Top Banner
This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com TINGKATAN BAHASA DALAM BAHASA JEPANG DAN UNDAK-USUK BAHASA JAWA (KAJIAN LINGUISTIK KONTRASTIF) 日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析 日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析 日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析 日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Disusun Oleh: Teguh Santoso NIM 13050110151003 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
113

Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

Feb 20, 2023

Download

Documents

Teguh Santoso
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

TINGKATAN BAHASA DALAM BAHASA JEPANG

DAN UNDAK-USUK BAHASA JAWA

(KAJIAN LINGUISTIK KONTRASTIF)

日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析日本語の待遇表現およびジャワ語の敬語体系の対象分析

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana

Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro

Disusun Oleh:

Teguh Santoso

NIM 13050110151003

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2012

Page 2: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan sebenarnya Penulis menyatakan bahwa Skripsi ini disusun tanpa

mengambil hasil dari penelitian baik untuk suatu gelar Sarjana atau Diploma yang

sudah ada di suatu universitas maupun dari hasil penelitian lain. Sejauh yang

Penulis ketahui Skripsi ini juga tidak mengambil bahan publikasi atau hasil karya

orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan. Saya bersedia menerima

sanksi jika terbukti melakukan penjiplakan.

Penulis

Teguh Santoso

Page 3: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

HALAMAN PERSETUJUAN

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suharyo M. Hum Lina Rosliana, S.S, M. Hum

Page 4: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang pada

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi :

Ketua:

Drs. Suharyo, M. Hum

Anggota I

Lina Rosliana, S.S, M. Hum

Anggota II

Kyouji Honda, M. A

Page 5: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

MOTTO

v Just remember in Allah SWT, God, Lord, whenever and wherever you’re. v من جد وجد v ـــر من صــــبر ظفv ھد الى اللھد لم من الم أطلبوا الع

v There’s rendezvous, there’s farewell, 別わか

れ会かい

がある Anyway…

कभी अल� वदा ना कहना...Kabhi Alvida naa Kehna… v Sabar, Ngalah, Nriman, Loman, Ojo Lali, Ojo Dumeh, Ojo Rumongso,

Ojo Adigung Adiguna v A mountain never blames why he is a mountain v Don’t ever feel the best before you look under of another else ’coz God

never ask you to be the best but do the best v Man proposes but God disposes v A mountain never blames why he is a mountain v Top grades aren’t always go to the brightest student v There’s a will there’s a way v Be happy the man who always count their action and to weigh themselves

every blowing their breath before the God is sure to suck. v Respect the others if you wanna be respected v Give thanks for what you are now, and keep fighting for what you want to

be tomorrow ~Fernanda Miramontes-Landeros

v 山椒さんしょう

は小粒こ つ ぶ

でもぴりりと辛から

v 曲ま

がらねば世よ

が渡わた

られぬ v Kesalahan hanya membuatmu dewasa. Senyuman mampu meringankan

luka. Sahabat akan selalu ada disaat kamu akan membutuhkannya v Hal mudah akan terasa sulit jika yang pertama dipikirkan adalah kata

SULIT. Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan v Guru yang berhasil adalah yang mampu mengantarkan muridnya lebih

berhasil. Itulah guru yang sejati.

Page 6: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT semata dan

shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk baginda Rasulullah SAW. Semoga

yang menjadi kaum beliau semua mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir nanti,

Amin. Akhirnya karya yang terinspirasi dari almarhum ayahanda tercinta yang

sudah ditunggu-tunggu ini dapat terselesaikan sesuai dengan penuh harapan.

Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada:

Ø Ibu dan Bapak (alm) tercinta yang sudah membesarkanku, merawat,

mendidikku dan senantiasa mendoakanku;

Ø Istriku yang selalu setia menemaniku, terima kasih buat semuanya;

Ø Semua kakakku tercinta, Mas Topo, Mas Har, Mas Ko, Mbak Sri, Mbak

Mi, Mbak Ning, Mas Eka, dan lainnya, terima kasih atas doa dan

bantuannya;

Ø Kagem pak lik lan bulik kula sedoyo, lan kagem moro sepuh kula, Kula

ngaturaken matur suwun ingkang kathah, amargi pandonganipun

panjenengan sedoyo, Skripsi kula menika alhamdulillah dumugi

paripurna;

Ø Buat Om Rauf & Tante Yoyok sekeluarga yang selalu mendukungku,

selalu memberi bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih, semoga

Allah SWT melipatgandakan pahala kalian semua, amin;

Ø Sahabat, Teman Angkatan 2010 dan semuanya terima kasih dan maaf

kalau ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.

Page 7: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

‘‘Analisis Kontrastif Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang dan

Undak-usuk Bahasa Jawa’’ sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana S1 Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Diponegoro, Semarang.

Penulis mengakui banyak mengalami kesukaran dan hambatan dalam

menyusun skripsi ini. Namun, berkat bantuan berbagai pihak, penulis dapat

mengatasi semua itu dengan cukup baik. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Agus Maladi Irianto, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro Semarang telah memberikan fasilitas selama penulis

menempuh studi;

2. Drs. Surono, S. U., selaku Ketua Jurusan dan S.I. Trahutami, S.S, M. Hum

selaku sekretaris dari Ketua Jurusan;

3. Drs. Surono, S. U. , selaku dosen wali yang selalu memberikan dukungan;

4. Suharyo, M. Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar

memberikan bimbingannya;

5. Lina Rosliana, S.S, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan dan saran yang amat berarti bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini;

Page 8: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

6. Segenap Dosen Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Diponegoro; Budi先生, Zaki先生, Hermintoyo 先生,Surono 先生, Lina先生,

Nur先生, Murni先生, Novi先生, Yuli先生, Utami先生, Astuti先生, Yuko

先生, Ota Ribeka 先生, Honda 先生, Asada 先生 dan lainnya yang telah

memperkaya pengetahuan penulis;

7. Para Staf Jurusan Sastra Jepang Universitas Diponegoro, Mas Indra dan Mbak

Sari yang juga turut memberikan bantuannya;

8. Ayahanda S. Domo (alm) dan Ibunda Marsiyem Darmi yang telah

membesarkan dan selalu memberikan kasih sayangnya kepada penulis;

9. Keluarga Penulis, Sumarsih istri tercinta dan Bapak serta Ibu mertua yang

selalu memberi dukungan kepada penulis;

10. Saudara/i Penulis, Mas Topo, Mbak Sri, Mas Hartono, Mbak Mi, Mas Ko,

Mbak Ning dan Mas Eka yang telah memberikan dukungan dan bantuannya

bagi penulis;

11. Kerabat Penulis, Lik Suhadi, Lik Rakimin, Lik Maduri, Lik Sardam dan

lainnya yang sudah turut berjasa dan memberikan doanya;

12. Keluarga besar Om Rauf dan Tante Yoyok, Mama Umi, Tante Nung, Om

Tom, Om Kung, Om Dede, Om Pur, Om Edy, Om Adi, Barruna, Aldi,

Bambang, Onas, Harry, Citra, Lia yang sudah memberikan banyak bantuan

dan dukungannya kepada penulis;

13. Teman-teman Pon-pes Al-Ishlah, Mas Dwi, Tofik, Dlowie, Rozak, Toha,

Harir, dan lainnya yang telah memberikan bantuan dan doa kepada penulis;

Page 9: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

14. Ta’mir Masjid Diponegoro Bapak Fajar Ismail sekeluarga, dan teman remaja

masjid Mas Tholib, Mas Nanang, Dhany, Mas Budi, Mas Sholikin, Adi, dan

lainnya yang telah memberikan bantuan dan doanya kepada penulis;

15. Semua Mahasiswa R2 Sastra Jepang angkatan 2010 dan 2011;

16. Semua teman dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik bagi kita semua. Meskipun

skripsi ini jauh dari kesempurnaan, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Semarang, September 2012

Penulis

Page 10: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA............................................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

ABSTRAKSI.......................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................4

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan...................................................................5

1.5 Metode Penelitian………………………………………………………5

1.6 Sistematika Penulisan............................................................................11

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................12

2.2 Kerangka Teoretis................................................................................13

2.2.1 Linguistik Kontrastif.............................................................14

2.2.2 Karakteristik Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa.....................15

2.2.3 Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang...............................11

2.2.3.1 Sonkeigo.................................................................15

Page 11: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

2.2.3.2 Kenjoogo................................................................18

2.2.3.3 Teineigo..................................................................20

2.2.3.4 Futsuugo.................................................................21

2.2.4 Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang..........22

2.2.4.1 Keigo......................................................................22

2.2.4.2 Teineigo..................................................................27

2.2.4.3 Futsuugo.................................................................28

2.3.5 Undak-usuk Bahasa Jawa......................................................28

2.3.6 Penggunaan Undak-usuk Bahasa Jawa.................................30

BAB III BENTUK DAN PENGGUNAAN TINGKATAN BAHASA DALAM

BAHASA JEPANG DAN UNDAK-USUK BAHASA JAWA

3.1 Bentuk Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang…………………….35

3.1.1 Tingkatan Teineigo………………………………………...35

3.1.2 Tingkatan Futsuugo………………………………………..37

3.1.3 Tingkatan Sonkeigo………………………………………..38

3.1.4 Tingkatan Kenjoogo………………………………………..39

3.2 Undak-usuk Bahasa Jawa…………………………………………….41

3.2.1 Ngoko………………………………………………………41

3.2.2 Madya………………………………………………………43

3.2.3 Krama………………………………………………………44

Page 12: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.2.3.1 Krama Inggil……………………………………..45

3.2.3.2 Krama Andhap…………………………………...46

3.3 Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang………………47

3.3.1 Penggunaan Tingkatan Teineigo…………………………..45

3.3.2 Penggunaan Tingkatan Futsuugo…………………………..47

3.3.3 Penggunaan Tingkatan Sonkeigo…………………………..48

3.3.4 Penggunaan Tingkatan Kenjoogo………………………….51

3.4 Penggunaan Undak-usuk Bahasa Jawa………………………………34

3.4.1 Penggunaan Ngoko………………………………………...54

3.4.2 Penggunaan Madya………………………………………...55

3.4.3 Penggunaan Krama………………………………………...57

3.4.3.1 Penggunaan Krama Inggil………………………..60

3.4.3.2 Penggunaan Krama Andhap……………………...63

3.5 Perbedaan Bentuk Tingkatan Bahasa Jepang dan Undak-usuk Bahasa

Jawa…………………………………………………………………65

3.6 Perbedaan Bentuk dan Penggunaan Tingkatan Bahasa Jepang dan

Undak-usuk Bahasa Jawa……………………………………………68

BAB IV SIMPULAN.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

SINOPSIS...............................................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................................

Page 13: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

ABSTRACT

Santoso, Teguh. Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang dan Undak-usuk Bahasa Jawa ( Kajian Analisis Kontrastif). Thesis. Japanese Literature Departement. Faculty of Humanity. Diponegoro University. The First Advisor: Drs. Suharyo, M. Hum, The Second Advisor: Lina Rosliana, S. S, M. Hum.

In Japanese speech levels a polite form is known as Keego which consists of Sonkeigo, Kenjoogo and Teineigo. In Javanese, such a form is called Undak-usuk. It consists of Ngoko (devided into Ngoko Lugu, Antya Basa, and Basa Antya), Madya (devided into Madya Ngoko, Madyantara, and Madya Krama), and Krama (devided into Mudha Krama, Kramantara, and Wreda Krama).

Based on the results of contrastive analysis used in this paper, it was found out that there are similiarities as well as differences between Keigo and Undak-usuk. Both of them have honorific forms as well as a humble forms. The difference is that in Japanese there are two concepts known as Uchi and Soto. This means that Japanese pay attention to who a speaker is talking to and who is being discussed. Another difference is that Ngoko can not be contrasted with Keigo. Krama Inggil and Krama Andhap do not belong to speech levels. Both are lexicons giving varieties to the existing speech levels, whereas Sonkeigo and Kenjoogo are parts of Keigo.

Key words: sonkeigo, kenjoogo, teineigo, keigo uchi, soto, undak-usuk, ngoko, madya, krama, krama inggil, krama andhap

Page 14: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di antara sekian banyak bahasa yang ada di dunia, tingkatan bahasa dalam

bahasa Jepang memiliki kesamaan dengan undak-usuk basa (speech level) dalam

bahasa Jawa. Sistem tata krama (unggah-ungguh) dan undak-usuk merupakan

pencerminan rasa tenggang rasa dan pertimbangan pembicara terhadap lawan

bicara dan merupakan sarana untuk mengeratkan hubungan manusia. Di Jawa jika

seseorang belum menguasai unggah-ungguhing basa, menurut orang Jawa, orang

tersebut dicap ‘‘durung jawa’’. Di Jepang tidak ada ungkapan seperti itu, namun,

jika seseorang tidak menguasai bahasa hormat, ia akan diasingkan oleh

masyarakat sekitarnya.

