TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA Eps. “PEJABAT KEKINIAN” Rabu, 9 Maret 2016 OPENING Selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa. Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi. Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling actual agar sosok dapat terus dijual. Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk manis di belakang meja. Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi. Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji. Inilah Mata Najwa, PEJABAT KEKINIAN. SEGMEN 1 Najwa Shihab : Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial seperti Twitter, Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3 juta. Ia juga memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan warga. --- VT --- 3 tahun Ridwan Kamil menjadi Walikota Bandung, Jawa Barat. Sejumlah ruang interaksi publik hadir di tengah kota. Emil sapaan akrab Ridwan Kamil memoles taman-taman tematik. Banyaknya ruang untuk interaksi publik membuat indeks kebahagiaan Kota Bandung naik ke 70,6 di akhir tahun 2015. Emil mengklaim warga Bandung menjadi warga yang bahagia. Emil berupaya transparan. Sejak 11 Desember 2015, Bandung punya portal data Bandung berisi informasi pemerintahan dan administrasi kota. Tapi sudah beberapa bulan, portal ini masih minim informasi. Meski begitu, upaya transparan ini mengeret peringkat prestasi ke urutan ke- tiga dari sebelumnya ke-tujuh belas di Jawa Barat. Rapor juga bagus untuk pelayanan publik, dan kerja birokrasi menjadi urutan pertama nasional dari sebelumnya urutan ratusan di 2013. Di sisa masa jabatan 2 tahun lagi, kang Emil masih dihadapkan pada beberapa problem klasik kota Bandung, terutama kemacetan dan banjir.
20
Embed
TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14770/9/T1_362012047... · TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA Eps. “PEJABAT KEKINIAN” Rabu,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TRANSKRIP WAWANCARA MATA NAJWA
Eps. “PEJABAT KEKINIAN”
Rabu, 9 Maret 2016
OPENING
Selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa.
Menjadi pejabat hari ini memang mesti menyesuaikan diri dan kondisi.
Piawai memanfaatkan media sosial sebagai alat paling actual agar sosok dapat terus dijual.
Tapi kerja sebenar-benarnya butuh pembuktian, menghasilkan karya nyata tak sekedar duduk
manis di belakang meja.
Jika pemimpin mau menyerap aspirasi, tentu rakyat juga yang akan mengapresiasi.
Karena menjadi gaul saja tidak mencukupi, kepemimpinan harus tahan banting dan uji.
Inilah Mata Najwa, PEJABAT KEKINIAN.
SEGMEN 1
Najwa Shihab : Pemirsa, ia adalah Walikota paling eksis di media sosial seperti Twitter,
Facebook dan juga Instagram. Followers Twitter-nya 1,3 juta. Ia juga memanfaatkan media
sosial untuk berkomunikasi dengan warga.
--- VT ---
3 tahun Ridwan Kamil menjadi Walikota Bandung, Jawa Barat. Sejumlah ruang interaksi publik
hadir di tengah kota. Emil sapaan akrab Ridwan Kamil memoles taman-taman tematik.
Banyaknya ruang untuk interaksi publik membuat indeks kebahagiaan Kota Bandung naik ke
70,6 di akhir tahun 2015. Emil mengklaim warga Bandung menjadi warga yang bahagia. Emil
berupaya transparan. Sejak 11 Desember 2015, Bandung punya portal data Bandung berisi
informasi pemerintahan dan administrasi kota. Tapi sudah beberapa bulan, portal ini masih
minim informasi. Meski begitu, upaya transparan ini mengeret peringkat prestasi ke urutan ke-
tiga dari sebelumnya ke-tujuh belas di Jawa Barat. Rapor juga bagus untuk pelayanan publik, dan
kerja birokrasi menjadi urutan pertama nasional dari sebelumnya urutan ratusan di 2013. Di sisa
masa jabatan 2 tahun lagi, kang Emil masih dihadapkan pada beberapa problem klasik kota
Bandung, terutama kemacetan dan banjir.
---
Najwa Shihab : Telah hadir di studio Mata Najwa, Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Selamat
malam, Kang Emil. Terima kasih sudah hadir di Mata Najwa.
Ridwan Kamil : Selamat malam, mbak Nana.
Najwa Shihab : Pejabat Kekinian, itu topik Mata Najwa malam ini. Dan saya mengundang Anda,
kang Emil. Bicara soal kekinian, yang jelas yang paling kini. Yang paling banyak dibahas orang
adalah ketika minggu lalu kang Emil konferensi pers, memutuskan tidak akan maju bertarung di
Pilkada DKI. Seberapa sulit sesungguhnya, jujur malam ini, setelah seminggu lewat, kang Emil
sampai di keputusan itu?
Ridwan Kamil : Betul. Ya saya gak bisa memutuskan hal-hal besar dengan secepat kilat, ya.
Saya harus berhitung, saya harus bertanya dan saya harus menghormati aspirasi. Jadi waktu
digadang-gadang menjadi calon Gubernur DKI, undangan banyak sekali, dari warga-warga
Jakarta, organisasi kemasyarakatan dan tokoh-tokohnya, Pak Presiden, Pak Prabowo, Ketua
DPR, MPR, DPD yang menunjukkan antusiasme nasional itu luar biasa.
