1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.) Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan oleh antigen yang serupa, gejala penyakit tidak akan muncul. Pada ibu hamil diberikan beberapa jenis imunisasi terhadap penyakit, termasuk tetanus toksoid yang berasal dari toksin yang telah dilemahkan. Tujuan pemberian imunisasi secara epidemiologis adalah untuk menurunkan insiden terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, menekan angka kematian bayi karena tetanus neonatorum, dan juga melindungi ibu dari kemungkinan terinfeksi tetanus apabila terluka. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan resiko, yang meliputi status imunisasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan
yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU 23
tahun 1992 tentang Kesehatan.)
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan oleh antigen yang serupa, gejala
penyakit tidak akan muncul. Pada ibu hamil diberikan beberapa jenis imunisasi terhadap
penyakit, termasuk tetanus toksoid yang berasal dari toksin yang telah dilemahkan.
Tujuan pemberian imunisasi secara epidemiologis adalah untuk menurunkan insiden
terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir, menekan angka kematian bayi karena
tetanus neonatorum, dan juga melindungi ibu dari kemungkinan terinfeksi tetanus apabila
terluka. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan resiko, yang meliputi status imunisasi
tetanus toxoid ibu hamil, pertolongan persalinan dan perawatan tali pusat.
Berdasar data SPM lingkup Kabupaten Magelang tahun 2012 di dapatkan cakupan ibu
hamil yang mendapat TT2 adalah sebesar 93,9%, sedangkan target yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan adalah 95% Berdasarkan data SPM di Puskesmas Salaman I selama bulan
Januari - September 2013, didapatkan cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2
masih kurang karena belum mencapai target yang ditentukan. Cakupan indikator jumlah ibu
hamil yang mendapat TT2 selama periode tersebut adalah sebesar 77,87 %, sedangkan target
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk indikator tersebut adalah
95%. Setelah diteliti lebih lanjut, didapatkan informasi bahwa di Desa Kalisalak, masih ada
ibu hamil yang belum melakukan imunisasi TT2 selama masa kehamilan. Oleh karena itu,
penulis mengangkat masalah kurangnya cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 di
Desa Kalisalak sebagai tugas mandiri.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Faktor-
faktor apa sajakah yang menyebabkan pencapaian jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi
TT2 yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas Salaman I, Desa Kalisalak belum mencapai
target ? Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang dapat mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan pencapaian jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 belum mencapai
target ? Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah berdasarkan
penyebab dan alternatif pemecahan masalah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta mengevaluasi penyebab rendahnya
cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 periode Januari-September 2013 di Desa
Kalisalak, wilayah kerja Puskesmas Salaman I sehingga tidak memenuhi target.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya ibu hamil yang mendapat
imunisasi TT2 di desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Mengetahui dan mengevaluasi penyebab masalah rendahnya cakupan ibu hamil
yang mendapat imunisasi TT2 di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang, berdasarkan pendekatan sistem (input, proses, output dan lingkungan)
Memilih alternatif dan menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya ibu
hamil yang mendapat imunisasi TT2 di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang.
Mampu menyusun Plan of Action pemecahan masalah rendahnya ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2 di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Melatih kemampuan komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada.
3
3. Meningkatkan pengetahuan tentang penyebab rendahnya cakupan ibu hamil
dengan imunisasi TT2 di wilayah Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang selama periode Januari-September 2013.
4. Memberi informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya cakupan ibu
hamil dengan imunisasi TT2 di wilayah Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang selama periode Januari-September 2013.
5. Sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan kegiatan puskesmas, khususnya
cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2 di wilayah Desa Kalisalak, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang selama periode Januari-September 2013.
6. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya imunisasi untuk ibu
hamil, terutama imunisasi tetanus toksoid.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tetanus
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot
dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu protein yang kuat yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani.(5)
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan sering fatal yang disebabkan oleh basil
Clostridium tetani, yang menghasilkan tetanospasmin neurotoksin, biasanya masuk ke
dalam tubuh melalui luka tusuk yang terkontaminasi (seperti oleh jarum logam, splinter kayu,
atau gigitan serangga).(5)
B. Etiologi Tetanus
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif Clostridium tetani. Bakteri ini berspora,
dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Clostridium tetani adalah kuman berbentuk
batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan
gram positif dan hidupnya anaerob. Dalam kondisi anaerobik yang dijumpai pada jaringan
nekrotik dan terinfeksi, basil tetanus mensekresi dua macam toksin : tetanospasmin dan
tetanolisin. Tetanolisin mampu secara local merusak jaringan yang masih hidup yang
mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi
bakteri. Tetanospasmin akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini
labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur dalam lima menit.(5)
C. Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau sakit ringan.
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit.(4)
5
2. Perkembangan Imunisasi di Indonesia
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada
tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun
1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan
vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus
Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di
seluruh Indonesia. (3)
3. Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk
mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang
tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan
kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang
pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui
kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan
atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (3)
Untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dilakukan imunisasi aktif dengan
toksoid tetanus pada ibu hamil menjelang kelahiran bayi dan seandainya kelahiran seorang
bayi ditolong oleh dukun, bayi secepatnya dibawa ke dokter/puskesmas untuk mendapat
imunisasi pasif dengan serum anti tetanus.(5) Vaksin TT memiliki efektifitas yang sangat
tinggi dan pemberiannya mudah, sehingga tujuan untuk melindungi bayi terhadap TN dapat
dicapai dalam waktu yang relatif singkat.(6)
Untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup terhadap TN maka diperlukan
pemberian imunisasi TT 5 dosis dengan interval waktu sesuai ketentuan. Untuk merekam
pemberian imunisasi TT tersebut diperlukan alat pantau yang dapat dipergunakan seumur
hidup.(6)
6
4. Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
a. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak
2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang
dicatat sebagai TT ulang juga.
b. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
c. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
5. Cara pemberian dan dosis
a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga
setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap
tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke
empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah
pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara
aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
• Vaksin belum kadaluarsa
• Vaksin disimpan dalam suhu 2 - 8℃ ℃
• Tidak pernah terendam air
• Sterilitasnya terjaga
• VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari
berikutnya.
7
6. Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam. (3)
7. Tenaga Pelaksana Imunisasi
Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas imunisasi dan
pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah
mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi dan penyuluhan.
Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal SMA atau SMK yang telah
mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelola vaksin dan merawat lemari es,
mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan dan pengeluaran vaksin serta mengambil
vaksin di kabupaten/kota sesuai kebutuhan per bulan. Pengelola program imunisasi adalah
petugas imunisasi, pelaksana cold chain atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan
untuk pengelola program imunisasi, yang tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik
lain, mengatur jadwal pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat
dan mengirim laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan, dan
merencanakan tindak lanjut.(3)
Untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas imunisasi perlu
dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.Pelatihan teknis diberikan
kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan tempat pelayanan lain, petugas cold
chain di semua tingkat. Pelatihan manajerial diberikan kepada para pengelola imunisasi dan
supervisor di semua tingkat.(3)
D. Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
1. Deskripsi
Vaksin TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya
40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus
pada ibu bayi.(3)
8
2. Kemasan Vaksin
Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin
terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.(3)
3. Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT.(3)
4. Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS)
yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan.(3)
5. Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari langsung.(3)
Tabel 1 : Pengaruh suhu terhadap umur vaksin TT
Pada tabel di bawah ini akan diperlihatkan hubungan antara dosis vaksin
yang diterima dengan interval pemberian dan lama perlindungan.
9
Tabel 2 : Jadwal Pemberian Imunisasi TT 5 Dosis
E. Rantai Vaksin atau Cold Chain
Rantai Vaksin atau cold chain adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur
untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan.
1. Peralatan Rantai Vaksin
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana
rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap
jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
a. Lemari Es
Setiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar program (buka atas).
Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.
b. Mini Freezer
Sebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas diperlukan 1
buah freezer.
c. Vaccine Carrier
Vaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan
vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok
10
digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga
diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.
d. Thermos
Thermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap thermos
dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan
untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat cocok
digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.
e. Cold Box
Cold box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan darurat seperti
listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami kerusakan
yang bila diperbaiki memakan waktu lama.
f. Freeze Tag/Freeze Watch
Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu
membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya
peningkatan kualitas rantai vaksin.(4)
F. Perencanaan Program Imunisasi
1. Menentukan Jumlah Sasaran Imunisasi
Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang
paling penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar dari
jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa.
2. Menentukan Target Cakupan
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi
yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang
sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian di masing-masing
wilayah kerja maksimal 100 %.
3. Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang
dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan stok vaksin
setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan.
4. Menghitung Kebutuhan Vaksin
11
Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan
menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan unuk
menghitung kebutuhan vaksin. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke
kabupaten/kota. Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin satu tahun
harus dikurangi sisa vaksin tahun lalu.
5. Peralatan Suntik
Dalam program imunisasi, jenis alat suntik imunisasi TT yang dipakai di
puskesmas adalah :
a. Semprit Auto Disable (AD) Semprit AD adalah semprit yang setelah
dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Semprit ini
merupakan alat yang dipilih untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Semua
semprit AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar jarum tetap steril.
b. Alat suntik Prefilled Auto-Disable (AD) Alat suntik prefilled AD adalah
jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali yang telah berisi vaksin
dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh pabriknya. Alat suntik
prefilled AD untuk tetanus toksoid digunakan untuk memberikan vaksin TT
kepada para wanita usia subur di rumah mereka selama kampanye massal.
Setiap alat suntik prefilled AD adalah steril dan disegel dengan paket kertas
logam oleh pabrik, vaksin dimasukkan dalam reservoir tertutup seperti
gelembung yang mencegah vaksin berhubungan dengan jarum sampai vaksin
itu diberikan.
c. Semprit dan jarum sekali buang (disposable single- use) Semprit dan
jarum yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable single-use)
tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena risiko
penggunaan kembali semprit dan jarum disposable menyebabkan risiko
infeksi yang tinggi.(4)
G. Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang
ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan oleh
Depkes. Adapun tujuan umum dari pelayanan antenatal adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.(3)
12
Pelayanan antenatal dapat dibedakan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas
pelayanan antenatal dapat dilihat dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dengan
frekuensi kunjungan pemeriksaan hamil selama kehamilan. Tentang kualitas pelayanan
antenatal, Depkes saat ini telah menyusun standar pelayanan antenatal yang berkualitas
yaitu, merupakan perpaduan jumlah kunjungan keseluruhan yang secara minimal 4 kali dan
jenis pemeriksaan yang diperoleh 5 T yang terdiri dari Tinggi fundus uteri, tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid dan pemberian zat besi. (3)
H. Pemantauan Wilayah Setempat
PWS adalah alat manajemen sederhana yang dipergunakan untuk memantau
program imunisasi secara rutin. Prinsip PWS adalah memanfaatkan data yang ada dari
cakupan/laporan cakupan imunisasi, dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat.
Pelaksanaan program dituntut secara efektif dan efisien. Koordinasi yang dilakukan
adalah lintas program dan lintas sektoral. Lintas program dilakukan dengan adanya
keterpaduan KIA dan imunisasi, keterpaduan imunisasi dan surveilans. Pada lintas sektoral
dilaksanakan dengan Depdagri, Dep. Agama, dan organisasi-organisasi profesi.
I. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peranan
penting dan sangat menentukan selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar
untuk membuat perencanaan maupun evaluasi. Perihal penting yang harus dicatat adalah hasil
cakupan imunisasi, stok vaksin serta logistik.
Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi mulai dari
puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit umum, balai imunisasi swasta, rumah sakit
swasta, rumah bersalin swasta kepada pengelola program di tingkat administrasi yang sesuai.
Adapun yang dilaporkan adalah cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin.
J. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media
massa maupun lingkungan(2)
13
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang(2)
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai(2)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada dirinya
sendiri dalam kesatuan aktif.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, di mana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, di mana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaptation, di mana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.(7)
1. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (2) :
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
14
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
5. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang sudah ada (2)
2. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas(2)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
15
K. Perilaku
1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.(2)
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
16
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
P1 : Adanya jadwal imunisasi
di PKD dan posyandu, bidan
telah menyiapkan peralatan jika
pada saat Posyandu ada ibu
hamil yang akan diimunisasi
P2 : Imunisasi dapat dilakukan
di PKD dan posyandu,
tersedianya peralatan untuk imunisasi
P3 : Setiap bidan desa
memiliki data ibu hamil, setiap
setelah imunisasi data dicatat
dalam buku KIA dan buku
kohort.
