STASE THT RSIJ PONDOK KOPI BAB I PENDAHULUAN Rinosinusitis merupakan inflamasi pada lapisan mukosa dari sinus. Inflamasi yang paling sering pada sinus paranasal dan hidung adalah common cold atau rhinitis akut. Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Sinus paranasal mempunyai bentuk yang bervariasi pada tiap individu. Terdapat empat macam sinus paranasal, antara lain sinus maksilaris (terletak di samping kanan-kiri hidung), sinus etmoidalis (terletak di belakang hidung dan sudut mata), sinus frontalis (terletak di dahi bagian depan), dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang sinus etmoid). Terjadinya sinusitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri maupun jamur. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hampir 70% kasus ditemukan Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, dan Streptococcus group A. Selain itu dapat juga disebabkan peradangan di sekitar sinus paranasal seperti radang mukosa hidung (yang menjalar melalui ostium sinus), radang tenggorok (menjalar melalui adenoid dan tonsil) atau infeksi gigi-geligi. Sinusitis dapat dibedakan menjadi dua yaitu sinusitis akut dan kronis. Untuk sinusitis akut itu biasanya terjadi karena rhinitis akut, faringitis, tonsilitis akut dan lain- lain. Gangguan drainase, perubahan mukosa, dan pengobatan merupakan penyebab terjadinya sinusitis kronis. Sinusitis menjadi perhatian khusus karena angka kejadiannya yang masih tinggi akibat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya dan TUTORIAL RHINOSINUSITIS |1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
BAB I
PENDAHULUAN
Rinosinusitis merupakan inflamasi pada lapisan mukosa dari sinus. Inflamasi yang
paling sering pada sinus paranasal dan hidung adalah common cold atau rhinitis akut.
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Sinus
paranasal mempunyai bentuk yang bervariasi pada tiap individu. Terdapat empat macam
sinus paranasal, antara lain sinus maksilaris (terletak di samping kanan-kiri hidung), sinus
etmoidalis (terletak di belakang hidung dan sudut mata), sinus frontalis (terletak di dahi
bagian depan), dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang sinus etmoid).
Terjadinya sinusitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri maupun jamur. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, hampir 70% kasus ditemukan Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenza, dan Streptococcus group A. Selain itu dapat juga disebabkan
peradangan di sekitar sinus paranasal seperti radang mukosa hidung (yang menjalar melalui
ostium sinus), radang tenggorok (menjalar melalui adenoid dan tonsil) atau infeksi gigi-
geligi.
Sinusitis dapat dibedakan menjadi dua yaitu sinusitis akut dan kronis. Untuk sinusitis
akut itu biasanya terjadi karena rhinitis akut, faringitis, tonsilitis akut dan lain-lain. Gangguan
drainase, perubahan mukosa, dan pengobatan merupakan penyebab terjadinya sinusitis
kronis. Sinusitis menjadi perhatian khusus karena angka kejadiannya yang masih tinggi
akibat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya dan dapat menyebabkan komplikasi,
seperti komplikasi pada orbita, komplikasi intrakranial (meningitis akut, abses dura, abses
cerebral), osteomielitis dan abses subperiosteal serta kelainan pant seperti bronkitis kronik
maupun bronkiektasis. Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi
penting karena hal diatas. Awalnya diberikan terapi antibiotik dan jika telah begitu hipertrofi,
mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi.
Konsep bahwa sinusitis terbanyak terjadi pada sinus maksilaris sudah terhapuskan
dan kini konsep yang berkembang adalah bahwa yang terlibat pertama pada sinusitis adalah
kompleks ostiomeatal (KOM).. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama
atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survei Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran 1996 yang diadakan oleh Binkesmas bekerja sama dengan
PERHATI dan Bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7 propinsi. Data
dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |1
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
pasien rhinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis
(PERHATI, 2006)Menurut American Academy of Otolaryngology - Head & Neck Surgery
(1996), istilah sinusitis lebih tepat diganti dengan rinosinusitis karena dianggap lebih akurat
dengan alasan: (1) secara embriologis mukosa sinus merupakan lanjutan mukosa hidung, (2)
sinusitis hampir selalu didahului dengan rinitis dan (3) gejala-gejala obstruksi nasi, rinore dan
hiposmia dijumpai pada rinitis ataupun sinusitis (4) Sinus paranasal merupakan hasil
pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga terbentuk rongga yang letaknya di sekitar hidung
dan bermuara ke dalam rongga hidung.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |2
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI HIDUNG
a. Hidung bagian luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
Pangkal hidung (root/radix)
Dorsum nasi (bridge)
Puncak hidung (apeks)
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)
Gambar 1: Anatomi permukaan hidung
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan
ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung. Tulang kerangka terdiri dari:
Sepasang os nasalis (tulang hidung)
Prosesus frontalis os maksila
Prosesus nasalis os frontalis
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |3
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Gambar 2: Anatomi hidung
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak dibagian bawah hidung, yaitu:
Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor)
Beberapa pasang ala minor
Tepi anterior kartilago septum nasi
Otot- otot hidung terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok Elevator:
M. Proserus
M. Levator labii superioris alaeque nasi
2. Kelompok Depressor:
M. Nasalis Transversus
3. Kelompok Dilator:
M. Dilator nares (anterior dan posterior)
VASKULARISASI HIDUNG
Perdarahan dihidung dapat dibagi menjadi dua aliran utama yaitu
1. Cabang dari arteri carotid interna (arteri etmoid posterior dan anterior dari
arteri optalamika).
2. Cabang dari arteri carotis eksterna (Arteri sfenopalatina, greater palatine,
labial superior dan arteri angularis.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |4
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Bagian luar hidung mendapat suplai perdarahan dari arteri fasialis, yang
membentuk suatu angular yang memperdarahi bagian superomedial dari hidung.
Sementara dasar dan dorsal dari hidung diperdarahi oleh arteri maxillaris interna
dan arteri optalamika.
b. Hidung Bagian Dalam
Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya. Kavum nasi bagian anterior
disebut nares anterior dan posterior disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
1. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrisae.
2. Septum nasi
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |5
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Bagian tulang terdiri dari:
- Lamina perpendikularis os etmoid
- Vomer
- Krista nasalis os maksila
- Krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari:
- Kartilago septum (lamina kuadrangularis)
- Kolumela
3. Kavum nasi
Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horisontal os palatum.
Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis
os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap hidung
dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-filamen n.olfaktorius yang
berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas
septum nasi dan permukaan kranial konka superior.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |6
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Dinding lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila,
os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina
perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.
Konka
Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media
dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema.konka
suprema ini biasanya rudimeter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri
yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media,
superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.
Meatus nasi
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar
hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara
ductus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding
lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan
sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara
konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan
sfenoid.
Dinding medial
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Hidung bagian dalam sisi
lateral posteroinferior diperdarahi oleh arteri sfenopalatina dan pada
bagian superior diperdarahi oleh arteri etmoid anterior dan posterior.
Sementara bagian septum diperdarahi oleh sfenopalatina dan arteri etmoid
anterior dan posterior dengan tambahan dari arteri labial superior (bagian
anterior) dan dari artery palatina mayor (bagian posterior). Pada bagian
depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri
sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labial superior dan arteri
palatina mayor yang disebut sebagai Plexus Kiesselbach atau Little area
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |7
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Gambar 4: Anatomi Bagian dalam hidung
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |8
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Sinus Paranasal
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsikan karena bentuknya yang sangat bervariasi. Ada empat pasang sinus
paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksilaris, sinus frontal, sinus
ethmoiddan sinus sphenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium)
ke dalam rongga hidung. Sinus paranasal dilapisi oleh epitel torak berlapis semu
bersilia dan di antaranya terdapat goblet. Di bawalmya terdapat tunika propria yang
mengandung kelenjar mukosa dan serosa yang salurannya bermuara di permukaan
epitel. Sekresi kelenjar ini membentuk palut lendir (mucous blanket) yang menutupi
epitel.
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada
muara saluran dari sinus maksilaris, sinus frontal, sinus sphenoid dan sinus etmoid.
Daerah ini rumit dan sempit, dinamakan kompleks osteomeatal (KOM), terdiri dari
infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis,
bula etmoid, sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksilaris.
Selaput sinus menghasilkan cairan bening berupa lendir yang berguna
membersihkan KOM dari bahan yang tidak diinginkan. Cairan ini melewati saluran
drainase ke bagian belakang hidung dan tenggorokan. Ini terjadi terus-menerus,
meskipun kita biasanya tidak menyadarinya. Ketika kelebihan cairan yang dihasilkan
itu sering dikenal sebagai dahak yang dapat menghasilkan iritasi yang kronis di
tenggorokan dikenal dengan nama post-nasal drip.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |9
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Gambar 6: Osteomeatal Kompleks
Sinus paranasalis merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang
sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu :
Sinus maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar.Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.
Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan
fasia os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan
infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung,
dinding superiornya ialah dasar orbita, dan dinding inferiornya ialah prosesus
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi adalah dasar sinus
maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2),
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |10
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan
akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi
mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.Sinusitis maksila dapat menimbulkan
komplikasi orbita.ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drainase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melalui
infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan
pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase
sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
Sinus frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat
fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah
lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran
maksimal sebelum usia 20 tahun.
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada
lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.Kurang lebih 15%
orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus
frontalnya tidak berkembang.
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2
cm. sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya
gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen
menunjukkan adanya infeksi sinus.Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif
tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehimgga infeksi dari sinus frontal mudah
menjalar ke daerah ini.
Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal,
yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.
Sinus etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-
akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-
sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan
dasarnya di bagian posterior 4-5 cm, tinggi 2,34 cm dan lebarnya 0,5 cm di bagian
anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |11
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang
tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antar
konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi.Berdasarkan
letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus
medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus
etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang
menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral (lamina
basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih
sedikit jumlahnya dan terletak di posterior dari lamina basalis.
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut
resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal.Sel etmoid yang terbesar
disebut bula etmoid.Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang
disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila.Pembengkakan atau
peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan Sinusitis frontal dan pembengkakan
di infundibulum dapat menyebabkan Sinusitis maksila.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina
kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior
berbatasan dengan sinus sfenoid.
Sinus sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior.Sinus sfenoid dibagi dua sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya
adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi
dari 5-7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os
sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai
identasi pada dinding sinus sfenoid.
Batas-batas ialah sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar
hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai identasi) dan di sebelah
posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |12
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Gambar 1.Wajah Gambar 2. Sinus paranasalis
FUNGSI
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus
paranasalis.Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi
apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi paranasal anatara lain :
Sebagai pengatur kondisi udara (air-conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi.Keberatan terhadap teori ini ialah karena ternyata
tidak didapati pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung.
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |13
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasalis berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita
dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.Akan tetapi
kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-
organ yang dilindungi.
Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.
Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan
memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori
ini dianggap tidak bermakna.
Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan
mempengaruhi kualitas suara.Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus
dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang
efektif.Lagi pula tidak adakorelasi antara resonansi suara dan besarnya sinus
pada hewan-hewan tingkat rendah.
Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus
ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
Anatomi Kompleks Ostiomeatal (KOM)
Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah area yang dibatasi oleh konka media di medial
dan lamina papirasea di lateral. Kompleks ini berperan penting dalam patofisiologi sinusitis
paranasalis. Struktur yang termasuk dalam kompleks ini adalah konka media, prosesus
/ tekanan wajah , pengurangan atau hilangnya penciuman
Pemeriksaan
Nasal endoscopy-polip bilateral, gambaran endoskopi di meatus media.
– Diagnosis review dokter perawatan primer dan pengobatan
– kuesioner untuk alergi dan jika positif , tes alergi jika belum dilakukan
Keparahan gejala (dinilai berdasarkan VAS)
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |40
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |41
Skema 5. manajemen untuk spesialis THT untuk orang dewasa dengan CRS dengan polip hidung
Dua gejala: salah satunya harus sumbatan hidung atau terdapat perubahan warna± nyeri frontal, sakit kepala, ± gangguan bauPemeriksaan THT termasuk endoskopi (ukuran polip), Pertimbangkan CT scan, Pertimbangkan diagnosis dan pengobatan penyakit penyerta, misalnya, ASA
Pertimbangkan diagnosis lain gejala unilateral, pendarahanKrusta, Cacosmia,Gejala Orbital: periorbital edema Penglihatan ganda atau optalmoplegia Sakit kepala frontal parah frontal pembengkakan Tanda-tanda meningitis atau fokal T anda-tanda neurologis
Perbaikan
Diulang setelah 3
bulan
PEMBEDAHAN
CT SCAN
Diulang setelah 1
bulan
Urgent investigati
on and interventio
n
Steroid topikal spray
RINGANVAS 0-3
SEDANGVAS> 3-
7
BERATVAS > 7-
10Steroid topikal drops
Steroid oral
(jangka panjang)Steroid topikal
Tidak ada
Perbaikan
Perbaikan
Tidak ada
Perbaikan
Tindak lanjut, douching
steroid topikal, ± oral,
± antibiotik jangka panjang
Lanjutkan dengan
topikal steroidDiulang setiap 6 bulan
S T A S E T H T R S I J P O N D O K K O P I
T U T O R I A L R H I N O S I N U S I T I S |42
Gejala salah satunya hidung tersumbat/ obstruksi/
kongesti/ meler/ post nasal drip: nyeri frontal, hiposmia,