BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPeningkatan jumlah user mobile broadband yang
signifikan dari tahun ke tahun membuat penyedia layanan terus
melakukan perancangan jaringannya untuk menghasilkan layanan yang
berkualitas dan meningkatkan daerah layanan atau coverage-nya ke
berbagai wilayah. Peningkatan jumlah user yang signifikan ini
cenderung mengarah ke akses data dan mayoritas user akan lebih
sering mengakses jaringan/data saat sedang berada didalam ruangan.
Didalam ruangan, sinyal yang dihasilkan oleh base station luar akan
cenderung tertahan akibat adanya obstacle atau dinding dari
bangunan tersebut. Teknologi sel femto pada LTE (Long Term
Evolution) dapat meningkatkan jangkauan sinyal di dalam ruangan
karena penempatan stasiun pemancar sel femto yang berada di dalam
ruangan. Dengan berkurangnya jarak antara stasiun pemancar, dalam
hal ini yaitu FAP (Femtocell Access Point) dengan UE (User
Equipment) maka kualitas sinyal di dalam ruangan diharapkan
membaik.Salah satu lingkup penerapan jaringan LTE adalah mall atau
pusat perbelanjaan yang termasuk kategori tempat umum yang
memerlukan adanya layanan akses data yang memadai. Sekarang ini,
pusat perbelanjaan akan lebih diminati jika dilengkapi dengan
fasilitas layanan komunikasi data yang cepat. Apalagi banyak
pengunjung yang singgah di kafe atau restoran, maupun kawasan lain
dalam Mall untuk berselancar di dunia maya, mengirim email,
bersosialisasi melalui situs jejaring sosial, atau hanya sekedar
mencari informasi . Kini, gadget seperti laptop atau smartphone
sudah menjadi salah satu benda wajib yang selalu dibawa kemanapun
pergi. Kebutuhannya sudah hampir menyaingi layanan komunikasi voice
pada telepon seluler yang selalu berada di genggaman tangan
pemiliknya.Melihat kondisi tersebut perlu adanya suatu layanan
akses komunikasi data yang handal dan cepat untuk memenuhi
kebutuhan komunikasi user di dalam gedung. Untuk melayani banyaknya
user di dalam suatu gedung, tidak cukup tergantung kepada eNode B
yang di luar saja, dikarenakan keterbatasan jangkauan dan kapasitas
eNodeB itu sendiri. Untuk mewujudkan layanan LTE tersebut, perlu
adanya suatu perancangan jaringan LTE indoor di dalam gedung
tersebut.
1.2 Tujuan PenelitianTujuan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah :1. Melakukan Perancangan jaringan LTE yang optimum pada
gedung Bandung Indah Plaza (BIP).2. Menghitung Power Link Budget
sistem dan coverage yang dihasilkan oleh sistem.3. Terpenuhinya
kebutuhan total coverage LTE di dalam gedung BIP.4. Diharapkan
dapat menjadi bahan masukan untuk pihak terkait jika ingin
mengimplementasikan jaringan LTE indoor di gedung Bandung Indah
Plaza.
1.3 Manfaat PenelitianManfaat dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah :1. Menghasilkan jaringan LTE yang dapat diakses oleh
seluruh pengunjung, dan juga seluruh karyawan di BIP.2. User dapat
menggunakan teknologi LTE secara optimal dan sesuai dengan analisa
perancangan.3. Jaringan Indoor dapat digunakan sebagai repeater
sinyal yang dapat mencakup seluruh gedung Mall BIP, dan mencakup
tiap lantai yang ada.
1.4 Rumusan MasalahBerikut ini adalah perumusan masalah yang
diambil untuk penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan latar belakang
permasalahan adalah :1. Melakukan walktest untuk mengetahui kondisi
jaringan yang sudah ada.2. Melakukan perhitungan Radio Link
Budget.3. Melakukan perhitungan capacity dan coverage untuk
mengetahui jumlah site yang diperlukan.4. Melakukan asumsi service
model dan traffic model indoor.5. Melakukan survey untuk mencari
informasi tentang kondisi tempat dan pengguna.
1.5 Batasan MasalahPada Tugas Akhir ini dilakukan beberapa
pembatasan masalah agar dapat fokus dan tidak mengkaji masalah
secara berlebihan yaitu sebagai berikut :1. Tidak membahas Core
Network dan impedansi Antena.2. Analisa yang dilakukan mencakup
seluruh lantai yang ada pada Mall Bandung Indah Plaza.3. Parameter
yang digunakan dalam perencanaan jaringan adalah RSL, Throughput,
dan SIR.4. Model Propagasi yang digunakan pada perencanaan ini
adalah Model Propagasi COST 231 Multi Wall.5. Perancangan dilakukan
pada frekuensi 1800 MHz dengan menggunakan bandwidth 5 MHz.6. Hanya
melakukan perencanaan Radio Base Station.7. Tidak membahas tentang
Intersystem Interference.8. Tidak mem - plotting PCI serta hanya
ada satu sektor pada setiap sel nya.
1.6 Metodelogi PenelitianLangkah langkah yang ditempuh dalam
menulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :1. Studi
LiteraturPencarian dan pengumpulan literatur literatur maupun
kajian-kajian yang mendukung atau berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan yang ada dalam Tugas Akhir ini. Hal
tersebut dapat berupa buku referensi, artikel.2. Perencanaan
SistemMembuat rencana rencana dan prediksi prediksi berdasarkan
analisa yang dilakukan serta mensimulasikan perencanaan yang
dilakukan.3. Penarikan KesimpulanPada tahap ini akan dilakukan
penarikan kesimpulan dari perancangan jaringan LTE indoor di
Bandung Indah Plaza Mall dari sumber di internet.
1.7 Sistematika PenulisanBAB I PENDAHULUANBerisi latar belakang
masalah, tujuan penulisan,, perumusan masalah, batasan masalah,
metodologi penyelesaian masalah yang akan digunakan, serta
sistematika penulisan yang memuat susunan penulisan Tugas Akhir.BAB
II TINJAUAN PUSTAKAMembahas tentang sistem komunikasi seluler LTE
dan konsep perencanaan jaringan indoor LTE. BAB III PERENCANAAN
SISTEM Mengemukakan perencanaan jaringan LTE indoor di Bandung
Indah Plaza Mall.BAB IV ANALISIS DATABerisi tentang analisa hasil
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil simulasi serta saran
saran yang dapat digunakan untuk pengembangan dan penelitian
selanjutnya.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Teknologi Long Term
Evolution (LTE) Long Term Evolution (LTE) adalah sebuah nama yang
diberikan pada sebuah proyek dari Third Generation Partnership
Project (3GPP) untuk memperbaiki standar mobile phone ke-3 (3G)
yaitu UMTS/WCDMA. LTE ini merupakan pengembangan dari teknologi
sebelumnya, yaitu UMTS (3G) dan HSPA (3.5G) yang mana LTE disebut
sebagai generasi ke-4(4G). LTE pertama kali muncul di release 8,
namun pada release 8 teknologi LTE ini belum dapat dikatakan
teknologi 4G. Pada release 8 LTE ini masih masuk dalam kategori
generasi 3.9G. Pada release 10, LTE baru memenuhi standar dari
IMT-Advanced sebagai teknologi yang masuk kedalam kategori 4G. Jika
pada LTE release 8 peak datarate yang dicapai dari sisi downlink
adalah 300Mbps dan peak datarate disisi uplink 75Mbps, di LTE
release 10 peak datarate dari arah downlink mampu mencapai 3Gbps
dan untuk uplink nya mencapai 1.5Gbps.Long Term Evolution (LTE)
diciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya. Kemampuan dan
keunggulan dari Long Term Evolution (LTE) terhadap teknologi
sebelumnya selain dari kecepatannya dalam transfer data, juga
karena Long Term Evolution (LTE) dapat memberikan coverage dan
kapasitas dari layanan yang lebih besar, mengurangi biaya dalam
operasional, mendukung penggunaan multiple antenna, fleksibel dalam
penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terhubung atau
terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada.Pada sisi antenna, LTE
release 8 dapat menggunakan multiple antenna (MIMO) hingga 4x4
sedangkan pada LTE release 10 sudah dapat menggunakan multiple
antenna (MIMO) hingga 8x8 dengan user equipment (UE) category 8.
Bandwidth operasi pada LTE fleksibel yaitu 1,4 ; 3 ; 5 ; 10 ; 15 ;
20Mhz dan dapat bandwidth operasi hingga mencapai 100Mhz dengan
menggunakan fitur carrier aggregation di release 10 dengan
mengagregasikan component carrier hingga 5 component carrier.
Fitur-fitur yang ditambahkan di release 10 adalah coordinated
multipoint (CoMP), relay, carrier aggregation, MIMO up to 8x8,
heterogeneous network. 2.2 Arsitektur LTE Pada pengembangan
arsitektur LTE, 3GPP memubuat 2 kelompok kerja yaitu Long Term
Evolution (LTE) dan System Architecture Evolution (SAE). LTE
berfungsi untuk mengembangkan arsitektur dari sisi Radio access
network nya sedangkan SAE berfungsi untuk mengembangakan arsitektur
dari sisi core network nya. Hasil kerja dari LTE ini menghasilkan
Evolved Universal Terrestrial Radio Access (E-UTRAN) sedangkan
hasil kerja dari SAE menghasilkan Evolved packet core (EPC) dan
sebutan untuk keseluruhan system yang telah dikembangkan ini
dinamakan dengan Evolved Packet System (EPS). Dalam teknologi LTE,
jaringannya sudah berbasis full Internet Protocol (IP) dari sisi
access network hingga core network nya. Arsitektur LTE juga lebih
flat dari pada arsitektur di teknologi sebelumnya.
Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan Long Term EvolutionLTE mempunyai
radio access dan core network yang dapat mengurangi network latency
dan meningkatkan performansi system dan menyediakan
interoperability dengan teknologi 3GPP sebelumnya maupun yang
non-3GPP.Dalam LTE terdapat beberapa perbedaan tipe fungsional pada
jaringan seluler. Berdasarkan hal tersebut, jaringan LTE dapat
dipisah ke dalam dua bagian, yaitu bagian Radio access Network dan
bagian Core Network. Di dalam kasus LTE, Radio Access Network
adalah E-UTRAN dan core network adalah EPC.1. E-UTRAN User
Equipment (UE)Peran dari User equipment atau handphone di teknologi
4G ini mempunyai fitur-fitur tambahan sehingga jika kita ingin
dapat merasakan teknologi 4G ini kita harus mengganti handphone
kita yang lama dan membeli handphone yang khusus agar bisa
merasakan layanan 4G. Fungsi dari UE ini secara umum adalah untuk
modulasi/demodulasi, sebagai transmitter dan untuk autentikasi.
