Kode Informan Identitas Informan
: A-01 : Ir. Iwan J. Prawira
Pekerjaan /Jabatan : Direktur PT.Shorea Barito Wisata Tempat
Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa, Desa Sumber Klampok, Kec.
Gerokgak, Kab. Buleleng.( Blok II Tanjung Kotal)
TRA NS KR IP W AWAN CARAEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I. 1.
Koordinasi governance
dengan
pemerintah
daerah
dalam
kerangka
good
Bagaimana koordinasi antara Waka Shorea Resort and Spa dengan
berbagai instansi pemerintah terkait implementasi kebijakan. Dengan
Dinas Kehutanan : tidak ada, karena TNBB berada langsung di bawah
Departemen Kehutanan. Koordinasi dengan Dephut di daerah dilakukan
dengan Balai TNBB. Dengan Pemda Kabupaten Buleleng dan Jembrana :
pemkab mendapat bagi hasil dari retribusi tiket masuk ( harga tiket
Rp. 2.500 untuk wisawatan domestik dan Rp. 20.000 untuk wisatawan
asing ). Dalam kaitan dengan pemda, maka terjadi tumpang tindih
kebijakan yaitu mengenai pengenaan pajak hotel dan pajak restaurant
di kawasan TNBB Jadi sebenarnya menhut sudah memberikan surat
edaran kepada gubernur, bupati / walikota di seluruh Indonesia,
terkait perijinan dan pungutan pajak / retribusi, dalam pengusahaan
pariwisata alam di kawasan konservasi. Dinyatakan dalam surat
tersebut bahwa kepala daerah dilarang menetapkan perda yang
menyebabkan
Transkrip Wawancara
1
ekonomi biaya tinggi yang menyebabkan menurunnya daya saing
daerah, mengingat bahwa dari setiap Ijin PPA ( Pengusahaan
Pariwisata Alam ) yang diterbitkan oleh Dephut telah dikenakan
PNBP. Namun surat tersebut tersebut dibantah oleh pemda kabupaten
Buleleng, dengan Surat Sekda Kab Buleleng yang kami terima, yang
menyatakan bahwa Surat Menhut tersebut tidak mempunyai kekuatan
hukum untuk membatalkan pungutan tertentu seperti pungutan pajak
dan restoran karena pelaksanaan perda mempunyai kekuatan hukum yang
lebih tinggi dan tidak ada pengecualian. Hal ini menyebabkan kami
dikenakan pungutan pajak berganda dan tentunya hal itu memberatkan.
Kami juga mendapatkan dua kali surat teguran akibat belum
menyerahkan SPTPD Pajak dan Restaurant, tahun 2007 dan 2008. II.
Kemitraan dalam aspek ekonomi
a. Pembangunan sarana dan prasarana 2. Bagaimana proses
pemilihan lokasi wilayah pengusahaan pariwisata alam ( PPA ) TNBB
dari Dephut terhadap PT. SBW Dephut menentukan langsung lokasi mana
yang menjadi wilayah PPA PT. SBW. Dalam hal ini PT. SBW memperoleh
izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PPA) pada sebagian zona
pemanfaatan TNBB seluas + 251,5 hektar terletak di Kabupaten
Jembrana dan Buleleng Propinsi Bali. Wilayah PPA ini terbagi atas 3
blok yaitu Blok I di Gilimanuk kabupaten Jembrana seluas 10,5 Ha,
Blok II di Tanjung Kotal seluas 185,8 Ha dan Blok III Labuan Lalang
seluas 55,2 Ha. Blok II dan IIII terletak di kabupaten Jembrana
sehingga terpisah dari Blok I. Lokasi yang berada di dua kabupaten
yang berbeda ini sedikit banyak menyulitkan monitoring serta
mengharuskan PT. SBW secara administratif berurusan dengan dua
pemkab yang tentunya lebih complicated dibandingkan dengan hanya
berhubungan dengan satu pemkab saja. 3. Bagaimana bentuk kemitraan
dengan pihak pemerintah untuk pembangunan sarana prasarana ?
Transkrip Wawancara
2
Pihak Dephut hanya memberikan ijin PPA saja, sedangkan investasi
dalam pembangunan sarana prasarana di wilayah PPA ( Blok I,II,III )
menjadi tanggung jawab penuh dari PT. SBW. Sedangkan pemda
kabupaten Buleleng menjadi mitra kerja dalam penataan Blok II
Labuan Lalang dimana pemkab Buleleng membangun sekitar 10 kios,
lahan parkir, toilet umum dan gapura yang saat inni dikelola oleh
masyarakat desa Sumber Klampok. Sedangkan di kabupaten Jembrana
belum ada kerjasama dengan pemda setempat. 4. Menyambung pertanyaan
no 2, bagaimana perencanaan sarana akomodasi dan prasarana
pendukung dilakukan oleh PT. SBW, apakah sesuai dengan filosofi
Trihita Karana ? Ditinjau dari sisi ekonomis, Blok I Gilimanuk
sebenarnya secara ekonomis kurang potensial dibandingkan Blok II
Tanjung Kotal dan III Labuan Lalang, oleh sebab itu sampai sekarang
pembangunan difokuskan di Blok II Tanjung Kotal dimana dibangun
Waka Shorea Resort and Spa dan Blok III Labuan Lalang dimana area
resepsionis dan dermaga ( jetty ) berada. Dari Labuhan Lalang
menuju ke Tanjung Kotal ditempuh dengan motor boat selama 15 - 20
menit dimana hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Akomodasi didesain dengan memerhatikan daya dukung kawasan, yaitu
maksimal 10% dari luas lahan yang dikelola. Juga vila- vila
dibangun di antara pepohonan, yang sesuai dengan filosofi Trihita
Karana yaitu keharmonisan dengan alam sekitar, dimana pengunjung
bisa meliha babi hutan, rusa, biawak melintas di sekitara kawasan
vila. Salah satu keunikan di Waka Shorea adalah bahwa sekalipun ada
jalan darat ( namun kurang memadai kondisinya ), maka sesampai di
pintu masuk kawasan di Blok III Labuan Lalang, maka pengunjung akan
diantar untuk menuju ke dermaga untuk naik kapal motor selama 15
menit menuju ke Waka Shorea Resort and Spa di Blok II Tanjung
Kotal. Namun pengelolaan wilayah PPA TNBB antara lain dengan
pembangunan sarana prasarana tidak hanya dilandasi oleh profit
semata namun juga dengan rasa tanggung jawab dan kecintaan untuk
melestarikan lingkungan hidup. Adanya wacana pembangunan bandara di
Singaraja ( Buleleng ) akan sangat
Transkrip Wawancara
3
baik dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan terlebih
apabila ada pesawat yang langsung terbang dari Singapura ke
Singaraja. 5. Bagaimana rencana pengembangan Waka Shorea ke depan ?
Dengan kondisi krisis global seperti ini, maka perencanaan yang
memakan investasi besar terpaksa ditunda. Namun untuk
mengantisipasi potensi diver yang sekarang lebih banyak menginap di
pantai Lovina, maka PT. SBW berniat mencari mitra untuk membangun
sekitar 20 diving lodge di Blok II Labuhan Lalang di area
penerimaan ( jetty ) yang akan dipasarkan dengan harga lebih
terjangkau, antara USD 60-80. Sehingga kawasan laut di sekitar TNBB
dapat pula dipromosikan di luar negeri sebagai kawasan diving yang
tentunya akan membuat nilai tambah bagi PT.SBW pada khususnya dan
TNBB pada umumnya. b. Pengembangan kepariwisataan di Propinsi Bali
6. Bagaimana PT. SBW berkontribusi dalam pengembangan ekowisata di
Bali.apakah ada kerjasama dengan instansi terkait, misalnya dengan
Balai TNBB. Target utama Waka Shorea adalah wisatawan asing yang
mencapai 90% dari total pengunjung, 85% di antaranya adalah
wisatawan Eropah, Australia, Amerika, sisanya Asia (Jepang ).
Wisatawan Indonesia mempunyai point of interest yang berbeda,
kurang menyukai ekowisata disamping harga kamar yang relatif mahal
( sekitar USD 180). Rata rata masa tinggal mereka adalah dua hari.