Najwa Shihab : Membuat ge-er, kang?
Ridwan Kamil : Ge-er ada. Tapi ge-ernya juga kalkulatif ya, karena hasil survey yang masuk ke
saya itu ‘kan saya di bawah Pak Ahok dan gak terlalu susah untuk ngejar. Karena saya ‘kan
belum buat pengumuman lah ya. Dulu waktu saya di Bandung, itu mulainya hanya 6% tapi
dengan teknik macam-macam, kreativitas macam-macam berakhir 45%. Jadi saya tidak khawatir
urusan itu. Hanya pr dan masalah terbesar itu waktu saya bertanya ke warga Bandung, nah
hampir 90% hasilnya menyatakan warga Bandung tidak rela saya pergi sebelum menyelesaikan
masa jabatan.
Najwa Shihab : Jadi pertimbangan utama itu?
Ridwan Kamil : Iya. Puncaknya, saya berdiskusi dengan keluarga. Bagaimanapun saya manusia
berkeluarga yang jatuh bangun saya ada juga dukungan dari mereka, terutama ibu saya dan
sebagainya. Dan kesimpulannya sama, saya ini baru memulai jadi jabatan yang melayani publik
bukan periode kedua. Periode pertama pun belum selesai, baru 2,5 tahun. Ya kalau 2,5 tahun
tiba-tiba loncat lagi ke tempat lain, saya punya track record pejabat yang tidak selesai. Beda
halnya kalau sudah 1 periode sudah banyak janji-janji yang dipenuhi. Tapi ‘kan ini baru periode
pertama. Kesimpulannya, saya melakukan keputusan akal sehat. Akal sehat saya mengatakan
seperti itu.
Najwa Shihab : Tapi kang Emil, saya ingat, saya menonton konferensi pers kang Emil ketika itu.
Dan ada kalimat yang membuat saya bertanya-tanya, khususnya kalimat ini. Kita dengarkan
cuplikan ketika kang Emil konferensi pers soal keputusannya tidak maju di Jakarta, berikut ini.
--- Cuplikan konferesi pers Ridwan Kamil ---
Ridwan Kamil : Saya maju ke Jakarta, tapi tidak sekarang. Alias saya tidak akan maju menjadi
calon Gubernur DKI di 2017. Pertimbangan besar saya hanya satu, tugas saya belum selesai di
periode pertama.
---
Najwa Shihab : Kalimat awal, “maju di Jakarta tapi tidak sekarang.” Itu artinya kapan? Itu
artinya menunggu apa? Berarti sekarang lagi mengumpulkan bekal politik?
Ridwan Kamil : Saya dulu sebelum jadi Walikota Bandung, saya itu Arsitek. 80% proyek saya di
Jakarta. Saya dulu itu Penasihat Gubernur, dari zaman Pak Fauzi Bowo untuk bidang arsitektur.
Jadi semua bangunan-bangunan besar yang masuk ke Jakarta diperiksa oleh saya dan tim. Saya
tuh hafal Jakarta. Saya punya karyawan Tukang Ojek dulu sebelum ada Gojek. Itu menunjukkan
bahwa sebenarnya saya hafal Jakarta. Tapi poinnya itu. Kalau pertanyaan tadi…
Najwa Shihab : Tidak sekarang itu maksudnya menunggu tahun 2017?
Ridwan Kamil : Artinya, kalau tugas saya di Bandung sudah selesai, kesempatan itu datang lagi
pasti dengan mudah saya ambil keputusan iya. Karena Jakarta dan Bandung ini problemnya
sama. Mirip-miriplah.
Najwa Shihab : Dengan skala yang berbeda?
Ridwan Kamil : Ya, dengan skala yang berbeda. Kami (Bandung) penduduknya 2,4 juta, Jakarta
mungkin lebih di atas 9 juta. Cuma 60% warga Bandung itu di bawah 40 tahun usianya, bedanya
itu. Maka dominasinya belum menikah alias jomblo, ya faktual itu.
Najwa Shihab : Karenanya, Walikota Bandung merangkap jadi Bapak Jomblo Nasional karena
itu?
Ridwan Kamil : Ya, karena itu.
Najwa Shihab : Kang Emil, tapi saya ingin tanya ambisi politik untuk jabatan publik yang lebih
tinggi itu Anda miliki?
Ridwan Kamil : Jadi gini, alasan pertama saya jadi Walikota Bandung itu 80% karena saya kesal.
Saya dulu Arsitek, saya kerjain proyek di Cina, di Timur-Tengah, jadi Penasihat Walikota sana-
sini, eh kota sendiri berantakan. Jadi motivasinya itu. Bahwa nanti setelah saya menunjukkan
kinerja ada karir terbuka, naik ke atas atau balik lagi jadi Arsitek bukan sesuatu hal yang
menakutkan.
Najwa Shihab : Tapi berarti jawabannya iya? Mungkin saja ada ambisi politik lebih selain
menjadi Walikota?
Ridwan Kamil : Jawabannya betul nanti menjelang akhir, baru saya bisa melihat peta itu
serealistis apa.
Najwa Shihab : Baik. Kalau bicara politik, Anda Kang Emil merasa kedekatan politik dengan
partai politik mana ya, Kang? Apakah dengan Gerindra yang waktu itu mengusung? Atau dengan
PKS?
Ridwan Kamil : Secara komunikasi, karena di Bandung waktu itu saya diusung Gerindra-PKS,
tentunya dua partai ini yang paling intens. Tapi karena saya ini Dosen ITB yang sedang cuti dari
jabatan, maka saya tidak boleh menjadi anggota partai kecuali keluar dari PNS. Maka sekarang
saya belum anggota partai. Tetapi kalau dari komunikasi, sudah sewajarnya karena dua partai ini
yang mendukung saya di Bandung.
Najwa Shihab : Karena kemudian menarik ketika Wakil Ketua Umum Gerindra misalnya
membicarakan karir politik Ridwan Kamil. Saya bacakan, katanya alternatifnya ada 2 setelah ini,
karir politik Anda Kang Emil, apakah menjadi Gubernur Jawa Barat atau justru menghadapi
Pilpres 2019 mendampingi Prabowo Soebiyanto.
Ridwan Kamil : Ya spekulasi orang ‘kan macam-macam ya? 2017 saja tidak terlalu saya
fokuskan, 2018 masih jauh, apalagi 2019?
Najwa Shihab : Yang bicara Wakil Ketua Umum Partai.
Ridwan Kamil : Betul. Tapi kalau nanti takdirnya ada menjelang 2019, ya saya akan berhitung.
Kalau lebih banyak manfaatnya dan memungkinkan kenapa tidak. Kalaupun nggak, nggak saya
terlalu pikirin. Kalau terlalu ambisius, negatifnya pada saat nggak dapet suka kecewa. Sakitnya
‘kan tuh di sini.
Najwa Shihab : Kalau sekarang belum terlalu kepengen. Tapi Kang Emil, pilihan-pilihan itu
menjadi sesuatu yang Anda bayangkan?
Ridwan Kamil : Pilihan itu semua saya hitung sekarang. Lanjut Walikota Bandung positifnya
gimana negatifnya gimana. Jika lanjut Gubernur Jawa Barat, jika 2019 tiba-tiba ada takdir Tuhan
yang melamar saya, itu sedang saya hitung. Tapi tidak saya jadikan ambisius, karena saya ini
pakai filosofi air aja ngalir nanti ketemu bentuknya. Nanti jadi cangkir, jadi kotak, jadi apa,
menjelang akhir-akhir.
Najwa Shihab : Tapi mau kalau diajak jadi Wapresnya Pak Prabowo?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak? Tidak menutup kemungkinan.
Najwa Shihab : Kalau Wapresnya Pak Jokowi?
Ridwan Kamil : Kenapa tidak juga?
Najwa Shihab : Mau yang mana?
Ridwan Kamil : Nunggu menjelang-menjelang aja.
Najwa Shihab : Gak mau jawab. Setelah pariwara, kita akan kembali sama Kang Ridwan Kamil,
Pejabat Kekinian.
SEGMEN 2
Najwa Shihab : Terima kasih, Anda terus di Mata Najwa. Saya masih bersama Walikota
Bandung, Ridwan Kamil. Kang Emil 2,5 tahun jadi Walikota, apa yang menurut Anda paling
menantang selama Anda menduduki posisi ini setelah sebelumnya tidak ada pengalaman di
birokrasi sama sekali?
Ridwan Kamil : Adalah mereformasi birokrasi. Karena saya Arsitek, jadi kalau urusan fisik tata
kota itu keseharian saya. Makanya quick clean saya, project yang skala pendek. Kalo soal lampu
taman itu bukan hal yang susah, tapi yang susah itu merubah birokrasi. Saya lakukan dua hal.
Pertama merubah gaya pimpinan. Yang saya lakukan yang namanya “imadia mangun karso”
artinya kepemimpinan di tengah (leadership in the middle) saya banyak turun 50 % dilapangan,
mengajak birokrasi berubah, melelahkan tapi alhamdulilah hasilnya memuaskan. Yang kedua
saya lakukan adalah going digital, mengunci melawan korupsi dengan online. Misalnya perijinan
online. Sehingga tidak ada lagi warga bertemu dengan petugas, ada ratusan going digital,
alhamdulilah 2013 saya menjabat, ranking kinerja birokrasi kita ratusan diatas 200 dari 500 kota,
Desember kemarin kita ranking satu, satu-satunya kota yang nilainya 80 adalah kota Bandung.
Ini menyemangati saya bahwa perubahan bisa, bahwa yang dulunya pesimis bisa menjadi
sesuatu yang berprestasi. Setelah 17 tahun ga dapat adipura kan kayak nunggu jodoh, setiap
lebaran ga datang – datang, setelah 17 tahun kangennya seperti apa, nah tiba-tiba selama 2 tahun
kami rubah. Warga Bandung sekarang saya rubah pola pikirnya. Kalau ada sampah pasti
dipungut, makanya kami ada gerakan pungut sampah setiap Senin, Rabu, Jumat, peraturan