Pada zaman dahulu di Jepang, penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa

Jepang dititikberatkan pada hierarki dalam masyarakat. Sikap pembicara terhadap

status sosial, pangkat, asal usul lawan bicara, menentukan pemakaian bentuk

hormat dan kadar hormat yang hendak dipakai dalam penuturannya. Dalam

bahasa Jepang, kelompok kata yang dipakai untuk menunjukkan sikap hormat

terhadap lawan bicara ialah Sonkeigo dan Kenjoogo.

Page 15: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Keigo yang dipakai untuk menghormat kepada lawan bicara baru muncul

sesudah zaman Kamakura, abad ke-12. Pada waktu itu kaum kesatria mulai

memegang kekuasaan menggantikan kaum bangsawan, dan lahirlah susunan

status sosial yang baru. Pada pertengahan abad ke-15, Jepang memasuki apa yang

disebut ‘‘Zaman perang saudara’’. Tuan-tuan tanah di seluruh Jepang berebut

memperluas wilayah kekuasaannya, dengan saling menyerang antara satu sama

lain. Pada waktu itu keadaan sosial tidak menentu dan tidak stabil. Kadangkala

pengikut rendahan membunuh tuan tanah atau panglima dan mengambil alih

kekuasaannya.

Sementara itu, keadaan di Jawa pada abad ke 15 hingga 17 mirip dengan

keadaan di Jepang sebagaimana tersebut di atas. Di Jawa, negara-negara Islam

bermunculan di pesisir dan kerajaan Majapahit runtuh sesudah diserang Demak.

Karena keadaan politik yang bergolak, masyarakat mengalami ketidakstabilan dan

ketidaktentuan. Ada kalanya yang berkedudukan rendah mengambil alih

kekuasaan. Tome Pires (dalam Sudaryanto, 1991: 461) menunjukkan adanya patih

di daerah pesisir yang hanya tiga hari sebelumnya berkedudukan sebagai budak

atau pedagang. Dalam buku tersebut Tome Pires mencatat adanya dua tingkat

bahasa yang berlainan, yang menunjukkan keberadaan dua tingkat tutur Ngoko

dan Krama.

Dalam bahasa Jepang tingkatan bahasa meliputi ragam bentuk biasa

(Futsu) dan bentuk sopan (Teinei) bentuk hormat (Keigo). Secara singkat Terada

Takano menyebut keigo sebagai bahasa yang mengungkapkan rasa hormat

terhadap lawan bicara atau orang ketiga Terada (dalam Sudjianto, 2004:189).

Page 16: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Hampir sama dengan pendapat tersebut, ada pula yang mengatakan bahwa keigo

adalah istilah yang merupakan ungkapan kebahasaan yang menaikkan pendengar

atau orang yang menjadi pokok pembicaraan dalam Nomura (dalam Sudjianto,

2004:189). Pada dasarnya keigo dipakai untuk menghaluskan bahasa yang dipakai

orang pertama (pembicara atau penulis) untuk menghormati orang kedua

(pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan).

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa antara tingkat tutur

bahasa Jepang dan tingkat tutur bahasa Jawa memiliki persamaan dan perbedaan.

Tingkat tutur bahasa Jepang mengenal konsep uchi ‘dalam’ dan soto ‘luar’,

artinya orang Jepang akan memperhatikan dengan siapa berbicara, dan siapa yang

dibicarakan. Misalnya ketika berbicara di kantor sendiri antara bawahan dan

atasan ragam yang akan digunakan bawahan adalah ragam menghormat

(sonkeigo) dalam rangka menghormati atasannya, akan tetapi ketika bawahan itu

berbicara dengan orang lain dari kantor yang berbeda ragam yang digunakan

adalah ragam merendah (kenjoogo), sekalipun yang dibicarakan adalah atasannya

sendiri. Tingkat tutur bahasa Jawa tidak mengenal konsep seperti itu.

Tingkat tutur dalam bahasa Jawa ini menunjukkan adanya adab sopan

santun berbahasa Jawa bagi masyarakat tuturnya. Adab sopan santun berbahasa

akan mencerminkan perilaku kebahasaan penuturnya yang sebenarnya merupakan

cerminan kemasyarakatannya (Moeliono, 1985:4). Adab sopan santun berbahasa

ini ditandai adanya wujud tuturan juga ditandai perbedaan tingkah laku atau sikap

penutur sewaktu berbahasa Jawa. Dengan demikian, adab sopan santun berbahasa

Jawa mencakup dua faktor, yaitu faktor lingual (linguistik) dan faktor nonlingual

Page 17: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

(nonlinguistik). Kedua faktor tersebut dalam tindak tutur atau speech act dapat

dipilahkan, akan tetapi tidak dapat dipisahkan.

Adapun persamaan kedua bahasa tersebut adalah baik bahasa Jepang

maupun bahasa Jawa sama-sama mempunyai ragam hormat yang digunakan

untuk menghormati mitra tutur atau orang yang dituturkan. Oleh karena itu, segala

sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi di sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti penulis

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan bentuk tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

dengan undak usuk bahasa Jawa?

2. Bagaimanakah perbedaan penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa

Jepang dengan undak-usuk bahasa Jawa?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perbedaan bentuk tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

dengan undak-usuk bahasa Jawa.

Page 18: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

2. Mendiskripsikan perbedaan penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa

Jepang dengan undak-usuk bahasa Jawa.

Manfaat penelitian ini bagi penulis dan pembaca adalah untuk mengetahui

persamaan dan perbedaan tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-

unduk bahasa Jawa secara umum dan penggunaannya dalam kalimat sehari-hari

secara khusus.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah mengenai bagaimana

perbedaan bentuk dan penggunaan bahasa hormat bahasa Jepang dengan undak-

usuk bahasa Jawa. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh mengenai

perbedaan kedua bahasa tersebut, penelitian dilakukan dengan analisis kontrastif,

yaitu suatu analisis bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan perbedaan

dan persamaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip

yang dapat dijabarkan dalam masalah praktis (Kridalaksana, 1982:11).

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 macam metode penelitian,

diantaranya:

Page 19: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

1. Metode Pengumpulan Data

Data merupakan bagian yang sangat menentukan hasil akhir dari sebuah

penelitian. Data dalam sebuah bahasa adalah bahasa itu sendiri yang dapat

berbentuk bunyi, tulisan atau tanda. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan data pustaka yaitu berupa buku-buku yang memuat tentang

kaidah-kaidah yang telah baku tentang tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

yang kemudian dibandingkan dengan undak-usuk bahasa Jawa. Jadi, data

adalah bahan penelitian itu dan bahan yang dimaksud bukan bahan mentah,

melainkan bahan jadi. Dari bahan itulah diharapkan objek penelitian dapat

dijelaskan, karena di dalam bahan itulah terdapatnya objek bahan penelitian

yang dimaksud. (Sudaryanto, 1981:22).

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode simak

yang dilanjutkan dengan teknik catat yaitu dengan cara mendata sejumlah

buku-buku tentang penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan

undak-usuk bahasa Jawa. Sebagai teknik lanjutannya digunakan teknik catat,

baik terhadap pemakaian kategori tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

sendiri maupun undak-usuk bahasa Jawa untuk kemudian dibandingkan dalam

hal penggunaannya.

Sumber data tertulis bahasa Jepang selain kamus bahasa Jepang yang

digunakan sebagai pelengkap, penulis juga menggunakan buku-buku pelajaran

sebagai sumber data lainnya yang terdiri atas buku Pelajaran Bahasa Jepang 1,

Pelajaran Bahasa Jepang 2, Minna no Nihongo 2, Nihongo no Chukyu 1 serta

buku-buku pendukung lainnya, dengan alasan selain buku-buku tersebut

Page 20: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

terdapat penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang, buku-buku

tersebut juga digunakan sebagai bahan ajar resmi dari Japan Foundation untuk

seluruh siswa asing yang mempelajari bahasa Jepang, sebagai bahasa lisan

maupun bahasa tulis.

Sedangkan data bahasa Jawa berupa Kamus Unggah-ungguh Basa Jawa

serta buku-buku sumber data pendukung lainnya seperti buku Pinter Basa

Jawa 1, Pelajaran Bahasa Jawa 3, Marsudi Basa lan Sastra Jawa Anyar 1 dan

Marsudi Basa lan Sastra Jawa Anyar 3 serta buku-buku pendukung lainnya.

2. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul yang dalam hal ini, sebagaimana telah dinyatakan

diatas, berupa kaidah-kaidah yang mengatur sistem undak-usuk atau speech

level baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Jawa maka selanjutnya data-

data tersebut dibandingkan atau lebih tepat lagi dikontraskan tentu saja sesuai

dengan nilai keterbandingan yang ada.

Penandaan atau pemarkaan undak-usuk atau speech level yang meliputi

tataran bunyi (fonologi), morfem (morfologi), dan kosakata (semantik)

dikontraskan antara bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Termasuk dalam hal ini

tentu saja dimungkinkan untuk didapatkan kenyataan bahwa pemarkaan dalam

bahasa Jawa tidak terdapat pada level morfologi sementara itu di dalam bahasa

Jepang didapatkan pemarkaan dalam level morfologi atau sebaliknya. Oleh

karena dalam kenyataan baik bahasa Jepang maupun bahasa Jawa

membedakan tingkat-tingkat bahasa dengan memanfaatkan kosakata maka di

dalam skripsi ini metode kontras sebagai metode analisis dilakukan terutama

Page 21: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

pada persamaan dan perbedaan di dalam tataran semantik (kosakata). Berikut

ini adalah contoh kontras yang dilakukan:

N0. BAHASA JEPANG BAHASA JAWA

1.

Contoh Bentuk Futsuugo

a. 生徒達は文を作る。 Seitotachi wa bun o tsukuru.

Murid-murid membuat kalimat.

b. これは安いものだ。

Kore wa yasui mono da. Ini barang yang murah.

Contoh Bentuk Ngoko

Aku wis mangan. Bapak wis dhahar durung? Saya sudah makan. Bapak sudah makan belum?

2.

Contoh Bentuk Teineigo

a. ミルクを飲みます。

Miruku o nomimasu. Saya minum susu.

b. あの家は大きいです。

Ano ie wa ookii desu. Rumah itu besar’.

Contoh Bentuk Madya

Kula mpun nedha. Agus mpun nedha dereng?

Saya sudah makan. Agus sudah makan belum?

Contoh Bentuk Krama

Kulo sampun nedha. Bapak

sampun dhahar dereng?

Saya sudah makan. Bapak sudah makan belum?

3.

Contoh Bentuk Sonkeigo

a. 部長はアメリカへ出張

なさいます。

Contoh Bentuk Krama inggil

Benjing-enjing kula tuwi rencang kula.

Besok pagi saya menjemput temanku.

Page 22: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Buchou wa Amerika e shutchou nasaimasu.

Pak Direktur akan dinas ke

Amerika.

b. お子さんのお名前は 何とおっしゃいますか。

Okosan no namae wa nanto osshaimasu ka?

Siapa nama putra anda?

4.

Contoh Bentuk Kenjoogo

a. 私はアメリカから、 参りました。

Watakushi wa Amerika kara, mairimashita.

Saya datang dari Amerika.

b. 会社の中をご案内しま

す。 Kaisha no naka o goannai

shimasu. Saya akan memandu dalam

perusahaan.

Contoh Bentuk Krama Andhap

Benjing punapa kula kapareng sowan?

Pada hari apa saya boleh berkunjunng?

Dalam bahasa Jepang, bentuk verba dalam tingkatan futsuugo seringkali

ditandai dengan akhiran-ru sedang nomina dan adjektivanya ditandai dengan

kopula –da atau de aru kemudian tingkatan teineigo berakhiran dengan kopula -

desu, atau verba bantu–masu. Sedangkan tingkatan sonkeigo mempunyai ciri-ciri

mendapat imbuhan verba bantu -o...ni naru, -rareru, serta mempunyai bentuk

Page 23: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

verba khusus dalam sonkeigo dan nominanya berimbuhan prefiks go/o. Dan

tingkatan kenjoogo mempunyai ciri-ciri verbanya terdiri dari verba khusus

kenjoogo, verba bantu go/o...suru dan nominanya juga ditambahkan dengan

prefiks o/go didepannya.

Dalam bahasa Jawa, bentuk basa ngoko merupakan suatu tatanan kalimat

yang terdiri dari kumpulan kata-kata ngoko yang seterusnya akan disebut tembung

ngoko, termasuk juga afiks-afiks yang melekat pada tembung ngoko itu sendiri

adalah kata-kata yang tidak memiliki atau mengandung suatu nilai halus atau

penghormatan, kosakata dalam bentuk ngoko mempunyai jumlah paling besar

diantara kosa kata lainnya. Kosakata dalam verba, nomina maupun adjectiva

dalam madya maupun krama terbentuk dari bentuk ngoko yang lebih variatif, ada

yang tidak mengalami perubahaan kata sama sekali, tetapi adapula kata dari ngoko

yang berjumlah total dalam ragam krama sehingga terbentuk kata baru. Sementara

itu kosakata krama inggil sebagian besar merupakan serapan yang berasal dari

bahasa Sansekerta atau bahasa Jawa kuna, hanya kecil yang merupakan serapan

dari bahasa Persia dan Arab dan krama andhap mempunyai kosakata yang lebih

sedikit karena hampir tataran kosa-kata dalam bentuk krama sudah mengandung

maksud merendah.

