Top Banner
http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324 @pertanian_aceh @Penyuluhan_aceh pertanian aceh Bidang Penyuluhan Distanbun Aceh Distanbun_aceh Bidluhdistanbunaceh [email protected] HABA TANI Informasi Pertanian Terbaru EDISI I/2021 03 Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan 813 Penyuluh Aceh Diangkat Jadi ASN Sebanyak 813 penyuluh per- tanian di Aceh yang selama ini ber- status sebagai tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) diangkat menjadi Apa- ratur Sipil Negara (ASN). Cara Pemerintah Aceh Pertahankan Swasembada Secara Berkelanjutan Program penanaman padi tiga kali setahun (IP-300) merupakan salah sa- tu skenario Pemerintah Aceh untuk mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. 08 Cabai Merah Surplus, Bawang Merah Defisit DINAS Pertanian dan Perkebunan (Dis- tanbun) Aceh melalui Bidang Hortikul- tura pada tahun 2021 masih fokus pada pengembangan dua komoditas tanaman sayur yang selama ini selalu menyebabkan inflasi. 10 14 Rumah Cantik Laisya Pelopor Produk Kecantikan Berbahan Kopi Gayo
16

Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

May 09, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

PB DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

1DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

Email: distanbun[at]acehprov.go.id

HABA

TANIInformasi Pertanian Terbaru EDISI I/2021

03

Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

813 Penyuluh Aceh Diangkat

Jadi ASNSebanyak 813 penyuluh per­

tanian di Aceh yang se lama ini ber­status sebagai tenaga harian lepas te naga bantu penyuluh pertanian (THL­TBPP) diangkat menjadi Apa­ratur Sipil Negara (ASN).

Cara Pemerintah Aceh Pertahankan Swasembada Secara Berkelanjutan

Program penanaman padi tiga kali setahun (IP­300) merupakan salah sa­tu skenario Pemerintah Aceh untuk mem pertahankan swasembada beras se cara berkelanjutan.

08Cabai Merah Surplus, Bawang Merah DefisitDINAS Pertanian dan Per kebunan (Dis­tan bun) Aceh melalui Bidang Hor tikul­tura pada tahun 2021 masih fokus pada pe ngem bangan dua komoditas ta naman sayur yang selama ini se lalu menyebabkan inflasi.

10

14

Rumah Cantik Laisya

Pelopor Produk Kecantikan Berbahan

Kopi Gayo

Page 2: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

2 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

3DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI OPINI

HABATANI

PENGARAH: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MPPENANGGUNG JAWAB: Kabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh, Mukhlis, SP, MAPEMIMPIN REDAKSI: Nurlisma, SP, MP DEWAN REDAKSI: Sabri, S.Hut, M.Si dan Junaidi, SPSEKRETARIAT: Suryadi, S.PtREPORTER/LAYOUTER/ILUSTRATOR: Tim Serambi IndonesiaEMAIL: [email protected], [email protected]

Salam Redaksi

Nurlisma, SP, MPPemimpin Redaksi

Pangan merupakan kebutuhan

primer bagi kehidupan umat.

Pertambahan penduduk se ­

cara linier menambah vo lume

pangan yang dibutuhkan. Pe ningkatan

bahan pangan harus secara terus menerus

diusahakan dan secara bersamaan dengan

diversifikasi bahan pangan. Keberhasilan

kedua usaha ini diharapkan mampu

mendorong ter penuhinya kebutuhan bahan

pangan.

Komoditas tanaman pangan utama

meliputi padi, jagung, dan kedelai.

Permasalahan dari ketiga komoditas itu

dapat ditelusuri dari kondisi riil kinerja tahun

lalu dalam laporan kinerja Dinas Pertanian

dan Perkebunan Aceh tahun 2020. Data

tersebut sebagai berikut:

Pertama, Padi sawah. Luas baku sawah

213.997 hektare (Ha) tersebar hampir di

seluruh kabupaten/kota, baik kawasan

utama maupun penyangga, kecuali

Sabang dan Banda Aceh, dengan target

luas tanam 334.353 Ha (IP 1,56). Adapun

luas panen 317.635 Ha (realisasi 95%)

dengan produktivitas 5,72 ton/Ha (realisasi

98,79%), serta produksi gabah kering giling

(GKG) sekitar 1.842.118 ton/tahun­­setara

beras 1.086.850 ton/tahun­­(realisasi 104

persen.

Kedua, Jagung. Luas tanam 78.440

Ha yang tersebar di Aceh Tenggara, Aceh

Selatan, Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh

Timur, dan Aceh Utara (kawasan utama),

serta Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen,

Bener Meriah, Aceh Barat Daya, dan Simeulue

(kawasan pe nyangga), Adapun produktivitas

5,4 ton/Ha (realisasi 116%) dengan produksi

392.193 ton/tahun (realisasi 107%).

Ketiga, Kedelai. Target luas tanam 6.360

Ha tersebar di Bireuen, Aceh Utara, Aceh

Timur, Aceh Tamiang, Pidie Jaya, dan Pidie

(kawasan utama), serta Aceh Besar, Aceh

Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah,

dan Bener Meriah (kawasan penyangga)

dengan produktivitas 1,52 ton/Ha (realisasi

103%), dan produksi 734 ton/tahun (reali­

sasi 7,83 persen).

Peningkatan Produksi Padi

Keterbatasan luas lahan dan ben­

turan kepentingan dengan penggunaan

yang lainnya, maka usaha perluasan lahan

dengan menambah luasan lahan sawah

menjadi sangat sulit dilakukan.

1. Menambah luas tanam padi melalui

peningkatan indeks pertanaman dari

1,56 menjadi 1,70 (luas tanam

363.795 Ha dari luas baku sawah

Aceh). Peningkatan IP sebesar

0,14 ini sudah dapat meningkatkan

produksi sebesar 3,40% per tahun

dengan asumsi persentase luas

panen dan produktivitas yang

sama. Indeks 1,70 ini dapat di­

peroleh dengan cara; dari luas sa­

wah baku 213.997 ha dirancang

luasan tanam IP 1 seluas 90.000

ha, IP 2 seluas 115.000 ha, dan IP 3

seluas 15.000 Ha.

Rancangan ini dapat ditempuh dengan

cara: Identifikasi sawah mempunyai

pengairan intensif de ngan irigasi teknis,

sawah ter sebut dapat diairi sepanjang

ta hun; Menyiapkan alat mesin per­

tanian pengolahan tanah, penanaman,

dan panen; serta Me nyiapkan benih

unggul, sarana produksi, seperti

obat­obatan pengendalian hama dan

penyakit, serta pe nyediaan pupuk

tepat jenisnya.

2. Meningkatkan produktivitas da­

ri 5,72 ton/Ha menjadi 5.80 ton/

Ha. Kenaikan produktivitas sebesar

0,08 ton/Ha dan IP 0,14 dapat

meningkatkan produksi padi sebesar

4,81%, ini bermakna produksi gabah

kering giling Aceh sudah dapat

melampaui 2 juta ton per tahun.

Peningkatan produktivitas ini dapat

ditempuh melalui target fokus pada

areal­areal atau kawasan sentra pro­

duksi padi sawah.

3. Peningkatan rendemen. Capaian

kinerja rendemen tahun 2020 baru

mencapai sekitar 59%, dan rendemen

ini dapat ditempuh melalui adopsi

teknologi teknologi pengolahan

tanah, pengelolaan air, pengendalian

hama dan pe nyakit, penggunaan

pupuk te pat jenis, tepat dosis, dan

tepat wak tu aplikasi diprediksi

dapat meningkatan rendemen.

Peningkatan Produksi Jagung

Target yang ditetapkan pada tahun

2020 seluruhnya terlampaui, kecuali

terget luas panen. Luas tanam tahun

2020 sebesar 78.440 Ha (luas panen

sebesar 72.630 Ha), target produktivitas

terlampau (116%) dan total produksi

jagung ter lampaui (107%). Ini bermakna

bah wa program pengembangan jagung

pada tahun 2020 lalu telah berhasil

dengan baik.

Peningkatan produksi ja gung masih

dapat dilakukan, baik menambah luas

tanam di la han sawah atau lahan kering,

pe ning katan luas panen maupun pe­

ningkatan produktivitas. Luas ta nam

pada tahun 2020 sebesar 78.440 dan

dipanen 72.630 ha (92,60%) dengan

total produksi sebesar 392.193

ton/tahun, masih sangat mungkin

ditingkatkan dengan po tensi lahan

sawah dan lahan kering yang tersedia.

Peningkatan Produksi Kedelai

Sementara kinerja kedelai Aceh

hampir setiap tahun tidak tercapai.

Padahal, berbagai usaha sudah

dilakukan oleh pemerintah dan para

pihak. Semua target tidak tercapai,

kecuali target produktivitas tercapai

sebesar 103% (1,52 ton/Ha). Pada

tahun 2020, target luas tanam sebesar

6.360 ha hanya dapat dicapai sebesar

7,60% (483) dan baru tercapai 7,83%

(734 ton/tahun), terutama di kawasan

produksi uta ma seperti Bireuen, Aceh

Timur, dan Pidie Jaya.

Tidak tercapainya target luas tanam

dan panen, serta target pro duksi kedelai

Aceh lebih disebabkan oleh faktor di

luar budidaya di hulu, teramasuk harga

kedelai yang tidak stabil dan tak sesuai

dengan yang ditetapkan pemerintah.

Untuk men capai luas tanam, luas

panen, pro duktivitas dan produksi per

tahun kedelai Aceh dapat ditempuh

dengan penjaminan pasar dan harga

yang berpihak ke petani, menambah

luas tanam di sawah tadah hujan pada

musim kemarau, serta pemupukan

tepat jenis, tepat dosis, dan tepat

waktu, serta penyiangan gulma ha rus

dilakukan secara optimal. (*)

·

nPenulis adalah Dosen Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Syiah Kuala, dan Ketua Pusat Riset Kopi dan Kakao

Aceh, Universitas Syiah Kuala.

Oleh: Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, MS

Upaya Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Aceh

Sudah hampir dua tahun pandemi Covid­19 terjadi di Indonesia, termasuk Aceh. Meski sejumlah upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, namun hingga saat ini belum juga

ada tanda­tanda wabah yang berawal di Kota Wuhan, Cina, itu akan berakhir. Kondisi tersebut jelas berdampak negatif terhadap kegiatan di semua sektor, termasuk pertanian. Akibatnya, pendapatan masyarakat pun menjadi terganggu.

Meski sedang dalam suasana pandemi, kegiatan di sektor petanian khususnya dalam menyediakan berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, cabai, dan bawang merah harus dipastikan tetap berjalan. Sebab, berbagai komoditas tersebut merupakan kebutuhan sehari­hari masyarakat. Bahkan, produktivitas masing­masing tanaman pangan itu harus tetap terjaga minimal sesuai dengan kebutuhan.

Hal ini menjadi penting terlebih jika dikaitkan dengan peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang memperkirakan pandemi Covid yang membuat dunia mengalami krisis pangan. Untuk itulah, pemerintah sudah, sedang, dan akan melakukan berbagai upaya untuk menghadapi ancaman tersebut.

Dalam konteks Aceh, program yang dilaksanakan antara lain meningkatkan produksi pangan melalui optimasi lahan, meningkatkan Indeks Pertanaman menjadi tiga kali setahun (IP­300) serta produktivitas lahan sawah melalui penyediaan sarana produksi (pupuk) dan bantuan pengolahan tanah, memastikan musim tanam gadu berjalan dengan baik, menerapkan full mekanisasi dalam kegiatan pertanian mulai dari hulu hingga ke hilir. Semua upaya tersebut merupakan bagian dari mempertahankan swasembada secara berkelanjutan, terutama di masa pandemi ini.

Untuk mewujudkan hal tersebut, semua stakeholder yang terkait dengan pembangunan pertanian harus terus bekerja ekstra, melahirkan pemikiran­pemikiran yang out of the box, serta mempererat kerja sama dengan lintas sektoral. Kiranya ini adalah saat yang tepat bagi petani, penyuluh, peneliti, akademisi, swasta, dan pelaku sektor pertanian lainnya untuk menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara ini khususnya dalam mempertahankan swasembada pangan demi terwujudnya ketahanan pangan nasional.

Dalam kondisi pandemi Covid­19 saat ini, juga dibutuhkan lebih banyak inovasi dan terobosan untuk memastikan distribusi kebutuhan pangan bisa merata ke semua masyarakat terutama yang tinggal di daerah rawan pangan. Pandemi juga sudah berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas­komoditas pertanian. Disparitas harga antara produsen atau petani dan masyarakat konsumen menjadi semakin lebar.

Untuk itu, kita harus bisa menciptakan efisiensi rantai pemasaran produk pertanian dengan tetap keberpihakan pada petani. Hanya dengan cara itu kiranya kita bisa menjaga sektor pertanian agar tetap menjadi sektor yang bisa bertahan dari terpaan wabah Corona. Sekali lagi, ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi butuh dukungan dan partisipasi dari semua elemen masyarakat. (*)

Mempertahankan Swasembada Pangan di

Masa Pandemi

Page 3: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

2 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

3DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KARTUN

Jumlah penyuluh pertanian

berstatus sebagai tenaga

harian lepas tenaga bantu

penyuluh pertanian (THL­

TBPP) di Aceh sebanyak 940 orang.

Dari jumlah itu, 813 orang sudah

diangkat menjadi Aparatur Sipil

Negara (ASN) Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Penyuluh tersebut terdiri atas

lulusan S1 (sarjana) sebanyak 392

orang, diploma tiga (D­III) sebanyak

20 orang, dan tamatan SMK­

Pertanian sebanyak 401 orang dan

813 Penyuluh Aceh Diangkat Jadi ASN

Kita berharap penyuluh­penyuluh tersebut dapat

mengawal dan mendampingi petani dan pelaku usaha dalam mengembangkan usaha tani mulai dari hulu

hingga ke hilir.”

MUKHLIS, SP, MAKabid Penyuluhan dan

Pengembangan SDM PP Distanbun Aceh

127 yang tidak lulus P3K.

Kabid Penyuluhan dan Pengem­

bangan Sumber Daya Manusia Per­

tanian Perkebunan (SDM PP) Dinas

Pertanian dan Perkebunan (Dis­

tanbun) Aceh, Mukhlis SP MA, me­

ngatakan, penyuluh yang diangkat

menjadi ASN P3K tersebut adalah

mereka yang sudah lulus tes dengan

sistem computer assisted test (CAT)

secara online dan uji kompetensi yang

dilaksanakan Tempat Uji Kompetensi

(TUK) Politeknik Pem bangunan

Per tanian (Polbangtan) Medan.

Bertempat di Balai Diklat

Pertanian Saree, Aceh

yang dilakukan beberapa

waktu lalu. Para penyuluh

itu berasal dari 21

kabupaten/kota di Aceh

minus Simeulue dan Aceh

Barat.

“Penyuluh dari dua

kabupaten itu sebanyak

57 orang­­Aceh Barat 41

orang dan Simeulue 16

orang­­tidak diangkat

sebagai ASN P3K karena

tidak mengikuti tes CAT

dan uji kompetensi yang

kita laksanakan di Saree,

Aceh Besar, pada tahun

lalu,” ungkap Mukhlis se­

raya menyatakan se mua penyuluh

yang di nyatakan lulus tersebut sudah

menerima SK sebagai ASN P3K.

