleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS AKHIR
PENENTUAN BEBAN KERJA BERDASARKAN JUMLAH ASUPAN
KALORI DAN TINGKAT KELELAHAN KARYAWAN PADA
STASIUN PENYORTIRAN BUAH KELAPA SAWIT
(Study Khasus di PT. Karya Tanah Subur (KTS)Aceh Barat)
Oleh
MUZAWIR
08C10207035
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingkat kesehatan karyawan dan kenyamanan kerja dapat mencerminkan
keseriusan suatu perusahaan dalam memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
Ditinjau dari sisi ergonomi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan harus
sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang
dikeluarkan harus seimbang dengan energi yang dimiliki (dikonsumsi).
Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal,
untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya
kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Bila kekurangan gizi
pada makanan yang dikomsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat
buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun,
badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, beraksi
lamban dan apatis, karena itu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan
jenis dan beban kerja yang dilakukan, (Sudiarti, 2010).
Pekerja yang bekerja dengan beban kerja berat tentunya membutuhkan
asupan makanan dan waktu istirahat yang berbeda dengan pekerja yang bekerja
dengan beban kerja ringan. Menurut penelitian sebelumnya di mana Ada
hubungan signifikan antara beban kerja dengan status gizi pekerja, (Surita Ginting,
2011).
2
Apabila asupan makanan dan lamanya waktu istirahat tidak sesuai dengan
beban kerja yang diberikan akan menyebabkan pekerja berada dalam kondisi yang
tidak optimal. Hal ini dapat dilihat pada penelitian sebelumnya di mana
Cardiovascular Load pekerja rata-rata 33,24 % yang termasuk dalam katagori 30
% - 60 % dengan beban kerja diperlukan perbaikan (Yulanda, 2011).
Hal ini juga perlu di perhatikan pada PT. Karya Tanah Subur merupakan
perusahaan industri yang bergerak dalam bidang pengolahan Fresh Fruit Bunch
(FFB) atau tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel
(PK). Dimana dalam memproduksi ini semua banyak memerlukan tenaga manusia
salah satunya pada bagian sortasi buah yaitu sangat mengutamakan tenaga pekerja
dalam menyortir buah, dengan demikian peranan pekerja pada bagian sortasi buah
ini menjadi salah satu dalam menentukan kualitas Crude Palm Oil (CPO).
Sehingga perlu diperhatikan beban kerja pekerja agar tidak melebihi standar
Cardiovascular Load (CLV) diatas 30 %.
Adapun di pabrik ini pekerja melakukan pekerjaan dalam waktu yang
sangat panjang yaitu selama 9 jam dengan waktu istirahat 2 jam dan
menggunakan 2 (dua) Shift, dan memiliki jam lembur yang cukup panjang dari
jam 01:00 sampai 07:00 pagi.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan kelelahan hal ini merujuk pada
pekerja manual di sektor industri yang menggunakan waktu kerja 8 jam sehari,
seorang tenaga kerja itu dapat bekerja tampa kelelahan dan waktu istirahat singkat
serta sering sangat bermanfaat untuk kebugaran tubuh pekerja, (Herrianto, 2010).
3
Hubungan antara waktu bekerja dan istirahat menentukan efisiensi dan
produktivitas kerja. Pada suatu penelitian terhadap pekerjaan yang biasa, tidak
terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sudah 4 jam bekerja,
(Suma’mur , 2009). Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula
di dalam darah, untuk hal ini istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus-
menerus sangat penting artinya.
Istirahat pendek sering dilakukan juga lebih baik dari pada melakukan
istirahat satu kali dalam waktu yang panjang (Sedamayanti, 1996). Sejalan dengan
penelitian ini menurut Tarwaka lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang
ditetapkan (8 jam per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur waktu
istirahat khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat
dipertahankan, (Tarwaka, 2004).
Merujuk dari hal diatas peneliti merencanakan melakukan penelitian
dengan judul “Pengukuran Jumlah Kalori Yang di Komsumsi Untuk
Menetukan Beban Kerja Karyawan pada Stasiun Penyortiran Buah Kelapa
Sawit di PT. Karya Tanah Subur (KTS).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka ada beberapa rumusan
masalah dalam penelitian adalah:
1. Apakah asupan makanan pekerja sudah mencukupi jumlah kalori yang
dibutuhkan?
2. Apakah jadwal kerja pekerja sudah sesuai dengan beban kerja pekerja?
4
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan beban kerja berdasarkan klasifikasi beban kerja (%CVL) pada
pekerja.
2. Menentukan jumlah kandungan kalori pada asupan makanan pekerja.
3. Menentukan jadwal kerja pekerja yang disuaikan dengan waktu istirahat yang
di butuhkan pekerja pada bagian penyortiran buah.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
1.4.1. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penilaian jumlah kalori adalah dari makanan yang dikonsumsi pekerja setiap
harinya.
2. Metode penentuan kebutuhan kalori menggunakan analisa denyut jantung
sebagai penentu berat atau ringannya faal kerja.
3. Pengamatan dilakukan mulai pukul 07.00 sampai pukul 17.00 WIB.
4. Pekerja yang diamati adalah pekerja dengan tingkat kemampuan dan
keterampilan rata-rata dalam menyelesaikan pekerjaannya.
1.4.2. Asumsi
Asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kondisi fisik dan mental pekerja serta kondisi kerja dianggap dalam keadaan
baik.
2. Proses produksi ataupun aktivitas-aktivitas yang dilakukan pekerja yang
diukur berjalan secara normal dan wajar.
5
3. Data yang diperoleh dari perusahaan yang berhubungan dengan penelitian
diangap benar.
4. Fasilitas – fasilitas yang mendukung jalannya produksi dapat bekerja dan
berjalan dengan baik.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menganalisa
penggunaan “energi kerja” dan peningkatan kesehatan kerja serta untuk
pengaturan jadwal kerja dan periode istirahat pekerja.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman dalam menerapkan
teori yang didapat di perguruan tinggi kedalam lingkungan industri secara
nyata dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
3. Bagi Departemen Teknik Industri
Penelitian bermanfaat sebagai tambahan referensi yang dapat memperkaya
laporan-laporan penelitian Teknik Industri serta dapat digunakan sebagai acuan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
tentang penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai
berikut :
6
BAB I: Pendahuluan, diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian serta
sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II: Landasan Teori, memuat penjelasan tentang konsep dan dasar
untuk memecahkan masalah penelitian dan pedoman untuk
pembahasan masalah, antara lain konsep ergonomi, beban kerja,
perhitungan konsumsi kalori, perhitungan kalori yang dibutuhkan
pekerja dan penentuan waktu istirahat dengan menggunakan
metode pendekatan fisiologis.
BAB III: Metodologi Penelitian, menguraikan metode-metode yang dipakai
untuk mencapai tujuan penelitian yang meliputi: metode
pengumpulan data, metode pengolahan data dan tahapan penelitian
secara lengkap.
BAB V: Pengumpulan dan Pengolahan Data, memuat data penelitian
meliputi: denyut nadi, asupan makanan, berat badan dan umur,
sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
metode fisiologis.
BAB VI: Analisis Pemecahan Masalah, memuat analisa terhadap hasil
pengolahan data dan pemecahan dilakukan terhadap masalah yang
dikaji.
BAB VII: Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian serta saran yang perlu bagi perusahaan secara
ringkas dan padat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala aktivitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik, (Tarwaka, dkk, 2004).
Menurut Eko Nurmianto (1996) definisi ergonomi adalah studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anantomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan serta
evaluasi dari sebuah produk.
Peranan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Ergonomi dapat berperan pula sebagai
desain pekerjaan pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam
istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan
variasi pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu ergonomi juga memberikan
peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja,
misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem rangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk peragaan visual (visual
display unit station).