Pelaporan koordinator imunisasi rutin dilakukan setiap bulan
LINGKUNGAN
• Pengetahuan ibu tentang imunisasi TT
• Prilaku dari ibu hamil• Faktor sosiobudaya
INPUT
MAN : Terdapat bidan desa,
terdapat kader aktif
MONEY : Tersedia biaya
operasional pelaksanaan
imunisasi
METHOD : Adanya
pemeriksaan ANC yang
meliputi imunisasi ibu hamil,
penyuluhan oleh kader kepada
ibu hamil secara pribadi
MATERIAL : Bangunan
posyandu, bangunan PKD
MACHINE : Tersedia vaksin
TT, tersedia peralatan
imunisasi, peralatan imunisasi
sudah dikemas dengan baik dan
steril juga tersedianya termos es
yang dibawa oleh bidan desa
pada saat di posyandu serta
tersedianya lemari es di rumah
bidan desa (PKD) untuk
penyimpanan alat keperluan
imunisasi TT
Cakupan ibu hamil
dengan imunisasi
TT2
17
B. Kerangka Konsep
Pengetahuan dan peran serta kader dalam masalah imunisasi TT2 ibu hamil
Pengetahuan ibu tentang tujuan, manfaat dan dampak imunisasi TT, serta prilaku dari ibu hamil
Peran serta bidan desa dalam masalah pemberian imunisasi TT
Cakupan ibu hamil dengan imunisasi
TT2 di Desa Kalisalak,
Kecamatan Salaman
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data didapatkan dari
hasil wawancara terstruktur yang langsung ditujukan kepada bidan desa meliputi pertanyaan
seputar penyampaian informasi kepada kader, para kader meliputi pertanyaan tentang
pengetahuan tentang imunisasi TT2, dan ibu hamil meliputi pertanyaan tentang manfaat dari
pemberian TT2 dan akibat dari tidak diberikan nya imunisasi TT2 yang bertempat tinggal di
Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Data sekunder didapat dari data
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Salaman I dan laporan bulanan bagian
imunisasi Puskesmas Salaman I.
Data yang didapat diolah secara deskriptif dengan siklus pemecahan masalah sebagai
berikut:
19
A. Batasan Judul
Laporan ini berjudul “Rencana Peningkatan Cakupan Ibu Hamil yang
Mendapat Imunisasi TT2 di Puskesmas Salaman I, Desa Kalisalak, Kabupaten
Magelang. Evaluasi Manajemen Program Puskesmas Salaman I, Kabupaten
Magelang”, dengan batasan- batasan sebagai berikut :
1. Rencana
Rencana adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atau
permasalahan yang ditemukan.
2. Peningkatan
Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan,
dsb).
3. Cakupan
Cakupan adalah suatu total hasil kegiatan yang dilakukan setiap bulan yang
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Ibu Hamil
Ibu hamil adalah ibu yang sedang mengandung janin di dalam rahimnya karena
sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa.
5. Imunisasi TT2
Adalah upaya peningkatan kekebalan tubuh secara aktif terhadap bakteri tetanus
yang diberikan untuk kedua kali.
6. Puskesmas Salaman I
Puskesmas Salaman I adalah sarana kesehatan yang terdapat di kecamatan
Salaman.
7. Desa Kalisalak
Adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Salaman.
Gambar 3. Siklus Pemecahan Masalah
Gambar 3 : Siklus Pemecahan Masalah
20
8. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah.
9. Evaluasi
Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,
apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atau
permasalahan yang ditemukan.
10. Manajemen
Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.
11. Program
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.
12. Periode Januari-September 2013
Periode Januari-September 2013 adalah periode waktu yang digunakan untuk
melakukan evaluasi mengenai cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2.
B. Definisi Operasional
1. Imunisasi TT2 adalah upaya peningkatan kekebalan tubuh secara aktif terhadap
bakteri tetanus yang diberikan untuk kedua kalinya pada seorang ibu hamil di masa
kehamilannya.
2. Sasaran adalah jumlah ibu hamil yang sudah memperoleh imunisasi TT1 namun
tidak memperoleh imunisasi TT2 di desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang.
3. Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT2 di Desa Kalisalak dibagi jumlah semua ibu hamil yang
ada di desa tersebut pada periode tertentu.
4. Pengetahuan ibu hamil mengenai imunisasi TT2. Pengetahuan adalah merupakan
hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan.(1)
C. Ruang Lingkup
21
1. Lingkup lokasi : Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
2. Lingkup waktu : Januari – September 2013.
3. Lingkup metode : Wawancara dan pencatatan.
4. Lingkup materi : Evaluasi program KIA tentang cakupan ibu hamil yang mendapat
imunisasi TT2 di desa Kalisalak sebagai evaluasi manajemen program puskesmas
periode Januari – September 2013.
D. Kriteria Inklusi dan kriteria Eklusi
1. Kriteria Inklusi
Ibu hamil yang sudah memperoleh TT1 namun tidak melakukan TT2 dengan
interval waktu > 4 minggu, penduduk Desa Kalisalak dan bersedia di
wawancarai
2. Kriteria Eklusi
Ibu hamil yang sudah memperoleh TT1 namun tidak melakukan TT2 dengan
interval waktu < 4 minggu, tidak berada di rumah dan tidak bersedia di
wawancarai
22
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
1. Letak Wilayah
Desa Kalisalak terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah. Terdapat 11 dusun di desa Kalisalak, yaitu Dusun Jurang, Dusun
Ngandongan, Dusun Karangwetan, Dusun Salakan, Dusun Basongan, Dusun Gorangan lor,
Dusun Gorangan kidul, Dusun Pandansari, Dusun Blondo, Dusun Ngapus dan Dusun
Mulosari.
2. Batas Wilayah
Wilayah desa Kalisalak dibatasi oleh:
a. Sebelah utara : Desa Sriwedari
b. Sebelah timur: Desa Menoreh
c. Sebelah selatan : Desa Salaman
d. Sebelah barat : Kabupaten Purworejo
3. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Kalisalak berdasarkan data statistik tahun 2013 adalah 441.880
hektar.
B. Keadaan Demografi
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk desa Kalisalak pada tahun 2013 adalah 3.951 jiwa. Daftar tabel
dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa Kalisalak menurut jenis kelamin.
Tabel 3 : Jumlah penduduk berdasar jenis kelamin
Jumlah
23
Laki-laki Perempuan Total
2014 1937 3951
(Sumber : Balai Desa Kalisalak)
C. Sarana Kesehatan
Tabel 4 : Jumlah Posyandu di Desa Kalisalak
No. Dusun Jumlah Posyandu
1 Jurang 1
2 Ngandongan 1
3 Karangwetan 0
4 Salakan 1
5 Basongan 1
6 Gorangan lor 0
7 Gorangan kidul 1
8 Pandansari 0
9 Blondo 0
10 Ngapus 1
11 Mulosari 1
Jumlah 7
(Sumber : Balai Desa Kalisalak)
24
D. Hasil Survei
Data cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 di desa Kalisalak diperoleh
dari data primer, yaitu data diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dan
pengisian kuesioner; dan data sekunder yaitu data diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas
Salaman I. Responden diambil dari 7 ibu hamil yang sudah mendapatkan TT1 tapi belum
mendapat TT2 di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Pengambilan
data dilakukan dengan mendatangi rumah responden dan dilakukan dengan wawancara dan
pengisian kuesioner. Sebelum pengambilan data primer, dilakukan pengambilan data
sekunder dari laporan KIA Puskesmas Salaman I dan bidan Desa Kalisalak.
Jumlah pencapaian ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT2 di Kecamatan
Salaman dan Desa Kalisalak bulan Januari-September 2013:
Jumlah cakupan Ibu hamil yang mendapatkan TT2 di Kecamatan Salaman bulan
Januari-September 2013 adalah :
Besar cakupan = jumlah ibu hamil yang mendapat TT2 x 100%
jumlah ibu hamil yang diawasi
= 410 x 100%
526
= 77,87%
Dari hasil perhitungan, besarnya cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 di
Kecamatan Salaman bulan Januari-September 2013 adalah 77,87%. Hasil tersebut lebih
rendah dari target Dinkes Kab. Magelang Tahun 2011 yaitu 95%.
Jumlah pencapaian ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 di Kecamatan Salaman
adalah :
Pencapaian = Besar cakupan x 100%
25
Target Dinkes 2011
= 77,87 x 100%
95
= 81,97%
Dari hasil perhitungan, didapatkan pencapaian ibu hamil yang mendapat imunisasi
TT2 di Kecamatan Salaman 2013 kurang dari 100% yaitu hanya sebesar 81,97%.
Jumlah cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2 di Desa Kalisalak adalah :
Besar cakupan = jumlah ibu hamil yang mendapat TT2 x 1005
Jumlah ibu hamil yang diawasi
= 19 x 100%
26
= 73,07%
Dari hasil perhitungan, didapatkan cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2
di Desa Kalisalak 2013 kurang dari 95% yaitu hanya sebesar 73,07%.
1. Hasil Survei Ibu Hamil
Penelitian dilakukan dengan cara pengisian kuesioner yang diberikan kepada 7 orang
responden, yang merupakan ibu hamil yang sudah memperoleh imunisasi TT1 namun
tidak melakukan imunisasi TT2 pada periode Januari-September 2013 di Desa Kalisalak.
Sumber data responden didapatkan dari buku register bidan desa.
Tabel 5 : Penilaian Perilaku Ibu Hamil mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7
1. Apakah ibu memeriksakan kehamilan secara rutin?
T Y Y Y T T Y
2. Apakah ibu memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan (dokter/bidan)?
Y Y Y Y Y Y Y
3. Apakah ibu melakukan imunisasi TT1 dan TT2 pada saat kehamilan?
a. Yab. Tidakc. Hanya TT1 V V V V V V V
PERILAKU K K K K K K K
Keterangan : Penilaian
Skoring: 3 : Baik
<3 : Kurang
26
Benar : 1
Salah : 0
Kriteria Jml Responden Persen (%)
Baik 0 0
Kurang 7 100
Dari 3 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa perilaku responden kurang.
Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada masing-masing
pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan hasil kuesioner 75
%, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75 %, maka
dikategorikan kurang. Pertanyaan yang diberikan mengenai perilaku pemeriksaan
kandungan yang dilakukan dan imunisasi TT yang diterima.
Dari 7 responden yang ikut menjawab, didapatkan sebagian responden telah
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di tenaga kesehatan (dokter/bidan), dan
telah menerima imunisasi TT namun hanya TT1. Responden yang tidak memeriksakan
kehamilan secara rutin mengatakan mereka tidak tahu bahwa pemeriksaan kehamilan
harus dilakukan secara teratur. Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan para ibu
hamil tentang imunisasi TT. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan satu kali suntik,
perlindungannya akan bertahan terus sampai seumur hidup. Selain itu ada juga ibu hamil
yang bekerja di luar Kecamatan Salaman, sehingga sulit mempunyai waktu untuk kontrol
kehamilan dan mendapat imunisasi.
Tabel 6 : Penilaian Pengetahuan Ibu Hamil mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7
1. Apakah ibu mengetahui jenis penyakit yang dicegah dengan imunisasi TT?
T Y Y Y Y Y Y
2. Apakah ibu mengetahui manfaat imunisasi TT pada saat kehamilan?
T Y Y Y Y Y Y
3. Apakah ibu mengetahui akibatnya jika ibu hamil tidak diimunisasi TT?
T T Y Y Y Y Y
4. Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang imunisasi TT pada ibu hamil dari tenaga kesehatan?
Y T T T Y Y Y
27
PENGETAHUAN K K B B B B B
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
Kriteria Jml Responden Persen (%)
Baik 5 71.42
Kurang 2 28.57
Dari 4 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sebagian besar
responden sudah baik, namun masih ada dua responden yang pengetahuannya masih
kurang. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada masing-masing
pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan hasil kuesioner 75
%, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75 %, maka
dikategorikan kurang. Pertanyaan yang diberikan mengenai pengetahuan para responden
seputar manfaat, tujuan dan dampak pemberian imunisasi TT.
Dari 7 responden yang ikut menjawab, didapatkan sebagian besar sudah mengetahui
tujuan dan manfaat imunisasi TT, serta dampak apabila imunisasi TT tidak diberikan
kepada ibu hamil. Sebagian dari mereka juga sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang
imunisasi TT. Responden yang menjawab ‘tidak’ beralasan tidak ingat dengan pasti
kapan ia mengikuti penyuluhan, dan ada pula yang menjawab saat penyuluhan ia tidak
ada di tempat.
Tabel 7 : Penilaian Sikap Ibu Hamil mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7
1. Apakah ibu setuju bila setiap ibu hamil harus diimunisasi TT1 dan TT2?
Y Y Y Y Y Y Y
Skoring: 3-4 : Baik
<3 : Kurang
28
SIKAP B B B B B B B
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
Kriteria Jml Responden Persen (%)
Baik 7 100
Kurang 0 0
Dari 1 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa sikap responden terhadap
imunisasi baik. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada masing-
masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan hasil
kuesioner 75 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75 %,
maka dikategorikan kurang. Pertanyaan yang diberikan mengenai sikap para responden
seputar imunisasi TT.
Dari 7 responden yang ikut menjawab, didapatkan seluruh responden setuju bahwa
setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2.
Tabel 8 : Penilaian Umum Ibu Hamil mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7
1. Jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan? a. < 1 km Y Y Y Y Y Y Yb. 1-5 kmc. > km
2. Adakah kendala untuk berobat ke fasilitas kesehatan?
a. Ada
b. Tidak V V V V V V V
UMUM B B B B B B B
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
Skoring: 1 : Baik
<1 : Kurang
Skoring: 2 : Baik
<2 : Kurang
29
Kriteria Jml Responden Persen (%)
Baik 7 100
Kurang 0 0
Dari 2 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa tidak ada kendala bagi para
responden untuk berobat ke sarana kesehatan. Penilaian tersebut berdasarkan hasil
penjumlahan kuesioner pada masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika
minimal nilai total penjumlahan hasil kuesioner 75 %, sedangkan jika hasil nilai total
penjumlahan kuesioner di bawah 75 %, maka dikategorikan kurang.
Dari 7 responden yang ikut menjawab, didapatkan tempat tinggal para responden
dengan sarana kesehatan tidak jauh. Mereka juga menyangkal adanya kendala untuk pergi
berobat ke sarana kesehatan.
2. Hasil kuesioner dan wawancara kader posyandu
Survei dilakukan terhadap kader posyandu di desa Kalisalak dengan tujuan untuk
menilai peran serta kader dalam mengingatkan ibu hamil akan pentingnya imunisasi
tetanus toksoid. Jumlah responden berjumlah 10 orang. Di bawah ini adalah rincian hasil
kuesioner dan hasil wawancara dengan kader.
Tabel 9 : Penilaian Pengetahuan Kader mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Apakah Anda tahu tentang penyakit tetanus?
Y T T Y T Y Y T T T
2. Apakah Anda mengetahui gejala penyakit tetanus?
T T Y Y Y Y Y Y Y Y
3. Apakah penyakit tetanus menular? T T T T T T T T T T4. Apakah Anda tahu imunisasi apa yang
diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah penyakit tetanus?
Y Y Y Y Y Y Y T T T
5. Berapa lama jarak waktu pemberian imunisasi TT1 dengan TT2?
a. 1 minggu V V Vb. 2 minggu c. c. 4 minggu V V V V V V V
6. Siapa saja yang terkena akibatnya jika ibu
30
hamil tidak mendapat imunisasi TT?a. Bayi saja V V V V V V V Vb. Ibu saja Vc. Bayi dan ibu V
JUMLAH 3 3 4 5 5 4 4 3 3 3PENGETAHUAN K K K B B K K K K K
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
KriteriaJml
RespondenPersen (%)
Baik 2 20
Kurang 8 80
Dari 6 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden seputar
imunisasi masih kurang. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada
masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan
hasil kuesioner 75 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75
%, maka dikategorikan kurang. Pertanyaan yang diberikan mengenai sikap para
responden seputar imunisasi TT.
Dari 10 responden yang ikut menjawab, didapatkan pengetahuan sebagian besar
responden mengenai imunisasi TT masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena
kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada para kader, sehingga
pemahaman mereka belum maksimal.
Tabel 10 : Penilaian Perilaku Kader mengenai Imunisasi TT
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Apakah Anda pernah memberikan informasi kepada ibu hamil untuk
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Skoring: 5-6 : Baik
<5 : Kurang
31
melakukan imunisasi TT?2. Apakah Anda selalu memberikan
informasi pada setiap ibu hamil yang memeriksakan kandungan ke Posyandu?
a. Ya V V V Vb. Tidak c.
c. Kadang-kadang V V V V V VPERILAKU B K K K K B B K K B
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
KriteriaJml
RespondenPersen (%)
Baik 4 40
Kurang 6 60
DarI 2 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa perilaku responden seputar
imunisasi masih kurang. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada
masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan
hasil kuesioner 75 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75
%, maka dikategorikan kurang. Pertanyaan yang diberikan mengenai perilaku dan peran
serta responden seputar imunisasi TT.
Dari 10 responden yang ikut menjawab, didapatkan seluruh responden pernah
memberikan informasi kepada para ibu hamil mengenai imunisasi, namun tidak selelu
ikut serta memberikan penyuluhan kepada ibu yang memeriksakan kehamilannya di
posyandu. Oleh karena itu, penting rasanya untuk memaksimalkan peran serta kader
dalam penyuluhan kepada ibu sehingga lebih banyak lagi ibu hamil yang mengerti
pentingnya imunisasi TT saat kehamilan.
Tabel 11 : Penilaian Sikap Kader mengenai Imunisasi TT
Skoring: 2 : Baik
<2 : Kurang
32
No Pertanyaan Responden1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Apakah Anda setuju bahwa setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT?
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
SIKAP B B B B B B B B B B
Keterangan : Penilaian
Benar : 1
Salah : 0
KriteriaJml
RespondenPersen (%)
Baik 10 100
Kurang 0 0
Dari 1 soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa sikap responden seputar
imunisasi masih kurang. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada
masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan
hasil kuesioner 75 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 75
%, maka dikategorikan kurang.
Dari 10 responden yang ikut menjawab, didapatkan seluruh responden setuju bahwa
penting bagi ibu hamil unuk mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap 10 orang kader Posyandu,
didapatkan gambaran tentang peran serta kader dalam mensukseskan program imunisasi
TT pada masa kehamilan, meskipun masih ada kekurangan yaitu dari segi pengetahuan
kader mengenai manfaat dan dampak imunisasi TT secara menyeluruh, namun setidaknya
kader telah berusaha dalam mendukung setiap ibu hamil agar datang ke bidan
desa/posyandu untuk melakukan imunisasi TT. Peran serta kader dalam memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil mengenai imunisasi TT juga masih belum maksimal.
Dari pertanyaan kuesioner yang diajukan tampak para kader posyandu belum
sepenuhnya memahami seluk –beluk pemberian imunisasi TT. Kekurangan tersebut dapat
diatasi dengan peningkatan peran serta bidan desa dan penyuluhan bidan desa kepada
kader yang harus lebih ditingkatkan. Pada pertemuan tersebut bidan desa harus
meningkatkan kualitas isi dari penyuluhannya yang lebih ditekankan pada manfaat
Skoring: 1 : Baik
<1 : Kurang
33
imunisasi TT, tujuannya ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi TT dan dampak yang
terjadi apa bila ibu yang sedang hamil pada masa kehamilannya tidak melakukan
imunisasi TT atau hanya melakukan TT1 tanpa dilanjutkan TT2, sehingga kesadaran
kader dan seluruh warga desa akan pentingnya imunisasi TT pada masa kehamilan akan
terbangun dan mereka mengetahui secara lengkap maksud dan tujuan dari imunisasi
tersebut.
3. Hasil survei dan wawancara kepada bidan desa
Dilakukan survei dan wawancara terhadap bidan Desa Kalisalak tentang pelayanan
kesehatan imunisasi TT pada ibu hamil selama masa kehamilan yang telah dilakukan selama
bulan Januari-September 2013. Survey dan wawancara ini dilakukan untuk melihat kinerja
lapangan dan hambatan yang yang dialami bidan desa selama bulan Januari-September 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dan survey, bidan Desa Kalisalak telah menjalankan
tugasnya dengan baik, yaitu melakukan imunisasi TT1 dan TT2 pada ibu hamil. Sebagian
besar dari ibu hamil di desa Kalisalak juga melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Pencatatan data mengenai ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT juga telah dilakukan
dengan baik dan benar. Distribusi vaksin dilaporkan tidak ada kendala. Akan tetapi, beberapa
ibu juga ada yang tidak melakukan imunisasi TT sama sekali atau hanya melakukan
imunisasi TT1 tanpa dilanjutkan TT2. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu
hamil mengenai imunisasi TT, dan anggapan bahwa dengan hanya TT1 saja sudah cukup
melindungi ibu hamil sampai dengan masa persalinan. Ibu hamil juga dirasakan kurang
memahami manfaat , tujuan, dampak dan waktu pemberian imunisasi TT. Meskipun bidan
desa telah berusaha untuk mendata ibu hamil melalui kader dan menginformasikan kepada
ibu hamil untuk imunisasi TT, namun nyatanya masih ada ibu hamil yang belum mendapat
imunisasi TT2 dengan alasan di atas.
34
BAB VI
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
A. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan
yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan keinginan untuk
memecahkannya. Pemecahan masalah dilakukan berurutan berdasarkan siklus yang telah ada.
B. Kegiatan yang Bermasalah
Dari data SPM Puskesmas Salaman I yang telah diolah dapat diketahui bahwa
pencapaian indikator jumlah ibu hamil yang mendapat TT2 selama periode Januari –
September 2013 adalah sebesar 77,87%. Pencapaian ini tidak memenuhi target Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang yakni 95%. Masalah ini selanjutnya akan dianalisis untuk
menentukan kemungkinan penyebab masalah dengan metode pendekatan sistem (input,
proses, lingkungan, dan output).
C. Analisis Penyebab Masalah
1. Analisis Input
Tabel 12 : Identifikasi kemungkinan penyebab masalah dari faktor
input
Kelebihan Kekurangan
35
Man 1. Terdapat bidan desa
2. Terdapat kader aktif
3. Terdapat koordinator program
imunisasi
4. Terdapat dokter sebagai
konsultan program
1. Kurangnya penjelasan bidan desa
kepada warga Desa Kalisalak tentang
pentingnya imunisasi TT2 (meskipun ibu
hamil telah mendapat TT1 sebelumnya).
2. Kurangnya pengetahuan kader mengenai
manfaat, tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya apabila ibu hamil tidak
diimunisasi TT2
3. Kurangnya peran serta kader dalam
memberikan penyuluhan tentang imunisasi
TT pada ibu hamil
Money 1. Tersedia biaya operasional
pelaksanaan imunisasi.
Metho
d
1. Adanya pemeriksaan ANC
yang meliputi imunisasi ibu hamil
2. Penyuluhan oleh kader kepada
ibu hamil secara pribadi
1. Tidak ada penyuluhan berkala terhadap penduduk yang dapat memotivasi para ibu-ibu yang hamil maupun yang akan hamil serta keluarga untuk melakukan imunisasi TT pada masa kehamilan.
Materi
al
1. Terdapat Posyandu
2. Terdapat Polindes
-
36
Machin
e
1. Tersedia vaksin TT
2. Tersedia peralatan imunisasi
3. Peralatan imunisasi sudah
dikemas dengan baik dan steril juga
tersedianya termos es yang dibawa
oleh bidan desa pada saat di
posyandu serta tersedianya lemari
es di rumah bidan desa (PKD)
untuk penyimpanan alat keperluan
imunisasi TT
2. Analisis Proses
Tabel 13 : Analisis Proses Penyebab Masalah
Proses Kelebihan Kekurangan
P1
(perencanaan)
1. Adanya jadwal imunisasi di
PKD dan Posyandu
2. Bidan telah menyiapkan
peralatan jika pada saat
Posyandu ada ibu hamil yang
akan diimunisasi
1. Belum ada rencana jadwal
penyuluhan imunisasi dalam bentuk
penyuluhan kelompok untuk warga.
P2
(pelaksanaan
dan
penggerakan)
1. Imunisasi dapat dilakukan
di PKD dan Posyandu
2. Tersedianya peralatan
untuk imunisasi
1. Bidan desa belum mengunjungi
ibu hamil yang tidak mengikuti
Posyandu
37
P3
(pengawasan,
penilaian dan
pengendalian)
1. Setiap bidan desa memiliki
data ibu hamil yang telah
mendapat imunisasi dan belum
mendapat imunisasi
2. Setiap setelah imunisasi
data dicatat dalam buku KIA
dan buku kohort.
3. Koordinasi antara bidan
desa dan koordinator program
imunisasi
4. Pelaporan koordinator
imunisasi rutin dilakukan setiap
bulan
5. Hasil program dilaporkan
setiap tahunnya dalam SPM
3. Analisis Lingkungan
Tabel 14 : Identifikasi kemungkinan penyebab masalah dari faktor
Lingkungan
Lingkungan Kelebihan Kekurangan
38
1. Dusun terletak dekat
dengan sarana kesehatan
a. Pengaruh keluarga/sosiobudaya untuk tidak melakukan TT2, karena dianggap sudah cukup hanya dengan TT1
b. Kurangnya pengetahuan ibu tentang seluk-beluk imunisasi TT, serta prilaku ibu yang tidak patuh
D. Rumusan Kemungkinan Penyebab Masalah berdasarkan Analisa
Penulis
a. Kurangnya penjelasan bidan desa kepada warga Desa Kalisalak tentang pentingnya
imunisasi TT2,
b. Kurangnya pengetahuan kader mengenai manfaat, tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya apabila ibu hamil tidak diimunisasi,
c. Kurangnya peran serta kader dalam memberikan penyuluhan tentang imunisasi TT
pada ibu hamil,
d. Tidak ada penyuluhan berkala terhadap penduduk yang dapat memotivasi para ibu-
ibu yang hamil maupun yang akan hamil serta keluarga untuk melakukan imunisasi
TT pada masa kehamilan,
e. Belum ada rencana jadwal penyuluhan imunisasi dalam bentuk penyuluhan
kelompok untuk warga,
f.Bidan desa belum mengunjungi ibu hamil yang tidak mengikuti posyandu,
g. Pengaruh keluarga/sosiobudaya untuk tidak melakukan TT2, karena dianggap
sudah cukup hanya dengan TT1,
h. Kurangnya pengetahuan ibu tentang seluk-beluk imunisasi TT.
