Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu indera manusia yang paling penting; bersyukurlah
orang-orang yang dianugerahi mata yang sehat dan berfungsi baik, apalagi bila sepasang
mata tersebut juga memperindah penampilan. Bukankah salah satu standar kecantikan
adalah keserasian bentuk mata ? Karena fungsinya tersebut, dengan sendirinya kita harus
selalu memperhatikan dan memelihara kesehatannya dengan jalan menghindari penyakit
dan mencegah kerusakannya.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola
mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh tulang yang kuat. kelopak
mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa
mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.
Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan
akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat.
Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi
penglihatan
Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga
orbital, kelopak, dan jaringan lemak retrobulba selain terdapatnya refleks memejam dan
mengedip, mata masi sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat
mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbital.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehinga menggagu
fungsi penglihatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Mengetahui masalah trauma pada mata..?
Menggetahui bentuk-bentuk trauma pada mata..?
Mengetahui gejala-gajala trauma pada mata..?
Mengetahui pencegahan trauma pada mata..?
Mengetahui penatalaksanaan trauma pada mata..?
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga orbital, kelopak,
dan jaringan lemak retrobulba selain terdapatnya refleks memejam dan mengedip, mata masi
sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata
dan kelopak, saraf mata dan rongga orbital. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau
memberikan penyulit sehinga menggagu fungsi penglihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit
yang lebih berat yang akan menyebatkan kebutaan.
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :
1. Trauma tumpul.
2. Trauma tembus bola mata.
3. Trauma kimia.
4. Trauma radiasi.
Trauma pada mata dapat mengenal jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi
gabungan trauma jaringan mata.
Trauma dapat mengenai jaringan :
Kelopak.
Konjungtiva.
Kornea.
Uvea
Lensa
Retina.
Pupil saraf optic.
Orbital
Page 3
1. TRAUMA TUMPUL PADA MATA
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.
Gambar trauma tupul pada mata
Bagian trauma tumpul lainya :
A. HEMATOMA KELOPAK
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul
kelopak. Trauma dapat di akibat kan pukulan tinju dan benda keras lainnya. Keadaan ini
memberikan bentuk yang menukutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya atau sangat
berbahaya karna mungkain ada kelainan lain di belakangnya.
Bila pendarahan terletak bebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berrbentuk
kaca mata hitam. Hematoma kaca mata merupakan keadaan yang sangat gawat.
Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua
rongga orbital melalui fisira orbital. Akibatt darah tidak dapat menjalar lanjut karna
dibatasi septum orbital kelopak akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti
seorang yang pakai kaca mata.
Pada hematoma kelopak yang dini dapat di berikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk
memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.
Page 4
B. TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lender dapat menjadi kometik pada setiap
kelainannya, demikian pula pada trauma tumpul. Bila kelopak terpajan kedunia luar
dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini
telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Kemotik konjungtiva
Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.
Pada edema konjungtiva dapat di berikan dekongestan untuk mencegah
pemendungan cairan didalam selaput lender konjungtiva.
Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva
kemotik keluar melalui insisi terssebut.
C. HEMETOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma sub konjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada
atau Di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya
pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basil kranil (hematoma kaca
mata), atau pada keadaan pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut,
hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva meradang (konjungtiivitis), anemia dan obat-
obatan tertentu.
Bila pendarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak
terdapat robekan dibawa jaringan konjungtiva atau sclera. Kandang-kadang hematoma
subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk sepertti peforasi bola mata.
Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong
disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya di
lakukan eeksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya rupturre bulbus okuli.
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tampa diobati.
Page 5
D. TRAUMA TUMPUL PADA KORNEA.
1. Edema kornea.
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata ddapat mengakibatkan edema
kornea malahan rupturr membrane descemer. Edema kornea akan memberikan keluhan
penglihatan kabur dan terlihat nya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
terlihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang
dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea.
Pengobatan yang di berikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau atau
larutan garam hipertonik 2-8 % glaukosa 40% dan larutan albumin.
Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida.
Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan
dengan lensa kotak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi
penguranagan edema kornea.
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan muskulus
descemet yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan
memberikan keluhan rasa sakit dan menurunnya tajam penglihatan akibat
astigmatisme irregular.
2. Erosi kornea
Erosi korrnea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat di akibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tampa cedera pada
membrane basa. Dalam waktu yang pendek epitel tersebut.
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensible yang banyak, mata berair, dengan blefarospasma, lakrimasi,
fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epital kornea yang bila di berikan
pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau.
Pada erosi korea perlu di perhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian.
Anestesi topical dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topical
Page 6
untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel.
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau di kupas, untuk
mencegah infeksi bakteri di berikan antibiotika seperti antibiotika spektum luas
Neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamin tetes mata akibat rasangan yang
mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti
tropikamida, pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi
yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 ja
3. Erosi kornea rekuren
Erosi rekuler biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membrane basa atau tukak
metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali di waktu bangun
pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada deefek
epitel kornea. Sukanya epitel menutupi kornea tempat duduknya sel basa epitel kornea.
Biasanya membrane basa yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.
Frekwensi.
Erosi kornea rekuren lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang
dimana pada umumnya terjadi kekurangan gizi sehingga kesehatan kornea
menjadi menurun, juga banyak ditemukan pada penderita dengan kelainan kulit
dan penyakit-penyakit yang berhubungan antara lain kencing manis dan kelainan
kornea akibat faktor keturunan.
RCE pada umumnya terjadi pada kedua mata ,lebih banyak diderita oleh wanita
dan timbul pada usia dewasa sekitar umur 40 tahun walaupun ada juga yang
timbul pada usia anak-anak atau dewasa muda.
Gejala.
Terutama adalah rasa sakit ringan sampai hebat dapat diikuti dengan gangguan
penglihatan terutama bila kerusakan lapisan epitel kornea terletak didaerah sentral
dan adanya rasa mengganjal seperti ada pasir. Adanya rasa sakit yang hebat pada
pagi hari saat bangun tidur adalah akibat pergerakan kelopak saat membuka mata
dan ini merupakan tanda bahwa telah/masih terjadi kerusakan lapisan epitel
kornea.
Pencegahan.
Page 7
Penderita RCE disarankan untuk selalu memakai kacamata pelindung, jangan
menggosok mata, jangan menyiram muka dengan mata terbuka, menghindari asap,
minum banyak, menghindari tidur terlalu malam, mengatur suhu kamar yang
berpendingin udara agar tidak terlalu dingin dan langsung mengenai muka,
menghindari penyakit akibat virus seperti flu, menghindari diare karena dapat
menyebabkan mata menjadi kering. Penderita juga disarankan menggunakan salep
yang berisi air mata buatan sebelum tidur dan belajar membuka mata sewaktu
bangun tidur.
Pengobatan trauma bertujuan melumas permukaan kornea sehinga regenerasi
epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membrane basa kornea. Pengobatan
biasanya dengan memberikan sikloplrgik untuk menghilangkan rasa sakit atupun
untuk megurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Atibiotik diberikan
dalam bentuk tetes dan mata tutu[p untuk mempercepat pertumbuhan epitelbaru
dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi
kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada
erosi kornea tidak di beri antibiotic dengan kombinasi steroid.
Pemakaian lensa kotak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat
bermamfaat, karena dapat mepertahankan epitel berada di tempat dan tidat di
pengaruhi kedipan kelopak mata.
gambar : erosi pada kornea.
E. TRAUMA TUMPUL UVEA.
1. Iridoplegia
Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau
Iridoplegia sehinga pupil menjadi lebar atau midriasis.
Page 8
Pasien akan sukar melihat dekat karna gangguan akomodasi. Silau akibat gangguan
pengaturan masuknya sinar pada pupil.
Pupil terlihat tidak sama besar attau anisokoria atau bentuk pupil dapat menjadi
irregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya di berikan istirahat untuk mencegah
terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.
2. Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah.
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya.
Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-
sama dengan terbentuknya hifema.
Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya di lakukan pembedahan dengan
melakukan pembedahan reposisi pangkal iris yang terlepas.
F. HIFEMA
Hifema atau darah didalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Tanda dan Gejala
• Mata merah
• Rasa sakit
• Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler (TIO).
• Penglihatan kabur
• Penurunan visus
• Infeksi konjunctiva
• Pada anak-anak sering terjadi somnolen
Page 9
Gambar : hifema
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora blefarospasma. Penglihatan pasien
akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian
bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruangan bilik mata
dapan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
Pengobatan dengan merawat pasien tidur di tempat tidur yang tingginya 30 derajat
pada kepala, diberi koagulasi, dan mata di tutup. Pada anak yang gelisa dapat diberikan
obat penenang. Asetazolamida di berikan bila terjadi penyulit glaucoma.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan
demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari balik mata dapat di lakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaucoma sekunder, hifema
penuh dan warna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan
berkurang.
perdarahan atau hifema baru atau di sebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan
lebih hebat karna perdarahan lebih suka hilang.
Glaucoma sekunder dapat juga terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu
reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran caiaan mata.
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan
akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Hifema spotan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukemia dan
retinoblastoma.
Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh
darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik
Page 10
mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang
mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan
hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi
ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus
ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan
kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis
ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya
proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi
jernih kembali.
Bedah pada hifema
a. Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau
nanah dari balik mata depan, dengan tehnik sebagai berikut :
Dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus kearah kornea yang sejsjsr dengan
permukaan iris
Biasanya bila di lakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari balik
mata dapan keluar
Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan di bilas dengan
garam fisiologi.
Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu di jahit.
b. Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior.
Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata
dapan maka akan terdapat suar pada pupil yang mengcecil dengan tajam
penglihatan menurun
Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topical. Bila
terlihat tanda radang berat dapt diberikan steroid sistemik.
Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa
fundus dengan midriatika.
Page 11
Gambar : trauma tumpul hifema.
G. TRAUMA TUMPUL PADA LENSA
1. Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada
putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu
2. Sublukasi lensa
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehinga lensa berpindah
tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontanakibat pasien menderita kelainan
pada zonula zinn yang rapuh (sindrom marpha).
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang subluksasi lensa akan
memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis.
Akibat peganga lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastic akan menjadi
cembung, dan mata akan akan menjadi miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung
mendorong iris kedepan sehinga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata
menjadi sempit pada masa ini mudah menjadi glukoma sekunder.
Subluksasi dapat mengakibatkan glaucoma sekuunder dimana terjadi penutupan
sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung.
Bila tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaucoma atau uveitis maka
ttidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kaca matakoreksi yang sesuai.
3. Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn disekitar ekustor putus akibat trauma maka lensa dapat masuk
kedalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka
Page 12
akan terjadi gangguan penglihatan keluar cairan balik mata sehingga akan timbul
glaucoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang
sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa da dalam bilik mata depan,
iris terdorong kebelakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata yang tinggi.
Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikim pada dokter mata
untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahuuludiberikan asetazolamida untuk
menurunkan tekanan bola matanya.
4. Luksasi lensa posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat
putusnya zonula zinn diseluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensanya jatuh ke
dalam badan kaca dan tenggelam di daratan bawah polus posterior fundus okuli.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa
mengganggu kampus.
Mata ini akan menunjukan gejala mata tampa lensa atau afakia. Pasien akan
melhat normal dengan lensa positif 12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam
dan iris tremulak.
Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit
akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksis
Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan
ekstraksi lensa.
5. Katarak trauma
Katarak akibat cedera pada mata dapat diakibatkan trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsulas anterior ataupun posterior.
Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang dan dapat pula dalam bentuk
katarak tercetak (impriting) yang disebut cincin vossius.
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan
menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas
Page 13
kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan pembentukan katarak
dengan cepat disetai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.