3. Metode Perumusan Hasil Analisis Data

Terdapat dua atau tiga kemungkinan perumusan hasiil analisis data, yaitu:

a. Perumusan hasil secara formal, yakni perumusan hasil dengan

menggunakan simbol-simbol matematis baik yang menggunakan huruf

atau angka

Page 24: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

b. Perumusan hasil secara informal, yakni metode perumusan hasil

analisis dengan menggunakan kata-kata biasa

c. Adapun kemungkinan ketiga adalah menggunakan baik metode formal

maupun metode informal

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penyajian informal berupa

pendeskripsian tentang tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk

bahasa Jawa. Penyajian hasil penelitian berupa hasil analisis, penafsiran dan

penyimpulan sesuai penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan hasil analisis

data disajikan dalam bentuk penjabaran, perbandingan analisis data, dan

penyimpulan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Penyajian hasil

analisis data dituangkan dalam bentuk deskripsi verbal tentang persamaan dan

perbedaan tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa,

serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penentuan pilihan varian

tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang maupun undak-usuk bahasa Jawa.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian

skripsi, maka penulis akan meneliti dengan sistematika penelitian sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian berisi batasan

Page 25: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

masalah dalam penelitian, sedangkan sub yang terakhir adalah sistematika

penelitian.

Bab II memuat tinjauan pustaka, metode penelitian dan kerangka teoritis.

Bab III memaparkan seluruh analisis permasalahan berikut teknik pengumpulan

data serta hasil penelitian.

Bab IV memuat simpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 26: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai undak-usuk bahasa Jawa maupun tingkatan bahasa

Jepang telah diteliti sebelumnya dalam Kaidah-Kaidah Penggunaan Undak-Usuk

Bahasa Jawa, Kajian Undak-Usuk Bahasa Jawa Abdidalem Kraton Surakarta

Hadiningrat oleh Eka Susylowati, dan Undak-Usuk Bahasa Jepang dan Bahasa

Jawa: Sebuah Perbandingan, dan Sistem Unggah-Ungguh bahasa Jepang dan

bahasa Jawa oleh Hartati. Penulis akan memanfaatkan penelitian terdahulu,

berupa kaidah-kaidah yang sudah ada, yang dijadikan sebagai tolak ukur teori

dalam penulisan skripsi ini.

Seringkali dipaparkan oleh para peneliti sebelumnya bahwa undak-usuk

bahasa Jawa yang berupa unggah-ungguh basa yang meliputi: Ngoko, Madya dan

Krama yang terbagi atas 7 atau 9 subtingkatan yang diberi nama masing-masing

tersebut dapat disejajarkan ke dalam tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

dengan bentuk Keigohoo yang meliputi: Futsuu/Teinei, Sonkeigo dan Kenjoogo,

yang mempunyai kadar hormat yang berbeda tetapi bedanya dalam bahasa Jepang

tidak diberi nama. Umumnya para peneliti sebelumnya membuat gambaran

pengkontrasan nama mengenai pengelompokannya seperti dalam bahasa Jawa,

antara lain:

Page 27: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

a. Ragam Futsuu tanpa Sonkeigo dan Kenjoogo = Ngoko Lugu

b. Ragam Futsuu dengan Sonkeigo/Kenjoogo = Ngoko Alus

c. Ragam Teinei tanpa Sonkeigo dan Kenjoogo = Krama Lugu

d. Ragam Teinei dengan Sonkeigo dan Kenjoogo =Krama Alus

2.2 Kerangka Teoretis

Teori merupakan seperangkat hipotesis yang dipergunakan untuk

menjelaskan data bahasa, baik yang bersifat lahiriah seperti bunyi bahasa, maupun

yang bersifat batin seperti makna (Kridalaksana, 2000:23). Teori dipergunakan

sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, dan menilai suatu objek

atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan

memberi arah dalam penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan landasan teori struktural. Teori

struktural merupakan pendekatan bahasa yang mula-mula dikembangkan oleh

Bloomfield. Teori ini membahas bahasa dari segi strukturnya. Aliran

strukturalisme sangat mementingkan keobjektifan dalam bahasa. Karena bahasa

merupakan sebuah sistem, maka dengan sejumlah data dapat diketahui strukturnya.

Pengertian struktural berkaitan dengan atau memiliki struktur,

menggunakan teori atau pendekatan, ataupun dipandang dari segi struktur.

Strukturalisme dapat pula diartikan sebagai pendekatan analisis bahasa secara

eksplisit kepada berbagai unsur bahasa sebagai struktur dan sistem (Kridalaksana,

2000:203).

Page 28: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Teori struktural dalam linguistik berhubungan dengan bentuk-bentuk,

fungsi-fungsi struktural, dan hubungan antar komponen tutur yang dapat diamati

pula dengan kata lain dalam analisis gramatik haruslah bersifat formal

berdasarkan perilaku yang dapat diamati dalam bahasa.

2.2.1 Linguistik Kontrastif

Kata kontrastif berasal dari contrastive yaitu keadaan yang diturunkan dari

kata kerja to contras artinya berbeda atau bertentangan. Dalam The American

Collage Dictionary terdapat penjelasan sebagai berikut, ‘’Contras: to set in

opposition in order to show unlikeness, compare by observing differences’’. Dari

penjelasan tersebut dapat ditarik simpulan bahwa istilah kontrastif adalah

mengemukakan perbedaan dan ketidaksamaan dalam sebuah komposisi.

Linguistik kontrastif (taishou-gengogaku) merupakan kajian linguistik

yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang

berbeda. Pendeskripsian persamaan dan perbedaan tersebut akan bermanfaat

untuk pengajaran kedua bahasa, sebagai bahasa ke-2 (bahasa asing). Misalnya,

dengan dideskripsikannya persamaan dan perbedaan bahasa Indonesia dan bahasa

Jepang secara jelas dan lengkap, akan membantu dalam pengajaran bahasa

Indonesia untuk orang Jepang, atau pengajaran bahasa Jepang untuk orang

Indonesia. Karena, sekurang-kurangnya kesalahan berbahasa (goyou) akibat

pengaruh bahasa ibu (bogo-kanshou) pada pembelajar kedua bahasa tersebut akan

dapat dikurangi, bahkan bisa dihilangkan (Sutedi, 2003:190).

Page 29: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

2.2.2 Karakteristik Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa

Bahasa Jepang dan bahasa Jawa merupakan dua bahasa yang tidak serumpun,

meskipun sama-sama memiliki ragam hormat, tetapi secara tipologi bahasa

berbeda. Hal-hal yang menjadi perbedaan mendasar dari kedua bahasa tersebut

adalah masalah huruf dan susunan kata dalam kalimat (word order). Misalnya,

sebagian besar susunan kalimat bahasa Jepang menggunakan pola S-O-P (Subjek,

Objek, Predikat), sedangkan bahasa Jawa menggunakan pola S-P-O (Subjek,

Predikat, Objek). Begitu juga struktur frasa bahasa Jepang berpola MD

(Menerangkan-Diterangkan) dalam bahasa Jawa berpola DM (Diterangkan-

Menerangkan).

2.2.3 Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang

Berdasarkan cara pemakaiannya, tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

dibagi menjadi tiga jenis yakni keigo, teineigo, dan futsugo. Tingkatan keigo

dibagi lagi menjadi sonkeigo dan kenjoogo.

2.2.3.1 Sonkeigo

Sonkeigo dipakai bagi segala sesuatu yang berhubungan dengan atasan

sebagai orang yang lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya, yang

berhubungan dengan lawan bicara (termasuk aktifitas dan segala sesuatu yang

berkaitannya). Menurut Yoshisuke dan Yumiko (1988: 14) sonkeigo adalah

Page 30: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

尊敬語というのは、目上の人敬意を表すべき人(親しくない人、「外」の人尊敬

するべき人)が状態に関して、それを高めて敬意を表すことばである。 Sonkeigo to iu no wa, meue no hito keii wo arawasu beki hito (shitashikunai hito, ‘‘soto’’ no hito sonkei suru beki hito) ga joutai ni kanshite, sore wo takamete keii wo arawasu kotoba de aru. Sonkeigo adalah bahasa untuk mengungkapkan perasaan hormat kepada orang yang statusnya lebih tinggi (orang yang tidak akrab, orang luar, orang yang memang harus dihormati).

Sementara itu Oishi Shotaro (dalam Sudjianto, 2004:199) menjelaskan

bahwa sonkeigo adalah ragam bahasa hormat untuk menyatakan rasa hormat

terhadap orang yang dibicarakan (termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas, atau

hal-hal lain yang berhubungan dengannya) dengan cara menaikkan derajat orang

yang dibicarakan. Menurut Buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Sudjianto

dan Dahidi: 190-192), ada beberapa cara untuk menyatakan sonkeigo yaitu:

a. Memakai verba khusus sebagai sonkeigo, seperti

なさる nasaru =する suru ’melakukan’

ごらんになる goran ni naru =見る miru‘melihat’

召し上がる,あがる meshiagaru, agaru=食べる teberu ‘makan’

いらっしゃる Irassharu=いる iru’ada’

いらっしゃる= 行く iku ‘pergi来る, kuru ’datang’

仰る ossharu=言う iu’berkata’

kudasaru 下さる=くれる kureru

b. Memakai verba bantu –reru setelah verba golongan satu dan memakai

verba bantu rareru setelah verba golongan dua, seperti:

書かれる kakareru =書く kaku’menulis’

Page 31: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

受けられる ukerareru = 受ける ukeru ‘menerima’

c. Menyisipkan verba bentuk ren’youkei pada pola ‘o...ni naru’ seperti:

お待ちになる omachi ni naru =待つ matsu ‘menunggu’

お立ちになる otachi ni naru =立つ tatsu ‘berdiri’

お座りになる osuwari ni naru=座る suwaru ‘duduk’

お読みになる oyomi ni naru =読む yomu ‘membaca’

お書きになる okaki ni naru = 書く kaku ‘menulis’

d. Memakai nomina khusus sebagai sonkeigo untuk memanggil orang. Kata-

kata tersebut bisa berdiri sendiri dan ada juga yang dapat menyertai kata

lain sebagai sufiks seperti:

先生 sensei = bapak/ibu (guru, dokter)

社長 shachou = direktur

課長 kachou = kepala bagian

e. Memakai prefiks dan/atau sufiks sebagai sonkeigo seperti

田中様 Tanaka-sama = Tuan Tanaka

鈴木さん Suzuki-san = Saudara Suzuki

娘さん Musume-san = anak perempuan (orang lain)

ご意見 Goiken = pendapat (orang lain)

お考え Okangae = pikiran (orang lain)

お宅 Otaku = rumah (orang lain)

弟さん Otouto-san = adik laki-laki (orang lain)

Page 32: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

お医者さん Oisha-san = dokter

f. Memakai verba asobasu, kudasaru dan irrasharu setelah verba-verba lain,

seperti:

お帰りあそばす Okaeri asobasu = 帰る kaeru ‘pulang’

お許しくださる Oyurushi kudasaru =許す yurusu ‘memaafkan’

見ていらっしゃる Mite irassharu =見る miru ‘melihat’

喜んでいらっしゃる Yorokonde irassharu = 喜ぶ yorokobu ‘senang’,

‘gembira’

2.2.3.2 Kenjoogo

Menurut Yoshisuke dan Yumiko (1988: 15) kenjoogo adalah:

謙譲語というのは話者や 「内」の人が話題のとき、その人を低めることによて

聞き手に敬意を表す丁寧語に近いものである。 Kenjoogo to iu no wa washa ya ’’uchi’’ no hito ga wadai no toki, sono hito wo hikumeru koto ni yotte kikite ni keii wo arawasu teinei ni chikai mono de aru. Kenjoogo adalah merupakan bentuk kata yang mendekati bentuk sopan (teineigo) untuk menunjukkan perasaan hormat kepada lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri dimana yang menjadi topik pembicaraan adalah si pembicara sendiri (orang dalam).