Beberapa fitur yang ditambahkan pada UE di 4G adalah peningkatan
dalam penggunaan modulasinya yaitu QPSK, 16-QAM, 64QAM , penggunaan
antenna MIMO DL up to 8x8 (rel-10) , peningkatan dalam sisi
prosedur keamanan, penggantian SIM menjadi USIM khusu LTE,
kemampuan untuk komunikasi packet switch dan circuit switch dan
juga hanya mendukung band frequency LTE tertentu. E-Node BPeran
dari Radio Access Network (RAN) yaitu Node B dan RNC yang ada di
jaringan 3G telah digantikan dengan E-NodeB ini, sehingga dapat
mengurangi biaya perawatan dan operasional dari perangkat, selain
itu arsitekturnya jauh lebih sederhana. LTE tidak dimaksudkan hanya
untuk digunakan melalui E-UTRA, tetapi juga dimaksud untuk
digunakan melalui jaringan IP lainnya, termasuk WIMAX dan WiFi dan
bahkan jaringan kabel. Sistem E-UTRAN menggunakan OFDMA sebagai
multiple access-nya untuk arah downlink dan Single carrier FDMA
(SC-FDMA) untuk arah uplink, dan dapat menggunakan MIMO hingga 4x4
(rel-8) atau MIMO 8x8 (rel-10) per stasiun. Penggunaan Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM), sebuah system dimana
spektrum dibagi menjadi bagian-bagian kecil, masing-masing pada
frequency yang berbeda, masing-masing membawa bagian sinyal dan
saling orthogonal memungkinkan E-UTRAN jauh lebih fleksibel dalam
penggunaan spectrum yang jika dibandingkan dengan teknologi 3G yang
berbasis CDMA. Pada OFDM spektrumnya dibagi menjadi bagian-bagian
kecil yang dinamakan sub-carrier dan masing-masing sub-carrier ini
memiliki bandwidth 15Khz dan membawa informasi yang
berbeda-beda.
2. EPC (Evolved Packet Core Network) MME ( Mobility Management
Entity ) MME merupakan pengontrol setiap node pada jaringan akses
LTE. Pada saat UE dalam kondisi idle, MME bertanggung jawab dalam
melkukan prosedur tracking dan paging yang di dalamnya mencakup
retransmission. MME juga berfungsi untuk meng autentikasi UE,
memilih P-GW atau S-GW untuk menghubung keteknologi lain 3GPP2 /
3GPP, mengatur connection, mengatur bearer dan signaling antara UE
dan core network. PCRF ( Policy and Charging Rules Function )Untuk
Menangani QoS yaitu membuat keputusan layanan mana yang akan duluan
di handle berdarkan QoS nya dan berfungsi sebagai charging. HSS (
Home Subscriber Server )Menyimpan data-data pelanggan untuk
subscriber management dan security. SGW ( Serving Gateway )
Mengatur jalan dan meneruskan data yang berupa paket dari setiap
user. Sebagai penghubung antara UE dengan eNodeB pada waktu terjadi
inter handover. Sebagai penghubung antara teknologi LTE dengan
teknologi 3GPP lainnya. PDN ( Packet Data Network Gateway )
Mengalokasi IP ke UE / menyediakan hubungan bagi UE ke jaringan
paket. Menyediakan link hubungan antara teknologi LTE dengan
teknologi non 3GPP (WiMAX) dan 3GPP2 (CDMA2000 1x dan EVDO).
2.3 Indoor Network Planning ( Perencanaan Jaringan Indoor
)Perencanaan Jaringan Indoor adalah suatu perencanaan sistem dengan
perangkat pemancar dan penerima ( transceiver ) yang dipasang
didalam gedung yang bertujuan untuk melayani kebutuhan akan
telekomunikasi dalam gedung tersebut baik kualitas sinyal, cakupan
( coverage ) maupun kapasitas traffic nya. Sebenarnya sistem ini
memiliki prinsip yang sama dengan BTS dengan sel standar, dengan
perangkat pemancar dan penerima ( transceiver ). Perencanaan
jaringan indoor jika ditinjau dari sisi capacity biasanya digunakan
untuk : Public Access area (mall, bandara, hotel berkelas, rumah
sakit, kampus, dan lain-lain), merupakan tempat-tempat umum yang
sering dikunjungi tiap harinya. Business/Office area ( daerah
perkantoran ) dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan tingkat
telekomunikasi yang tinggi.
