PEMBAH Disusun G Mata ku K SEKOLAH T HARUAN DAN PENGEMBAN MASJID AGUNG KUDUS PROPOSAL Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester uliah : Praktikum Penelitian Pendidikan Isl Dosen pengampu : Manijo, M.Ag Tim Penyusun : Kelas C Tarbiyah PAI Angkatan 2011 TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JURUSAN TARBIYAH/ PAI TAHUN 2013 NGAN Gasal lam I KUDUS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBAHARUAN DAN PENGEMBANGAN
MASJID AGUNG KUDUS
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Gasal
Mata kuliah : Praktikum Penelitian Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Manijo, M.Ag
Tim Penyusun :
Kelas C Tarbiyah PAI Angkatan 2011
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2013
PEMBAHARUAN DAN PENGEMBANGAN
MASJID AGUNG KUDUS
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Gasal
Mata kuliah : Praktikum Penelitian Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Manijo, M.Ag
Tim Penyusun :
Kelas C Tarbiyah PAI Angkatan 2011
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2013
PEMBAHARUAN DAN PENGEMBANGAN
MASJID AGUNG KUDUS
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Gasal
Mata kuliah : Praktikum Penelitian Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Manijo, M.Ag
Tim Penyusun :
Kelas C Tarbiyah PAI Angkatan 2011
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2013
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penguasa alam yang senantiasa melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan tugas praktikum penelitian pendidikan Islam.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW.
yang telah mengajarkan dan membimbing umat Islam dengan ajaran agamanya
secara sempurna dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Proposal penelitian pendidikan Islam yang mengambil fokus penelitian pada
Masjid Agung Kudus telah disusun dengan sungguh-sungguh guna memenuhi
tugas akhir semester gasal mata kuliah praktikum penelitian pendidikan Islam.
Dalam penyusunan proposal ini, kami banyak mendapatkan bimbingan,
informasi, dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga proposal ini dapat
terealisasikan. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Manijo, M.Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum
penelitian pendidikan Islam.
2. Bapak Masrukhan, selaku pengurus Masjid Agung Kudus sekaligus
narasumber yang telah membantu memberikan keterangan yang kami
butuhkan dalam penyusunan proposal.
3. Bapak Rifa’i Noor, selaku mantan ketua bidang Ri’ayah Masjid Agung Kudus
yang telah membantu memberikan keterangan yang kami butuhkan.
4. Bapak Abdullah Afif Sholeh, selaku mantan Ketua Pengurus Masjid Agung
Kudus periode 1997-2002 dan 2002-2007.
5. Kementrian Agama dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, yang telah
membantu dalam pengumpulan data.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.
Seiring doa dan harapan atas segala jasa dan bantuan beliau semua, kami
mengucapkan terima kasih seraya berdoa serta memohon kepada Allah SWT,
semoga amal kebaikan bapak, serta semua pihak yang tersebut di atas senantiasa
mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Aamiin…
Kudus, 19 Desember 2013
iii
iv
MEMBANGUN PERADABAN ISLAM DARI MASJID
Indonesia adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
maka wajar bila nuansa budaya Islam sangat kental mewarnai setiap relung sudut
kehidupan bangsa Indonesia baik dari sisi politik dengan masyarakat madaninya,
ekonomi dengan ekonomi syari’ahnya, budaya dengan budaya Islamnya, termasuk
juga pendidikan dengan pendidikan Islamnya.
Sudah menjadi keniscayaan bila umat yang besar akan membutuhkan
sarana dan infrastruktur yang besar pula, maka ketika melihat umat Islam di
Indonesia sekarang (2012) telah mencapai 207.176.162 jiwa. Maka dibutuhkan
fasilitas ibadah yang tidak sedikit pula. Untuk bangunan masjid saja (termasuk
mushola) di Indonesia tercatat sebanyak 239.497 bangunan ibadah. (Data dari
YMN -Yayasan Masjid Nusantara- tahun 2012). Hal ini tentu masih sangat
kurang dari angka yang semestinya.
Untuk Jawa Tengah sendiri jumlah tempat Ibadah di wilayah ini
tersedia sebanyak 35.199 unit. Ini masih sangat kecil bila dibandingkan umat
Islam yang ada di Jawa Tengah ini. Sedangkan untuk Kabupaten Kudus yang
jumlah penduduknya sebanyak 791.891 jiwa sarana masjid hanya 530 buah.
Sedangkan musholanya berjumlah 308 buah (Data Statistik Kab. Kudus 2013).
Dengan melihat ini tentu keberadaan masjid sebagai sarana ibadah masih perlu
untuk penambahan, agar sesuai dengan rasio kecukupan tempat ibadah dan jumlah
umat Islam di wilayah Kabupaten Kudus ini.
Keberadaan masjid Agung Kabupaten Kudus yang terletak di samping
barat alun-alun Kudus adalah satu dari sekian banyak masjid yang menjadi simbol
umat Islam di Kudus (selain masjid al-aqsha menara Kudus) dengan
masyarakatnya yang agamis dan religious. Di Masjid Agung Kudus yang dulunya
berasal dari masjid Kriyan, Kudus menjadi sarana perjalanan peradaban Islam di
kota ini yang panjang. Pecinan, Kampung Arab dan Pribumi adalah fakta sejarah
peradaban Islam Kudus yang bisa di jadikan tonggak awal sejarah peradaban
Kudus di masa-masa mendatang bahkan bahan pemikiran juga untuk membangun
v
peradaban pada masa sekarang ini dan terus berlanjut sampai waktu yang akan
datang.
Buku kecil ini adalah salah satu kepedulian sebagian masyarakat Kudus
dengan melalui Latihan Penelitian Pendidikan dari Jurusan Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, untuk memberikan sedikit fakta dan data
tentang Masjid Agung Kudus yang mungkin oleh sebagian masyarakat Kudus
sudah banyak dilupakan.
Harapannya, semoga dengan buku kecil ini bisa bermanfaat bagi
masyakat Kudus pada khususnya dan masyakarat Islam Indonesia pada umumnya,
sekali lagi, semoga penelitian ini adalah bukti awal untuk membangun peradaban
Islam dari Masjid Agung Kudus, untuk selanjutnya mudah-mudahan pada lain
waktu ada sebagian mahasiswa atau peneliti lain yang tertarik untuk mendalami
atau melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga bisa dijadikan kesempurnaan-
kesempurnaan dalam penelitian dalam obyek yang sama, bahkan siapa tahu kelak
nanti dari Masjid Agung Kudus ini mampu memberikan sumbangsih peradaban
Islam Kudus yang lebih modern.
Manijo, M.Ag.DPL STAIN Kudus
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
SAMBUTAN PENGURUS MASJID AGUNG KUDUS................................... iii
SAMBUTAN DOSEN PANGAMPU............................................................... . iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
I. Sejarah Berdirinya Masjid Agung Kudus .................................................... 1
II. Struktur Bangunan Masjid (Makna Arsitektur dan Bentuk Fisik)............... 5
III. Struktur Kepengurusan, Visi, dan Misi Masjid ........................................... 25
IV. Masjid Pada Zaman Dahulu (Zaman Penjajahan) ....................................... 30
V. Bentuk Kegiatan dan Pengelolaan yang Dilakukan Masjid (Kegiatan
VI. Bentuk Kegiatan dan Pengelolaan Masjid (Kegiatan Bisnis) ..................... 45
VII. Kegiatan Masjid pada Hari- Hari Besar Islam ............................................. 51
VIII. Ulama’ yang Dihasilkan dari Masjid Agung Kudus.................................... 57
IX. PENUTUP.................................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
I. SEJARAH BERDIRINYA MASJID AGUNG KUDUS
Masjid Agung Kudus, yang semula bernama Masjid Besar Alun-Alun,
terletak di wilayah Dukuh Kauman Desa Demaan Kecamatan Kota atau Jl.
Simpang Tujuh 15A Kudus, bersebelahan dengan kantor pendopo Kabupaten
Kudus. Masjid ini memiliki luas bangunan 1.409 m² di atas tanah seluas ± 3.527
m² dan tinggi menara 30 m.
Berdirinya Masjid Agung Kudus, merupakan salah satu dari beberapa
syarat yang harus ada dalam keberadaan pemerintahan. Pada zaman kolonial
syarat adanya pusat pemerintahan harus mencakup tiga komponen (Tiga Adat
Jawa) yaitu 1) Pendapa Kabupaten (dulu kadipaten) ; 2) Adanya alun-alun1; 3)
Adanya pohon besar yang terletak bersebelahan dengan kadipaten.2 Ada pula yang
mengatakan3 bahwa Tiga yang dimaksud Adat Jawa itu meliputi 1) Masjid; 2)
Pendopo; dan 3) Pembinaan Umat. Atas dasar tersebut, oleh prakarsa dari
Muhammad Idris atau Raden Tumenggung Aryo Condro Negoro ke-IV (Bupati
Kudus ke-4) pada tahun 1853M/ 1274H pembangunan Masjid mulai berlangsung.