Untuk menarik minat wisatawan maka Waka Shorea menyediakan sarana
pendukung antara lain : (1) Wisata alam : trekking, bird watching,
photo hunting, (2) Wisata bahari : scuba diving, snorkeling,
berperahu, memancing. (3) Wisata ilmiah / pendidikan : pendidikan
konservasi melalui rekreasi di alam terbuka sambil mengamati flora
fauna, kegiatan lintas alam, berkemah, berkunjung ke lokasi
penangkaran burung jalak putih yang ada di dalam kawasan Waka
Shorea sendiri maupun ke lokasi penangkaran curik Bali yang
dikelola oleh Balai TNBB di Teluk Brumbun.
Transkrip Wawancara
4
(4) Wisata budaya : atraksi kesenian daerah, paket wisata keluar
wilayah kerja PPA, bekerjasama dengan Balai TNBB misalnya
berkunjung ke kawasan hutan lindung yang dikelola TNBB. Dalam hal
ini Waka Shorea menyediakan pemandu wisata yang telah disertifikasi
oleh Balai TNBB dan cukup mampu berbahasa Inggris. Selain itu
disediakan pula penyewaan peralatan dan perlengkapan kegiatan wiata
alam ( memancing, perahu, tenda camping dll ). Sedangkan untuk
informasi mengenai Waka Shorea sendiri, dilakukan mengenai brosur,
company profile, serta website. 7. Terkait dengan pengembangan
ekowisata, bagaimana promosi yang dilakukan oleh PT. SBW. Promosi
dan pemasaran dilaksanakan melalui brosur, slide video / film, dan
billboard, promosi media elektronik / cetak mengikuti event
seminar, lokakarya / pameran dan expo kepariwisataan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan BPPI ( Badan Promosi
Pariwisata Indonesia ). Kerjasama usaha dilaksanakan dengan whole
saler travel serta agen perjalanan yang tergabung dalam ASITA (
Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies) untuk
memasukkan paket ekowisata TNBB dalam paket wisata Bali ( contoh
paket wisata bahari ke perairan Teluk Trima P Menjangan dan kawasan
TNBB lain ) dan paket wisata terusan ke luar Bali seperti
Yogyakarta / Borobudur, Bromo, Lombok, Pulau Komodo tour. Sasaran
pasar utama adalah wisatawan manca negara dan nusantara, dengan
sasaran pendukung wisatawan lokal ( Bali). Selain itu, Waka Shorea
juga berpartisipasi dalam event event yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata Propinsi Bali serta event lingkungan hidup seperti UNCCC
( United Nations Convention on Climate Change ) di Nusa Dua Bali
tangal 4 13 Desember 2007, dimana Waka Shorea ikut berpameran. Waka
Shorea mempunyai website yang cukup informatif di
http://www.wakashorearesort. com/. Waka Shorea sebagai anggota
group Waka ( butik hotel ) juga menjadi anggota Bali Tourism
Board.
Transkrip Wawancara
5
III. Kemitraan dalam aspek Lingkungan Hidup 8. Program kemitraan
apa saja yang sudah dilakukan oleh PT. Shorea Barito Wisata dalam
menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan di wilayah PPA TNBB. a.
Setahun minimal 3 kali bekerjasama dengan LSM Project Bali Clean
Up, bekerjasama dengan anak sekolah, desa adat ( ada 13 desa adat
di wilayah PPA TNBB ), menyisir pantai dan membersihkan sampah
terutama sampah plastik. Program ini juga bagus untuk memberikan
kesadaran lingkungan sejak dini bagi anak sekolah. b. c. Program
Jumat Bersih, membersihkan wilayah PPA TNBB dan kawasan Waka Shorea
Resort and Spa oleh karyawan Waka Shorea. Bekerjasama dengan Balai
TNBB dalam program pembersihan pantai : berganti ganti lokasi di
sekitar obyek wisata termasuk di P. Menjangan. Balai TNBB juga
berpartisipasi dalam melakukan ngayah ( gotong royong membersihkan
pura ) dan mlaksanakan kegiatan keagamaan ( piodalan, tumpak
landep, saraswati, purnama ) di pura pura utama di sekitar kawasan
TNBB seperti pura Gilimenjangan, Pura Sumber Klampok. 9. Bagaimana
bentuk kemitraan antara PT. SBW dengan pihak lain misalnya Balai
TNBB maupun LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup, konsevasi alam
dan menjaga keamanan hutan. Para tenaga keamanan / satpam di PT.
SBW dibekali ketrampilan oleh Balai TNBB untuk mampu bertindak
sebagai penjaga keamanan hutan seperti layaknya jagawana, juga
dibekali dengan pelatihan sebagai tenaga pemadam kebakaran hutan,
mengingat dalam wilayah PPA TNBB yang dikelola oleh PT.SBW, semua
kegiatan termasuk pengamanan hutan dan pencegahan kebakaran di
wilayah PPA nya merupakan tanggung jawab dari PT. SBW. Bahkan semua
staf di PT. SBW khususnya di Wakashorea Resort and Spa dapat
berfungsi sebagai tenaga keamanan.
Transkrip Wawancara
6
Dengan LSM : PT. SBW bekerjasama dengan APCB ( Asosiasi
Pelestari Curik Bali ), yang pusatnya di Taman Safari Indonesia (
dengan person in charge Bpk. Tonny Sumampouw ), untuk melakukan
penangkaran curik ( jalak putih ) Bali yang merupakan fauna khas di
TNBB. Dalam hal ini PT. SBW menyediakan sangkar besar untuk
penangkaran serta menyediakan pakan burung, sedangkan APCB
menyediakan 20 ekor curik Bali untuk dikembangbiakkan. Di sini,
curik Bali berada di dalam sangkar besar serta di luar sangkar.
Curik Bali yang berada di dalam sangkar juga berfungsi untuk
memikat curik Bali yang ada di luar sangkar agar tidak terbang
terlalu jauh. Tanggal 5 Mei 2009 yang lalu, Menteri Kehutanan H.
M.S. Kaban bersama Resort and Spa. Selain itu manajemen Waka Shorea
juga menjaga keseimbangan ekosistem dengan misalnya menyediakan
tempat minum bagi satwa, sehingga satwa liar seperti rusa bisa
minum di tempat itu. Juga pada area hotel, tidak jarang dijumpai
hewan liar yang berkeliaran bebas, seperti rusa, babi hutan, bahkan
kera. 10. Apakah ada program pengendalian dampak perubahan iklim,
seperti mitigasi dan adaptasi ? Mengingat maintenance di Waka
Shorea adalah high cost, dimana tidak ada listrik dari PLN di
kawasan Waka Shorea mengingat ini adalah kawasan hutan TNBB , maka
pasokan listrik dilakukan dengan menggunakan genset, ( listrik PLN
hanya ada di dermaga ). Juga sejalan dengan ciri khas Waka Group (
hotel butik ) yaitu ecofriendly, maka digunakan lampu hemat energy,
pengunjung diminta untuk mematikan lampu, AC, TV pada saat keluar
ruangan, serta mnghemat pemakaian air. Sejauh ini belum ada
penggunaan energi terbarukan dalam kawasan TNBB. Namun aforestasi
(usaha reboisasi pada lahan yang dahulunya tidak ada hutan )
dilakukan sejak tahun 2000 dengan penanaman 10.000 pohon habitat
asli TNBB antara lain waru, ketapang, cendana. Program pencegahan
deforestasi (pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)
Gubernur Bali melepasliarkan 34 ekor burung Curik Bali (Leucopsar
rotschildi) pada 5 Mei 2009 di Lokasi Waka Shorea
Transkrip Wawancara
7
dilakukan dengan menjaga kawasan, dengan patroli bersama dengan
Balai TNBB.
11.Langkah langkah apa yang dilakukan dengan pihak terkait,
misalnya dengan Balai TNBB untuk pemantauan pengendalian kebakaran
dan pemeliharaan ? Dibentuk Satgasdamkar, ( Satuan Tugas Pemadam
Kebakaran ) yang berasal dari para tenaga keamanan PT. SBW, yang
dilatih oleh Balai TNBB, baik teori maupun praktek. Tiap tahun
dilakukan diklat, penyegaran termasuk praktek di lapangan. 12.