2.3.1 Kondisi LingkunganFaktor pembeda utama antara jaringan
indoor dan jaringan outdoor adalah pada kondisi propagasi. Secara
umum berikut adalah kondisi yang terjadi pada perancangan indoor
:1. Jarak yang di-cover cukup sempit.2. Penyebab loss diantaranya
dinding, furniture dan manusia.Dari kondisi diatas, terlihat bahwa
propagasi indoor sangat tergantung pada refleksi, difraksi,
penetrasi dan scattering. Akibatnya, multipath sangat mungkin
terjadi pada jaringan indoor.2.4 Femto cellFemto cell merupakan
perkembangan dari pico cell atau lebih mirip dengan WiFi access
point. Femto cell adalah merupakan bentuk lebih simple dari pico
cell yang dapat langsung diinstal oleh pelanggan di rumah mereka.
Femto cell merupakan gabungan dari fungsionalitas dari pico cell
dan BSC ( Base Station Controller ) ke dalam satu perangkat. Jika
pada pico cell trafik user harus dilewatkan ke BSC untuk ke core
network nya maka di femto cell ini trafik user tersebut akan
dilewatkan dari internet dan langsung terhubung ke core network
operator tanpa melewati BSC/MSC infrastruktur. Pada jaringan femto
cell jika ada user yang berada diluar gedung atau user tersebut
sedang dilayani oleh macro cell maka ketika user tersebut bergerak
ke dalam gedung dia akan melakukan handover ke jaringan femto cell.
Bagi operator pengaplikasian femto cell bukanlah solusi yang
efisien untuk meningkatkan coverage indoor tapi merupakan solusi
yang murah karena femto cell dibayar dan dapat langsung digunakan
oleh pelanggan. Cara lebih baik untuk meningkatkan coverage indoor
adalah dengan menambah jumlah outdoor cells namun solusi ini akan
banyak mengeluarkan biaya bagi operator.
2.5 Radio Link BudgetPerhitungan Radio Link Budget digunakan
untuk mengestimasi maksimum pelemahan sinyal yang diperbolehkan
antara mobile antenna dan base station antenna. Nilai maksimum
pelemahan sinyal ini biasa disebut dengan Maximum Allowable Path
Loss (MAPL). Untuk mencari MAPL, dilakukan perhitungan dengan
persamaan-persamaan rumus berikut ini :
Tabel 2.1 LTE Link Budget Formula [design, deployment and
performance wiley]
Keterangan : :Untuk perhitungan MAPL downlink nilai yang
dimasukkan yaitu :Cable loss, UE noise figure, receiver sensitivity
UE, body loss.Untuk perhitungan MAPL uplink nilai yang dimasukkan
yaitu :Body loss, EnodeB noise figure, receiver sensitivity Enb,
body loss.
2.6 Model Propagasi COST 231 Multi wallPada COST 231 Model
seluruh dinding pada bidang vertical antara transmitter dan
receiver dipertimbangkan dan untuk masing-masing dinding dengan
propertis materialnya diperhitungkan juga sehingga pada model COST
231 ini akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi ruangan.
Model propagasi ini yang digunakan sesuai dengan frekuensi kerja
yang akan digunakan yaitu 1800 Mhz sedangkan model propagasi ini
biasa digunakan untuk memodelkan dari range 150Mhz 2000Mhz.Rumus
propagasi COST 231 Multiwall adalah sebagai berikut :LT = LFSL + LC
+ nwi Lwi + nf [(nf + 2 / nf + 1)-b] Lf (2.1)Dimana : LFSL = Free
space loss LFSL = 20 10log fMhz + 20 10log dkm + 32.5 LC = Constant
loss (37dB) Lwi = Wall Type Loss i = 1,2, Lf = Loss per floor = 15
dB b = Empirical Parameter (0,46) M = Number of wall type nf =
Number of floor crossed by the path nwi = Number of wall crossed by
the direct path
Gambar 2.2 Besar rata-rata kategori loss
2.7 Peramalan TrafikPeramalan trafik adalah metode untuk
memprediksi jumlah pelanggan disuatu area yang akan menggunakan
hasil dari perencanaan jaringan yang telah di buat dalam jangka
waktu tertentu. Rumus untuk melakukan peramalan jumlah user adalah
sebagai berikut :Pn = P0 [(1 + GF)]n (2.2)Dengan : Pn = Jumlah
pengunjung tahun ke-nP0 = Jumlah pengunjung tahun ke-0 (2015)GF =
Faktor pertumbuhan pengunjungn = Jumlah tahun yang akan di prediksi
Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk melakukan peramalan trafik /
peramalan jumlah user yang akan memakai hasil perencanaan kita
adalah sebagai berikut :1. Mendapatkan data populasi suatu gedung
saat ini.2. Mendapatkan jumlah populasi yang dalam usia produktif
bekerja untuk mendapatkan jumlah user yang lebih spesifik lagi.3.