Gambar 4. Diagram Hasil Penentuan Penyebab Masalah Berdasarkan Diagram Fish Bone
39
P1
Belum ada rencana jadwal penyuluhan imunisasi
kelompokCakupan ibu hamil dengan TT2 bulan Jan – Sep 2013 di Desa Kalisalak sebesar 73,07% dari target Dinkes 95%
P2
Bidan desa belum mengunjungi ibu hamil
yang tidak mengikuti Posyandu
Man
Kurangnya penjelasan bidan kepada warga
Kurangnya pengetahuan kader
Kurangnya peran serta kader
Money
Method
Tidak ada penyuluhan
berkala terhadap penduduk
Machine
INPUT
Material
Lingkungan
Pengaruh keluarga/sosiobudaya untuk tidak melakukan TT2
Kurangnya pengetahuan ibu tentang seluk-beluk imunisasi TT2, serta prilaku ibu hamil yang tidak patuh
P3
PROSES
40
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab paling mungkin masalah kurangnya jumlah ibu
hamil yang mendapat imunisasi TT 2 di wilayah kerja Puskesmas Salaman I, Desa Kalisalak,
maka langkah selanjutnya yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut.
Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 15 : Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab masalah Alternatif pemecahan masalah
1 Kurangnya pengetahuan kader
mengenai manfaat, tujuan imunisasi
TT2 serta dampaknya apabila ibu
hamil tidak diimunisasi TT2
Memberikan penyuluhan kepada kader
aktif mengenai manfaat, tujuan imunisasi
TT2 serta dampaknya bila ibu hamil tidak
mendapat TT2
2 Tidak ada penyuluhan berkala terhadap
penduduk yang dapat memotivasi para
ibu-ibu yang hamil maupun yang akan
hamil serta keluarga untuk melakukan
imunisasi TT pada masa kehamilan.
Membuat media promosi mengenai
imunisasi ibu hamil
Membuat jadwal penyuluhan imunisasi
untuk para ibu secara teratur
3 Kurangnya pengetahuan ibu tentang
seluk-beluk imunisasi TT, serta prilaku
ibu yang tidak patuh
Memberikan informasi tambahan dan
penyuluhan kepada ibu mengenai
imunisasi TT
4 Kurangnya penjelasan bidan desa
kepada warga desa Kalisalak tentang
pentingnya imunisasi TT2.
Mengadakan penyuluhan secara terjadwal
dan lengkap
5 Kurangnya peran serta kader dalam
memberikan penyuluhan tentang
imunisasi TT pada ibu hamil
Mengadakan penyuluhan secara terjadwal
dan lengkap
41
6 Belum ada rencana jadwal penyuluhan
imunisasi dalam bentuk penyuluhan
kelompok untuk warga,
Membuat jadwal penyuluhan imunisasi
untuk para ibu secara teratur
7 Bidan desa belum mengunjungi ibu
hamil yang tidak mengikuti posyandu,
Mengadakan penyuluhan secara terjadwal
dan lengkap
8 Pengaruh keluarga/sosiobudaya untuk
tidak melakukan TT2, karena dianggap
sudah cukup hanya dengan TT1
Memberikan informasi tambahan dan
penyuluhan kepada ibu mengenai
imunisasi TT
Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya pengetahuan kader mengenai manfaat, tujuan
imunisasi TT2 serta dampaknya apabila ibu hamil tidak
diimunisasi TT2
Tidak ada penyuluhan berkala terhadap penduduk untuk melakukan imunisasi TT pada masa kehamilan.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang seluk-beluk imunisasi TT, serta prilaku ibu yang tidak patuh
Kurangnya penjelasan bidan desa kepada warga Desa
Kalisalak tentang pentingnya imunisasi TT2
Membuat media
promosi mengenai
imunisasi (leaflet,
Membuat jadwal penyuluhan imunisasi untuk para ibu secara
teratur
Mengadakan penyuluhan secara
terjadwal dan lengkap
Memberikan penyuluhan kepada kader aktif
mengenai manfaat, tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya
Kurangnya peran serta kader dalam memberikan penyuluhan tentang imunisasi TT pada ibu hamil
Belum ada rencana jadwal penyuluhan imunisasi dalam
bentuk penyuluhan kelompok untuk warga,
Bidan desa belum mengunjungi ibu hamil yang tidak
mengikuti posyandu,
Pengaruh keluarga/sosiobudaya untuk tidak melakukan TT2, karena dianggap sudah cukup hanya dengan TT1
42
B. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Metode Matriks menggunakan Rumus
MxIxV/C :
1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program :
a Magnitude (M) = Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau
banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.
b Importancy (I) = Pentingnya cara penyelesaian masalah
Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian
dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.
a. Vulnerability (V) = Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive maka akan
semakin efektif.
Skor (magnitude, importancy dan vunerability):
1. Sangat kurang efektif
2. Kurang efektif
3. Cukup efektif
4. Efektif
5. Sangat efektif
2. Efisiensi program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah C (Cost).
Skor untuk (cost):
1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil.
2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar
3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar
4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar
5. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar.
43
Tabel 16 : Hasil akhir penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Penyelesaian masalahNilai Kriteria Hasil Akhir
UrutanM I V C (M.I.V)/C
Memberikan penyuluhan kepada
kader aktif mengenai manfaat,
tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya bila Ibu hamil tidak
mendapat TT2
3 3 4 2 18 II
Membuat media promosi
mengenai imunisasi ibu hamil 4 3 3 5 7.2 IV
Memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil/ yang akan hamil dan
keluarga mengenai pentingnya
imunisasi TT pada Ibu hamil
5 5 4 4 25 I
Membuat jadwal penyuluhan
untuk para ibu 3 3 3 2 13.5 III
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah
dengan menggunakan metode Kriteria Matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif
pemecahan penyebab masalah rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT di
desa Kalisalak 2013 antara lain :
1. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil/ yang akan hamil dan keluarga
mengenai pentingnya imunisasi TT pada Ibu hamil
2. Memberikan penyuluhan kepada kader aktif mengenai manfaat, tujuan imunisasi
TT2 serta dampaknya bila Ibu hamil tidak mendapat TT2
3. Membuat jadwal penyuluhan untuk para ibu
4. Membuat media promosi mengenai imunisasi ibu hamil
C. Pemecahan Masalah dan Penerapannya
44
Berdasarkan analisis penyebab masalah maka kemungkinan pemecahan masalahnya
adalah sebagai berikut :
Tabel 17 : Rencana Kegiatan dari Strategi Pemecahan Masalah
No. Pemecahan Masalah yang Paling Mungkin Bentuk Kegiatan
1. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil/ yang
akan hamil dan keluarga mengenai pentingnya
imunisasi TT pada Ibu hamil
Melakukan penyuluhan kepada Ibu
hamil atau yang akan hamil, serta
keluarga ibu hamil mengenai
pentingnya imunisasi TT
2. Memberikan penyuluhan kepada kader aktif
mengenai manfaat, tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya bila Ibu hamil tidak mendapat TT2
Mengadakan penyuluhan kepada
kader aktif mengenai manfaat, tujuan
imunisasi TT2 serta dampaknya bila
Ibu hamil tidak mendapat TT2
3. Membuat media promosi mengenai imunisasi
ibu hamil
Membuat media promosi seperti
brosur dan leaflet.
4. Menyusun jadwal penyuluhan untuk para ibu Membuat jadwal
D. Penyusunan rencana Kegiatan Peningkatan Jumlah ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT2
Setelah menentukan alternatif kegiatan, kemudian dibuat sebuah tabel rencana atau
Plan of Action yang meliputi kegiatan, tujuan, sasaran, waktu, dana, lokasi, pelaksana,
metode dan tolak ukur yang sesuai dengan masalah yang ditemukan.
Tabel 18 : Plan of Action (POA)
45
No. Kegiatan Tujuan Waktu Lokasi Pendanaan Sasaran Pelaksana Metode Tolak Ukur
1. Melakukan
penyuluhan
kepada Ibu
hamil atau
yang akan
hamil, serta
keluarga ibu
hamil
Meningkatkan kesadaran Ibu hamil untuk mendapatkan imunisasi TT
6 bulan sekali Balai Desa/ Posyandu
Dana Operasional puskesmas
Ibu hamil/ yang akan hamil serta keluarganya
Bidan desa, unit koordinator imunisasi
Pertemuan, pemberian materi dan diskusi
Meningkatnya kesadaran seluruh Ibu hamil agar mendapat imunisasi TT
2 Mengadaka
n
penyuluhan
kepada
kader aktif
Meningkatkan pengetahuan kader tentang manfaat tujuan imunisasi TT serta dampaknya bila ibu tidak melakukan imunisasi TT
6 bulan sekali Puskesmas Salaman I
Dana Operasional puskesmas
Kader aktifDokter Puskesmas dan Bidan Desa
Memberi materi tentang manfaat,tujuan imunisasi TT serta dampaknya bila ibu hamil tidak mendapat TT2
Meningkatnya pengetahuan dan peran kader aktif tentang imunisasi TT pada Ibu hamil
3 Membuat
media
promosi
meningkatnya pengetahuan/ mengingatkan ibu hamil mengenai pentingnya imunisasi TT
1 kali setahun Puskesmas Salaman I
Swadana masyarakat/ dana operasional
Seluruh ibu hamil/ yang akan hamil serta keluarganya
Bidan desa, tenaga kesehatan
Memberi informasi melalui media promosi
Meningkatnya kesadaran seluruh Ibu hamil agar mendapat imunisasi TT
4. Membuat
jadwal
penyuluhan
untuk ibu
secara
berkala
Ibu hamil mendapatkan pengetahuan tentang imunisasi secara teratur dan terjadwal
1 kali setahun Puskesmas Salaman I
Dana Operasional puskesmas
Ibu hamil Bidan desa Menentukan jadwal
Terlaksananya penyuluhan dengan interval waktu yang teratur
Tabel 19 : Gann Chart
46
No. KegiatanJanuari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Melakukan penyuluhan kepada
Ibu hamil atau yang akan hamil,
serta keluarga ibu hamil mengenai
pentingnya imunisasi TT
2.
Mengadakan penyuluhan kepada
kader aktif mengenai manfaat,
tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya bila Ibu hamil tidak
mendapat TT2
3.Membuat media promosi seperti
poster, brosur dan leaflet.
4. Membuat jadwal penyuluhan
untuk ibu secara berkala
No. KegiatanJuli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Melakukan penyuluhan kepada
Ibu hamil atau yang akan hamil,
serta keluarga ibu hamil mengenai
pentingnya imunisasi TT
2.
Mengadakan penyuluhan kepada
kader aktif mengenai manfaat,
tujuan imunisasi TT2 serta
dampaknya bila Ibu hamil tidak
mendapat TT2
3.Membuat media promosi seperti
poster, brosur dan leaflet.
4.Membuat jadwal penyuluhan
untuk ibu secara berkala
BAB VIII
PENUTUP
47
A. Kesimpulan
Di Puskesmas Salaman I, program imunisasi pada indikator jumlah ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT2 belum mencapai target yang ada pada periode Januari-September
2013. Persentase untuk jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 2 periode sampai
bulan September 2013 sebesar 77,87 % dan angka cakupan di Desa Kalisalak mencapai
73,07%, sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yang harus dicapai adalah
sebesar 95 %.Oleh karena itu jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 2 di wilayah
kerja Puskesmas Salaman I, khususnya desa Kalisalak masih bermasalah.
Program pelaksanaan imunisasi ibu hamil ini sudah berjalan dengan baik dengan
adanya posyandu di desa Kalisalak yang dilaksanakan oleh bidan desa dan dibantu oleh para
kader aktif, namun karena kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai manfaat imunisasi TT
bagi kehamilan, kurangnya pengetahuan kader mengenai imunisasi TT serta tidak adanya
kegiatan penyuluhan secara berkala maka kegiatan ini belum bisa optimal. Dengan
memperbaiki input dan proses dari kegiatan ini diharapkan cakupan bulan / tahun yang akan
datang dapat lebih baik / dapat ditingkatkan.
B. Saran
Saran yang penulis usulkan untuk masalah ini adalah :
1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan maupun para kader yang ada untuk
mempromosikan mengenai pentingnya imunisasi pada saat kehamilan secara
terus-menerus kepada ibu-ibu yang sedang hamil.
2. Proses pelaporan data ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 1 dan TT 2 perlu
dioptimalkan
3. Mengoptimalkan peran bidan desa untuk memotivasi ibu hamil untuk
mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2
DAFTAR PUSTAKA
48
1. BKKBN., 2005. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi,
dan Anak Balita).
2. Chin, James., Kandun, I Nyoman., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit
Menular. Available at www.ppmplp.depkes.go.id
3. Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi
4. Ditjen PPM-PL Depkes RI., 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi edisi
ketujuh.
5. Idanati, Rukna., 2005. TT Pregnancy. Available at http://adln.lib.unair.ac.id
6. Saifuddin, Abdul Bari., Andriaansz, Geoege., Wiknjosastro, Gulardi Hanifa.,
Waspodo, Djoko., 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
7. Hartoyo. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di Puskesmas.