http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324 @pertanian_aceh @Penyuluhan_aceh pertanian aceh Bidang Penyuluhan Distanbun Aceh Distanbun_aceh Bidluhdistanbunaceh [email protected]HABA TANI Informasi Pertanian Terbaru EDISI I/2021 03 Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan 813 Penyuluh Aceh Diangkat Jadi ASN Sebanyak 813 penyuluh per- tanian di Aceh yang selama ini ber- status sebagai tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) diangkat menjadi Apa- ratur Sipil Negara (ASN). Cara Pemerintah Aceh Pertahankan Swasembada Secara Berkelanjutan Program penanaman padi tiga kali setahun (IP-300) merupakan salah sa- tu skenario Pemerintah Aceh untuk mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. 08 Cabai Merah Surplus, Bawang Merah Defisit DINAS Pertanian dan Perkebunan (Dis- tanbun) Aceh melalui Bidang Hortikul- tura pada tahun 2021 masih fokus pada pengembangan dua komoditas tanaman sayur yang selama ini selalu menyebabkan inflasi. 10 14 Rumah Cantik Laisya Pelopor Produk Kecantikan Berbahan Kopi Gayo
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
tanian di Aceh yang se lama ini berstatus sebagai tenaga harian lepas te naga bantu penyuluh pertanian (THLTBPP) diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Cara Pemerintah Aceh Pertahankan Swasembada Secara Berkelanjutan
Program penanaman padi tiga kali setahun (IP300) merupakan salah satu skenario Pemerintah Aceh untuk mem pertahankan swasembada beras se cara berkelanjutan.
08Cabai Merah Surplus, Bawang Merah DefisitDINAS Pertanian dan Per kebunan (Distan bun) Aceh melalui Bidang Hor tikultura pada tahun 2021 masih fokus pada pe ngem bangan dua komoditas ta naman sayur yang selama ini se lalu menyebabkan inflasi.
PENGARAH: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MPPENANGGUNG JAWAB: Kabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh, Mukhlis, SP, MAPEMIMPIN REDAKSI: Nurlisma, SP, MP DEWAN REDAKSI: Sabri, S.Hut, M.Si dan Junaidi, SPSEKRETARIAT: Suryadi, S.PtREPORTER/LAYOUTER/ILUSTRATOR: Tim Serambi IndonesiaEMAIL: [email protected], [email protected]
Salam Redaksi
Nurlisma, SP, MPPemimpin Redaksi
Pangan merupakan kebutuhan
primer bagi kehidupan umat.
Pertambahan penduduk se
cara linier menambah vo lume
pangan yang dibutuhkan. Pe ningkatan
bahan pangan harus secara terus menerus
diusahakan dan secara bersamaan dengan
diversifikasi bahan pangan. Keberhasilan
kedua usaha ini diharapkan mampu
mendorong ter penuhinya kebutuhan bahan
pangan.
Komoditas tanaman pangan utama
meliputi padi, jagung, dan kedelai.
Permasalahan dari ketiga komoditas itu
dapat ditelusuri dari kondisi riil kinerja tahun
lalu dalam laporan kinerja Dinas Pertanian
dan Perkebunan Aceh tahun 2020. Data
tersebut sebagai berikut:
Pertama, Padi sawah. Luas baku sawah
213.997 hektare (Ha) tersebar hampir di
seluruh kabupaten/kota, baik kawasan
utama maupun penyangga, kecuali
Sabang dan Banda Aceh, dengan target
luas tanam 334.353 Ha (IP 1,56). Adapun
luas panen 317.635 Ha (realisasi 95%)
dengan produktivitas 5,72 ton/Ha (realisasi
98,79%), serta produksi gabah kering giling
(GKG) sekitar 1.842.118 ton/tahunsetara
beras 1.086.850 ton/tahun(realisasi 104
persen.
Kedua, Jagung. Luas tanam 78.440
Ha yang tersebar di Aceh Tenggara, Aceh
Selatan, Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh
Timur, dan Aceh Utara (kawasan utama),
serta Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen,
Bener Meriah, Aceh Barat Daya, dan Simeulue
(kawasan pe nyangga), Adapun produktivitas
5,4 ton/Ha (realisasi 116%) dengan produksi
392.193 ton/tahun (realisasi 107%).
Ketiga, Kedelai. Target luas tanam 6.360
Ha tersebar di Bireuen, Aceh Utara, Aceh
Timur, Aceh Tamiang, Pidie Jaya, dan Pidie
(kawasan utama), serta Aceh Besar, Aceh
Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah,
dan Bener Meriah (kawasan penyangga)
dengan produktivitas 1,52 ton/Ha (realisasi
103%), dan produksi 734 ton/tahun (reali
sasi 7,83 persen).
