-
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASANIBU HAMIL DALAM
MENGHADAPI PROSES PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KUALABHEE KECAMATAN WOYLA
KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH :
MAWARNINIM: 07C10104094
Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2013
-
1
BAB I
PENDHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita.
Kesehatan
wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya. Wanita lebih
cepat bereaksi
terhadap setiap kondisi yang dihadapinya dibandingkan dengan
pria. Oleh karena
itu kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual sangat
diperlukan bagi
seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak. Kondisi ini
akan
mendukung kesanggupan untuk menyesuaikan diri selama proses
kehamilan.
Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira,
dilain pihak
ada yang menyambut dengan kecemasan, ketakutan dan kesedihan,
(Laksonno,
2008).
Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses somatik,
tetapi juga
mengalami implikasi psikologik yang mendalam dan membekas.
Perkembangan
proses somatik banyak ditentukan oleh keadaan anatomi dan
fisiologi, sedangkan
sifat-sifat pengalaman fisiologik sangat erat hubungannya dengan
perasaan ibu
baik terhadap kondisi dirinya sendiri, terhadap anak yang
dikandungnya,
terhadap suaminya, dan juga terhadap lingkungan sekitarnya,
(Nengah, 2008).
Proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage,
passanger, power
dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan
persalinan.
Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman yang timbul
karena sesuatu
yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian besar tidak
diketahui dan
-
2
2
berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan
menjadi lama
atau perpanjang kala II, (Saifuddin, 2002).
Persalinan adalah suatu peristiwa dan pengalaman penting dalam
kehidupan
seorang wanita. Peristiwa-peristiwa itu mempunyai makna yang
berbeda bagi
setiap wanita maupun keluarganya. Bagi para wanita persalinan
itu bermakna
positif hal ini merupakan fase transisi yang menyenangkan
ketahap baru dalam
siklus kehidupannya dan juga bisa menyebabkan stres serta
kekecewaan,
(Laksonno, 2008).
Trimester ketiga merupakan klimaks kegembiraan emosi karena
kelahiran
bayi. Akhir bulan ke – 8 mungkin mengalami periode tidak
semangat dan depresi
karena ketidaknyamanan bertambah karena bayi bertambah besar.
Ketika dua
minggu sebelum melahirkan sebagian besar wanita mulai merasa
senang.
Keinginan bayinya sama ketakutan akan keselamatan saat
melahirkan,
(Purwaningsih Wahyu, dkk. 2010).
Menghadapi akhir semester ketiga, seorang ibu hamil sering
mengalami
keluhan-keluhan seperti kesulitan bernafas dan merasakan gerakan
janin lebih
keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih,
dan defikasi.
Membesarnya perut ibu seiring dengan perkembangan janin dalam
rahimnya akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengurus anak-anak yang lain
dan
melaksanakan pekerjaan rutin, (Prayuda, 2008).
Kecemasan adalah hal yang wajar kehamilan adalah hal yang luar
biasa
karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang
mengubah
hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat
dipengaruhi
oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah
menjalani kehamilan
-
3
3
dengan kasus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga akan
mengalami
kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat kecemasan
mempunyai
dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan
dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan komplikasi
dan penyakit
pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan,
terutama tentang proses mekanisme persalinan, (Kusmiati Dkk,
2008).
Menurut Sulistyawati (2005), ibu yang baru pertama sekali
hamil,
mengalami kecemasan adalah hal yang wajar. Hal ini disebabkan
karena
kecemasan dalam menghadapi persalinan merupakan suatu masalah
yang dihadapi
oleh seorang ibu yang akan menjalani persalinan tentu muncul
perasaan-perasaan
takut, stres, dan sebagainya. Namun demikian kecemasan pada
individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber
penting
dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut dan tidak tentram
disertai
berbagai keluhan fisik, keadaan tersebut dapat terjadi dalam
berbagai situasi
kehidupan maupun sebagai gangguan sakit. Kecemasan juga
merupakan salah
satu unsur emosi yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
kehidupannya,
karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam
kehidupan tidak
selalu menyenangkan, tetapi sering muncul suatu situasi yang
membawa
kecemasan, (Vida, 2004).
Kecemasan yang dialami oleh pasien memiliki beberapa tingkat
mulai dari
ringan sampai dengan panik. Tingkat kecemasan ini dipengaruhi
oleh beberapa
faktor-faktor antara lain: umur pasien, tingkat pendidikan
pasien, dan juga
-
4
4
pekerjaan pasien. Disamping itu pengalaman masa lalu juga ikut
mempengaruhi,
(Potter & Ferry, 2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat dari
persalinan
atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan),
terjadi di negara-
negara berkembang, sedangkan angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih
tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari
307/100.000 kelahiran
hidup. Peningkatan angka kematian di indonesia disebabkan karena
terlambat
mengenali tanda dan bahaya kehamilan, kemudian pencapaian
fasilitas untuk
persalinan yang terlambat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sehingga
tingkat kecemasan yang dialami ibu bersalin bisa meningkat,
(WHO, 2011).
