Toksikologi dan cara Penanganan penderita keracunan -Selamat datang di ID Medis-Website Kesehatan . Sebenarnya artikel ini lebih saya tujukan untuk para mahasiswa Jurusan kesehatan. Namun tidak ada salah nya juga Anda Semua pengunjung blog ini membaca artikel ini Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan anda tentang gejala dan penyebab keracunan serta bagaimana cara memberikan pertolongan yang tepat apabila ada anggota keluarga anda yang mengalami keracunan (cara penanggulangan penderita keracunan). Oke sebelum kita membahas lebih jauh ada baiknya kita mengulas definisi toksikologi dan penyebabnya serta gejala-gejala nya. Definisi Toksikologi ( keracunan ) Toksikologi merupakan sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang keracunan, baik penyebab, diagnosis serta cara penanganan penderita keracunan. Banyak hal yang bisa membuat orang mengalami keracunan, seperti keracunan makanan, keracunan obat, keracunan jamur dan bakteri serta keracunan zat-zat kimia lainnya. Prinsipnya setiap zat kimia yang masuk kedalam tubuh merupakan zat asing yang sering disebut Xenotik. Salah satu contoh xenotik yaitu obat. normalnya obat tidak berbahaya namun perlu di ingat Semua zat kimia yang yang ada didalam tubuh pada dasarnya bersifat racun hanya saja terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian nya. Penyebab dan jenis-jenis Keracunan 1. Keracunan Obat-obatan, Bisa karena kesalahan pada dosis pemberian atau cara penggunaan yang tidak benar sehingga menyebabkan keracunan obat. 2. Keracunan Bahan kimia, Contoh bahan kimia yang paling sering menjadi penyebab keracunan di indonesia seperti insektisida yang kurang hati-hati Sehingga beresiko terjadinya keracunan zat kimia .
74
Embed
Toksikologi Dan Cara Penanganan Penderita Keracunan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Toksikologi dan cara Penanganan penderita keracunan -Selamat datang di ID Medis-Website Kesehatan. Sebenarnya artikel ini lebih saya tujukan untuk para mahasiswa Jurusan kesehatan. Namun tidak ada salah nya juga Anda Semua pengunjung blog ini membaca artikel ini Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan anda tentang gejala dan penyebab keracunan serta bagaimana cara memberikan pertolongan yang tepat apabila ada anggota keluarga anda yang mengalami keracunan (cara penanggulangan penderita keracunan). Oke sebelum kita membahas lebih jauh ada baiknya kita mengulas definisi toksikologi dan penyebabnya serta gejala-gejala nya.
Definisi Toksikologi ( keracunan )
Toksikologi merupakan sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang keracunan, baik penyebab, diagnosis serta cara penanganan penderita keracunan. Banyak hal yang bisa membuat orang mengalami keracunan, seperti keracunan makanan, keracunan obat, keracunan jamur dan bakteri serta keracunan zat-zat kimia lainnya.
Prinsipnya setiap zat kimia yang masuk kedalam tubuh merupakan zat asing yang sering disebut Xenotik. Salah satu contoh xenotik yaitu obat. normalnya obat tidak berbahaya namun perlu di ingat Semua zat kimia yang yang ada didalam tubuh pada dasarnya bersifat racun hanya saja terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian nya.
Penyebab dan jenis-jenis Keracunan
1. Keracunan Obat-obatan, Bisa karena kesalahan pada dosis pemberian atau cara penggunaan yang tidak benar sehingga menyebabkan keracunan obat.
2. Keracunan Bahan kimia, Contoh bahan kimia yang paling sering menjadi penyebab keracunan di indonesia seperti insektisida yang kurang hati-hati Sehingga beresiko terjadinya keracunan zat kimia.
3. Keracunan makanan, Banyak juga jenis-jenis makanan yang bisa menyebabkan keracunan, salah satunya adalah sianida yang terdapat pada singkong, atau ichtyosarcotoxion pada ikan dan juga singkong yang bisa menyebabkan penyumbatan pada tubuli ginjal sehingga menimbulkan hematuria dan anuria.
4. Keracunan bakteri atau jamur, contohnya seperti Toksin botulinus yang terdapat pada makanan kaleng yang sudah rusak, atau pun enterotoksin yang terdapat pada makanan-makanan yang sudah basi.Advertisement
5. Accidental Poisoning, Ini merupakan keracunan yang terjadi karena tanpa disengaja atau pun akibat kecelakaan, Jenis Keracunan ini biasa terjadi pada anak-anak balita yang sering memasukkan benda-benda yang dijumpainya kedalam mulut.