8
2.2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi menurut Tarwaka, dkk
(2004) adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.
2.3. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal
tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya, (Tarwaka, dkk, 2004). Dari sudut
pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu
dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi.
Dalam kata lain, tuntutan tugas tidak boleh terlalu rendah (underload) dan
juga tidak boleh terlalu berlebihan(overload). Karena keduanya, baik underload
maupun overload akan menyebabkan stress.
9
Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas
tersebut dapat diilustrasikan pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Konsep Dasar Keseimbangan dalam Ergonomi(Sumber: Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk 2004)
a. Kemampuan Kerja (Work Capacity) Kemampuan seseorang sangat ditentukan
oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia, jenis kelamin,
antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan.
2. Physicological Capacity (Kemampuan Fisiologis); meliputi kemampuan dan
daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera.
3.iBiomechanical Capacity (Kemampuan Biomekanik) berkaitan dengan
kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.
b. Tuntutan Tugas (Task Demand) Tuntutan tugas pekerjaan /aktivitas tergantung
pada:
1. Task and Material Characteristic (Karakteristik tugas dan Material): ditentukan
oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja.
10
2. Organization Characteristic: berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat,
shift kerja, cuti dan libur, manajemen.
3.iEnvironmental Characteristic: berkaitan dengan teman setugas, kondisi
lingkungan kerja fisik, norma, adat kebiasaan dan sosial-budaya.
c.iPerformansi (Performance) Permormansi atau tampilan seseorang sangat
tergantung kepada rasio besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) lebih besar dari pada Kapasitas kerja
(Work Capacity), maka hasil akhirnya berupa: ketidaknyamanan overstress,
kelelahan, kecelakaan, cidera, rasa sakit dan tidak produktif.
2. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) lebih rendah dari pada Kapasitas kerja
(Work Capacity), maka hasil akhirnya berupa: undertress, kebosanan,
kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis
(Task Demand = Work Capacity) sehingga tercapai kondisi lingkungan yang
sehat, aman, nyaman dan produktif.
2.4. Kerja Fisik dan Aktivitas Kerja Manusia
Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik (physical work) adalah
kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya
(power), kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual operation dimana
performance kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi
sebagai sumber tenaga (power) maupun pengendali kerja (control),
(Wignjosoebroto, 2000). Kerja fisik, seringkali dikonotasikan sebagai kerja berat
11
ataupun kerja kasar, dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan usaha
fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung.Dalam hal kerja fisik
ini maka konsumsi energi (energi consumption) merupakan faktor utama dan
tolok ukur yang dipakai sebagai penentu berat ringannya kerja fisik tersebut.
Untuk menentukan berat ringannya aktivitas kerja manusia perlu
dilakukan pengukuran aktivitas kerja fisik yaitu mengukur berapa besarnya tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya.
Dalam pencarian metode pengukuran mengenai keseluruhan kegiatan yang
dialami pekerja selama pelaksanaannya dan penyebaran informasi-informasinya
ke dalam bentuk angka-angka, diperlukan pendekatan secara ilmiah dan secara
teknik.
Sebagaimana diketahui secara umum, kerja manusia ada yang bersifat
mental dan ada yang bersifat fisik, dan masing-masingnya mempunyai tingkat
intensitas yang berbeda-beda.
Tingkat intensitas yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian tenaga
yang berlebihan, dan sebaliknya tingkatintensitas yang terlampau rendah
memungkinkan timbulnya rasa jenuh dan bosan. Pada tingkat intensitas yang
optimum ada di antara kedua batas ekstrim tersebut dan tentunya tidak sama untuk
setiap individu. Berdasarkan perbedaan tingkat intensitas tersebut, usaha-usaha
ergonomi harus diarahkan pada pencapaian tingkat intensitas yang optimum ini.
Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia penentuanya biasanya
berdasarkan pada kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha dalam
penentuan besarnya tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini
12
memiliki tingkat kesulitan tertentu karena terjadinya perubahan fisik yang
keadaannya normal menjadi keadaan fisik yang aktif. Perubahan ini akan
melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah, peredaran
udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida
yang digunakan, temperatur atau suhu badan, banyaknya keringat yang
dikeluarkan dan komposisi kimia yang terkandung dalam urine darah.
Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan jantung dan kecepatan
pernafasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan lingkungan, atau tekanan
akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut tersebut memiliki pengaruh
yang sama. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seseorang meningkat,
akan sulit ditentukan apakah akibat kerja, akibat rasa takut atau akibat temperatur
ruangan yang terlalu panas. Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria
Fisiologis dapat digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil,
atau situasi kerjanya harus dalam keadaan normal.
Pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan dan daya tahan tubuh pada
hakekatnya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor subjektif lainnya, seperti besarnya tenaga yang dikeluarkan,
kecepatan kerja, cara dan sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olah raga, jenis
kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi beban dan arah gerakan dari
anggota tubuh, dan lain-lain.
Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan aktivitas tertentu akan
berpengaruh pada kekuatan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut.
Artinya, kekuatan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan
13
makin rendah dan sebaliknya. Bakuan internasional menetapkan bahwa seseorang
membutuhkan 2400 kkal setiap harinya untuk kebutuhan kerja internal tubuh dan
kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan di rumah, di perjalanan dan sebagainya.Ini
berarti energi yang tersisa untuk bekerja hanya 2400 kkal, bila dimasukkan
kalorinya 4800 kkal. Bila pekerjaannya menghabiskan lebih dari ini, keadaannya
akan bertambah buruk bila masukan kalorinya kurang dari 4800 kkal. Karena itu,
tiga hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem kerja, yaitu :
1. Sistem kerjanya tidak membutuhkan energi tubuh lebih dari 2400 kkal.
2. Bila harus melebihinya, mesti ada makanan tambahan yang diberikan pada
pekerja.
3. Walaupun tidak melebihi 2400 kkal, untuk berapapun energi kerja yang
diperlukan hendaknya diperhatikan masukan kalori sehari-hari pekerja, agar
kebutuhan 2400 kkal untuk aktivitas kerja tetap terpenuhi secara minimal.
2.5. Beban Kerja
Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, (Anggara, 2006). Secara ergonomis fisiologis ada
3 jenis beban kerja, yaitu pertama, beban kerja fisik energetis yaitu beban kerja
yang ditimbulkan oleh kerja fisik atau otot, beban kerja fisik energetis dibedakan
menjadi beban kerja statis dan beban kerja dinamis. Kedua, beban kerja perseptif
yaitu beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja mental (otak) dan kerja pancaindera
terutama penglihatan dan pendengaran, keterlibatan kontraksi otot dan dengan
sendirinya sumber energi atau kalori yang mendukungnya relatif kecil.
14
Ketiga, beban kerja biomekanik yaitu beban kerja yang disebabkan
terutama oleh kerja statis dan kerja dinamis yang berhubungan dengan sikap
(posisi) tubuh atau bagian tubuh serta berat badan pada waktu kerja yang kurang
tepat.
Faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain:
a. Jenis kelamin, laki-laki lebih kuat dibandingkan wanita karena ukuran
otot lebih besar.
b. Usia, usia yang lebih muda tentu memiliki tenaga yang lebih banyak
dibandingkan dengan usia yang lebih tua.
c. Kondisi tubuh, seseorang yang kondisi fisiknya pulih dari penyakit
maka tenaganya jauh berbeda, begitu juga dengan wanita hamil.
d. Kegiatan atau aktifitas pekerjaan, semakin besar otot yang digunakan
maka semakin banyak kerja, maka semakin lama akan mempengaruhi
beban kerja selanjutnya.