Pada keadaan ini akan terlimhat secara histopatologis masa lensa yang akan
bercampur makrofeg dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis
fakoanafilaktik. Lensa dengann kapsul anterior saja yangpecah akan menjeret korteks
lensa sehingga cincin soemiring atau bila epitel lensa berroliferasi aktif akan terlihat
miutiara elching.
Pengobatab katarak trauatik tergantung ada saat terjadinya Bila terjadi pada anak
sebaiknya dipertimbbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk
mencegah ambliopia pada anak dapat di pasng lensa intra okular primer atau pun
sekunder.
Pada katarak trauma apabila tadak terdapat penyulit maka dapat di tunggu sampai
mata menjadi tenang. Bila terdapat penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lain
seebaginya maka segera dilakukan ekstrasi lensa. Penyulit uveitis dan glaucoma
sering di jumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat berbentuk cincin
soemmering pada pupil sehingga dapat menggurangi tajam penglihatan. Keadaan ini
dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai pendarahan, ablasi
retina, uveitis atau salah letaak lensa
6. Cincin vossius
Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cicin vossius yang
merupakan cicin yang berpigmen yang terletak tepat dibelakang pupil yang dapat
terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada daratab depan
lensa sesudah sesuatu trauma, seperti stempel jari
Cincin hanya menunjukan tanda bahwa mata tersebut telah mengalami trauma
tumpul
H. TRAUMA TUMPUL RETINA DAN KOROID
1. edema retina dan koroid
trauma tumpul pada retina dapat mengakibatka edema retina. Penglihatan akan
sangat menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu
akibaat sukarnya melihat jarigan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda
Page 14
dengan oklusi arteri retina senrtal dimana terdapat edema retina kecuali daerah
macula, sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna
merah. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema macula
sehingg tidak terdapat cherry red spot
pada trauma tumpul yang paling di takutkan adalah terjadi edema macula atau
edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seliruh
polus posterior fondus okuli berwarna abu-abu.
Umunya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan
tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbulnya daerah macula oleh
sel pingmen epitel
2. ablasi retina
Trauma di duga merupakah pencentus untuk terlepasnya retina dari koroid pada
penderita abrasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi
ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, myopia, dan proses
degenerative retina lainnya.
Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput seperti tabir
mengganggu lapangan pandang. Bila terkena atau tertutup daerah macula maka
tajam penglihatan akan menurun.
Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina warna abu-abu dengan
pembuluh darah terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat
pembuluh darah yang seprti terputus terputus. Pada pasien dengan abrasi retina
maka secepatny dirawat untuk di lakukan pembedahan oleh dokter umum.
I. TRAUMA KOROID.
RUPTURR KOROID
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat
reptu koroid. Roptu ini biasanya terletak di kolus posterior bola mata dan melingkar
konsentris di sekiter pupil saraf optic.
Bila ruptur koroid ini terletak atau menggenai daerah macula lutea maka tajam
penglihatan menurun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretita
agar sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat
Page 15
bagian reptum berwarna putih karena ekklera dapat dilihat langsung tampa tertutup
koroid.
J. TRAUMA TUMPUL SARAF OPTIC
1. Avuisi papil saraf optic
pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optic terlepas dari pangkalnya di dalam
bola mata yang di sebut sebagai alvusi ppil saraf optic. Keadaan ini akan
mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering mengakibatkan
kebutaan.
2. Optic neuropati traumatic.
Trauma tumpul dapat menggakibatkan kompresi pada saraf optic, demikian pula
perdarahan dan edema sekitar saraf optic.
Penglihatan akan berkuran setelah cedera mata. Terdapat reaksi defek aferen
pupil tampa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan
adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optic dapat
normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.
Dianosa banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma
retina, perdarahan badan kaca, trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
kiasan optic.
Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu akut dengan
memberikan steroid. Bial penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu
pertimbangan untuk pembedahan.
2. TRAUMA TEMBUS BOLA MATA
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini
atau melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva
melebihi 1 cm di perlukan tidakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada
setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya sclera bersama-sama dengan
robekan konjungtiva tersebut.
