1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD BAWON (Studi Kasus Di Desa Gemulung Kelurahan Kwangen kec. Gemolong Kab. Sragen) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelas Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syariah Oleh : IKA NUR HANDAYANI NIM 082311052 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
102
Embed
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/137/jtptiain... · Bapak Dr. H. Imam Yahya, ... SH, MH, selaku pembimbing II ... 15. Bapak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PRAKTEK AKAD BAWON
(Studi Kasus Di Desa Gemulung Kelurahan Kwangen kec. Gemolong
Kab. Sragen)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelas Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Syariah
Oleh :
IKA NUR HANDAYANI
NIM 082311052
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
2
3
4
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,
kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan sebagi bahan rujukan.
Semarang, 10 Juni 2012
Deklarator,
(Ika Nur Handayani)
Nim 082311052
5
ABSTRAK
Praktek pengupahan buruh tani dengan akad Bawon di Desa Gemulung Kel.
Kwangen Kec. Gemolong Kab. Sragen merupakan bentuk akad ijarah antara
pemilik sawah dengan buruh tani. Ketika musim panen tiba pemilik sawah
meminta buruh tani untuk memanenkan padi di sawah.
Upah yang mereka peroleh bukanlah berupa uang melainkan berupa padi
yang berbeda harganya, tergantung jenis dan musimnya. Keseluruhan hasil
panen ditimbang, kemudian dibagi delapan, dan seperdelapannya itu upah
diberikan untuk buruh tani. Jika sawah mendapatkan hasil padi yang banyak
maka mereka mendapatkan upah yang banyak pula, tetapi jika hasil padinya
sedikit, merekapun mendapatkan upah sedikit juga. Selain itu, Tergantung
juga dengan jumlah buruh tani yang memanennya. Karena seperdelapan dari
hasil panen tadi dibagi dengan jumlah buruh tani yang ada. Melihat fenomena
ini, penulis tertarik untuk menelitinya dengan mengacu kepada pokok
masalah sebagai berikut; Bagaimana praktek pengupahan buruh tani dengan
akad Bawon di Desa Gemulung, Kel. Kwangen, Kec. Gemolong, Kab.
Sragen? Dan Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek
pengupahan buruh tani dengan akad Bawon di Desa Gemulung, Kel.
Kwangen, Kec. Gemolong, Kab. Sragen?
Skripsi ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi
dalam pengumpulan datanya. Sedangkan untuk menganalisis data yang telah
terkumpul, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yakni sebuah
metode yang dipakai untuk menggambarkan secara obyektif pelaksanaan
pengupahan buruh tani dengan akad Bawon di Desa Gemulung, Kel.
Kwangen, Kec. Gemolong Kab. Sragen. Setelah memperoleh gambaran
praktek pengupahan dengan akad Bawon kemudian dianalisis menurut
pandangan hukum islam kaitannya dengan teori Ijarah.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa praktek pengupahan buruh
tani dengan akad Bawon yang dilakukan di Desa Gemulung, Kel. Kwangen,
Kec. Gemolong, Kab. Sragen ini sudah menjadi tradisi. Dari pembayaran
upah, diawal akad tidak diketahui nominal upahnya berapa. Walaupun
nampaknya pembayaran upahnya mengandung unsur ketidakjelasan karena
belum diketahui berapa jumlah keseluruhan hasil panennya. Namun pemilik
sawah sudah dapat memperkirakan hasil panen yang akan diperoleh dan
berapa banyak upah yang harus diberikan dan buruhpun telah rela atas upah
yang diberikan. Mereka tidak terpaksa dan bukan karena keterpaksaan. Maka
upah buruh tani dengan hasil panen ini dibolehkan dalam hukum Islam.
2007, hal. 5 30 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 2003, hal.
130
31
Sedangkan menurut PP No. 5 tahun 2003, upah memiliki arti
hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.31
Dari beberapa devinisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa
upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah ditetapkan menurut suatu persetujuan
dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja.
Sepertinya Undang-Undang hanya berlaku pada wilayah
formal saja, dimana buruh mendapatkan upah secara rutin. Undang-
Undang mengatur perjanjian kerja antara buruh dan pengusaha yang
sesuai dengan peraturan perundangan. Sedangkan pada wilayah non
formal hanya menggunakan kebiasaan yang berlaku yang tidak
mengacu pada Undang-Undang. Kesejahteraan buruh pada wilayah
formal menjadi perhatian pemerintah sehingga ditetapkan kebijakan-
kebijakan pengupahan. Pada wilayah ini buruh mendapatkan
perlindungan dalam pekerjaannya. Sedangkan pada wilayah non
formal seperti halnya buruh tani, buruh tidak mendapatkan
31 PP No. 5 Tahun 2003 tentang UMR pasal 1 point b.
32
perlindungan karena Undang-Undang atau peraturan pemerintah tidak
memberikan regulasi.
2. Upah Menurut Hukum Islam
Pembahasan upah dalam hukum islam terkategori dalam
konsep ijarah. Sedangkan ijarah sendiri lebih cenderung membahas
masalah sewa-menyewa. Oleh karena itu, untuk menemukan
pembahasan terkait upah dalam islam relatif sedikit.