Langkah langkah apa yang sudah dilakukan PT Shorea Barito Wisata
dalam rangka untuk pendidikan konservasi baik kepada masyarakat
sekitar wilayah PPA TNBB maupun pengunjung TNBB. Pendidikan
konservasi dilakukan bersama Balai TNBB kepada masyarakat sekitar,
sedangkan untuk pengunjung dilakukan melalui brosur, juga
penerangan di bagian informasi, atau pada saat melakukan trekking,
dengan pemandu wisata menerangkan mengenai flora fauna yang ada di
TNBB. 13.Apakah ada upaya dalam koordinasi keamanan lingkungan laut
dengan para stakeholder ( pemegang Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam
/ PPA ) lain di kawasan TNBB, yaitu PT. Disthi Kumala Bahari dan
PT. Trimbawan Swastama Sejati. Patroli laut dilakukan melalui wadah
FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) dimana semua
stakeholder TNBB termasuk para pengelola TNBB, Balai TNBB,
masyarakat desa Sumber Klampok tergabung di dalamnya. Dengan
dukungan dana dari para pengelola PPA TNBB dan atau dukungan LSM
misalnya WWF, patroli laut dilakukan satu sampai empat kali sebulan
tergantung dukungan dana.
Transkrip Wawancara
8
14.Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora
dan fauna dari TNBB? Diamati pada saat pengunjung keluar
kawasan,juga selama di dalam kawasan khususnya pada saat snorkeling
maupun trekking diberi pemahaman mengenai konservasi oleh pemandu
wisata alam TNBB. IV. 15. Kemitraan dalam aspek sosial Bagaimana
upaya PT. Shorea Barito Wisata dalam mencegah masyarakat sekitar
wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau
kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Dengan
patroli rutin dan patroli bersama, penemuan pelanggaran misalnya
penangkapan ikan dengan pengeboman / potasium, pencurian kayu dll
diserahkan kepada Balai TNBB untuk diproses lebih lanjut. 16.Bentuk
kontribusi apa saja yang dilakukan oleh PT. Shorea Barito Wisata
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat ? Masyarakat
dilibatkan sebagai karyawan di PT. SBW yaitu di Waka Shorea Resort
and Spa, baik sebagai tenaga keamanan, staf di hotel, tukang
perahu, terapis ( massage ) , karyawan di restoran, dan lain lain
dimana 85% karyawan berasal dari penduduk desa Sumber Klampok.
Beberapa sudah keluar dari Waka Shorea dan bekerja di luar negeri
sebagai karyawan kapal pesiar. Juga ada yang menjadi manager
operasional. Rata rata lulusan SMA, sehingga harus dilakukan
pelatihan terlebih dahulu di group Waka. Selain itu penduduk
dilibatkan sebagai pengelola perahu motor melalui paguyuban /
koperasi. Hal ini juga merupakan tuntutan masyarakat pada saat PT.
SBW mulai beroperasi karena sebelum PT SBW beroperasi, mereka sudah
menyewakan perahu bagi wisatawan yang akan mengunjungi P Menjangan
untuk diving. Sedangkan pihak Waka Shorea sendiri memiliki satu
perahu yang hanya difungsikan untuk antar jemput tamu dari lokasi
jetty ( dermaga ) di Blok III Labuhan Lalang ke lokasi Waka Shorea
Resort and Spa di Blok II Tanjung Kotal, dimana tukang perahunya
merupakan karyawan Waka Shorea.
Transkrip Wawancara
9
17. Apakah pernah ada konflik antara masyarakat dengan pihak
pengelola TNBB. Pada awal pembangunan Waka Shorea di tahun 2000 ada
konflik antara masyarakat Desa Sumber Klampok dengan PT. SBW. Untuk
itu dibuka forum dialog, maka pengelolaan kapal motor tetap
diserahkan kepada masyarakat desa Sumber Klampok, juga sebagian
area di Labuhan Lalang di tempat jetty dikelola oleh masyarakat,
yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan, namun akibatnya
lokasi menjadi agak kumuh. Untuk itu masyarakat harus terus menerus
diberi penyadaran akan kebersihan lingkungan. Juga masyarakat
diberi kesempatan untuk menjadi karyawan bagi PT. Waka Shorea.
Sedangkan untuk pembangunan akomodasi dan sarana lain seperti
dernaga, menara pengawas dan lain - lain, masyarakat juga
dilibatkan sebagai tukang bangunan, yang dilakukan oleh kontraktor
di luar PT. SBW. V. Kendala dan harapan pengelolaan wilayah PPA
TNBB a. Kendala kendala yang dihadapi saat ini : 1. Adanya tumpang
tindih kebijakan antara Departemen Kehutanan dan Pemda Kabupaten
Buleleng. 2. Tidak adanya listrik PLN di Waka Shorea, pasokan
listrik didapat melalui genset berbahan bakar solar, sehingga
kapasitasnya terbatas. Jarak yang cukup jauh dari Denpasar, sekitar
2,5 3 jam. 3. Kurangnya perhatian dari Dinas Pariwisata dalam ikut
memperkenalkanTNBB mengingat TNBB masih tergolong sebagai destinasi
baru. b. Harapan dan saran, baik kepada pemerintah maupun pihak
terkait lainnya 1. Sinkronisasi kebijakan antara Departemen
Kehutanan dengan Pemda Buleleng khususnya Dinas Pendapatan Darerah
( Disparda ), dalam hal pungutan ganda. 2. Perhatian pemerintah
khususnya Dinas Pariwisata, agar ikut memperkenalkan TNBB sebagai
destinasi alternatif wisata alam.
18. Apa kendala, dan harapan bagi pengelolaan wilayah PPA
TNBB?
Transkrip Wawancara
10
3. Bisa mendapatkan mitra investor untuk pembangunan perluasan
sarana prasarana seperti diving lodge di Labuhan Lalang.
Kode Informan Identitas Informan
: A-02 : I Gede Ringin
Pekerjaan /Jabatan : Pemangku* merangkap tenaga keamanan Waka
Shorea Tempat Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa Hari /Tanggal
: 13 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARAEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Ada berapa jumlah tempat suci di sekitar Waka Shorea? Di
sekitar Waka Shorea terdapat 30 tempat suci (pura). 2. Apakah
manajemen Waka Shorea memperhatikan keberadaan tempat suci
tersebut. Salah satu kepedulian dari manajemen Waka Shorea tentunya
tidak bisa terlepas dengan situasi lingkungan alam dimana Waka
Shorea itu berada.
Transkrip Wawancara
11
Artinya Waka Shorea sangat konsen dan peduli akan hal tersebut.
Untuk keselamatan dan kenyamanan baik itu karyawan dan tamu maka
secara spiritual juga menghaturkan sesajen di semua tempat (pura)
yang disakralkan oleh warga setempat. 3. Waktu atau hari-hari apa
saja melakukan atau menghaturkan sesajen? Waktu dan jenis sesajen
yang dihaturkan adalah : (a) Setiap hari menghaturkan canang
sebanyak 35 buah di semua tempat suci lokasi Waka Shorea, (b) Hari
Kajeng dan Keliwon menghaturkan canang dan caru bulan ai, (c) Hari
Purnama dan Tilem mengaturkan canang raka, daksina, pejati dan
sesajen yang dihaturkan di laut adalah tipat kelan dan taluh
bungkul, (d) Hari Tumpek Landep mengahaturkan sorohan di setiap
mesin genset yang besar. (e) Hari Buda Cemeng Ukir yaitu hari
piodalan Waka Shorea dilakukan upacara mecaru eka sato 4. Bagaimana
pandangan atau pendapat bapak tentang makna dari menghaturkan
sesajen di sekitar Waka Shorea? Mencermati akan hal tersebut
menarik untuk dikaji yaitu sesajen yang dihaturkan dengan maksud
rasa bakti kehadapan Tuhan sebagai penguasa alam dalam hal ini laut
dan hutan dimana sesajen itu secara tidak langsung juga dinikmati
oleh hewan atau binatang yang ada di sekitar Waka Shorea seperti
sesajen yang terletak di bawah dinikmati oleh babi hutan, semut,
cacing, sedangkan sesajen yang letaknya di atas dinikmati oleh
burung, dan kera. Jika dicermati lebih mendalam TNBB tetap lestari
karena adanya kearifan lokal yang secara tidak langsung ikut
menjaga kelestarian hutan dan ini dilakukan juga oleh Waka Shorea
yang ikut menjaga kesakralan dari area hutan. Tentunya ini menjadi
sebuah model bentuk pelestarian hutan yang dapat dijadikan contoh
tentunya dengan mengedepankan kearifan lokal daerah bersangkutan.