Tanda Gejala dan diagnosis keracunan
1. Tingkat Kesadaran penderita Keracunan
Tingkat Kesadaran merupakan Petunjuk penting untuk mengetahui beratnya keracunan yang dialami oleh penderita. derajat tingkat keracunan didalam toksikologi dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kesadaran pasien :
Keracunan Tingkat 1 : penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah di ajak berbicara
Keracunan Tingkat 2 : Penderita dalam keadaan sopor, tetapi dapat dibangunkan dengan rangsangan minimal seperti panggilan atau digoyangkan lengannya.
Keracunan Tingkat 3 : Penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap rangsangan maksimal seperti dengan menggosok tulang dada dengan keras menggunakan kepalan tangan.
Keracunan Tingkat 4 : Penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap rangsangan seperti diatas. ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam keselamatan jiwa.
2. Gejala Respirasi penderita keracunan
Pada banyak kasus keracunan seringkali adanya hambatan pada jalan nafas yang dapat menyebabkan kematian, ini merupakan hal yang wajib dan salah satu cara menolong orang keracunan yaitu dengan memastikan jalan nafas tetap terbuka dan bersihkan/ keluarkan / bebaskan jalan nafas nya jika memang ada hambatan. cara nya akan dijelaskan dibawah pada bagian cara menangani penderita keracunan.
3. Tekanan darah dan jantung penderita keracunan
Syok terjadi karena depresi dan berkurangnya curah jantung dan terkadang berhentinya denyut jantung
4. Sebagian penderita keracunan mengalami kejang
Kejang ini merupakan pertanda terhadap adanya respon dari SSP atau medula spinalis atau Hubungan saraf-saraf otot. Selain itu beberapa gejala keracunan yang lain adalah Retensio urin, Diare, Mual-muntah dan adanya kerusakan ginjal dan hati yang dibuktikan dengan tes laboratorium.
Terapi dan cara penanganan penderita keracunan
Untuk cara penanganan pasien keracunan pertama yang bisa anda lakukan, Usahakan penderita Memuntahkan berilah baskom untuk menampung, setelah itu berilah Air minum yang banyak. karena air sangat membantu untuk menetralisir Racun yang ada dalam tubuhnya. dan segeralah mencari pertolongan medis. namun ada beberapa hal yang harus anda perhatikan yaitu :
1. Jalan nafas
Sering terjadi penyumbatan jalan nafas pada penderita keracunan akibat sekresi air liur dan bronkus yang menyumbat. Untuk penatalaksaannya bersihkan mulut dan jalan nafas dari sisa muntahan atau air liur dan selalu miringkan penderita secara bergantian pada sisi kiri dan kanan.
2. Bila keracunan terjadi melalui kulit segera bilas dan bersihkan dengan air, namun jika keracunan melalui mulut seperti konsumsi obat yang tidak tepat atau karena zat-zat kimia berbahaya yang masuk melalui mulut maka ada tiga cara untuk mengeluarkannya, dengan menimbulkan muntah, memberikan pencahar dan melalui bilas lambung, ini mungkin lebih ke penanganan medis.
Untuk cara penanggulangan keracunan lebih lanjut akan saya bahas pada artikel selanjutnya agar lebih lengkap tentang tata cara pertolongan pertama pada penderita keracunan Sesuai dengan jenisnya seperti keracunan melalui makanan, keracunan obat-obatan, dan jenis-jenis keracunan lainnya. Sekian dulu Update kali ini semoga bermanfaat buat semuanya.
Toksikologi
Definisi
Toksikologi adalah : ilmu yang mempelajari toksin mulai dari sifat fisis dan kimia, cara masuk,
mekanisme kerja, gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditimbulkannya pada korban hidup atau meninggal
dunia, mendeteksi serta antidotumnya.
Toksin adalah zat kimia yang dalam dosis kecil pun di dalam tubuh sudah menimbulkan gangguan
biokimia dan gangguan faal.
Toksin menurut UU atau hukum adalah zat yang dapat membuat seseorang menjadi lemah, tidak bisa
bekerja atau sampai dapat menimbulkan kematian.
Toksin dibedakan dengan :
a. Allergen : suatu zat yang bersifat alergi terhadap seseorang, artinya bersifat individual (tidak
untuk semua orang)
b. Obat yaitu zat kimia yang digunakan untuk tujuan menyembuhkan seseorang dengan dosis yang
tepat (therapeutic dose) dan obat dapat menjadi toxin jika over dosis atau lethal dose
c. Drug abuse adalah penggunaan obat yang bertujuan bukan untuk terapi/ pengobatan melainkan
untuk efek lain, mungkin maksudnya dapat diberikan pada orang sehat dengan tujuan tertentu
dalam dosis tertentu, mencapai suatu kesenangan atau kenikmatan sesaat yang akhirnya nanti
akan berbahaya bagi pemakai obat tersebut (narkotik, ganja dsb)
Pembagian ToksikologiToksikologi sendiri dibagi menjadi 3 cabang yaitu :
1. clinical toxicology : ilmu yang mempelajari toksin yang digunakan dokter dalam bidang klinik untuk
pengobatan. Hal ini dilakukan oleh para dokter di RS maupun di Puskesmas.