Dalam istilah fiqh ijarah berarti upah, jasa atau imbalan.32
Secara terminologi, menurut hukum Islam ijarah itu diartikan sebagai
suatu jenis akad33
untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.34
Menurut fuqoha Hanafiyah35
, ijarah adalah transaksi terhadap
suatu manfaat dengan imbalan. Menurut fuqoha Syafi'iyah36
, ijarah
32 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hal. 228 33 Akad adalah perikatan, perjanjian dan pemufakatan yaitu pertalian ijab dan
qobul yang sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada obyek perikatan. (lihat
dalam bukunya: M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Ed. 1,. Cet. 1,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 101)
Para ulama fiqh menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan syarat
akan mempunyai kekuatan hokum yang mengikat terhadap pihak yang melakukan akad atau
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…….(Al-
Maidah:1) 34 Chairuman Pasaribu S. K. Lubis, Hokum Perjanjian Dalam Islam, Cet. 1,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996, hal. 52 35 Imam Hanafi, beliau lahir di Kufah, 80 H/699 M dan meninggal di Baghdad,
150 H/767 M. Beliau adalah ulama mujtahid dalam bidang. Nama lengkapnya Abu Hanifah
Nu’man Bin Sabit. Imam Abu Hanifah digelari Ahlur Ro’yi karena ia lebih banyak memakai
argumen akal daripada ulama lainnya. Ia juga banyak memakai Qiyas dalam menetapkan
suatu hokum. Beliau meninggalkan banyak karya seperti kitab Al-Fara’id, Asy-Syurut, dan
Al-Fiqh Al Akbar (lihat: Ensiklopedia Islam, Jilid 2, hal.79 )
33
adalah transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat bisa
dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu. Menurut fuqaha
Malikiyah37
dan Hanabilah38
, Ijarah adalah pemilikan manfaat sesuatu
yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.39
Sedang M. Hasbi Ash Shiddieqy40
mengartikan ijarah ialah
penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat
dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.41
Menurut Syafi’i Antonio ijarah adalah akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.42
36 Imam Syafi’i, beliau lahir di Gaza, Palestina, 150 H/767 M dan meninggal di
Fustat, Cairo, Mesir, 204 H/20 Januari 820). Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad
Bin Idris As-Syafi’i. Beliau adalah seorang ulama Mujtahid terkenal di bidang fiqh. Hasil
karyanya antara lain: Ar-Risalah (kitab Ushul Fiqh), Al-Umm (kitab yang memuat masalah-
masalah fiqh), Ikhtilaf Al-Hadis (kitab yang berkaitan dengan ilmu hadis) dan masih banyak
kitab-kitab lainnya. ( lihat: Ensiklopedia Islam, Jilid 4, hal. 326) 37 Imam Maliki, nama lengkapnya adalah Malik Bin Anas Bin Malik Bin Abi
Amir Al-Asbahi. Imam Malik adalah seorang ahli Hadis dan Fiqh. Ia dipandang sebagai
Rawi Hadist Madinah yang paling terpercaya dan Sanad (sumbernya) paling terpercaya.
Imam Malik menghasilkan sebuah karya monumental yang sampai sekarang dapat dibaca
dan dipelajari, yaitu kitab Al-Muwatta’.(lihat: Ensiklopedia Islam, Jilid 3, hal.142). 38 Imam Hanbali, Beliau dilahirkan dikota Baghdad, kota yang terkenal sebagai
gudang ilmu pengetahuan. Nama lengkapnya adalah Ahmad Bin Hanbal atau Imam Hanbali.
Salah satu kitab yang beliau tulis adalah kitab Al-Musnad, kitab ini berisikan kumpulan hadis
yang diriwayatkan ahmad dari para rawi atau periwayat Siqat (kuat dan terpercaya). (lihat: Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1993, hal. 85) 39 M. Ali, Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Ed. 1,. Cet. 1, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003. hal. 227-228 40 Hasbi Ash-Shiddieqy (lahir di Lhokseumawe, 10 Maret 1904, wafat pada
tanggal 9 Desember 1975). Beliau adalah Seorang ulama dan cendikiawan muslim, ahli ilmu
Fiqh, Hadis, Tafsir, dan ilmu kalam, penulis yang produktif dan pembaharu (Mujaddid) yang
terkemuka dalam menyeru kepada umat agar kembali ke Al-Quran dan Sunah Rosulullah
SAW. Nama aslinya Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Kata Ash-Shiddieqy menistimbatkan
namanya kepada nama Abu Bakar As-Siddiq. (lihat: Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,
Ensiklopedia Islam, Jilid 2, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993, hal. 94). 41 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Semarang: Pustaka Rizki
Putra, Cet. 1, 1997, hal. 428. 42 Muhammad Syafi’i A., Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Cet. 1, Jakarta:
Gema Insani Pres, 2001, hal. 117
34
Ada perbedaan terjemahan kata ijarah dari bahasa Arab ke
bahasa Indonesia, antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna
operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda, seperti “seorang
Mahasiswa menyewa kamar untuk tempat tinggal selama kuliah,
sedangkan upah digunakan untuk tenaga, seperti para karyawan
bekerja di pabrik dibayar gajinya (upahnya) satu kali dalam dua
minggu, atau satu kali dalam sebulan, dalam bahasa Arab upah dan
sewa disebut ijarah.43
Dari pengertian diatas terlihat bahwa yang dimaksud dengan
sewa-menyewa itu adalah pengambilan manfaat sesuatu benda, jadi
dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan
lain peristiwa sewa-menyewa ini yang berpindah hanyalah manfaat
dari benda yang disewakan tersebut, manfaat itu dapat berupa manfaat
barang seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya pemusik, bahkan
dapat juga berupa karya pribadi seperti pekerja.