Catatan :
Transkrip Wawancara
12
Pemangku adalah orang yang dipercaya untuk melakukan ritual
agama Hindu di Bali.
Kode Informan
: A-03 Ni Luh Suartini
Identitas Informan :
Pekerjaan /Jabatan : Ahli Massage di Waka Shorea Resort and Spa,
Penduduk Desa Sumber Klampok, Kec.Gerokgak, Kab Buleleng Tempat
Wawancara : Waka Shorea Resort and Spa Desa Klampok, Kec. Gerokgak,
Buleleng Hari /Tanggal : Senin, 13 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARAEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 1. Apakah masyarakat Desa Klampok
mengetahui kehadiran PT. SBW yang membangun Waka Shorea Resort and
Spa dan bagaimana respon masyarakat terhadap kehadiran PT. Shorea
Barito Wisata. Tahu dan bersyukur dengan adanya PT. SBW masyarakat
bisa mendapatkan pekerjaan lebih layak. Dulu hanya bertani sekarang
bisa menjadi karyawan hotel dan ditraining sesuai bakat dan
keahlian. 2. Apa pendidikan terakhir anda? Responden lulusan SMK.
Tidak ada biaya melanjutkan sekolah. Setelah lulus sekolah diterima
kerja September 2003. Berhenti karena hamil tahun 2006,kembali
bekerja tahun 2008 sebagai terapis / massage. 3. Pekerjaan apa yang
dilakukan di desa Sumber Klampok ?
Transkrip Wawancara
13
Suami petani cabe, kacang kacangan, jagung, namun tidak cukup
untuk makan. Jadi harus memelihara sapi, babi. Kalau musim kemarau,
tanahnya kering karena kurang air. Kalau Ni Luh digaji Rp.30.000
per hari sebagai massageur. Jauh lebih baik daripada bercocok
tanam. Selain itu penduduk bekerja sebagai nelayan tradisional.
Namun kerja sebagai terapis musiman, hanya bila tamu sedang ramai.
Kalau tidak bekerja sebagai terapis, Ni Luh bekerja di ladang. 4.
Bagaimana bentuk program kerjasama antara PT. Shorea Barito Wisata
dengan desa Sumber Klampok. Umumnya PT. SBW membantu dalam bentuk
memberikan sumbangan dalam upacara upacara ritual keagamaan Hindu.
Juga mempekerjakan penduduk sebagai karyawan. 5. Bagaimana upaya
PT. Shorea Barito Wisata dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah
PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan
yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Sejak 2 tahun lalu
sudah berkurang untuk pengambilan kayu liar dan perburuan liar
karena penjagaan TNBB lebih ketat. 6. Sejauh mana masyarakat
sekitar wilayah PPA TNBB dilibatkan sebagai tenaga kerja dalam
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana obyek wisata alam
di TNBB. Masyarakat desa Sumber Klampok bekerja sebagai karyawan di
Waka Shorea, sebagai tenaga security, terapis/ massage, house
keeping, restoran, pengusaha kapal dll. 7. Bentuk kemitraan apa
yang dilakukan PT. Shorea Barito Wisata di desa Sumber Klampok
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat ( dalam hal
pertanian, budidaya hasil laut, kerajinan dll ). Tidak tahu.
Transkrip Wawancara
14
8. Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat Desa
Sumber Klampok terhadap keberadaan PT. SBW dalam mengelola TNBB?
Kendala kendala yang dihadapi saat ini bila tamu sedang sepi
penghasilan berkurang. Harapan saya ada pelatihan secara berkala,
baik teori dan praktek untuk teknik massage, karena ilmu massage
berkembang terus
Transkrip Wawancara
15
Kode Informan
: B-01 Drs Bambang Darmadja
Identitas Informan :
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Balai TNBB Tempat Wawancara : Balai
TNBB, desa Cekik, Gilimanuk, Kab. Jembrana, Bali Hari /Tanggal :
Selasa 14 Juli 2009
TRA NS KR IP WAWAN CARAEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. Peran dan fungsi Balai TNBB 1. Apa
peran Balai TNBB dalam pengelolaan TNBB. Mohon penjelasan. Ada tiga
prinsip pengelolaan TNBB yaitu : (1) Perlindungan Sistem Penyangga
Kehidupan, (2) Pengawetan Keanekaragaman Hayati, (3) Pemanfaatan
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya secara lestari.
Perlindungan : dilakukan bersama dengan polisi air, TNIAL,
syahbandar ( untuk wilayah perairan ), Pemanfaatan : dilakukan
bersama pengelola TNBB seperti PT. Shorea Barito Wisata. 2. Berapa
orang jumlah jagawana / polisi hutan di bawah Balai TNBB ? Ada 58
orang polisi hutan yang bernaung di bawah Balai TNBB, yang
mengawasi lahan seluas 19.000 hektar.
Transkrip Wawancara
16
3. Bagaimana cara Balai TNBB dalam mengevaluasi kebijakan
pemberian ijin PPA kepada Waka Shorea sesuai kebijakan yang tertera
pada pertanyaan no 2 di atas dan apa saja yang dievaluasi Setiap
akhir tahun Balai TNBB melakukan evaluasi dari realisasi rencana
program yang dilakukan oleh Waka Shorea berdasarkan RKT ( Rencana
Karya Tahunan ) yang dibuat oleh PT. SBW dan dilaporkan ke
Departemen Kehutanan. Pemeriksanaan dilakukan oleh Team Balai TNBB.
Tingkat kepatuhan dari pihak yang dievaluasi adalah sekitar 70%.
RKT tidak perlu muluk muluk, yang penting bisa dilaksanakan. II.
Pelaksanaan kebijakan 4. Dalam konsep pembangunan daerah, terkait
dengan pembangunan daerah terutama kabupaten Jembrana dan Buleleng,
apakah ada konsep pembangunan daerah terkait dengan TNBB yaitu
lebih menekankan pada acuan pariwisatanya baik wisatawan langsung
ataupun yang tidak langsung? Ada perhatian pemda Buleleng dalam
pembangunan gedung di depan dermaga Blok II ( Labuhan Lalang)
menuju ke Waka shorea. Namun gedung tersebut sampai sekarang belum
dimanfaatkan, karena dana tidak ada dan kebijakan tidak jelas. 5.