Ada juga para ahli bahasa Jepang lain yang menyebut nama kenjougo

dengan istilah kensongo. Kensongo atau kenjoogo dapat diungkapkan dengan

cara:

a. Memakai verba khusus sebagai kenjoogo, seperti:

参る mairu =来る kuru ‘datang’

Page 33: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

申す moosu =言う iu ‘mengatakan’

頂く itadaku =もらう morau ‘menerima’

伺う ukagau =聞く kiku ‘bertanya’, 質問する shitsumon suru

‘bertanya’, 訪問する hoomon suru ‘berkunjung’

お目にかかる omeni kakaru =会う au ‘bertemu’

あげる ageru =やる yaru, 差し上げる sashiageru ‘memberi’

折る oru =いる iru ‘ada’

拝見する haiken suru =見る miru ‘melihat’

b. Memakai pronomina persona sebagai kenjougo, seperti:

わたくし watakushi = saya

c. Menyisipkan verba bentuk renyoukei pada pola ‘o...suru’, seperti:

お会いする oaisuru = au ‘bertemu’

おしらせする oshirase suru =知らせる shiraseru’memberitahu’,

‘mengumumkan’

お聞きする Okiki suru = 聞く kiku ‘mendengar’

お習いする Onarai suru =習う narau ‘belajar’

お読みする Oyomi suru =読む ‘yomu membaca’

d. Memakai verba ageru, mousu, moushiageru, itasu setelah verba lain,

seperti:

Oshirase itasuお知らせいたす=shiraseru知らせる ‘memberi tahu’

お知らせ申す Oshirase moosu =知らせる shiraseru

Page 34: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

知らせてあげる Shirasete ageru=知らせる shiraseru

知らせて差し上げる Shirasete sashiageru=知らせる shiraseru

2.2.3.3 Teineigo

Menurut Yoshisuke dan Yumiko (1988:5) teineigo adalah:

丁寧語というのは、聞き手に対する敬意を表す形である。 Teineigo to iu no wa kikite ni taisuru keii wo arawasu katachi de aru. ‘Teineigo adalah bentuk untuk mengungkapkan perasaan hormat kepada lawan bicara.’

Ada juga yang menyebut teineigo dengan istilah teichoogo yaitu keigo

yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara (dengan

pertimbangan khusus terhadap lawan bicara).

Pemakaian teichoogo sama sekali tidak ada hubungannya dengan

menaikkan atau menurunkan derajat orang yang dibicarakan. Berbeda dengan

sonkeigo dan kenjoogo, teineigo dinyatakan dengan cara sebagai berikut:

a. Memakai verba bantu desu dan masu seperti pada kata:

行きます Ikimasu =行く iku ‘pergi’

食べます Tabemasu =食べる taberu’makan’

本です Hon desu =本だ hon da ‘buku’

きれいです Kirei desu =きれいだ kirei da ‘cantik, bersih, indah’

b. Memakai prefiks go atau o pada kata-kata tertentu, seperti:

Page 35: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

お金 okane = 金 kane ‘uang’

お酒 osake = 酒 sake ‘arak Jepang’

ご意見 goiken = 意見 iken ‘pendapat’

ご結婚 gokekkon = 結婚 kekkon ‘nikah’

c. Memakai kata-kata tertentu sebagai teineigo seperti

ございます Gozaimasu =ござる gozaru あります arimasu =ある

aru ‘ada’

2.2.3.4 Futsuugo

Menurut Yoshisuke dan Yumiko (1988:207), futsuugo adalah

普通語と言うのは、敬意を表せない形で、親しい人(家族や友人など)と話すと

き使う。 Futsuugo to iu no wa keii wo arawasenai katachi de, shitashii hito (kazoku ya yuujin nado) to hanasu toki tsukau. ‘Futsuugo digunakan pada waktu berbicara dengan orang yang akrab (keluarga, teman, dll) dan merupakan bentuk yang tidak menunjukkan perasaan hormat. ’

Ragam Futsuugo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. berakhiran dengan ~da, atau de aru

Contoh:

1. これは本だ。 Kore wa hon da. Ini buku.

2. 初めての外国生活である。 Hajimete no gaikokusekatsu dearu. Kehidupan luar negeri yang pertama kali.

Page 36: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

b. berakhiran dengan verba bentuk futsuukei, seperti bentuk ~ru

Contoh:

3. 僕は食べる。 Boku wa taberu. Saya makan.

4. 私は六時に起きる。 Watashi wa roku ji ni okiru. Saya bangun jam enam.

(Ogawa, 1998:23)

Ragam futsuu biasanya digunakan dalam penuturan diantara anggota

keluarga, kawan-kawan yang akrab, orang yang berstatus tinggi terhadap yang

berstatus rendah, dalam bahasa media massa, makalah, roman dan sebagainya.

2.2.4 Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang

2.2.4.1 Keigo

Keigo dipakai untuk menghaluskan bahasa yang dipakai orang pertama

(pembicara atau penulis), untuk menghormati orang kedua (pendengar atau

pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan). Jadi yang dipertimbangkan pada

waktu menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk orang pertama, orang

kedua, dan orang ketiga. Nakano Toshio (dalam Sudjianto, 1999:149)

menjelaskan bahwa keigo ditentukan dengan parameter sebagai berikut:

1. Usia : tua atau muda, senior atau yunior

2. Status : atasan atau bawahan, guru atau murid

3. Keakraban : orang dalam atau orang luar

Page 37: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

4. Gaya bahasa : bahasa sehari-hari, ceramah, perkuliahan

5. Pribadi atau umum : rapat, upacara, atau kegiatan apa

6. Pendidikan :berpendidikan atau tidak (yang

berpendidikan lebih banyak menggunakan keigo).

Bagi para pembelajar bahasa Jepang dalam situasi-situasi tertentu memang

dituntut untuk menggunakan keigo (bahasa hormat) sehingga menjadi keharusan

dalam mempelajarinya. Hal ini dikarenakan tidak sedikit peran pemakaian keigo

bagi para penuturnya. Secara singkat Hinata Shigeo ( dalam Sudjianto 2000:15-

17) menyebutkan keefektifan dan peran konkrit pemakaian keigo tersebut sebagai

berikut:

1. Keigo ini dapat dikatakan merupakan dasar keefektifan berkomunikasi.

Lawan bicara yang dihormati adalah atasan atau orang yang posisinya

tinggi secara sosial, tetapi sudah tentu didalamnya termasuk orang-

orang yang berdasarkan pada hubungan manusia yang berada dalam

bidang perdagangan dan bisnis.

2. Menyatakan perasaan formal bukan di dalam hubungan atau situasi

pribadi, di dalam hubungan atau situasi resmi dilakukan pemakaian

bahasa yang kaku dan formal. Misalnya didalam sambutan upacara

pernikahan, di dalam rapat atau ceramah yang resmi dan sebagainya

dipakai bahasa halus atau bahasa hormat sebagai etika sosial.

Berbicara dengan ragam akrab dalam situasi seperti ini kadang-kadang

menjadi tidak sopan.

Page 38: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3. Menyatakan jarak diantara pembicara dan lawan bicara yang baru

pertama kali bertemu atau yang perlu berbicara dengan sopan biasanya

terdapat jarak secara psikologis. Dalam situasi seperti itu hubungan

akan dijaga dengan menggunalkan bahasa halus atau bahasa hormat

secara wajar. Pemakaian bahasa atau sikap yang terlalu ramah kadang-

kadang akan menjadi kasar atau tidak sopan

4. Menjaga martabat. Keigo pada dasarnya menyatakan penghormatan

terhadap lawan bicara atau orang yang dibicarakan. Tetapi dengan

dapat menggunakan keigo secara tepat dapat juga menyatakan

pendidikan atau martabat pembicaranya.

5. Menyatakan rasa kasih sayang. Keigo yang digunakan para orang tua

atau guru taman kanak-kanak kepada anak-anak dapat dikatakan

sebagai bahasa yang menyatakan perasaan kasih sayang atau

menyatakan kebaikan hati penuturnya

6. Ada kalanya menyatakan sindiran, celaan, atau olok-olok. Hal ini

merupakan ungkapan yang mengambil keefektifan keigo yang

sebaliknya, misalnya mengucapkan: Hontou ni gorippa na otaku desu

koto ‘Rumah yang benar-benar bagus’bagi sebuah apartemen yang

murah, atau mengucapkan kalimat Aitsu mo zuibun goseichou

asobimashita mono da. ‘Dia juga orang yang benar-benar sudah

dewasa’. Kalimat-kalimat itu secara efektif dapat mengungkapkan

sindiran, celaan atau olok-olok.

Page 39: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Dalam tingkat tutur bahasa Jepang dikenal konsep uchi dalam dan soto

luar, artinya orang Jepang akan memperhatikan dengan siapa berbicara, dan siapa

yang dibicarakan. Misalnya ketika berbicara di kantor sendiri antara bawahan dan

atasan ragam yang akan digunakan bawahan adalah ragam menghormat

(sonkeigo) bahasa menghormat dalam rangka menghormati atasannya, akan tetapi

ketika bawahan itu berbicara dengan orang lain dari kantor yang berbeda ragam

yang digunakan adalah tingkatan kenjoogo bahasa merendah, sekalipun yang

dibicarakan adalah atasannya sendiri.

Uchi adalah kelompok orang yang ada dilingkungan sendiri, seperti orang-

orang di lingkungan keluarga, kantor pembicara, sekolah, klub sekolah atau

kelompok masyarakat. Soto adalah kelompok orang yang diluar lingkungan

keluarga, kantor pembicara, sekolah, klub sekolah atau kelompok masyarakat.

Pengelompokan uchi dan soto dikonseptualisasikan sebagai rangkaian

lingkaran yang tumpang tindih. Posisi seseorang dalam kelompok relatif terhadap

kelompok lain tergantung pada konteks situasi dan umur. Sebagai contoh,

seseorang biasanya memiliki keluarga, pekerjaan, dan kelompok lain atau

organisasi yang mereka miliki. Posisi mereka dalam berbagai kelompok dan

dalam hubungan dengan kelompok lain, berubah sesuai dengan keadaan pada saat

tertentu. Misalnya: seorang pegawai kantor yang menduduki jabatan manager

personalia. Orang-orang yang ada dibagian personalia adalah kelompok uchi-nya

sedangkan direktur perusahaan, pegawai dan bagian lain adalah kelompok soto-

nya. Akan tetapi dia dalam berbicara dengan pelanggan atau karyawan dari

Page 40: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

perusahaan lain, keseluruhan dari perusahaan tempat dia bekerja menjadi

kelompok uchi-nya. Sedangkan orang-orang diluar perusahaannya adalah soto.

Dewasa ini faktor-faktor berikut ini dianggap sebagai penentu pilihan

bentuk hormat di Jepang Nishida (dalam Sudjianto 2000: 149).

1. Hadir atau tidaknya orang yang hendak dibicarakan; Jika hadir di situ juga,

dipakai lebih banyak Sonkeigo dan Kenjoogo.

2. Hubungan atas bawah; Yang berkedudukan bawah menggunakan bentuk

hormat terhadap yang lebih tinggi kedudukannya. Jika seseorang yang

berkedudukan lebih rendah tidak memakai bentuk hormat, ia akan

dianggap tidak tahu sopan santun. Adapun yang dikelompokkan sebagai

hubungan ‘’atas-bawah’’ adalah seperti berikut ini:

· Hubungan atas-bawah dalam satu organisasi.

· Hubungan atas-bawah dalam status sosial

· Umur

· Panjangnya pengalaman; misalnya, di tempat kerja atau yunior-senior

di sekolah.

3. Hubungan pemberi jasa dan penerima jasa; Penerima jasa menunjukkan

sikap hormat kepada pemberi jasa.

· Dokter dan Pasien

· Tamu dan Pelayan: Di Jepang terdapat pemakaian bahasa khusus di

hotel, di toko-toko besar, seperti toserba. Para karyawan atau pelayan

dididik memakai bahasa yang sopan dan halus terhadap para tamu.

Page 41: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

· Guru dan Orang tua murid.

4. Hubungan akrab jauh: Bentuk hormat ini dipakai terhadap orang yang

jauh/tidak akrab dan tanpa bentuk hormat dengan mereka yang akrab.

Sebagaimana di Jawa, di Jepang antara anggota keluarga, antara kawan

yang akrab tidak dipakai bentuk hormat. Akan tetapi, sebagaimana di Jawa

pula, orang Jepang memakai bentuk hormat terhadap dosennya, tetapi para

murid Sekolah Dasar biasanya tidak memakai bentuk hormat. Baru di

SMP, SMA, mereka memperoleh kesadaran untuk memakai bentuk

hormat.

5. Formal atau tidak formal: Dalam situasi formal, misalnya berpidato dan

sebagainya dipakai bentuk hormat.

6. Hubungan ‘’dalam’’ dan ‘’luar’’

2.2.4.2 Teineigo

Teineigo merupakan bentuk untuk mengungkapkan perasaan hormat

kepada lawan bicara. Teineigo disebut juga dengan istilah teichoogo yaitu keigo

yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. (dengan

pertimbangan khusus terhadap lawan bicara).

Page 42: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

2.2.4.3 Futsuugo

Futsuugo merupakan bentuk yang tidak menunjukkan perasaan hormat.

Umumnya dipakai dalam penuturan diantara anggota yang berstatus tinggi

terhadap yang berstatus rendah, orang yang sudah akrab, dalam keluarga, media

massa, makalah, roman, dan sebagainya.

2.2.5 Undak-usuk Bahasa Jawa

Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang banyak dipergunakan di

daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata juga

mempunyai penutur di daerah Caledonia Baru, Suriname. Tentang jumlah penutur

bahasa Jawa, dewasa ini tidak kurang dari 60 juta orang (Poedjosoedarmo,

1979:1). Dengan jumlah penutur yang melebihi 60 juta orang tersebut bahasa

Jawa menduduki peringkat ke-16 apabila dibandingkan dengan bahasa-bahasa di

seluruh dunia.

Bahasa Jawa mengenal adanya tingkat tutur (speech levels) atau undak-

usuk yang cukup rapi, yaitu: ngoko lugu, ngoko andhap, antya basa, basa antya,

wredha krama, mudha krama, kramantara, madya ngoko, madya krama,

madyantara, krama inggil, dan krama desa. Selain itu masih ada bahasa kedhaton

dan bahasa bagongan yang dipakai dalam ruang lingkup kraton. Pendapat

mengenai undak-usuk tingkat tutur tersebut dikemukakan oleh Poejosoedarmo

(1973:13). Undak-usuk tingkat tutur bahasa Jawa terbagi atas tiga jenis yaitu:

Page 43: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Krama, Madya, Ngoko dengan masing-masing subtingkat. Berikut ini penjelasan

mengenai undak-usuk tingkat tutur tersebut:

Ø Krama

a. Mudha Krama: kata-kata dan imbuhan krama inggil dan krama andhap. Contoh kalimat: Bapak, panjenengan mangke dipun aturi mundhutaken buku kangge Mas Kris.

b. Kramantara: hanya mengandung bentuk krama. Contoh kalimat: Pak, sampeyan mangke dipun purih numbasaken buku kangge Mas Kris.

c. Wredha Krama: bentuk-bentuk afiks ngoko –e dan –ake. Contoh kalimat: Nak, sampeyan mangke dipun purih numbasaken buku kangge Mas Kris. ‘Bapak/Nak, kamu nanti disuruh membelikan buku untuk Mas Kris’.

Ø Madya d. Madya Krama: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata

lainnya berbentuk krama dan krama inggil. Contoh kalimat: Njenengan napa mpun mundhutake rasukan Warti dhek wingi sonten?

e. Madyantara: kata-kata tugas madya afiksasi ngoko, kata-kata lainnya berbentuk krama dan krama inggil. Contoh kalimat: Samang napa pun numbasake rasukan Warti dhek wingi sore?

f. Madya Ngoko: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata lainnya berbentuk ngoko. Contoh kalimat: Samang napa pun nukokke klambi Warti dhik wingi sore? ‘Kamu apa sudah membelikan baju Warti kemarin sore?.’

Ø Ngoko g. Basa Antya: terdapat kata-kata krama inggil, krama, ngoko,

imbuhan ngoko. Contoh kalimat: Adik arep dipundhutake menda. h. Antya Basa: terdapat kata-kata krama inggil disamping kosakata

ngoko. Contoh kalimat: Adhik arep dipundutake wedhus. i. Ngoko Lugu: terdapat kata-kata dan imbuhan ngoko. Contoh

kalimat: Adhik arep ditukokake wedhus. Adik akan dibelikan kambing.

( Poedjosoedarmo, 1979: 11-12).

Page 44: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

2.2.6 Penggunaan Undak-Usuk Bahasa Jawa

Dalam bahasa Jawa penggunaaan undak-usuk basa tidak akan terlepas

membahas bentuk krama (bahasa hormat) yang penggunaannya dilakukan dengan

mempertimbangkan jenis hubungan antara si pembicara dan si lawan bicara. Jenis

hubungan yang dimaksud ada dua, yaitu hubungan simetris dan asimetris. Pada

hubungan simetris, si pembicara dan si lawan bicara menggunakan konstruksi

yang sama (misalnya, si pembicara memakai konstruksi ngoko (bahasa biasa), dan

si lawan bicara memakai konstruksi krama (bahasa hormat). Berikut ini gambaran

mengenai hubungannya yang berkaitan dengan status sosial:

1. Hubungan simetris:

a. antara orang muda: ngoko, madya

b. antara orang tua: ngoko, krama

c. antara priyayi dan tukang sayur :madya

d. antara orang yang belum saling kenal: krama, madya

2. Hubungan asimetris:

a. anak kepada orang tua: krama, dan orang tua kepada anak : ngoko

b. pembantu rumah tangga (tukang sayur) kepada tuan rumah: madya,

dan tuan rumah kepada pembantu rumah tangga (tukang sayur):

ngoko.

Untuk menyusun kalimat di dalam bahasa Jawa, sekurang-kurangnya ada

dua hal yang perlu dipertimbangkan. Pertimbangan pertama berkenaan dengan

pertanyaan bagaimana jenis hubungan antara si pembicara dan lawan bicara. Ini

Page 45: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

untuk menetapkan apakah digunakan konstruksi ngoko, madya, atau krama. Pada

pertimbangan kedua, berdasarkan jenis hubungan antara si pembicara dan lawan

bicara itu ditentukan apakah digunakan bentuk honorifik atau tidak. Selain itu

untuk menentukan apakah digunakan bentuk honorifik atau tidak, juga

dipertimbangkan jenis hubungan si pembicara atau lawan bicara dengan orang

lain yang sedang dibicarakan.

Contoh:

1. Saya sudah makan. Bapak sudah makan atau belum?

· Ngoko: Aku wis mangan. Bapak wis dhahar durung? · Madya: Kula mpun nedha. Bapak mpun dhahar dereng? · Krama: Kulo sampun nedha. Bapak sampun dhahar dereng?

2. Saya sudah makan. Agus sudah makan belum?

· Ngoko: Aku wis mangan. Agus wis mangan durung? · Madya: Kula mpun nedha. Agus mpun nedha dereng? · Krama: Kula sampun nedha. Agus sampun nedha dereng?

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam sopan santun berbahasa Jawa yaitu

pilihan bentuk linguistik atau bentuk lingual dan sikap andhap asor. Andhap asor

berarti merendahkan diri sendiri dengan kepada setiap orang yang kira-kira

sederajat atau lebih tinggi. (Geertz, 1981:326). Pernyataan Geertz tersebut telah

memperhitungkan tingkat tutur (faktor lingual) dan faktor non-lingual dalam

berbahasa Jawa. Pilihan bentuk linguistik mengarah kepada relasi atau hubungan

penutur dengan lawan tutur (faktor non-lingual).

Page 46: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Khusus mengenai faktor lingual akan tercermin di dalam perbedaan

bentuk tingkat tutur (ngoko, madya, krama). Sebagai contoh: misalnya seseorang

akan menyapa orang lain: ‘Hendak pergi ke mana?’, maka bentuk tuturannya

sebagai berikut:

ü Arep menyang ngendi?

ü Ajeng teng pundi?

ü Badhe tindak dhateng pundi?

Sehubungan dengan pemilihan suatu tingkat tuturan Soeroso (dalam

Sudaryanto, 1991:6-7) menyatakan bahwa ada empat langkah yang harus selalu

diingat dan dilakukan bagi seorang penutur yang akan berbahasa Jawa. Keempat

langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ø Mawas diri

Penutur menempatkan dirinya terhadap lawan tuturnya, dan ada tiga

kemungkinan:

· penutur lebih rendah daripada lawan tutur

· penutur sederajat dengan lawan tutur

· penutur lebih tinggi kedudukannya dengan lawan tutur

Ø Memilih bahasa

· apabila penutur lebih rendah daripada lawan tutur, penutur menggunakan

bahasa krama;

Page 47: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

· apabila penutur sederajat dengan lawan tutur, penutur menggunakan

bahasa madya, ngoko;

· apabila penutur lebih tinggi daripada lawan tutur, penutur menggunakan

bahasa ngoko.

Ø Memilih kata

Dalam menggunakan bahasa seperti tersebut pada langkah yang

kedua perlu dipilih kata yang tepat.

Ø Menetapkan sikap

Sikap berbicara disesuikan dengan sikap diri misalnya sikap

hormat, sikap santai, dan sebagainya.

Keempat langkah diatas berdasarkan analisis secara psikologis, yang tentu

saja langkah-langkahnya berlangsung secara ‘’otomatis’’ pada jiwa penutur. Pada

langkah pertama (mawas diri) dan langkah keempat (menetapkan sikap) berkaitan

dengan faktor non-lingual dalam berbahasa yang menyangkut relasi penutur

dengan lawan tutur. Langkah kedua (memilih bahasa) dan langkah langkah ketiga

(memilih kata) berkaitan dengan pemilihan tingkat tutur.

Adanya bentuk tuturan yang dapat mencerminkan rasa sopan santun

berarti pula tingkat tutur berkaitan erat dengan sopan santun berbahasa. Sopan

santun berbahasa itu sendiri merupakan ajaran yang patut untuk dilaksanakan

dalam masyarakat tutur jawa. Sehubungan dengan hal itu Suwadji (1985:14-15)

menyatakan sebagai berikut:

Page 48: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

1. Ajaran sopan santun berbahasa Jawa merupakan salah satu budaya

Jawa yang masih hidup dan bertahan sampai sekarang,

2. Sopan santun berbahasa Jawa merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa,

3. Sopan santun berbahasa Jawa mengajarkan supaya penutur Jawa

menghormati lawan tuturnya,

4. Sopan santun berbahasa Jawa lebih menjamin kelancaran

komunikasi dalam masyarakat tutur Jawa.

Keempat pernyataan diatas menunjukkan adanya prinsip pokok dan fungsi sopan

santun berbahasa dalam masyarakat tutur Jawa. Dalam hal inipemilihan tingkat

tutur (sebagai faktor lingual dalam berbahasa) mengiringi sopan santun berbahasa

yang dapat diamatai dalam suatu peristiwa tutur. Prinsip pokok dan fungsi

tersebut apabila dipahami secara benar dapat menumbuhkan rasa kebanggaan

orang Jawa memiliki bahasa Jawa.

Page 49: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

BAB III

BENTUK DAN PENGGUNAAN TINGKATAN BAHASA DALAM

BAHASA JEPANG DAN UNDAK-USUK BAHASA JAWA

3.1 Bentuk Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang

Pada awalnya, pembelajar bahasa Jepang dikenalkan dengan tingkatan

teineigo terlebih dulu disamping itu tingkatan bahasa hormat yang lain seperti

sonkeigo dan kenjoogo, sebab tingkatan teineigo dipakai secara luas untuk

menghormati kepada mitra wicara.

3.1.1 Tingkatan Teineigo

Kata teinei berarti sopan, sehingga bentuk teineigo biasa diartikan dengan

bentuk sopan. Karena tingkatan teineigo ini kalimatnya berakhiran dengan kopula

-desu, atau verba bantu–masu, maka disebut pula ragam desu atau masu.

Tingkatan teineigo merupakan salah satu bagian dari keigo (bahasa hormat)

bahasa Jepang. Pembicara menggunakan tingkatan ini untuk menyatakan rasa

hormat dan biasanya memperindah suatu pokok pembicara secara langsung

terhadap mitra wicaranya. Umumnya bentuk tingkatan ini mempunyai ciri-ciri:

kalimat akhirnya berakhiran dengan kopula –desu dan verba bantu –masu.

Page 50: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Contoh kalimat:

1. ミルクを飲みます。 Miruku o nomimasu. Saya minum susu.

2. 日本料理はおいしいです。 Nihonryouri wa oishii desu. Masakan Jepang enak.

3. 半年ぐらい習いました。 Hantoshi gurai naraimashita. Saya telah belajar kira-kira setengah tahun.

4. この料理はおいしくないです。 Kono ryouri wa oishikunai desu. Masakan ini tidak enak.

5. あの家は大きいです。 Ano ie wa ookii desu. ‘Rumah itu besar’.

Contoh verba nomimasu ‘minum’ merupakan contoh tingkatan

teineigo yang berasal dari perubahan verba nomu dan verba naraimashita

‘belajar’(lampau) berasal dari verba narau (futsuu’biasa’). Untuk mengubah

verba dalam tingkatan futsuugo menjadi tingkatan teineigo caranya dengan

menambahkan verba bantu ~masu dan ~mashita (lampau). Dalam kamus

bahasa Jepang, verba-verba dalam bahasa Jepang umumnya hanya dapat

dijumpai dalam bentuk futsuugo. Sedangkan oishii ‘enak’ dan ooki

‘’besar’merupakan contoh kata sifat yang berakhiran ~i (ikeyoushi). Untuk

mengubah kata sifat, dan kata benda dalam bahasa Jepang yang masih

Page 51: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

berbentuk tingkatan futsuugo agar menjadi tingkatan teineigo, maka tinggal

menambahkan kopula desu dibelakang kata sifat dan kata benda tersebut.