Peletakan batu pertama untuk pembangunan Masjid oleh Kanjeng Raden
Tumenggung Ario Tjondronegoro IV dihadiri oleh Residen Jepara-Rembang
(Sekarang Karesidenan Pati ; 2013) dan tokoh Alim Ulama Kudus.
Pembangunan Masjid Agung Kudus ini adalah bangunan masjid yang
cukup tua. Namun sebenarnya ada masjid yang lebih tua yaitu Masjid Menara
(Masjid Al- Aqsha). Masjid Menara berumur ± 456 tahun, sedangkan Masjid
Agung Kudus berumur ± 156 tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang
mengharuskan dalam suatu kota terdapat satu tempat beribadah yaitu Masjid yang
disebut Masjid Kadipaten (Masjid Kabupaten) maka yang dipilih adalah Masjid
Agung Kudus yang sekarang ini. Sehingga timbul banyak pertanyaan, mengapa
bukan Masjid Menara yang dijadikan masjid kadipaten, padahal secara usia
bangunan Masjid Menara lebih tua dari Masjid Agung Kudus. Hal ini dikarenakan
1 Pada zaman kolonial, dalam alun-alun harus ada atau ditumbuhi pohon beringin besar.2 Arsip mengenai sejarah singkat masjid di kudus oleh Departemen Agama Kudus, pada
tanggal 6 Desember 2013.3 Hasil wawancara dari narasumber Bapak Drs. KH Abdullah Afif Sholeh, selaku
Mantan Pengurus Masjid Agung dua periode berturut-turut, pada tanggal 12 Desember 2013.
2
berdasarkan atas peraturan pemerintah pula bahwa dalam satu kota, apabila
terdapat masjid yang merupakan peninggalan seorang wali, maka masjid itu hanya
disebut masjid wali. Sehingga harus dibuat satu masjid lagi yang dapat dijadikan
maskot kota tersebut, yang sekarang yaitu Masjid Agung Kudus.4
Pada awalnya masjid ini tidak seperti sekarang (2013). Masjid ini dulunya
bernama Masjid Kriyan yang letaknya ada di belakang “Toko Sidodadi”5.
Berdasarkan cerita, keberadaan Masjid Kriyan sebenarnya masih ada, akan tetapi
jalur akses untuk menuju ke lokasi sudah tidak bisa. Hal tersebut pastinya bukan
tanpa alasan yakni dikarenakan bangunan-bangunan di sekitar Masjid Kriyan yang
corak bangunannya tinggi ke atas menjadi penghalang. Sehingga menyebabkan
jalur menuju akses bangunan Masjid Kriyan tertutup. Sebelum ada bangunan-
bangunan disekitar kompleks Masjid Kriyan, ada beberapa perbedaan dari
berbagai kalangan dalam hal perencanaan pemugaran Masjid Kriyan ke Pusat
Kota (sebelah barat alun-alun) yang diprakarsai oleh Bupati Kudus ke-IV. Ada
yang pro dan ada pula yang kontra. Kelompok yang pro pemindahan,
menginginkan kapasitas daya tampung masjid lebih besar dan ada pula yang
berpendapat seperti halnya Tiga Adat Jawa dalam Kadipaten. Kelompok yang
kontra terhadap pemindahan masjid, beranggapan bahwa masjid tersebut karena
merupakan aset di wilayah tersebut dan perlu dijaga dan dirawat dengan sebaik-
baiknya. Lantas dalam hal ini akhirnya munculah keputusan dari pihak Kadipaten
yang bersumber dari pemerintah yang mengatakan bahwa dalam setiap kabupaten
harus ada tiga bangunan Kadipaten, Masjid, serta Pembinaan Umat. Sehingga
perselisihan antara kelompok pro dan kontra tersebut dimenangkan oleh kelompok
kontra dengan adanya aturan dari pemerintahan tersebut. Akhirnya, pemugaran
Masjid Kriyan yang dulu di sebelah Selatan alun- alun kini dipindah ketempat
yang sekarang (sebelah Barat Alun- alun)6 dapat terlaksana. Proses pemindahan
4 Hasil wawancara dengan Bapak H. Rifa’i Noor selaku mantan ketua bidang Riayah padaperiode sebelumnya. Tanggal 05 Desember 2013.
5 Hasil wawancara dari narasumber Bapak Masrukhan, selaku Kepala Kantor MasjidAgung Kudus mengenai Sejarah Masjid Agung, pada tanggal 5 Desember 2013 serta pada tanggal17 Desember 2013.
6 Masjid Agung Kudus yang berlokasi di Dukuh Kauman Desa Demaan Kecamatan Kotaatau Jl. Simpang Tujuh 15A Kudus
3
ini terlaksana walau tidak serta merta dipugar keseluruhan, akan tetapi secara
bertahap.
Alasan yang paling tepat atas pemindahan Masjid karena dianggap kurang
banyak menampung jama’ah, padahal posisi masjid sebagai Masjid Kadipaten.
Maka pada tahun 1991 Masjid Kriyan ini dipindahkan ke lokasi Masjid Agung
Kudus yang sekarang ini (2013). Selesainya pembangunan Masjid, ikut serta juga
Bapak Soepardjo Roestam selaku Menko Kesra Republik Indonesia untuk
meresmikan Pemugaran Masjid pada tanggal 12 Oktober 1991 M/ 4 Robi’ul Awal
1412 H.7
Kemudian atas kebijakan berbagai pihak, barang yang masih asli dari
masjid Kriyan dilestarikan dengan cara di pasang kembali di tempat yang baru
yaitu di Masjid Agung Kudus. Barang tersebut adalah “Empat Tiang” yang berada
di tengah- tengah masjid yang disebut “Soko Guru”. Lantas disamping “Empat
Tiang” yang disebut soko guru, ada pula barang yang berbentuk daun yang
menempel pada Empat Soko Guru yang konon ceritanya empat daun tersebut
adalah daun yang digunakan oleh Nabi Adam AS beserta isrtinya Siti Hawa untuk
menutupi aurotnya.8 Akan tetapi pihak peneliti belum menemukan pasti daun
jenis apa yang ada di Empat Soko Guru tersebut.
Selesainya pemugaran Masjid Kriyan menjadi Masjid Agung Kudus
(2013), bukan hanya sejarah dari bangunan Masjid itu sendiri, Nama Masjid
punya sejarah tersendiri. Nama Masjid Agung sudah mengalami banyak
perubahan. Awalnya bernama Masjid Jami’, kemudian berganti menjadi Masjid
Besar, dan yang terakhir adalah keputusan kementrian yang menyatakan bahwa
disetiap kota harus ada simbol masjid, maka dinamakan Masjid Agung Kudus.
Berbicara mengenai kawasan atau lingkungan sekitar masjid, kawasan
Masjid Agung Kudus awalnya hanya sebuah masjid yang di belakangnya terdapat
makam pendirinya yaitu Raden Tumenggung Aryo Condro Negoro beserta sang
7 Dokumentasi yang diambil di Menara Masjid Agung Kudus pada tanggal 17 Desember2013. Yang menyatakan bahwa peresmian pemugaran dilakukan pada tanggal 12 Oktober 1991 Matau 4 Robi’ul Awal 1412 H. yang dihadiri pula oleh Menko Kesra Republik Indonesia.
8 Hasil wawancara dari Bapak Sutrisno selaku Pengurus Masjid pada Bidang Keamanandi Masjid Agung Kudus, pada tangal 5 Desember 2013.
4
istri. Makam ini pada awalnya berupa makam pada umumnya. Untuk kemudian
dijadikan penghormatan kepada pendirinya maka pada tahun 2003 diadakan
renovasi makam yaitu pencungkupan9 makam pendiri masjid Agung beserta istri
pada masa kepemimpinan Bupati Kudus yang ke 28, yang turut serta pula dalam
peresmian renovasi Makam yaitu Bapak H. M. Amin Munadjat. SIP. M.Si10 pada
hari Ahad, 22 Juni 2003.
Di kawasan Masjid yang saat itu (2006) terdapat lahan kosong di sebelah
barat Makam yang direnovasi. Mengingat kebutuhan zaman pada saat itu (2006)
akan pentingnya pendidikan, maka pengurus Masjid Agung Kudus memutuskan
untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan mendirikan lembaga pendidikan untuk
menampung siswa- siswi yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Adapun
lembaga yang telah dibangun adalah TPQ. TPQ yaitu merupaka Tempat
Pendidikan Al-Qur’an dibangun pada tahun 2006 baru kemudian TK (Taman
Kanak-Kanak) tahun 2010. TPQ tersebut dibangun bertepatan pada tanggal 09
Februari 2006 dengan nama “TPQ Masjid Agung”. Setelah itu pada tahun 2010 di
bulan Agustus juga dibangun TK yang bernama “TK Masjid Agung”. Dengan
berdirinya lembaga pendidikan ini, diharapkan dapat menciptakan generasi
penerus yang cerdas dan religius. Lokasi TPQ dan TK Masjid Agung Kudus ini
berada di belakang Masjid Agung Kudus.