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten
Aceh Barat jumlah ibu hamil yang tercatat yaitu 3861 orang
(94,80%) dan dari
UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla pada tahun 2012
tercatat ibu
hamil sebanyak 266 orang dari 43 desa. Dari data tersebut
diperoleh ibu hamil
yang mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan
yaitu sebanyak
53 orang, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses
Persalinan Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla
Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka permasalahan
masalah
dalam penelitian ini adalah Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan
Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan Di Wilayah Kerja
UPTD
Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun
2012.
-
5
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Proses
Persalinan di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla
Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2012.
1.3.2.Tujuan Khusus
1.3.1.1. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu takut mati
terhadap proses
persalinan.
1.3.1.2. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu trauma
kelahiran terhadap
proses persalinan.
1.3.1.3. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu perasaan
berdosa atau
bersalah terhadap ibunya terhadap proses persalinan.
1.3.1.4. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan ibu ketakutan
melahirkan
terhadap proses persalinan.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1.Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang
berarti
karena dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi empiris
tentang Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi
Proses
Persalinan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan
Woyla
Kabupaten Aceh Barat.
-
6
6
1.4.2. Aplikatif
1.4.2.1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang tingkat
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi akhir kehamilan atau
persalinan.
1.4.2.2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi dan bacaan untuk menambah wawasan
tentang
tingkat kecemasan dalam menghadapi akhir kehamilan.
1.4.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat berguna sebagai bahan bacaan dan referensi untuk
mahasiswa
Universitas Teuku Umar khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat
serta sebagai
bahan informasi dan masukan di perpustakaan.
1.4.2.4. Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan
dalam
upaya peningkatan kesehatan psikologi ibu dalam menghadapi akhir
kehamilan
persalinan.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kecemasan
Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman,
kekhawatiran, yang
timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan,
(Maramis, 2004). Stuart (2010), mengatakan kecemasan adalah
keadaan emosi
yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami
secara
subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan
penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon
emosional
terhadap penilaian tersebut.
Kecemasan adalah hal yang wajar kehamilan adalah hal yang luar
biasa
karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang
mengubah
hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil dapat
dipengaruhi
oleh turun naiknya kadar hormon. Selain itu ibu yang pernah
menjalani kehamilan
dengan kasus khusus seperti mengalami keguguran, perdarahan juga
akan
mengalami kecemasan pada kehamilan selanjutnya. Mengingat
kecemasan
mempunyai dampak yang buruk bagi kehamilan maka perlu dilakukan
tindakan
pencegahan dan pengobatan bila diperlukan agar tidak menimbulkan
komplikasi
dan penyakit pada kehamilan. Gangguan psikis disebabkan oleh
kurangnya
pengetahuan, terutama tentang proses mekanisme persalinan,
(Kusmiati Dkk,
2008).
-
8
8
Kecemasan merupakan respons psikologis terhadap adanya stimulus
dari
dalam maupun dari luar tubuh. Beberapa ahli telah mendefinisikan
pengertian
cemas sebagai berikut :
1. Respon emosional terhadap penilaian yaitu berkaitan dengan
perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek
yang spesifik, (Stuard and Sundeen, 2010).
2. Suatu keadaan individu / kelompok mengalami perasaan yang
sulit
(ketakutan) dan aktivitas sistem syaraf otonom dalam
berespon
terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik, (Capernito,
1995).
3. Respon tanpa objek yang spesifik yang secara objektif dialami
dan
dikomunikasikan secara interpersonal, (Suliswati, 2005).
4. Fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat dipersiapkan reaksi
adaptif
yang sesuai, (Freud, 2005).
5. Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman,
kekhawatiran,
yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang
tidak
menyenangkan, (Maramis, 2004).
2.1.1.Tanda dan Gejala Kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan
oleh
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan
yang dirasakan oleh
individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2004), antara
lain adalah
sebagai berikut:
1. Gejala psikiologis: pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk,
takut
-
9
9
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang,
tidak
tenang, gelisah, mudah terkejut.
2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
3. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
4. Gejala somatic: rasa sakit pada otot dan tulang,
berdebar-debar,
sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan
perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain
sebagainya.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan
fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya
kecemasan,
(Kaplan & Sadock, 2010). Menurut Stuart (2010), pada orang
yang cemas akan
muncul beberapa respon yang meliputi :
1. Respon Fisiologis
a) Kardiiovasklar: palpitiasi, tekanan darah meningkat,
tekanan
darah menurun, denyut nadi menurun.
b) Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan
terengah-
engah.
c) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada
perut,
mual dan diare.
d) Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan
pusing.
e) Traktus urinarius: sering berkemih.
f) Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
-
10
10
2. Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan
fisik,
reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang
kooordinasi,
menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari
masalah.
3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa,
salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran
diri
meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil
keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas,
bingung, takut,
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera
atau
kematian.
4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu,
tidak
sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa,
rasa
bersalah dan malu.
2.1.2. Stresor Predisposisi
Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Berbagai teori telah
dikembangkan untuk
menjelaskan asal predisposisi ansietas, antara lain, (Stuard dan
Sundeen, 2010).
1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik
emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego.
Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan
super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi
menengahi
-
11
11
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
ansietas
adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan
takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
Interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti
perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan
spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan kecemasan yang berat.
3. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk
frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain
menganggap
ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan
keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang
pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan
dirinya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihahan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4. Kajian sosial menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal
yang biasa ditemui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih
dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-y
neroregulator
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas, sebagaimana hal dengan
endorfin.
-
12
12
Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap
ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2.1.3.Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau dikutip oleh Stuart (2010), mengidentifikasi
kecemasan
dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan
kecemasan
antara lain :
1. Kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang
dialami
sehari-hari. Individu masih waspada serta menajamkan indra.
Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran
yang
menjadi perhatiannya terjadi penyempitan lapangan persepsi,
masih
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan berat, lapangan persepsi individu sangat sempit.
Pusat
perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat
berfikir
tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk
terfokus
pada area lain.
4. Panik, individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian
karena
hilang kontrol (tidak terkendali), terjadi peningkatan aktivitas
motorik,
penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional.
Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian.
-
13
13
Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama
Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala,
antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri
dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat
dengan
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
3. Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri,
pada
binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada
kerumunan
orang banyak.
4. Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari,
tidur
tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk
dan mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat
menurun
dan daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari
dan
perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku,
kedutan
otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik): tinnitus (telinga
berdenging),
penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan
perasaan ditusuk-tusuk.
-
14
14
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah):
takikardi
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut
nadi
mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak
jantung
menghilang/ berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sepit
di
dada, rasa tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/
sesak.
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut
melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,
perasaan
terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah,
BAB
konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan
berat badan.
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang
air
kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak
dapat
haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa
haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali
dalam
sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi
melemah,
ereksi hilang dan impotensi.
13. Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat,
kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan
bulu-bulu
berdiri.
14. Tingkah laku/sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
kening/
dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras, nafas
pendek
dan cepar serta wajah merah.
-
15
15
2.1.4. Rentang Respon Kecemasan
Menurut Stuart (2010), rentang respon induvidu terhadap cemas
berfluktuasi
antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling
adaptif
adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi
dengan cemas
yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif
adalah panik
dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
yang
dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
Rentang Respon Kecemasan.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
2.1.5. Stresor Presipitasi atau Pencetus
Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal dan
eksternal.
Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
(Suliswati, 2005):
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat
membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi
seseorang.
-
16
16
2.1.6. Mengatasi Kecemasan
Menurut Sulistyawati (2009), ada beberapa cara mengatasi
kecemasan
adalah sebagai berikut:
a. Kaji penyebab cemas.
b. Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan
alternatif
penanganan.
c. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan
keluarga.
d. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab
cemas
dengan menjadi teman sekaligus pendengar yang baik, menjadi
konselor, dan lakukan pendekatan yang bersifat spiritual.
e. Memberikan pendidikan kesehatan.
f. Memfasilitasi menjadi orang tua dengan melakuka beberapa
hal
berikut.
- Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan
kemampuan
mereka sebagai orang tua.
- Upaya untuk belajar merawat bayi yang selama ini telah
dilakukan
sudah cukup bagus.
- Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah
suatu
anugerah sekaligus amanah yang harus dirawat baik-baik.
- Dengan adanya anak akan merubah beberapa pola dan
kebiasaan
sehari-hari.
-
17
17
2.2. Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio
atau
fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan disebut juga sejak masa yang
dimulai sejak
konsepsi (pertemuan spermatozoa dengan sel ovum) diakhiri dengan
permulaan
persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus
adalah kira-kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan 40
minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan
lebih dari 43
minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 hingga
36 minggu
disebut kehamilan premature, (Sarwono, 2005).
2.2.1. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Wibisono dan Dewi (2009), ada dua jenis tanda-tanda
kehamilan
sebagai berikut:
1. Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti
hamil.
a. Tes kencing menggunakan alat celup menunjukkan hasil
positif.
b. Terlambat menstruasi.
c. Terasa mual dan muntah.
d. Perut terasa membesar.
e. Payudara terasa membesar dan kencang.
2. Tanda-tanda kehamilan yang pasti.
a. Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultra sonografi).
b. Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat
ini
tidak boleh dipakai selama kehamilan.
c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa.
-
18
18
Adapun hal yang harus dihindari pada tiga bulan pertama
kehamilan
Wibisono dan Dewi (2009), adalah sebagai berikut:
a. Alkohol.
b. Asap rokok.
c. Kafein.
d. Olahraga berlebihan.
e. Mandi sauna.
f. Berhubungan seks (masih kontoversi).
g. Terbang dengan pesawat, terutama jika jarak tempuh
membutuhkan
waktu lama.
2.2.2.Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil
dan
petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti
bahwa
selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi
dapat juga
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di
rumahnya
ataupun di posyandu, (Depkes RI, 2005).
Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau
lebih
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan, dengan
distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan
I, minimal 1 kali
pada triwulan II, dan minimal 2 kali pada triwulan III, (Depkes
RI, 2005).
-
19
19
2.3. Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal dalam
kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa
sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan
peranan keluarga
adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi
proses
persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah
penting dalam
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian
proses
persalinan berlangsung dengan aman dan baik bagi ibu maupun bagi
bayi yang
dilahirkan, (Sumarah dkk, 2009).