3.1.2 Tingkatan Futsuugo

Tingkatan futsuugo dalam bahasa Jepang merupakan tingkatan yang paling

dasar, maksudnya tingkatan ini dipakai oleh pembicara kepada lawan bicaranya

yang sudah akrab. Tingkatan futsuugo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

c. berakhiran dengan ~da, atau de aru

d. berakhiran dengan verba bentuk futsuukei, seperti bentuk ~ru

Contoh kalimat:

1. 生徒達は文を作る。

Seitotachi wa bun o tsukuru. Murid-murid membuat kalimat.

2. この焼き飯はとてもうまい。 Kono yakimeshi wa totemo umai. Nasi goreng ini enak sekali.

3. タオルや石鹸などを買った。 Taoru ya sekken nado o katta. Saya telah membeli handuk, sabun, dan lain-lain.

4. 石田君は怠け者ではない。 Ishida-kun wa namakemono dewa nai. Ishida bukan pemalas.

5. これは安いものだ。 Kore wa yasui mono da. Ini barang yang murah.

Page 52: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Pada contoh-contoh kalimat, tingkatan futsuugo, verba futsuugo tidak

mengalami perubahan. Sedangkan dalam bentuk lampau mengalami perubahan,

seperti: tsukuru ‘membuat’ dan katta (bentuk lampau) dari kau ‘membeli’. Pada

contoh kalimat yang memakai kata sifat ikeyoushi tidak mengalami perubahan,

hanya saja jika kata sifatnya berubah menjadi bentuk negatif maka cukup

menambahkan ~nai atau ~dewa nai (kata sifat berakhiran~ na/kata benda)

dibelakangnya, sedangkan pada kata benda tinggal menambahkan kopula da.

3.1.3 Tingkatan Sonkeigo

Tingkatan sonkeigo adalah bagian tingkatan keigo (bahasa hormat) bahasa

Jepang yang dipakai untuk menghormat kepada lawan bicaranya. Umumnya

tingkatan ini verbanya mempunyai ciri-ciri mendapat imbuhan verba bantu -o...ni

naru, -rareru, serta mempunyai bentuk verba khusus dalam sonkeigo dan

nominanya berimbuhan prefiks go/o.

Contoh kalimat:

1. 部長はアメリカへ出張なさいます。 Buchou wa Amerika e shutchou nasaimasu. Pak Direktur akan dinas ke Amerika.

2. 課長はもう帰られました。 Kachou wa mou kaeraremashita . Pak Manager sudah pulang.

3. 先生はいらっしゃいますか。 Sensei wa irrashaimasu ka. Pak Guru ada?

Page 53: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

4. お子さんのお名前は何とおっしゃいますか。

Okosan no namae wa nanto osshaimasu ka? Siapa nama putra anda?

5. 先生は新しいパソコンを買いになりました。 Sensei wa atarashii pasokon wo kai ni narimashita. ‘Pak Guru telah membeli computer baru’.

Pada contoh kalimat, verba nasaimasu ‘melakukan’ berasal dari verba

shimasu (teineigo) kemudian verba suru (futsuugo) dan osshaimasu ‘berkata’

berasal dari verba iimasu (teineigo) kemudian verba iu (futsuugo). Contoh

perubahan verba songkeigo dari teineigo dan verba teineigo dari futsuugo

mengalami perubahan yang cukup dinamis. Aturan tersebut sudah paten

ditentukan dalam verba khusus dalam aturan yang ada dalam tingkatan sonkeigo.

Kemudian ada juga verba futsuugo yang diubah menjadi tingkatan sonkeigo

dengan menambahkan verba bantu ~ni naru dan verba bantu ~reru, contoh: kai ni

narimasu berasal dari kau (futsuugo) ‘membeli’ dan kaeraremasu berasal dari

verba kaeru (futsuugo) ‘pulang’.

3.1.4 Tingkatan Kenjoogo

Tingkatan kenjougo merupakan salah satu bagian dari keigo ((bahasa

hormat) bahasa Jepang yang dipakai terhadap lawan bicara atau terhadap orang

yang dibicarakan dengan cara merendahkan diri. Umumnya bentuk tingkatan

kenjoogo mempunyai ciri-ciri verbanya terdiri dari verba khusus kenjoogo, verba

Page 54: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

bantu go/o...suru dan nominanya juga ditambahkan dengan prefiks o/go

didepannya.

Contoh kalimat:

1. 私はアメリカから、参りました。 Watakushi wa Amerika kara, mairimashita. Saya datang dari Amerika.

2. 会社の中をご案内します。 Kaisha no naka o goannai shimasu. Saya akan memandu dalam perusahaan.

3. ニューヨークにおります。 Nyuyouku ni orimasu. Berada/di New York.

4. 今、出かけております。 Ima, dekakete orimasu. Sekarang sedang keluar.

5. きのう先生のお宅へ伺いました。 Kinou sensei no otaku e ukagaimashita. Kemarin saya berkunjung ke rumah Pak Guru.

Dalam tingkatan kenjoogo kata kerja golongan I, kata kerja golongan II,

dan perubahan verba dari bentuk futsuu ke teinei dan verba dari teinei ke kenjoogo

juga mengalami perubahan bentuk yang cukup dinamis. Misalnya verba

mairimasu (kenjoogo) berasal dari verba kimasu (teineigo), kemudian dari verba

kuru ‘datang’ (futsuugo), dan verba ukagaimasu (kenjoogo) berasal dari kata uchi

e ikimasu (teineigo) kemudian dari verba uchi e iku (futsuugo) . Aturan tersebut

sudah paten ditentukan dalam bentuk verba khusus dalam aturan yang ada dalam

bentuk kenjoogo.

Page 55: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.2 Undak-Usuk Bahasa Jawa

Bahasa Jawa mengenal juga adanya tingkat tutur (speech levels) atau

undak-usuk yang cukup rapi, yaitu: ngoko lugu, ngoko andhap, antya basa, basa

antya, wredha krama, mudha krama, kramantara, madya ngoko, madya krama,

madyantara, krama inggil, krama andhap, dan krama desa. Selain itu masih ada

bahasa kedhaton dan bahasa bagongan yang dipakai dalam ruang lingkup kraton.

3.2.1 Ngoko

Dalam tingkat apapun, kata ngoko digunakan apabila kata tersebut tidak

mempunyai padanan pada tingkat kata yang lebih tinggi. Dengan kata lain,

kosakata dalam bentuk ngoko mempunyai jumlah paling besar diantara kosa kata

lainnya.

Bentuk basa ngoko merupakan suatu tatanan kalimat yang terdiri dari

kumpulan kata-kata ngoko yang seterusnya akan disebut tembung ngoko,

termasuk juga afiks-afiks yang melekat pada tembung ngoko itu sendiri adalah

kata-kata yang tidak memiliki atau mengandung suatu nilai halus atau

penghormatan.

Contoh kalimat:

1. Aku mangan roti. Saya makan roti

2. Gedhange murah. Pisangnya murah.

Page 56: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3. Dhek wingi aku mangan gedhang. Kemarin saya makan pisang.

4. Kembang kae ora abang. Bunga itu tidak merah.

5. Iki enak. Ini enak.

Pada contoh kalimat diatas verba ngoko pada kata mangan ‘makan’

mempunyai bentuk madya yaitu madhang dan dhahar merupakan bentuk

krama/krama inggil-nya. Sedangkan kata sifat abang ‘merah’ mempunyai bentuk

krama dan krama inggil-nya abrit, murah ‘murah’ bentuk krama dan krama

inggil-nya mirah dan enak ‘enak’ mempunyai bentuk krama dan krama inggil-nya

eca. Untuk mengetahui kosakata dalam undak-usuk bahasa Jawa dalam ngoko

berubah menjadi madya kemudian krama inggil kuncinya adalah menghapal atau

mengingatnya.

Adapun subtingkatan dalam ngoko terdiri dari:

ü Basa Antya: terdapat kata-kata krama inggil, krama, ngoko, imbuhan

ngoko. Contoh kalimat: Adik arep dipundhutake menda.

ü Antya Basa: terdapat kata-kata krama inggil disamping kosakata ngoko.

Contoh kalimat: Adhik arep dipundutake wedhus.

ü Ngoko Alus: terdapat kata-kata campuran antara ngoko dan krama. Contoh

kalimat: Adhik badhe ditukokke wedhus.

ü Ngoko Lugu: terdapat kata-kata dan imbuhan ngoko. Contoh kalimat:

Adhik arep ditukokake wedhus. ‘Adik akan dibelikan kambing.’

Page 57: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Adapun para ahli bahasa Jawa ada yang menggolongkan subtingkatan dalam

ngoko hanya meliputi 2 subtingkatan saja, yakni basa antya dan antya basa saja,

sedangkan ngoko lugu dan ngoko andhap bukan sebuah tingkat tutur, melainkan

hanya sekelompok kata yang mewarnai tingkat tutur yang ada, yaitu ngoko,

madya dan krama.

3.2.2 Madya

Madya merupakan bagian tengah-tengah dalam undak-usuk bahasa Jawa.

Digunakan dalam bertutur kata dengan orang yang tingkat sosialnya rendah, tetapi

usianya lebih tua dari penuturnya. Bentuk madya paling sering dipakai oleh

orang-orang yang bermukim di pedesaan ataupun di daerah pegunungan, terutama

pada saat kegiatan jual-beli di pasar. Adapun sub tingkatan dalam madya meliputi:

ü Madya Krama: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata lainnya

berbentuk krama dan krama inggil. Contoh kalimat:

Njenengan napa mpun mundhutake rasukan Warti dhek wingi sonten?

ü Madyantara: kata-kata tugas madya afiksasi ngoko, kata-kata lainnya

berbentuk krama dan krama inggil. Contoh kalimat:

Samang napa pun numbasake rasukan Warti dhek wingi sore?

ü Madya Ngoko: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata lainnya

berbentuk ngoko. Contoh kalimat:

Samang napa pun nukokke klambi Warti dhik wingi

Kamu apa sudah membelikan baju Warti kemarin sore?.

Page 58: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.2.3 Krama

Berdasarkan bentuk fonemisnya, kata-kata krama dibagi menjadi dua jenis.

Pertama, kata-kata yang mempunyai bentuk menyerupai padanan ngoko.

Misalnya: kula (krama) dengan aku (ngoko) ‘saya’ dan griya (krama) dengan

omah (ngoko) ‘rumah’. Kedua, kata-kata krama yang mempunyai padanan ngoko.

Dalam bahasa Jawa, perubahan ngoko ke krama lebih variatif, ada yg tidak

mengalami perubahaan kata sama sekali, tetapi adapula kata dari ngoko yang

berjumlah total dalam ragam krama sehingga terbentuk kata baru.

Contoh kalimat:

1. Kula nedha roti. Saya makan roti.

2. Pisangipun mirah. Pisangnya murah.

3. Kala wingi kula nedha pisang. Kemarin saya makan pisang.

4. Sekar punika boten abrit. Bunga itu tidak merah.

5. Punika eca. Ini enak.

Dari contoh kalimat diatas dapat diketahui bahwa verba nedha (krama)

‘makan’ berasal dari verba mangan (ngoko) ‘makan’. Kata sifat mirah (krama)

‘murah’ berasal dari kata murah (ngoko) kemudian abrit (krama) dari kata abang

(ngoko) dan eca (krama) berasal dari kata enak (ngoko). Kata ganti orang pertama

Page 59: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

kula (krama) berasal dari kata aku (ngoko) ‘saya’. Kata keterangan waktu kala

wingi (krama) berasal dari kata dhek wingi (ngoko). Selanjutnya kata tunjuk

punika (krama) berasal dari kata iki (ngoko).

3.2.3.1 Krama Inggil

Sementara itu kosakata krama inggil sebagian besar merupakan serapan

yang berasal dari bahasa Sansekerta atau bahasa Jawa kuna, hanya kecil yang

merupakan serapan dari bahasa Persia dan Arab. Contoh kosa kata krama inggil

serapan adalah sebagai berikut:

Ngoko Krama Krama Inggil Arti Sumber

tangan - asta tangan Sansekerta

picak - wuta buta Jawa kuna

batur rencang abdi pembantu Arab

iket udheng dhestar ikat pinggang Persia

Contoh kalimat:

1. Benjing-enjing kula tuwi rencang kula. Besok pagi saya menjemput temanku.

2. Pak Guru maringake apa? Pak Guru memberikan apa?

3. Badhe kepanggih sinten? Hendak bertemu siapa?

4. Sliramu diparingi apa? Dirimu dikasih apa?

Page 60: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

5. Ibu ngendika apa? Ibu berkata apa?

Dari contoh kalimat diatas dapat diketahui bahwa verba tuwi (krama

inggil) ‘menjemput’ berasal dari kata mapak (madya), methuk (ngoko),

kemudian maringake (krama inggil) ‘memberikan’ berasal dari kata

wenehake (ngoko) kemudian verba intransitif diparingi (krama inggil)

berasal dari kata diwenehi (ngoko) dan verba ngendika (krama inggil)

‘berkata’ berasal dari kata ngucap (ngoko). Seanjutnya kata ganti orang

kedua sliramu (krama inggil) ‘kamu/dirimu’ berasal dari kata kowe (ngoko).