Analisis beban kerja adalah suatu analisis mengenai banyaknya pekerja
yang harus dipekerjakan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu. Dengan
demikian diketahuinya beban kerja maka akan dapat diketahui seberapa besar
beban yang harus ditanggung oleh pekerja, dan apakah terjadi kelebihan tenaga
kerja atau sebaliknya adanya kekurangan tenaga kerja. Data rata-rata waktu
operasi yang diperoleh dari pengukuran waktu kerja pada setiap stasiun kerja
untuk operator yang di cermati digunakan sebagai data untuk menentukan waktu
baku per unit output dari tiap tahapan proses.
15
2.6. Penilaian Beban Kerja Fisik
Metode penilaian beban kerja tidak langsung adalah dengan menghitung
denyut nadi selama bekerja (Tarwaka, dkk 2004). Pengukuran denyut jantung
selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain
dengan metode 10 denyut , (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:= × 60 …..…………(2.1)
Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja
mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, efisien dan murah juga
tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak
menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan
denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam
peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Lebih lanjut
untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi
kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
16
Cardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.% = × 100 ………………………………………………..(2.2)
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:
(220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. <30 % maka tidak terjadi kelelahan
2. 30 % - < 60 % maka diperlukan perbaikan
3. 60 % - < 80 % maka kerja dalam waktu singkat
4. 80 % - < 100 % maka diperlukan tindakan segera
5. > 100 % maka tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi
menguunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan
Metode Brouha. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak menganggu atau
menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti
bekerja.
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolue denyut nadi
pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas.Jika pemulihan nadi tidak
segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan
fisik.Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel
17
keseluruhan dari variabel bebas task (tugas), organisasi kerja dan lingkungan kerja
yang menyebabkan beban kerja tambahan.
2.7. Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat.Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari
setiapindividu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, dkk, 2004).
Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,
sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan
lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status
kesehatan, dan gizi, (Grandjean, 1993).
Pada kelelahan umum (general fatigue), gejala utama kelelahan umum
adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu
dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut.Tidak adanya gairah
untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa
mengantuk.
2.8. Pemulihan Energi Saat Istirahat
Irama antara konsumsi energi dan pergantian antara bekerja dan
pemulihannya berguna bagi semua fungsi tubuh.Ia diperlukan bagi keseluruhan
orang maupun jantung atau otot. Waktu istirahat merupakan kebutuhan fisiologis
yang tidak dapat ditawar demi untuk mempertahankan kapasitas kerja.
18
Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi kerja fisik, tetapi juga oleh
jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf. Istirahat juga dibutuhkan
untuk mempertahankan ketangkasan digital, ketajaman indera serta ketekunan
konsentrasi mental.
Menurut Suma’mur (2009) menyatakan bahwa bekerja adalah anabolisme
yakni mengurangi atau menggunakan bagian-bagian yang telah dibangun
sebelumny. Dalam keadaan demikian, sistem syaraf utama yang berfungsi adalah
komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas tidak dapat dilakukan
terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat untuk memberi kesempatan
tubuhmelakukan pemulihan.Pada saat istirahat tersebut, maka tubuh mempunyai
kesempatan membangun kembali tenaga yang telah digunakan (katabolisme).
Setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan ritmis
antara kebutuhan energi dengan penggantian kembali sejumlah energi yang telah
digunakan atau istirahat, (Grandjean, 1993). Kedua proses tersebut merupakan
bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan fungsi biologis
tubuh. Dengan demikian jelas bahwa untuk memelihara performansi dan efisiensi
kerja, waktu istirahat harus diberikan secukupnya, baik antara waktu kerja
maupun di luar jam kerja (istirahat pada malam hari).
Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang telah ditetapkan
(8 jam per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur waktu-waktu istirahat
khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat dipertahankan
dalam batas-batas toleransi. Pemberian waktu istirahat tersebut secara umum
dimaksudkan untuk:
19
a. Mencegah terjadinya kelelahan yang berakibat kepada penurunan kemampuan
fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja.
b. Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau penyegaran.
c. Memberikan kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial.
2.9. Penentuan Konsumsi Energi dan Waktu Istirahat Dengan PendekatanFisiologis
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan