Kelompok I PFA 2011 Seleksi dan Perencanaan Obat di Rumah Sakit I.Pendahuluan Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi juga merupakan revenue center rumah sakit, maka masalah perbekalan farmasi sebaiknya dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab sehingga pendapatan rumah sakit dapat terkontrol dengan baik (Maimun, 2008). Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen yang penting, karena ketidakefisiensinya akan memberikan dampak negatif bagi rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Untuk menghindari terjadinya permasalahan yang berkaitan dengan ketersediaan obat-obatan maka unit pelayanan kesehatan dituntut untuk membuat manajemen obat yang sistematis sebagaimana dijelaskan dalam drug management cycle.Langkah awal dalam pengelolaan obat sebelum dilakukan pengadaan ialah tahapan seleksi, dan perencanaan obat. Kedua tahapan tersebut dilakukan untuk mendukung pengadaan obat yang tepat bagi rumah sakit. {Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 1
33
Embed
Tinjauan Pustaka Seleksi Dan Perencanaan Obat Di Rumah Sakit (1)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kelompok I PFA 2011
Seleksi dan Perencanaan Obat di Rumah Sakit
I. Pendahuluan
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi juga merupakan revenue center
rumah sakit, maka masalah perbekalan farmasi sebaiknya dikelola secara cermat dan
penuh tanggung jawab sehingga pendapatan rumah sakit dapat terkontrol dengan baik
(Maimun, 2008). Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen yang
penting, karena ketidakefisiensinya akan memberikan dampak negatif bagi rumah
sakit baik secara medis maupun ekonomis. Untuk menghindari terjadinya
permasalahan yang berkaitan dengan ketersediaan obat-obatan maka unit pelayanan
kesehatan dituntut untuk membuat manajemen obat yang sistematis sebagaimana
dijelaskan dalam drug management cycle.Langkah awal dalam pengelolaan obat
sebelum dilakukan pengadaan ialah tahapan seleksi, dan perencanaan obat. Kedua
tahapan tersebut dilakukan untuk mendukung pengadaan obat yang tepat bagi rumah
sakit.
II. Tinjauan Pustaka
Menurut Hassan (1981) farmasi rumah sakit merupakan bagian atau
pelayanan di rumah sakit yang dipimpin oleh seorang profesional apoteker dengan
suatu kualifikasi tertentu secara resmi. Mengingat peran, tugas dan nilai barang, serta
akibat yang akan timbul pada pasien, maka farmasi rumah sakit harus dikelola oleh
orang yang mempunyai kemampuan tinggi dalam hal manajerial dan profesional di
profesinya. Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah khusus mengenai
manajemen dan dasar utama yang digunakan dalam hal manajemen obat adalah Drug
Management Cycle (Pudjaningsing, 2006). Drug management cycle merupakan suatu
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 1
Management Support
Kelompok I PFA 2011
siklus yang tidak berputus pada suatu rumah sakit. Dimulai dari pemilihat obat,
kemudian perencanaan jumlah obat yang akan diadakan, pengadaan, penyimpanan,
distribusi, dan penggunaan, sampai kembali lagi ke seleksi obat.
Pengelolaan obat di RS meliputi tahap-tahap perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait satu sama lainnya,
sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara
optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan mengakibatkan tidak
efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada (Maimun, 2008).
Gambar 1. Drug management cycle
Management support yang terdiri dari manajemen organisasi, finansial,
sumber daya manusia dan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan karena akan mendukung pelaksanaan tahapan pengelolaan obat yang
meliputi tahap-tahap selection, procurement, distribution dan use. Selection adalah
tahapan pemilihan obat yang akan dipakai di rumah sakit yang nanti akan berakhir
dengan dibuatnya formularium (Pudjaningsing, 2006).
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, formularium adalah himpunan obat yang
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 2
Kelompok I PFA 2011
diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit
dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Penyusunan formularium
rumah sakit merupakan tugas PFT. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi
pegangan para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien
sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah
upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit.
1. Seleksi Obat
Seleksi obat dilakukan oleh oleh panitia farmasi dan terapi (PFT) dengan
menyusun suatu daftar obat dan alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit
sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit. Setelah dilakukan seleksi, maka
pengadaan obat dimulai dengan perencanaan obat (Maimun, 2008).