3.2.3.2 Krama Andhap

Dalam undak-usuk bahasa Jawa, kelompok krama inggil dibagi menjadi

dua, yaitu pertama adalah kelompok kata yang secara langsung meninggikan dan

meluhurkan diri dengan yang diacu disebut sebagai kata krama inggil. Kedua,

adalah kelompok kata yang menghormat orang yang diacu dengan cara

merendahkan diri sendiri yang disebut sebagai krama andhap. Contoh kata krama

inggil dan krama andhap adalah sebagai berikut:

Ngoko Krama Krama Inggil Krama Andhap Arti

kandha criyos ngendhika

dhawuh

matur berkata

takon taken paring priksa nyuwun priksa bertanya

Page 61: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Contoh kalimat:

1. Benjing punapa kula kapareng sowan? Pada hari apa saya boleh berkunjunng?

2. Pak Guru dipun caosi punapa? Pak Guru diberi apa?

3. Kula badhe sowan Pak Rektor. Saya hendak bertemu Pak Rektor.

4. Kula dipun paringi buku (dening) Pak Guru. Saya diberi buku oleh Pak Guru.

5. Kula boten matur punapa-punapa. Saya tidak berkata apa-apa.

Dari contoh kalimat dapat diketahui bahwa verba sowan (krama andhap)

‘berkunjung’ berasal dari kata dolan (ngoko), sedang sowan (krama andhap)

‘bertemu’ berasal dari kata nemoni (ngoko) kemudian verba caosi dan paringi

(krama andhap) ‘diberi ’berasal dari kata diwenehi (ngoko) kemudian verba

matur (krama andhap) berasal dari kata kandha (ngoko).

3.3 Penggunaan Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jepang

Pada dasarnya tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang terletak pada bentuk

keigo (bahasa hormat) yang dipakai untuk menghaluskan bahasa, umumnya

dipakai oleh orang pertama (pembicara atau penulis), untuk menghormati orang

kedua (pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan). Jadi yang

dipertimbangkan pada waktu menggunakan keigo adalah konteks tuturan

Page 62: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

termasuk orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Umumnya keigo

ditentukan dengan parameter sebagai berikut:

7. Usia : tua atau muda, senior atau yunior

8. Status : atasan atau bawahan, guru atau murid

9. Keakraban : orang dalam atau orang luar

10. Gaya bahasa : bahasa sehari-hari, ceramah, perkuliahan

11. Pribadi atau umum : rapat, upacara, atau kegiatan apa

12. Pendidikan :berpendidikan atau tidak (yang

berpendidikan lebih banyak menggunakan keigo).

3.3.1 Penggunaan Tingkatan Teineigo

Tingkatan teineigo adalah cara bertutur kata dengan sopan santun yang

dipakai oleh pembicara dengan saling menghormati atau menghargai perasaan

masing-masing. Tingkatan teineigo juga biasa disebut dengan istilah teichoogo

yaitu keigo yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara

(dengan pertimbangan yang khusus terhadap lawan bicara). Pemakaian tingkatan

teichoogo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau

menurunkan derajat orang yang dibicarakan, berbeda dengan sonkeigo dan

kenjoogo.

Pemakaian tingkatan teineigo tidak memperhatikan derajat sosial, umur,

ataupun kata kekerabatan pembicara dengan mitra wicara karena inti dari

pemakaian ragam bahasa ini agar apa yang dibicarakan oleh pembicara terdengar

Page 63: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

lebih enak dan lebih halus. Dalam kehidupan sehari-hari tingkatan teineigo ini

lebih sering digunakan dibandingkan tingkatan keigo yang lainnya, yaitu sonkeigo

dan kenjoogo. Seseorang yang berbicara dalam tingkatan teineigo ini tidak

meninggikan seseorang ataupun merendahkan seseorang tetapi hanya

memperhalus bahasa yang dipakai. Secara tidak langsung dengan memperhalus

bahasa yang digunakan, dapat meninggikan rasa hormat terhadap mitra wicara.

Ragam bahasa ini biasa digunakan terhadap orang yang belum dikenal oleh

pembicara sebelumnya atau kelompok orang yang berada diluar kelompok

pembicara dalam ruang lingkup formal.

Contoh penggunaan tingkatan teineigo dalam percakapan:

Yuki :すみません、ちょっと教えてください。 Sumimasen, chotto oshiete kudasai. Maaf, mohon informasi sebentar. Polisi :いいですよ。何ですか。 Ii desu yo. Nan desu ka? Iya, ada apa? Yuki :ビストロというレストランにはどう行けばいいのですか。 Bisutoro to iu resutoran ni wa dou ikeba ii no desu ka.

Jalan ke Restoran Bistro lewat mana?

Polisi :ビストロですね。信号のところまでまっすぐ行って、右に曲がっ

てださい。そして、2~3分歩くと右側に見えます。 Bisutoran desu ne. Shingo no tokoro made massugu itte, migi ni magatte kudasai. Soshite, ni-sanpun aruku to, migi ni miemasu. (Restoran) Bistro ya.’ ‘Jalan lurus saja sampai di lampu merah, terus belok kanan.’ ‘Setelah itu jalan lurus selama 2-3 menit, restorannya ada di sebelah kanan.

Yuki :ありがとうございました。 Arigatou gozaimashita.

Page 64: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

‘Terima kasih.’

Pada contoh percakapan diatas, Yuki bertanya kepada seorang polisi

dengan menggunakan tingkatan teineigo dalam berkomunikasi. Orang kedua

(lawan bicara) si Yuki merupakan orang yang baru dikenal/belum akrab (polisi).

Untuk berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal/belum akrab tingkatan

teineigo sudah dapat digunakan dalam tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang,

sebab sudah mengandung unsur saling menghormati antara pembicara maupun

lawan bicara.

3.3.2 Penggunaan Tingkatan Futsuugo

Tingkatan futsuugo biasanya digunakan dalam penuturan diantara anggota

keluarga: orang tua kepada anaknya begitu juga sebaliknya, kawan-kawan yang

akrab, orang yang berstatus tinggi terhadap yang berstatus rendah, dalam bahasa

media massa, makalah, roman dan sebagainya.

Contoh penggunaannya dalam percakapan:

Satoru :今日、赤を着すぎじゃない? Kyou, aka wo kisugi janai? Kamu nggak kebanyakan pakai merah hari ini? Mira :別に、いいじゃん!赤が好きだから。 Betsu ni, ii jan! Aka ga suki dakara. Emangnya kenapa? Aku, kan, suka merah. Satoru :ジャケットもイヤリングも靴も全部赤だよ。 Jaketto mo iyaringu mo kutsu mo zenbu aka da yo. Dari jaket, anting-anting, sampai sepatu merah semua. Mira :バッグも赤だよ。

Page 65: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Baggu mo aka da yo. ‘Tasku juga merah.’ Satoru :そうだ。バッグも! Sou da. Baggu mo! Oh, ya. Tasnya juga! Mira :なによ?文句ある? Nani yo? Monku aru? Kenapa, sih?’ ‘Ada masalah? Satoru :俺、赤きらいんだよな。 Ore, aka kirain da yo na. Aku benci warna merah. Mira :へ?うそ!赤きらいの? He? Uso! Aka kirai no? Hah? Yang bener?’ ‘Kamu benci merah? Satoru :彼女は赤がこんなに好きじゃ、困るな。 Kanojo wa aka konna ni suki ja, komaru na. Kalau pacarku sesuka ini sama merah, gawat juga. Mira :じゃあ、どうする?別れたほうがいいっていうの? Jaa, dou suru? Wakareta hou ga iitte iu no? Terus mau bagaimana? Maksud kamu, lebih baik kita putus? Satoru :そうは言ってないだろう~。

Sou wa itte nai darou... ‘Aku kan, nggak bilang begitu…’

Pada contoh percakapan diatas Mira dan Satoru adalah sepasang kekasih.

Dalam hal ini, hubungan mereka sudah pasti akrab. Tingkatan futsuugo digunakan

dalam kondisi yang sudah akrab (sesama teman, pacar, keluarga, dan lainnya)

seperti yang ada pada contoh percakapan diatas.

Page 66: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.3.3 Penggunaan Tingkatan Sonkeigo

Tingkatan sonkeigo adalah ragam bahasa hormat untuk menyatakan rasa

hormat terhadap orang yang dibicarakan (termasuk benda-benda, keadaan,

aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya) dengan cara menaikkan

derajat orang yang dibicarakan. Misalnya, ketika berbicara di kantor sendiri antara

bawahan dan atasan tingkatan yang akan digunakan bawahan adalah tingkatan

menghormat sonkeigo ‘bahasa menghormat’ dalam rangka menghormati

atasannya.

Tingkatan sonkeigo dipakai juga bagi segala sesuatu yang berhubungan

dengan atasan sebagai orang yang lebih tua usianya atau lebih tinggi

kedudukannya, yang berhubungan dengan lawan bicara (termasuk aktifitas dan

segala sesuatu yang berkaitannya). Tingkatan sonkeigo merupakan cara bertutur

kata yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara.

Contoh penggunaannya dalam percakapan:

Sudirno :もしもし、そちらは「ビストロ」ですか。 Moshi-moshi, sochira wa ‘Bisutoro’ desu ka. Halo, disitu restoran Bistro? CS :はい、「ビストロ」でございます。 Hai, ‘Bisutoro’ de gozaimasu. Benar’. ‘Disini ‘Bistro. Sudirno :7:30に 2名予約したいのですが。。。 Shichijihan ni 2 mei yoyaku shitai no desu ga… Saya ingin reservasi untuk 2 orang di pukul 19.30. CS :申し訳ございません。電話回線の状態が悪いようです。も

う一度おっしゃってくださいませんか。 Moushiwake gozaimasen. Denwa kaisen no joutai ga warui you

desu. Mou ichido osshatte kudasaimasen ka.

Page 67: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Maaf’. ‘Sepertinya koneksi telpon sedang agak buruk’. ‘Bisa tolong ulangi sekali lagi?

Sudirno :はい、今週金曜日の7:30に2人分の席が取れますか。

Hai. Konshuu kinyoubi no shichijihan ni futari-bun no seki ga toremasu ka? ‘Baik.’ ‘Apakah saya bias res rvasi untuk 2 orang di hari Jum’at pukul 19.30?’

CS :お調べします。申し訳ございません。金曜日は混んでおり

まして、お席にご案内できるのは一番早くて8:30となっ

ておりますが。。。 Oshaberi shimasu. Moushiwake gozaimasen. Kinyoubi wa konde

orimashite, oseki ni go annai dekiru no wa ichiban hayakute hachijihan to natte orimasu ga…

Saya cek dulu.’ ‘Maaf, Pak.’ ‘Hari Jum’at penuh, saya bisa antar Bapak ke kursi paling cepat pukul 20.30…’

Sudirno :そうですか。。。 Sou desu ka… Begitu, ya… CS :もし早めにお出でになるのでしたら、テーブルが空くまで

バーでお飲み物でもいかがでしょうか。 Moshi hayame ni oide ni naru no deshitara, teeburu ga aku made

baa de onomimono demo ikaga deshou ka. Kalau Bapak bisa datang lebih cepat, bagaimana kalau sambil

menunggu kursi kosong, minum dulu di bar? Sudirno :ああ、それはいいですね。ありがとう。。。 Aa, sore wa ii desu ne. Arigatou… Ah, boleh juga. Terima kasih… CS :ではお二人ですね。お名前は。。。? Dewa, o-futari desu ne. Onamae wa…? Jadi, dua orang ya. Namanya…? Sudirno :スデイルノ、S-U-D-I-R-N-O…それと窓側禁煙席でお願い

しますか。 Sudirno, S-U-D-I-R-N-O…, sore to madogawa wa kin’en seki de

onegai dekimasu ka. Sudirno, S-U-D-I-R-N-O…, dan bisa minta kursi non-smoking di

sebelah jendela?

Page 68: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

CS :もちろんです。問題ありません。では、スデイルノ様、金

曜日8:30でご予約賜りました。 Mochiron desu. Mondai arimasen. Dewa Sudirno-sama, kinyoubi hachijihan de go yoyaku tamawarimashita. Tentu bias.’ ‘Tidak ada masalah.’ ‘Baik, Bapak Sudirno, reservasi untuk jum’at pukul 20.30 ya.

Sudirno :はい、どうもありがとう。 Hai, doumo arigatou. ‘Baik, terima kasih.’