Menurut Depkes (2004), Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan
selaput ketuban keluar dari rahim ibu.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau
melalui jala lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini
di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta,
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
2.3.1. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), terdapat beberapa
tanda/gejala
dalam menghadapi persalinan adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya his persalinan, karakter dari his persalinan
yaitu:
a. pinggang tersa sakit menjalar kedepan
b. sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin
besar.
c. Terjadi perubahan pada serviks.
-
20
20
d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan,
maka kekuatannya bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan Darah (penanda persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks
yang
menimbulkan:
a. pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada
kanalis
servikalis terlepas.
c. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan
dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai,
maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya
ekstraksi
vakum, atau sectio caesaria.
2.3.2.Tahapan Persalinan
Menurut Sumarah dkk (2009), tahapan dalam persalinan dibagi
menjadi 4
tahap, yaitu:
1. Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Proses ini berlangsung
kurang
lebih18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8
jam) dari
pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam)
dari
pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.
-
21
21
2. Kala II (pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses
ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Pada
kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3
menit sekali.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus
teraba
keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit
kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari
dindingnya.
4. Kala IV (Observasi)
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV yaitu:
a. tingkat kesadaran penderita
b. pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan
pernapasan.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya pendarahan
Pendarahan di anggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi
400 sampai 500 cc.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam
Persalinan
2.4.1.Takut mati
Perasaan biasanya muncul karena belum menyadari akan nilai hidup
dan
kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah disebabkan
karena mati
dan hidup tidak ada ketentraman, orang yang cemas adalah karena
dirinya tidak
-
22
22
mengenal takdir nasip dari tuhan. Ketakutan terhadap kematian
biasanya muncul
pada orang yang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan
terhadap tuhan.
2.4.2.Trauma kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari
rahim
ibunya. Ketakutan berpisah adakalanya menghinggapi seorang ibu
yang merasa
amat takut kalau bayinya akan terpisah dari dirinya, seolah-olah
ibu tersebut
menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.
2.4.3.Perasaan berdosa atau bersalah terhadap ibunya
Sejak kecil kita mendapat perawatan orang tua dengan kasih
sayang, setelah
beranjak dewasa tentu kita ingin membalas budi orang tua,
masalah terjadi
manakala kita tidak dapat membalas budi orang tua dan apa yang
terjadi pada diri
kita, saat ini tidak ada harapan orang tua.
2.4.4.Ketakutan melahirkan
Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan
yang
berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa
besar yang
membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu merasa
cemas akan
keadaannya, dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting
artinya bagi
seorang ibu bersalin terutama dukungan suami, sehingga
memberikan support dan
moril terhadap ibu, (Bambang, 2004).
-
23
23
2.5. Kerangka Teori
Kerangka Teori menurut Sakaran dalam Hidayat, (2007).
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah membahas saling ketergantungan antar
variabel
yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal
yang sedang
atau akan diteliti. Menurut Sakaran dalam Hidayat, (2007).
Kerangka konseptual
ini bertujuan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
ibu hamil
dalam menghadapi proses persalinan. Adapun kerangka konseptual
dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Kehamilan
Persalinan
Faktor yang mempengaruhikecemasan dalam persalinan
- Takut mati- Trauma kelahiran- Perasaan berdosa atau
bersalah terhadap ibunya- Ketakutan melahirkan
Kecemasan menghadapiproses persalinan
Tahap proses persalinan- Kala I- Kala II- Kala III- Kala IV
-
24
24
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
2.7. Hipotesis Penelitian
1) Ada pengaruh takut mati terhadap proses persalinan
2) Ada pengaruh trauma kelahiran terhadap proses persalinan
3) Ada pengaruh perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya
terhadap
proses persalinan
4) Ada pengaruh ketakutan melahirkan terhadap proses
persalinan
Takut mati
Menghadapi ProsesPersalinan
Independen Dependen
Trauma kelahiran
Perasaan berdosa ataubersalah kepadaibunya
Ketakutan melahirkan
-
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik pendekatan
Cross
Sectional yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses
Persalinan Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla
Kabupaten Aceh
Barat Tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kuala Bhee
Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Sugiono dalam Hidayat (2007), populasi adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan
karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Ibu
Hamil yang usia kehamilan trisemester III yang berada di wilayah
kerja UPTD
Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat tahun
2012
yaitu sebanyak 266 ibu hamil.
-
26
3.3.2. Sampel
Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada
rumusan
(Arikunto, 2002 : 112), yang menjelaskan bahwa apabila
pengambilan sampel
pada subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua
sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah
subjek lebih dari
100 dapat diambil 10-20% dari jumlah populasi. Berdasarkan hal
tersebut maka
peneliti mengambil 15% dari keseluruhan populasi untuk dijadikan
sampel yaitu :
x 266 = 53
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara
random
sampling, pengambilan sampel secara random atau acak disebut
random sampling
dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random
ini hanya
boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu
bersifat homogen,
(Notoatmodjo, 2005).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1.Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari
responden
melalui pengisian kuesioner yang di susun sendiri oleh peneliti
dengan
berpedoman pada konsep dan tinjauan teori.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden
yaitu data-
data yang ada di Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten
Aceh
Barat.
-
27
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel KeteranganVariabel Independen
1 Takut Mati Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Perasaan biasanya muncul karenabelum menyadari akan nilai
hidupdan kematian dalam menghadapipersalinan.WawancaraKuesioner1.
Takut2. Tidak TakutOrdinal
2 Trauma Kelahiran Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Perasaan trauma yang pernahdialami oleh ibu pada saat
prosespersalinan sebelumnya.WawancaraKuesioner1. Trauma2. Tidak
TraumaOrdinal
3 Perasaan berdosaatau bersalahkepada ibunya
Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Masalah terjadi manakala kitatidak dapat membalas budi orangtua
dan apa yang terjadi pada dirikita dalam menghadapi
persalinanWawancaraKuesioner1. Berdosa2. Tidak BerdosaOrdinal
4 Ketakutanmelahirkan
Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Ketakutan melahirkanberhubungan dengan prosesmelahirkan yang
berkaitan denganibu pada saat
menghadapipersalinan.WawancaraKuesioner1. Takut2. Tidak
TakutOrdinal
Variabel Dependen5 Menghadapi Proses
PersalinanDefenisi Suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup ke
-
28
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
dunia luar, dari rahim melaluijalan lahir atau dengan jalan
lain.WawancaraKuesioner1. Cemas2. Tidak cemasOrdinal
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
1. Takut Mati
- Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3
- Tidak Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar <
3
2. Trauma Kelahiran
- Trauma : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3
- Tidak Trauma : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar <
3
3. Perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya
- Berdosa : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3
- Tidak Berdosa : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar <
3
4. Ketakutan Melahirkan
- Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3
- Tidak Takut : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar <
3
5. Mengahadapi Proses Persalinan
- Cemas : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 3
- Tidak Cemas : Apabila menjawab pertanyaan dengan benar <
3
3.7. Metode Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis
univariate tergantung dari
-
29
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau
rata-rata, median
dan standar deviasi, (Notoatmodjo, 2010).
3.7.2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga
berhubungan atau berkolerasi, (Notoatmodjo, 2010).
Untuk uji statistik Chi-square (X2) menggunakan komputerisasi
penilaian
dilakukan sebagai berikut.
1. Apabila hasil uji tersebut di dapat p-value > 0,05 berarti
tidak ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
2. Apabila hasil uji tersebut tidak di dapat p-value < 0,05
berarti ada
hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
-
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian
UPTD Puskesmas Kuala Bhee berada di Kecamatan Woyla yang
merupakan
bagian dari Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh dengan luas
wilayah lebih
kurang 249,04. Letak geografis UPTD Puskesmas Kuala Bhee
disebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Woyla Timur, disebelah Selatan
berbatasan dengan
Kecamatan Bubon, disebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Woyla Barat
dan disebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kawai XVI.
4.1.2. Hasil Analisa Univariat
4.1.2.1. Takut Mati
Tabel 4.1. Takut Mati pada Responden di Puskesmas Kuala Bhee
KecamatanWoyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Takut Mati f %1. Takut 31 58,52. Tidak Takut 22 41,5
Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas
responden berada
pada kategori takut dengan jumlah 31 orang (58,5%).
4.1.2.2. Trauma Kelahiran
Tabel 4.2.Trauma Kelahiran pada Responden di Puskesmas Kuala
BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Trauma Kelahiran f %1. Trauma 35 662. Tidak Trauma 18 34
Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
-
31
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas
responden
berada pada kategori trauma dengan jumlah 35 orang (66%).
4.1.2.3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya
Tabel 4.3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya pada
Respondendi Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten
AcehBarat Tahun 2013
No Perasaan berdosa ataubersalah terhadap Ibunya
F %
1. Berdosa 38 71,72. Tidak Berdosa 15 28,3
Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa mayoritas
responden
berdosa atau bersalah kepada Ibunya berada pada kategori berdosa
dengan jumlah
38 orang (71,7%).
4.1.2.4. Ketakutan Melahirkan
Tabel 4.4. Ketakutan Melahirkan pada Responden di Puskesmas
KualaBhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Ketakutan Melahirkan F %1. Takut 30 56,62. Tidak Takut 23
43,4
Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden
berada pada kategori takut dengan jumlah 30 orang (56,6%).
-
32
4.1.2.5. Menghadapi Proses Persalinan
Tabel 4.5. Menghadapi Proses Persalinan pada Responden di
PuskesmasKuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat
Tahun2013
No Menghadapi ProsesPersalinan
F %
1. Cemas 32 60,42. Tidak Cemas 21 39,6
Total 53 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden
berada pada kategori cemas dengan jumlah 32 orang (60,4%).
4.1.3. Hasil Analisa Bivariat
4.1.3.1. Pengaruh Takut Mati Terhadap Proses Persalinan
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengaruh Takut Mati
TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala
BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Takut Mati
Menghadapi ProsesPersalinan
JumlahUji Statistik
CemasTidakCemas P OR
f % f % f %1. Takut 21 67,7 10 32,3 31 100
0,310 2,12. Tidak Takut 11 50 11 50 22 100Jumlah 32 21 53
Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas diketahui dari 31 responden yang takut mati
ternyata
67,7% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan dan tidak
takut
ternyata 50% merasa cemas dalam menghadapi proses
persalinan.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji
Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value
= 0,310 yang
berarti lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa
-
33
tidak ada pengaruh yang signifikan antara takut mati terhadap
menghadapi proses
persalinan. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari nilai Odds
Ratio (OR), yaitu 2,1
dimana responden yang takut mati pada kategori takut mempunyai
peluang 2,1
kali merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.