Mengingat TNBB ada di dua kabupaten yaitu Jembrana dan Buleleng,
apakah ada konflik kepentingan di antara kedua kabupaten tersebut
terkait keberadaan TNBB ? Sejauh ini tidak ada. TNBB hanya boleh
memungut karcis masuk ke kawasan Rp. 2500 untuk turis domestik dan
Rp. 20.000 untuk turis asing. Jumlah ini sangat kecil. Tetapi pemda
bisa membuatkan perda untuk retribusi, sehingga bisa menambah PAD
dan sebagian juga bisa diberikan kepada TNBB utk menambah pemasukan
dana TNBB, sehingga bisa dijadikan dana operasional maupun untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hal tersebut sudah pernah
dilakukan di Taman Nasional Way Kambas di Lampung dimana saya
Transkrip Wawancara
17
pernah bertugas, dimana pemdanya membuat perda terkait
retribusi, dimana pengunjung ditarik Rp. 200.000. Sepanjang tidak
bertentangan dengan kebijakan di atasnya, sangat mungkin membuat
perda tambahan yang saling menguntungkan baik dari pihak pemda
maupun dari Balai TNBB sendiri. 6. Apakah ada bantuan dana dari
pemerintah ( pusat maupun daerah dalam pengelolaan TNBB khususnya
wilayah PPA TNBB yang dikelola Waka Shorea. Dana berasal dari APBN,
namun untuk pemberdayaan masyarakat, dana hanya Rp. 20 50 juta
setahun, sangat kecil. 7. Apakah pernah mendengar adanya masalah
terkait dengan tumpang tindihnya kebijakan antara pihak pemda
dengan Waka Shorea? Ya saya pernah mendengar, dan hal tsb memang
sering terjadi dimana kebijakan di atas tidak sejalan dengan
kebijakan di bawahnya. Untuk itu diperlukan sinkronisasi antara
pihak Departemen Kehutanan dengan pemda terkait, karena yang
menjadi korban adalah pihak pengelola pariwisata alam seperti Waka
Shorea. III. Kemitraan dalam Lingkungan Hidup 8. Apakah di TNBB ada
program pengendalian dampak perubahan iklim, seperti mitigasi dan
adaptasi ? Ada upaya reforestasi, dengan penanaman kembali bagian
hutan yang rusak dengan program One Man One Tree baik di dalam
kawasan TNBB dengan staf Balai sebagai pelaku penanaman pohon,
maupun di luar kawasan, dengan melibatkan anak SD dengan
bekerjasama dengan LSm ( Pilang ). Yang ditanam adalah tanaman asli
di TNBB, yaitu kemloko, sawo kecik, cendana, pangkal buaya. Selain
itu ada upaya inventarisasi tanaman, dimana staf balai terjun
langsung ke lapangan. Juga dilakukan upaya pelestarian Curik (
jalak ) Bali baik insitu, di dalam kawasan TNBB di mana burung ini
tidak boleh diperjualbelikan, maupun eksitu ( di luar kawasan ),
dimana program ini dimaksudkan untuk
Transkrip Wawancara
18
mengurangi pencurian curik Bali dan menurunkan harganya di
pasaran gelap, dari sekarang Rp. 30 juta per pasang menjadi Rp. 5
juta per pasang. Dalam penangkaran eksitu, masyarakat yang berminat
untuk menangkar curik Bali dapat mengajukan ijin kepada Departemen
Kehutanan yang nantinya melalui Balai TNBB akan memberikan bibit
curik Bali ( F1) untuk ditangkarkan, dan haislnya ( F2, F3 dan
seterusnya ) dapat dijual. Dengan demikian pencurian curik Bali
akan berkurang. Penangkaran curik Bali dilakukan bekerjasama dengan
APCB ( Asosiasi Pelestari Curik Bali ) yang pusatnya di Taman
Safari Indonesia. Sedangkan penggunakan energi terbarukan dan enegi
alternatif belum dilakukan. 9. Bagaimana bentuk kemitraan antara
Balai TNBB dengan Waka Shorea serta pihak lain misalnya LSM dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Patroli bersama di darat dan laut
dengan satuan keamanan dari stakeholder lain termasuk dari Waka
Shorea, dalam wadah FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli
Pesisir ) dimana Balai TNBB juga menjadi stakeholdernya. Juga
melakukan Clean Up ( pembersihan areal pantai ) di Pulau Menjangan.
Pihak perusahaan dan atau LSM misalnya WWF memberikan sejumlah dana
untuk operasional. Pihak Balai TNBB juga melatih petugas keamanan
dari Waka Shorea mengenai cara cara pengamanan hutan serta
pelatihan pemadam kebakaran, juga melatih beberapa karyawan Waka
Shorea untuk menjadi pemandu wisata alam TNBB dan memberikan
sertifikasi. Tiap tahun, bersama dengan pemandu wisata alam dri
Balai TNBB, mereka diberi penyegaran dan pelatihan pelatihan baru.
10. Bagaimana upaya pencegahan kebakaran di TNBB Di TNBB ada
beberapa area yang rawan kebakaran, seperti di Pejarakan yang
merupakan Monsoon Forest. Juga di area yang dekat jalan raya di
mana supir truk sering membuang puntung rokok. Namun dibandingkan
dengan Taman Nasional di Kalimantan, di TNBB potensi kebakaran
relatif kecil. Sementara ini dilakukan sosialisasi pencegahan
kebakaran dengan memasang spanduk serta
Transkrip Wawancara
19
rambu rambu / papan peringatan di lokasi yang strategis, juga
beberapa rambu seperti ANDA MEMASUKI KAWASAN HUTAN LINDUNG. 11.
Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan
fauna dari TNBB. Pengunjung yang keluar dari TNBB diperhatikan
barang bawaannya, bila mencurigakan maka akan diperiksa. Untuk
mencegah hal tersebut terjadi, peran pemandu wisata alam snagat
penting untuk memperingatkan pengunjung agar tidak membawa
tumbuhan, maupun koral, dan biota laut lain dari TNBB. 12.Bagaimana
tingkat kepatuhan masyarakat di sekitar TNBB mengenai upaya
pelestarian alam. Apakah unsur budaya lokal ada pengaruhnya.
Tingkat kepatuhan d masyarakat di sekitar TNBB mengenai upaya
pelestarian alam di atas 70%, dan hal tersebut karena adanya
pendidikan dan pembinaan dari pihak Balai TNBB juga, selain dari
filosofi Hindu Trihita Karana yang salah satunya mengandung arti
keharmonisan antara manusia dengan alam sekitarnya. Justru
ketidakpatuhan seperti pencurian kayu, pengeboman ikan, datangnya
dari masyarakat luar Bali, mengingat lokasi TNBB di Gilimanuk yang
dekat dengan Banyuwangi. 13.Bagaimana upaya dalam mencegah
masyarakat sekitar wilayah PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau
perburuan liar atau kegiatan yang berakibat pada pelanggaran hukum
lainnya ? Apakah ada kerjasama dengan pihak Waka Shorea atau
stakeholder lain dalam hal ini? Ada patroli rutin di darat yang
dilakukan oleh polisi hutan di kawasan hutan TNBB. Sedangkan untuk
patroli laut umumnya bekerjasama dengan FKMPP dimana Balai TNBB dan
pengelola wilayah TNBB seperti Waka Shorea juga menjadi anggotanya.
IV. Kemitraan dalam aspek sosial
Transkrip Wawancara
20
14.Apakah Balai TNBB sendiri melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat ? Ya, dengan memberikan ternak sapi, pupuk organik,
dimana dana diperoleh dari APBN, serta pendampingan / pelatihan
dengan LSM lokal. Juga melakukan pelatihan kepada masyarakat
sebagai pemandu wisata alam TNBB. Balai TNBB melatih masyarakat
desa sekitar TNBB sebagai Pemandu Wisata Alam TNBB dan memberikan
sertifikasi sejak tahun 2008. Sertifikasi ini bertujuan untuk
menstandarisasi kemampuan pemandu wisata, dengan demikian komplain
dari wisatawan terhadap TNBB dapat dikurangi. Pemandu wisata
tersebut tergabung dalam Forum Pemandu Wisata Alam TNBB. Sampai
sekarang sudah 30 orang yang disertifikasi dan setiap tahun
dilakukan diklat, pelatihan pelatihan dan updating pengetahuan
tentang kebijakan baru, teknologi dan perkembangan terbaru. Mereka
diberi seragam biru, dan mampu berbahasa Inggris dengan belajar
secara autodidak serta diberikan pelatihan bahasa Inggris juga
dengan kerjasama dengan Dinas Pariwisata. Khusus untuk kegiatan
pemanduan, bilamana ada kunjungan dari luar yang membawa pemandu
sendiri, maka tetap harus menyewa pemandu wisata alam dari Balai
TNBB, dengan demikian kita dapat memproteksi periuk nasi para
pemandu ini. Dan dari hasil memandu, mereka bisa menyekolahkan
anaknya dan menghidupi keluarganya. 15.Bentuk kemitraan apa saja
yang dilakukan bersama Waka. Shorea dan stakeholder lain dalam
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat (pertanian, budidaya
hasil laut, kerajinan dll ) Ada budidaya rumput laut yang dilakukan
dengan FKMPP dimana hasilnya dapat menambah pendapatan masyarakat
sekitar TNBB. 16.Apakah ada upaya pendidikan konservasi alam yang
dilakukan oleh Balai TNBB bagi masyarakat di sekitar wilayah PPA
TNBB. Jelaskan. Memang pendidikan lingkungan hidup belum menjadi
muatan lokal dalam kurikulum sekolah, namun Balai TNBB sudah
melakukan upaya dengan melibatkan LSM lokal untuk pendidikan
lingkungan untuk anak SD SMA yaitu
Transkrip Wawancara
21
dengan LSM Pilang dan Seka. Dengan tujuan penyadartahuan agar
masyarakat khususnya anak anak tahu dan peduli tentang upaya
pelestarian hutan. Secara teori diajarkan di sekolah dan prakteknya
di ajak kelapangan berkeliling TNBB dengan penjelasan mengenai
flora fauna di kawasan TNBB serta upya menanam pohon. Sedangkan
untuk guru guru SMP SMA juga dilakukan pembentukan kader konservasi
khususnya guru IPA dan biologi, baik di kabupaten Jembrana maupun
Buleleng yaitu mengenai bagaimana mengelola taman nasional yang
bisa dipakai untuk pendidikan, penelitian, pariwisata dan rekreasi.
