9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan, yang terlibat dalam proses pembangunan), demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2008). Dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080009_2_8391.pdf · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar
bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua
stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan, yang terlibat dalam proses
pembangunan), demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan
partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan (Mardikanto, 2008). Dalam
Undang-Undang No. 16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong
dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut Van den Ban dan
Hawkins (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan
pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
10
Menurut Suhardiyono (1989), penyuluhan merupakan suatu proses pendidikan,
proses demokrasi dan proses yang terus menerus (kontinu), dan Salmon Padmanegara
dalam Suhardiyono (1989) mengatakan penyuluhan pertanian diartikan sebagai
sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya
agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya meningkatkan kesejahteraannya dan
masyarakatnya. Menurut Rogers (1983) dalam Mardikanto (1993), penyuluh
diartikan sebagai seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan
berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Penyuluhan adalah suatu proses
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara petani
dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan
perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan
pembangunan pertanian. Dengan adanya penyuluhan dan bimbingan diharapkan
petani termotivasi selanjutnya mau mempertimbangkan inovasi yang diadopsi, yaitu
(1) secara teknis memungkinkan, (2) secara ekonomi menguntungkan, (3) secara
sosial memungkinkan dan (4) sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. (Jafar Hafsah,
2009)
2.1.2 Pengertian Penerima Manfaat
Dalam praktek penyuluhan, penerima manfaat (receiver) diperankan oleh para
petani (Beneficaries). Petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis
monokultur maupun polikultur dengan komoditas tanaman pangan, hortikultura,
11
peternakan, perikanan dan atau perkebunan (Departemen Pertanian, 2002). Dalam
pengertian “penerima manfaat” tersebut, terkandung makna bahwa :
1. Berbeda dengan kedudukanya sebagai “sasaran”, masarakat sebagai penerima
manfaat memiliki kedudukan setara dengan penentu kebijakan, fasilitator dan
pemangku kepentingan pembangunan yang lain.
2. Penerima manfaat bukanlah obyek atau “sasaran tembak” yang layak
dipandang rendah oleh penentu kebijakan dan para fasilitator, melainkan
ditempatkan pada posisi terhormat yang perlu dilayani dan atau difasilitasi
sebagai rekan sekerja dalam mensukseskan pembangunan.
3. Berbeda dengan kedudukanya sebagai “sasaran” yang tidak punya pilihan atau
kesempatan untuk mengkritisi atau menawar setiap pesan/materi yang
disampaikan, selain harus menerima atau menawar setiap pesan/ materi yang
disampaikan, selain harus menerima/ mengikutinya, penerima manfaat
memiliki posisi tawar yang harus dihargai untuk menerima atau menolak
informasi/ inovasi yang disampaikan fasilitatornya.
4. Penerima manfaat tidak berada dalam posisi di bawah penentu kebijakan dan
atau para fasilitator, melainkan dalam kedudukan setara dan bahkan sering
justru lebih tinggi kedudukanya, dalam arti harus lebih didengar dan
diperhatikan oleh fasilitator terkait dengan pesan/ materi dan metoda yang
diterapkan.
12
5. Proses belajar yang berlangsung antara fasilitator dan penerima manfaat
bukanlah bersifat vertikal (fasilitator menggurui penerima manfaatnya),
melainkan proses belajar bersama yang bersifat partisipatif.
2.1.3 Karakteristik Penerima Manfaat
Karakteristik individu adalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri
seseorang. Karakteristik ini mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja
maupun situasi yang lainnya (Rogers dan Shoemaker, 1971). Karakteristik penerima
manfaat penting untuk diketahui, hal ini sangat berpengaruh terhadap efektivitas
kegiatan penyuluhan terutama kaitanya terhadap pemilihan dan pemantapan : materi,
metoda, waktu, tempat dan perlengkapan yang diperlukan.
Menurut Rogers (1985) karakteristik petani dapat dilihat dari :
1) Karakteristik sosial, yang mencakup : umur, tingkat pendidikan non formal .
2) Karakteristik ekonomi, yang meliputi: kepemilikan, pengalaman usahatani
dan luas lahan.
Umur
Padmowiharjo (1994) mengatakan bahwa umur bukan merupakan faktor
psikologis, tetapi yang diakibatkan umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua
faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor
pertama adalah mekanisme belajar dan pemahaman otak, organ-organ sensual dan
otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-
13
bentuk proses belajar lainya. Selanjutnya wiraatmadja (1986) mengemukaan bahwa
umur petani akan mempengaruhi petani dalam menerima hal-hal baru.
Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus
terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat
keragaman tindakanya berdarsarkan usia yang dimiliki (Halim, 1992). Kelompok usia
produktif menurut Rochaeti dkk (1992) adalah petani yang secara potensial memiliki
kesiapan dan menghasilkan pendapatan untuk mendukung kehidupan dirinya,
keluarganya dan masarakatnya. Soeharjo dan Patong (1984) mengemukaan bahwa
kemampuan kerja petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendiri, sehingga
mengkatagorikan umur berdarsarkan kelompoknya dimana kisaran 0-14 tahun adalah
umur non produktif, 15-54 umur produktif dan kisaran 55 ke atas adalah umur kurang
produktif.