4.1.3.2. Pengaruh Trauma Kelahiran Terhadap Proses
Persalinan
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengaruh Trauma Kelahiran
TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala
BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No
TraumaKelahiran
Menghadapi ProsesPersalinan
JumlahUji Statistik
Cemas TidakCemas P OR
f % f % F %1. Trauma 17 48,6 18 51,4 35 100
0,031 0,12. Tidak Trauma 15 83,3 3 16,7 18 100Jumlah 32 21
53
Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas diketahui dari 35 responden yang trauma
kelahiran
ternyata 48,6% merasa cemas menghadapi proses persalinan dan
tidak trauma
ternyata 83,3% merasa cemas dalam menghadapi proses
persalinan.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji
Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value
= 0,031 yang
berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara trauma kelahiran terhadap
menghadapi
proses kelahiran. Besarnya pengaruh dapat dilihat dari nilai
Odds Ratio (OR),
yaitu 0,1 dimana responden yang trauma kelahiran pada kategori
cemas
mempunyai peluang 0,1 kali merasa cemas dalam menghadapi proses
persalinan.
-
34
4.1.3.3. Pengaruh Perasaan Berdosa atau Bersalah Kepada Ibunya
TerhadapProses Persalinan
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pengaruh Perasaan Berdosa atau
BersalahKepada Ibunya Terhadap Menghadapi Proses Persalinan
diPuskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh BaratTahun
2013
No
PerasaanBerdosa atau
BersalahKepadaIbunya
Menghadapi ProsesPersalinan
JumlahUji Statistik
Cemas TidakCemas P ORf % f % F %
1. Berdosa 19 50 19 50 38 1000,032 0,12. Tidak Berdosa 13 86,7 2
13,3 15 100
Jumlah 32 21 53Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas diketahui dari 38 responden yang memiliki
perasaan
berdosa atau bersalah terhadap ibunya ternyata 50% merasa cemas
dalam
menghadapi proses persalinan dan tidak berdosa ternyata 86,7%
merasa cemas
dalam menghadapi proses persalinan.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji
Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value
= 0,032 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perasaan berdosa atau
bersalah kepada
ibunya terhadap menghadapi proses persalinan. Besarnya pengaruh
dapat dilihat
dari nilai Odds Ratio (OR), yaitu 0,1 dimana responden yang
memiliki perasaan
berdosa atau bersalah terhadap ibunya pada kategori cemas
mempunyai peluang
0,1 kali merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan.
-
35
4.1.3.3. Pengaruh Ketakutan Melahirkan Terhadap Proses
Persalinan
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengaruh Ketakutan Melahirkan
TerhadapMenghadapi Proses Persalinan di Puskesmas Kuala
BheeKecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No
KetakutanMelahirkan
Menghadapi ProsesPersalinan
JumlahUji Statistik
CemasTidakCemas P OR
f % f % f %1. Takut 14 46,7 16 53,3 30 100
0,041 0,22. Tidak Takut 18 78,3 5 21,7 23 100Jumlah 32 21 53
Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel di atas diketahui dari 30 responden yang ketakutan
melahirkan
ternyata 46,7% merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan
dan tidak
takut ternyata 78,3% merasa cemas dalam menghadapi proses
persalinan.
Setelah dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan uji
Chi-Square
dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05), diperoleh nilai p-value
= 0,041 yang
berarti lebih kecil dari α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketakutan melahirkan
terhadap
menghadapi proses persalinan. Besarnya pengaruh dapat dilihat
dari nilai Odds
Ratio (OR), yaitu 0,2 dimana responden yang ketakutan melahirkan
pada kategori
takut mempunyai peluang 0,2 kali merasa cemas dalam menghadapi
proses
persalinan.
4.2. Pembahasan
4.2.1.Pengaruh Takut Mati Terhadap Menghadapi Proses
Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada pengaruh
antara
takut mati terhadap menghadapi proses persalinan di UPTD
Puskesmas Kuala
Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Dari penjelasan di
atas peneliti
-
36
dapat menyimpulkan bahwa di dalam masyarakat paradigma
persalinan masih
dianggap sebagai pertaruhan hidup dan mati. Sekalipun peristiwa
kelahiran itu
adalah satu fenomena fisiologis yang normal, namun kenyataannya
selalu
membawa resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang
normal
sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat,
peristiwa inilah
yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik
kematian
dirinya sendiri maupun anak yang akan dilahirkan.
Segala macam ketakutan dalam menghadapi proses persalinan
dapat
menyebabkan timbulnya perasaan yang pesimis dan optimis.
Perasaan yang
optimis atau positif ini biasanya dilandasi oleh pengetahuan
intelektual, bahwa
sebenarnya memang tidak ada bahaya-bahaya yang riil pada masa
kehamilan dan
saat melahirkan bayinya, dan dapat berfikir secara optimis bahwa
diri dan bayinya
akan selamat sekalipun harus merasakan kesakitan pada proses
persalinan,
(Kartini Kartono, 2012).
Oleh karena itu, pada calon ibu-ibu muda perlu adanya kesiapan
mental
dalam menghadapi proses kehamilan dan melahirkan tanpa adanya
perasaan takut
mati saat menghadapi proses persalinan.
4.2.2.Pengaruh Trauma Kelahiran Terhadap Menghadapi Proses
Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara
trauma kelahiran
terhadap menghadapi proses persalinan di UPTD Puskesmas Kuala
Bhee
Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Dari penjelasan diatas
maka peneliti
menyimpulkan bahwa trauma persalinan salah satunya terjadi
akibat lamanya
persalinan berlangsung, sehingga ibu merasakan sakit yang lama
pula. Trauma
kelahiran biasanya berhubungan dengan ketakutan untuk berpisah
dengan anak
-
37
dari rahimnya, sehingga ada rasa takut dan keengganan yang
berlebihan untuk
melahirkan bayi. Ketakutan ini muncul karena sikap ibu yang
berlebihan
melindungi bayinya, merasa tidak mampu menjaga bayi diluar
rahim, ketakutan
meninggalkan bayi dari sisinya seolah-olah tak mampu menjamin
keselamatan
bayinya.
Antoni dalam Erwin (2009), juga menambahkan faktor lain yang
juga dapat
mengurangi adanya trauma persalinan adalah pendamping ibu selama
persalinan.
Banyak ibu tidak bisa melalui persalinan seorang diri, biasanya
mereka
membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi, memberi support,
bahkan
membantu kelancaran persalinan itu sendiri.
4.2.3.Pengaruh Perasaan Berdosa atau Bersalah kepada Ibunya
TerhadapMenghadapi Proses Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara
perasaan
berdosa atau bersalah kepada ibunya terhadap menghadapi proses
persalinan di
UPTD Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh
Barat.
Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa selain
ketakutan
akan kematian, perasaan berdosa yang juga turut mempengaruhi ibu
dalam
menghadapi proses persalinan ialah perasaan berdosa atau
bersalah terhadap
ibunya. Hal ini berkaitan dengan kehidupan emosi dan cinta kasih
yang diterima
wanita dari ibunya. Manakala dia menerima kasih sayang yang
baik, maka
kemungkinan perasaan bersalah tak begitu besar dibandingkan
wanita dengan
kehidupan emosi yang kurang menyenangkan. Terutama jika anak
yang akan
dilahirkan hasil pemerkosaan atau anak yang tidak diinginkannya.
Biasanya
wanita ini cenderung ingin membunuh bayinya.
-
38
Selain itu juga rasa bersalah berkaitan dengan indentifikasi
yang diterima
ibu hamil. Jika proses identifikasi menjadi bentuk yang salah,
maka kemungkinan
besar mengembangkan mekanisme rasa bersalah atau berdosa kepada
ibunya.
Keadaan rasa bersalah atau berdosa membuat ibu semakin lebih
takut pada
kematian. Salah satu usaha yang dilakukannya ialah meminta
ibunya untuk selalu
menemaninya sebelum, selama, dan pasca persalinan. Kehadiran
ibunya dianggap
sebagai obat pengganti, (Intan, 2012).
4.2.4.Pengaruh Ketakutan Melahirkan Terhadap Menghadapi
ProsesPersalinan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada pengaruh antara
ketakutan
melahirkan terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas
Kuala Bhee
Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Melahirkan menjadi suatu
hal yang
diharapkan dan merupakan puncak kebahagiaan seorang wanita.
Namun, hampir
semua wanita merasakan ketakutan menjelang persalinan. Ketakutan
menjelang
persalinan merupakan hal yang wajar terjadi selama dalam batas
kewajaran dan
tidak sampai mengganggu kejiwaan (depresi). Bila depresi sampai
terjadi,
ketakutan menjelang persalinan akan sangat mengganggu proses
persalinan dan
justru hal-hal yang ditakutkan akan semakin terjadi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adams dkk
dalam
Harnowo (2012), mereka menemukan bahwa wanita yang takut
melahirkan lebih
sering melahirkan dengan bantuan alat yaitu sebanyak 17 persen
bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak takut melahirkan sebanyak
10,6 persen.
Sehubungan dengan ini, persiapan mental sebagai mekanisme
pertahanan diri
menghadapi kelahiran itu sangat penting untuk meredam segala
bentuk
-
39
kecemasan dan ketakutan dan bagi suksesnya kelahiran sang bayi,
sehingga dapat
melindungi diri dari segala bentuk kecemasan, serta memberikan
rasa aman untuk
diri sendiri.
Menurut Kartini Kartono (2012), pada setiap wanita hamil,
ketakutan
melahirkan diperkuat dengan rasa takut konkret, seperti
ketakutan anak lahir cacat
atau keadaan patologis, takut bayinya akan bernasib buruk karena
dosa-dosanya di
masa silam, ketakutan akan beban hidup menjadi berat, munculnya
elemen-
elemen takut yang sangat mendalam dan perasaan takut kehilangan
bayinya yang
diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah, dukungan yang penuh
dari anggota
keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama
dukungan suami
sehingga memberikan support moril terhadap Ibu.