Dalam istilah hokum islam, pemilik yang menyewakan
manfaat sesuatu disebut Mu’ajir, adapun pihak yang menyewa disebut
Musta’jir, dan sesuatu yang diambil manfaatnya disebut Ma’jur.
Sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat tersebut
disebut Ajarah atau Ujrah.44
43 H. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hal. 113. 44 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Nor Hasanuddin dari “Fiqhus
A. Monografi dan Demografi Kelurahan Kwangen, Kec. Gemolong,
Kab. Sragen
1. Keadaan Monografi Kelurahan Kwangen
Kelurahan Kwangen merupakan salah satu bagian dari
wilayah Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Kelurahan
Kwangen memiliki luas wilayah ± 276 Ha, dari luas wilayah tersebut
Kelurahan Kwangen terdiri dari ±203 Ha tanah sawah, ±64,86 Ha
tanah kering. Tanah untuk fasilitas umum ada ±8,14 Ha digunakan
untuk lapangan olah raga ±1 Ha, pemakaman umum ±0,75 Ha serta
sungai dan jalan ±6,39 Ha. Keadaan tanah berada pada ketinggian
130 m diatas permukaan air laut.
Kelurahan Kwangen terdiri dari 3 Lingkungan, 7 Desa, 3
Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-
batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Girimargo Kecamatan
Miri.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ngembat Padas.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gemolong.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jeruk Kecamatan Miri.
56
Letak wilayah Kelurahan Kwangen berada paling dekat
dengan Ibukota Kecamatan. Jarak ke Ibukota Kecamatan terdekat
adalah 2,5 km dengan lama tempuh 15 menit. Sedangkan jarak ke
Ibukota Kabupaten terdekat adalah 32 km dengan lama tempuh 60
menit menggunakan kendaraan sepeda motor.86
2. Keadaan Demografi Kelurahan Kwangen
Demografi Kelurahan Kwangen Kec. Gemolong Kab.
Sragen pada bulan Januari 2010 adalah sebagai berikut: Jumlah
penduduk Kelurahan Kwangen berdasarkan daftar Mapping
Kelurahan Kwangen 2010 adalah sebanyak 3.853 orang. Terdiri dari
1.898 orang laki-laki dan 1.955 orang perempuan dengan jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 1.071 KK. Jumlah keluarga miskin ada
294 KK, jumlah balita ada 263 anak serta 3 anak mengalami gisi
buruk.87
Seluruh penduduk Kelurahan Kwangen beragama dan tidak
seorangpun yang tidak menganut kepercayaan. Sebagian besar
penduduknya itu beragama Islam. Adapun jumlah penganut agama
Islam adalah 3.813 orang, penganut agama Kristen 37 orang,
penganut agama Katholik 1 orang, penganut agama Hindu 4 orang.
86 Laporan Monografi Keadaan Tahun 2010, data dari Kantor Kelurahan Kwangen
Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen 87 Mapping Kelurahan Kwangen Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun
2010
57
Selanjutnya berdasarkan data jumlah penduduk menurut kelompok
usia, yaitu sebagai berikut:
Usia 0 s/d 1 tahun : 62 jiwa
Usia 1 s/d 5 tahun : 201 jiwa
Usia 5 s/d 6 tahun : 87 jiwa
Usia 7 s/d 15 tahun : 731 jiwa
Usia 16 s/d 21 tahun : 391 jiwa
Usia 22 s/d 59 tahun : 1642 jiwa
Usia diatas 60 tahun : 452 jiwa.88
Penduduk di Kelurahan Kwangen mengutamakan
pendidikan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah penduduk
usia sekolah yang berhasil menamatkan pendidikannya setaraf
dengan SMU dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi (D3,
S1). Berikut ini penulis paparkan klasifikasi penduduk menurut
pendidikan mereka:89
Buta huruf : - jiwa
Belum sekolah : 437 jiwa
Tidak tamat SD : 37 jiwa
Tamat SD : 1053 jiwa
Tamat SLTP : 966 jiwa
Tamat SLTA : 950 jiwa
88 Ibid 89 Laporan Demografi tahun 2010 di Kelurahan Kwangen Kecamatan Gemolong
Kabupaten Sragen.
58
Tamat akademik/PT : 143 jiwa
Sarjana : 169 jiwa
Mata pencaharian yang dimiliki masyarakat di Kelurahan
Kwangen kebanyakan adalah karyawan swasta namun disisi lain ada
yang bertani baik itu buruh tani maupun bertani milik sendiri.
Sebagian besar sawah para petani di Kelurahan Kwangen merupakan
sawah irigasi dengan tiga kali musim tanam yakni dua kali musim
tanam padi dan sekali musim tanam palawija. Jenis sawah lain
adalah sawah tadah hujan sehingga para petani hanya bisa bertanam
dimusim hujan. Dalam satu tahun sawah tadah hujan ini hanya bisa
ditanami sebanyak dua kali yaitu padi dimusim tanam pertama dan
palawija dimusim tanam kedua.
Untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
Kelurahan Kwangen tersebut dengan lebih jelas, tabel berikut ini
akan mendeskripsikan tentang mata pencaharian mereka sebagai
berikut :
Jenis mata pencaharian penduduk pada tahun 2010:
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Buruh tani 592 jiwa
2 Petani 310 jiwa
3 Pedagang 60 jiwa
4 PNS 109 jiwa
5 TNI/POLRI 27 jiwa
59
6 Penjahit 8 jiwa
7 Montir 5 jiwa
8 Sopir 51 jiwa
9 Karyawan swasta 2207 jiwa
10 Tukang kayu 5 jiwa
11 Tukang batu 20 jiwa
12 Guru swasta 27 jiwa
13 Pemulung/rosok 41 jiwa
14 Belum kerja 391 jiwa
Jumlah 3853 jiwa
Sumber data: Laporan Demografi tahun 2010 di Kelurahan Kwangen
Dalam bidang pertanian, penulis paparkan luas lahan para
petani di Kelurahn Kwangen yaitu sebagai berikut:
Tanaman yang ditanami mereka adalah:
Tanaman padi : 202 ha
Tanaman jagung : 5 ha
Tanaman kacang tanah : 10 ha
Kedelai : 2 ha
Sarana dan prasarana pertanian yang dapat dimanfaatkan
petani sebagai berikut:
Sumur pantek : 450 buah
Waduk/Bendungan : - buah
Embung/Dam : 1 buah
60
Sungai : 1 buah
Mesin bajak/Traktor : 15 buah
Pompa air/Disel : 357 buah
Kelembagaan petani yang ada di kelurahan Kwangen.
No. Kelompok tani Jumlah anggota lokasi
1 Tani mantep 31 orang Nglangak
2 Makmur abadi 26 orang Kwangen
3 Sumber tani 25 orang Sampir
4 Ngundi rejeki 51 orang Gemulung
5 Jasa tani 45 orang Candirejo
Sumber data: Laporan Demografi tahun 2010 di Kelurahan
Kwangen
Berikut penulis paparkan data produk hasil pertanian di
Kelurahan Kwangen. Mayoritas hasil pertanian dari padi di
Kabupaten Sragen memiliki kualitas baik karena struktur tanahnya
rata dan pengairan lancar.
Produk hasil pertanian Kelurahan Kwangen
No. Komoditas Luas tanam (ha) Produksi (ton/ha)
1 Padi 196 7,5
2 Jagung Hibrida 5 6,2
3 Kacang Tanah 5 5
4 Melon dan Cabai 3 5
Sumber data: Laporan Demografi tahun 2010 di Kelurahan Kwangen
61
Selain bertani, masyarakat di Kelurahan Kwangen juga
memiliki Jenis usaha/home industri. Berikut penulis paparkan data
jenis usaha dari Kelurahan Kwangen.
Produk tempe/tahu : 11 orang
Produk roti/kue : 2 orang
Home industri penjahit : 6 orang
Home industri mebel : 3 orang
Bakso/mie : 4 orang
Warung/toko kelontong : 28 orang
Pemulung : 48 orang
Pengusaha rosok : 3 orang
Bengkel : 3 orang
Berikut penulis tunjukkan struktur organisasi pemerintahan
Kelurahan Kwangen Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen yang
sampai sekarang masih memiliki kewajiban di Kantor Kelurahan.
Dari Mapping Kelurahan yang diberikan kepada penulis merupakan
data tahun 2010. Tidak mencantumkan data terbaru dan memang
belum diganti sehingga penulis mencari data lansung dari Staf
Kantor Kelurahan.
62
Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Kwangen90
B. Pelaksanaan Sistem Bawon di Desa Gemulung, Kel. Kwangen, Kec.
Gemolong, Kab. Sragen
Setiap perilaku manusia tidak pernah lepas dari bantuan orang lain,
demikian juga praktek pengupahan buruh tani di desa Gemulung
Kelurahan Kwangen Kec. Gemolong Kab. Sragen ini. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka bekerja membanting tulang dengan bekerja
sebagai buruh tani meski mendapatkan upah berupa padi yang baru
diketahui upahnya setelah pekerjaannya selesai untuk memanen.
90 Diambil dari papan Struktur Organisasi di Kantor Kelurahan Kwangen
Kecamatan Gemolong Kab. Sragen
Kepala Kelurahan
Supri Haryanto, SE
Sekretaris kel.
H. Suratno
Kasi Pem.
Ismiyati
Kasi Trantib
H. Sudarno
Kasi Kesra
H. Wakidi
Kasi Yanum
Parmin, S.Sos,MM
Kaling I
Hasan Rifangi
Kaling II
Sularto Kaling III
Suparno
63
1. Pihak yang bersangkutan
Dalam pelaksanaan upah buruh tani ini ada dua pihak yang terlibat,
yaitu:
a. Pemilik sawah
Pemilik sawah adalah orang yang memiliki hak penuh atas
tanah sawahnya untuk ditanami padi, kacang, jagung ataupun
tanaman palawija lainnya. Pada saat tanah sawah siap untuk
ditanami ataupun siap untuk memanen itu pemilik sawah biasanya
meminta bantuan kepada buruh tani untuk membantu
menyelesaikan pekerjaannya di sawah. Karena pemilik sawah
tidak mungkin bisa menyelesaikan sendiri baik pada saat
menanam ataupun memanen.
b. Buruh tani
Buruh tani adalah orang yang melakukan pekerjaan untuk
menyesaikan pekerjaan pemilik sawah, dalam hal ini memanen
padi. Pada saat padi siap untuk dipanen, pemilik sawah mulai
mencari buruh tani untuk membantunya memanen. Biasanya
untuk memanen padi itu membutuhkan waktu 3-4 hari tergantung
luas lahan sawahnya dan jumlah buruh tani yang bekerja.
Semakin banyak buruh tani yang bekerja semakin cepat pula
memanen padinya.
64
2. Mekanisme
Menjadi buruh tani merupakan pilihan masyarakat desa
Gemulung Kelurahan Kwangen setelah tidak terserap pada wilayah
formal. Wilayah informal memang selalu menjadi pilihan kedua bagi
orang yang tidak terserap dalam wilayah formal. Buruh tani
dijadikan pilihan masyarakat desa Gemulung Kel. Kwangen setelah
dirasa tidak ada pekerjaan lain. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Darno selaku buruh tani.91
Selain itu menjadi buruh tani juga
merupakan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang yang lumayan.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tukirin, Bapak Mandrim, Bapak
Paino dan Mas Pingat.92
Bagi masyarakat Kwangen, akad Bawon sudah menjadi
keharusan yang ada setiap kali masa panen padi. Menurut kepala
lingkungan Bapak Sularto, “Dengan akad Bawon ini, pekerja dan
pemilik sawah sama-sama mendapat kebaikan/keuntungan. Bagi
pekerja, ia menikmati beras/padi meski tidak memiliki lahan sawah
untuk menanam padi, sehingga dapat memenuhi sebagian kebutuhan
keluarga. Sedangkan bagi pemilik sawah, ia merasa terbantu untuk
merampungkan panen padi yang dimiliki. Sejauh ini tidak ada
masyarakat yang mengadu ke perangkat desa terkait persoalan akad
91 Wawancara dengan Bapak Darno pada tanggal 10 April 2012 92 Wawancara dengan Bapak Tikirin pada tanggal 11 April 2012, Bapak Mandrim,
Bapak Paino tanggal 10 April 2012 dan Mas Pingat tanggal 12 April 2012
65
Bawon. Itu artinya kedua belah pihak tidak ada yang merasa
dirugikan.” 93
Perjanjian kerja dengan buruh tani ini dilakukan tidak secara
tertulis. Karena memang dasarnya tidak ada perjanjian yang rumit,
hanya sebuah kesepakatan untuk bekerja ketika waktu panen telah
tiba. Dalam kesepakatan tersebut pun tidak dibahas secara mendetail
tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak. Menurut penuturan
Bapak Gimin sebagai pemilik sawah, yang penting hak dan
kewajiban masing-masing pihak bisa terpenuhi. Hak pemilik sawah
adalah memperoleh pelayanan jasa dari buruh untuk memanen padi
di sawahnya. Adapun kewajibannya adalah memberikan upah
kepada para buruh dan memberi sarapan dan makan siang selama
bekerja. Hak buruh tani tentu mendapatkan upah dari pemilik sawah
dan kewajibannya yaitu bekerja untuk pemilik sawah memanenkan
padi di sawah sampai selesai hingga bisa diketahui hasil keseluruhan
panen dan selanjutnya dibagi seperdelapan. Seperdelapan dari
keseluruhan hasil panen itulah upah untuk para buruh.
Berikut akan penulis jabarkan proses memanen padi, yaitu
sebagai berikut:
93 Wawancara dengan Kepala Lingkungan II Bapak Sularto pada tanggal 28 Juni
2012
66
1. Ngerit
Ngerit adalah istilah orang jawa dalam proses memanen padi
yang maksudnya adalah memotong tanaman padi mendekati
akar. Yang nantinya tanaman padi menjadi mudah untuk diambil
padinya.
2. Tanaman padi yang telah dipotong dikumpulkan
Padi yang telah di rit, kemudian dikumpulkan menjadi dua
tumpukan tanaman padi di kanan dan di kiri alat yang dipakai
untuk ngerek padi. Tujuannya agar tanaman padi tadi bisa
segera di-‘erek.
3. Ngerek
Untuk merontokkan padi dari batang dan daunnya, maka
dilakukan perontokkan dengan menggunakan alat perontok,
nama alatnya itu adalah Dos. Tanaman padi yang telah
terkumpul dibagian kanan dan kiri Dos kemudian salah satu
buruh menjalankan dos, dari kanan dan kiri Dos ada buruh tani
yang menyalurkan tumpukan kecil dari tanaman padi tadi untuk
di’erek agar padi terpisah dari batang dan daunnya.
4. Pengayaan
Padi yang telah di’erek akan rontok terpisah dari batang dan
daunnya. Namun masih harus dilakukan tahap pengayaan.
Karena padi tadi masih terdapat potongan daun-daun yang ikut
67
tercampur ditumpukan padi yang telah di’erek. Agar hasil padi
lebih bersih maka dilakukan tahap pengayaaan.
5. Padi dimasukkan dalam karung
Padi yang telah diayak, tahap selanjutnya adalah memasukkkan
padi tersebut kedalam karung.
6. Pengangkutan
Karung-karung yang telah berisi padi kemudian dibawa ke
pinggir jalan raya. Buruh tani biasa membawa karung-karung
padi dengan cara dipikul dan ada yang digendong. Setelah
sampai di pinggiran jalan raya, karung-karung padi tadi diangkut
menggunakan mobil bak untuk diantarkan ke rumah pemilik
sawah.
7. Penimbangan
Karung-karung padi yang sudah diangkut sampai di rumah
pemilik sawah, tahap selanjutnya yaitu penimbangan. Agar bisa
segera diketahui jumlah keseluruhan hasil panen padi tersebut.
8. Pembagian upah
Pembagian upah buruh tani dilakukan setelah tahap
penimbangan selesai. Dari hasil penimbangan tadi mulai
dihitung nominal upah buruh taninya berapa. Total hasil panen
dibagi delapan, seperdelapan dari hasil panen kemudian dibagi
lagi jumlah burunya ada berapa. Barulah diketahui berapa
perolehan upah buruh tani.
68
Dalam perjanjian itu disepakati juga untuk pemberian upah
berupa padi dengan pembagian seperdelapan yang biasanya di
masyarakat desa menyebutnya dengan Bawonan. Menurut kepala
Kelurahan Bapak Supri Hariyanto, SE, beliau mengatakan bahwa
sistem Bawon ini sudah menjadi kebiasaan para petani desa sehingga
masyarakat tinggal mengikuti saja kebiasaan pengupahan itu sampai
sekarang. Asal tidak merugikan kedua belah pihak, sistem
pengupahan seperti ini boleh-boleh saja menurut beliau.94
Jika
dibandingkan dengan pengupahan berupa uang memang tidak terlalu
jauh. Tetapi pemberian upah dengan menggunakan padi ini baru
diketahui jumlahnya setelah selesai memanen. Jadi diawal akad
hanya disepakati pembagiannya saja yaitu seperdelapannya adalah
upahnya buruh tani.
Menurut pendapat dari tokoh Agama setempat, Bapak
Syarukan mengatakan bahwa akad bawon adalah akad yang sudah
menjadi tradisi. Masyarakat sudah melaksanakan akad ini turun-
temurun. Masyarakat awam hanya melihat adanya kemanfaatan bagi
dirinya selaku pekerja dan bagi pemilik sawah. Bisa saya katakan,
bahwa para pekerja tidak peduli akad ini sah atau tidak menurut
hukum islam. Yang penting bagi mereka para pekerja ini sudah ada
saling memahami dan rela (istilahnya ‘antaraadhin) diantara pekerja
dan pemilik sawah. Pertimbangan yang lain yaitu tidak ada yang
94 Hasil wawancara dengan Bapak Supri Hariyanto selaku Kepala Kelurahan
Kwangen pada Tanggal 15 Mei 2012
69
merasa dirugikan dalam pelaksanaan akad bawon ini. Jadi menurut
saya, akad Bawon ini boleh-boleh saja dilakukan.95
Jenis padi yang diberikan sebagai upah tidak pasti, tergantung
perolehan sawah. Terkadang memperoleh padi berkualitas dan
bagus, terkadang memperoleh padi yang sebaliknya. Harga jual
padipun berbeda pada setiap musim. Terkadang harga jual padi
tinggi, terkadang harga jual padi rendah. Jenis dan harga tersebut
mempengaruhi pendapatan upah buruh. Semakin mahal jenis padi
yang dipanen, maka semakin banyak juga upah yang didapat.
Dengan kata lain upah yang diterima oleh buruh tidak pasti atau
tidak jelas besarannya.
Menurut Bapak Trisno bahwa upah akan diberikan setelah
selesai memanen semua hasil padinya. Jika tanaman padi yang di
sawah sebelum dipanen itu dalam keadaan ambruk, buruh tani
biasanya meminta upah berupa uang. Alasannya karena kerjanya
lebih sulit dan membahayakan jika ada ular atau tikus sawah.
Menurut beliau mendapatkan upah berupa padi dirasa ada enaknya
dan ada tidak enaknya. Enaknya jika sawah mendapatkan hasil
banyak maka upah yang diterima juga banyak. Tidak enaknya jika
sawah tidak memperoleh hasil maka perolehnya upah sedikit padahal
sudah bekerja dengan susah payah.96
Sedangkan menurut penuturan
95 Wawancara dengan tokoh Agama setempat, Bapak Syarukan pada tanggal 28
Juni 2012 96 Wawancara dengan Bapak Trisno pada tanggal 11 April 2012
70
Ibu Painem mendapatkan upah berupa padi dirasa sama saja, karena
upahnya sama paling beda sedikit dengan upah berupa uang.97
Upah berupa padi sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
oleh para petani di Kelurahan Kwangen. Menurut Bapak Sagiman,
sebenarnya lebih enak menggunakan uang karena dapat diberikan
dengan pasti, tapi karena sudah menjadi kebiasaan di Kelurahan
Kwangen maka kami harus mengikutinya.98
Menurut Mas Pingat,
Bapak Paino, Ibu Painah, Mbah Mandrim, Mbah Tukirin sebagai
para buruh lebih senang sistem upah dengan menggunakan padi. Hal
ini dikarenakan upah akan semakin banyak jika padi yang dihasilkan
juga banyak. Kalaupun sawah tidak mendapatkan hasil banyak dan
mendapatkan upah yang sedikit itu sudah menjadi resiko pekerjaan
dan harus diterima. Jadi pekerjaan sebagai buruh ini sistem kerjanya
adalah pemilik sawah memberi perintah kepada buruh tani untuk
membantunya memanen hasil pertaniannya kemudian diberikan
upah dengan padi.99
Berikut ini adalah contoh pelaksanaaan pengupahan buruh
tani dengan akad Bawon yang terjadi di Kelurahan Kwangen
Kecamatan Gemolong Kab. Sragen.
97 Wawancara dengan Ibu Painem tanggal 11 April 2012 98 Wawancara dengan Bapak Sagiman tanggal 11 April 20012 99 Wawancara dengan Mas Pingat tanggal 12 April 2012, Bapak Paino, Mbah
Mandrim tanggal 10 April 2012, Ibu Painah dan Mbah Tukirin tanggal 11 April 2012
71
1. Bapak Slamet
Pada saat padi Bapak Slamet siap untuk dipanen, jauh-jauh hari
beliau telah mencari buruh tani di Kelurahan Kwangen untuk
membantunya memanen hasil padinya. Beliau mendapat enam
orang buruh tani yang menyanggupi untuk memanen padi di
sawah beliau. Pada saat itu proses memanen padi memerlukan
waktu sampai dua hari dengan hasil keseluruhan padinya adalah
15Kwintal atau 1500 Kg. Upah buruh tani diberikan dari
hitungan seperdelapannya 1500 Kg adalah 187,5 Kg. Dari angka
187,5 Kg dihitung upah per-orangnya jadi dibagi banyaknya
jumlah buruhnya ada berapa sehingga diperoleh upah satu orang
buruhnya adalah 31,25 Kg.100
2. Bapak Jamin
Bapak Jamin memiliki buruh tani 4 orang, beliau menghendaki
buruh tani memanenkan padinya sampai selesai dan disepakati
oleh para buruh dengan pemberian upah seperdelapan dari hasil
panen. Setelah selesai dipanen, keseluruhan hasil padi ditimbang
dan diketahui jumlahnya ada tujuh Kwintal atau 700 Kg. Dari
situ dihitung bagian untuk buruhnya yaitu 700 Kg dibagi
delapan diperoleh 87,5 Kg. Upah per orangnya berarti 87,5 Kg
dibagi empat diperoleh 21,9 Kg.101
100 Wawancara dengan Bapak Slamet pada tanggal 11 April 2012 101 Wawancara dengan Bapak Jamin pada tanggal 10 April 2012
72
3. Bapak Jumadi
Bapak Jumadi termasuk orang yang kaya di Kelurahan
Kwangen beliau memiliki lahan sawah yang cukup luas, hasil
padinya selalu banyak dan bagus. Saat musim panen tiba, beliau
mempersiapkan segala keperluan untuk para buruh taninya.
Buruh tani merasa senang bekerja dengan bapak Jumadi karena
beliau yang dermawan. Jadi ketika hasil keseluruhan panen telah
dibagi seperdelapan, kemudian ditambah dua karung padi.
Kemaren waktu saya wawancara dengan beliau, waktu masa
panen terakhir beliau memperoleh hasil 1,2 ton. Buruh taninya
ada delapan orang. Dari hasil pembagian seperdelapannya
diperoleh 150 Kg. Kemudian beliau menambahkan dua karung
padi yang beratnya 60 Kg. Sehingga jumlah upah bertambah
menjadi 210 Kg. Dari itu dibagi delapan orang buruh diketahui
upah satu orang buruhnya yaitu 26,25 Kg.102
4. Bapak Trisno
Bapak Trisno memiliki lahan sawah yang tidak terlalu luas,
meskipun demikian beliau membutuhkan bantuan buruh tani
untuk memanenkan padinya. Pada musim panen terakhir
kemarin ternyata tanaman padi beliau itu banyak yang ambruk
karena terkena angin dan terguyur hujan. Dari buruh tani
menghendaki untuk diberi upah berupa uang saja karena hasil
102 Wawancara dengan Bapak Jumadi pada tanggal 10 April 2012
73
memanen padi yang ambruk itu lebih sulit dan melelahkan.
Memotong tanaman padi yang ambruk harus ekstra hati-hati
kalau ada ular atau hewan lainnya yang tiba-tiba keluar dari
balik tanaman padi tersebut. Untuk pemberian upah berupa uang
disepakati upah pada umunya berapa di Kelurahan Kwangen,
Kisarannya mulai dari Rp 35.000 sampai Rp 40.000
perharinya.103
103 Wawancara dengan Bapak Trisno pada tanggal 11 April 2012
74
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD BAWON
DI DESA GEMULUNG KELURAHAN KWANGEN KEC.
GEMOLONG KAB. SRAGEN
Upah selalu menjadi masalah tersendiri bagi para buruh. Baik pada
wilayah formal maupun informal. Buruh pada wilayah formal mungkin lebih
beruntung daripada buruh pada informal. Mereka tidak mendapat
perlindungan dari siapapun, karena tidak ada regulasi untuk buruh pada
wilayah informal.
Pekerjaan buruh tani adalah pekerjaan yang terdapat pada sektor
informal dimana tidak ada Undang-Undang yang mengaturnya. Peraturan
yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah adat kebiasaan. Namun tidak
semua adat kebiasaan membawa suatu kebaikan dalam masyarakat. Keadilan
yang seharusnya menjadi dasar utama dalam hubungan timbal balik terkadang
diabaikan. Dalam Hadis riwayat Abu Daud dari Sa’ad Ibn Abi Waqqash, ia
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”(Qs. An-Nisa’: 29)107
Ketiga, harus jelas dan gamblang, maksudnya apa yang diperjanjikan
oleh para pihak harus terang atau jelas tentang apa yang menjadi isi perjanjian
sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman diantara para pihak
tentang apa yang telah mereka perjanjikan dikemudian hari.108
Dengan
demikian maka perjanjian kerja yang dilakukan oleh pihak pemilik sawah
dengan buruh tani sudah memenuhi syarat sahnya perjanjian menurut hukum
Islam dan memenuhi pula syarat sahnya perjanjian menurut pasal 1320 KUH
Perdata yaitu:
1. ”Sepakat mereka yang mengikatkan diri.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.”109
Dalam melakukan kegiatan mu’amalah, banyak hal yang harus
diperhatikan berkaitan sah dan tidaknya akad mu’amalah yang dilakukan.
Akad yang sah dapat dilihat dari terpenuhinya rukun dan syarat-syarat akad
tersebut. Dalam tahapan transaksi ini dapat dilihat pemenuhan rukun dan
syarat pengupahan sesuai hukum Islam, oleh karena itu melalui tahapan ini
107 Departemen Agama RI, op. cit. hal. 84 108 Chairudin Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, op. cit, hal. 3 109 Soebekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Ed. Revisi,
Jakarta: Pradnya Paramita, 1995, hal. 339
79
penulis akan menganalisis beberapa hal termasuk dalam pemenuhan rukun
dan syarat pengupahan.
1. Orang yang melakukan Akad (Aqidain)
Adapun syarat dan rukun yang terdapat dalam pengupahan
adalah adanya mu`ajir dan musta`jir. Mu`ajir yaitu orang yang
memberikan upah dan musta’jir orang yang menerima upah. Dalam
pekerjaan ini pemilik sawah adalah sebagai mu`ajir. Dimana dia
menyewa atau menggunakan jasa buruh untuk melakukan pekerjaan
memanen padi. Musta`jir adalah orang yang menerima upah untuk
melakukan sesuatu. Dalam hal ini yang disebut musta`jir adalah para
buruh tani. Dimana mereka mendapat upah atas pekerjaan yang telah
dilakukannya, yakni memanen padi. Untuk mu`ajir dan musta`jir
disyaratkan harus baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf
(mengendalikan harta) dan saling meridhoi.110
Orang yang melakukan akad ijarah disyaratkan telah baligh dan
berakal sehat. Bagi anak yang telah mumayyiz diperbolehkan
melakukan akad dengan izin dari walinya.111
Syarat lain bagi orang
yang melakukan akad adalah adanya kerelaan dari masing-masing
pihak, jika terdapat unsur paksaan maka akad sewa menyewa tersebut
tidak sah.112
Dalam praktek pengupahan buruh tani di Desa
Gemulung, Kel. Kwangen Kec. Gemolong Kab. Sragen, rukun dan
110 Hendi Suhendi, op. cit. 117
111 M. Ali Hasan, op. cit, hal. 231 112 Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op. cit, hal. 53
80
syarat di atas telah terpenuhi. Masing-masing pihak yang melakukan
akad adalah orang-orang yang telah baligh dan berakal sehat. Mereka
juga mengadakan akad berdasarkan inisiatif mereka sendiri dengan
kerelaan dan tanpa paksaan dari pihak lain.
2. Penetapan upah/harga
Upah ditetapkan sesuai kebiasaan yang berlaku di desa yaitu
sistem Bawon. Upah/harga sewa dalam sewa menyewa disyaratkan
harus jelas, tertentu dan bernilai harta. Jelas dan tertentu dalam hal ini
adalah jelas nilai dari harga sewa tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari perselisihan dikemudian hari. Dalam praktek
pengupahan buruh tani dengan hasil panen di Desa Gemulung, Kel.