Berdasarkan hasil manajemen Masjid Agung Kudus yang dikelola secara
baik oleh pengurus Masjid Agung Kudus sampai Tahun 2013 telah mempunyai
lembaga- lembaga sebagaimana di atas. Bahkan pada tahun terakhir ini, berkat
kerjasama Masjid Agung Kudus dengan pihak luar dalam hal ini bidang kesehatan
bekerjasama dengan PUSKESMAS Desa Wergu mendirikan UKM (Unit
Kegiatan Masjid) dengan nama “Balai Pengobatan Masjid Agung Kudus”.
Pengelola Balai Pengobatan Masjid Agung Kudus mempercayakan tenaga
medis kepada : Dr. Hj. Vivi Servita, VK.M.Kes (Dokter); Dr. Nadia Nur Lestari
(Dokter); Nuryanto (perawat); Arna (bidan); Supriyadi (obat); Agus Wijanarko
(obat); Nurhidayat (obat). Lembaga ini dibuka dalam seminggu hanya satu kali
9 Pencungkupan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bangunan beratap diatas makam sbg pelindung makam; rumah kubur.
10 Bapak H. Muhammad Amin Munadjat. SIP. M.Si Bupati Kudus yang ke-28
5
pada hari Jum’at pukul 09.00- 11.00 WIB (2013) dan pada setiap awal bulan di
hari Ahad pengobatan dilayani oleh pengurus Masjid Agung Kudus yang
berprofesi sebagai dokter. Lokasi Balai Pengobatan ini berada di sebelah kiri
Masjid Agung Kudus yang menempati gedung tersendiri antara menara dan
tempat wudlu pria.
II. STRUKTUR BANGUNAN MASJID ( MAKNA ARSITEKTUR DAN
BENTUK FISIK )
Masjid Agung Kudus, yang semula bernama masjid besar alun-alun adalah
salah satu masjid terbesar di wilayah Kudus, Masjid Agung Kudus ini merupakan
realisasi pemindahan masjid Kriyan Kudus yang sudah lama rusak. Masjid ini
terletak di wilayah dukuh Kauman desa Demaan Kecamatan Kota atau Jl.
Simpang Tujuh 15A Kudus, memiliki luas bangunan 1.409m² di atas tanah seluas
3.527 m² dan tinggi menara 30 m. 11
Dalam proses pelaksanaan pembangunan, masjid ini konon banyak
mendatangkan tenaga kerja dari Jepara, karena, arsitek bangunannya sama persis
dengan Masjid Agung Jepara, baik untuk bangunannya, maupun besar dan
kekuatannya bahkan letak dan kontruksi tiang utama di dalam serambi. Gaya
arsitekturnya berciri khas pesisir pantai utara Jawa, hanya yang membedakan
adalah pada Masjid Agung Kudus telah mengalami beberapa kali rehab.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs KH Abdullah Afif Sholeh,
pemugaran bangunannya mengalami beberapa tahap yaitu:
a. Tahun 1939 oleh Raden Tumenggung Adipati Ario Hadinoto selaku Bupati
Kudus yang ke XIV (empat belas) merehab bangunan masjid ini dalam
rangka menyambut kedatangan Gubernur Jendral Hindia Belanda yang
bernama Carda ke Kudus pada tahun 1939. Dalam kunjungannya di Kudus,
tujuan sebenarnya adalah untuk meninjau beberapa pabrik rokok Kudus,
namun agar Kudus lebih terlihat agamis, dibangunlah sebuah Masjid Agung
Kudus ini. Biaya rehab saat itu di tanggung oleh pengusaha-pengusaha rokok
11 Sumber dari Arsip Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus. Tanggal 06 Desember 2013.
6
di daerah Kudus kulon, terutama oleh bapak H. Muslich pemilik perusahaan
rokok cap tebu dan cap cengkeh.
b. Rehab ke dua dilaksanakan pada tahun 1970 pada masa pemerintahan Bupati
Saubari, SH. Biaya rehab Masjid Agung kedua ini dengan swadaya
masyarakat Kudus dan dibantu oleh PPRK( Persatuan Perusahaan Rokok
Kudus) dan Pemerintah Daerah.
c. Rehab ketiga pada tahun 1990 masa Bupati Kol Inf. Soedarsono. Rehabilitasi
dilakukan secara total dan penambahan beberapa bangunan baru, berupa
penambahan menara, perkantoran, tempat wudlu, pawestren dan taman.
Rehab yang ketiga dibiayai oleh swadaya masyarakat bersama dengan PT
Djarum Kudus, selesai tahun 1991. Peresmian selesai pugar pada tanggal 12
Oktober 1991 oleh Mentri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (
MENKOKESRA) Bp. Soeparjo Rustam.12
Masjid Agung Kudus telah mengalami bebarapa kali rehab, namun tetap
memelihara kesucian dan keagungan dari para pendiri Masjid ini, Mereka sampai
sekarang masih dirawat dan dijaga walaupun berupa makam yang terletak di
belakang bangunan masjid. Makam yang ada di belakang masjid adalah makam
Raden Tumenggung Ario Tjondro Negoro13 beserta istri dan kerabatnya. Namun
makam tersebut selanjutnya juga direnovasi untuk pencukupan makam Al- Habib
Muhammad Idris beserta istri pada tahun 2003 pada masa kepimimpinan Bupati
Kudus yang ke 28 ( bapak H. M. Amin Munajat, MP, M.Si). Makam di belakang
masjid di bangun untuk menghargai jasa pendiri Masjid Agung Kudus.
Pemugaraan makam ini diresmikan pada hari ahad, 22 juni 2003 oleh bupati
Kudus bapak H. M. Amin Munajat, MP, M.Si.
Di belakang masjid juga terdapat dua sumur yaitu sumur yang ada di sebelah
utara dan sumur yang ada di sebelah selatan. Menurut beberapa tokoh, dulu sumur
tesebut berfungsi kedua-duanya. Namun untuk sekarang hanya satu sumur yang
12 Diperoleh dari keterangan Drs. KH Abdullah Afif Sholih, selaku mantan ketua KUAdan Mantan ketua umum pengurus Masjid Agung Kudus Dua periode berturut-turut. Tanggal 06desember 2013.
13 Raden Tumenggung Ario Tjondro Negoro adalah pendiri Masjid Agung Kudus.
7
berfungsi yaitu yang di sebelah utara sedangkan yang di sebelah selatan sudah
mati dan dialih fungsikan sebagai tempat pembuangan limbah.14
Situasi dan Bangunan Masjid
a. Lokasi Tanah
Lokasi Masjid Agung Kudus tepat di tengah-tengah kota.
Sebelah timur : Alun-Alun dan Ramayana
Sebelah utara : Pendopo Kabupaten Kudus
Sebelah barat : Gedung TPQ dan majlis taklim Masjid Agung
Kudus
Sebelah selatan : Pertokoan Jl. Sunan Kudus
b. Luas Tanah
Luas tanah : 3.654 m²
Luas bangunan : 1409 m²
Tinggi menara : 30m²
c. Arsitektur Bangunan
Atap
Gb. 1. Atap Masjid Agung Kudus
(Dokumen peneliti pada tanggal 17 desember 2013)
14Diperoleh dari keterangan H. Rifa’i Noor selaku mantan ketua bidang Riayah padaperiode sebelumnya. Tanggal 05 Desember 2013.
8
Atap di Masjid Agung Kudus terdiri dari tiga susun. Dimana atap
tersebut mempunyai filosofi berupa Iman, Islam dan Ikhsan. Untuk lapisan
pertama menunjukkan Iman atau kepercayaan, untuk lapisan yang kedua
menunjukkan Islam dan untuk lapisan yang ketiga menunjukkan Ikhsan atau
kebagusan.
Seluruh dinding dan lantai masjid berlapis marmer.
Gb. 2. Lantai dan Dinding Masjid Agung Kudus
(Dokumen peneliti pada tanggal 19 desember 2013)
Dimana dulu lantainya berkeramik warna abu-abu dan bertiang besi.
Namun sekarang sudah diganti menjadi keramik yang berlapis marmer dan
bertiang. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar lantai dan dinding tidak cepat
rusak ketika terkena goresan dan diharapkan dapat bertahan lama. Marmer
masjid sendiri didatangkan dari dalam negeri. Marmer yang sekarang ini
berasal dari Masjid Purwokerto (Banyumas) yang merupakan salah satu
masjid yang terbesar pada masa itu.
Penopang delapan buah tiang.
Delapan tersebut mempunyai makna yang melambangkan Khulafaur
Rosyidin yang berjumlah 4 dan 4 Imam Madzhab yaitu Imam Hanafi, Imam
Hambali, Imam Syafi’i dan Imam Maliki.
9
Empat buah tiang kayu jati
Gb. 3. Empat Buah Tiang Kayu Jati
(Dokumen peneliti pada tanggal 18 desember 2013)
Empat buah tiang kayu jati ini mempunyai makna jumlah 4 Khulafaur
Rosyidin. Dimana dulunya tiang ini berbentuk besi tapi pada renovasi yang
kedua, tiang bukan diganti melainkan dilapisi dengan kayu jati. Bentuk tiang
yang sekarang ini merupakan modivikasi perpaduan model lama dan modern.