2. environment toxicology : ilmu yang mempelajari toksin yang berhubungan dengan lingkungan hidup,
misalnya kadar mercuri, arsen di sungai tercemar yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas)
3. forensic toxicology : ilmu yang mempelajari toksin yang berhubungan dengan kasus kriminal, dimana
dalam hal ini penekanannya pada mendeteksi toksin yang terdapat pada korban yang diduga kasus
kriminal tersebut.
Forensic toksikologi walaupun lebih banyak penekanannya untuk mendeteksi toksin pada korban tetapi
dokter yang menangani kasus (dalam hal ini dokter forensik) harus juga dituntut untuk mengetahui
secara sempurna toksikologi seperti yang diuraikn diatas (sifat fisis, kimia, mekanisme kerja, cara masuk,
dll).
Pembagian toksin :
berdasarkan sifat kimia
pembagian ini sangat rumit dan sulit untuk dipelajari apalagi dihapal, misalnya : asam pekat, basa pekat,
logam berat, gas, dll
berdasarkan cara kerja
a. lokal
- zat korosif : lisol, asam kuat dan basa kuat
- iritan : HgCl2, arsen
- zat anestetik : cocain
b. general
- barbiturat
- narkotik
- dll
c. setempat dan umum
- asam oksalat
- asam karbol
- garam Pb
berdasarkan sumber dan tempat dimana racun didapat :
a. racun yang terdapat dalam rumah tangga : desinfektan, detergen, insektisida
b. racun yang terdapat di lapangan pertanian atau perkebunan : insektisida, herbisida dan lain lain
c. racun yang terdapat di dunia kedokteran atau pengobatan : hipnotik, sedativa, obat penenang, anti
depresan dan antibiotika
d. racun yang banyak dipakai di laboratorium atau industri : asam-asam dan basa kuat, logam berat dan
lain-lain
e. racun yang terdapat di alam bebas : opium, ganja, racun singkong (sianida) dan racun-racun pada jamur
serta binatang
4. Berdasarkan cara masuk :
1. melalui mulut ( per-oral, ingesti )
2. melalui saluran pernapasan (inhalasi)
3. melalui suntikan (parenteral, injeksi)
4. melalui kulit yang sehat / intact atau kulit yang sakit
5. melalui dubur atau vagina (per-rektal atau per-vaginal)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA RACUN
Berat ringannya akibat yang dihasilkan oleh racun yang masuk kedalam tubuh seseorang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
A. Cara pemberian
Berdasarkan cara pemberian, maka pada umumnya racun yang akan paling cepat bekerja pada tubuh,
jika masuk secara inhalasi, lalu secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa dan yang
paling lambat melalui kulit yang sehat.
B. Keadaan tubuh
1. anak atau dewasa
2. kesehatan
3. kebiasaan / habit
4. hipersensitif
C. Toksinnya sendiri
1. dosis / konsentrasi
2. bentuk dan kombinasi fisik
3. addisi dan sinergisme
4. susunan kimia
5. antagonisme
Kita mencurigai suatu kasus kematian karena racun bila :
1. korban mati mendadak 1 orang atau lebih bersamaan atau tak beberapa lama kemudian
2. korban mati setelah makan atau minum tak lama kemudian
3. pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda khas meninggal oleh karena suatu racun
4. kita tak tahu sama sekali sebab kematiannya
5. ditemukannya racun pada tempat kejadian sehingga memerlukan kecurigaan
Diferensial diagnosa dari kematian mendadak kecurigaan racun adalah kematian mendadak oleh
penyakit natural sudden death
Jika kita tak tahu pasti apa penyebabnya, sedangkan korban sudah harus dikuburkan maka ”Curry” menganjurkan untuk mengambil organ untuk pemeriksaan.