Page 16
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk kedalam bola mata maka
akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :
Tajam penglihatan menurun
Tekanan bola mata rendah
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil berubah
Terdapat jaringan yang problaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina
Konjungtiva kemoti
Bila terlihat salah satu tanda di atas perlu di curigai adanya perforasi bola mata maka
secepatnya di berikan antibiotica topical dan mata di tutup dan segara dikirim pad dokter
mata untuk dilakukan pembedahan.
Pada setiap kemungkinan terlihat trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada
benda asing yang masuk kedalam mata dengan membuat foto.
Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotic sistemika
sistemik intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien juga diberikan
anti tetanus profilaktik, analgetika dan kalau perlu penenang. Sebelum di rujuk mata tidak
diberi salep, karna salep dapat masuk kedalam bola mata. Pasien tidak boleh diberikan steroid
local, dan beban diberikan pada mata tidak menekan bola mata.
Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asina kedalam bola mata. Benda
asing kedalam bola mata pada dasarnya perlu di keluarkan .
Benda asing yana bersifat magnetic dapat dikeluarka dengan alat magnit raksasa. Benda
yang tidak magnetic di keluarkan vitrektomi.
Penyulit yang dapat timbul pada trerdapatnya benda asing intraocular adalah
endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahanintraokular dan ftisis bulbi.
3. TRAUMA KIMIA
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboraturium,
industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia,pekerjaan petani, dan peperangan yang
memakai bahan kimia di abad modern.
Bahan kimia yang dapat menyebabkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk :
Trauma asam
Page 17
Trauma basa atau alkali
Pengaruh bahan kimia tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan-bahan tersebut
mengenai mata.
Dibandingkan bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan
menembusan kornea, setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi
daerah yang terkena trauma kimia pada merupan tindakan yang segera harus dilakukan
karena dapatmemberikan penyulityang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai
garam fisiologik atau air bersih lainya selama mungkin paling sedikit 15-30 menit.
Luka bakar kimia harus di bilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti
dengan air keran, larutan fisiologik, dan asam berat.
Anestesi topical diberikan pada keadaan dimana terdapat blefaro spasma berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedangkan untuk basa
larutan asam borat, asam asetat 0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk menetralisis.
Diperhatikan kemungkinan terdapatnya benda asing penyembuh luka tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan diberikan adalah antibiotic topical,
sikloplegik dan bebat mata selama mata masih sakit, regenerasi epitel akibat asam lemah dan
alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.
A. TRAUMA ASAM
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organic (asetat, forniat),
dan organic anhidrat (asetat), bila bahan asam mengenai mata maka segera terjadi
pengedapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi
kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Bahan asam dengan konsntrasi tinggi dapat
bereaksi seperti terrhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkan akan lebih
dalam.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama
mungkin untuk menghilangkan dan melarukan bahan yang mengakibatkan trauma.
Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehinga tajam penglihatan tidak
banyak terrgangu.
Page 18
B. TRAUMA BASA ATAU ALKALI
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.
Alkali akanmenembus dengan cepat kornea. Baik mata depan, dan sampai pada jaringan
retina. Pada truma basa akan terrjadi penghancuran jarringan kolagen kornea. Bahan
kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses penyembuhan, di sertai dengan
dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menumbus kedalam bilik mata depan dalam waktu 7
detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah kedalam bola
mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.
Menurut klasifikasi thoft maka trauma basa dapat di bedakan :
Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea
Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel
kornea.
Derajat 4 : konjungtiva perilimik nekrosis sebsnyak 50%.
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan
garam fisiologi. Sebaiknya irigasi di lakukan selama mungkin. Bla mungkin irigasi
dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma. Penderita diberikan siklolegia,
antibiotic, EDTA menggikat basa. Edta di berikan setelah 1 minggu trauma alkali
diperlukan menetralisis kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.
Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah simblefaron, kekeruhan kornea,
edema dan neovaskularisasi kornea, katarak, di sertai dengan tajam ftisis bola mata.
4. TRAUMA RADIASI
Trauma radiasi yang sering ditimbulkan adalah :
1. Trauma sinar infra merah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat
bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar
inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemenggangan
kaca akan menggeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak I kaki
selama satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka
Page 19
suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius. Demikian pula iris yang mengabsorpsi
sinar inframerah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di
dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak da eksfoliasi
kapsul lensa.
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industry gelas
dan pemanggangan logam. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitisis superficial,
katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.
Bergantuk pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara ataupun permanen.
Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah
tekanan mata oleh sinar infra merah ini.
Steroid sistemik dan local di berikan unyuk mencegah terbentuknya jarinagan parut
pada macula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.
2. Trauma sinar utra violet (sinar las).
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai
panjang gelombang antara 350-295 Nm.
Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari
atau pantulan sinar matahari diatas salju. Sinar ultra violet akann merusak epitel kornea.
Sinar ultra violet memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan
pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akann segera baik kembali
setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang
menetap.
Pasien yang terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-100 jam setelah
trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan
pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjuungtiova kometik.
Kornea akan menujukan adanya infitrasi pada permukaannya, yang kadang-kadang
disertai dengan kornea yang keruh dan uji floresain positif. Keratitis terutama terdapat
pada fisura pelpebra.
Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan terganggu.
Keratitis ini daapat sembuh tampat cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama
kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Keratitis
Page 20
dapat bersifet akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya
menjadi berat.
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika local, analgetik, dan mata
ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
3. Sinar ionisasi dan sinar X
Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk :
Sinar alfa yang dapat diabaikan
Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
Sinar gama
Sinar x
Sinar ionisasi dan sinar x dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis katarak
togenik bervariasi dengan energy dan tipe sinar. Lensa yang lebih mudah dan lebih peka.
Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pecahnya diri sel epitel secara tidak normal.
Sedangkan sel baru yang berasal dari sel germinatif lensa tidak menjadi jarang.
Sinar x merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes
meletus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat.
Luka bakar akibat sinar x dapat merusak kornea yang menggakibatkan kerusakan
permanen yang suka diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis
ringan. Pada keadaan yang berat akan menyebabkan peru konjungtiva atrovi sel gobbler
yang akan mengganggu funsi air mata.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotic topical dengan steroid 3 kali sehari dan
sikloplegik satu kali sehari.
Bila terjadi imblefaron pada konjungtiva di lakukan tindakan pembedahan.
Gambar : trauma akibat bahan kimia.
Page 21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga orbital,
kelopak, dan jaringan lemak retrobulba selain terdapatnya refleks memejam dan
mengedip, mata masi sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat
mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbital.
Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehinga menggagu
fungsi penglihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya
penyulit yang lebih berat yang akan menyebatkan kebutaan.
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : Trauma tumpul.
Trauma tembus bola mata. Trauma kimia. Trauma radiasi.
Trauma pada mata lainya : hematoma kelopak, trauma tumpul konjungtiva,
hematoma subkonjungtiva, trauma tumpul pada kornea, trauma tumpul uvea, hifema,
trauma tumpul pada lensa, trauma tumpul retina dan koroid, trauma koroid, trauma
tumpul saraf optic.
Pencegahan trauma mata. Trauma mata dapat dicegah dan diperrlukan penerangan
kepada masyarakat untuk menhindarkan terjadinya trauma pada mata, seperti: trauma
tumpul akibat kecelakaan tidak dapatt dicegah, kecuali trauma tumpul perkelahian,
diperlukan perlindunagan pekerja untuk menghin dari trauma tajam, setisp pekerja yang
sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti bahan apa yang ada di
tempat kerjanya, pada pekerja las sebaiknya menhindari diri terhaddapp sinar dan
percikan bahan las dengan memakai kaca mata, awasi anak yang sering bermain yang
mungkin berbahaya untuk matanya..
Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif,
FKUGM, Yogyakarta
Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th.2006:1-2
www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2