Mimbar
Mimbar merupakan tempat khotib untuk berkhutbah. Di Masjid Agung
Kudus terdapat satu mimbar. Sebelum direnovasi mimbar di Masjid Agung
memiliki ukuran yang besar sehingga banyak mengurangi shaf para jama’ah.
Namun setelah renovasi yang ke-2 mimbar tersebut diganti. Untuk mimbar
yang besar disimpan di gudang tepatnya pada gudang dekat TPQ.
10
Kaligrafi
Gb. 4. Kaligrafi
(Dokumen peneliti tanggal 30 desember 2013)
Bagian depan di sebelah utara dan selatan dihiasi dengan tulisan
kaligrafi. Tulisan kaligrafi tersebut mempunyai makna memberikan pesan
kepada para jama’ah. Seperti kaligrafi yang terdapat disebelah utara mimbar,
dengan lafadz “Wamaa umiruu illa liya’budullaha mukhlishina lahuddin”
yang mempunyai arti “Aku tidak diperintah kecuali hanya untuk beribadah
kepada Allah dan ikhlas dalam beragama”.
Kaligrafi ini berbentuk bulatan yang berada di samping mimbar.
Bulatan mempunyai arti bahwa bumi itu bundar. Kita sebagai manusia
termasuk bagian dari bumi itu. Bulatan tersebut juga bermakna sebagai kiblat,
arah semua umat Islam. Bumi sebagai kiblat adalah ka’bah, namun diartikan
juga manusia sekarang ada di bumi namun besok kelak akan meninggalkan
bumi.
11
Jendela.
Gb.4. Jendela Masjid Agung Kudus
(Dokumen peneliti pada tanggal 18 desember 2013)
Jendela model ini disebut dengan kuku tarung, karena jendela ini
mempunyai dua daun jendela yang bisa dibuka dan ditutup. Seperti halnya
dalam Al-Qur’an, mempunyai pembuka dan penutup. Jendela tersebut terbuat
dari kayu bekas pembongkaran masjid atau renovasi masjid yang telah
dimodifikasi seperti yang sekarang. Di Masjid Agung sendiri terdapat 4
jendela dengan model kuku tarung dan 6 pintu yang didesain sesuai kapasitas
jama’ah dan diharapkan jama’ah mendapat ventilasi yang baik.
12
Daun
Gb. 6. Daun pada Tiang Kayu Jati
(Dokumen peneliti tanggal 19 desember 2013.)
Daun yang ada di tiang ini namanya adalah daun kluweh. Dulunya daun
ini dibuat untuk tempat ditaruhnya lampu tempel, karena pada zaman dahulu
belum ada listrik, namun sekarang justru menjadi benda unik khususnya di
Majid Agung Kudus.
Menara.
Gb. 7. Menara Masjid Agung Kudus
(Dokumen peneliti. Tanggal 18 desember 2013.)
13
Menara yang terletak di depan sebelah kiri masjid mempunyai tinggi
30m. Pembuatan menara tersebut adalah usul dari Abdurrahman Wahid atau
akrab dipanggil Gus Dur. Maksud adanya menara itu menandakan adanya
masjid. Dan menara juga merupakan ciri khas dari suatu masjid. Di dalam
menara sendiri tidak terdapat sesuatu hal yang penting atau tidak terdapat
barang-barang atau benda-benda, cuma untuk di luar menara tersebut terdapat
prasasti dari Bupati Darsono. Kala itu pembangunan menara masjid sendiri
mendapat dana dari PT Djarum Kudus.
Al-Qur’an besar.
Gb.8. Al-Qur’an Besar
(Dokumen peneliti tanggal 19 desember 2013.)
Mushaf Al-Qur’an ini ditulis sesuai dengan penulisan Mushaf Al-
Qur’an standar utsmani Indonesia, sehingga untuk selanjutnya disebut
Mushaf Al-Qur’an Pusaka standar dan dibuat oleh Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus untuk dipersembahkan
kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus.
Mushaf ini mulai ditulis pada hari Rabu Pahing 22 Ramadhan 1415 H/
22 Februari 1995 M dengan ditandai penulisan lafadz Bismillah diawal surat
Al-Fatihah oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Kudus dalam
peringatan Nuzulul Qur’an di Pendopo Kabupaten Kudus dan diserahkan
secara resmi kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus pada hari senin
tanggal 21 Ramadhan 1418 H/ 19 Januari 1998 M oleh Ketua Lembaga
14
Pengembangan Tilawatil Qur’an Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dalam
peringatan Nuzulul Qur’an di Pendopo Kabupaten Kudus.
Penulisan mushaf ini dilaksanakan oleh panitia penulisan Al-Qur’an
Pusaka Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Kabupaten Kudus no.
01/ LPTQ_KDS/ II/ 1995 tanggal 1 Februari 1995 dan di tashhih oleh Al-
Mukarrom Al Hafid KH. Sya’roni Ahmadi Kudus. Mushaf Al-Qur’an Pusaka
di tulis oleh bapak Nor Aufa Shiddiq dengan waktu penulisan 1 bulan 1 jus
dan harus wudlu terlebih dahulu sebelum memulai menulis. Sedangkan
sampul Al-Qur’an Pusaka tersebut didatangkan dari Sukoharjo. Al-Qur’an
tersebut dibaca ketika bulan Ramadhan.
Susunan panitia penulisan Mushaf Al-Qur’an Pusaka (besar) Kabupaten
Daerah Tingkat II Kudus, diantaranya adalah :
Penasehat : KH Ma’sum Rosyidi (Ketua MUI Kabupaten
Kudus).
Pengarah Tekhnis : Drs. H. Munhaji (Asisten Dua Sekretaris Wilayah
Daerah Tingkat II Kudus).
Penanggung Jawab : Drs. H. M. Mansyur (Kepala Kantor Departmen
Agama Kabupaten Kudus).
Ketua I : Drs. H. Yusuf (Kasi Penerangan Agama Islam
Kantor Departemen Agama Kudus).
Ketua II : Drs. H. Suhari (Kepala Bagian Sosial Pemerintah
Daerah Kudus).
Sekretaris I : Mudzakir (Kantor Departemen Agama Kabupaten
Kudus).
Sekretaris II : Drs. Kholid Syifa ( Pemerintah Daerah Kudus).
Bendahara I : Drs. Sutrisna ( Kabag Keuangan Kabupaten
Kudus).
Bendahara II : Ahmad Faiq, BA ( Kantor Departemen Agama
Kudus).
Seksi Usaha : - Drs. H. A. Syamsul Ma’arif (Tokoh masyarakat).
Penulisan Mushaf: Nur Aufa Shodiq dan M Faruq (Al-Hathat).
Al-Qur’an yang tebalnya mencapai sekitar 25 cm ini memiliki ukuran
lebar kurang lebih 1,8 m dan panjang sekitar 80 cm. Berat Al-Qur’an pusaka
ini mencapai 1 kw.
Bancik.
“Bancik” yang dimaksud disini adalah bancik tempat duduk yang ada di
depan masjid. Bancik ini merupakan hasil perenovasian bangunan masjid
yang dilebarkan dari utara ke selatan dan dari timur ke barat. Hal ini
bertujuan agar ketika seseorang melakukan i’tikaf di bancik ini sudah
dianggap sah. Karena bancik ini adalah wilayah masjid sehingga untuk orang
yang mempunyai hadast besar dilarang untuk berada pada bancik tersebut.
d. Pengembangan Bangunan Sejak Didirikan Sampai Sekarang
Pengembangan Masjid Agung Kudus secara fisik masjid masih tetap tidak
banyak yang diubah. Penambahan bangunan hanya di bagian serambi depan
tepatnya pada saat perenovasian yang kedua. Sebelumnya belum ada, serambi
baru dibangun pada tahun 1970, baik yang untuk perempuan maupun untuk
laki-laki. Khusus serambi perempuan dibuatkan dibagian atas, lantai dua. Di
16
sebelah kiri masjid dilengkapi dengan perpustakaan masjid. Tetapi sekarang ini
perpustakaan tersebut sudah hampir tidak berfungsi lagi, karena para peminjam
buku tidak bertanggung jawab atas buku yang dipinjamnya atau tidak
dikembalikan.
e. Fasilitas Ruangan
Fasilitas yang dimiliki Masjid Agung Kudus di antaranya adalah:
Lantai 1 untuk jamaah laki-laki dan lantai dua untuk jamaah perempuan.
Pada renovasi kedua ditambah “balkon” untuk jamaah perempuan yang
letaknya di lantai dua. Terdapat tangga untuk naik ke balkon perempuan.
Tangga tersebut di buat tertutup dengan tujuan untuk membatasi pandangan
antara jama’ah laki-laki dan jama’ah perempuan.
Lantai 1 terdiri dari ruang utama dan serambi masjid. Di lantai 1 ini
semuanya difungsikan sebagai masjid, termasuk juga serambi kanan
maupun serambi kiri. Pada serambi depan tepatnya dibagian luar (sebelah
timur) memiliki luas 27x8 m, sehingga mampu menampung sekitar 600
jama’ah. Ruang utama dan serambi dibatasi dengan tembok dan pintu
gerbang besar
Tempat wudlu yang bersih dan memadai.