Dengan diangkat sebagai ASN

P3K, ia berharap penyuluh­penyuluh

tersebut dapat mengawal dan

mendampingi petani (pelaku utama

di bidang pertanian) dan pelaku

usaha dalam mengembangkan usaha

tani mulai dari hulu hingga ke hilir.

Sebab, menurut Mukhlis, penyuluh

merupakan pihak yang berada di

garda terdepan dalam pembangunan

sektor pertanian terutama di masa

pandemi Covid­19 saat ini.

“Kita juga berharap penyuluh

yang sudah diangkat menjadi

ASN P3K dapat menciptakan ino­

vasi teknologi yang tepat guna

dan berjalan dengan baik untuk

me ningkatkan produksi dan pro­

duktivitas komoditas pertanian.

Sehingga pada gilirannya akan me­

nam bah pendapatan petani dan ke­

luarganya,” jelas Mukhlis.

Pada bagian lain Mukhlis

mengungkapkan, idealnya seorang

penyuluh melakukan pengawalan

dan pendampingan pada satu desa

atau gampong. Namun, karena

jumlah penyuluh di Aceh saat ini

masih kurang jika dibandingkan

dengan jumlah gampong, maka

seorang penyuluh harus bertugas

pada dua sampai empat gampong.

“Di Aceh sekarang ada 6.516

desa, sementara penyuluhnya hanya

2.705 orang. Dengan kom posisi

itu, maka seorang penyuluh harus

menangani dua sampai empat desa,”

ucap Mukhlis seraya menyebutkan

penyuluh yang ada tersebut berstatus

sebagai PNS sebanyak 1.628 orang,

THL­TBPP sebanyak 127 orang,

ASN P3K sebanyak 813 orang, dan

penyuluh honorer daerah 137 orang.

Untuk mengantisipasi kekurangan

tersebut, tambah Mukhlis, pihaknya

memberdayakan penyuluh swadaya.

Mereka merupakan petani yang

berhasil dalam mengelola usaha

taninya dan bisa memberikan contoh

kepada petani lain melalui pelatihan

dan kegiatan sejenisnya. “Saat ini,

jumlah penyuluh swadaya di Aceh

sebanyak 1.124 orang. Mereka kita

latih tentang inovasi, teknologi, dan

serta magang petani milenial ke dalam

dan luar negeri,” urai Mukhlis. (*)

Page 4: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

4 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

5DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KEBIJAKAN

Dana Bagi Hasil Cukai

Hasil Tembakau (DBH­

CHT) adalah dana yang

dialokasikan dalam APBN

kepada Daerah penghasil Tembakau

dan Cukai, baik untuk pemerintah

provinsi maupun kabupaten/kota.

Provinsi Aceh merupakan salah

satu penghasil tembakau dan cukai

rokok. Penggunaan, pemanfaatan

dan evaluasi DBH­CHT diatur kembali

dalam Peraturan Menteri Keuangan

Distanbun Aceh Optimalkan DBH Cukai

Hasil Tembakau

Tim gabungan yang terdiri

atas Kanwil Bea Cukai Aceh,

Satpol PP dan WH Aceh, serta

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh, beberapa waktu

lalu menggelar operasi pasar

rokok ilegal di Pasar Keutapang

dan Pasar Lambaro, Aceh Besar.

Dalam operasi tersebut, petugas

mengamankan 384 bungkus atau

7.680 batang rokok ilegal.

Rokok tersebut disita dari 10

toko kelontong/kios di sepanjang

Jalan Medan­Banda Aceh kawasan

Pasar Pasar Keutapang dan Pasar

Lambaro. Rokok ilegal yang tidak

dilengkapi pita cukai itu terdiri

dari 280 bungkus rokok merek

Luffman, 100 bungkus rokok me rek

Pride, 8 bungkus rokok merek Oris,

dan 3 bungkus rokok merek Wan.

Kasi Perlindungan Tanaman

Per kebunan Dinas Pertanian dan

Per kebunan (Distanbun) Aceh, A.

Zaini SP.,M.Si, mengatakan, sete­

lah operasi gabungan itu, pe tugas

melakukan penyelidikan le bih lan­

jut terhadap rokok ilegal yang di­

amankan ter sebut. Ia mem per­

kirakan, rokok ile gal yang disita itu

bernilai Rp 7,7 juta. Sedangkan po­

tensi kerugian negara dari sektor

perpajakan, sambung Zaini, sebesar

Rp 3,6 juta.

Lebih lanjut ia mengungkapkan,

rokok ilegal tersebut merupakan

hasil tegahan oleh Satuan Tugas

(Satgas) Bea Cukai di Aceh yang

sudah melaksanakan patroli darat

maupun laut. “Dengan operasi pasar

seperti ini, kita harapkan peredaran

rokok ilegal di Aceh dapat berkurang

dan pada akhirnya dapat memenuhi

target nasional persebaran rokok

ilegal,” jelas Zaini.

Selain untuk mengoptimalkan

pene rimaan negara dari sektor kepa­

beanan dan cukai secara kon tinyu, tam­

bahnya, operasi pasar atau kegiatan

sejenis lainnya da pat melindungi

Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh terus mengoptimalkan pemanfaatan DBH­CHT

untuk peningkatan kesejahteraan petani

tembakau di Bumi Serambi Mekkah.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

(PMK) Nomor 206/PMK.07/2020.

Sebagaimana diatur dalam PMK

tersebut bahwa DBH­CHT Dalam

ke tentuannya, 50 persen untuk bi­

dang kesejahteraan rakyat dengan

program peningkatan kualitas ba­

han baku (pengembangan areal,

pe ningkatan produksi, dan pem­

berdayaan petani tembakau); 25

per seuntuk bidang penegakan hu­

kum (sosialisasi cukai dan pem be­

ran tasan cukai illegal) dan 25 persen

untuk bidang kesehatan masyarakat.

Sejak tahun 2010 Provinsi Aceh

telah menerima dana tersebut,

tana man tembakau merupakan sa­

lah satu komoditi perkebunan yang

pengelolaan anggarannya pada Di­

nas Pertanian dan Perkebunan (Dis­

tanbun) Aceh.

Dalam rangka menjalankan ama­

nat PMK 206/PMK.07/2020 dibi dang

penegakan hukum, Kepala Dinas

Per tanian dan Perkebunan Aceh, Ir

Cut Huzaimah MP, mengatakan salah

satu upaya yang telah dilakukan

adalah pemberantasan penjualan

rokok ilegal sangat penting karena

rokok ilegal menjadi salah satu

penyebab hasil tembakau petani tak

ter daftar cukainya. Menurutnya, tem­

pat produksi rokok ilegal akan me­

nampung hasil tembakau petani Aceh.

“Petani tidak mendapat keun­

tungan lebih dalam transaksi jual beli

tembakau tersebut. Petani menjual

tembakaunya dengan harga pasar,

namun rokok yang dihasilkan dapat

merugikan negara karena akan me­

nurunkan hasil cukai tembakau,”

ujar Cut Huzaimah.

Lebih dari itu, sambung Kadis­

tan bun Aceh, secara tidak langsung

adanya produksi dan penjualan rokok

ilegal merugikan petani tembakau.

Sebab, sebut Cut Huzaimah, per­

untukan DBH­CHT salah satunya

untuk menyokong kebutuhan petani

tembakau khususnya dalam rangka

menjamin tersedianya prasarana

dan sarana pendukungnya.

Karenanya, tambah Cut Huzai­

mah, Pemerintah Aceh mela lui

Distanbun Aceh terus mengoptimal­

kan pemanfaatan DBH­CHT untuk

peningkatan kesejahteraan petani

tembakau di Bumi Serambi Mekkah.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah

juga perlu mendorong peningkatan

kemitraan terkait pengembangan

petani tembakau. Sebab, petani

yang bergabung dalam kemitraan

memiliki pendapatan yang lebih

tinggi dibanding dengan mereka

yang non­mitra.

Dalam konteks nasional, me­

nurut Cut Huzaimah, pemerintah

me naikkan tarif cukai hasil tem­

bakau (CHT) atau cukai rokok rata­

rata 12,5 persen mulai Februari

2021 juga sebagai bagian untuk

me ningkatkan kesejahteraan petani

tembakau dan buruh industri hasil

tembakau (IHT). Terlebih, tambahnya,

pemerintah menggunakan 50 persen

dana ba gi hasil cukai hasil tembakau

un tuk membantu para petani hasil

tembakau.

Hal lain yang bisa dijadikan

strategi untuk meningkatkan kese­

jah teraan petani tembakau, kata

Cut Huzaimah, yaitu petani tem­

bakau harus lebih mengenal dan

memanfaatkan teknologi dalam

kegiatan usahanya. Sehingga hasil

panen tembakau bisa lebih me­

nyejahterakan para petani.

“Salah satu manfaat petani tem­

bakau memahami teknologi ada lah

mereka akan lebih mengerti tentang

cuaca yang disampaikan BMKG melalui

berbagai media sosial. Dengan lebih

memahami tentang kondisi iklim,

pe tani akan bisa menanam dan me­

manen tembakau secara tepat waktu,”

pungkas Kadis tanbun Aceh. (*)

Ikut dalam Operasi Pasar Rokok Ilegal

masya rakat dari menggunakan atau

me ngonsumsi barang­barang illegal.

“Distanbun Aceh bersama Bea Cukai

dan isntansi terkait lainnya komit untuk

memberantas peredaran rokok ilegal di

Aceh,” tegasnya.

Agar kegiatan pelanggaran hokum

tersebut tidak berlanjut, tambah Zaini,

pihak nya juga akan meningkatkan

sosialisasi ke pada masyarakat me­

nge nai rokok ilegal. “Kami juga se lalu

mengimbau masyarakat un tuk tidak

membeli, men jual, mendistri busikan,

dan me nim bun rokok ilegal. Sebab, hal

itu me rugikan masyarakat sendiri dan

negara,” tutup Zaini. (*)

Dengan operasi pasar seperti ini, kita harapkan

peredaran rokok ilegal di Aceh dapat berkurang

dan pada akhirnya dapat memenuhi target

nasional persebaran rokok ilegal.”

ZAINI, SPKasi Perlindungan

Tanaman Perkebunan Distanbun Aceh

Petugas gabungan menyita rokok illegal saat melakukan operasi ke salah satu pasar di Aceh Besar.

Page 5: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

4 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

5DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI EDUKASI

Siswa dan siswa Se kolah

Menengah Kejuruan Pem­

bangunan Pertanian (SMK­PP)

Negeri Saree, Aceh Besar, kembali

mencatat prestasi meng gem­

birakan di bidang akademik.

Tahun ini, sebanyak 31 alumni

sekolah binaan Dinas Pertanian

dan Perkebunan (Distanbun)

Aceh tersebut diterima pada se­

jumlah perguruan tinggi negeri

(PTN). Dari jumlah itu, 16 orang

lulus melalui jalur un dangan atau

Seleksi Nasional Masuk Pergurun

Tinggi Negeri (SNMPTN), dan 15

orang lainnya diterima melalui jalur

Seleksi Ber sama Masuk Perguruan

Ting gi Negeri (SBMPTN).

Kepala SMK­PP Negeri Sa­

ree, Muhammad Amin SP MP,

menyebutkan, untuk jalur SNMPTN,

alumni sekolah itu masing­masing

lulus di Univer si tas Syiah Kuala

(USK) Banda Aceh sebanyak dua

orang, Universitas Islam Negeri

(UIN) Sumatera Utara satu orang,

SMK-PP Negeri Saree Jadi Sekolah

Pusat Keunggulan Kami berharap semua pegawai dan warga

sekolah untuk mendukung dan menyukseskan

program SMK PK ini demi pengembangan mutu

sekolah dan kompetensi siswa serta alumni.”

MUHAMMAD AMIN, SP, MPKepala SMK­PP Negeri Saree

31 Alumni Lulus di Sejumlah PTN

Universitas Malikussaleh (Unimal)

Aceh Utara enam orang, Universitas

Andalas (Unand) Padang satu orang,

Universitas Teuku Umar (UTU)

Meulaboh dua orang, dan Politeknik

Pembangunan Pertanian (Polbangtan)

Medan sebanyak empat orang.

Sedangkan untuk jalur SBMPTN,

sambungnya, 15 lulusan SMK­PP

Negeri Saree masing­masing dite rima

di USK sebanyak sembilan orang, UIN

Ar­Raniry Banda Aceh dua orang, dan

Unimal empat orang. “Kami sangat

bersyukur karena banyak alumni SMK­

PP Saree yang lulus ke sejumlah PTN

pada tahun ini. Hal tersebut tak lepas

dari usaha keras dari semua warga

sekolah dan pihak terkait lainnya,”

ungkap Muhammad Amin.

Atas nama warga sekolah, ia me­

ngucapkan selamat kepada alum­

ni SMK­PP Negeri Saree yang lulus

SNMPTN dan SBMPTN tahun ini.

“Semoga, hasil tersebut merupakan

jalan awal untuk meraih cita­cita

dan kesuksesan di masa depan.

Hal itu tergantung pada diri anak­

anak kami, sekuat apa tekad dan

kesabaran untuk mewujudkan

impian tersebut,” ucapnya.

Kepada peserta yang belum

lulus di SNMPTN maupun SBMPTN,

Muhammad Amin meminta tidak

patah semangat. “Jangan kecewa,

tapi terus belajar dengan rajin. Jika

masih ada kesempatan, mudah­

mudahan bisa lulus pada tahun

depan,” timpalnya memotivasi lulu­

san sekolah tersebut.

Karena itu, ia menyampaikan

terima kasih kepada dewan guru dan

semua pihak yang ikut memberikan

bantuan dan dukungan sehingga

banyak siswa dan siswi SMK­PP

Negeri Saree yang diterima pada

sejumlah perguruan tinggi negeri

di Aceh dan luar daerah baik

melalui jalur SNMPTN maupun

SBMPTN.

“Kami berharap, hasil ini

menjadi motivasi bagi anak­

anak kami yang masih duduk di

kelas II untuk belajar lebih tekun

dan lebih giat lagi. Sehingga,

tahun depan akan lebih banyak

lagi alumni SMK­PP Negeri Saree

yang lulus pada berbagai PTN di

Aceh dan berbagai provinsi lain di

Indonesia,” harapnya.(*)

Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (sekarang

berubah menjadi Kemen­

terian Pendidikan, Kebu­

dayaan, Ristek, dan Teknologi) melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi,

menetapkan Sekolah Menengah Ke­

juruan Pembangunan Pertanian

(SMK­PP) Negeri Saree, Aceh Besar,

se bagai SMK Pusat Keunggulan (PK).

SMK­PP yang sekarang ‘dinakhodai’

oleh Muhammad Amin SP MP, tersebut

merupakan satu dari delapan SMK

di Aceh yang meraih penghargaan

serupa.

Delapan SMK dimaksud ada lah

SMKNegeri 1 Takengon (Aceh Tengah),

SMKNegeri 2 Lhok seu mawe, dan SMK

Negeri 3 Langsa un tuk kelompok

hospitality. Lalu, SMK­PP Negeri

Saree dan SMK Negeri 2 Takengon

untuk kelompok lainnya, serta SMK

Negeri 1 Bener Meriah, SMK Negeri

Penerbangan Aceh (Aceh Besar),

dan SMK Negeri 2 Banda Aceh di

kelompokPermesinan dan Konstruksi

Secara nasional, jumlah sekolah

yang ditetapkan sebagai SMK Pusat

Keunggulan pada tahap pertama

tahun ini sebanyak 611 SMK dari

seluruh Indonesia. Penetapan SMK

Pusat Keunggulan itu tertuang da­

lam Keputusan Dirjen Pendidikan

Vokasi Kemendikbud Nomor 22/D/

O/ 2021 tertanggal 20 April 2021

tersebut ditandatangani oleh Dirjen

Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto.

Kepala SMK­PP Negeri Saree,

Muhammad Amin SP MP, menga­

takan, penetapan ratusan SMK se­

bagai SMK Pusat Keunggulan dila­

kukan Ditjen Pendidikan Vokasi

Kemen dikbud Ristek setelah melalui

bebe rapa tahap seleksi.

Menurut Muhammad Amin,

pene tapan SMK Pusat Keunggulan

di 34 provinsi itu bertujuan untuk

mengembangkan pendidikan keju­

ruan agar makin relevan dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat

yang senantiasa berubah sesuai

per kembangan dunia kerja dan

mampu untuk mendukung proses

pembelajaran secara teratur dan

berkelanjutan sehingga bisa menjadi

model satuan pendidikan bermutu

dan menghasilkan lulusan yang

terserap di dunia kerja atau menjadi

wirausaha melalui keselarasan

pendidikan vokasi yang mendalam

dan menyeluruh dengan dunia kerja

Dengan ditetapkan sebagai SMK

Pusat Keunggulan, Muhammad Amin

berharap sekolah yang dipimpinnya

itu dapat melaksanakan berbagai

ke giatan sesuai harapan dari pro­

gram SMK Pusat Keunggulan itu

sen diri. Pertama, Mensosialisasikan

pro gram ini kepada seluruh pegawai,

sis wa, alumni, warga sekolah, dinas

ter kait, IDUKA, masyarakat sekitar,

dan para pihak lainnya.

Kedua, Penyusunan dan pe­

nyem purnaan rencana kerja

sekolah yang berbasiskan data de­

ngan memanfaatkan sarana tek­

nologi; Ketiga, Penguatan jalinan

kerja sama dengan IDUKA dalam

hal penyelarasan kurikulum, PKL,

dan sertifikasi kompetensi siswa,

Ma gang Guru, hingga perekrutan

alumni sebagai tenaga kerja.Ke­

empat, Melaksanakan pelatihan

bagi kepala sekolah dan guru sesuai

kompetensi; Terakhir, Melakukan

tata kelola lingkungan sekolah se­

suai standar pendidikan vokasi khu­

sus nya pertanian.

Dengan predikat itu, tambahnya,

SMK­PP Negeri Saree dapat mela­

kukan penyelarasan antara sekolah

dengan IDUKA menjadi lebih baik.

Sehingga, link and match­nya

benar­benar nyata. Hal ini dapat

dipenuhi dengan beberapa cara

yaitu;kurikulum disusun bersama

sejalan dengan penguatan aspek

softskills, hardskills, dan karakter

kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia

kerja.

Ia menyampaikan terima ka­

sih kepada Dinas Pertanian dan

Perkebunan Aceh serta para pihak

lainnya yang sudah mendukung

dan membantu hingga SMK­PP

Negeri Saree terpilih sebagai

salah satu SMK Pusat Keunggulan

Kemdikbud.(*)

Siswa dan siswi SMK-PP Negeri Saree, Aceh Besar, mengikuti ujian menggunakan computer di sekolah tersebut.

Page 6: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

6 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

7DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INSPIRASI

Memasuki era Re­

volusi Industri 4.0,

Kementerian Per­

tanian (Kementan) RI

te rus membangun terobosan inovasi

pelayanan public secara prima

menuju pertanian modern berbasis

manajemen teknologi informasi

digital yang terintegrasi dengan jari­

ngan internet.

Petani penerima bantuan benih di

seluruh Indonesia sudah merasakan

manfaatnya memperoleh jaminan

benih bermutu yang beredar melalui

“Aplikasi Barcode/QR Code” yang

dapat diakses melalui handphone

(Hp) android atau smarth phone.

Dalam lingkup Provinsi Aceh,

(BPSBTPHP) Distanbun Aceh,

Habibur rahman STP MSc, me­

nyam pai kan, proses sertifikasi

be nih pa di dilakukan oleh Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Be­

nih (BPSB) selaku lem baga penja­

min benih bermutu di Aceh.

“Salah satuterobosan yang khu­

sus kita lakukan untuk benih padi

adalah mulai tahun ini kita me­

nempatkan nomor seri benih ti­

dak lagi secara manual, tapi sudah

dalam bentuk barcode yang bias

dipindai menggunakan hand phone

(Hp) berbasis android atau IOS. Tu­

juannya, agar memudahkan penga­

wasan di lapangan,” jelas pria yang

akrab disapa Habib, ini.

Tahun ini, sebut Habib, pihaknya

me nargetkan akan melakukan ser­

Aplikasi ini akan meminimalisir pemalsuan benih yang sering terjadi

sehingga membuat petani rugi.”

HABIBURRAHMAN, STP, M.SiKepala UPTD BPSBTPHP

Distanbun Aceh

Aceh Luncurkan Label Benih Padi Gunakan Barcode

Inovasi ini akan mempermudah semua pihak untuk mengecek

keaslian label benih padi yang dikeluarkan.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Untuk Meminimalisir Pemalsuan

Sementara itu, Kepala UPTD

Balai Pengawasan dan Ser tifi­

ka si Benih Tanaman Pa ngan,

Horti kultura, dan Perkebunan

ti fikasi benih padi pada areal pe­

nangkaran seluas 2.000 hektare

dengan hasil calon benih sekitar

8.000 ton. “Kita berharap, dari semua

calon benih tersebut akan keluar

benih padi bersertifikat dengan label

yang berbarcode,” timpalnya.

Aplikasi ini, kata Takdir, akan

me minimalisir pemalsuan benih

yang sering terjadi sehingga mem ­

buat petani rugi. “Untuk semen­

tara, aplikasi ini difokuskan pa da

produksi benih bantuan peme­

rintah. Kedepan akan kita odok

aturan agar benih free market juga

dapat terdaftar pada aplikasi ini.

Sehingga, jangkauan informasi

benih tanaman pangan dapat ter­

pantau oleh pemerintah dan masya­

rakat pertanian,” imbuh Habib.

Ia menyampaikan apresiasi

dan terima kasih atas dukungan

Kadis tanbun Aceh dan seluruh tim

dari UPTD BPSBTPHP Aceh selaku

lembaga penjamin mutu benih satu­

satunya di Aceh hingga peluncuran

pemasangan label benih padi

menggunakan Barcode/QR Code bisa

terlaksana dengan baik dan lancar.

“Alhamdulillah, setelah laun­

ching hingga, kita sudah mendapat

apresiasi dari Kementrian Pertanian

karena termasuk salah satu

Provinsi yang tercepat menerapkan

benih barcode/QR Code sehingga

melalui dana APBN ditambah

Printer khusus 2 unit untuk ke­

butuhan label berbarcode”, jelas

Habiburrahman.

Selain itu, sambungnya, untuk

komoditas perkebunan, pihaknya

juga sudah mandiri di sertifikasi

dari Aceh “Sejak Maret 2021,

kita sudah keluarkan sertfikat

mutu benih untuk kelapa sawit

90 ribu batang dan kopi Gayo 1

dan 2 sebanyak 50 ribu batang.

“Semoga program ini memberi

nilai tambah bagi petani di Aceh,”

harapnya.

Habib menambahkan, hadir­

nya aplikasi ini juga sebagai

ben tuk keseriusan Kementan RI

menyambut Revolusi industri 4.0,

dimana sektor pertanian me mi liki

peran penting da lam pembangunan

di masa menda tang.

“Data yang ada bukan hanya

bermanfaat bagi petani, produsen

benih, atau lembaga sertifikasi,

tapi juga untuk pemerintah dalam

mengambil kebijakan tentang

ketersediaan benih unggul dalam

negeri untuk meningkatkan pro­

duksi padi dalam negeri,” demi­

kian Habiburahman.(*)

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh melalui UPTD Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan, Hortikultura, dan

Perkebunan (BPSBTPHP), pada akhir

Maret lalu meluncurkan pemasangan

label benih padi menggunakan

Barcode/QR Code. Launching inovasi

baru itu dilakukan Kadistanbun Aceh,

Ir Cut Huzaimah MP, di Kantor UPTD

tersebut.

Pada acara itu, Kadistanbun

turut didampingi oleh Kepala UPTD

BPSBTPHP, Habiburrahman STP

MSc, serta Kabid Tanaman Pangan

Distanbun Aceh, Safrizal SP MPA,

bersama tim pengawasan dan

sertifikasi benih.

Cut Huzaimah dalam sambu­

tannya menyampaikan, inovasi ini

akan mempermudah semua pihak

untuk mengecek keaslian label benih

padi yang dikeluarkan. Pengecekan

itu cukup menggunakan handphone

(Hp) android atau IOS yang memiliki

aplikasi pindai QR Code.

Menurutnya, aplikasi ini da­

pat diakses oleh semua lapisan

masyarakat untuk memberikan

informasi secara cepat dan tepat

tentang jumlah, mutu, varietas,

waktu, tempat, dan status benih

terkini yang beredar di Indonesia.

Aplikasi ini, sambungnya. Sangat

diperlukan dan menguntungkan

ka rena dapat mengatasi masalah­

masalah pemalsuan benih yang

marak. Sebab, jika benih dipalsukan

dan tidak tumbuh, maka yang

jelek adalah produsen benih. Jadi,

menurut Cut Huzaiman, aplikasi

ini untuk melindungi produsen dan

petani pengguna benih

“Hari ini jumlah label benih

padi yang dibarcode sekitar 12.000

lembar dengan konversi jumlah

benih padi lebih kurang 60 ton. Label

yang dipasang merupakan label biru.

Itu berarti, benih tersebut sudah siap

salur untuk bantuan ke masyarakat,”

kata Cut Huzaimah, perempuan

pertama yang menjadi ‘nakhoda’ di

Distanbun Aceh.

Ia berharap, kedepan semua

benih yang sudah melewati proses

uji wajib diberi sertifikat atau label.

Tujuannya, untuk mempermudah

masyakarat mengecek asal muasal

benih yang ditangkarkan dan

keaslian benih bersertifikat.

Kadistanbun Aceh menam bah­

kan, pemasangan label benih padi

menggunakan Barcode/QR Code

merupakan salah solusi untuk me­

ngatasi maraknya pemalsuan la bel

terhadap produk tanaman pangan.

Selain mempercepat infor masi, kata

Cut Huzaimah, system ini dapat

menelusuri (tresible) peredaran dan

sebaran benih yang diproduksi di

dalam negeri mudah termonitoring.

“Cara kerja aplikasi ini cukup

mudah. Pengguna cukup meng­

install aplikasi QR (Quick Response)

Code Scanner yang terdapat pada

Play Store untuk android dan App

Store untuk IOS. Kemudian, me­

lakukan scanning barcode pada

kemasan benih yang akan dicek,

akan keluar informasi identitas

benih,” jelasnya.

Barcode pada kemasan ini

adalah hasil input data admin pihak

lembaga sertifikasi benih tanaman

pangan seperti balai pengawasan

dan sertifikasi benih di daerah

sebagai penyedia benih unggul.

Sehingga benih bantuan pemerintah

yang diberikan kepada petani bias

diketahui asal usulnya dan tanggal

kedaluwarsanya bias diketahui.(*)

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, didampingi pejabat dinas tersebut memperlihatkan label benih padi menggunakan barcode saat acara peluncuran.

Page 7: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

6 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

7DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INOVASI

Pertanian organik merupakan

sistem  budidaya  pertanian  yang

mengandalkan bahan­bahan ala­

mi tanpa menggunakan  bahan

ki mia sintetis.Pertanian organik

sangat identik dengan pertanian

ber kelanjutan. Sebab, pertanian

organik bertujuan untuk menjaga

keles tarian ekologi serta kese­

hatan makhluk hidup.

Mengingat keberadaan sektor

pertanian di masa pandemi

Covid­19 ini sangat penting da lam

rangka menjaga ketahanan pa­

ngan, SMK­PP Negeri Saree, Aceh

Besar dengan dukungan Kan tor

Perwakilan Bank Indonesia (BI)

Provinsi Aceh, melaksanakan per­

tanian organik terpadu klaster

BI Dukung Pengembangan Pertanian Organik Terpadu di Aceh

tanaman pangan dan hortikultura

me lalui pembuatan demplot padi,

ba wang merah, dan cabai merah pa­

da lahan 0,2 hektare di kompleks se­

kolah tersebut.

Pada 17 Juni 2021, Kepala Per­

wakilan Bank Indonesia Provinsi

Aceh, Achris Sarwani, bersama

Ke pala Dinas Pertanian dan Per­

kebu nan (Kadistanbun) Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, melalui Sekretaris

Dinas Azanuddin Kurnia SP MP, serta

sejumlah pejabat lainnya meng hadiri

panen bersama komoditas bawang

merah pada demplot per tanian

terpadu klaster ketahanan pangan

menggunakan teknologi de komposer

MA­11 di SMK­PP Negeri Saree.

Achris Sarwani berharap dem­

plot SMK­PP Negeri Saree dapat

men jadi contoh bagi petani dan

sebagai pusat pelatihan organik. Ia

juga berharap hadirnya toko organik

yang menjual pupuk organik dan

hasil tanaman organik. “Kami juga

berharap Bank Aceh Syariah pada

saatnya nanti dapat membantu

petani dalam pembiayaan untuk

me ningkatkan bisnis pertanian dan

pendapatan mereka,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Kadistanbun) Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, melalui Sekretaris

Dinas Azanuddin Kurnia SP MP,

sangat mendukung program ter­

sebut.Hal ini, menurutnya, sa­

ngat penting dalam rangka pe­

ngembangan pangan sehat dan

mun culnya sumberdaya pertanian

ma ju, mandiri, dan modern di ka­

langan petani millenial.

“Program ini juga untuk men­

dukung program Gerakan Mandiri

Pangan (Gampang) dan Aceh Troe,

serta ketahanan pangan nasional,”

sambung pria yang akrab disapan

Azan, ini. Jika mau me lak sanakan

per tanian organik, tambah Azanud­

din, petani akan meraup keun tu­

ngan yang lebih banyak.

Kepala SMK­PP Negeri Saree,

Muhammad Amin SP MP berterima

kasih dan menyambut baik kerja­

sama dengan BI. Menurutnya, labo­

ratorium mini MA­11 tersebut nanti

akan menjadi sarana praktik siswa

dan membuka lapangan kerja untuk

alumni dan petani milenial.(*)

Germas Pemangkasan Tanaman Kakao untuk Tingkatkan Produksi Ini memang bukan

persoalan yang mudah. Tapi, kita harus yakin,

optimis, dan tetap semangat bahwa kita

bisa dan mampu dalam merawat tanaman

kakao dengan baik demi peningkatan pendapatan

dan kesejahteraan petani.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Kakao (cokelat) merupa­

kan salah satu komoditas

andalan bagi sub sektor

perkebunan di Indonesia

secara umum, dan Aceh khususnya.

Karena itu, merawat kebun kakao

dengan baik akan meningkatnya

produksi serta menghasilkan cokelat

yang berkualitas dan memiliki cita

rasa yang khas. Jika ini terjadi, maka

secara lambat laun akan menambah

pendapatan para petaninya.

Mengacu pada kondisi tersebut,

Pemerintah Aceh melalui Dinas Per­

tanian dan Perkebunan (Distanbun)

Aceh menjadikan pengembangan

tanaman kakao sebagai salah satu

skala prioritas melalui berbagai

program kerja. Kegiatan terbaru

yang dilaksanakan dinas yang kini

dikepalai oleh Ir Cut Huzaimah MP,

adalah Gerakan Massal (Germas)

Pemangkasan Tanaman Kakao yang

diluncurkan di Gampong Siron Paloh,

Kecamatan Padang Tiji, Pidie, awal

April 2021 lalu.

Selain seratusan petani yang

langsung memangkas tanaman ka­

kao secara massal, acara itu juga di­

hadiri Wakil Bupati Pidie, Fadlullah TM

Daud ST, bersama unsur Forkopimda

dan sejumlah kepala SKPK terkait,

Dandim 0102/Pidie, Letkol Arh

Tengku Sony Sonatha SE MIP, Ketua

Forum Kakao Aceh, Ir T Iskandar MSi,

Kepala Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Aceh, Ir M Ferizal

MSc, akademisi, penyuluh pertanian,

tokoh masyarakat, dan sejumla ta­

mu undangan lainnya.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzai­

mah MP, mengatakan, Germas ini

dilak sanakan pihaknya guna mem­

bang kitkan semangat petani untuk

memangkas tanaman kakaonya

secara rutin. Sebab, menurutnya,

pemangkasan sangat penting dalam

rangka menjaga keberlangsungan

budidaya dan produktivitas tanaman

tersebut. Dengan pemangkasan,

tam bah Cut Huzaimah, pertumbuhan

ta naman kakao akan optimal, se hat,

dan meminimalisir serangan orga­

nisme pengganggu tanaman (OPT).

“Mengganti kebiasaan lama­­

dalam hal ini memangkas tanaman

kakao secara rutin­­memang su­

lit, tapi bukan berarti tak bisa dila­

kukan. Pemangkasan rutin harus

kita biasakan, agar pertumbuhan

ta naman kakao akan optimal,

sehat, dan berproduksi lebih

banyak lagi,” jelas Cut Huzaimah.

Adapun tujuan dari pemang­

kasan tanaman kakao, sebut Cut

Huzaimah, agar tanaman te tap ren­

dah sehingga mudah perawatan nya,

membentuk cabang­cabang pro­

duk si yang baru secara berkesinam­

bungan, mempermudah masuknya

cahaya (difusi) dan memperlancar

sirkulasi udara dalam tajuk, serta

memudahkan pengendalian ha­

ma dan penyakit tumbuhan (HPT)

sehingga mengurangi terjadi nya

fluk tuasi produksi yang ta jam, ke­

matian tanaman akibat pembuahan

yang berlebihan, dan dapat mengu­

rangi dampak kekeringan.

“Kakao yang tumbuh dengan

begitu tinggi, tentu akan merugikan

petani karena nutrisi yang diserap

akar pohon dari tanah disebarkan ke

seluruh ranting. Jadi, pohon Ka kao

yang terlanjur tinggi dan tidak dirawat

dengan baik, buahnya ti dak lagi

tumbuh, dan jika tumbuh ta naman

lain di sekitarnya akan meng ganggu

penyerapan nutrisi dari ta nah,”

ungkap Kadistanbun Aceh.

Pemangkasan, menurut Cut

Huzaimah, juga bertujuan untuk

mem buang cabang tua yang kurang

pro duktif atau terserang hama

penya kit, sehingga hara dapat di­

distri bu sikan ke cabang muda yang

le bih produktif. Dengan demikian,

pro duktivitas tanaman kakao yang

opti mal bisa dicapai secara terus

me nerus,”ucapnya.

“Ini memang bukan persoalan

yang mudah. Tapi, kita harus yakin

bahwa usaha ini demi peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan

petani,” kata Cut Huzaimah optimis.

Ia juga memberi apresiasi kepada

petani yang selalu merawat tanaman

Kakao dengan serius. (*)

Kadistanbun Aceh, Ir Cuta Huzaimah MP, dan pejabat lainnya foto bersama pada lauching Germas Pemangkasan Tanaman Kakao di Kecamatang Padang Tiji, Pidie.

Panen perdana bawang merah di lahan pertanian organik, Kompleks SMK-PP Saree, Aceh Besar.

Page 8: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

8 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

9DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

Pemerintah terus berupaya

meningkatkan produksi

pangan nasional. Sa­

lah satu strategi yang

dila kukan adalah melalui opti­

masi lahan. Optimasi lahan meru­

pakan salah satu langkah dalam

mengantisipasi kekurangan lahan

untuk memproduksi padi. Kegiatan

ini bertujuan untuk meningkatkan

Indeks Pertanaman (IP) dan pro­

duk tifitas lahan sawah melalui pe­

Kabid Tanaman Pangan

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh, Safrizal SP

MP, menjelaskan, program

penanaman padi tiga kali setahun

(IP­300) merupakan salah satu

Cara Pemerintah Aceh Pertahankan Swasembada

Secara Berkelanjutan

Program penanaman padi tiga kali setahun (IP­

300) merupakan salah satu skenario Pemerintah Aceh

untuk mempertahankan swasembada beras secara

berkelanjutan.”

SAFRIZAL SP, MPAKabid Tanaman Pangan

Distanbun Acehskenario Pemerintah Aceh untuk

mempertahankan swasembada

beras secara berkelanjutan. Program

ini, menurutnya, menerapkan

full mekanisasi mulai dari olah

tanah menggunakan traktor roda

empat, penanaman dengan jarwo

transplanter, dan pemanenan meng­

gunakan combine harvester.

“Hal ini dimaksudkan agar

biaya produksi lebih bisa ditekan

dan prosesnya cepat, serta sejalan

dengan program Kementerian Per­

tanian RI yaitu mekanisasi pertanian

harus diterapkan dari hulu hingga ke

hilir,” ujar Safrizal.

Tahun 2019, sebut Safrizal,

Pemerintah Aceh melalui Distanbun

Aceh mengembangkan Padi cluster

IP­300 pada areal seluas 500

hekatre (Ha) di Kecamatan Kuta

Malaka dan Indrapuri, Aceh Besar.

Tahun 2020, sambungnya, program

IP­300 ditingkatkan menjadi 1.600

Ha yang meliputi 500 Ha di Aceh

Besar, 500 Ha di Aceh Utara, 300 Ha

di Pidie Jaya, dan 300 Ha di Abdya.

Pada Tahun ini, tambah Safrizal,

pengembangan padi cluster IP­

300 terus diperluas ke sejumlah

kabupaten/kota lain dengan areal

seluas 1.900 Ha. Lokasinya meliputi

Aceh Utara seluas 500 Ha, Aceh

Timur 500 Ha, Pidie 300 Ha, Pidie

Jaya 300 Ha, dan Abdya 300 Ha.

“Kita juga memberikan dukungan

untuk lahan di sekitar lokasi padi IP­

300 sebagai penyangga. Tujuannya,

agar pemilik sawah di kawasan

penyangga itu juga tertarik untuk

meningkatan indek penanaman

(IP),” jelasnya.

Safrizal menambahkan, pro­

duktivitas yang dihasilkan melalui

kegiatan ini rata­rata 7­8 ton per

haktere. Jumlah itu, me ningkat

dibanding dengan produktitivas

pada kegiatan di luar IP 300 yaitu

5­6 ton per hektare. “Program

IP­300 ini juga akan menambah

pendapatan petani karena mereka

bisa menaman dan memanen padi

tiga kali dalam setahun. Hal itu

pada akhirnya akan membantu

mengurangi angka kemiskinan di

Aceh,” ungkap Safrizal. (*)

Program IP­300 akan menambah pendapatan

petani karena mereka bisa menaman dan memanen padi tiga kali setahun. Hal

itu pada akhirnya akan membantu mengurangi

angka kemiskinan di Aceh.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

nyediaan sarana produksi (pupuk)

dan bantuan pengolahan tanah. Pe­

nanaman padi tiga kali setahun (IP­

300) merupakan salah satu bentuk

optimasi lahan yang dilaksanakan

pemerintah.

Karena itulah, Pemerintah Aceh

melalui Dinas Pertanian dan Per­

ke bunan (Distanbun) Aceh melan­

jutkan Gerakan IP­300. Setelah di

Aceh Besar pada 2019 dan di bebe­

rapa daerah lain pada 2020, tahun

ini Distanbun Aceh melak sanakan

program yang sama di Kabu­

paten Aceh Timur, tepatnya di areal

persawahan Gampong Paya Meu­

ligoe, Kecamatan Peureulak, seluas

500 hektare (Ha).

Gerakan Tanam Padi IP­300

yang dimulai pada 10 Juni 2021,

itu dihadiri Bupati Aceh Timur yang

diwakili Asisten II Aiyub SKM MSi

dan Ketua DPRK Aceh Timur, Kadis­

tanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP,

Kepala BPTP Aceh, unsur Muspikan

Peu reulak, dan sejumlah tamu un­

dangan lainnya. Gerakan itu melibat­

kan petani penerima manfaat ser ta

penyuluh dan mantri Tani di Keca­

matan Peurelak sebanyak 65 orang.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzai­

mah MP, mengatakan, selain untuk

peningkatan indeks penanaman,

program IP­300 juga difokuskan un­

tuk peningkatan produktivitas pa­

di. Untuk memastikan kegiatan itu

terlaksana dengan baik, sebut Cut

Huzaimah, pihaknya juga menye­

rahkan bantuan berupa benih ung gul

dan pupuk kepada petani. “Peme­

rintah Aceh juga fokus mengawal

program ini dengan menyediakan

asuransi pertanian bagi petani.

Sehingga, petani akan terhindar dari

kerugian jika terjadi gagal panen,”

ungkapnya.

Lebih lanjut Cut Huzaimah me­

nga takan, gerakan tanam ini juga

dalam rangka mengedukasi petani

tentang teknologi pertanian modern

yang menggunakan full meka­

nisasi; langkah antisipatif terhadap

makin berkurangnya luas baku

sawah akibat alih fungsi lahan, ser­

ta meningkatkan produksi dan pro­

duktifitas padi yang pada akhirnya

akan membuat kesejahteraan petani

semakin baik.

Bagi Aceh Timur, ini merupakan

kali pertama melaksanakan pro­

gram IP­300. Karena itu, kata Cut

Huzaimah, sangat penting Bupati

Aceh Timur dan SKPK terkait un­

tuk terus mendorong petani agar

mempercepat penanaman padi

sawah dan padi lahan kering ter­

utama pada kecamatan­kecamatan

sentra produksi. “Kami sangat yakin,

Bapak Bupati berserta jajarannya

mampu melakukan hal itu,” ujarnya.

Sambut baik

Pemkab Aceh Timur, menyambut

baik penanaman padi pertana dengan

sistem IP­300 di kabupaten itu. “Kita

ikut andil dalam menjaga stabilitas

pangan nasional, khusus nya di wilayah

Aceh Timur,” ujar Asis ten ll Setdakab

Aceh Timur, Aiyub SKM MSi, saat

mewakilan Bupati pada peluncuran

program tersebut. (*)

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, memberikan keterangan kepada wartawan seusai peluncuran Program IP-300 di persawahan Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, coba mengoperasikan mesin penanam padi saat launching Program IP-300 di persawahan Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.

Page 9: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

8 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

9DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

dan merugikan pada ta naman padi.

Serangga kecil ini menghisap cairan

tumbuhan dan sekaligus menyebarkan

vi rus (terutama Reovirus) yang menye­

babkan penyakit tungro. Pada MT

Gadu di Aceh, serangan hama ini juga

tertinggi di Aceh Utara serta terendah

di Simeulue.

Ketiga, Penggerek Batang.

Penggerek Batang Padi menyerang

semua stadium pertumbuhan tana­

man padi. Hasil analisis me nun juk kan

bahwa serangan penggerek ba tang

padi tertinggi pada MT Gadu tetap

masih berada di daerah yang paling

luas tanaman padinya yaitu di Aceh

Utara, dan terendah di Aceh Singkil.

Keempat, Penyakit Hawar Da­

un Bakteri (Penyakit Kresek). Ha ma

ini disebabkan oleh bakteri Xantho­

monas oryzae, yang mana serangan

oleh bakteri ini dapat mengakibatkan

kerusakan tanaman dan menurun­

kan hasil produksi tanaman padi.

Bah kan, dalam serangan berat da pat

mengakibatkan terjadinya Pu so. Di

Aceh, penyakit ini dalam masa ta nam

Gadu selama lima tahun terakhir

tertinggi terjadi di Aceh Timur dan

terendah di Simeulue.

Kelima, Penyakit Blas. Pada fase

dan bibit pertumbuhan vegetative

tanaman padi P. grisea menginfeksi

bagian daun dan menimbulkan

gejala penyakit berupa bercak co klat

Padi Musim Gadu adalah padi yang

ditanam pada musim gadu/kemarau

yaitu periode April­September. Padi

yang ditanam pada musim ini biasanya

mengalami kekurangan air, sehingga

ber pengaruh pada pertumbuhan

ta naman. Waktu menanam padi ga­

du juga sangat sempit karena per­

sediaan air cukup terbatas. Karena

itu, dibutuhkan kerja keras dari

semua pihak mulai dari petani hingga

dinas terkait untuk memastikan

penanaman padi musim gadu bisa

berjalan dengan baik dan hasilnya

panen optimal.

Penanaman padi pada musim

gadu perlu dipastikan berjalan de ngan

baik karena ini juga merupakan bagian

dari upaya menuju swa sembada beras

dan wujud dari ketahanan pangan

nasional, terlebih di masa pandemi

saat ini. “Sesuai dengan tupoksi,

kami siap mengawal penanaman

padi di musim gadu,” ujar Kepala

Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai

Proteksi Tanaman Pangan Hortikultura

dan Perkebunan (UPTD BPTPHP) Aceh,

Zulfadli, SP MP, pekan lalu.

Untuk memastikan masa ta­

nam padi musim gadu sesuai jad­

wal, menurut Zulfadli, pihaknya

sejak beberapa waktu lalu sudah

melakukan pendataan awal jadwal

tanam padi di sejumlah kabupaten/

kota. “Pendataan itu penting kita

lakukan karena lahan pertanian di

Aceh masih ada yang tadah hujan, di

samping yang sudah terairi oleh air

irigasi,” ungkapnya.

Zulfadli juga mengungkapkan,

Dengan terkendalinya serangan hama dan

penyakit, maka tujuan dari budidaya tanaman padi

akan tercapai.”

NONA EVI MAULINA, SP, MMKasi Proteksi THP UPTD

BPTPHP Aceh

OPT Dominan pada Tanaman Padi Harus Selalu Diwaspadai

Budidaya tanaman padi di

musim gadu tidak akan terlepas

dari ancaman hama dan penyakit

yang sering menyerang tanaman

padi. Karena itu diperlukan

pengetahuan petani untuk bisa

mengenal jenis­jenis hama dan

penyakit yang menyerang pada

tanaman padi, agar mereka

bisa mengidentifikasikan dan

menginventarisasi. Sehingga

dapat menerapkan pengendalian

secara cepat, tepat dan akurat.

Kasi Proteksi Tanaman Pa­

ngan dan Hortikultura (THP) Unit

Pelaksana Teknis Dinas Ba lai

Proteksi Tanaman Pangan Horti­

kultura dan Perkebunan (UPTD

BPTPHP) Aceh, Nona Evy Maulina

SP MM, menjelaskan, dengan ter­

kendalinya serangan hama dan pe­

nyakit, maka tujuan dari peningkatan

kualitas dan kuantitas produksi padi

secara maksimal akan tercapai.

Pemantauan dan pengamatan,

menurut Nona, merupakan kom­

ponen penting dan mendasar da­

lam sistem perlindungan tanaman

pangan. Pemerintah wajib mengatasi

keadaan dan populasi atau ting kat

serangan OPT (organisme peng­

ganggu tumbuhan), terutama OPT

utama pada padi seperti tikus,

wereng ba tang cokelat, penggerek

batang pa di, penyakit hawar daun

bacteri (pe nyakit kresek ), penyakit

blas, dan tungro.

“Keberhasilan pengamanan pro­

duksi dilihat dari aspek perlindungan

tanaman pangan, sangat tergantung

kepada kecepatan dan ketepatan

dalam pengambilan keputusan,”

ujar Nona. Ia kemudian men jelaskan

tentang 6 (enam) jenis OPT utama

pada tanaman padi di musim gadu

yang harus selalu diwaspadai

berdasarkan data 5 (lima) tahun

terakhir (2016 ­2020).

Pertama, Tikus. Tikus sawah

meru pakan hama utama penyebab

ke rusakan pada tanaman padi, me­

nyerang sejak di persemaian, hingga

panen. Hasil analisis menunjukkan

bahwa serangan tikus pada MT Gadu

tertinggi terjadi di Aceh Utara yang

merupakan sentra utama padi Aceh

dan terendah di Subussalam.

Kedua, Wereng Batang Coklat.

Wereng Batang Coklat adalah sa lah

satu hama padi yang paling ber bahaya

berbentuk belah ketupat yang di­

sebut Blas. Sama halnya seperti

penyakit kresek, penyakit blas ini

juga banyak menyerang di Aceh

Timur dan terendah di Aceh Selatan.

Keenam, Tungro Penyakit

tung ro disebabkan oleh jenis virus

yang berbeda. Bentuk batang Rice

Tungro Baciliform Virus (RTBV),

Bentuk Bulat Rice Tungro Spheical

Virus (RTSV) , namun penyakit ini

hanya terjadi di Aceh Selatan. (*)

“Sesuai dengan tupoksi, kami siap mengawal penanaman padi di

musim gadu.”

ZULFADLI, SP, MPKepala UPTD BPTPHP Aceh

UPTD BPTPHP Kawal Penanaman Padi Musim Gadu

pihaknya sudah mengarahkan pe­

tani untuk mengikuti jadwal masa

tanam padi yang sudah disepakati.

“Jadwal tanam tersebut perlu dipa­

tuhi bersama, sehingga proses

tanam padi di daerah hulu dan hilir

bisa terlaksana semuanya. Sebab,

kalau masa jadwal tanam tertunda

bisa jadi berdampak hasil panen

nantinya,” timpal Zulfadli.

Ia menambahkan, pihaknya juga

akan terus melakukan pendampingan

dan pengawalan­­ me lalui petugas

POPT­PHP (Pengendali Organisme

Pengganggu Tumbuhan­Pengamat

Hama Penyakit) yang tersebar di

seluruh Aceh sebanyak 154 orang

secara berkelanjutan mulai dari

proses persiapan tanam hingga

panen tiba. Petugas lapangan me­

nerapkan konsep “SPOT STOP”

dalam pengelolaan OPT yaitu pe­

ngamanan dan tindakan yang

dila kukan sedini mungkin untuk

mengendalikan sumber serangan

OPT supaya tidak menyebar dan me­

nimbulkan kerusakan yang berakibat

pada rendahnya produksi bahkan

gagal panen.

Pada bagian lain, ia menjelaskan,

pembangunan pertanian bidang

pertanian di Indonesia menghadapi

berbagai masalah. Di antaranya,

sebut Zulfadli, adanya kecendrungan

pemakaian pestisida yang tidak

tepat dan berlebihan oleh petani

menyebabkan resurgensi, resistensi

dan perubahan status hama; ter­

ganggunya kesehatan masyarakat

akibat upaya pengendalian OPT

yang mengutamakan penggunaan

pes tisida; serta meningkatnya biaya

produksi usaha tani akibat praktek

pengendalian OPT oleh petani yang

tidak efektif dan efesien.

Untuk mengatasi hal itu, tambah

Zulfadli, strategi operasional yang

dilakukan pihaknya antara lain: me ­

masya rakatkan PHT melalui SLPHT,

diseminasi, dan sosialisasi tek­

no logi pengendalian OPT spe sifik

lokasi; mengembangkan tek nologi

pengendalian OPT dan budi daya

ramah lingkungan spe sifik lokasi;

Optimalisasi fungsi Laboratorium

PHP sebagai pusat pemasyarakatan

PHT, diseminasi teknologi perlin­

dungan tanaman; serta menumbuh­

kembangkan kelem ba gaan perlin­

dungan tanaman di kelompok tani

Untuk diketahui, UPTD BPTPHP

Aceh adalah salah satu unit pelaksana

teknis yang yang me miliki struktur

organisasi pada Dinas Pertanian dan

Perkebunan (Distanbun) Aceh. UPTD

ini mem punyai tugas melaksanakan

se bagian kegiatan teknis operasional

pro teksi tanaman pangan, hortikul­

tura, dan perkebunan dalam rang­

ka pengamanan produksi un tuk

meningkatkan persentase per ta­

naman aman dari serangan Orga nisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan

Dampak Perubahan Iklim (DPI ).

Dalam melaksanakan tugasnya,

UPTD BPTPHP dibantu empat labo­

ratorium OPT yang masing masing

berada di Keumala (Pidie), Peureulak

(Aceh Timur), Pulo Ie (Nagan Raya),

dan Banda Aceh. Selain itu khusus

untuk penanganan serangan OPT

perkebunan juga tersedia satu

laboratorium yang berlokasi di Banda

Aceh. Tugas pokok La boratorium PHP

TPH adalah me lak sanakan sebagian

kegiatan tek nis operasional UPTD di

bidang konservasi dan pelestarian

dalam ke giatan pengamatan, pera­

malan dan pengendalian OPT. (*)

“Tikus. Tungro. Kerdil Rumput.

Distanbun Aceh melaksanakan kegiatan pengendalian OPT di wilayah endemis.

Page 10: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

10 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

11DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INVESTIGASI

DINAS Pertanian dan Per­

kebunan (Distanbun)

Aceh melalui Bidang

Hor tikultura pada

tahun 2021 masih fokus pada pe­

ngem bangan dua komoditas ta­

naman sayur yang selama ini se­

lalu menyebabkan inflasi. Kedua

komditas itu adalah cabai merah dan

bawang merah. Sementara untuk

tanaman buah, jeruk dan pisang

masih menjadi prioritas.

Kabid Hortikultura Distanbun

Aceh, Ir Chairil Anwar MP, men­

jelaskan, untuk cabai, dari segi

produksinya dibanding dengan ke­

Artinya, benih pisang barangan merah dari Laboratorium Kultur

Jaringan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

sudah berstatus legal dan berlabel.”

Ir. MASNIARKasi Benih dan Perlindungan

Tanaman Hortikultura Distanbun Aceh

Masyarakat Minati Bibit Pisang Hasil Kultur Jaringan

Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Distanbun) Aceh te rus

berupaya meningkatkan pro ­

duk si hasil pertanian pada sub­

sektor hortikultura. Bahkan, pe ­

ngembangan berbagai je nis ta­

naman hortikultura men jadi salah

satu program prioritas. Ka rena

itu, pembangunan subsektor ini

terus dilakukan secara kontinyu da­

lam rangka memenuhi ketersediaan

pro duk hortikultura di lingkup Provinsi

Aceh maupun nasional.

Kasi Benih dan Perlindungan

Tana man Hortikultura Distanbun

Aceh, Ir Masniar, mengungkapkan,

salah satu tanaman hortikultura

yang pengembangnnya menjadi

pri oritas adalah tanaman pisang

barangan merah. Distanbun Aceh

me lalui Bidang Hortikultura, menu­

rut nya, memperbanyak pi sang ba­

rangan tersebut dengan sis tem kul­

tur jaringan (kuljar) di labo rato rium

(lab) dinas tersebut.

“Laboratorium kultur jaringan

Distanbun Aceh selama tiga tahun

2016­2018 sudah menghasilkan

benih pisang sebanyak 31.400 ba­

tang dan sudah disalurkan ke ke­

lompok tani yang tersebar di bebe­

rapa kabupaten/kota. Aceh Timur

merupakan kabupaten terbanyak

mem budidayakan tanaman pisang

yaitu 19.400 pohon, disusul Sa­

bang sebanyak 3.900 pohon. Kita

juga meng edukasi masyarakat

yang da tang ke laboratorium,” ujar

Masniar.

Seiring berjalannya waktu dan

tun tutan agar benih harus berlabel,

me nurut Masniar, Laboratorium Kul­

tur Jaringan Distanbun Aceh di ba­

wah pengelolaan Seksi Benih dan

Perlindungan Tanaman Hortikultura

Bidang Hortikultura bekerja sama

de ngan UPTDBPSB (Balai Pengawa­

san Sertifikasi Benih) selalu ber­

koor dinasi untuk pengesahan pohon

induk berlabel yang ada di kompleks

dinas tersebut.

Dari hasil koordinasi itu, se but

Masniar, pada 11 Juni 2020, Po­

hon Induk Pisang Barangan Me rah

sebanyak 30 pohon sudah men da­

pat kan Nomor Registrasi Rumpun

In duk Kelas Benih Pokok yaitu “label

ungu” dengan jenis pisang varietas

“ba rangan merah” dari BPSB Aceh.

“Arti nya, benih pisang barangan

me rah dari Laboratorium Kultur

Jaringan Dinas Pertanian dan Per­

kebunan Aceh sudah berstatus le gal

dan berlabel,” imbuhnya.

Perbanyakan tanaman pisang

dari hasil Kultur Jaringan Distanbun

Aceh juga sudah mendapat apresiasi

dari istri Gubernur Aceh, Dr Ir Dyah

Erti Idawati. Hal itu dibuktikan

dengan diikutsertakan Distanbun

Aceh dalam Bakti Sosial di Pulo

Aceh, Kabupaten Aceh Besar, pada

2 Maret 2021 lalu. “Pada acara itu,

Ibu Dyah menyerahkan bibit pisang

hasil Kultur Jaringan Distanbun

Aceh untuk Desa Dadap dan Pasi

Janeng masing­masing sebanyak

50 pohon,” katanya. Ia berharap

ke depan Laboratorium Kultur

Jaringan Distanbun Aceh mampu

menjadi penyedia bibit pisang hasil

kultur jaringan di Aceh. (*)

Cabai Merah Surplus, Bawang Merah Defisit

butuhan masyarakat Aceh, komo­

ditas ini sudah surplus. Hanya saja,

menurutnya, Aceh masih terkendala

dari segi pengolahannya. “Salah

satu penyebabnya, hingga saat ini

belum ada UMKM yang bergerak di

bidang pengolahan cabai merah,”

ungkapnya.

Terkait dengan harga, sebut

Chairil, hingga sekarang harga cabai

merah hampir di seluruh Aceh masih

fluktuatif. Terkadang harganya

tinggi, tapi ada kalanya jatuh

hingga ke angka terendah. Hal ini,

menurut Chairil, terjadi karena tidak

terjadwalnya masa tanam komoditas

tersebut dari para pelaku usaha tani.

“Kalau menurut penilaian kami,

petani kita cenderung mengarah

seperti Teori Laba­laba (cobweb).

Artinya, ketika harga tinggi orang

ramai­ramai menanam cabai merah.

Sehingga, saat panen over produksi.

Akibatnya, harga turun. Karena

harga turun, kemudian tak ada lagi

yang mau menanam cabai merah.

Kondisi itu menyebabkan produksi

minim. Karena barangnya nggak ada,

otomotis harga naik,” jelas Chairil

Anwar.

Ke depan, lanjut Chairil, di ka­

bupaten/kota juga harus melakukan

penjadwalan masa tanam cabai

merah. Hal ini, perlu dilakukan

karena budidaya cabai merah sangat

tergantung pada kondisi cuaca atau

iklim. “Kalau kita menanam pada

cuaca yang tidak pas, tanaman cabai

merah akan mudah diserang oleh

jamur atau virus. Jika ini terjadi, maka

produksi akan turun,” timpalnya.

Ditanya bagaimana upaya dari

pihaknya dalam membantu petani

agar tersedianya tempat pengolahan

cabai merah, Chairil Anwar menga­

takan, untuk pengolahan, pihaknya

hanya bisa masuk pada usaha skala

kecil atau usaha rumah tangga.

“Kalau untuk usaha skala kecil,

selama ini sudah jalan. Sudah

banyak industri rumah tangga yang

mengolah cabai merah men jadi

produk seperti saos dan te pung

cabai. Tapi, lanjutnya, untuk pe­

ngolahan cabai dalam skala besar itu

bukan lagi tupoksi Distanbun Aceh.

Karena itu, dalam konteks itu harus

dilibatkan SKPA atau subsektor lain,”

kata dia.

Sementara untuk komoditas

bawang merah, lanjut Chairil, hingga

saat ini masih sangat kekurangan

alias defisit. Karena itu, menurutnya,

untuk memenuhi kebutuhan

masya rakat Aceh, bawang merah

masih harus didatangkan dari luar

daerah­­seperti Sumatera Barat dan

Pulau Jawa­­melalui distributor di

Sumatera Utara.

“Karena itu, ke depan pengem­

bangan bawang merah akan jadi

prioritas kita. Sehingga walaupun

tidak surplus, tapi kita bisa me­

nyediakan bawang merah sesuai

dengan kebutuhan masyarakat

Aceh,” ucap Chairil. Sedangkan un­

tuk ta naman buah, Kabid Horti kul­

tura Distanbun Aceh meng ung kap­

kan, pihaknya saat ini fokus pada

komoditas jeruk dan pisang. “Kendala

kita selama ini ada lah banyak pisang

yang diserang fusarium. Karena itu,

ke depan pisang yang dikembangkan,

kita utamakan menggunakan bibit

hasil kultur jaringan,” ucapya.

Sekarang, menurutnya, di Dis­

tanbun Aceh sedang menyiapkan

bibit pisang menggunakan kultur

jaringan (kuljar). Selama ini,

sebut Chairil, pihaknya mampu

menyiapkan 10 ribu bibit pisang hasil

kultur jaringan. Jadi, tambah Chairil

Anwar, bibit itulah nantinya yang

akan menjadi cikal bakal tersedianya

pisang yang sehat. (*)

Karena itu, ke depan pengembangan bawang merah akan jadi prioritas kita. Sehingga walaupun

tidak surplus, tapi kita bisa menyediakan

bawang merah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Aceh.”

Ir. CHAIRIL ANWAR, MPKabid Hortikultura

Distanbun Aceh

Pejabat Distanbun Aceh meninjau lokasi pembibitan pisang barangan merah menggunakan sys-tem kultur jaringan.

Page 11: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

10 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

11DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI PROMOSI

Pengembangan UPH berbasis kelompok, pada akhirnya dapat

meningkatkan pendapatan petani sekaligus

meningkatkan kesempatan kerja atau lapangan

pekerjaan.”

SRI MULYANI, SHP, SP, M.SiKasi Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Distanbun Aceh

Tingkatkan Nilai Tambah Produk

Melalui UPH

Penanganan pengolahan hasil

tanaman pangan merupakan pro­

ses lanjutan yang perlu dilakukan

untuk memperoleh nilai tambah.

Untuk mencapai maksud tersebut,

Pemerintah Aceh melalui Dinas

Pertanian dan Perkebunan (Dis­

tanbun) Aceh memberikan ban tuan

kepada kelompok tani/pe laku usaha

tanaman pangan be r upa fasilitasi

Unit Pengolahan Ha sil (UPH) berupa

bantuan alat pengolahan dan

bangunan UPH.

Kasi Pengolahan dan Pema­

saran Hasil Tanaman Pangan Distan­

bun Aceh, Sri Mulyani SHP SP MSi,

mengtakanam, pemberian ban tuan

itu dimaksudkan untuk memberi

nilai tambah pada ko moditi tanaman

pangan seperti jagung, kedelai, dan

tanaman pa ngan lainnya.

Penguatan nilai tambah melalui

pengolahan, menurut Sri Mulyani,

dapat mendorong variasi produk

berbasis sumber daya lokal, me­

ningkatkan daya saing, daya simpan,

kemudahan distribusi, perluasan

pasar produk, pemenuhan nutrisi,

peningkatan keamanan produk,

opti malisasi sumber daya dan pe­

ning katan struktur perekonomian.

“Pengembangan UPH berbasis

kelompok, pada akhirnya dapat

me ningkatkan pendapatan pe­

tani sekaligus meningkatkan ke­

sem patan kerja atau lapangan pe­

kerjaan,” jelas Sri Mulyani seraya

menyatakan petani penerima UPH

tidak hanya menjual dalam bentuk

hasil panen, namun bisa juga dalam

bentuk hasil olahan baik itu turunan

1, 2, bahkan 3.

Provinsi Aceh, lanjut Sri Mulyani,

dalam empat tahun terakhir

penerima UPH terdiri atas 2018

sebanyak tujuh kelompok tani, 2019

sebanyak lima kelompok tani, 2020

sebanyak empat kelompok tani,

dan tahun 2021 sebanyak delapan

kelompok tani. Jenis UPH yang

diterima adalah jagung dengan hasil

olahan jagung pecah serta kedelai

dengan hasil olahan tempe dan tahu.

Penerima bantuan tahun 2018

berasal dari Aceh Besar, Pidie Jaya,

Aceh Utara, Gayo Lues, Aceh Jaya,

dan Aceh Selatan. Tahun 2019,

bantuan itu diterima kelompok tani

di Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh

Tengah, dan Bener Meriah.

Tahun 2020, penerima bantuan­

nya masing­masing di Aceh Singkil,

Aceh Selatan, Bener Meriah, dan Aceh

Besar. Sedangkan penerima bantuan

tahun 2021 meliputi kelompok tani

dari Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh

Tamiang, Aceh Barat, dan Aceh Barat

Daya. (*)

Distanbun Aceh Sosialisasi PLP2B ke

Sejumlah Daerah

Lahan merupakan fak tor

utama dalam pengem ba­

ngan pertanian. Masalah

paling mendasar dari sek­

tor pertanian adalah makin me­

nyusutnya lahan pertanian akibat

alih fungsi lahan. Peningkatan jum­

lah penduduk dan peningkatan ak­

tivitas ekonomi juga berdampak

pa da kebutuhan lahan. Hal ini tentu

akan memicu terjadinya alih fungsi

lahan, sehingga memicu terjadinya

anomali pengembangan di sektor

pertanian. Seperti, kebutuhan lahan

pertanian di sektor pangan.

Luas lahan baku sawah baik yang

beririgasi teknis maupun tidak juga

menunjukkan laju penurunan dari

tahun ke tahun. Rata­rata luasan la­

han baku sawah berkurang sebesar

650 ribu hektare per tahun atau

ekui valen dengan 6,5 juta ton beras

(BPS), dengan asumsi produksi beras

10 ton per tahun. Laju alih fungsi

lahan pertanian selama tahun 2002­

2010 mencapai lebih dari 50.000 ha

per tahun (BPN, 2011).

Perlindungan lahan pertanian

pa ngan berkelanjutan (PLP2B) meru­

pakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam penataan ruang wilayah.

Ka rena itulah, Dinas Pertanian

dan Perkebunan Aceh pada akhir

April lalu mengadakan Pertemuan

Sosialisasi dan Pemantapan PLP2B

di sejumlah daerah. Sasarannya

adalah percepatan lahirnya Qanun

Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (LP2B) di

kabupaten/kota.

Kabid Sarana dan Prasarana

Distanbun Aceh, Fakhrurrazi SP MSc,

menyebutkan, pertemuan kegiatan

itu dilaksanakan di sembilan kabu­

paten/kota yaitu Aceh Timur, Aceh

Tamiang, Aceh Utara, Bireuen, Pidie,

Aceh Besar, Aceh Tengah, Aceh Barat

dan Aceh Barat Daya.

Adapun pesertanya terdiri atas

sejumlah SKPK terkait, kantor

pertanahan kabupaten/kota, Badan

Pusat Statistik (BPS) kabupaten/

kota, seluruh ca mat di masing­

masing kabupaten/kota, serta

kepala balai penyuluhan per tanian

(BPP) dan koordinator man tri tani.

Di setiap lokasi, pe­

sertanya 40 orag.

F a k h r u r r a z i

menjelaskan, tu­

juan PLP2B antara

lain menjamin ter­

sedianya lahan

per tanian pa ngan

ber ke lanjutan; me­

wu judkan ke man­

di rian, keta ha nan,

dan ke dau latan pa­

ngan; mening kat kan

per lindungan dan

pemberdayaan pe­

tani; mening kat kan

penyediaan la pangan

kerja bagi ke hidupan

yang la yak; memper ta­

han kan keseim ba ng an eko logis; dan

me wu jud kan revitali sa si pertanian.

Terbaru, sosialisasi itu di Aula Hotel

Khalifah, Aceh Timur, pada 21 April

2021 dan di Aula SKB Aceh Tamiang

pada 23 April 2021. Narasumber

yang diundang yaitu Kadis Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura

Aceh Timur, drh Muhammad Mahdi,

Kadis Pertanian, Perkebunan dan

Peternakan Aceh Tamiang, Yunus

SP, Kabid Sarana dan Prasarana

Distanbun Aceh, Fakhrurrazi SP MSc),

dan Tenaga Ahli Distanbun Aceh, Dr

Purwana Satriyo STP MT.

Menurut Fakhrurrazi, pening­

katan kebutuhan lahan membuat

alih fungsi lahan pertanian

khususnya lahan sawah dipandang

sebagai ob jek yang paling mudah

untuk dialih fungsikan. Melalui

Undang­Un dang Nomor 41 Tahun

2009 dan Peraturan Pemerintah

turunannya, kata Fakhrurrazai,

pemerintah ber upaya melakukan

pengendalian alih fungsi lahan

pertanian melalui per lindungan

lahan pertanian pa ngan sebagai

salah satu upaya un tuk mewujudkan

ketahanan dan ke daulatan pangan.

“Pelaksanaan kegiatan perlin­

dungan lahan dengan percepatan

pe nyusunan Qanun tentang Per­

lindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan merupakan langkah

konkret dalam melindungi lahan

per tanian pangan,” jelasnya.

Melalui percepatan penetapan

Qanun atau Peraturan Bupati/Per­

aturan Wali kota, tambah Fakhrurrazi,

maka komitmen pene ta pan Kawasan

Pertanian Pangan Berkelanjutan

(KP2B), Lahan Per tanian Pangan Ber­

kelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan

Per tanian Pangan Berkelanjutan

(LCP2B) dalam RTRW dan/atau RDTR

Kabupaten/Kota diharapkan dapat

mengendalikan lahan pertanian agar

tidak dialihfungsikan menjadi per­

untukan lainnya. (*)

Pelaksanaan kegiatan perlindungan lahan dengan

percepatan penyusunan Qanun tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan

langkah konkret dalam melindungi lahan pertanian

pangan.”

FAKHRURRAZI, SP, M.ScKabid Sarana dan Prasarana

Distanbun Aceh

“Warga memanfaatkan UPH bantuan Distanbun Aceh untuk menggiling padi.

Page 12: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

12 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

13DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI PROTEKSI

Tanaman pisang meru­

pakan salah satu ko­

mo diti buah­buahan

yang telah lama dike­

nal dan dibudidayakan oleh pe tani

di Indonesia. Popularitas tanaman

pisang cukup tinggi dansering di­

sajikan berupa makanan olahan dan

buah segar sebagai makanan tam­

bahan yang bermanfaat untuk pe­

nambahan gizi.

Budidaya tanaman pisang

tidak lepas dari serangan or­

ganisme pengganggu tanaman

(OPT) sehingga menyebabkan pro­

duksi dan mutu menurun yang ber­

dampak kerugian secara ekonomis.

Ber dasarkan tinjauan pengamatan

dila pangan, penyebab menurunnya

pro duksi baik dari segi kuantitas dan

kualitas buah pisang disebabkan ka­

rena serangan/gangguan dari bebe­

rapa jenis hama dan penyakit.

Pada umumnya di Provinsi Aceh,

hama dan penyakit yang menye­

rang tanaman pisang ada bebe­

rapa jenis, yaitu:Penggerek Ba tang

Pisang, Penggerek Bonggol Pi sang,

Penggulung Daun Pisang, Ber cak

Coklat (Sigatoka), Layu Fusa rium,

dan Layu Bakteri.Tulisan ini ha nya

membahas empat jenis OPT tana­

man pisang yang sangat berpotensi

merusak atau sebagai OPT utama

pada tanaman pisang. Keempat OPT

tersebut adalah:

Pertama, Penggerek Batang Pi­

sang (Odoiphorus longicollis. Oli­

vier). Hama ini jenis kumbang Ordo

Coleoptera, kumbang dewasa (Ima­

go) meletakkan telurnya di pelepah

tanaman pisang satu persatu, bebe­

rapa hari kemudian berkisar 7­8 ha ri

telur menetas, larva kumbang lang­

OPT Pada Tanaman Pisang dan Pengendaliannya

Oleh: Khairul Basyar, SP

sung menggerek dan masuk kedalam

batang pisang. Akibat dari gerekan

larva (ulat) terjadi kerusakan pada

pem buluh kayu (xylem), sehingga

meng akibatkan tanaman sakit di ma­

na pada keadaan kategori sera ngan

be rat tanaman pisang bisa mati.Ciri­

ciri awal tanaman pisang terserang

ha ma penggerak batang hampir se­

rupa dengan serangan penyakit layu

fusarium yaitu tampak daun me ngu­

ning mulai dari pinggir pada daun tua.

Pencegahan dapat dilakukan de­

ngan pemeliharaan tanaman pisang

(rumpun) tetap bersih, yang dapat

dilakukan dengan cara pemangkasan

daun­daun tua, penjarangan ana­

kan di atur 1 sampai 2 anakan yang

beda usia dan bebas gulma, de­

ngan cara ini kumbang penggerek

ti dak suka bersarang disana serta

meng gunakan bibit bebas dari hama

penggerek batang.

Untuk upaya pengendalian, ki­

ta harus berpedoman kepada pe­

ngendalian yang berwawasan ling­

kungan, adapun penggunaan racun

kimia adalah arternatif terakhir.Upa­

ya pengendalian dapat dilakukan

sebagai berikut:

1. Sanitasi lingkukan dari sisa­sisa

atau tanaman terserang berat

dan dimusnahkan.

2. Memasang perangkap kumbang

dari batang pisang yang baru pa­

nen diletakkan di tengah­tengah

jalur pertanaman pisang dan

setelah terperangkap langsung

dimusnahkan.

3. Menggunakan agens hayati

Beau veria bassiana dengan cara

di apli ka sikan pada rumpun pi­

sang, kumbang­kumbang (ima­

go) yang terinfeksi menjadi tidak

aktif lagi dan mati.

4. Menggunakan racun/insektisida

ber bahan aktif carbofuran. Cara

peng gunaannya dengan mem­

bersih kan sekeliling rumpun

pi sang yang baru, kemudian

tabur kan di sekeliling rumpun

pi sang sesuai dosis anjuran dan

di tutup kembali dengan ta nah

ketebalan lebih kurang 5 cm,

hindari pemakaian pada tana­

man pisang menjelang panen.

Kedua, Penggerek Bonggol Pisang

(Cos mopolites sordidus. Germar).

Hama penggerek bonggol pisang

ini mi rip dengan hama penggerek

ba tang pisang, dilihat dari bentuk

kum bang dan larvanya. Hanya saja

per bedaannya pada bagian tanaman

pisang yang diserang yaitu khusus

menyerang bonggol pisang saja.Aki­

bat dari gerekan pada bonggol pi­

sang menyebabkan kerusakan pem­

buluh xylem sehingga mengganggu

transportasi nutrisi dan air yang me­

nyebabkan tanaman pisang menjadi

sakit, pada kondisi serangan berat

ta naman pisang bisa tumbang dan

mati.Ciri­ciri awal serangan peng­

gerek bonggol pisang sama dengan

peng gerek batang pisang yaitu ter­

dapat noda bekas atau lubang gere­

kan di sekitar bonggol pisang.

Pen cegahan hama ini dapat dila­

kukan dengan sanitasi lahan dari

tana man terserang dan dimusnah­

kan; gunakan bibit bonggol pisang

be bas dari hama penggerek bonggol;

dan pemeliharaan rumpun tanaman

pisang tetap bersih dari gulma dan

sisa­sisa tanaman.

Sedangkan pengendaliannya

meng utamakan teknik pengendalian

yang ramah lingkungan, seperti:

sani tasi lingkungan tanaman pisang

be bas dari gulma dan sisa­sisa

tana man; eradikasi tanaman dan

di mus nahkan; pemanfaatan agens

ha yati Beauvaria bassiana dengan

ca ra disemprotkan pada bagian da­

han tanaman pisang, kumbang yang

terinfeksi tidak aktif lagi dan mati;

pemasangan perangkap meng­

gunakan bonggol pisang diletakkan

di tengah­tengah jalur tanaman

pisang; serta Pemakaian insektisida

ber bahan aktif carbofuran (ditabur

di sekeliling batang atau rumpun pi­

sang kemudian ditutup dengan ta­

nah ketebalan 5 cm), pada tanaman

pisang yang mendekati panen sa­

ngat tidak dianjurkan.

Ketiga, Layu Fusarium(Fusarium

oxy spo rum f.sp).

Pe nyakit layu Fusarium dise­

babkan oleh patogen (Fusarium oxy­

sporum f. sp), patogen ini golongan

tular ta nah dan dapat bertahan

da lam ta nah sampai satu tahun.

Patogen ini masuk kedalam tanaman

melalui akar yang rusak, bonggol

bekas gerekanhama dan luka akibat

alat mekanisasi pertanian. Setelah

ma suk kedalam batang pisang, pa­

togen ber kembang sangat cepat,

sehingga pem buluh kayu (xylem)

tanaman rusak dan transportasi nu­

trisi dan air terhambat yang meng­

akibatkan tanaman pisang sakit,

dalam kate gori serangan berat ta­

na man pisang akan mati. Ciri­ciri se­

rangan Fusarium menunjukkan ge jala

pada pinggiran daun tua me nguning

dan tulang daun membeku, jika buah

atau tandan keluar tidak berisi.

Pencegahannya dilakukan de­

ngan menggunakan bibit bebas dari

patogen Fusarium; Pengaturan drai­

nase untuk mengatur kelembaban

tanah; Jangan menggunakan per­

alatan bekas dari tanaman sa kit

kecuali sudah disterilkan; Peman­

faatan agens hayati Trichodermasp.

pada awal tanam; dan pemeliharaan

tanaman yang baik.

Sedangkan pengendalian bisa

dilakukan melalui pemusnahan tana­

man yang terserang, lubang bekas

ta naman di bakar, beberapa hari ke­

mudian taburkan Trichoderma. sp.

bersamaan pupuk organik; peman­

faatan agens hayati antagonis

seperti cendawanTrichodermasp.

di aduk dengan pupuk organik dan

dita burkan di sekeliling rumpun pi­

sang di tutup dengan tanah kete­

balan 5 centimeter.Manfaat dari

Tricho dermasp. ini cukup baik bisa

me nekan bermacam­macam pa­

togen perusak tanaman.

Keempat, Layu Bakteri

(Ralstonia solanacearum). Penyakit

layu bakteri disebabkan bakteri

Ralstania solanacearum.Pe nyakit

ini termasuk penyakit tular tanah,

bakteri ini sanggup bertahan dalam

tanah bertahun­tahun karena

mempunyai tanaman inang yang

cukup banyak termasuk tanaman

go longan Solanaceaeseperti ca bai,

terung, tomat, kentang dan lain­

lain. Bakteri ini menyerang tana­

man melalui perakaran yang rusak,

kemudian masuk kedalam tanaman

pisang dan mengeluarkan racun

me ngakibatkan pembuluh­pem bu­

luh xylem rusak, sehingga tana man

dengan serangan berat akan mati.

Ciri­ciri tanaman pisang ter­

serang bakteri ini, gejala awal ada­

nya perubahan warna pada daun

muda, terdapat garis coklat ke­

kuningan kearah tepi daun hingga

seluruh daun menguning, berwarna

coklat dan akhirnya layu.Untuk me­

mastikan serangan patogen ini ambil

bagian akar atau bonggol pisang

kemudian rendam di dalam air yang

bersih apabila keluar cairan seperti

asap ini dipastikan terserang bakteri.

Pencegahan penyakit layu bakteri

dapat dilakukan dengan beberapa

cara berikut:Menanam bibit pisang

bebas bakteri, sebelum tanam bi bit

dicelupkan kedalam larutan Agri­

mycin atau menggunakan agens

ha yati antagonis Pseudomonas

fluo rescens; Alat mekanisasi yang di

pakai harus steril; dan Pengaturan

drai nase di lahan pertanaman.

Ada pun Upaya pengendalian yang

dila kukan harus mengedepankan tin­

dakan yang ramah lingkungan, bebe­

rapa upaya pengendalian penyakit

layu bakteri antara lain: eradikasi

tanaman terserang dan dimusnahkan;

pemanfaatan agens hayati antagonis

seperti Pseudomonas fluorescens

yang diaplikasikan pada rumpun pi­

sang, pengendalian bisa dilakukan

ber ulang kali, serta eradikasi tanaman

sakit dengan menyuntikkan minyak

ta nah atau herbisida. (*)

nPenulis adalah Fungsional

POPT Terampil Penyelia

Gejala Serangan Penggerek Batang Pisang.

Larva Penggerek Batang Pisang.

Page 13: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

12 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

13DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MEKANISASI

Era industrialisasi saat ini telah membuat berpin­dahnya sebagian besar masya rakat agraris di

pede saan menuju ke kota­kota seba­gai masyarakat industri. Jumlah pen duduk yang besar berdampak pada peningkatan kebutuhan pa­ngan yang signifikan. Masyarakat agraris dengan keterbatasan tenaga dituntut mampu memproduksi hasil panen dalam jumlah besar. Untuk me­ngatasi masalah tersebut, program intensifikasi dan atau ektensifikasi pertanian perlu dilakukan. Program tersebut mendorong pengembangan berbagai jenis alat dan mesin per­tanian untuk mendukung program me kanisasi sebagai bagian dari pelak­sanaan program intensifikasi ter­masuk pengembangan alat dan mesin penanam.

TSaat ini, petani mengenal dua me tode tanam, yaitu tanam benih dan tanam bibit. Tanam benih sudah dikenal oleh masyarakat petani sejak lama, dikenal sebagai metode tanam kering, dimana komoditas ditanam dalam bentuk benih dengan cara meletakannya pada media tanam (tanah) dalam kondisi kering (dalam jangkau olah). Tanam benih ini banyak dilakukan pada lahan pertanian tadah hujan khususnya pada Musim Tanam Pertama (MT­1) dimana petani

Mengenal Alat Tanam Benih Tradisional dan Modern

Oleh:Dr. Radi, STP., M.Eng.

Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

(UGM), Yogyakarta

melakukan kegiatan tanam menjelang musim penghujan. Sementara tanam bibit adalah metode penanaman yang diawali dengan tahapan semai pada media khusus sebelum bibit muda tersebut dipindahkan ke lahan budidaya yang telah disiapkan. Umumnya, metode tanam ini dilakukan pada lahan beririgasi teknis, dimana penyiapan lahan dilakukan dalam kondisi tergenang air (basah). Berdasarkan metode tersebut, alat dan mesin tanam dibedakan menjadi dua, yaitu alat dan mesin tanam benih yang disebut dengan istilah seeder dan alat dan mesin yang digunakan untuk menanam bibit yang dikenal dengan istilah transplanter. Seeder merupakan alat dan mesin yang dikembangkan untuk metode tanam benih, berfungsi untuk memindahkan benih dari kotak benih (hopper) menuju lubang tanam dimana benih akan dibudidayakan. Dari sisi tenaga penggerak, alat dan mesin tanam dibedakan menjadi dua, yaitu alat tanam benih manual dan alat tanam benih dengan penggerak motor bakar (mesin).

Alat Tanam Benih ManualTugal merupakan alat tanam

yang paling sederhana dan telah dikenal oleh petani sejak lama. Alat ini digunakan oleh petani untuk membuat lubang tanam. Setelah terbentuk, benih dimasukan dalam lubang tanam

secara manual, dan kemudian lubang tanam ditutup menggunakan tanah ataupun pupuk dasar yang dilakukan secara manual pula. Hingga saat ini, tugal masih banyak digunakan oleh petani dalam membantu kegiatan tanam khususnya untuk komoditas jagung, kedelai, maupun kacang­ka­cangan. Banyaknya penggunaan tugal oleh petani mendorong sejumlah ino­vasi pada alat tanam tersebut. Inovasi pertama berupa pengembangan tugal mekanis dari material logam yang di­lengkapi bagian penabur benih.

Alat Tanam Benih Berpenggerak Mesin

Alat tanam seperti diuraikan diatas merupakan alat tanam manual dengan tenaga manusia sebagai penggerak. Untuk tujuan mekanisasi dengan luasan lahan yang lebih besar, alat tanam dengan penggerak motor bakar sangat diperlukan. Perkembangan alat dan mesin pertanian berpenggerak motor bakar ini dimulai pada tahun 1920­1930 dengan diproduksinya secara masal motor bakar dalam berukuran kecil menggantikan mesin uap yang berukuran besar sebagai pengerak utama bagi alat dan mesin pertanian. Motor bakar berukuran kecil ini memicu pengembangan berbagai macam alat dan mesin pertanian dengan variasi ukuran termasuk alat dan mesin penanam. Alat dan mesin penanam berukuran kecil menjadi pilihan utama bagi petani yang lahanya relative sempit, sementara untuk yang berukuran besar disediakan bagi petani dengan lahan luas ataupun pertanian industri.

Alat tanam benih berpenggerak mesin yang banyak dikenal dengan istilah seeder mekanis, merupakan alat yang digerakan oleh mesin (motor bakar) untuk meletakan benih pada kedalaman tertentu dalam tanah se­bagai media budidaya tanaman. Seeder ini didesain sedemikian rupa sehingga mampu melakukan penanaman benih sesuai dengan persyaratan agroteknis pertumbuhan tanaman. Untuk itu, desain seeder mekanis setidaknya ter diri dari komponen utama: unit ko tak benih (hopper), unit penakar be nih (seed metering device), unit pe­nyalur benih, unit pembuka alur, unit penutup alur, unit pengatur jarak ta­nam, unit pengatur kedalaman tanam, serta unit pengatur dosis benih yang ditanam. Komponen­komponen ter­sebut akan berpengaruh terhadap pro ses pemindahan benih dari hopper me nuju lubang tanam serta kualitas penanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi daya kecambah, per­tum buhan serta produktivitas tanaman.

Meksipun telah lama dikem­bangkan, penggunaan seeder mekanis bagi petani di Indonesia masih sangat jarang terlihat. Hal tersebut

disebabkan oleh banyaknya petani yang beralih pada budidaya padi sawah sebagai komoditas utama. Saat ini, budidaya tanaman pangan lain seperti jagung, kedelai, kacang hijau hanya menjadi komoditas sam­pingan. Disamping itu, sistem tanam padi kering dalam bentuk benih sudah jarang dilakukan dan beralih menggunakan metode tanam bibit. Seeder mekanis ini ada dua jenis, yaitu seeder mekanis berpenggerak tractor roda dua (TR2) dan berpenggerak tractor beroda empat (TR4). Seeder dengan penggerak TR2 berdaya 8­11 HP, dirancang berukuran kecil dengan sebuah lajur tanam. Sementara untuk seeder berpenggerak TR4 memiliki ukuran yang lebih besar. Seeder besar ini biasanya dirancang dalam bentuk modular, dimana tiap modul dirancang untuk mampu melakukan penanaman benih secara mandiri. Dengan demikian, tiap modul terdiri atas unit kotak benih, unit penakar benih, unit penyalur benih, unit pembuka alur, unit penutup alur, unit pengatur jarak tanam, unit pengatur kedalaman tanam, serta unit pengatur dosis benih. Konsep modular dalam pengembangan seeder mekanis

ini memberikan fleksibilitas dalam mengatur jarak alur, menambah atau mengurangi jalur tanam yang disesuaikan dengan besarnya daya penggerak dan kondisi lahan yang ditanami. Untuk lahan berkategori berat, jumlah alur dapat dikurangi agar penggerak mampu menarik seeder tersebut, sementara untuk lahan berkategori ringan, jumlah alu tanam dapat ditambah sehingga waktu tanam menjadi lebih efisien. Saat ini, seeder mekanis juga telah dilengkapi unit pemupuk yang menjadikan kegiatan pemupukan dasar dapat dilakukan dalam sekali operasi.

Alat Tanam Benih Berteknologi Tinggi

Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan dampak da­lam perancangan alat dan mesin per tanian modern. Perkembangan tersebut sejalan dengan program pertanian 4.0 yang sedang digalakan oleh pemerintah. Seeder presisi di­kem bangkan untuk melakukan pe­

nanaman benih dengan konsep pre­sisi terutama dari parameter jarak tanam, kedalaman, dan jumlah benih. Perkembangan seeder presisi tidak terlepas dari perkembangan teknologi pneumatis, hydrolis, elektronika termasuk sensor dan microprocessor, dan teknologi global positioning system (GPS), serta kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi hidrolis dengan kemapuan angkat yang besar berdampak pada desain seeder. Beberapa komponen dapat dikembangkan dalam sebuah seeder berkat teknologi penumatis dan hidrolis seperti penambahan unit pemupuk dalam sebuah seeder. Penemuan sensor pendeteksi posisi benih yang ditanam, posisi seeder dalam lahan, serta electronic control unit (ECU) telah berdampak besar terhadap kemajuan seeder presisi. Kombinasi ketiga teknologi mampu menempatkan seeder pada jalur yang benar serta mampu menaman benih dengan posisi yang presisi, ditambah dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan

pengem bangan teknologi seeder yang dapat dioperasikan dari jarak jauh menggunakan model remote control, bahkan memungkinkan untuk mengembangkan autonomous seeder.

Selain itu, perkembangan tek ­nologi pesawat tanpa awak (unman­ned aerial vehicle, UAV) juga tu­rut mendorong inovasi dalam pe­ngembangan alat tanam. Dalam hal ini, pesawat drone digunakan se bagai tenaga penggerak seeder. Unit seeder dibawa oleh pesawat dro­ne kemudian digunakan untuk me­nebarkan benih pada lahan target. Dalam pengoperasianya, drone seeder ini dioperasikan oleh ope­rator melalui perangkat remote con­trol yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Perkembangan terbaru, drone seeder dengan pesawat drone hexacopter mampu digunakan un­tuk mengoperasikan seeder dengan bobot bersih 15­20 kg, menambah ke­mampuan cakup penanaman dengan teknologi terbaru ini. (*)

Page 14: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

14 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

15DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MILENIAL

Pemasaran Sudah Sampai ke PapuaSoal pemasaran, Owner ‘Ru­

mah Cantik Laisya’, Maisyarah

AMdKep CWCCA, mengatakan,

pen jualan produk dilakukan meng­

gunakan jasa sales. “Sekarang kita

baru punya empat orang sales

yang bertugas memperkenalkan

produk kepada masyarakat. Ke

depan, kami juga akan menambah

tenaga salesnya dengan harapan

bisnis ini bisa cepat berkembang

dan wilayah pemasaran juga ma­

kin luas,” kata Maisyarah seraya

menyatakan kopi sebagai bahan

baku produk kecantikan yang

diproduksi pihaknya berasal dari

kebun kopi warisan orang tuanya

di Bener Meriah.

Ditanya wilayah pemasaran

pro duknya saat ini, Maisyarah me­

ngatakan, selain ke seluruh kabu­

paten/kota di Aceh, barang­barang

produksi ‘Rumah Cantik Laisya’ sudah

dimintai oleh warga luar Aceh seperti

Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Pu lau Jawa, dan bahkan sampai ke

Papua. “Tapi, untuk luar daerah pro­

duk kita memang belum menyebar

ke seluruh kabupaten/kota di masing­

ma sing provinsi tersebut,” ungkapnya.