Seleksi obat adalah suatu proses untuk menetukan jenis obat yang benar-benar
diperlukan yang sesuai dengan pola penyakit. Dasar seleksi kebutuhan obat meliputi :
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis, dan statistik yang memberikan
efek terapi jauh lebih baik disbanding resiko efek samping yang ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis. Apabila jumlah obat dengan indikasi sama dalam jumlah
banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choice dari penyakit yang
prevalensinya tinggi.
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.
d. Menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
tersebut mempunyai efek yang lebih baik daripada apabila digunakan secara
tunggal.
Seleksi obat-obat yang akan dimasukan ke dalam formularium digambarkan pada
Gambar 2.
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 3
Kelompok I PFA 2011
Gambar 2. Seleksi Obat dalam Penyusunan Formularium
Proses pemilihan obat untuk formularium dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Penetapan masalah kesehatan
Panitia farmasi dan terapi mencari informasi mengenai pola prevalensi
penyakit di daerah RS didirikan. Prevalensi 10-20 penyakit tertinggi di daerah
tersebut akan diprioritaskan dalam memilih obat. Selain pola penyakit, perlu juga data
mengenai keluhan umum yang menyebabkan seseorang datang ke rumah sakit dan
memerlukan terapi.
b. Pemilihan jenis terapi dan penyusunan
Obat-obat (dan alat kesehatan) yang dapat digunakan dalam terapi didaftar,
lalu dipilih obat pilihan utama dan sekunder (lalu tersier) untuk pengobatan.
Pemilihan obat ini didasarkan pada guideline terapi pengobatan yang terbaru dan
yang berbasis bukti. Kemudian, ditentukan juga obat-obatan yang akan digunakan di
RS, dan disusun daftar merk dagang yang tersedia untuk setiap obat. Daftar tersebut
disusun menurut bentuk sediaan dan dosis setiap sediaan dengan mempertimbangkan
bioavailabilitas-bioequivalency, harga obat, ketersediaan dana, kemampuan supplier
menyediakan obat tepat waktu. Daftar tersebut disusun dalam formularium, yang
merupakan output dari proses seleksi obat. Formularium menjadi dasar pengadaan
obat di RS dan dasar dokter untuk memilih obat. Untuk penjaminan mutu RS,
formularium perlu diperbaharui berkala.
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 4
Kelompok I PFA 2011
2. Perencanaan Obat
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat. Metode yang dapat digunakan yaitu: metode konsumsi
dan metode epidemiologi. Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit yaitu
DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat
yang berlaku, data catatan medis, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus
penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, atau dari rencana
pengembangan.
Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan
perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.
Tahap-tahap yang dilalui dalam proses perencanaan obat adalah:
a. Tahap pemilihan obat, dimana pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik
terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan
harga berpedoman pada penetapan Menteri.
b. Tahap kompilasi pemakaian obat, untuk memperoleh informasi:
1) Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan
kesehatan/puskesmas pertahun.
2) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh
unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat Kab/Kota secara
periodik.
c. Tahap perhitungan kebutuhan obat, dilakukan dengan:
1) Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi
obat tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan
dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan
perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan
alokasi dana. Rumus yang digunakan adalah:
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 5
Kelompok I PFA 2011
A = (B+C+D) - E
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok Pengaman 10% - 20%
D = Waktu tunggu 3 – 6 bulan
E = Sisa stok
Keunggulan metode konsumsi adalah data yang diperoleh akurat, metode
paling mudah, tidak memerlukan data penyakit maupun standar pengobatan.
jika data konsumsi lengkap pola penulisan tidak berubah dan kebutuhan relatif
konstan maka kemungkinan kekurangan atau kelebihan obat sangat kecil.
Kekurangannya antara lain tidak dapat untuk mengkaji penggunaan obat
dalam perbaikan penulisan resep, kekurangan dan kelebihan obat sulit
diandalkan, tidak memerlukan pencatatan data morbiditas yang baik.
2) Metode Morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit. Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
a) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur
penyakit.
b) Menyiapkan data populasi penduduk.
c) Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada.
d) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/tahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
e) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
f) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan
datang.
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 6
Kelompok I PFA 2011
Keunggulan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan mendekati
kebenaran, standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki pola
penggunaan obat. Sedangkan kekurangannya antara lain membutuhkan waktu
dan tenaga yang terampil, data penyakit sulit diperoleh secara pasti,
diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik.
d. Tahap proyeksi kebutuhan obat, dengan kegiatan-kegiatan:
1) Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang, dengan
mengalikan waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan
ditambah stok pengaman.
2) Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan
datang, dengan rumus:
a = b + c + d - e - f
a = perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan datang.
b = kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan (sesuai tahun anggaran yang bersangkutan).
c = kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.
d = perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman).
e = stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun sebelumnya di unit pengelola obat.
f = rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Jan s.d Des).
3) Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan
melakukan analisis ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dan
penyesuaian kebutuhan dengan anggaran yang tersedia.
4) Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan
melakukan kegiatan: menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing
obat berdasarkan sumber anggaran; menghitung persentase anggaran masing-
masing obat terhadap total anggaran dan semua sumber.
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 7
Kelompok I PFA 2011
5) Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan
formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat.
e. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat
Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah rencana pengadaan,
skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana
pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan
kebutuhan obat adalah dengan cara:
1) Analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan
kebutuhan dananya yaitu:
a) Kelompok A: kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat
keseluruhan.
b) Kelompok B: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
c) Kelompok C: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan kelompok A, B dan C:
a) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan
cara kuantum obat x harga obat.
b) Tentukan rankingnya mulai dari dana terbesar sampai terkecil.
c) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
d) Hitung kumulasi persennya.
e) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%.
f) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%.
g) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s.d 100%.
2) Analisa VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan
kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu:
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 8
Kelompok I PFA 2011
a) Kelompok V: kelompok obat yang vital antara lain: obat penyelamat, obat
untuk pelayanaan kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit-
penyakit penyebab kematian terbesar.
b) Kelompok E: kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit.
c) Kelompok N: kelompok obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan
dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk
Sampel yang diambil adalah obat-obat yang masuk dalam kelas A nilai pakai dan nilai investasi (ANP dan ANI). Karena jumlah obat yang masuk dalam kelas ANP dan ANI cukup banyak, dan adanya beberapa perbedaan obat yang masuk ke dalam kelas tersebut selama tauhn 2004-2006, maka digunakan kriteria inklusi berikut, sampel adalah item obat yang masuk ke dalam kelas ANP dan ANI peling tidak selama 2 tahun pada periode 2004-2006. Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang diambil sebanyak 81 item obat.Obat yang termabil sebanyak 81 item obat disusun membentuk kuesioner untuk menetapkan obat masuk ke dalam kategori vital, esensial, dan non esensial.Hasilnya dari 81 item obat, 15 obat termasuk kelas vital (18,52%), 60 obat merupakan obat esensial (74,07%), dan obat merupakan nonesensial (7,41%).
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 13
Kelompok I PFA 2011
d) Nilai Indeks Kritis (NIK)
Setelah mengklasifikasikan obat-obat kedalam kelas A,B dan C
berdasarkan nilai pakai dan nilai investasi, dan mengelompokkan obat ke
dalam klasifikasi vital, esensial, dan nonesensial, maka selanjutnya dapat
ditentukan nilai indeks kritis obat dengan menggunakan rumus :
NIK = nilai pakai + nilai investasi + (2x nilai kritis)
Adapun penilaian sebagai berikut :
1) Nilai Pakai (NP) dan Nilai Investasi (NI)
A = 3, B = 2, C= 1
2) Nilai Kritis (NK)
V = 3, E = 2, N = 1
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 14
Tabel 9. Pengelompokan Obat Dengan Analisis ABC Indeks Kritis tahun 2004-2006
Kelompok I PFA 2011
No Nama Obat Nilai Pakai Nilai investasi Nilai Kritis NIK Kategori
1 Actrapid HM Penfil 3 3 3 12
2 Adalat OROS 3 3 2.75 11.5
3 Amicillin 1 gram inj 3 3 2.25 10.5
4 Amoxan 1 gram inj 3 3 2.25 10.5
5 Amoxicillin 3 3 2.25 10.5
6 Asam Askorbat 3 3 1 8
7 Asam Folat 3 3 1.7 9.4
8 Aspilet 3 3 2.17 10.34
9 Assering 500 cc 3 3 2 10
10 Bactesyn 1,5 gram inj 3 3 2.5 11
11 Berotec 200 mcg 3 3 3 12
12 Brainact 250 mg inj 3 3 2.8 11.6
13 Brainact 500 mg 3 3 2.8 11.6
14 Broadced 1 gram inj 3 3 2.5 11
15 Ca Laktat 3 3 1.6 9.2
16 Captropil 12,5 mg 3 3 2.2 10
17 Captropil 25 mg 3 3 2.2 10
18 Catapres inj 3 3 2.4 10.8
19 Cefotaxim 3 3 2.57 11.14
20 Ceftazidim inj 3 3 2.57 11.14
21 Ceftriaxon inj 3 3 2.57 11.14
22 Ciprodloxacin 500 mg 3 3 2.38 10.76
23 Ciprofloxacin inj 3 3 2.38 10.76
24 D 5% OTSU 3 3 2 10
25 Deksametason 3 3 2.14 10.28
26 Dexacap 12,5 mg 3 3 2.2 10.4
27 Dumozol 0,25 gram 3 3 2.25 10.5
28 Ferofort 3 3 1.5 9
29 Fimalbulin 50 ml 3 3 2.75 11.5
30 Frego 10 mg 3 3 1.75 9.5
31 Furosemid 40 mg 3 3 2.25 10.5
32 Glibenklamid 5 mg 3 3 2.25 10.5
33 Glucodex 3 3 2.25 10.5
34 HCT 25 mg 3 3 2 10
35 Hexer 3 3 2 10
36 Hexilon 1 gram 3 3 2.2 20.4
37 Humulin N 3 3 2.67 11.34
38 Imunos 3 3 1.25 8.5
39 Insulatard Hm Penfil 3 3 3 12
40 ISDN 5 mg 3 3 2.75 11.5
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
BIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
AIK
AIK
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 15
Kelompok I PFA 2011
42 KA EN 3 A 500 ml 3 3 1.75 9.5
43 KA EN 3 B 500 ml 3 3 2 10
44 Kalchef 0,75 gram 3 3 2.2 10.4
45 Kalmethason 3 3 2 10
46 Kalmoxilin 500 mg 3 3 2.14 10.28
47 Kalmoxilin 3 3 2.14 10.28
48 Kaltrofen 3 3 2.17 10.34
49 Ketalar 100 mg 3 3 2 10
50 KSR 600 mg 3 3 2.2 10.4
51 Lovenox inj 3 3 1 8
52 Madopar 3 3 2 10
53 Mertigo 3 3 1.71 9.42
54 Metformin 3 3 2 10
55 Metil Pretnisolon 4 mg 3 3 2 10
56 Metronidazole 100 cc 3 3 2.2 10.4
57 Miloz inj 3 3 1.75 9.5
58 Mocileps 3 3 1.75 9.5
59 NaCl OTSU 3 3 1.6 9.2
60 Neurocet 3 gram inj 3 3 2 10
61 Neurochol 3 3 1.5 9
62 Neurodex 3 3 1.38 8.76
63 Paracetamol 500 mg 3 3 1.71 9.42
64 Piracetam 3 gram inj 3 3 2.14 10.28
65 Pyridoksin 10 mg 3 3 1.5 9
66 Radin 3 3 2.33 10.66
67 Radin 3 3 2.33 10.66
68 Ranitidin 3 3 2.33 10.66
69 Rantin 3 3 2.33 10.66
70 Recofol 3 3 2 10
71 Remopain 3% inj 3 3 2 10
72 Renadinac 50 mg 3 3 2 10
73 RL OTSU 500 cc 3 3 1.8 9.6
74 Salbutamol 2 mg 3 3 1.8 9.6
75 Syntosinon 3 3 2.6 11.2
76 Thiamin 3 3 1.8 9.6
77 Thidim inj 1 gram 3 3 1.67 9.34
78 THP 3 3 1.6 9.2
79 Unalium 5 mg 3 3 2 10
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
AIK
BIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
AIK
BIK
BIK
BIK
AIK
BIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
AIK
BIK
BIK
AIK
{Manajemen Farmasi Rumah Sakit} Page 16
Kelompok I PFA 2011
Pada kasus 1 tidak dilakukan rencana pengadaan karena tidak diketahui total
anggaran yang dibutuhkan serta pemakaian tiap bulan untuk setiap item obat.
2. Kasus 2
Dari data diketahui penggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2010, kemudian
dilakukan analisis kebutuhan obat untuk bulan November 2010 di Rumah Sakit
MP.
a. Seleksi
Seleksi obat dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dengan menyusun
suatu daftar obat dan alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit sebagai bagian
pelayanan rumah sakit. Pada studi kasus ini kelompok 1 tidak melakukan seleksi obat
karena keterbatasan yang ada. Data yang digunakan pada kasus ini merupakan data dari
Rumah Sakit MP, dari data didapatkan pola pengggunaan obat pada bulan Januari-Maret
2010 (Tabel 10). Data ini selanjutnya digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan obat-