17
Gb. 9. Tempat Wudhu Wanita
(Dokumen peneliti tanggal 18 desember 2013)
Gb. 10. Batu kerikil
(Dokumen peneliti tanggal 18 desember 2013)
18
Gb. 11. Tempat Wudhu Pria
(Dokumen peneliti tanggal 20 desember 2013)
Dulu awalnya tempat wudlu dijadikan satu antara laki-laki dan perempuan.
Tapi pada renovasi ketiga tempat wudlu dipisah antara wudlu laki-laki dan
perempuan. Untuk tempat wudlu laki-laki di sebelah utara masjid dan tempat
wudlu perempuan di sebelah selatan. Hal ini dimaksudkan agar jamaah merasa
nyaman, aman dan terjaga. Tempat wudlu baik laki-laki maupun perempuan
dibuat bersekat dengan maksud untuk menghindari percikan air seni dari
sebelah kanan dan sebelah kirinya. Kemudian tempat wudlu disempurnakan
dengan bak khusus yang tertutup. Ditambah lagi disamping tempat wudlu
terdapat batu-batu krikil dengan tujuan agar wudlunya tetap terjaga dan
terhindar dari najis. Ada sesuatu yang berbeda di Masjid Agung Kudus, yaitu
seperti yang kita lihat di masjid-masjid besar yang ada di Kudus, misalnya di
Menara atau di Muria, biasanya terdapat tempat wudlu yang berbentuk seperti
bak. Namun, untuk Masjid Agung Kudus sendiri tidak terdapat bak wudlu
semacam itu. Sebenarnya bukan tidak ada, dulu ada tempat wudlu yang
berbentuk bak seperti yang ada di masjid-masjid besar lainnya. Dulu tempat
wudlu yang berbentuk bak tersebut terletak di sebelah utara masjid. Namun,
pada renovasi tahun 1990 tepatnya pada renovasi yang ketiga, sumur dan
19
tempat wudlu yang berbentuk bak tersebut dibongkar dan diganti dengan
tempat wudlu seperti yang sekarang ini. Hal ini dilakukan karena tuntutan
masyarakat dan hasil rapat pengurus.
f. Daya Tampung
Masjid Agung mampu menampung 1700 jama’ah dengan bentuk barisan
shaf. Dulunya daya tampung tidak mencapai 1700 jama’ah, karena terdapat
mimbar yang besar sehingga mengurangi shaf. Namun pada renovasi ke-2
mimbar tersebut diperkecil dengan tujuan agar mampu menampung banyak
jama’ah seperti yang terlihat sekarang. Mimbar sisa hasil perenovasian
ditempatkan di gudang yang ada di belakang masjid.
Dari 1700 jama’ah dengan bentuk barisan shaf dapat dihitung pada lantai 1
yang terdapat kurang lebih 23 shaf yang dapat memuat sekitar 1500 jamaah
sesuai bentuk barisan shaf. Sedangkan dalam keadaan duduk secara acak tidak
menurut shaf mampu menampung jama’ah sekitar 2500 jama’ah. Pada serambi
samping kanan dan serambi kiri masjid dapat menampung sekitar 200 jama’ah
pada masing-masing serambi. Untuk lantai 2 terdapat 3 shaf yang dapat
memuat sekitar 100 lebih jama’ah dengan bentuk barisan sesuai shaf.
Sedangkan dalam keadaan duduk acak atau tidak menurut shaf dapat
menampung 150 lebih jama’ah. Secara keseluruhan masjid dapat menampung
3500 jama’ah dengan bentuk duduk acak atau tidak sesuai shaf. Pada hari-hari
besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha, Masjid Agung Kudus menutup jalan
simpang tujuh sampai di bawah jembatan layang. Sehingga jamaah Masjid
Agung Kudus dapat mencapai minimal 10.000 jama’ah.
20
g. Fasilitas Pendukung
1. Perpustakaan masjid
Gb. 12. Perpustakaan Masjid
(Dokumen peneliti tanggal 30 desember 2013)
Perpustakaan masjid terletak di serambi depan masjid sebelah selatan.
Perpustakaan tersebut sangat sedehana, hanya dilengkapi dengan beberapa
buku yang dapat dibaca oleh jamaah yang berada di masjid. Namun
sekarang ini keberadaan perpustakaan masjid dapat dikatakan hampir
tersingkirkan. Karena semakin berkurangnya buku yang ada di
perpustakaan masjid. Hal ini dikarenakan kurang bertanggungjawabnya
para pembaca sehingga buku-buku yang dibaca/dipinjam tidak kembali ke
tempatnya
21
2. Unit Kesehatan Masjid (UKM)
Gb. 13. Balai Pengobatan
(Dokumen peneliti tanggal 30 desember 2013)
Unit Kesehatan Masjid ini disebut juga dengan Balai Kesehatan
Masjid. Bangunan ini berdiri terpisah dari masjid dan terletak di sebelah
utara masjid. Di Balai Kesehatan Masjid ini terdapat pelayanan
pengobatan gratis yang dilakukan pada setiap hari jum’at mulai pukul
09.00 wib sampai dengan pukul 11.00 wib. Para pasien yang datang untuk
berobat hanya dikenakan biaya Rp 2.000 saja untuk mengganti biaya
administrasi. UKM Masjid Agung Kudus ini bekerjasama dengan
Puskesmas Wergu dan honor yang dibayarkan kepada dokter dalam
pengobatan ini adalah dari dana APBD.
22
3. Koperasi
Gb. 14. Kantin Kejujuran
(Dokumen peneliti tanggal 30 desember 2013)
Koperasi ini terletak di sebelah selatan Masjid Agung Kudus, dan
bersebelahan dengan tempat wudlu perempuan. Di koperasi masjid ini
terdapat berbagai macam minuman dengan keterangan harga masing-
masing pada setiap minuman. Koperasi ini juga disebut sebagai kantin
kejujuran, karena di koperasi ini tidak terdapat penjual yang menjaga
dagangannya seperti pada koperasi-koperasi lain. Pembeli di koperasi ini
harus membayar sendiri tanpa melalui penjual, dan uang yang dibayarkan
sesuai dengan harga minuman yang dibeli kemudian dimasukkan ke dalam
kotak yang telah disediakan di dekat koperasi. Sehingga apabila kita
membayar minuman yang sudah dibeli tidak sesuai dengan harga yang
tertera di koperasi, orang lain tidak akan tahu karena ini adalah tergantung
kejujuran dari pembeli. Maka dari itu koperasi masjid ini disebut sebagai
kantin kejujuran.
23
4. Gedung majlis taklim
Gb. 15. Gedung TPQ dan Majlis Ta’lim
(Dokumen peneliti tanggal 30 desember 2013)
Gedung majlis taklim terletak menyatu dengan gedung TPQ, yaitu di
belakang Masjid Agung Kudus. Sebelum TPQ yang sekarang, dulu
terdapat gedung seperti bangunan rumah yang menghadap selatan milik
Habib Hasan dan Habib Zain untuk tempat belajar anak-anak. Kemudian
rumah tersebut dibangun menjadi satu gedung dengan 2 lantai. Untuk
lantai 1 digunakan sebagai TPQ, sedangkan untuk lantai 2 digunakan
untuk aula dan gedung majlis taklim. Namun dalam praktiknya, yang
digunakan untuk majlis taklim adalah menempati selasar di gedung lantai
satu bagian tengah. Hal ini dikarenakan anggota dari majlis taklim adalah
jama’ah ibu-ibu, sehingga jika harus naik tangga ke lantai 2 agak
kesulitan. Dulunya di majlis taklim ini adalah pengajian Muslimat
Demaan, sehingga jama’ahnya hanya berasal dari sekitar desa Demaan
saja. Namun karena jama’ahnya semakin berkurang, kemudian diganti
untuk umum. Sehingga jamaahnya tidak hanya dari desa Demaan saja,
boleh dari daerah lain.
24
5. TPQ
Gedung TPQ terletak di belakang Masjid Agung Kudus. Untuk tanah
yang sekarang ini menjadi bangunan TPQ tersebut statusnya adalah tanah
wakaf dari Habib Zain dan Habib Hassan Abdullah.15 Jadi tanah wakaf
pemberian dari Habib Zain dan Habib Hassan Abdullah itu hanya tanah
yang ada dibelakang masjid, yang sekarang ini menjadi bangunan TPQ.
Dengan perinciannya adalah sebagai berikut:
Luas tanah : 345 m²
Luas bangunan: 320 m² (dua lantai)
Untuk TPQ dan majlis taklim Masjid Agung Kudus diresmikan pada
tanggal 9 februari 2006, oleh Bupati Kudus ke-29, bapak Ir. H. Tamzil
,MT.
Sebagian besar bangunan-bangunan yang terdapat pada fasilitas
pendukung mendapat dana suntikan dari PT. Djarum dan Pemda. Mengenai
biaya listrik ditanggung oleh Sukun dan Jenang Tiga-tiga.
h. Halaman/ Areal Parkir
Halaman parkir Masjid Agung Kudus berada di depan masjid. Halaman ini
langsung menyatu dengan jalan raya dan trotoar di jalan alun-alun. Pintu
masuk terletak tepat ditengah-tengah antara batas utara dan selatan. Halaman
parkir masjid sudah berlantai batako/paving, sehingga memudahkan kendaraan
dalam berparkir.