Sedangkan dengan Waka Shorea belum ada kerjasama pendidikan
lingkungan. V. Kemitraan dalam aspek ekonomi ( pengembangan
ekowisata ) 17.Bagaimana wisatawan menanggapi keberadaan pemandu
wisata alam TNBB? Wisatawan menanggapi baik dengan keberadaan
pemandu wisata alam ini, karena para pemadu ini sudah dilengkapi
dengan seragam dan mampu memandu dengan baik. 18.Bagaimana
kemitraan dengan Waka Shorea dalam hal pengembangan ekowisata ?
Waka Shorea membawa tamu-tamu ke wilayah Balai TNBB baik dalam
rangka wisata bahari maupun wisata alam, dan untuk itu akan
didampingi oleh pemandu wisata alam dari Balai TNBB. Juga para
pemandu wisata dari Waka Shorea dididik dan disertifikasi oleh
Balai TNBB. 19.Adakah wisatawan merusak flora fauna di TNBB ?
Vandalisme, perusakan tidak ada, hanya mereka suka mengumpulkan
kerang or koral pada saat diving, namun langsung ditegur dan
dijelaskan bahwa ini adalah taman nasional, sehingga tidak boleh
membawa apapun keluar dari TNBB.
Transkrip Wawancara
22
20. Bagaimana dengan jumlah pengunjung dikaitkan dengan isu
mengenai penyakit atau situasi keamanan di Bali ? Jumlah pengunjung
yang datang bisa mengalami penurunan tergantung situasi seperti ada
isu flu babi, flu burung, SAR, bom Bali dan lain lain, akan
mempengaruhi jumlah kunjungan. VI. Kendala dan harapan terhadap
pengelolaan TNBB 21. Apa kendala, tantangan dan harapan dari Balai
TNBB terhadap pengelolaan TNBB? Kendala yang dihadapi oleh TNBB
sekarang terutama adalah terkait dengan belum optimalnya
pengembangan pariwisata di kawasan Bali Barat khususnya di TNBB.
Yang menjadi tantangan kami adalah bagaimana mengubah paradigma
masyarakat, pejabat, pengusaha agar merasa memiliki taman nasional.
Sebagai contoh, pejabat selalu menanyakan, apa kontribusi TNBB
terhadap daerah ( terkait PAD ). Pada jangka pendek, kontribusi
memang kecil, namun keberadaan Taman Nasional adalah sesuatu yang
sifatnya jangka panjang, karena merupakan kegiatan konservasi.
Kalau para pejat sendiri tidak mengetahui makna konservasi, sulit
bagi mereka untuk memberikan dukungan, baik dana maupun lainnya.
Harusnya mereka mampu berpikir mengenai apa kontribusi mereka
terhadap kegiatan konservasi, dengan demikian lebih mudah
mensosialisasikannya ke masyarakat. Harapan dari Balai TNBB : (1)
Balai TNBB dapat membiayai dirinya sendiri, untuk itu diperlukan
kerjasama dengan berbagai pihak karena prinsip pengelolaan TNBB
yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumber daya
merupakan kegitan yang memerlukan kontribusi banyak pihak termasuk
pra pembuat kebijakan, dan sifatnya jangka panjang. (2) Keberadaan
TNBB harus mampu memberdayakan masyarakat sekitarnya dengan
kegiatan kegiatan yang dapat meningkatkan sumber pendapatan
mereka.
Transkrip Wawancara
23
Keterangan lebih lengkap dapat dibaca pada buku buku / leaflet
mengenai TNBB yang kami berikan kepada bapak dan ibu.Kode Informan
: B-02 Arifun Polisi Hutan Identitas Informan : Pekerjaan /Jabatan
: Hari /Tanggal
Tempat Wawancara : STPN II Buleleng Resort Teluk Brumbun, TNBB :
Rabu, 15 Juli 2009
TRA NS KR IP W AWAN CAR AEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM
MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I. Peran polisi hutan 1. Apa peran polisi hutan dalam
pengelolaan TNBB secara umum Menjaga keamanan hutan di kawasan
TNBB. 2. Ada berapa polisi hutan di Teluk Brumbun ? 14 orang
termasuk satu teknisi yang bertugas memberi makan curik Bali. 3.
Bagaimana bentuk pelatihan polisi hutan ? Polisi hutan dilatih oleh
kepolisian, dan diberi penyegaran setahun sekali, dari pihak
Kehutanan membentuk Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat yang dilatih
di Secapa di Sukabumi, dan sampai sekarang sudah 3 angkatan. II.
Pelestarian Lingkungan Hidup dan Program Kemitraan
Transkrip Wawancara
24
4. Bagaimana kegiatan patroli di kawasan ini dalam menjaga
keamanan hutan dari pencurian kayu dan perburuan satwa liar ?
Patroli darat dilakukan dengan berjalan kaki dan polisi hutan
membawa senjata. Umumnya para pencuri kayu atau pemburu satwa
langsung lari begitu melihat polisi hutan. Umumnya mereka tidak
bersenjata api, hanya membawa sabit. 5. Apakah banyak pengunjung
datang ke tempat ini ? Tidak terlalu banyak, namun pak Menteri
Kehutanan beberapa kali datang membawa tamu ke lokasi ini. Juga
mahasiswa yang melakukan penelitian. 6. Bagaimana caranya agar
pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari TNBB.
Pengunjung diberi peringatan agar tidak membawa apapun keluar dari
TNBB. Pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian di TNBB
bermaksud membawa koral, malamnya kesurupan selama beberapa jam dan
setelah dipanggilkan orang pintar setempat, dimana si mahasiswa
dimintakan maaf kepada penunggu wilayah tersebut karena tidak
mengerti dan tidak bermaksud jahat, barulah berangsur- angsur
membaik. . Jadi pengunjung harus menghargai pula unsur kepercayaan
masyarakat lokal yang ada di tempat ini termasuk terhadap hal hal
gaib. 7. Bagaimana upaya penegakan hukum yang dilakukan Balai TNBB
terhadap pelanggar hukum ? Para pelanggar hukum yang tertangkap
diserahkan ke pihak polisi, namun sebenarnya yang mengecewakan
adalah eksekusi hukuman yang seringkali tidak sesuai dengan makna
konservasi dan upaya yang sudah dilakukan. Sebagai contoh pernah
terjadi pencurian kayu untuk dibuat bonsai, sampai di meja hijau,
hakim hanya menilai berdasarkan nilai kayu yang dicuri, tanpa
mempertimbangkan nilai konservasinya. Dan pelanggar hanya dikenakan
hukuman 2 bulan 8 hari. Padahal untuk menangkapnya diperlukan
upaya
Transkrip Wawancara
25
pengintaian sampai 3 bulan. Untuk pencurian burung, sekarang
jauh berkurang karena adanya isu flu burung. 8. Bagaimana dengan
program kerjasama dengan perusahaan seperti PT. Shorea Barito
Wisata ( Waka Shorea ) dan institusi lain dalam menjaga kelestarian
lingkungan di TNBB. Program patroli laut bersama FKMPP ( Forum
Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ), diman Balai TNBB, Waka
Shorea tergabung melibatkan masyarakat sekitar TNBB. 9. Apakah ada
bantuan dari pihak luar kepada Balai TNBB, berupa apa bantuan
tersebut. Ada bantuan dari Jepang, berupa peralatan, seperti
teropong, dan alat lain, serta pengembalian curik Bali yang
ditangkar di Jepang ke sini untuk dilepas liarkan. Teluk Brumbun
merupakan salah satu lokasi pra pelepasan curik Bali. IV. Kendala
dan harapan 10.Bagaimana kendala yang ada saat ini serta tantangan
yang dihadapi dan apa saran untuk mengatasinya Kendala bagi polisi
hutan adalah kesejahteraan dan perlengkapan kerja yang kurang
memadi sedangkan tugas yang diemban cukup berat. Harapannya
tentunya ada perhatian lebih bagi pihak swasta maupun pemerintah
terhadap kesejahteraan polisi hutan. di dalamnya, serta
Transkrip Wawancara
26
Kode Informan
: C-01 Drs. Putu Tastra Wijaya, M.M
Identitas Informan :
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab.Buleleng Tempat Wawancara : Kantor Disparda Kab Buleleng di
Singaraja Hari /Tanggal : Senin, 13 Juli 2009
TRA NS KR IP W AWAN CAR AEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1.