Luas lahan
Lahan merupakan sarana produksi bagi usahatani, termasuk salah satu faktor
produksi dan pabrik hasil pertanian. Lahan adalah sumberdaya alam fisik yang
mempunyai peranan sangat penting bagi petani (Mosher, 1965). Lion Berger dalam
Mardikanto (1993) penguasaan lahan yaitu luas lahan yang diusahakan. Luas
sempitnya lahan berpengaruh pada sistem pertanian yang dilakukan. Petani dengan
kepemilikan lahan yang rata-rata luas akan lebih mudah menerima perubahan dalam
sistem usahatani. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin cepat
dalam mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi lebih baik.
14
Kepemilikan
Menurut Wiradi dalam Rahmat, M. (2000), penguasaan tanah merupakan tatanan
dan prosedur yang mengatur hak dan kewajiban dari individu atau kelompok dalam
penggunaan dan pengawasan atas tanah. Penguasaan lahan di Indonesia beragam
bentuknya. Status hak atas tanah yang ditetapkan oleh UUPA (Undang-Undang
Pokok Agragria) adalah (a) hak milik (b) hak guna usaha (HGU) (c) hak guna
bangunan (HGB) (d) hak pakai (e) hak sewa (f) hak membuka tanah (g) hak
memungut hasil hutan (h) hak-hak lain yang tidak termasuk ke dalam hak-hak
tersebut yang akan di tetapkan dengan undang-undang. Namun pada status
kepemilikan lahan petani istilah status kepemilikan lahan terbagi menjadi tiga, yaitu :
(1) Pemilik-Penggarap
Petani pemilik-penggarap ialah petani yang memiliki lahan usaha sendiri serta
lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri, status lahannya disebut lahan
milik.
(2) Penyakap (penggarap).
Petani penyakap ialah petani yang menggarap tanah milik petani lain dengan
sistem bagi hasil yang diberikan penyakap kepada pemilik tanah ada yang
setengahnya atau sepertiga dari hasil padi yang diperoleh dari hasil yang lahan
digarapnya.
(3) Buruh Tani.
Buruh tani ialah petani yang tidak mempunyai lahan usahatani sendiri milik,
buruh tani biasanya bekerja di lahan usahatani petani pemilik dengan mendapatkan
15
upah, baik yang berupa uang atau berupa barang hasil usahatani, seperti beras atau
makanan lainnya.
Status kepemilikan lahan yang beragam akan mempengaruhi karakteristik –
karakteristik antara lain : Jaminan akses untuk jangka panjang, kemudahan membuat
keputusan berkaitan dengan pemanfaatan lahan, kemudahan ikut serta dalam
pembentukan kelompok, kemudahan pemerintah dalam campur tangan penyuluhan,
bantuan kredit, maupun investasi langsung (Pakpahan, 1992). Dengan demikian
status kepemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap efektivitas petani dalam
menerima suatu inovasi.
Tingkat Pendidikan Non Formal
Pendidikan adalah proses yang dilakukan secara sadar baik formal maupun
informal yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pembentukan
kepribadian. Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat adaptivitas
masyarakat terhadap modernisasi, mereka lebih cenderung mempertahankan pola-
pola yang sudah ada, yang sudah pasti dan yang telah mereka kenal dengan baik.
Adanya suatu perubahan dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak pasti dan
mengandung resiko. Biasanya bersedia melakukan perubahan apabila ada jaminan
bahwa perubahan tersebut akan membawa hasil yang lebih baik bagi mereka
(Khaeruddin, 1992). Mardikanto (1990), menyatakan bahwa pendidikan petani
umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani.
Pendidikan yang relatif tinggi dan banyak mendapatkan pelatihan menyebabkan
16
petani lebih dinamis. Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang
diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi kelompok orang untuk memenuhi
keperluan khusus. Pendidikan non formal dapat digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan standart kehidupan dan produktivitas kegiatan usaha yang dilakukan
oleh masyarakat pedesaan (Suhardiyono, 1989).
2.1.4 Pengertian Respon
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan
atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut
Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus
atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai
pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon
individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri (Azwar,
1988). Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam
berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya
menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang.
Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif
(Azwar, 1988). Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung
untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk
menjauhi objek tersebut.
17
1. Pengertian Kognisi (Pengetahuan)
Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek
kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang
dirinya dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi
dengan lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi
yang memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun
tidak dirasakan.
2. Pengertian Afeksi (Sikap)
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap timbul dari pengalaman,
tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Sikap mempunyai daya
dorong atau motivasi dan bersifat evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan. Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai dan
kebutuhan.
Sayogo dan Fujiwati (1987) mengemukakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu
pola tertentu terhadap suatu objek berupa manusia, hewan atau benda akibat
pendirian atau persamaannya terhadap objek tersebut.
3. Pengertian Psikomotorik (Tindakan)
Jones dan Davis dalam Sarlito (1995) memberi definisi tindakan yaitu
keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai
akibat (efek) terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya
18
kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Tindakan yang ditujukan oleh aspek psikomotorik merupakan bentuk keterampilan
motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses belajar (Samsudin, 1977).
Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan bertindak yang merupakan aspek
perilaku yang menetap (Rahmat, 1989).
2.2 Padi
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu asia dan afrika barat. Asal tanaman padi berasal
dari india, hal ini di buktikan dengan ditemukanya fosil butir padi dan gabah di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain di india beberapa wilayah
asal padi adalah Bangladesh Utara, Myanmar, Thailand, Laos, dan Vietnam.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan).
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji).
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga).
Kelas : Liliopsida (Monokotil).
Ordo : Poales.
Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan).
Genus : Oryza.
Spesies : Oryza sativa2
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran
tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varietas
unggul nasional berasal dari Bogor : Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran