TINJAUAN PUSTAKA Narkoba Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan 2008). Narkoba dibagi dalam 3 jenis : 1. Narkotika 2. Psikotropika 3. Zat adiktif lainnya Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009). Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan : a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk. b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol. c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: codein dan turunannya (Martono 2006). Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
14
Embed
TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54919/BAB II... · Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan ... narkotika yang berkhasiat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
TINJAUAN PUSTAKA
Narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh
manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain
sebagainya (Kurniawan 2008). Narkoba dibagi dalam 3 jenis :
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Zat adiktif lainnya
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat
berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009).
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya
adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat
digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak
murni berupa bubuk.
b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: petidin dan
turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
codein dan turunannya (Martono 2006).
Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1997).
5
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat
untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi
(menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul),
sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk
menyebabkan sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh : ampetamin dan metapetamin.
c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal,
fleenitrazepam.
d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam
(Martono 2006).
Rehabilitasi
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 996 tahun 2002, rehabilitasi
adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan medis, psikologis, sosial, dan religi agar pengguna narkoba yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional
seoptimal mungkin. Sarana pelayanan rehabilitasi merupakan tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan narkoba berupa kegiatan pemulihan dan pengembangan secara
terpadu baik fisik, mental, sosial, dan agama. Program rehabilitasi yang
digunakan yaitu therapeutic community.
Therapeutic community (TC) merupakan lingkunga yang bebas dari obat-
obatan, dimana individu dengan masalah ketergantungan hidup bersama dengan
satu cara yang terstruktur dan terorgaanisasi dalam rangka membuat perubahan
dan memungkinkan kehidupan yang terbebas dari obat-obatan di masyarakat
luar nantinya. TC merupakan program rumahan yang memiliki perencanaan
tinggal selama 15 sampai 24 bulan (Holbrook et al. 2002). TC memfokuskan
pada resosialisasi dari individu dan penggunaan seluruh komunitas dari program
residen. TC merupakan treatment yang terstruktur dan menjadi konfrontasional
6
dengan aktivitas yang dirancang untuk membantu residen menguji kepercayaan
diri, konsep diri serta, pola perilaku yang salah.
Tahapan dalam Program TC
a. Primary
Dalam pusat treatment diajukan sebagai metoe de Leon dalam Armna
(2008). Selama periode kurang lebih 6-12 bulan residen akan tinggal
bersama dengan teman sebayanya. Di dalam lingkungan yang memiliki
struktur hirarkis dan dalam suasana penerimaan dan kenyamanan,
mereka akan belajar untuk mengekspresikan diri dan merubah perilaku
mereka dengan bantuan encounter groups dan metode therapeutic.
Melalui metode ini dipercayai residen akan mencapai tahapan baru dalam
identitas diri dan mendapatkan self insight yang lebih baik.
b. Re-entry
Setengah tahun berikutnya, residen akan berpindah secara bertahap dari
pusat treatment dan kembali ke rumahnya masing-masing. Pendekatan
pada tahap ini lebih kepada perseorangan dan residen secara perlahan
namun pasti melanjutkan kembali hubungan dengan dunia luar. Setelah
lulus dari program residen akan mencapai tahapan baru dalam identitias
sosial, bersamaan dengan insight yang lebih baik dalam tempatnya di
lingkungan.
Kecanduan obat dan alkohol adalah penyakit kompleks. Menurut National
National Institute on Drug Abuse (NIDA), kecanduan narkoba adalah penyakit
otak kronis. Hal ini dianggap penyakit otak karena penelitian telah menunjukkan
bahwa obat dan alkohol secara fisik mengubah struktur otak dan kerja otak.
Secara khusus, obat-obatan dan alkohol mengubah bidang otak yang dapat
mengakibatkan gangguan penilaian, kurangnya kontrol diri, ketidakmampuan
untuk mengatur emosi, dan kurangnya motivasi, memori atau fungsi belajar.