Bagaimana peran Disbudpar Kab. Buleleng dalam mempromosikan
obyek pariwisata alam TNBB. Kabupaten Buleleng memiliki kekayaan
alam sebagai objek dan daya tarik wisata yaitu danau Tamblingan,
wisata bahari (lumba-lumba), wisata spiritual yaitu di wilayah
Buleleng Barat banyak terdapat tempat suci Hindu (Pura Pabean, Pura
Pulaki, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, dll.) Selain itu ada
kawasan Pariwisata Kalibukbuk, kawasan Pariwisata Batu Ampar di
Desa Pejarakan. Kemudian yang sangat menarik yaitu Kawasan Taman
Nasional Bali Barat. Keunikan dari objek wisata TNBB yaitu
merupakan gabungan antara hutan (perbukitan) dan laut, di Bali
lebih dikenal dengan segara gunung (perpaduan laut dan gunung).
TNBB sangat tepat untuk dijadikan ekowisata, dimana dalam ekowisata
terdapat empat unsur yang dianggap amat penting yaitu unsur pro
aktif, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup,
keterlibatan penduduk lokal, dan unsur pendidikan. Wisatawan yang
datang tidak semata-mata untuk menikmati alam sekitarnya tetapi
juga
Transkrip Wawancara
27
mempelajarinya sebagai peningkatan pengetahuan dan pengalaman.
Jadi peran Disbudpar Kab. Buleleng dalam mempromosikan obyek
pariwisata alam TNBB yaitu melalui pertemuan-pertemuan dengan
instansi terkait, media cetak, dan media elektronik 2. Apakah ada
bantuan dana dari pemerintah ( pusat maupun daerah ) dalam
pengembangan TNBB sebagai kawasan ekowisata. Kemungkinan dana untuk
itu ditangani instansi terkait, dari dispudbar tidak ada. 3.
Landasan yuridis / Kebijakan ( UU, peraturan ) apa saja yang
dipergunakan oleh Dinas Pariwisata dalam kaitan dengan pengembangan
kawasan ekowisata khususnya Taman Nasional. Landasan yuridis /
Kebijakan ( UU, peraturan ) dalam kaitan dengan pengembangan
kawasan ekowisata khususnya Taman Nasional ada di tingkat pusat
(Departemen Kehutanan). 4. Bagaimana cara Dinas Pariwisata dalam
melaksanakan kebijakan kepariwisataan seperti tertera pada no 3 di
atas. Sejauh ini tugas Disbudpar Kab. Buleleng hanya bersifat ikut
mengawasi dan memantau implementasi kebijakan. 5. Bagaimana program
kemitraan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Buleleng dengan Waka Shorea Disbudpar kabupaten Buleleng
secara umum mempunyai program program yang sifatnya mempromosikan
daerah wisata yang ada termasuk kegiatan festival seni budaya.
Pihak hotel dapat ikut mendapatkan manfaat dari hal ini. 6. Apa
yang menjadi kendala, tantangan dan saran bagi pengembangan kawasan
ekowisata khususnya TNBB Pengelolaan sebagian TNBB yang diberikan
pemerintah pusat kepada PT.Shorea Barito Wisata harus memperhatikan
beberapa hal dalam
Transkrip Wawancara
28
pengelolaan lingkungan hidup antara lain: melestarikan tatanan
lingkungan, (b) mengindahkan daya dukung lingkungan, (c) menaikkan
mutu lingkungan, (d) menggerakkan perlindungan dan pemanfaatan
keanekaragaman fauna dan flora, (e) mengkoordinasikan keterpaduan
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan dalam
pengelolaan lingkungan, (f) mengupayakan pemanfaatan ruang wilayah
secara optimal, (g ) menormalisasikan fungsi lingkungan dengan
mengurangi resiko perusakan dan pencemaran lingkungan, (h)
menggairahkan peran-peran masyarakat lokal. 7. Mengingat banyaknya
departemen / institusi yang terkait dengan pengelolaan TNBB, yaitu
Departemen Kehutanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, serta keberadaan wilayah PPA
TNBB di dua kabupaten yaitu Jembrana dan Buleleng yang tentunya
melibatkan peran kedua pemda, apakah terdapat kebijakan yang
tumpang tindih serta kerancuan dalam pengelolaan wilayah PPA TNBB.
Tentunya bisa saja terjadi kebijakan yang tumpang tindih.Untuk itu
pemerintah pusat melalui Menteri Kehutanan perlu mengajak atau
duduk bersama pemda di Tk I dan di tingkat II serta masyarakat
setempat (Desa Adat) untuk membicarakan secara detail bagaimana
sistem pengelolaan TNBB.
Transkrip Wawancara
29
Kode Informan : D-01 Identitas Informan dan jabatan : Putu
Artana( Kepala Desa Sumber Klampok), Jero Made Kampium (Klian Desa
pakraman Sumber Klampok), Moh. Djatim (Tokoh masyarakat Islam),
Rusdi Dedeg (Prajuru adat), semuanya merangkap anggota FKMPP Tempat
Wawancara : Kantor Kepala Desa Sumber Klampok,14 Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng
TRA NS KR IP W AWAN CAR AEVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN
PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM
MEWUJUDKAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
I. Kemitraan dalam aspek sosial ( pemberdayaan masyarakat ) 1.
Apakah masyarakat Desa Klampok mengetahui kehadiran Waka Shorea dan
bagaimana respon masyarakat terhadap kehadiran mereka. Apa
dampaknya bagi masyarakat setempat. Masyarakat desa Sumber Klampok
mengetahui keberadaan Waka Shorea dan walau awalnya sempat ada
friksi, namun akhirnya masyarakat menerima dengan baik, terlebih
karena banyak penduduk desa Sumber Klampok dipekerjakan sebagai
karyawan di Waka Shorea baik sebagai karyawan di dalam hotel,
tenaga keamanan, tukang perahu dan lain lain. Pada jaman krisis
sekarang ini kehadiran investor sangat diperlukan. Sebagai contoh
penangkaran mutiara yang dikelola salah satu pengusaha pariwisata
alam di TNBB sudah hampir bangkrut dan mem PHK 40 karyawannya, dan
tentunya berakibat terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Transkrip Wawancara
30
2. Bentuk kontribusi apa saja yang dilakukan oleh Waka Shorea
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan ada Waka
Shorea ada perubahan ekonomi. Pengelolaan parkir dan wisata bahari
untuk diving diserahkan kepada desa adat melalui paguyuban. Setiap
tahun manajemen Waka Shorea memberikan bantuan bibit tanaman
tahunan, seperti mangga, nangka, jeruk, dan terakhir bambu. Pada
tahun 2000 2005 pernah ada bantuan bea siswa untuk siswa SD. Juga
masyarakat desa dipekerjakan sebagai tenaga proyek pembangunan Waka
Shorea dan juga sebagai karyawan. 3. Bagaimana kontribusi pemkab
Buleleng terhadap pengembangan kawasan wisata di TNBB. Pemkab
Buleleng membangun kios kios yang dipakai berdagang oleh masyarakat
desa Sumber Klampok. Juga lahan parkir yang juga dikelola oleh
masyarakat. 4. Bagaimana kontribusi Balai TNBB dan instansi terkait
lain pemberdayaan masyarakat ? Balai TNBB memberi kesempatan
masyarakat untuk menjadi pemandu wisata alam TNBB dengan memberikan
pelatihan berkala, dan sejak tahun 2008 dilakukan sertifikasi
pemandu. Pemandu wisata alam ini tidak hanya untuk kawasan hutan
TNBB, namun juga untuk pemandu diving. Sedangkan Departemen
Pertanian dan Peternakan ada Program Hijauan Makanan Ternak ( HMT )
yaitu penanaman rumput sebagai pakan ternak di lahan tidur. Hal ini
merupakan hasil masukan Kepala Desa Sumber Klampok pada saat
Musrenbang tahun lalu. 5. Apakah ada upaya pendidikan ketrampilan
seperti bahasa Inggris dari PT. SBW atau dari instansi terkait baik
bagi masyarakat desa Sumber Klampok yang terlibat dalam kegiatan
pariwisata alam Pernah diberikan pelatihan bahasa Inggris oleh
Ausaid bekerjasama dengan dalam upaya
Transkrip Wawancara
31
Dinas Pariwisata. II. Kemitraan dalam aspek pelestarian
lingkungan 6. Bagaimana program kerjasama antara Waka Shorea dengan
desa Sumber Klampok dalam rangka memelihara kelestarian laut dan
pengendalian lingkungan hidup di sekitar wilayah PPA TNBB ?
