BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III pasal 5 ayat I yang berbunyi “Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. 1 Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009). Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009). Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang
perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III pasal 5 ayat I yang berbunyi “Setiap
warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau
memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.1
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal
yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas
intervensi kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi
daya kerja atau daya produktif seseorang. Timbulnya permasalahan kesehatan di
lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003)
Pada standar pelayanan minimal Puskesmas Tempuran cakupan rumah sehat dari
15 desa pada Kecamatan Tempuran didapatkan hasil 67,83% dari target Dinkes 2011
70% sehingga menjadi salah satu masalah. Setelah mengidentifikasi masalah, untuk
mengetahui penyebab dari kurangnya cakupan rumah sehat, maka dilakukan
konfirmasi ke petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran tentang data
cakupan rumah sehat pada Puskesmas Tempuran. Dari data tersebut, maka dilakukan
survei pada Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang yang memiliki cakupan rumah sehat lebih rendah dibanding daerah lainnya
sebagai daerah yang mewakili cakupan rumah sehat yang rendah sekaligus konfirmasi
tentang program Pamsimas yang sedang dijalankan pada daerah tersebut.
1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang?
2. Apa yang menjadi penyebab rumah warga di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang tidak memenuhi kriteria rumah
sehat?
3. Bagaimana penyelesaian masalah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat di
Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pengamatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan perencanaan tindak lanjut
rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui data umum Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui persentase rumah yang sudah dan belum memenuhi kriteria
rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang.
3. Mengetahui Penyebab masalah rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun
Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
4. Mencari pemecahan masalah rumah tidak sehat di Dusun Prajegan, Desa
Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
D. Manfaat
1. Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data tentang
cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari.
2. Sebagai masukan bagi Puskesmas Tempuran dalam pengambilan keputusan
dalam program kesehatan lingkungan.
3. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai kriteria rumah sehat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
warga Dusun Prajegan, Desa Prajeksari.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah
1. Definisi Rumah Sehat
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi
seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya
dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari
faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007). Rumah sehat
dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani,
maupun sosial (Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang
dikutip dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat
untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani
maupun sosial.
a. Kriteria Rumah Sehat
Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam
Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :
a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
3
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya
dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat
(Depkes RI, 2007).
a. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang
cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-
maing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan di dalam rumah.
Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :
Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya
temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit
4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya
temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.
Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari
nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini
4
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak
menimbulkan rasa silau.
Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga
aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap,
minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga
jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.
Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak
terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan
bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif
lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti
kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah
dan apatis.
Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan
untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain
di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :
Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya
ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti
kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu.
Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh
dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai
kamar tidur sendiri.
Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan
keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung
dengan orang tuannya.
Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga
yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila
5
bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan
menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja di
ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu
rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang
atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai
W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang
air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.
Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara
rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
c. Mencegah penularan penyakit, yang meliputi :
Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
Pembuagan sampah
Pembuangan air limbah.
Pembuangan Tinja
Bebas pencemaran makanan dan minuman.
d. Mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya
atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan
yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari
bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas,
dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).
b. Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat
6
Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002), lingkup penilaian
rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan
perilaku penghuni. 2
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka
jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja
bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana
yang tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan.3
1. Bahan bangunan
Syarat bahan bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 μg/m3,
asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis seperti
berikut: 2
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik
tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu
perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,
keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam
rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.
7
b. Dinding, dengan pembagian: (i) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga
dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara; (ii)
Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
Fungsi dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap, dinding juga
berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan
dan angin, juga melindungi dari pengaruh panas.
c. Langit-langit
Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang
bermain anak.
Banyaknya ruangan di dalam rumah biasanya tergantung kepada jumlah
penghuni. Banyaknya penghuni dalam suatu rumah akan menuntut jumlah
ruangan yang banyak terutama ruang tidur. Tetapi pada umumnya jumlah
ruangan dalam suatu rumah disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut, seperti:
a. Ruang untuk istirahat/tidur (ruang tidur)
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk tidur. Ruang tidur
ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang ganti pakaian, dan ditempatkan
di tempat yang cukup tenang, tidak gaduh, jauh dari tempat bermain anak-
anak. Diusahakan agar ruang tidur mendapat cukup sinar matahari.
Agar terhindar dari penyakit saluran pernafasan, maka luas ruang tidur
minimal 9 m2 untuk setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk
orang dewasa dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas
lantai minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit tidak
kurang dari 2 ¾ m. minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-
langit tidak kurang dari 2 ¾ m.
b. Ruang tamu
Ruang tamu yaitu suatu ruangan khusus untuk menerima tamu, biasanya
diletakkan di bagian depan rumah. Ruang tamu sebaiknya terpisah dengan
8
ruang duduk yang dapat dibuka/ditutup atau dengan gorden, sehingga tamu
tidak dapat melihat kegiatan orang-orang yang ada di ruang duduk.
c. Ruang duduk (ruang keluarga)
Ruang duduk harus dilengkapi jendela yang cukup, ventilasi yang memenuhi
syarat, dan cukup mendapat sinar matahari pagi. Ruang duduk ini sebaiknya
lebih luas dari ruang-ruang lainnya seperti ruang tidur atau ruang tamu
karena ruang duduk sering digunakan pula untuk berbagai kegiatan seperti
tempat berbincang-bincang anggota keluarga, tempat menonoton TV,
kadang-kadang digunakan untuk tempat membaca/belajar dan bermain anak-
anak. Selain itu ruangan ini juga sering digunakan sekaligus sebagai ruang
makan keluarga.
d. Ruang makan
Ruang makan sebaiknya mempunyai ruangan yang khusus, ruangan
tersendiri, sehingga bila ada anggota keluarga sedang makan tidak akan
terganggu oleh kegiatan anggota keluarga lainnya. Tetapi untuk suatu rumah
yang kecil/sempit, ruang makan ini boleh jadi satu dengan ruang duduk.
e. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Di dapur
harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat memasak, tempat cuci
peralatan serta tempat penyimpanannya. Tersedia air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan dan mempunyai sisitem pembuangan air kotor yang baik,
serta mempunyai tempat pembuangan sampah sementara yang baik/tertutup.
Selain itu dapur harus tersedia tempat penyimpanan bahan makanan atau
makanan yang siap disajikan. Tempat ini harus terhindar dari gangguan
serangga (lalat) dan tikus. Oleh karena itu ruangan harus bebas serangga dan
tikus.
f. Kamar mandi/W.C
Lantai kamar mandi dan jamban harus kedap air dan selalu terpelihara
kebersihannya agar tidak licin. Dinding minimal setinggi 1 ½ m dari lantai.
Setiap kamar mandi dan jamban yang letaknya di dalam rumah, diusahakan
salah satu dindingnya yang berlubang ventilasi harus berhubungan langsung
dengan bagian luar rumah. Bila tidak, ruang/kamar mandi dan jamban ini
harus dilengkapi dengan alat penyedot udara untuk mengeluarkan udara dari
9
kamar mandi dan jamban tersebut keluar, sehingga tidak mencemari ruangan
lain (bau dari kamar mandi dan W.C.) Jumlah kamar mandi harus cukup
sesuai dengan jumlah penghuni rumah. Selain itu kebersihannya harus selalu
terjaga. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dipergunakan
untuk lebih dari 7 orang.
g. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat atau bahan-bahan
lainnya yang tidak dapat ditampung di ruangan lain, seperti alat-alat untuk
memperbaiki rumah (tangga, dan lain–lain).
h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam ruangan dapat berupa pencahayaan alami dan atau buatan,
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan.
Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux dan tidak
menyilaukan. 2
4. Kualitas udara
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut: 2
a. Suhu udara nyaman berkisar 18° sampai 30° C
b. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per penghuni
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai.Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena
ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara
yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari
dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross
ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan.
10
Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar
seperti cahaya matahari, sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu pagi,
siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi
syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. 2
Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan
menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain:
a. Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup
tanpa oksigen dalam udara.
b. Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat.
c. Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan
mulut.
d. Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh
penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan.
Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara
yang baik, yaitu (i) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah
dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja
dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya
perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan dari pada udara yang dingin. (ii)
Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara,
misalnya penghisap udara (exhaust ventilation) dan air condition. 2
6. Binatang penular penyakit
Di dalam rumah tidak boleh ada tikus yang bersarang.