Peningkatan Produksi Padi
Keterbatasan luas lahan dan ben
turan kepentingan dengan penggunaan
yang lainnya, maka usaha perluasan lahan
dengan menambah luasan lahan sawah
menjadi sangat sulit dilakukan.
1. Menambah luas tanam padi melalui
peningkatan indeks pertanaman dari
1,56 menjadi 1,70 (luas tanam
363.795 Ha dari luas baku sawah
Aceh). Peningkatan IP sebesar
0,14 ini sudah dapat meningkatkan
produksi sebesar 3,40% per tahun
dengan asumsi persentase luas
panen dan produktivitas yang
sama. Indeks 1,70 ini dapat di
peroleh dengan cara; dari luas sa
wah baku 213.997 ha dirancang
luasan tanam IP 1 seluas 90.000
ha, IP 2 seluas 115.000 ha, dan IP 3
seluas 15.000 Ha.
Rancangan ini dapat ditempuh dengan
cara: Identifikasi sawah mempunyai
pengairan intensif de ngan irigasi teknis,
sawah ter sebut dapat diairi sepanjang
ta hun; Menyiapkan alat mesin per
tanian pengolahan tanah, penanaman,
dan panen; serta Me nyiapkan benih
unggul, sarana produksi, seperti
obatobatan pengendalian hama dan
penyakit, serta pe nyediaan pupuk
tepat jenisnya.
2. Meningkatkan produktivitas da
ri 5,72 ton/Ha menjadi 5.80 ton/
Ha. Kenaikan produktivitas sebesar
0,08 ton/Ha dan IP 0,14 dapat
meningkatkan produksi padi sebesar
4,81%, ini bermakna produksi gabah
kering giling Aceh sudah dapat
melampaui 2 juta ton per tahun.
Peningkatan produktivitas ini dapat
ditempuh melalui target fokus pada
arealareal atau kawasan sentra pro
duksi padi sawah.
3. Peningkatan rendemen. Capaian
kinerja rendemen tahun 2020 baru
mencapai sekitar 59%, dan rendemen
ini dapat ditempuh melalui adopsi
teknologi teknologi pengolahan
tanah, pengelolaan air, pengendalian
hama dan pe nyakit, penggunaan
pupuk te pat jenis, tepat dosis, dan
tepat wak tu aplikasi diprediksi
dapat meningkatan rendemen.
Peningkatan Produksi Jagung
Target yang ditetapkan pada tahun
2020 seluruhnya terlampaui, kecuali
terget luas panen. Luas tanam tahun
2020 sebesar 78.440 Ha (luas panen
sebesar 72.630 Ha), target produktivitas
terlampau (116%) dan total produksi
jagung ter lampaui (107%). Ini bermakna
bah wa program pengembangan jagung
pada tahun 2020 lalu telah berhasil
dengan baik.
Peningkatan produksi ja gung masih
dapat dilakukan, baik menambah luas
tanam di la han sawah atau lahan kering,
pe ning katan luas panen maupun pe
ningkatan produktivitas. Luas ta nam
pada tahun 2020 sebesar 78.440 dan
dipanen 72.630 ha (92,60%) dengan
total produksi sebesar 392.193
ton/tahun, masih sangat mungkin
ditingkatkan dengan po tensi lahan
sawah dan lahan kering yang tersedia.
Peningkatan Produksi Kedelai
Sementara kinerja kedelai Aceh
hampir setiap tahun tidak tercapai.
Padahal, berbagai usaha sudah
dilakukan oleh pemerintah dan para
pihak. Semua target tidak tercapai,
kecuali target produktivitas tercapai
sebesar 103% (1,52 ton/Ha). Pada
tahun 2020, target luas tanam sebesar
6.360 ha hanya dapat dicapai sebesar
7,60% (483) dan baru tercapai 7,83%
(734 ton/tahun), terutama di kawasan
produksi uta ma seperti Bireuen, Aceh
Timur, dan Pidie Jaya.
Tidak tercapainya target luas tanam
dan panen, serta target pro duksi kedelai
Aceh lebih disebabkan oleh faktor di
luar budidaya di hulu, teramasuk harga
kedelai yang tidak stabil dan tak sesuai
dengan yang ditetapkan pemerintah.
Untuk men capai luas tanam, luas
panen, pro duktivitas dan produksi per
tahun kedelai Aceh dapat ditempuh
dengan penjaminan pasar dan harga
yang berpihak ke petani, menambah
luas tanam di sawah tadah hujan pada
musim kemarau, serta pemupukan
tepat jenis, tepat dosis, dan tepat
waktu, serta penyiangan gulma ha rus
dilakukan secara optimal. (*)
·
nPenulis adalah Dosen Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala, dan Ketua Pusat Riset Kopi dan Kakao
Aceh, Universitas Syiah Kuala.
Oleh: Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS
Upaya Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Aceh
Sudah hampir dua tahun pandemi Covid19 terjadi di Indonesia, termasuk Aceh. Meski sejumlah upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, namun hingga saat ini belum juga
ada tandatanda wabah yang berawal di Kota Wuhan, Cina, itu akan berakhir. Kondisi tersebut jelas berdampak negatif terhadap kegiatan di semua sektor, termasuk pertanian. Akibatnya, pendapatan masyarakat pun menjadi terganggu.
Meski sedang dalam suasana pandemi, kegiatan di sektor petanian khususnya dalam menyediakan berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, cabai, dan bawang merah harus dipastikan tetap berjalan. Sebab, berbagai komoditas tersebut merupakan kebutuhan seharihari masyarakat. Bahkan, produktivitas masingmasing tanaman pangan itu harus tetap terjaga minimal sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini menjadi penting terlebih jika dikaitkan dengan peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang memperkirakan pandemi Covid yang membuat dunia mengalami krisis pangan. Untuk itulah, pemerintah sudah, sedang, dan akan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi ancaman tersebut.
Dalam konteks Aceh, program yang dilaksanakan antara lain meningkatkan produksi pangan melalui optimasi lahan, meningkatkan Indeks Pertanaman menjadi tiga kali setahun (IP300) serta produktivitas lahan sawah melalui penyediaan sarana produksi (pupuk) dan bantuan pengolahan tanah, memastikan musim tanam gadu berjalan dengan baik, menerapkan full mekanisasi dalam kegiatan pertanian mulai dari hulu hingga ke hilir. Semua upaya tersebut merupakan bagian dari mempertahankan swasembada secara berkelanjutan, terutama di masa pandemi ini.
Untuk mewujudkan hal tersebut, semua stakeholder yang terkait dengan pembangunan pertanian harus terus bekerja ekstra, melahirkan pemikiranpemikiran yang out of the box, serta mempererat kerja sama dengan lintas sektoral. Kiranya ini adalah saat yang tepat bagi petani, penyuluh, peneliti, akademisi, swasta, dan pelaku sektor pertanian lainnya untuk menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara ini khususnya dalam mempertahankan swasembada pangan demi terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Dalam kondisi pandemi Covid19 saat ini, juga dibutuhkan lebih banyak inovasi dan terobosan untuk memastikan distribusi kebutuhan pangan bisa merata ke semua masyarakat terutama yang tinggal di daerah rawan pangan. Pandemi juga sudah berpengaruh pada fluktuasi harga komoditaskomoditas pertanian. Disparitas harga antara produsen atau petani dan masyarakat konsumen menjadi semakin lebar.
Untuk itu, kita harus bisa menciptakan efisiensi rantai pemasaran produk pertanian dengan tetap keberpihakan pada petani. Hanya dengan cara itu kiranya kita bisa menjaga sektor pertanian agar tetap menjadi sektor yang bisa bertahan dari terpaan wabah Corona. Sekali lagi, ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi butuh dukungan dan partisipasi dari semua elemen masyarakat. (*)
BI Dukung Pengembangan Pertanian Organik Terpadu di Aceh
tanaman pangan dan hortikultura
me lalui pembuatan demplot padi,
ba wang merah, dan cabai merah pa
da lahan 0,2 hektare di kompleks se
kolah tersebut.
Pada 17 Juni 2021, Kepala Per
wakilan Bank Indonesia Provinsi
Aceh, Achris Sarwani, bersama
Ke pala Dinas Pertanian dan Per
kebu nan (Kadistanbun) Aceh, Ir Cut
Huzaimah MP, melalui Sekretaris
Dinas Azanuddin Kurnia SP MP, serta
sejumlah pejabat lainnya meng hadiri
panen bersama komoditas bawang
merah pada demplot per tanian
terpadu klaster ketahanan pangan
menggunakan teknologi de komposer
MA11 di SMKPP Negeri Saree.
Achris Sarwani berharap dem
plot SMKPP Negeri Saree dapat
men jadi contoh bagi petani dan
sebagai pusat pelatihan organik. Ia
juga berharap hadirnya toko organik
yang menjual pupuk organik dan
hasil tanaman organik. “Kami juga
berharap Bank Aceh Syariah pada
saatnya nanti dapat membantu
petani dalam pembiayaan untuk
me ningkatkan bisnis pertanian dan
pendapatan mereka,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Per
kebunan (Kadistanbun) Aceh, Ir Cut
Huzaimah MP, melalui Sekretaris
Dinas Azanuddin Kurnia SP MP,
sangat mendukung program ter
sebut.Hal ini, menurutnya, sa
ngat penting dalam rangka pe
ngembangan pangan sehat dan
mun culnya sumberdaya pertanian
ma ju, mandiri, dan modern di ka
langan petani millenial.
“Program ini juga untuk men
dukung program Gerakan Mandiri
Pangan (Gampang) dan Aceh Troe,
serta ketahanan pangan nasional,”
sambung pria yang akrab disapan
Azan, ini. Jika mau me lak sanakan
per tanian organik, tambah Azanud
din, petani akan meraup keun tu
ngan yang lebih banyak.
Kepala SMKPP Negeri Saree,
Muhammad Amin SP MP berterima
kasih dan menyambut baik kerja
sama dengan BI. Menurutnya, labo
ratorium mini MA11 tersebut nanti
akan menjadi sarana praktik siswa
dan membuka lapangan kerja untuk
alumni dan petani milenial.(*)
Germas Pemangkasan Tanaman Kakao untuk Tingkatkan Produksi Ini memang bukan
persoalan yang mudah. Tapi, kita harus yakin,
optimis, dan tetap semangat bahwa kita
bisa dan mampu dalam merawat tanaman
kakao dengan baik demi peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan petani.”
Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh
Kakao (cokelat) merupa
kan salah satu komoditas
andalan bagi sub sektor
perkebunan di Indonesia
secara umum, dan Aceh khususnya.
Karena itu, merawat kebun kakao
dengan baik akan meningkatnya
produksi serta menghasilkan cokelat
yang berkualitas dan memiliki cita
rasa yang khas. Jika ini terjadi, maka
secara lambat laun akan menambah
pendapatan para petaninya.
Mengacu pada kondisi tersebut,
Pemerintah Aceh melalui Dinas Per
tanian dan Perkebunan (Distanbun)
Aceh menjadikan pengembangan
tanaman kakao sebagai salah satu
skala prioritas melalui berbagai
program kerja. Kegiatan terbaru
yang dilaksanakan dinas yang kini
dikepalai oleh Ir Cut Huzaimah MP,
adalah Gerakan Massal (Germas)
Pemangkasan Tanaman Kakao yang
diluncurkan di Gampong Siron Paloh,
Kecamatan Padang Tiji, Pidie, awal
April 2021 lalu.
Selain seratusan petani yang
langsung memangkas tanaman ka
kao secara massal, acara itu juga di
hadiri Wakil Bupati Pidie, Fadlullah TM
Daud ST, bersama unsur Forkopimda
dan sejumlah kepala SKPK terkait,
Dandim 0102/Pidie, Letkol Arh
Tengku Sony Sonatha SE MIP, Ketua
Forum Kakao Aceh, Ir T Iskandar MSi,
Kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh, Ir M Ferizal
MSc, akademisi, penyuluh pertanian,
tokoh masyarakat, dan sejumla ta
mu undangan lainnya.
Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzai
mah MP, mengatakan, Germas ini
dilak sanakan pihaknya guna mem
bang kitkan semangat petani untuk
memangkas tanaman kakaonya
secara rutin. Sebab, menurutnya,
pemangkasan sangat penting dalam
rangka menjaga keberlangsungan
budidaya dan produktivitas tanaman
tersebut. Dengan pemangkasan,
tam bah Cut Huzaimah, pertumbuhan
ta naman kakao akan optimal, se hat,
dan meminimalisir serangan orga
nisme pengganggu tanaman (OPT).
“Mengganti kebiasaan lama
dalam hal ini memangkas tanaman
kakao secara rutinmemang su
lit, tapi bukan berarti tak bisa dila
kukan. Pemangkasan rutin harus
kita biasakan, agar pertumbuhan
ta naman kakao akan optimal,
sehat, dan berproduksi lebih
banyak lagi,” jelas Cut Huzaimah.
Adapun tujuan dari pemang
kasan tanaman kakao, sebut Cut
Huzaimah, agar tanaman te tap ren
dah sehingga mudah perawatan nya,
membentuk cabangcabang pro
duk si yang baru secara berkesinam
bungan, mempermudah masuknya
cahaya (difusi) dan memperlancar
sirkulasi udara dalam tajuk, serta
memudahkan pengendalian ha
ma dan penyakit tumbuhan (HPT)
sehingga mengurangi terjadi nya
fluk tuasi produksi yang ta jam, ke
matian tanaman akibat pembuahan
yang berlebihan, dan dapat mengu
rangi dampak kekeringan.
“Kakao yang tumbuh dengan
begitu tinggi, tentu akan merugikan
petani karena nutrisi yang diserap
akar pohon dari tanah disebarkan ke
seluruh ranting. Jadi, pohon Ka kao
yang terlanjur tinggi dan tidak dirawat
dengan baik, buahnya ti dak lagi
tumbuh, dan jika tumbuh ta naman
lain di sekitarnya akan meng ganggu
penyerapan nutrisi dari ta nah,”
ungkap Kadistanbun Aceh.
Pemangkasan, menurut Cut
Huzaimah, juga bertujuan untuk
mem buang cabang tua yang kurang
pro duktif atau terserang hama
penya kit, sehingga hara dapat di
distri bu sikan ke cabang muda yang
le bih produktif. Dengan demikian,
pro duktivitas tanaman kakao yang
opti mal bisa dicapai secara terus
me nerus,”ucapnya.
“Ini memang bukan persoalan
yang mudah. Tapi, kita harus yakin
bahwa usaha ini demi peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan
petani,” kata Cut Huzaimah optimis.
Ia juga memberi apresiasi kepada
petani yang selalu merawat tanaman
Kakao dengan serius. (*)
“
Kadistanbun Aceh, Ir Cuta Huzaimah MP, dan pejabat lainnya foto bersama pada lauching Germas Pemangkasan Tanaman Kakao di Kecamatang Padang Tiji, Pidie.
Panen perdana bawang merah di lahan pertanian organik, Kompleks SMK-PP Saree, Aceh Besar.
300) merupakan salah satu skenario Pemerintah Aceh
untuk mempertahankan swasembada beras secara
berkelanjutan.”
SAFRIZAL SP, MPAKabid Tanaman Pangan
Distanbun Acehskenario Pemerintah Aceh untuk
mempertahankan swasembada
beras secara berkelanjutan. Program
ini, menurutnya, menerapkan
full mekanisasi mulai dari olah
tanah menggunakan traktor roda
empat, penanaman dengan jarwo
transplanter, dan pemanenan meng
gunakan combine harvester.
“Hal ini dimaksudkan agar
biaya produksi lebih bisa ditekan
dan prosesnya cepat, serta sejalan
dengan program Kementerian Per
tanian RI yaitu mekanisasi pertanian
harus diterapkan dari hulu hingga ke
hilir,” ujar Safrizal.
Tahun 2019, sebut Safrizal,
Pemerintah Aceh melalui Distanbun
Aceh mengembangkan Padi cluster
IP300 pada areal seluas 500
hekatre (Ha) di Kecamatan Kuta
Malaka dan Indrapuri, Aceh Besar.
Tahun 2020, sambungnya, program
IP300 ditingkatkan menjadi 1.600
Ha yang meliputi 500 Ha di Aceh
Besar, 500 Ha di Aceh Utara, 300 Ha
di Pidie Jaya, dan 300 Ha di Abdya.
Pada Tahun ini, tambah Safrizal,
pengembangan padi cluster IP
300 terus diperluas ke sejumlah
kabupaten/kota lain dengan areal
seluas 1.900 Ha. Lokasinya meliputi
Aceh Utara seluas 500 Ha, Aceh
Timur 500 Ha, Pidie 300 Ha, Pidie
Jaya 300 Ha, dan Abdya 300 Ha.
“Kita juga memberikan dukungan
untuk lahan di sekitar lokasi padi IP
300 sebagai penyangga. Tujuannya,
agar pemilik sawah di kawasan
penyangga itu juga tertarik untuk
meningkatan indek penanaman
(IP),” jelasnya.
Safrizal menambahkan, pro
duktivitas yang dihasilkan melalui
kegiatan ini ratarata 78 ton per
haktere. Jumlah itu, me ningkat
dibanding dengan produktitivas
pada kegiatan di luar IP 300 yaitu
56 ton per hektare. “Program
IP300 ini juga akan menambah
pendapatan petani karena mereka
bisa menaman dan memanen padi
tiga kali dalam setahun. Hal itu
pada akhirnya akan membantu
mengurangi angka kemiskinan di
Aceh,” ungkap Safrizal. (*)
Program IP300 akan menambah pendapatan
petani karena mereka bisa menaman dan memanen padi tiga kali setahun. Hal
itu pada akhirnya akan membantu mengurangi
angka kemiskinan di Aceh.”
Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh
Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan
nyediaan sarana produksi (pupuk)
dan bantuan pengolahan tanah. Pe
nanaman padi tiga kali setahun (IP
300) merupakan salah satu bentuk
optimasi lahan yang dilaksanakan
pemerintah.
Karena itulah, Pemerintah Aceh
melalui Dinas Pertanian dan Per
ke bunan (Distanbun) Aceh melan
jutkan Gerakan IP300. Setelah di
Aceh Besar pada 2019 dan di bebe
rapa daerah lain pada 2020, tahun
ini Distanbun Aceh melak sanakan
program yang sama di Kabu
paten Aceh Timur, tepatnya di areal
persawahan Gampong Paya Meu
ligoe, Kecamatan Peureulak, seluas
500 hektare (Ha).
Gerakan Tanam Padi IP300
yang dimulai pada 10 Juni 2021,
itu dihadiri Bupati Aceh Timur yang
diwakili Asisten II Aiyub SKM MSi
dan Ketua DPRK Aceh Timur, Kadis
tanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP,
Kepala BPTP Aceh, unsur Muspikan
Peu reulak, dan sejumlah tamu un
dangan lainnya. Gerakan itu melibat
kan petani penerima manfaat ser ta
penyuluh dan mantri Tani di Keca
matan Peurelak sebanyak 65 orang.
Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzai
mah MP, mengatakan, selain untuk
peningkatan indeks penanaman,
program IP300 juga difokuskan un
tuk peningkatan produktivitas pa
di. Untuk memastikan kegiatan itu
terlaksana dengan baik, sebut Cut
Huzaimah, pihaknya juga menye
rahkan bantuan berupa benih ung gul
dan pupuk kepada petani. “Peme
rintah Aceh juga fokus mengawal
program ini dengan menyediakan
asuransi pertanian bagi petani.
Sehingga, petani akan terhindar dari
kerugian jika terjadi gagal panen,”
ungkapnya.
Lebih lanjut Cut Huzaimah me
nga takan, gerakan tanam ini juga
dalam rangka mengedukasi petani
tentang teknologi pertanian modern
yang menggunakan full meka
nisasi; langkah antisipatif terhadap
makin berkurangnya luas baku
sawah akibat alih fungsi lahan, ser
ta meningkatkan produksi dan pro
duktifitas padi yang pada akhirnya
akan membuat kesejahteraan petani
semakin baik.
Bagi Aceh Timur, ini merupakan
kali pertama melaksanakan pro
gram IP300. Karena itu, kata Cut
Huzaimah, sangat penting Bupati
Aceh Timur dan SKPK terkait un
tuk terus mendorong petani agar
mempercepat penanaman padi
sawah dan padi lahan kering ter
utama pada kecamatankecamatan
sentra produksi. “Kami sangat yakin,
Bapak Bupati berserta jajarannya
mampu melakukan hal itu,” ujarnya.
Sambut baik
Pemkab Aceh Timur, menyambut
baik penanaman padi pertana dengan
sistem IP300 di kabupaten itu. “Kita
ikut andil dalam menjaga stabilitas
pangan nasional, khusus nya di wilayah
Aceh Timur,” ujar Asis ten ll Setdakab
Aceh Timur, Aiyub SKM MSi, saat
mewakilan Bupati pada peluncuran
program tersebut. (*)
“
“
Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, memberikan keterangan kepada wartawan seusai peluncuran Program IP-300 di persawahan Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, coba mengoperasikan mesin penanam padi saat launching Program IP-300 di persawahan Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Era industrialisasi saat ini telah membuat berpindahnya sebagian besar masya rakat agraris di
pede saan menuju ke kotakota sebagai masyarakat industri. Jumlah pen duduk yang besar berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan yang signifikan. Masyarakat agraris dengan keterbatasan tenaga dituntut mampu memproduksi hasil panen dalam jumlah besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, program intensifikasi dan atau ektensifikasi pertanian perlu dilakukan. Program tersebut mendorong pengembangan berbagai jenis alat dan mesin pertanian untuk mendukung program me kanisasi sebagai bagian dari pelaksanaan program intensifikasi termasuk pengembangan alat dan mesin penanam.
TSaat ini, petani mengenal dua me tode tanam, yaitu tanam benih dan tanam bibit. Tanam benih sudah dikenal oleh masyarakat petani sejak lama, dikenal sebagai metode tanam kering, dimana komoditas ditanam dalam bentuk benih dengan cara meletakannya pada media tanam (tanah) dalam kondisi kering (dalam jangkau olah). Tanam benih ini banyak dilakukan pada lahan pertanian tadah hujan khususnya pada Musim Tanam Pertama (MT1) dimana petani
Mengenal Alat Tanam Benih Tradisional dan Modern
Oleh:Dr. Radi, STP., M.Eng.
Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
(UGM), Yogyakarta
melakukan kegiatan tanam menjelang musim penghujan. Sementara tanam bibit adalah metode penanaman yang diawali dengan tahapan semai pada media khusus sebelum bibit muda tersebut dipindahkan ke lahan budidaya yang telah disiapkan. Umumnya, metode tanam ini dilakukan pada lahan beririgasi teknis, dimana penyiapan lahan dilakukan dalam kondisi tergenang air (basah). Berdasarkan metode tersebut, alat dan mesin tanam dibedakan menjadi dua, yaitu alat dan mesin tanam benih yang disebut dengan istilah seeder dan alat dan mesin yang digunakan untuk menanam bibit yang dikenal dengan istilah transplanter. Seeder merupakan alat dan mesin yang dikembangkan untuk metode tanam benih, berfungsi untuk memindahkan benih dari kotak benih (hopper) menuju lubang tanam dimana benih akan dibudidayakan. Dari sisi tenaga penggerak, alat dan mesin tanam dibedakan menjadi dua, yaitu alat tanam benih manual dan alat tanam benih dengan penggerak motor bakar (mesin).
Alat Tanam Benih ManualTugal merupakan alat tanam
yang paling sederhana dan telah dikenal oleh petani sejak lama. Alat ini digunakan oleh petani untuk membuat lubang tanam. Setelah terbentuk, benih dimasukan dalam lubang tanam
secara manual, dan kemudian lubang tanam ditutup menggunakan tanah ataupun pupuk dasar yang dilakukan secara manual pula. Hingga saat ini, tugal masih banyak digunakan oleh petani dalam membantu kegiatan tanam khususnya untuk komoditas jagung, kedelai, maupun kacangkacangan. Banyaknya penggunaan tugal oleh petani mendorong sejumlah inovasi pada alat tanam tersebut. Inovasi pertama berupa pengembangan tugal mekanis dari material logam yang dilengkapi bagian penabur benih.
Alat Tanam Benih Berpenggerak Mesin
Alat tanam seperti diuraikan diatas merupakan alat tanam manual dengan tenaga manusia sebagai penggerak. Untuk tujuan mekanisasi dengan luasan lahan yang lebih besar, alat tanam dengan penggerak motor bakar sangat diperlukan. Perkembangan alat dan mesin pertanian berpenggerak motor bakar ini dimulai pada tahun 19201930 dengan diproduksinya secara masal motor bakar dalam berukuran kecil menggantikan mesin uap yang berukuran besar sebagai pengerak utama bagi alat dan mesin pertanian. Motor bakar berukuran kecil ini memicu pengembangan berbagai macam alat dan mesin pertanian dengan variasi ukuran termasuk alat dan mesin penanam. Alat dan mesin penanam berukuran kecil menjadi pilihan utama bagi petani yang lahanya relative sempit, sementara untuk yang berukuran besar disediakan bagi petani dengan lahan luas ataupun pertanian industri.
Alat tanam benih berpenggerak mesin yang banyak dikenal dengan istilah seeder mekanis, merupakan alat yang digerakan oleh mesin (motor bakar) untuk meletakan benih pada kedalaman tertentu dalam tanah sebagai media budidaya tanaman. Seeder ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu melakukan penanaman benih sesuai dengan persyaratan agroteknis pertumbuhan tanaman. Untuk itu, desain seeder mekanis setidaknya ter diri dari komponen utama: unit ko tak benih (hopper), unit penakar be nih (seed metering device), unit penyalur benih, unit pembuka alur, unit penutup alur, unit pengatur jarak tanam, unit pengatur kedalaman tanam, serta unit pengatur dosis benih yang ditanam. Komponenkomponen tersebut akan berpengaruh terhadap pro ses pemindahan benih dari hopper me nuju lubang tanam serta kualitas penanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi daya kecambah, pertum buhan serta produktivitas tanaman.
Meksipun telah lama dikembangkan, penggunaan seeder mekanis bagi petani di Indonesia masih sangat jarang terlihat. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya petani yang beralih pada budidaya padi sawah sebagai komoditas utama. Saat ini, budidaya tanaman pangan lain seperti jagung, kedelai, kacang hijau hanya menjadi komoditas sampingan. Disamping itu, sistem tanam padi kering dalam bentuk benih sudah jarang dilakukan dan beralih menggunakan metode tanam bibit. Seeder mekanis ini ada dua jenis, yaitu seeder mekanis berpenggerak tractor roda dua (TR2) dan berpenggerak tractor beroda empat (TR4). Seeder dengan penggerak TR2 berdaya 811 HP, dirancang berukuran kecil dengan sebuah lajur tanam. Sementara untuk seeder berpenggerak TR4 memiliki ukuran yang lebih besar. Seeder besar ini biasanya dirancang dalam bentuk modular, dimana tiap modul dirancang untuk mampu melakukan penanaman benih secara mandiri. Dengan demikian, tiap modul terdiri atas unit kotak benih, unit penakar benih, unit penyalur benih, unit pembuka alur, unit penutup alur, unit pengatur jarak tanam, unit pengatur kedalaman tanam, serta unit pengatur dosis benih. Konsep modular dalam pengembangan seeder mekanis
ini memberikan fleksibilitas dalam mengatur jarak alur, menambah atau mengurangi jalur tanam yang disesuaikan dengan besarnya daya penggerak dan kondisi lahan yang ditanami. Untuk lahan berkategori berat, jumlah alur dapat dikurangi agar penggerak mampu menarik seeder tersebut, sementara untuk lahan berkategori ringan, jumlah alu tanam dapat ditambah sehingga waktu tanam menjadi lebih efisien. Saat ini, seeder mekanis juga telah dilengkapi unit pemupuk yang menjadikan kegiatan pemupukan dasar dapat dilakukan dalam sekali operasi.
Alat Tanam Benih Berteknologi Tinggi
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan dampak dalam perancangan alat dan mesin per tanian modern. Perkembangan tersebut sejalan dengan program pertanian 4.0 yang sedang digalakan oleh pemerintah. Seeder presisi dikem bangkan untuk melakukan pe
nanaman benih dengan konsep presisi terutama dari parameter jarak tanam, kedalaman, dan jumlah benih. Perkembangan seeder presisi tidak terlepas dari perkembangan teknologi pneumatis, hydrolis, elektronika termasuk sensor dan microprocessor, dan teknologi global positioning system (GPS), serta kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi hidrolis dengan kemapuan angkat yang besar berdampak pada desain seeder. Beberapa komponen dapat dikembangkan dalam sebuah seeder berkat teknologi penumatis dan hidrolis seperti penambahan unit pemupuk dalam sebuah seeder. Penemuan sensor pendeteksi posisi benih yang ditanam, posisi seeder dalam lahan, serta electronic control unit (ECU) telah berdampak besar terhadap kemajuan seeder presisi. Kombinasi ketiga teknologi mampu menempatkan seeder pada jalur yang benar serta mampu menaman benih dengan posisi yang presisi, ditambah dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan
pengem bangan teknologi seeder yang dapat dioperasikan dari jarak jauh menggunakan model remote control, bahkan memungkinkan untuk mengembangkan autonomous seeder.
Selain itu, perkembangan tek nologi pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle, UAV) juga turut mendorong inovasi dalam pengembangan alat tanam. Dalam hal ini, pesawat drone digunakan se bagai tenaga penggerak seeder. Unit seeder dibawa oleh pesawat drone kemudian digunakan untuk menebarkan benih pada lahan target. Dalam pengoperasianya, drone seeder ini dioperasikan oleh operator melalui perangkat remote control yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Perkembangan terbaru, drone seeder dengan pesawat drone hexacopter mampu digunakan untuk mengoperasikan seeder dengan bobot bersih 1520 kg, menambah kemampuan cakup penanaman dengan teknologi terbaru ini. (*)
Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dr Ir Dyah Erti Idawati, menyerahkan bibit pisang barangan merah hasil kultur jaringan Distanbun Aceh kepada warga dan kemudian menanam secara simbolis dalam bakti sosial di Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar.
Sisiwi SMK-PP Negeri Saree, Aceh Besar, mengikuti praktek mengoperasikan handtraktor di kompleks sekolah tersebut.
Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, foto bersama dengan tamu undangan sat lauching Program IP-300 di Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.
Petugas gabungan memperlihatkan rokok illegal hasil sitaan mereka seusai melakukan operasi ke dua pasar di Aceh Besar.
Petugas Distanbun Aceh melaksanakan kegiatan pengendalian Orga nisme Pengganggu Tumbuhan OPT di wilayah endemis.