Adapun tujuannya :
1. supaya kita dapat bekerja tenang dan banyak waktu
2. agar tidak kehilangan materi pemeriksaan
3. menganjurkan untuk mengambil organ atau darah lebih banyak untuk diperiksa, bisa bertahan lama
(agar dapat bahan walaupun mayat sudah dikubur)
pengambilan bahan-bahan menurut ”Curry” :
1. isi lambung (muntahan), lambung
2. usus halus 60 cm
3. usus besar 60 cm
4. ginjal 1 buah Pengawet alkohol 96 %
5. limfa
6. hati 1 lobus
7. paru 1 lobus
8. otak
9. urine dengan pengawetan benzoat 2 %
10. darah 20 cc- 30 cc pengawet dengan NaFl 1 %
11. kontrol berisi alkohol 96 %
dipisahkan masing-masing jaringan. Hal ini untuk menentukan sampai dimana toksin itu masuk, juga
untuk menentukan sudah berapa lama toksin itu masuk peroral.
Syarat-syarat pengiriman sampel/jaringan untuk pemeriksaan toksikologi kehakiman adalah sebagai
berikut :
I. wadah berdinding gelas diusahakan bermulut lebar
II. masing-masing stoples berisi satu jaringan atau organ
otak
- lambung
- usus halus 60 cm diberi pengawet alkohol 96 %
- usus besar 60 cm
- ginjal 1 buah
- limfa
- hati 1 lobus diberi pengawet alkohol 96 %
- paru 1 lobus
Satu stoples diberi alkohol 96 % sebagai kontrol.
darah : pengawet NaFl 1 %
urine : pengawet Na benzoat
III. diberi label dan bersegel
IV. dibuat berita acara penyegelan pada barang bukti bersama polisi dengan ditandatangani polisi yang
bertugas dan dokter.
Pada kasus-kasus oleh karena makanan atau minuman, bahan tersebut diambil untuk mengetahui racun
apa yang ada disana lalu di test di laboratorium. Jika dengan laboratorium tidak juga diketahui, maka
semua test yang ada di laboratorium dicoba. Tidak diketahui juga maka dicoba pada binatang. Jika
hewan tersebut mati berarti ada sesuatu pada makanan tersebut. Cara ini yang paling terutama di
daerah-daerah.
Jika kita juga tidak tahu apa-apa dan secara patologi anatomi tidak mencurigakan maka tanyakan pada
yang lain atau dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
Cara mendeteksi suatu toksin :
1. Test kimia : melihat perubahan warna, PH endapan
2. Thin Layer Chromatografi
3. Gas Chromatograpi (paling bagus)
4. Spektrofotometri
5. Test imunologi
6. Test binatang
PENDAHULUAN
Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya sedikit
yang fatal. Sebagian kematian disebabkan oleh bunuh diri dengan mengkonsumsi obat secara
overdosis oleh remaja maupun orang dewasa. Kematian pada anak akibat mengkonsumsi obat
atau produk rumah tangga yang toksik telah berkurang secara nyata dalam 20 tahun terakhir,
sebagai hasil dari kemasan yang aman dan pendidikan yang efektif untuk pencegahan keracunan.
Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat perawatan medis yang cepat
dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang tepat, baik dan hati-hati pada korban yang
keracunan menjadi titik penting dalam menangani korban.
DEFINISI DAN ISTILAH DALAM TOKSIKOLOGI
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan berbagai bahan
kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah kedokteran, toksikologi
didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia akibat paparan bermacam obat dan unsur
kimia lain serta penjelasan keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
bahan kimia tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan
fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen toksikologi.
Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan
cara pemberian. Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah
racun; tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada
tahun 1564 Paracelsus telah meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan, bahwa
dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit venenum). Pernyataan
Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan. Sekarang dikenal banyak faktor yang
menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor utama yang paling penting.
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai kemampuan
bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas merupakan istilah kualitatif,
terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada jumlah unsur kimia yang terabsopsi.
Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi
atau tempat tertentu; kondisi penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama.
Untuk menentukan bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar
paparan yang diterima individu. Manusia dapat dengan aman menggunakan unsur berpotensi
toksik jika menaati kondisi yang dibuat guna meminimalkan absopsi unsur tersebut. Risiko
didefinisikan sebagai kekerapan kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang tidak diinginkan
akibat paparan berbagai bahan kimia atau fisik.
Istilah toksikokinetik merujuk pada absopsi, distribusi, ekskresi dan metabolisme toksin,
dosis toksin dari bahan terapeutik dan berbagai metabolitnya. Sedangkan istilah toksikodinamik
digunakan untuk merujuk berbagai efek kerusakan unsur tersebut pada fungsi fital.
ETIOLOGI
Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan berbagai
macam obat dan zat kimia, karena praktis setiap zat kimia mungkin menjadi penyebabnya.
Secara ringkas klasifikasi keracunan sebagai berikut:
Menurut cara terjadinya
1. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan pengetahuan bahwa
dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya terjadi karena kekurang hati-hatian
dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi pada remaja yang ingin coba-coba menggunakan obat,
tanpa disadari bahwa tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
2. Attempted poisoning
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau
pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan dosis.