Halaman parkir ini sangatlah luas, sehingga mampu menampung 200
sepeda motor.16 Namun tidak dapat menampung kendaraan yang lebih besar
seperti mobil, hal ini dikarenakan kapasitas halaman yang kurang memadai
untuk menampung kendaraan yang berukuran lebih besar. Sehingga
diutamakan parkir untuk motor. Halaman ini juga dilengkapi dengan taman
kecil yang berbatasan langsung dengan pagar masjid.
15 Habib Zain dan Habib Hassan Abdullah adalah orang Kudus sendiri, berasal darikalangan orang yang mampu dan diberi kesempatan oleh Allah untuk mewakafkan tanahnya.Untuk kata Habib sendiri adalah sebagai penghormatan.
16 Sumber berdasarkan Arsip Kementrian Agama Kabupaten Kudus. Tanggal 06desember 2013.
25
III. STRUKTUR KEPENGURUSAN, VISI, MISI MASJID
Pembentukan pengurus (Struktur Kepengurusan) Masjid Agung Kudus
dilaksanakan melalui Musyawarah Besar Pengurus Masjid dengan melibatkan
50% dari masyarakat lokal dan 50% dari kepemerintahan. Meskipun Masjid
Agung Kudus di naungi oleh pemerintah (dalam hal ini Pemerintah Daerah
Kabupaten Kudus) tetapi pengelolaannya murni dari swadaya masyarakat (tidak
dikolola oleh pemerintah).
Susunan pengurus Masjid Agung Kudus terdiri atas :
1. Pelindung
2. Penasehat
3. Pengurus Harian
4. Bidang Idarah
5. Bidang Imarah, dan
6. Bidang Ri’ayah
Ke-enam susunan pengurus Masjid Agung Kudus tersebut akan dijabarkan
satu-persatu dibawah ini:
Pelindung Masjid Agung Kudus sendiri adalah Bupati Kudus (Pemerintah
Kabupaten Kudus) untuk melindungi organisasi Masjid Agung Kudus. Hal ini
juga dikarenakan Masjid Agung Kudus merupakan Masjid yang dinaungi oleh
PemDa (Pemerintah Daerah) dan Masjid Agung Kudus juga telah diberi SK (Surat
Keputusan) dari Kementrian.
Dewan penasehat Masjid Agung Kudus terdiri dari : Ulama’, Zu’ama ,
Umara’ dan cendekiawan muslim serta pimpinan organisasi atau kelembagaan
Islam. Dewan penasehat ini berfungsi memberikan pertimbangan, nasehat
bimbingan dan bantuan kepada Pengurus Masjid Agung Kudus.
Salah satu hal yang unik dari Masjid Agung Kudus ialah adanya bidang-
bidang yang terdiri dari :
a. Bidang Idarah (organisasi dan pengkaderan)
26
b. Bidang Imarah (kemakmuran dan dakwah), serta
c. Bidang Ri’ayah (pemeliharaan dan kesejahteraan)
Dengan adanya ketiga bidang tersebut, maka pimpinan harian Masjid
Agung Kudus juga di bagi sesuai bidang-bidang diatas. Bila digambarkan dalam
tabel, pimpinan harian Masjid Agung Kudus terdiri dari :
Ketua Umum Sekertaris Umum Bendahara Umum
Ketua I
(Bidang Idarah)
Sekertaris I Bendahara I
Ketua II
(Bidang Imarah)
Sekertaris II Bendahara II
Ketua III
(Bidang Ri’ayah)
Sekertaris III Bendahara III
Keterangan:
Ketua umum memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi Pengurus Masjid
Agung Kabupaten Kudus sehari-hari dibantu oleh ketua-ketua (I, II, dan III)
dalam membidangi bidang masing-masing (Ketua I bidang idarah, Ketua II
bidang imarah dan Ketua III bidang ri’ayah).
Sekertaris Umum membantu ketua umum dan ketua I, II dan III serta
memimpin administrasi Pengurus Masjid Agung Kabupaten Kudus dibantu
sekertaris I, II dan III.
Bendahara Umum membantu ketua umum dan ketua I, II dan III untuk
memimpin administrasi keuangan dibantu bendahara I, II dan III.
Tugas dan fungsi bidang-bidang pada Masjid Agung Kabupaten Kudus
Qur’an kepada Bapak-bapak dan ibu-ibu yang diselenggarakan
setiap malam selasa setelah jama’ah sholat isya’ dan dipimpin oleh
para pengurus Masjid Agung Kudus sendiri, Pengajian Tafsir
Showi bagi ibu- ibu setiap jum’at ba’da ashar dan dipimpin oleh
KH. Azwar Anas, pengajian rutin setiap hari rabu setelah sholat
maghrib Pengajian ini mengkaji kitab kuning atau kitab Irsyadul
Ibad yang diampu oleh bapak KH. Ahmad Asnawi, dan juga
penyelenggaraan sholat jumat.
Sedangkan bisnis Non Provit yang dikelola oleh Masjid Agung Kudus
antara lain :
a) Jasa Parkir
Masjid Agung Kudus walaupun terletak ditengah kota tapi
masih mempunyai halaman depan Masjid yang cukup luas.
Halaman ini sifatnya multi fungsi pada hari-hari tertentu bisa
dijadikan tempat pengajian, sedangkan hari yang lain digunakan
juga untuk sholat seperti Idul Fitri maupun Idul Adha, bahkan
sholat Jum’at. Namun setiap harinya khususnya setelah Dhuhur
halaman ini dijadikan jasa parkir.
Jasa parkir yang dilakukan oleh pengelola Masjid Agung
Kudus, mengingat lokasi Masjid yang berada ditengah kota dan
padatnya kendaraan diwilayah Kudus, serta banyaknya jama’ah
sholat yang datang dari berbagai daerah dengan mengendarai
kendaraan roda empat maupun roda dua. Agar jama’ah sholat
merasa nyaman dan aman kendaraan yang diparkir dijaga dan
ditata oleh pengurus Masjid Agung Kudus. Gratis, adalah slogan
yang digunakan oleh pengelola Masjid Agung Kudus sebagai
layanan kepada jamaah. Sehingga seakan-akan parkir dihalaman
Masjid ini menjadi primadona para pengendara motor.
Untuk menjaga ketertiban kendaraan, pengelola
menyediakan nomor dan tanda pengenal kendaraan yang diparkir
50
layaknya penitipan, sebagai ganti layanan, Masjid Agung Kudus
pengelola hanya menyediakan kotak amal. Meskipun tidak ada tarif
untuk parkir kendaraan dan hanya mengandalkan keikhlasan,
namun penghasilan yang didapat dari parkir kendaraan tersebut
sangat luarbiasa dan melebihi target, kas jasa parkir perminggunya
dapat menghasilkan kira-kira dua juta rupiah.23
b) Kas Masjid
Selain dari jasa parkir, sumber dana Masjid Agung Kudus
juga diperoleh dari kas masjid. Pemasukan dari kas masjid
diperoleh dari kas setiap bulannya (kas Besar) dapat mencapai
sepuluh sampai tiga puluh juta rupiah, dan pemasukan yang
dihasilkan dari kas tiap hari jumat (waktu sholat jumat), dalam
anggarannya pemasukan mencapai empat sampai lima juta rupiah
dari jamah sholat jum’at.24
Selain dari kas bulanan (kas besar) dan kas tiap hari
jum’at.Sumber dana juga diperolehdari para donatur di antaranya
yaitu: dari pabrik pabrik ternama di kota kudus seperti pabrik
polytron, Pabrik Sukun, Pabrik Djarum, Perusahaan Jenang 33, dan
perusaan Besar Lainya yang ada di kota Kudus, para donatur
dengan sangat senang memberikan shodaqohnya untuk
pengelolaan masjid, dan rata-rata dengan jumlah yang tidak
sedikit25.
Sekilas tentang pengurus masjid tersebut, secara
keseluruhan mereka mendapatkan upah atau bisyarohnya dari uang
kas masjid yaitu sekitar sepuluh juta rupiah perbulan sedangkan
23Hasil Wawancara dengan Bpk. Masrukhan, Jabatan,Kepala Kantor Masjid AgungKudus, Skretaris I,Tanggal,17 Desember 2013,Pukul.10.00-10.51 WIB,Tempat ,KantorMasjidAgung Kudus
24Hasil wawancar dengan Bpk H. Rif’i Noor, Selaku pernah menjadi pengurus MasjidAgung Kudus, Pada tanggal 16Desember 2013 ,pukul 18:37:23, di kediaman beliau
25Hasil wawancar dengan Bpk H. Rif’i Noor, Selaku pernah menjadi pengurus MasjidAgung Kudus, Pada tanggal 16Desember 2013 ,pukul 18:37:23, di kediaman beliau
51
untuk petugas imaroh, kas Masjid mengeluarkan uang yakni sekitar
dua juta rupiah perbulanya.26
Pengeluaran uang kas Masjid Agung Kudus dpat di bagi
dua yang bersifat rutin dan yang bersifat temporar. Uang rutin
trmsuk d dlmny adl uang listrik masjid,listrik TPQ, dan telp, juga
untuk peralatan klining servis, perawatan berkala seperti
pengecatan, dan lain sebagainya.27
Kegiatan-kegiatan diatas merupakan usaha dan
pengembangan menejemen Masjid Agung Kudus seiring
perkembangan situasi dan kondisi Kota Kudus ada banyak kegiatan
yang dilakukan oleh Masjid yang terletak disebelah barat alun alun
kota kudus ini, yaitu kegiatan-kegiatan yang berorientasi
keagamaan (Non profit) dan ada juga kegiatan yang berorientasi
profit namun dalam balutan keagamaan dan tidak semata-semata
mencari keuntungan sebesar-basarnya.
Salah satu pendukung utama bagi berhasilnya program dan
aktivitas masjid adalah bagusnya menajemen keuangan masjid.
Manajemen keuangan masjid meliputi pengadaan uang,
pembelajaan yang tepat, administrasi keuangan yang baik.
Sehingga tumbuh kepercayaan bagi pengurus masjid yang dengan
demikian juga akan mengundang orang lebih senang beramal.
VII. KEGIATAN MASJID PADA HARI- HARI BESAR ISLAM
PHBI atau Peringatan Hari Besar Islam diperingati oleh umat Islam setiap
tahunnya. Merayakan hari besar Islam merupakan bentuk peringatan terhadap
berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Diantara beberapa peringatan hari
besar Islam tersebut yang diperingati oleh umat muslim adalah Tahun Baru
26Hasil Wawancara dengan Bpk. Masrukhan, Jabatan,Kepala Kantor Masjid AgungKudus, Skretaris I,Tanggal,17 Desember 2013,Pukul.10.00-10.51 WIB,Tempat ,KantorMasjidAgung Kudus
27Hasil Wawancara dengan Bpk. Masrukhan, Jabatan,Kepala Kantor Masjid AgungKudus, Skretaris I,Tanggal,17 Desember 2013,Pukul.10.00-10.51 WIB,Tempat ,KantorMasjidAgung Kudus
52
Hijriyyah, Hari Asy-syuro (10 Muharram), Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Ramadhan,
Idul Fitri, dan Idul Adha.
Perayaan untuk memperingati hari besar Islam tersebut ditandai dengan
kegiatan ibadah, seperti pengajian, puasa, ceramah agama, maupun shalat. Hal ini
mendapat respon oleh pengurus Masjid Agung Kudus untuk merayakan dalam
memperingati hari besar Islam tersebut dengan mengadakan kegiatan sebagai
berikut.
1. 1 Muharram (Tahun Baru Hijriyyah)
Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun
kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Dengan kata lain tahun baru
Islam atau biasa orang menyebutnya dengan 1 (satu) Muharram adalah hari
pertama dalam tahun baru hijriyyah. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Masrukhan selaku pengurus Masjid Agung Kudus, perayaan Hari
Besar Islam satu Muharram dari tahun-tahun sebelumnya selalu berbarengan
dengan kegiatan Pondok al-Muayyad yang berada di Simpang 7 Kudus. Hal
ini yang membuat Masjid Agung Kudus memutuskan untuk bekerja sama
dengan pondok al-Muayyad dalam kegiatan perayaan tahun baru Hijriyyah.
Secara kronologi kodisi ini bermula dari pihak Masjid Agung Kudus
sendiri yang sebenarnya ada keinginan untuk mengadakan kegiatan sendiri,
namun karena setiap datang tahun baru hijriyyah di Simpang 7 sudah di
back up oleh pondok al-Mu’ayyad dengan mengadakan kegiatan khataman
al-qur’an, maka Masjid Agung Kudus pun akhirnya bekerja sama dengan
pihak luar tersebut untuk memperingati tahun baru hijriyyah.
Kegiatan PHBI tahun baru hijriyyah diawali terlebih dahulu dengan
khataman al-qur’an pada hari terakhir menjelang tahun baru hijriyyah, lalu
dilanjutkan dengan pembacaan do’a akhir tahun pada sore hari ba’da ashar.
Dan kemudian disambung dengan membaca do’a awal tahun bersama-sama
juga di Masjid Agung Kudus ba’da maghrib.
Ada hal yang unik dalam peringatan tahun baru hijriyah di Masjid
Agung Kudus ini, yakni ada pada kegiatan Khataman Qur’an yang
dilaksanakan dengan kerjasama dari pihak luar yaitu pondok al-Muayyad.
53
Khataman al-Qur’an diikuti secara sukarela oleh para guru TPQ sekabupaten
Kudus yang menginduk di Kudus sekitar 1000 guru TPQ Qira’ati. Dan
untuk memperingati Tahun Baru Hijriyyah pada tahun 1435 H kemarin,
Masjid Agung Kudus telah berhasil menghatamkan sebanyak 39 Khataman
Qur’an yang diikuti oleh para guru TPQ Qira’ati tersebut. Kegiatan
kerjasama ini bisa dikatakan rutin tiap tahun. Karena hampir setiap tahun
baru hijriyyah, dari pihak Masjid Agung Kudus selalu bekerja sama dengan
pihak luar tesebut.
Dana yang diperoleh untuk menunjang kegiatan tahun baru hijriyyah
yang berlangsung ini berupa perolehan dari pengajuan proposal yang dibuat
oleh pengurus Masjid Agung Kudus ke berbagai dermawan.
2. 10 Muharram (Hari Asyuro)
Bagi umat Muslim, 10 Muharram atau dikenal dengan Asy-syuro
merupakan salah satu hari yang cukup istimewa. Banyak umat yang
menjalankan ibadah puasa pada 9 dan 10 Muharram. Bagi sebagian
kalangan, Asy-syuro juga menjadi momentum untuk saling berbagi dengan
anak yatim.
Hal itu juga yang dilakukan olah para pengurus Masjid Agung
Kudus. Dalam memperingati Hari Asy-Syuro, Masjid Agung Kudus
mengadakan kegiatan santunan anak yatim. Untuk santunan 10 Muharram,
Masjid Agung Kudus mengambil perwakilan dari tiap kecamatan di
kabupaten Kudus. Dari masing-masing utusan Kecamatan se Kabupaten
kudus tahun 2012 mendapatkan sekitar 150 anak yatim. Yakni dengan
kriteria anak yatim yang maksimal usia 10 tahun, yang diambil atau dipilih
dari non panti atau bukan dari panti.
Dana yang diperoleh untuk kegiatan santunan anak yatim dalam
memperingati hari besar 10 Muharram ini diperoleh dari pengajuan proposal
yang dibuat oleh pengurus Masjid Agung Kudus ke berbagai dermawan dan
juga diperoleh dari para dermawan yang sukarela memberi santunan berupa
barang untuk anak yatim tersebut.
3. 12 Rabiul Awal (Maulid Nabi)
54
Pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal ini,
Masjid Agung Kudus mempunyai agenda rutinan. Dari tanggal 1 – 12
Rabiul Awal, diadakan pembacaan al-barzanji lengkap dengan terbang
papatnya, kemudiaan diadakan khatmil qur’an, dan khitanan masal.
Pembacaan al-barzanji disini yang dibaca adalah semuanya, dalam
artian dibaca komplit (semua). Ini berlaku untuk umum. Jadi jika ada
jama’ah yang ingin mengikuti kegiatan maulud nabi ini, bisa. Lalu untuk
khitanan massal yang diselenggarakan untuk memperingati Maulid Nabi ini,
selalu dibatasi. Namun, setiap tahunnya selalu meningkat. Seperti tahun
2011 dibatasi 50 anak, lalu 2012 di ikuti 60 anak, dan yang terakhir 2013
diikuti oleh 75 anak. Prosesi khitanan massal ini diikuti dari kalangan umum
(bebas) di sekitar kabupaten Kudus.
Jadi urutannya, dari tanggal 1 – 12 rabiul awal diadakan berzanji atau
pembacaan al-barzanji tiap malam dengan terbang papat28 (setiap harinya
perwakilan terbang papat dari perkecamatan). Kemudian pada tanggal 12
nya kegiatan khitanan masal, dilanjut khotmil qur’an dan pembacaan al-
barzanji semuanya komplit dengan rebana modern. Dan dana yang
digunakan dalam acara ini adalah dana dari pengajuan proposal ke
dermawan.
Untuk kegiatan maulid nabi yang berlangsung tiap tahunnya di
Masjid Agung Kudus ini, dananya diperoleh dari pengajuan proposal yang
dibuat oleh pengurus Masjid Agung Kudus ke para dermawan.
4. 27 Rajab (Isra’ Mi’raj)
28Terbang Papat, seni musik asli Kudus ini pernah berhasil meraih rekor Museum RekorIndonesia (MURI) kategori Tabuh Terbang Papat Terlama. Tabuh Terbang Papat berlangsungselama lima hari sejak Minggu hingga Kamis (15-19/07/2012) di Serambi Masjid Agung Kudus.Aksi yang juga digelar untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan ini melibatkan 130kelompok Terbang Papat se-Kabupaten Kudus yang tergabung dalam Forum Komunikasi TerbangPapat (FKTP) Kudus. Mereka berhasil menabuh terbang 87 jam tanpa henti. Melampaui targetwaktu yang direncanakan sebelumnya, yakni 83 jam.
55
Kegiatan pada peringatan isra’ mi’raj sekarang ini tidak selalu ada
kegiatan rutinan di Masjid Agung Kudus. Jadi dulu sempat ada acara rutinan
pengajian umum oleh Jam’iyyah Sabilul Huda (Jam’iyyah Putri Masjid
Agung Kudus) 29. Jam’iyyah tersebut masih berdiri sampai sekarang. Namun
seiring perjalanan, nampaknya tidak begitu seirama dengan pengurus masjid.
Karena pengurusnya sudah berganti periode, dan setiap ketua itu punya gaya
pemimpin yang berbeda maka sekarang sudah tidak ada pengajian umum
rutinan untuk isra’ mi’raj. Baru tahun 2012 diisi atau diganti dengan
sarasehan remaja Masjid Agung Kudus dan kegiatan pembinaan.
5. Bulan Ramadhan dan 1 Syawal ( Hari Raya Idul Fitri)
Di bulan ramadhan yang suci, Masjid Agung Kudus mempunyai
banyak agenda rutin seperti pengajian menjelang buka puasa, buka puasa
bersama, tarawih bersama, dan tadarus bersama setelah shalat tarawih.
Untuk semua kegiatan ramadhan tersebut, Masjid Agung Kudus mendapat
suntikan dana untuk mempersiapkannya dari dermawan yang datang sendiri,
dermawan dari pengajuan proposal yang dilakukan Masjid Agung Kudus,
dari pabrik-pabrik seperti pabrik Sukun, Noroyono dan Langsep, dan dari
produk sponsor lainnya.
Pengajuan proposal untuk ramadhan biasanya ada dua macam.
Proposal permintaan uang tunai, dan proposal permintaan snack untuk buka
puasa dan pengajian. Untuk harian dalam bulan ramadhan, Masjid Agung
Kudus menyediakan sekitar 150 – 250 makanan.
Selain itu, Masjid Agung Kudus juga memberikan santun kepada
anak yatim (dari panti). Biasanya yang diambil sekitar 500 anak yatim. Dan
santunan anak yatim bulan ramadhan biasanya dilaksanakan pada kamis
malam jum’at pada bulan ramadhan. Santunan anak yatim ini dilakukan satu
kali dalam bulan ramadhan tersebut.
29 Jam’iyyah Sabilul Huda (Jam’iyyah Putri Masjid Agung Kudus) masih berdiri sampaisekarang namun sekarang perputaran wilayah pengajiannya disekitar desa demaan, makanyasekarang disebut Jam’iyyah Demaan.
56
Untuk zakat fitrahnya, Masjid Agung Kudus siap menyalurkan bagi
masyarakat yang ingin berzakat fitrah. Biasanya pihak panitia atau pengurus
Masjid Agung memasang spanduk untuk memberitahukan informasi bagi
yang ingin membayar zakat dengan menitipkannya melalui pihak Masjid
Agung Kudus. Biasanya pengumpulan zakat fitrah ini dibuka selama bulan
puasa, dan untuk pembagian zakat fitrah dilakukan setelah isya’. Pembagian
zakat fitrah diutamakan diberikan ke masyarakat sekitar Masjid Agung
Kudus yang membutuhkan.
Lalu untuk pelaksanaan sholat idul fitri, itu banyak jama’ahnya.
Hampir semua yang diluar kota yang pada pulang ke Kudus memenuhi
masjid sampai Ramayana samapai ke timur lagi. Pada kegiatan shalat Id
bukan hanya idul fitri saja melainkan idul adha juga, di Masjid Agung
Kudus para pengurus Masjid Agung Kudus biasanya mengambil imam dan
khatib langsung dari imam Masjid Agung Kudus. Hal ini dikarenakan untuk
efektifitas kegiatan, namun terkadang juga mengambil imam dari luar kota,
seperti halnya Bpk. Abdul Jalil, Bpk.Rofiq Halim, Bpk Abdul Hadi (Mantan
Rektor Stain Kudus), dan Bpk.Syaefur Rohkman.
6. 12 Dzulhijjah (Hari Raya Idul Adha)
Untuk kegiatan Idul Adha di Masjid Agung Kudus, rutinnya paginya
diadakan shalat Idul Adha terlebih dahulu, selanjutnya melaksanakan
pemotongan hewan qurban. Data yang peneliti peroleh untuk tahun 2011
yakni 5 kerbau dan 23 kambing, tahun 2012 yaitu 6 kerbau dan 17 kambing,
dan untuk tahun 2013 Masjid Agung Kudus memperoleh 6 ekor kerbau dan
13 ekor kambing. Untuk tahun kemarin tahun 2013 memperoleh sekitar
2500 bungkus daging qurban. Daging qurban tersebut nantinya akan
dibagikan kepada masyarakat sekitar desa Demaan yakni 1200 bungkus,
permohonan surat masuk dari beberapa ponpes 800 bungkus, dan untuk
masyarakat umum termasuk para pengurus Masjid Agung Kudus sekitar 500
bungkus.
57
Sistem pembagian daging qurban untuk beberapa tahun sebelumnya
menggunakan pembagian kupon, namun untuk beberapa tahun ini tidak
menggunakan kupon karena dengan menggunakan kupon biasanya para
pemilik kupon tidak langsung mengambil daging qurban tersebut.
Nah, untuk evaluasi. Sebenarnya hampir di awal tahun, Masjid Agung selalu
mengadakan evaluasi dari kegiatan-kegiatan peringatan hari besar islam yang
sudah berjalan. Namun terkadang ditengah jalan sering ada kendala atau ada
masalah, jadi yang ada kegiatan-kegiatan peringatan hari besar islam dilakukan
seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadi kegiatannya tetap, hanya saja mungkin yang
berbeda adalah jama’ah yang bertambah atau berkurang, dsb. Seperti salah satu
contoh kegiatan khitanan masal dalam memperingati Maulid Nabi, kegiatan
khitanannya masih berjalan dari tahun ke tahun, hanya saja yang berbeda adalah
jumlah peserta khitanan masal dari tahun ke tahun yang jumlah pesertanya
semakin banyak.
Pada dasarnya semua kegiatan PHBI Masjid Agung Kudus yang besifat
sosial, dananya didapat dari pengajuan proposal ke para dermawan yang
dilakukan oleh pengurus Masjid Agung Kudus.
VIII.ULAMA’ YANG DIHASILKAN MASJID AGUNG KUDUS
Masjid Agung Kudus, selain berfungsi sebagai tempat I’tikaf dan
beribadahnya orang-orang muslim kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Tinggi
yaitu Allah SWT sebagai bentuk ketaqwaan seorang hamba terhadap penciptan-
Nya, Masjid Agung Kudus juga ikut berperan dalam membina dan mencetak
orang-orang besar (ulama’-ulama’) yang nantinya akan meneruskan tongkat
estafet dari ulama’-ulama terdahulu untuk meneruskan dakwah kepada kaum
muslimin di Kudus pada khususnya dan pada kaum muslimin di seluruh penjuru
dunia pada umumnya.
Diantara orang yang saat ini telah menjadi orang besar yang pernah
menimba ilmu di Masjid Agung Kudus adalah bapak H. Abdul Ghofur bin
58
Muzammil, yang saat ini beliau masih berada di Mesir untuk melanjutkan study
S2 beliau disana.
Kemudian yang kedua adalah bapak Drs. KH. Abdullah Afif Sholeh juga
pernah menimba ilmu (ngaji) di Masjid Agung Kudus. Meskipun dalam
wawancara yang telah kami lakukan beliau enggan disebut sebagai salah satu
orang-orang besar atau ulama’. Namun, menurut hemat peneliti bahwa beliau
merupakan salah satu tokoh besar hasil binaan Masjid agung Kudus.30 Karena
beliau pernah menempati jabatan penting di Pemerintahan maupun sosial
Kemasyarakatan. Diantaranya adalah beliau pernah menjabat sebagai kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Kudus.31
Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Masjid
Agung Kudus selama 2 periode berturut-turut yaitu tahun 1997-2002 dan tahun
2002-2007.32 Saat ini beliau juga masih aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan khususnya bidang keagamaan diantaranya saat ini beliau menjadi
salah satu khotib di Masjid Agung Kudus. Beliau bertugas setiap hari jum’at legi
pada saat sholat jum’at. Selain itu beliau juga masih aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan khususnya bidang keagamaan di daerah sekitar rumahnya yaitu
daerah Mlati.
Selain dua tokoh diatas, masih ada nama-nama lain yang pernah mengikuti
majlis ilmu di Masjid Agung Kudus antara lain bapak Heru Sujatmoko (Wakil
Gubernur Jawa Tengah), bapak Tamzil,MT (Mantan Bupati Kudus), bapak Amin