Menyangkut jumlah produk yang

diproduksi, Maisyarah mengatakan,

setiap tiga bulan masing­masing item

barang diproduksi sebanyak 10 ribu

pcs. “Kami akan terus menambah

sales, memperbaiki manajemen usaha,

serta membangun kantor yang lebih

representatif. Hal itu saya harapkan

menjadi cikal bakal berdirinya pa brik

kosmetik di Aceh pada masa men­

datang. Kalau di Takengon, sales kita

menjual produknya ke toko­toko, tem­

pat rekreasi, dan warung kopi,” de­

mikian Maisyarah. (*)

Rumah Cantik LaisyaPelopor Produk

Kecantikan Berbahan Kopi Gayo

Selama ini banyak sekali

produk kecantikan yang

menggunakan bahan

alami. Selain aman

dipakai, bahan­bahan alami juga

dipercaya dapat mengatasi masalah

kulit secara lebih baik dibanding

dengan bahan­bahan kimia. Bahan

alami itu antara lain himalayan salt,

aloe vera, charcoal, teh hijau, bunga

chamomile, jojoba oil, dan shea

butter. Bahan­bahan alami tersebut

digunakan untuk membuat berbagai

produk kecantikan mulai dari

shower gel, lotion, sabun cuci muka,

parfum, shampo, hingga body scrub.

Berbeda dengan sejumlah

industri atau pabrik produk

kecantikan pada umumnya,

Maisyarah AMdKep CWCCA memilih

memproduksi aneka produk

kecantikan dengan bahan dasar kopi

Gayo. Dalam menjalankan usahanya

sejak April 2010 lalu, perempuan

kelahiran Takengon, 16 Maret 1987,

ini bekerja sama dengan salah satu

perusahaan di Jakarta.

Tempat usaha milik Maisyarah

yang diberi nama ‘Rumah Cantik

Laisya’ itu berlokasi di Kampung

Kemili, Kecamatan Bebesan, Aceh

Tengah. ‘Rumah Cantik Laisya’

menaungi sejumlah unit usaha

seperti Laisya Gayo, Laisya Beauty,

Laisya Spa, Laisya Skincare, dan

Laisya Baby Spa. “Laisya Gayo

memproduksi sabun dan lulur

dengan bahan dasar Kopi Gayo.

Sementara Laisya Beauty baru

keluar izin dari BPOM pada 7 Juni

2021,” jelas alumni Akademi

Keperawatan (Akper) Teungku

Fakinah, Banda Aceh, ini.

Owner ‘Rumah Cantik Laisya’,

Maisyarah AMdKep CWCCA, kepada

Haba Tani, beberapa hari lalu,

menjelaskan banyak hal tentang

usaha yang dijalankannya bersama

suami tercinta, Sulaiman.

Maisyarah mengawali ceritanya

tentang ide awal dirinya mendirikan

usaha tersebut. Pada tahun 2015,

sebut Maisyarah, dirinya pernah

mengikuti sekolah konsultan

estetika dan peracikan di Jakarta.

“Kebetulan ada dibuka jalur

khusus, maka saya ambil jalur

itu. Selama mengikuti pendidikan

tersebut, kami diajarkan cara

peracikan berbagai jenis bahan

komestik. Setelah masa belajar

selesai, resep yang diajarkan

oleh para instruktur saya simpan

dengan harapan suatu saat

nanti bisa mempraktekkannya

dengan mendirikan pabrik yang

memproduksi berbagai jenis produk

kecantikan,” jelas ibu dari Nabila

Putri Laisya dan Alsan Fajaruddin

Putra Laisya, ini.

Salah satu alasan dirinya

ingin mendirikan pabrik alat­alat

kosmetik di Aceh, sebut Maisyarah,

karena ingin membuka lapangan

kerja bagi orang lain. “Setelah

sekian lama saya simpan resep

itu, saya memberanikan diri untuk

memulai usaha ini. Lalu, saya pergi

ke Jakarta untuk menjalin kerja

sama dengan perusahaan yang

sudah memiliki izin lengkap.

Alhamdulillah, upaya itu

berhasil karena ada

satu perusahaan

yang mau menjalin

kerja sama dengan

masa kontrak

selama lima

tahun,” timpal

putri dari

pasangan

Usman

Abdurahman dan Mutiara, ini.

Lalu, sejak awal 2020 ‘Rumah

Cantik Laisya’ mulai menghasilak

produk­produk kecantikan

walaupun masih belum dalam skala

besar. Hal lain yang mendorongnya

ingin memproduksi produk

kecantikan, tambah Maisyarah, dia

berharap ada oleh­oleh lain yang

dibawa pulang setiap orang yang

berkunjung ke Aceh

pada umumnya

dan Aceh

Tengah

khususnya

di

samping

yang

sudah

ada

selama

ini seperti Kerawang Gayo, bubuk

kopi, dan lain­lain. “Targetnya,

suatu saat nanti saya bisa membuka

pabrik sendiri di Aceh,” ujar

Maisyarah bertekad.

Perempuan yang punya hobi

memasak dan mencoba resep­

resep baru ini menambahkan, untuk

mewujudkan ‘impiannya’ tersebut

tentu ia berharap dukungan dan

bantuan dari pemerintah melalui

dinas terkait. Sebab, sebut

Maisyarah, tujuan dirinya

mendirikan pabrik

produk kecantikan

adalah menyerap

tenaga kerja lokal yang

sebanyak­banyaknya.

“Selama ini, kami

sudah memperkenalkan

usaha ini ke dinas

terkait di Aceh Tengah

dan Pemerintah Aceh.

Namun, hingga kini

belum ada yang

terealisasi,”

katanya. (*)

Salah satu produk kecantikan yang dihasilkan oleh ‘Rumah Cantik Laisya.

Page 15: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

14 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

15DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI LUAR NEGERI

Australia Selatan mengung­

kap strategi jangka panjang un­

tuk industri antariksa mereka,

yang membeberkan rencana

produksi pangan di luar angkasa

dan meluncurkan satelit. Ne­

gara bagian tersebut, yang

men jadi rumah bagi Badan

Anta riksa Australia, pada Rabu

(25/11/2020) merilis Strategi

Sek tor Antariksa mereka.

Strategi ini menguraikan

ren cana untuk memanfaatkan

industri yang sedang berkembang

tersebut guna mempercepat pe­

mulihan ekonomi lokal dari krisis

Covid­19, seperti yang dilansir

dari Xinhua Indonesia pada Rabu

(25/11/2020).

Tujuan yang tercantum pada

rencana itu mencakup untuk

Australia Selatan memainkan

pe ran aktif dalam berkontribusi

terhadap upaya mewujudkan

produksi pangan di luar angkasa.

Kemudian, memanfaatkan “ke­

ahlian produksi pangan negara

bagian tersebut di lingkungan

Yuichi Mori tidak mena­

nam buah dan sayuran di

tanah. Dia bahkan tidak

memerlukannya. Ilmu­

wan Jepang ini malahan bergantung

pada materi yang awalnya dirancang

untuk mengobati ginjal manusia­­

selaput polimer bening dan berpori.

Tanaman tumbuh di atas selaput,

yang membantu penyimpanan cai­

ran dan nutrien.

Selain memungkinkan tanaman

tumbuh dalam keadaan apapun,

teknik ini menggunakan air 90

persen lebih sedikit dibanding per­

tanian tradisional dan tidak lagi

me makai pestisida karena polimer

meng hambat virus dan bakteri. Ini

adalah salah satu cara Jepang­­

yang kekurangan lahan dan sumber

daya manusia­­melakukan revolusi

pertanian.

“Saya mengadaptasi materi

yang digunakan untuk menyaring

da rah pada proses dialisis ginjal,”

ka ta ilmuwan tersebut kepada BBC.

Perusahaannya, Mebiol, memiliki

paten penemuan yang telah didaf­

tarkan di hampir 120 negara ter­

Australia Kembangkan Strategi Luar Angkasa untuk

Produksi Pangan

ekstrem guna mendukung misi

penerbangan luar angkasa manusia

internasional.”

Rencana tersebut menyebutkan

bahwa University of Adelaide dan

Kebun Raya Adelaide memiliki kapa­

bilitas untuk membantu peker­

jaan terkait produksi pangan di

luar angkasa. Jika tujuan­tujuan ini

tercapai, strategi tersebut mema­

parkan bahwa Australia Selatan akan

menjadi “pusat keahlian pertanian

dan produksi pangan berbasis luar

angkasa di Australia.”

“Meskipun layanan tradisional

terkait luar angkasa pada dasarnya

mendukung cara hidup kita di bumi

dan memberikan sebagian besar

pendapatan yang masuk ke sektor

antariksa,” kata Richard Price, Kepala

Eksekutif Pusat Industri Antariksa

Australia Selatan, dalam rilis media.

Kendati demikian, Price mengatakan

bahwa terdapat peluang fenomenal

untuk layanan luar angkasa jenis baru.

Strategi tersebut menyebutkan

bahwa ini berarti fokus pada

peluncuran ke orbit rendah Bumi

yang dapat diakses, pembelajaran

mesin, dan kecerdasan buatan

(artificial intelligence/AI) untuk

mengekspolitasi data yang didapat

dari luar angkasa. Lalu, kemajuan

teknologi untuk mengembangkan

satelit kecil, perluasan tenaga

kerja terampil, serta pembangunan

ekosistem inovasi di Australia

Selatan.

Kepala Pemerintahan Aus tra­

lia Selatan,Steven Marshall, me­

ngatakan, strategi Sektor Anta­

riksa ini bertujuan menggerakkan

kontribusi negara bagiannya da­

lam merealisasikan tujuan Ba­

dan Antariksa Australia un tuk

melipattigakan ukuran indus­

tri antariksa domestik Austra lia

menjadi 12 miliar dolar Austra­

lia (Rp 124,7 triliun) pada 2030.

“Visi pertumbuhan kami seder­

hana. Pada 2030, Australia Sela­

tan akan mendesain, mem pro­

duksi, meluncurkan, serta meng­

operasikan SmallSats (satelit kecil),”

ujar Marshall. “Untuk mem berikan

kecerdasan yang diperoleh dari luar

angkasa dan dapat ditin daklanjuti

bagi misi berdaulat Australia, yang

menciptakan ratu san lapangan

pekerjaan dalam prosesnya,”

ungkapnya. (kompas.com)

Pertanian Tanpa Lahan dan Petani di Jepang

sebut. Hal ini menggarisbawahi revo ­

lusi pertanian yang sedang ber lang­

sung di Jepang: Lahan diubah men­

jadi pusat teknologi dengan ban tuan

kecerdasan buatan (AI), inter net

(IoT), dan pengetahuan tercanggih.

Kemampuan agroteknologi un­

tuk meningkatkan ketepatan da lam

mengamati dan memelihara tana­

man kemungkinan akan berperan

penting di masa depan. Metode budi

daya seperti yang dikembangkan

Yuichi Mori telah digunakan di lebih

150 daerah di Jepang dan tempat­

tempat lain seperti Uni Emirat Arab

(UAE).

Metode ini terutama penting

dalam membangun kembali daerah

per tanian Jepang timur laut yang

tercemar berbagai zat dan radiasi

dari tsunami setelah gempa besar

dan bencana nuklir pada Maret 2011

lalu.

Traktor robot

Karena penduduk bumi diper­

kirakan akan meningkat dari 7,7

miliar orang menjadi 9,8 miliar

orang pada 2050, berbagai per­

usa haan menduga permintaan

akan ketersediaan makanan dapat

menciptakan kesempatan bisnis

besar, disamping juga kebutuhan

akan permesinan.

Pemerintah Jepang saat ini

memberikan subsidi bagi pengem­

bangan 20 jenis robot yang mampu

membantu berbagai tahapan per­

tanian, mulai dari pembenihan

sampai pemanenan berbagai ta­

naman.

Bekerja sama dengan Hokkaido

University, pabrik mesin Yanmar

misalnya mengembangkan traktor

robot yang telah diuji di lapangan.

Pertanian dengan lebih sedikit

orang

Lewat teknologi, pemerintah

Jepang berusaha menarik perhatian

anak muda yang sebelumnya

kurang tertarik bekerja di lahan,

tetapi tertarik pada teknologi. Ini

adalah usaha untuk membangkitkan

sektor ekonomi yang mengalami

penurunan sumber daya manusia.

Dalam 10 tahun, jumlah warga

Jepang yang terlibat dalam produksi

pertanian turun dari 2,2 juta orang

menjadi 1,7 juta orang. Sementara

umur rata­rata pekerja sekarang

adalah 67 tahun dan sebagian besar

petani bekerja paruh waktu. Keadaan

topografi juga sangat membatasi

pertanian Jepang, yang hanya dapat

memproduksi 40% dari pangan yang

dibutuhkan.Sekitar 85% daratannya

adalah perbukitan dan sebagian

besar lahan yang tersisa dipakai

untuk menanam beras.

Semprotan dari atas

Penurunan konsumsi beras

per tahun, dari 118 kg pada 1962

menjadi kurang dari 60 kg pada 2006,

membuat Jepang mulai mendorong

diversifikasi pertanian. Tapi, tanpa

bantuan manusia, petani harus

menggantungkan diri pada mesin

dan bioteknologi. Semakin banyak

pesawat tak berawak digunakan

karena mesin ini dapat melakukan

pekerjaan yang dilakulan satu hari

oleh manusia, hanya dalam waktu

setengah jam.

Transfer teknologi

Jepang juga berjanji membantu

negara­negara Afrika untuk

menggandakan produksi beras

menjadi 50 juta ton pada 2030. Di

Senegal, Jepang menanam modal

dalam pelatihan teknisi pertanian

dan mentransfer teknologi terutama

terkait dengan irigasi. Produktivitas

kemudian meningkat dari empat ton

menjadi tujuh ton beras per hektare.

Pemasukan petani naik sekitar 20%.

(bbc.com/indonesia)

Foto Mebiol

Yuichi Mori terinspirasi membran yang digunakan ginjal buatan.

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi pesawat kargo luar angkasa.

Page 16: Tingkatkan Produksi Pangan Melalui Optimasi Lahan

16 DISTANBUN ACEHEdisi I/2021

PBDISTANBUN ACEHEdisi I/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI GALERI FOTO

Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dr Ir Dyah Erti Idawati, menyerahkan bibit pisang barangan merah hasil kultur jaringan Distanbun Aceh kepada warga dan kemudian menanam secara simbolis dalam bakti sosial di Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar.

Sisiwi SMK-PP Negeri Saree, Aceh Besar, mengikuti praktek mengoperasikan handtraktor di kompleks sekolah tersebut.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, foto bersama dengan tamu undangan sat lauching Program IP-300 di Gampong Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur.

Petugas gabungan memperlihatkan rokok illegal hasil sitaan mereka seusai melakukan operasi ke dua pasar di Aceh Besar.

Petugas Distanbun Aceh melaksanakan kegiatan pengendalian Orga nisme Pengganggu Tumbuhan OPT di wilayah endemis.