Kecanduan menyebabkan perubahan fisik maupun yang psikologis. Perubahan
fisik sering dapat menyebabkan ketidakseimbangan biokimia berat (atau
memperburuk kerentanan yang sudah ada), kekurangan gizi, dan masalah
pencernaan. Obat-obatan dan alkohol hanya sementara mengubah mood
seseorang atau keadaan emosional. Setelah efek hilang, pengguna sering
mencari lagi dosis jangka pendek (Miller 2010).
Selain itu, ketidakseimbangan biokimia, kecenderungan genetik (yaitu,
kebutuhan gizi, metabolisme), alergi makanan, pilihan diet yang buruk, tekanan
7
psikologis atau mental, terkena racun dan tekanan sosial dapat membuat
seseorang lebih rentan terhadap kecanduan atau membuat lebih sulit bagi
seseorang untuk tetap bersih dan sadar. Akibat dari obat-obatan antara lain
(Miller 2010):
1. Bahan kimia otak yang disebut neurotransmitter rusak.
2. Hipoglikemia atau gula darah rendah, yang menyebabkan berbagai gejala
seperti kecemasan, kelelahan, depresi dan serangan panik, serta fungsi
adrenal menurun.
3. Masalah pencernaan seperti pertumbuhan jamur berlebih, Leaky Gut
Syndrome, dan malabsorpsi zat gizi.
4. Alergi makanan atau sensitif terhadap makanan seperti jagung, gandum,
gula, dan produk susu.
5. Kekurangan zat gizi, asam amino, vitamin, dan mineral.
Program pemulihan yang dilakukan secara tradisional membantu banyak
orang di seluruh dunia. Program holistik yang berakar pada gizi dilaporkan
sukses besar. Kathleen Des Maisons, Ph.D. dan presiden Pemulihan Radiant di
Burlingame, California, melaporkan tingkat keberhasilan 92 persen pecandu
alkohol dengan program gizi. Joan Mathews Larson, direktur pusat pemulihan
kesehatan, melaporkan tingkat pemulihan 70 persen seseorang ketergantungan
obat dengan malnutrisi. Selain aspek-aspek psikologis dari kecanduan, program
gizi fokus pada aspek fisik dari kecanduan. Mereka bekerja untuk memperbaiki
ketidakseimbangan biokimia, memperbaiki kekurangan gizi, dan mengelola
masalah pencernaan, memperbaiki dan menstabilkan tingkat energi, suasana
hati, dan kejernihan mental, yang menyebabkan keberhasilan pemulihan
(Atkinson 2009 dalam Miller 2010).
Makanan yang tepat dan gizi yang penting dalam program pemulihan
ketergantungan untuk menjaga tubuh dan otak kuat dan berfungsi dengan baik.
Masalah biokimia dan kesehatan dapat dikurangi dengan mengubah kebiasaan
makan dan pilihan makanan (Miller 2010).
Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen
dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian
makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
(Depkes 2003).
8
Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu proses
menyelenggarakan makanan bagi kelompok individu yang biasanya
diselenggarakan di perusahaan dan industri, sekolah, universitas, asrama, rumah
sakit, panti jompo, institusi khusus (lembaga permasyarakatan, asrama atlet, dan
asrama haji), child care centre, dan akademi militer. Penyelenggaraan makanan
institusi dilaksanakan dalam jumlah besar dengan jumlah 50 porsi atau lebih.
Pendapat lain menyatakan bahwa penyelenggaraan makanan institusi atau
massal minimal 1000 porsi sekali penyelenggaraan (Mukrie et al. 1990).
Pelaksanaan penyelenggaraan makanan meliputi perencanaan anggaran
belanja makanan, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
penyediaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran bahan makanan,
persiapan, pengolahan, penyaluran makanan hingga pencatatan, dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Manajemen penyelenggaraan makanan
sendiri sebenarnya berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk menghasilkan
makanan yang berkualitas baik (Mukrie et al. 1990).
Fungsi-fungsi manajemen dalam gizi institusi mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi
perencanaan ruangan, perencanaan peralatan, perencanaan menu, dan
perencanaan anggaran. Fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi,
kepegawaian, serta pengarahan dan koordinasi. Fungsi pelaksanaan meliputi