7. Air 2
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air
minum sesuai perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah 2
11
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah, serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 9 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. 2
11. Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin,
panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti:
debu, asap, dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena
bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan.2
2. Sarana Sanitasi Rumah
Dilihat dari aspek sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan
perumahan sehat adalah sebagai berikut:
a. Sarana air bersih dan air minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 3
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain (a) jarak antara sumber
air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan sampah, air
limbah) minimal 10 meter, (b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan
tanah dibuat kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur, (c) penampungan
air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau
sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
12
Ada 3 syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air
minum, antara lain:4
Syarat fisik
Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih
dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa
nyaman.
Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan.
Syarat bakteriologis
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk bahwa
air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena bakteri ini
selalu terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat
serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.
b. Saluran Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air kotor atau air bekas ialah air yang tidak bersih dan mengandung
pelbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia. 4
Pada dasarnya pengolahan air limbah bertujuan untuk:
Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai penyakit. Ini
disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat berkembang-biaknya
berbagai macam bibit penyakit.
Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut
mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan hidup.
Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari,
terutama jika sulit ditemukan air bersih.
c. Jamban/kakus
Kakus atau jamban adalah tempat yang dipakai manusia untuk melepaskan
hajatnya. Adapun syarat-syarat dalam mendirikan kakus atau jamban ialah: 4
Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindung dari pandangan orang
lain, terlindung dari panas atau hujan, serta terjamin privacy-nya. Dalam
kehidupan sehari-hari, syarat ini dipenuhi dalam bentuk mengadakan ruangan
sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan rumah kakus di pekarangan.
13
Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya
perbagai binatang.
Bangunan kakus memiliki lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak yang
kuat, syarat ini yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model
cemplung.
Mempunyai lobang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan
pada sumur penampungan atau sumur rembesan.
Menyediakan alat pembersih seperti air atau kertas yang cukup, sehingga dapat
segera dipakai setelah membuang kotoran.
Jenis-jenis kakus atau jamban dilihat dari bangunan jamban yang didirikan,
tempat penampungan, pemusnahan kotoran dan penyaluran air kotor, seperti:
o Kakus cubluk (pit privy), ialah kakus yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dekat dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan kakus.
Kakus ini dibuat dengan menggali lubang ke dalam tanah dengan diameter
80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Lama pemakaiannya antara 5-15 tahun.
Pada kakus ini harus diperhatikan (i) jangan diberi desinfektan karena
mengganggu proses pembusukan sehingga cubluk cepat penuh, (ii) untuk
mencegah bertelurnya nyamuk, tiap minggu diberi minyak tanah, (iii) agar
tidak terlalu bau diberi kapur barus.
o Kakus empang (overhung latrine), ialah kakus yang dibangun di atas
empang, sungai atau rawa. Kakus model ini kotorannya tersebar begitu
saja, yang biasanya kotoran tersebut langsung dimakan ikan, atau ada
yang dikumpul memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas
seperti bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanam melingkar ditengah
empang, sungai atau rawa.
o Kakus kimia (chemical toilet), kakus model ini biasanya dibangun pada
tempat- tempat rekreasi, pada alat transportasi dan lain sebagainya. Di
tempat ini, tinja didisenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda,
dan sebagai pembersihnya dipakai kertas (toilet paper). Kakus kimia
sifatnya sementara, oleh karena itu kotoran yang telah terkumpul perlu
14
dibuang lagi. Ada dua macam kakus kimia, yaitu (i) tipe lemari (commode
type) dan (ii) tipe tanki (tank type).
o Kakus dengan “angsa trine” ialah, kakus dimana leher lubang kloset
berbentuk lengkungan, dengan demikian akan selalu terisi air yang
penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang kecil.
Kakus model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur
penampung/sumur resapan yang disebut septi tank. Kakus model ini
adalah yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
d. Tempat Sampah
Usaha yang diperlukan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia
adalah perlunya dilakukan pengelolaan terhadap sampah, seperti penyimpanan
(storage), pengumpulan (collection), dan pembuangan (disposal). Tempat sampah
tiap-tiap rumah, isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah sebaiknya tidak
ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena akan menjadi gudang
makanan bagi tikus-tikus dan rumah menjadi banyak tikusnya. 4
Tempat sampah yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain (a) terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak, (b) harus mempunyai tutup
sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya, dan sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan, (c) ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh
pemerintah, tempat sampah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga karyawan
pengumpul sampah mudah mencapainya. 2
B. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.7
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, antara lain:
a. Tahu (Know)
15
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasikan dan mengatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut
berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang tentang
isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
16
C. Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari
pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala yang tampak pada organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan faktor genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup
termasuk dari manusia. Hereditar atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu untuk selanjutnya.
Sedangkan faktor lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. 5
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun
aktif (disertai tindakan). 5
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua): 6
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang memerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut
overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa
kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah
suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
17
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek.
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai
tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
c. Perilaku kesehatan lingkungan.
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
Tabel 24. Rekapitulasi Tingkatan Pengetahuan tentang Rumah Sehat
Tingkat Pengetahuan Jumlah Responden Persen (%)
81% – 100 % Baik 28 22,00%
65% - 80% Cukup 2 78,00%
<65% Kurang 0 0
Tabel 25. Kuesioner Perilaku Hidup Sehat
No. Perilaku Penghuni Kriteria Jumlah Persen(%)
45
1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka
b. Kadang-kadang
c. Setiap hari dibuka
5
5
20
16,67%
16,67%
66,67%
2 Menyapu dan
mengepel rumah
a. Seminggu
b. Tiap 3 hari
c. Setiap hari
3
9
18
10,00%
30,00%
60,00%
3 Cara membuang tinja a. Ke sungai/kebun/kolam
b. Ke WC/Jamban
8
22
26,67%
73,33%
4 Pengelolaan sampah a. Dibuang ke sungai/kebun
b. Ke TPS/Petugas sampah
c. Dimanfaatkan/daur ulang
30
0
0
100%
0
0
Tabel 26. Rekapitulasi kuesioner penyebab lain
No. Pertanyan Jawaban Jumlah Persen
1. Kenapa anda tidak
menerapkan hal tersebut
(yang terdapat dalam
kuesioner pengetahuan
tentang rumah sehat) dalam
kehidupan sehari-hari?
a. Kurang Biaya
b. Keadaan tempat tinggal/
geografi
c. Kurang mengerti tentang
rumah sehat
30
0
0
100%
0%
0%
2. Apakah anda tahu bahwa
permasalahan di atas dapat
menimbulkan dampak yang
buruk bagi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
30
0
0%
100%
3. Apakah di dusun ini sering
dilakukan penyuluhan
tentang rumah sehat?
a. Ya
b. Tidak
4
24
14,29%
85,71%
4. Jika Ya, sebutkan
frekuensinya
a. <2x/tahun
b. 2-3x/tahun
c. >3x/tahun
4
0
0
100%
0%
0%
46
Dari hasil survei yang dilakukan untuk mencari kemungkinan penyebab masalah dengan
melakukan pengisian kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan penyebab masalah
rendahnya cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, antara lain:
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai rumah sehat 85,71 %
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak yang diakibatkan jika rumah
tidak memenuhi syarat kesehatan 100%
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari 75,51%
Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat
sebagai rumah sehat 100%.
BAB VII
PEMBAHASAN
47
A. ANALISA MASALAH
Pada hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilakukan tanggal 10-11 Agustus
2012 di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari yang merupakan salah satu desa pada
wilayah Puskesmas Tempuran, pada 30 rumah didapatkan 6 rumah yang memenuhi
kriteria rumah sehat, sehingga cakupan persentase rumah sehat hanya sebesar 20%.
Untuk dapat meningkatkan cakupan rumah sehat di Dusun Prajegan agar sesuai
dengan target Dinkes 2011, yaitu sebesar 70% maka diperlukan peningkatan penilaian
rumah sehat, minimal senilai 1008 agar jumlah rumah tidak sehat berganti menjadi
rumah sehat.