Pengendalian lingkungan hidup dilakukan dengan patroli bersama
dengan FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) yang
beranggotakan para stakeholder TNBB termasuk masyarakat desa Sumber
Klampok dan desa desa adat, Balai TNBB, Waka Shorea, dan kadang
pihak LSM seperti WWF ikut serta, dimana satu kali patroli laut
menghabiskan dana Rp. 750.000, dan umumnya dengan kapal cepat yang
dimiliki Balai TNBB, dengan jumlah personil 6 orang. Untuk warga
desa, hanya diberi uang makan, tidak ada uang saku. 7. Bagaimana
sosialisasi yang dilakukan oleh Balai TNBB dan atau Waka Shorea
dalam pendidikan konservasi. Balai TNBB melakukan sosialiasi
mengenai pembagian zona zona TNBB, di 4 desa sekitar TNBB, dan
melibatkan masyarakat dalam penanaman pohon ( reboisasi ). Tahun
1999 pada saat reformasi sempat terjadi perambahan HPT ( Hutan
Produksi Terbatas) milik Departemen Kehutanan oleh masyarakat,
namun sekarang sudah ditanami kembali ( reforestasi). 8. Bagaimana
upaya Kepala Desa Adat dalam mencegah masyarakat sekitar wilayah
PPA TNBB melakukan pencurian kayu atau perburuan liar atau kegiatan
yang berakibat pada pelanggaran hukum lainnya ? Pelanggaran tidak
banyak dilakukan oleh masyarakat desa setempat, justru masyarakat
dari luar desa ( karena sudah dekat dengan Banyuwangi ) yang sering
tertangkap basah melakukan pelanggaran pada saat dilakukan patroli
( darat dan laut ), seperti pencurian kayu api untuk kayu bakar
karena gas elpiji sekarang mahal dan langka, penangkapan ikan
dengan bom ikan, perburuan
Transkrip Wawancara
32
hewan liar seperti curik Bali, ayam hutan, rusa, dan lain lain.
Sedangkan dari segi hukum adat, dalam awig awig adat, dicantumkan
juga pasal terkait dengan pelestarian lingkungan, dimana penduduk
desa harus ikut memelihara kelestarian TNBB, sebagai pelaksanaan
dari filosofi Hindu Tri Hita Karana, yaitu adanya keharmonisan
antara manusia dan alam sekitarnya. Selain itu TNBB merupakan hal
yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Awig awig
lingkungan ini sangat ditaati oleh warga Hindu, sedangkan
masyarakat non Hindu juga menghormati awig awig ini. 9. Bagaimana
upaya penegakan hukum bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran
terkait pertanyaan no 4? Dari segi adat, ada denda Rp. 100.000 bagi
pelanggar, dan diarak keliling desa diiringi pukulan gong. Dari
segi hukum, pelanggar disuruh membuat surat pernyataan dan
menandatanganinya. Apabila kedapatan berbuat lagi, maka akan
diserahkan kepada Balai TNBB untuk diproses lebih lanjut. Namun
bila yang menangkap adalah pihak Balai TNBB, maka akan diproses
lebih lanjut dan masyarakat desa menyerahkan sepenuhnya kepada
kebijakan Balai TNBB terhadap si pelanggar. III. Kendala, tantangan
, harapan 10.Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat
Desa Sumber Klampok terhadap keberadaan Waka Shorea dalam mengelola
TNBB? Kendala yang ada saat ini adalah belum adanya SMA / SMK di
desa Sumber Klampok. Kami lebih mengharapkan dibangunnya SMK
Kehutanan, mengingat lokasinya yang berada di kawasan TNBB,
sehingga lulusannya dapat menjadi tenaga terpakai di Balai TNBB
atau dapat bekerja sebagai pemandu. Harapan ke depan adalah
bagaimana di saat krisis seperti ini, dengan melihat potensi
pariwisata yang ada, bisa mengundang investor untuk membangun
hotel, dan sarana prasarana pariwisata lain, sehingga penduduk desa
tidak
Transkrip Wawancara
33
hanya mengandalkan lahan pertanian, namun juga bisa bekerja
sebagai karyawan hotel. Mengingat TNBB merupakan kawasan yang unik,
dimana hewan hewan liar bisa mendekat ke kawasan hotel sepanjang
mereka tidak diganggu, sehingga ada keseimbangan alam tetap
terjaga.
Transkrip Wawancara
34
Informan Code Job / Title :
: E-01
Informan Identity : A group of Austrian tourists Country of
Origin : Austria Place of Interview : Waka Shorea Resort and Spa
Day / Date : Monday 13 July 2009
INTE RVI EW TR ANS CR IPTEVALUATION OF THE PARTNERSHIP POLICY ON
NATURE TOURISM CONCESSION OF WEST BALI NATIONAL PARK IN ACHIEVING
SUSTAINABLE DEVELOPMENT I. Regarding tourist data and information
1. How do you know about West Bali National Park, especially the
area where you ar staying ( in Wakanamya Resort and Spa ). We knew
this resort from our travel agent in Nederland. This place is
serene and quiet and we need place where we can sit back and relax.
2. How many times have you been visiting Indonesia ? This is our
first visit to Indonesia. 3. What makes you interested in visiting
West Bali National Park ( TNBB ). It is remote and secluded, away
from the huzzle and buzzle of Kuta or other resort areas. Also,
limited numbers of bungalows and villas make the guests enhance the
privacy setting here.
Transkrip Wawancara
35
II.
Regarding environmental management in TNBB especially in Waka
Shorea Resort and Spa area
4. From what you see in TNBB, is there any programs you know
concerning climate change, such as : a. Energy efficiency : hotel
guests must turn off the lights, AC when leaving the room. b. Water
efficiency : hotel guests must turn not let the water run from the
tap while it is not being used. c. Use towel more than one day to
save water and usage of less detergent. d. Renewable energy usage :
solar, water, wind etc. Theres a reminder sign inside the room,
being hung in the bathroom door,regarding energy and water
efficiency. Hotel guests are expected to use electricity and water
effciently. So far no sign of renewable energy being used here.
III. Regarding accommodation, transportation, electricity, roads to
TNBB especially the ones to Waka Shorea Resort and Spa area. 5. How
is the condition of the accommodation and restaurant , gift shops
in Waka Shorea Resort and Spa according to your standard, either in
location, price, numbers of rooms etc. Does it meet your standard?
Please explain. The beach is clean and unspoiled but the bungalow
area should be more tidy and needs more vegetation so it can look
greener. The food is good, number of rooms should be kept minimal
while service should be maintained or enhanced. The hospitality is
good. 6. What kind of traveling package available in Waka Shorea
that you you know : We havent checked everything but we know that
trekking, bird watching, kayaking, swimming, snorkeling,diving are
available here.
Transkrip Wawancara
36
IV. Current challenges dan suggestions 7. What do you think are
the obstacles and challenges in managing TNBB nowadays. TNBB is far
from Denpasar and it takes 3 hours to get here. Also, Waka Shorea
and TNBB are not yet well promoted so not many people know this
place. 8. Can you give suggestions of what should be done by TNBB (
under the Ministry of Forestry) and Waka Shorea Management to
preserve biodiversities in TNBB and manage TNBB in general. TNBB
needs more conservation programs and should be more actively
collaborate with varied institutions especially foreign NGOs
concerning sustainable development.
Transkrip Wawancara
37