-
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada pengaruh yang
signifikan antara
takut mati terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas
Kuala
Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,310
>
α =0,05).
2. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan
antara trauma
kelahiran terhadap menghadapi proses persalinan di Puskesmas
Kuala
Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,031
<
α =0,05).
3. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan
antara
perasaan berdosa atau bersalah kepada ibunya terhadap
menghadapi
proses persalinan di Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 (p= 0,032 < α =0,05).
4. Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan
antara
ketakutan melahirkan terhadap menghadapi proses persalinan
di
Puskesmas Kuala Bhee Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat
Tahun
2013 (p= 0,041 < α =0,05).
5.2. Saran
1. Bagi ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan
secara teratur serta mencari informasi mengenai kehamilan
dan
persalinan agar dapat meminimalisir timbulnya kecemasan
selama
kehamilan maupun dalam menghadapi persalinan.
-
41
2. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan
untuk
memberikan konseling mengenai kehamilan dan persalinan agar
ibu
hamil siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan
dan
persalinan.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian
yang
berhubungan dengan kecemasan selama kehamilan dan dalam
menghadapi persalinan diharapkan untuk lebih memperhatikan
faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan sehingga
diperoleh
hasil yang lebih akurat.
-
DAFTAR PUSTAKA
Atmajda Antoni, 2009. Trauma Persalinan/Melahirkan,
http://erwin-buahhati.blogspot.com (19 Januari 2009).
Bambang, 2004. Ketakutan Melahirkan, http://repository.usu.ac.id
(12 Juni2007).
Capernito, 1995. Diagnosa Keperawatan, Jakarta; EGC.
Depkes, 2004. Persalinan, http://id.shvoonq.com (15 Oktober
2010).
Depkes RI, 2005. Kunjungan Ibu Hamil,
http://repository.usu.ac.id (07 Agustus2010).
Freud, 2005. Kecemasan, http://makalahcyber.blogspot.com (23
Juli 2012).
Hawari, D. (2004). Psikiatri Manajemen Stres, Cemas &
Depresi, Jakarta; FKUI.
Hidayat A.A, 2007. Metode Penelitian & Teknik Analisa Data,
Jakarta; SalembaMedika.
Intan, 2012. Psikologi Ibu Menjelang
Persalinan,http://intand14kiiroi.blogspot.com (07 Juli 2012).
Kaplan dan Sadock 1998. Psikologi Keperawatan,
http://jurnal.pdii.lipi.go.id (02Agustus 2010).
Kartini, Kartono, 2012. Psikologi Masa
Persalinan,http://emayamidwifery.blogspot.com (25 Maret 2012).
, 2012. Perubahan Psikologi Pada Ibu
Melahirkan,http://siebidhah911.blogspot.com (29 Juni 2012).
, 2012. Takut Melahirkan Bikin Proses Persalinan MakinLama,
http://health.detik.com (28 Juni 2012).
Kusmiati, dkk. 2008. Panduan Lengkap Perawatan
Kehamilan,Yogyakarta; Fitramaya.
Laksonno, 2008. Tingkat Kecemasan Menghadpi Persalinan Pada
WanitaPrimigrapida Dibandingkan Multi Gravida Di Rumah Sakit
Bersalin,http://www.laksonno.co.id (28 Oktober 2011).
Manuaba,I. 2004. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta;
Arcan.
-
Maramis. 2004. Ilmu Prilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Surabaya;
UnairPres.
Muhammad, 2012. Proses Kelahiran/Tips Mengatasi Ketakutan
MenjelangPersalinan, http://kehamilan.org (07 April 2012).
Mochtar, M. 1998. Sinopsis Obstertri, Jakarta; EGC.
Nengah, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
HyperemesisGravidarum, Jakarta; Salemba Medika.
Nevid dan Rathus. 2005. Psikologi Abnormal, Surabaya;
Erlangga.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta; PT
Rineka Cipta
Prawirohardjo S, 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 3, Jakarta; Yayasan
Bina PustakaPrawirohardjo.
Prayuda, 2008. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil,
http://download-ktiku.blogspot.com (23 Agustus 2011).
Potter & fery, 2005. Dasar-dasar Keperawatan, Jakarta;
EGC.
Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas,
Yogyakarta;Nuha Medica.
Saifuddin, 2002. Kesehatan Reproduksi . Jakarta; EGC.
Stuart and Sundeen, GW. 1998. Keperawatan Jiwa,
http://jurnal.pdii.lipi.go.id (02Agustus 2010).
Sumarah dkk, 2009. Perawatan Ibu Bersalin, Yogyakarta;
Fitramaya.
Sulistyawati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan dan Kesehatan Jiwa,
Jakarta;EGC.
, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta;
SalembaMedika.
Sulistyawati dan Nugraheny, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin,Jakarta; Salemba Medika.
WHO, 2011. Pengetahuan Ibu Hamil,
http://bidanstasiun.blogspot.com (10November 2011).
Wibisono dan Dewi, 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan,
Jakarta; AgroMediaPustaka.
Cover HalBAB I MawarBAB II MawarBAB III MawarBAB IV MawarBAB V
MawarDAFTAR PUSTAKA