Mendapatkan market share of operator x untuk mencari jumlah user
yang menggunakan suatu operator x karena disini kita merencanakan
jaringan untuk satu operator.4. Mendapatkan atau mengestimasi
penetrasi LTE / jumlah user yang menggunakan LTE karena disini kita
merencanakan jaringan indoor LTE.
BAB 3 PERENCANAAN SISTEM3.1 Diagram Alir Perancangan Sistem
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan3.2 Langkah PerencanaanAdapun
langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : Melakukan
perhitungan link budget, coverage antenna dan total loss yang
terjadi untuk mendapatkan jumlah antenna berdasarkan perhitungan
coverage. Melakukan Perhitungan capacity, untuk mendapatkan jumlah
antenna. Membandingkan apakah hasil perencanaan sesuai dengan
standar KPI Melakukan analisa hasil perencanaan.3.3 Coverage
Dimensioning3.5.1Perhitungan Link BudgetPerhitungan Link Budget
digunakan untuk mengatur dan memperhitungkan seberapa besar
distribusi daya yang dibutuhkan untuk memancarkan sinyal dalam
perancangan. Jika pancaran sinyal dapat didistribusikan dengan
baik, maka coverage yang di dapat akan optimal. Selain itu
pemilihan perangkat juga merupakan bagian yang penting dan harus di
perhitungkan dengan baik. Adapaun perhitungan Link Budget tersebut
adalah :Tabel 3.1 Uplink link budget LTE untuk
TransmitterTransmitterNilaiKeterangan
Max. Tx power (dBm)24A
Tx antenna gain (dBi)0B
Body loss (dB)1C
EIRP (dBm)23D = A + B - C
Tabel 3.2 Uplink Link Budget LTE untuk ReceiverReceiver Base
stationNilaiKeterangan
Noise figure (dB)2E
Thermal noise (dBm)-133.9751589F=k*T*B(10Mhz)
Receiver noise floor (dBm)-131.9751589G=E+F
SINR (dB)1.5H
Receiver sensitivity (dBm)-130.4751589I = G + H
Load factor0.7J(70%)
Interference Margin (dB)5.228787453K=-10log(1-I/10)
RX antenna gain (dBi)3L
Cable loss (dB)8.1M
MHA gain (dB)2N
Maximum path loss141.1463714O=d-i-k-l+m-n
Log normal fading margin7.3P
Soft handover gain (multicell)2Q
Indoor loss47.9R
Allowed propagation loss for cell range87.94637143S=o-p+q-r
Pada table diatas, dilakukan perhitungan link budget dari arah
uplink, yang berarti mobile station dijadikan sebagai transmitter
dan base station dijadikan receiver. Dari perhitungan MAPL untuk
arah uplink sebesar 141.146 dB dan loss yang diperbolehkan dalam
satu cell = 87.946 dB. Tabel 3.3 Downlink Link Budget LTE untuk
TransmitterTransmitterNilaiKeterangan
Max. TX power (dBm)24A
Tx antenna gain (dBi)3B
Cable loss (dB)8.1C
EIRP (dBm)19D=A+B-C
Tabel 3.4 Downlink Link Budget LTE untuk ReceiverReceiver -
UENilaiKeterangan
UE noise figure (dB)7E
Thermal noise (dBm)-133.975159F=k*T*B
Receiver noise floor (dBm)-126.975159G=E+F
SINR (dB)1.5H
Receiver sensitivity (dBm)-125.475159I=G+H
Load factor0.7J(70%)
Interference Margin (dB)5.228787453K=-10 log (1-I/10)
Control channel overhead (%)0.2l(%)
RX antenna gain (dBi)0M
Body loss (dB)1N
Maximum path loss138.1463714O=D-I-K-L+M-N
Log normal fading margin7.3P
Soft handover gain (multicell)2Q
Indoor loss47.9R
Allowed propagation loss for cell range84.94637S=O-P+Q-R
Pada table diatas, dilakukan perhitungan link budget dari arah
downlink, yang berarti mobile station dijadikan sebagai receiver
dan base station sebagai transmitter. Pada table diatas didapat
MAPL sebesar 138.146 dB, dan propagasi yang diperbolehkan loss
dalam satu cell adalah 84.94637 dB. Karena dari perhitungan MAPL
dari arah downlink yang lebih kecil, maka MAPL yang digunakan pada
perencanaan adalah MAPL downlink.Tabel 3.5 Typical building
penetration loss
Diasumsikan didalam suatu kantor terdapat material-material yang
dapat menyebabkan loss antara lain :Tabel 3.6 Indoor LossType
dindingPenetration loss (dB)JumlahRedaman (dB)
Brick wall10110
Thin Glass122
Total12
Pada suatu gedung yang akan di planning diasumsikan pancaran
satu access point akan mengalami loss yang disebabkan karena
menembus 1 dinding bata, dan menembus 2 pembatas kaca tipis. Total
indoor loss nya sebesar 12 dB.Untuk menentukan jumlah cell terlebih
dahulu harus menghitung radius cell dengan menggunakan persamaan
free space loss :LFSL = 20 10log fMhz + 20 10log dkm + 32,5 LFSL =
20 10log(1800) + 20 10log dKm + 32,5LFSL = 97,60545010 + 20 10log
dKmKeterangan : Di perencanaan ini yang digunakan adalah frekuensi
1800Mhz.
3.5.2 Model propagasi COST 231 MultiwallModel ini menggabungkan
antara LFSL (free space loss) dan rumus redaman indoor, maka
perhitungan per lantainya :LT = LFSL + LC + nwi Lwi + nf [(nf + 2 /
nf + 1)-b] Lf84.94637 = 97.60545010 + 20 10log dKm + 12 + 1 [(1 + 2
/ 1 + 1)-0,46] 1520 10log dKm = -39.659080110log dkm =
-39.6590801/2010log dkm = -1.982954DKm = 10-1.982954DKm =
0.01040030 KmDm = 10,4 mDengan indoor loss ( nwi Lwi ) sebesar 12
dB dan nilai MAPL yang di input kedalam rumus adalah nilai MAPL
yang paling rendah yaitu MAPL downlink sebesar 84.94637 dB. Dengan
nilai loss per floor nya adalah 15 dB dan jumlah lantai yang
dilewati sinyal adalah 1.Pada perencanaan ini, antenna yang dipakai
adalah antenna omnidirectional maka luas cell yang di dapat adalah
:Luas cell = 2.6 d2Luas cell = 2.6 (10.4)2 Luas cell = 281.216
m2Jumlah access point yang dipakai pada perencanaan ini adalah
:Jumlah AP = Jumlah AP = 1500m2 / 281.216m2 = 5,33 6 APKeterangan :
Area yang akan diplanning luasnya sebesar 1500m2 dan bukan bangunan
bertingkat.