3. Accidental poisoning
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan sama sekali.
Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena kebiasaannya memasukkan segala
benda ke dalam mulut.
4. Homicidal piosoning
Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni seseorang.
Menurut waktu terjadinya keracunan
1. Keracunan kronis
Diagnosis keracunan ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan lama sesudah pajanan.
Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis yang relatif kecil.
2. Keracunan akut
Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara mendadak setelah
makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini biasanya terjadi pada banyak orang
(misal keracunan makanan, dapat mengenai seluruh anggota keluarga atau bahkan seluruh warga
kampung). Pada keracunan akut biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan sindrom
penyakit, oleh karena itu harus diingat adanya kemungkinan keracunan pada sakit mendadak.
Menurut alat tubuh yang terkena
Keracunan digolongkan menurut organ tubuh yang terkena, misal racun pada SSP, racun
jantung, racun hati, racun ginjal dan sebagainya. Suatu organ cenderung dipengaruhi oleh banyak
obat, sebaliknya jarang terdapat obat yang mempengaruhi /mengenai satu organ saja.
Menurut jenis bahan kimia
1. Alkohol
2. Fenol
3. Logam berat
4. Organofosfor
Pengklasifikasian bahan toksik yang menjadi penyebab keracunan adalah sebagai berikut:
Menurut keadaan fisik : gas, cair, debu
Menurut ketentuan label : eksplosif, mudah terbakar, oksidizer
Menurut struktur kimiawi : aromatik, halogenated, hidrokarbon, nitrosamin
Menurut potensi toksik : super toksik, sangat toksik sekali, sangat toksik, toksik,
agak toksik
METODE KONTAK DENGAN RACUN
Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh berbeda menurut situasi paparan. Metode kontak
dengan racun melalui cara berikut:
Tertelan
Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus: overdosis obat,
pestisida
Topikal (melalui kulit)
Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan sistemik. Kasus ini biasanya terjadi di tempat
industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat
Topikal (melalui mata)
Efek spesifiknya pada mata dan bisa menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam dan basa, atropin
Inhalasi
Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan keracunan sistemik.
Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat industri. Contoh : atropin, gas
klorin, CO (karbon monoksida)
Injeksi
Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam tubuh bisa melalui
intravena, intramuskular, intrakutan maupun intradermal.
EFEK TOKSIK
Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian penting dalam
toksikologi, karena setiap zat kimia yang baru akan digunakan harus diuji toksisitas dan
keamanannya. Seabelum suatu obat dapat digunakan untuk indikasi tertentu, harus diketahui
dulu efek apa yang akan terjadi terhadap semua organ tubuh yang sehat. Jarang obat yang hanya
mempunyai satu jenis efek, hampir semua obat mempunyai efek tambahan dan mampu
mempengaruhi berbagai macam organ dan fungsi fital. Efek yang menonjol, biasanya merupakan
pegangan dalam menentukan penggunaan, sedangkan perubahan lain merupakan efek samping
yang bahkan bisa menyebabkan toksik. Biasanya reaksi toksik merupakan kelanjutan dari efek
farmakodinamik. Karena itu, gejala toksik merupakan efek farmakodinamik yang berlebihan.
Reaksi toksik berbeda secara kualitatif, tergantung durasi paparan. Paparan tunggal atau
paparan berulang yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut paparan akut. Paparan yang
terjadi kurang dari 14 hari merupakan paparan sub-akut. Paparan sub-kronis bila terpapar selama
3 bulan dan disebut paparan kronis bila terpapar secara terus-menerus selama lebih dari 90 hari.
Efek toksik pada paparan kronis dapat tidak dikenali sampai setelah paparan terjadi berulang
kali.
Kemunculan efek toksik sesudah paparan akut dapat terjadi secara cepat maupun terjadi
setelah interval tertentu. Efek yang seperti ini disebut sebagai delayed toxicity (toksisitas
tertunda). Adapun efek berbahaya yang timbul akibat kontak dengan konsentrasi rendah bahan
kimia dalam jangka waktu lama disebut low level, long term-exposure (paparan jangka lama,
tingkat rendah). Efek berbahaya, baik akibat paparan akut maupun kronis, dapat bersifat
reversibel maupun ireversibel. Riversibilitas relatif efek toksik tergantung daya sembuh organ
yang terkena.
Manusia bisa melakukan kontak dengan beberapa bahan kimia berbeda secara bersamaan
ataupun sekuensial. Efek biologis akibat paparan campuran beberapa bahan dapat digolongkan
sebagai adiktif, sinergitik, potensiasi, antagonistik dan toleransi. Pada potensiasi, satu dari dua
bahan tidak menimbulkan toksik, namun ketika terjadi paparan kedua bahan tersebut, efek toksik
dari bahan yang aktif akan meningkat. Kondisi sinergistik dua bahan yang mempunyai sifat
toksik sama atau salah satu bahan memperkuat bahan yang lain, maka efek toksik yang
dihasilkan lebih bahaya. Antagonistik merupakan dua bahan toksik yang mempunyai kerja
berlawanan, toksik yang dihasilkan rendah/ringan. Toleransi merupakan keadaan yang ditandai
oleh menurunnya reaksi terhadap efek toksik suatu bahan kimia tertentu. Biasanya efek toksik
campuran bahan kimia bersifat aditif.
INDEK TERAPEUTIK
Indek terapeutik adalah rasio antara dosis toksik dan dosis efektif. Indek ini
menggambarkan keamanan relatif sebuah obat pada pengunaan biasa. Indeks terapeutik suatu
dosis diperlukan, karena terapi yang dijalankan dapat menimbulkan efek. Diperkirakan sebagai
rasio LD 50 (dosis letal pada 50 % kasus) terhadap ED 50 (dosis efektif pada 50% kasus). Dalam
praktik, sebuah substansi dikatakan memiliki indeks terapeutik “tinggi” atau “rendah”.
Penggunaan terapi obat sebaiknya mempunyai ED yang lebih besar daripada LD. Obat yang
mempunyai indek terapeutik lebar biasanya tidak memerlukan pemantauan obat terapeutik.
Pemantauan obat terapeutik biasanya dilakukan pada obat yang mempunyai indek terapeutik
sempit. Tujuan dari pemantauan obat terapeutik adalah:
Mengevaluasi kepatuhan klien terhadap terapi yang diberikan
Untuk mengetahui apakah obat lain sudah mengubah konsentrasi obat
Untuk menentukan respon tidak efektif terhadap obat tertentu
Untuk menentukan kadar obat dalam serum apabila dosis obat diubah.
Setiap zat kimia, bila diberikan dengan dosis yang cukup besar akan menimbulkan
gejala-gejala toksis. Gejala-gejala ini pertama-tama harus ditentukan pada hewan coba melalui
penelitian toksisitas akut dan subkronik. Penelitian toksisitas akut diutamakan untuk mencari
efek toksik, sedangkan penelitian toksisitas kronik untuk menguji keamanan obat. Penilaian
keamanan obat dapat dilalukan melalui tahapan berikut:
Menentukan LD 50
Melakukan percobaan toksisitas akut dan kronik untuk menentukan no effect level
Melakukan percobaan karsinogenisitas, teratogenesis dan mutagenisitas.
PENATALAKSANAAN DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN
Orang sering menghubungkan racun dengan antidotnya, padahal sebenarnya hanya ada
sedikit antidot spesifik. Penanganan yang tepat dan hati-hati akan mencegah kondisi korban
menjadi lebih fatal. Seorang perawat dalam menangani kasus keracunan ini bisa berperan dalam
proses pengkajian, perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Pada pengelolaan pasien
keracunan yang paling penting adalah penilaian klinis, meskipun sebab keracunan belum
diketahui. Hal ini disebabkan karena pengobatan simtomatis sudah dapat dilakukan terhadap
gejala-gejalanya. Diantaranya yang sangat penting pada permulaan keracunan adalah penilaian
kesadaran dan respirasi. Kesadaran merupakan petunjuk penting tentang beratnya keracunan.
Tingkat kesadaran dalam toksikologi dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
Tingkat I : penderita ngantuk tapi mudah diajak bicara
Tingkat II : penderita dalam keadaaan sopor, dapat dibangunkan dengan rangsang
minimal, misalnya bicara keras-keras atau menggoyang lengan
Tingkat III : penderita dalam keadaan soporokoma, hanya dapat bereaksi dengan
rangsang maksimal, yaitu dengan menggosok sternum dengan kepalan tangan.
Tingkat IV : penderita dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsang maksimal.
Rencana tindakan untuk pasien keracunan meliputi:
Stabilisasi
Perawatan pasien keracunan diarahkan untuk stabilisasi masalah-masalah mendesak jalan nafas
yang mengancam hidup, pernafasan dan sirkulasi. Langkah-langkah stabilisasi adalah sebagai
berikut:
1. Kaji dan tangani jalan nafas
2. Kaji dan kontrol perdarahan. Cegah dan tangani syok dengan pemberian produk
darah jika perlu.