Dari hasil survei didapatkan 24 rumah tidak sehat. Dari hasil pencatatan 30
indikator pada 24 rumah tidak sehat didapatkan bahwa indikator rumah sehat terendah
adalah pengelolaan sampah, ketersediaan tempat sampah, keberadaan langit-langit,
penyakit yang berhubungan dengan rumah sehat seperti ISPA dan diare, selain itu
juga cara membuang tinja. Namun dipilih indikator yang paling mudah untuk
ditingkatkan sehingga indikator yang perlu di intervensi adalah cara membuang tinja
yang berhubungan dengan akan dibangunnya jamban dalam program pamsimas,
perilaku membuang sampah di TPS serta ketersediaan tempat sampah yang tertutup
dan kedap air.
Untuk dapat meningkatkan cakupan rumah sehat agar sesuai dengan target
Dinkes 2011 yaitu sebesar 70% maka dapat dilakukan pemecahan masalah pada
beberapa rumah/KK sehingga dapat meningkatkan indikator rumah sehat dengan
penghitungan sebagai berikut:
Cakupan rumah sehat yang sudah tercapai = 20% x 100%
70%
= 28,57% = 29%
Rumah tangga yang dibina = Target Dinkes 2011 – Cakupan rumah sehat
= 70% - 29% = 41%
41% x 30 = 13 13 rumah yang dibina
Pembinaan tersebut berhubungan dengan cara pembuangan tinja yang
termasuk pendirian jamban di rumah-rumah dalam program pamsimas, perilaku
membuang sampah di TPS serta ketersediaan tempat sampah yang tertutup dan kedap
air pada 13 rumah tangga yang memiliki nilai indikator rumah sehat 446-1007
48
INPUT
sehingga peningkatan nilai indikator rumah sehat dapat berjalan lebih mudah dan
mencapai target Dinkes 2011 mengenai cakupan rumah sehat sebesar 70%. Selain itu
juga, pemecahan masalah juga dilakukan pada seluruh masyarakat desa untuk
menunjang keberhasilan dari peningkatan cakupan rumah tangga sehat.
B. ANALISA PENYEBAB MASALAH
1. Kemungkinan Penyebab Masalah
Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab masih
kurangnya cakupan rumah sehat, masalah tersebut dapat disebabkan oleh input,
proses maupun lingkungan. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man, Money,
Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (perencanaan),
P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan
penilaian).
Tabel 27. Kemungkinan Penyebab Masalah dari faktor input
Input Kelebihan Kekurangan
MAN
(Tenaga Kerja) Adanya kerjasama lintas program
dengan petugas promosi kesehatan
Belum optimalnya petugas
promosi kesehatan dalam
melakukan penyuluhan
tentang rumah sehat
Kurangnya kader kesehatan
lingkungan di dusun
Prajegan.
Money
(Pembiayaan)
Adanya bantuan operasional
kesehatan dan dana operasional
puskesmas di puskesmas yang
dimanfaatkan untuk kegiatan luar
gedung (pemantauan dan
pendataan rumah sehat)
Pemanfaatan dana BOK
belum optimal.
Methode
(metode)
Melakukan pengamatan dan
wawancara dengan cara kunjungan
ke warga masyarakat untuk
dilakukan pendataan
Belum ada penyuluhan secara
berkala tentang rumah yang
memenuhi syarat kesehatan
49
Penyuluhan langsung kepada
pemilik rumah mengenai rumah
sehat dan syarat-syaratnya saat
pendataan berlangsung
Material
(Perlengkapan)
Tersedianya aula puskesmas untuk
penyuluhan
Terdapat kendaraan operasional
bagi petugas kesling
Machine
(Peralatan)
Tersedianya blanko kuesioner
untuk pemeriksaan rumah sehat
Kurangnya media promosi
(poster, leaflet, pamphlet)
Tabel 28. Kemungkinan penyebab masalah dari segi proses
Proses Kelebihan Kekurangan
P1
(perencanaan)
Perencanaan pemeriksaan
rumah sehat sudah ada
Belum adanya jadwal tertulis tentang
perencanaan pelaksanaan
pengawasan rumah sehat
Jadwal pendataan rumah sehat belum
pasti
P2
(Pelaksanaan)
Pelaksanaan pemeriksaan
rumah sehat sudah
dilaksanakan
Saat pendataan berlangsung,
pemberi penyuluh langsung
memeberikan penyuluhan
tentang rumah sehat
Kurangnya pendataan terhadap setiap
rumah oleh tenaga kesehatan akibat
kurangnya tenaga petugas kesehatan
Pelaksanaan penyuluhan kurang
berkelanjutan dan terpadu
P3 (Penilaan,
pengawasan,
pengendalian)
Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan mengenai jumlah
penduduk yang dan jumlah
penduduk yang memenuhi
syarat rumah sehat
Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan mengenai kegiatan
yang dilakukan
Kurangnya evaluasi dari kegiatan
yang dilakukan
50
Lingkungan Warga dusun cukup
kooperatif saat petugas
melakukan pendataan
Pengetahuan masyarakat
sudah cukup baik tentang
rumah sehat dan perilaku
hidup sehat
Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang perilaku hidup sehat dan
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Terbatasnya dana masyarakat untuk
merenovasi rumah sehingga
memenuhi syarat sebagai rumah
sehat
51
Input
MoneyKurang optimalnya pemanfaatan dana yang tersedia
MANBelum optimalnya petugas kesehatan lingkungan baik jumlah maupun dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat
MethodBelum ada penyuluhan secara berkala tentang rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Material
MachineKurangnya media promosi (poster, leaflet, pamphlet)
LingkunganKurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat
PROSES
P1 Belum adanya jadwal
pasti tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan rumah sehat
P2 Kurangnya pendataan
terhadap setiap rumah oleh tenaga kesehatan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan
Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu
P3Kurangnya evaluasi dari kegiatan yang dilakukan
Gambar 5. Diagram Fish Bone Cakupan Rumah Sehat
Cakupan Rumah Sehat di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang sebesar 20% dari target dinkes sebesar 70%
2. Penyebab masalah yang paling mungkin
Setelah dilakukan konfirmasi dengan petugas Tempuran bagian Koordinator
Kesehatan Lingkungan melalui wawancara langsung dan juga berdasarkan hasil
survei yang telah dilakukan di Dusun Prajegan, Desa Prajeksari, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan penyebab masalahnya sebagai berikut:
a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi
syarat sebagai rumah sehat.
c. Kurangnya pendataan serta belum ada penyuluhan secara berkala tentang rumah
yang memenuhi syarat kesehatan oleh tenaga kesehatan.
d. Belum adanya jadwal yang pasti tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan
rumah sehat
e. Belum optimalnya kader kesehatan lingkungan baik dalam hal jumlah maupun
dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar penyebab masalah yang paling mungkin pada petugas
kesehatan setempat, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibentuk alternatif
pemecahan penyebab masalah.
Tabel 29. Pemecahan Masalah
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Terbatasnya dana masyarakat untuk merenovasi rumah sehingga memenuhi syarat sebagai rumah sehat
Kurangnya pendataan terhadap setiap rumah oleh tenaga kesehatan lingkungan akibat kurangnya tenaga petugas kesehatan lingkungan
Belum adanya jadwal tertulis tentang perencanaan pelaksanaan pengawasan rumah sehat
Memberikan penyuluhan langsung dan tidak langsung secara berkesinambungan dan berkala kepada masyarakat tentang rumah sehat serta pentingnya gaya hidup sehat sekaligus memberikan motivasi kepada masyarakat agar selalu menerapkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Membuat jadwal tertulis untuk pelaksanaan pengawasan rumah sehat, evaluasi data per 3-6 bulan dan menjalankannya sesuai jadwal. Melakukan pengawasan sekaligus penyuluhan langsung kepada rumah yang diawasi.
Mengoptimalkan petugas kesehatan yang ada dengan pembinaan dan peningkatan kerjasama lintas program (bekerjasama dengan petugas promkes), dan lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat setempat
Belum optimalnya petugas kesehatan lingkungan baik dalam hal jumlah maupun dalam upaya melakukan promosi kesehatan tentang rumah sehat
B. Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah menemukan pemecahan masalah yang paling mungkin, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Penentuan
prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan. Penentuan prioritas pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode criteria matriks:
a. Magnitude (m)= besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat
diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan
pemecahan masalah, maka makin efektif
b. Importancy (i)= pentingnya cara pemecahan masalah. Maka pentingnya cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka makin efektif.
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
c. Vulnerability (v)= sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitive bentuk
penyelesaian masalah maka makin efektif.
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitive cara penyelesaiannya, maka nilainya