3. Kaji terhadap adanya cidera yang berkaitan dengan proses penyakit lain
4. Kaji, tetapkan, tangani status asam basa dan elektrolit.
5. Kaji status jantung
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan singkat, dengan penekanan pada wilayah-wilayah yang
mungkin memberi petunjuk ke arah diagnosis toksikologi, meliputi:
1. Tanda-tanda vital
Evaluasi yang teliti terhadap tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu dan tingkat kesadaran.
2. Mata
Mata merupakan sumber informasi yang penting untuk toksikologis, karena beberapa kasus
toksikologis menyebabkan perubahan pada mata. Tetapi dalam menentukan prognosis keracunan
gejala ini tidak bisa dijadikan pegangan.
3. Mulut
Mulut mungkin menunjukkan tanda-tanda terbakar yang disebabkan oleh unsur korosif atau
mungkin menunjukkan bekas tertentu yang menjadi cirikas dari suatu bahan toksik.
4. Kulit
Kulit sering menunjukkan adanya kemerahan atau keluar keringat yang berlebihan.
5. Abdomen
Pemeriksaan abdomen bisa menunjukkan adanya ileus, bising usus yang hiperaktif, dan kejang
abdomen. Perubahan bising usus biasanya menyertai perubahan tingkat kesadaran. Pada
kesadaran tingkat III biasanya bising usus negatif, dan pada tingkat IV selalu negatif, sehingga
pemeriksaan ini bisa dipakai untuk mencocokkan tingkat kesadaran, misalnya pada orang yang
bersimulasi.
6. Sistem saraf
Seizure fokal atau defisit motorik menunjukkan adanya lesi struktural daripada toksik atau
ensefalopati metabolik.
Pada intinya penanganan awal pada kasus keracunan adalah menangani masalah ABC,
bukan mencari penyebab keracunannya apa, baru setelah kondisi stabil dicari penyebab
keracunan.
Riwayat umum
Setelah pasien berhasil distabilkan, upaya-upaya untuk mendapatkan riwayat pemajanan bisa
dilakukan. Riwayat tersebut bisa diperoleh dari pasien sendiri, angota keluarga, teman-teman,
para penyelamat dan saksi. Hal terpenting adalah mengidentifikasi bahan toksik, jumlah dan
waktu pemajanan, alergi atau penyakit yang mendasari, dan apakah tindakan pertolongan
pertama yang telah dilakukan.
Identifikasi keberadaan sindrom toksik
Adanya sindrom toksik dapat membantu menegakkan diagnosa banding dengan mengusulkan
berdasarkan kelas dari racun yang mungkin mengenai korban. Lima sindrom toksik yang sering
obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
Kelebihan :
untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
mencegah “first-pass effect”,
untuk efek sistemik, menyerupai IV infuse (zero-order),
kekurangan :
secara kosmetik kurang menarik,
absorbsi tidak menentu.
2.5Cara Menyimpan Obat
Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat
akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan
berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan
bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun
berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau
terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan
dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif dalam suatu
sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak
dan obat harus dibuang.
Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang
sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat
yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan
warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin.
Lama penyimpanan obat
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang
mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di
lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan
salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat
biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur.
Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan
rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes
mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung
atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah
digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok
ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian
hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila
kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di
bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila
kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila
obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai
Jangka waktu penyimpanan
tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan
salep/pasta (tube)
serbuk/tabor
pil
krim/gel (tube)
larutan tetesan
suspensi
3 tahun
1 tahun
1 tahun
6 bulan
6 bulan
6 bulan
salep/pasta
pot cairan untuk kulit
tet .telinga
tet/sempr.hidung
krem (pot)
tet/bilasan mata
6 bulan
6 bulan
6 bulan
3 bulan
3 bulan
1 bulan
2.6 Proses Keperawatan Pemberian Obat
1. Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon potensial terhadap terapi obat,
perawat mengkaji banyak faktor.
Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau
gangguan membuat klien berisiko terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang
klien mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka senyawa yang
mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat
pembedahan klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah tiroidektomi ,
seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute
pemberian, efek samping, dan implikasi keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
Beberapa sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang
diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku yang
memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai rujukan cepat.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali
enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien mengalami
ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien
yang mendukung bukti ketergantungan obat.
2. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya dalam menggunakan obat
secara mandiri, dan pola penggunaan obat.
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Kurang informasi dan pengalaman
2. Keterbatasan kognitif
3. Tidak mengenal sumber informasi
Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Sumber ekonomi yang terbatas
2. Keyakinan tentang kesehatan
3. Pengaruh budaya
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1. Penurunan kekuatan
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1. Pandangan kabur
Ansietas yang berhubungan dengan :
1. Status kesehatan yang berubah atau terancam
2. Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3. Pola interaksi yang berubah atau terancam
Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1. Kerusakan neuromuscular
2. Iritasi rongga mulut
3. Kesadaran yang terbatas
Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1. Terapi obat yang kompleks
2. Pengetahuan yang kurang
3. Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa tehnik pemberian obat
aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.
Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk
menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah
sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasi
faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsisten
menggunakan obat secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya sulit
pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain,bekerja sama mencari jalan
keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan
membutuhkan obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data merujuk klien
untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara perawatan kesehatan di rumah dapat membantu
klien menyusun jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
2. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien
tetap dipertahankan.
3. Klien dan keluarga memahami terapi obat.
4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
4. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman dan efektif.Intervensi
dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi
klien penyuluhan. Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau
label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi, sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan
semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan
kelengkapannya. Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat bertanggung
jawab secara hukum.
5. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara berkesinambungan. Untuk melakukan
ini,perawat harus mengetahui kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap
obat. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengkonsumsi beberapa
obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran
keperawatan yang ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk
mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang
terkait dengan rute pemberian obat :
1. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau perdarahan di tempat injeksi.
2. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.
4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam, pembengkakkan
dan nyeri tekan setempat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat
adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah
ksehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila
tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan
meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang
ideal untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien
dan keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak
efektif,atau tidak lagi dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada
klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima obat pada waktunya dan
mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri.Perawat menggunakan
proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.
B. SARAN
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika
kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya
bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri
maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Potter&perry,1999, Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: EGC
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :1. Sakit mendadak.2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
- Dimuntahkan :Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
- Bilas lambung : • Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. • Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
- Pakaian yang terkena racun dilepas- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer).- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.- Beri kompres dingin di tempat suntikan
2. Mengeluarkan racun yang telah diserapDilakukan dengan cara :- Diuretic : lasix, manitol- Dialisa- Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala- Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP- Gangguan sistem susunan saraf pusat :• Kejang : beri diazepam atau fenobarbital• Odem otak : beri manitol atau dexametason.
4. Pengobatan spesifik dan antidotum
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.- Tindakan : • Keracunan pada kulit dan mata : - irigasi dengan air mengalir- beri antibiotik dan antiinflamasi.• Keracunan ditelan / tertelan :- asam kuat dinetralisir dengan antasida- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka- jangan bilas lambung atau tindakan emesis- beri antibiotik dan antiinflamasi.
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai koma.- Tindakan :• Bilas lambung dengan air• Beri kopi pahit• Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.- Tindakan : • Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol• Atasi syok dan gangguan elektrolit• Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.
d. Keracunan Tempe Bongkrek
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.- Tindakan : terapi simptomatik.
e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.- Tindakan : • Bilas lambung dengan norit• Beri ATS 10.000 unit.• Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.- Tindakan : • Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.• Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam• Infus Glukosa.h. Keracunan Jengkol
- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria – anuria, muncul gejala Uremia.- Tindakan : • Infus Natrium bikarbonat• Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
meninggal dalam waktu 1-15 menit).- Tindakan :• Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit• Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
j. Keracunan Marihuana / Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.
k. Keracunan Formalin
- Gejala :• Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan pneumonia.• Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.• Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal nafas.- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok sampai koma.- Tindakan : • Jangan lakukan emesis atau bilas lambung• Bila sadar beri kopi pahit secukupnya• Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi.- Tindakan : • Bilas lambung• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis- Tindakan : • Beri antihistamin im/iv• Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
o. Keracunan Digitalis (Digoxin)
- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi- Tindakan :• Propranolol• KCl iv
p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.- Tindakan : • Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar• Jangan diberi morfin dan aminophilin.
q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel, koma- Tindakan : • Jangan gunakan epinefrin• Bilas lambung hati-hati• Beri pencahar• Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
- Gejala : • Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan• Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru)- Tindakan : • Jangan lakukan emesis• Bilas lambung hati-hati• Beri pencahar• Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im• Pengawasan : kemungkinan edem paru.
s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.- Tindakan : • Pasang O2 bertekanan• Jangan gunakan stimulan• Pengawasan : kemungkinan edem otak
- Tindakan : • Jangan lakukan emesis• Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
KEPUSTAKAAN
1. Halim Mubin A. : Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosa dabn Terapi, EGC, Jakarta 2001 : 98-115.2. Panitia Pelantikan Dokter FK-UGM : Penatalaksanaan Medik, Senat Mahasiswa Fak.Kedokteran UGM, Yogyakarta 1987 : 18-22.3. Purnawan J., Atiek S.S., Husna A. : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta 1982: 185-198.