Pada contoh dialog diatas Sudirno dan CS (Customer Service) restoran

Bistro kedudukannya merupakan orang yang memakai jasa (Sudirno) dan

memberikan jasa (CS). Dalam hal ini tingkatan sonkeigo berperan penting bagi

orang yang memberikan jasa yang status kedudukannya wajib menggunakan

ragam menghormat karena melayani orang yang memakai jasa. Dalam tingkatan

bahasa dalam bahasa Jepang orang yang memberikan jasa kepada orang yang

memakai jasa tertentu merupakan salah satu contoh dari penggunaan tingkatan

sonkeigo atau ragam menghormat selain di luar lingkup uchi dan soto.

3.3.4 Penggunaan Tingkatan Kenjoogo

Tingkatan kenjoogo digunakan untuk menyatakan rasa homat terhadap

lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara

merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas,

atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Misalnya, dalam kantor atau

perusahaan ketika bawahan berbicara dengan orang lain dari kantor yang berbeda

tingkatan yang digunakan adalah tingkatan kenjoogo ‘bahasa merendah’,

Page 69: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

sekalipun yang dibicarakan adalah atasannya sendiri. Dalam penggunaan

tingkatan kenjoogo yang perlu diperhatikan adalah bahwa yang menjadi

subjek/pokok kalimat adalah diri sendiri atau pihak sendiri. Hadir atau tidaknya

orang yang hendak dibicarakan; Jika hadir di situ juga, dipakai lebih banyak

tingkatan Sonkeigo dan Kenjoogo.

Contoh percakapan dalam kenjoogo:

司会者 :優勝おめでとうございます。 すばらしいスピーチでした。

Shikaisha : Yuushou omedetou gozaimasu. Subarashii supiichi deshita. Selamat menjadi juara. Pidato anda bagus sekali. ミラー :ありがとうございます。 Mira : Arigatou gozaimasu. Terima kasih. 司会者 :緊張なさいましたか。 Shikaisha : Kinchou nasaimashita ka. Apakah anda grogi? ミラー :はい、とても緊張いたしました。 Mira : Hai, totemo kinchou itashimashita. Ya, saya groggi sekali. 司会者 :テレビで放送されることはご存知でしたか。 Shikaisha : Terebi de housou sareru koto wa gozonji deshita ka. Apakah anda tahu bahwa lomba pidato disiarkan di televise? ミラー :はい。ビデオにとって、アメリカの両親にも見せたいと

思っております。 Mira : Hai. Bideo ni totte, Amerika no ryoushin ni mo misetai to omotte orimasu. Ya, saya tahu. Saya ingin merekam di video dan memperlihatkannya kepada orang tua saya di Amerika. 司会者 :賞金は何にお使いになりますか。 Shikaisha : Shoukin wa nani ni otsukai ni narimasu ka. Hadiah uangnya mau anda gunakan untuk apa?

Page 70: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

ミラー :そうですね。私は動物が好きで、子供のときからアフリカ

へ行くのが夢でした。 Mira : Sou desu ne. Watashi wa doubutsu ga suki de, kodomo no toki kara Afurika e iku no ga yume deshita. Apa ya? Saya suka binatang sejak kecil, dan pergi ke Afrika adalah impian saya. 司会者 :じゃ、アメリカへ行かれますか。 Shikaisha : Ja, Amerika e ikaremasu ka. Kalau begitu, apakah anda akan pergi ke Afrika? ミラー :はい。アフリカの自然の中できりんや像を見たいと

思います。 Mira : Hai. Afurika no shizen no naka de kirin ya zoo o mitai to omotte imasu. Ya. Saya ingin melihat jerapah dan gajah di alam Afrika. 司会者 :子供のころの夢がかなうんですね。 Shikaisha : Kodomo no koro no yume ga kanaun desu ne. Impian anda sejak kecil menjadi kenyataan. ミラー :はい。あのう、最後にひとことよろしいでしょうか。 Mira : Hai. Anou, saigo ni hito koto yoroshii deshou ka. Ya. Eh, terahir, bolehkah saya menyampaikan sesuatu? 司会者 :どうぞ。 Shikaisha : douzo. Silakan. ミラー :このスピーチ大会に出るために、いろいろご協力 くださった皆様に心から感謝いたします。 Mira : Kono supiichi taikai ni deru tame ni, iro iro gokyouryoku kudasatta minasama ni kokoro kara kansha itashimasu. Saya setulusnya mengucapkan terima kasih kepada anda sekalian atas bantuan dan kerjasama untuk ikut lomba pidato ini.

Pada percakapan diatas Mira sebagai salah satu kontestan pidato dalam

berbicara dengan shikaisha (pembawa acara) menggunakan tingkatan kenjoogo

karena menunjukkan rasa hormat pembicara kepada lawan bicara maupun orang

yang menjadi topik pembicaraan dengan cara merendahkan perilakunya sendiri.

Page 71: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Sedangkan pembawa acara (shikaisha) dalam kontes pidato diatas menggunakan

bentuk tingkatan sonkeigo untuk menghormat kepada lawan bicaranya.

3.4 Penggunaan Undak-usuk Bahasa Jawa

Bahasa Jawa mengenal undak-usuk basa dan menjadi bagian integral

dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta

biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa

yang mengenal undak-usuk bahasa, karena beberapa bahasa Austronesia lain dan

bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Sunda juga mengenal

hal semacam ini.

3.4.1 Penggunaan Ngoko

Bahasa ngoko umumnya dipakai berbicara orang tua kepada anak, cucu,

atau pada anak mudanya, percakapan terhadap orang sederajat yang tidak

memperhatikan kedudukan dan usia, atasan dan bawahannya, majikan dengan

pembantunya, dan lain-lain.

Tingkat tutur ngoko mencerminkan rasa tak berjarak antara O1 (orang

pertama) terhadap O2 (orang kedua). Artinya O1 tidak memiliki rasa segan (jiguh

pakewuh) terhadap O2, jadi buat seseorang yang ingin menyatakan keakrabannya

terhadap seseorang O2, tingkat ngoko inilah seharusnya dipakai. Teman-teman

akrab biasanya saling menggunakan ngoko. Orang-orang berstatus tinggi berhak

Page 72: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

pula, atau justru dianggap pantas, untuk menunjukkan rasa tak enggan terhadap

orang lain yang berstatus rendah.

Contoh percakapan dalam basa ngoko :

Tono : Aku ora kulina olah raga kaya Aris. Kasenenganku ngrungokake radhio, nggambar, lan maca.

Aku tidak terbiasa berolahraga seperti Aris. Kegemaranku mendengarkan radio, menggambar, dan membaca.

Aris : Apa entuk-entukane wong sing seneng ngrungokake radhio? Apa yang didapatkan dari orang yang suka mendengarkan radio? Tono : Wah, kowe kuwi kepancal sepur, Ris! Akeh banget guna paedahe seneng

ngrungokake radhio. Bisa tambah kawruh, bisa nglipur, bisa tambah kanca, bisa ngerti kaanan sing lagi dumadi tanpa maca koran. Malah kadhang kala entuk rejeki, utawa hadiah.

Wah, kamu tuh kayak nggak tahu saja, Ris. Banyak banget manfaatnya bagi yang suka mendengarkan radio. (Misalkan) Bisa menambah pengetahuan, bisa terhibur, bisa tambah teman, bisa tahu keadaan yang terjadi tanpa membaca koran. Bahkan kadang kala mendapat rejeki atau hadiah.

Aris : Iya. Yen ngono kasenengane manungsa iku duweni guna sing maneka

warna. Sing seneng olah raga ya bakal ngundhuh uwohing olah raga, samono uga sing seneng maca ya bakal ngundhuh uwohing maca.

Ya. Kalau begitu kegemaran orang itu mempunyai manfaat yang beraneka ragam. Bagi yang gemar berolahraga akan mengambil manfaatnya dalam olah raga. Bagi yang gemar membaca pun akan mengambil manfaatnya dalam membaca.

Pada contoh dialog diatas merupakan contoh pemakaian ngoko dalam

kehidupan sehari-hari antara teman yang sudah akrab. Karena Aris dan Tono

dalam dialog diatas bisa jadi hubungannya adalah teman sebaya atau teman

sekelas di sekolahnya sehingga tidak perlu lagi menggunakan bentuk krama.

Page 73: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.4.2 Penggunaan Madya

Pada dasarnya bahasa Jawa mempunyai tiga stratifikasi pokok. Pertama,

ialah ngoko yang dipakai oleh setiap penutur bahasa Jawa mulai dari anak-anak

sampai orang tua, dari yang miskin sampai yang kaya, dan yang berpendidikan

rendah sampai yang berpendidikan tinggi, dari rakyat biasa sampai para

bangsawan. Ngoko sendiri terdiri dari ngoko lugu dan ngoko alus. Ngoko lugu

biasanya dipakai untuk membahasakan diri sendiri, berbicara dengan sahabat

dekat yang umur dan status sosialnya sama, atau jika bertutur kata dengan

pendengar yang usia, status dan pendidikannya lebih rendah. Ngoko alus pada

dasarnya adalah campuran antara ngoko dan krama. Stratifikasi ini biasanya

dipakai diantara penutur dan pendengar yang bersahabat dengan tingkat

pendidikan yang tinggi dan antara anak dengan orang tua. Stratifikasi yang kedua

adalah karma madya atau biasa dikenal dengan madya (stratifikasi tengah) saja.

Madya ini biasanya digunakan dalam bertutur kata dengan orang yang tingkat

sosialnya rendah, tetapi usianya lebih tua dari penuturnya. Stratifikasi yang ketiga

adalah krama (tingkat tutur halus). Stratifikasi ini biasanya dipergunakan untuk

menunjukkan rasa hormat terhadap pandangan yang menurut perasaan penutur

memiliki tingkat social yang lebih tinggi.

Contoh percakapan dalam bentuk madya:

A : Pundi wohwohane sing becik-becik niku? Yang mana buah-buahan yang segar nih? B : Niku napa kirang becik? Apa ini kurang segar?

Page 74: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

A : Dadi ajeng dienggo pista niku wowohane kaya mekaten. Jadi buah-buahan yang dipakai buat pesta seperti ini? B : Mboten, lha dika suntak saka senik kabeh mangke kula pilihane. Bukan. Ya kalau mau silahkan nanti saya pilihkan dari semua yang ada. A : La ajeng tuku satus niku mboten kena milih? Ya, hendak membeli seratus atau boleh memilih. B : E, kejaba ta nek ajeng tuku akeh, daweg dika pilihi sing njlimet.

Ya, kecuali kalau mau beli yang banyak, saya persilahkan memilih dengan teliti.

A : Pundi pintone. Mana bijinya. B : Nek salak enak lan gedhe-gedhe mboten onten pintone, nek kedadean

penganyange mawon dika mecah siji, nek mboten enak bali. Kalau salak yang segar dan besar-besar tidak ada bijinya, kalau memang

jadi menawar silakan dicicipi satu, kalau tidak enak tidak jadi nggak apa. A : Niki sejinah pinten? Ini sepuluh berapa? B : Patang wang. Empat ribu. A : Tobat, tobat napa siji cucuke ngrong gobang? Tobat, tobat apa satu seharga dua ratus? B : Niki mangsa murah salak, napa empun larang? Ini musim buah salak ko’ sudah mahal? A : Bener empun larang, anua niki mangsa ngantia rego ngrong gobang siji. Ya, sudah mahal, memang ini musimnya sampai dua ratus dapat satu. B : Enggih dika enyang, empun maoni wong tawa mawon. Silakan ditawar, seperti pada umumnya orang yang beli aja.

Pada contoh dialog diatas menggunakan madya ngoko dan madya krama.

Penggunaan bentuk madya ngoko paling sering dijumpai oleh para pedagang yang

berjualan di pasar yang menawarkan dagangannya seperti contoh diatas, selain itu

Page 75: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

penggunaan madya juga dipakai oleh orang-orang yang bertempat tinggal di

daerah pedesaan atau pegunungan. Kemungkinan si A dan si B merupakan orang

daerah pegunungan ataupun pedesaan, sebab bentuk percakapan diatas

menggunakan tembung madya + ngoko + krama dan krama + krama inggil.

3.4.3 Penggunaan Krama

Bentuk krama (bahasa hormat) dilakukan dengan mempertimbangkan

jenis hubungan antara si pembicara dan si lawan bicara. Jenis hubungan yang

dimaksud ada dua, yaitu hubungan simetris dan asimetris. Pada hubungan simetris,

si pembicara dan si lawan bicara menggunakan konstruksi yang sama (misalnya,

si pembicara memakai konstruksi ngoko (bahasa biasa), dan si lawan bicara

memakai konstruksi krama (bahasa hormat). Misalnya, anak kepada orangtua,

bawahan kepada atasan, pembantu dengan majikannya.

Tingkat tutur Krama adalah tingkat yang memancarkan arti penuh sopan

santun. Tingkat ini menandakan adanya perasaan segan (pakewuh) dari O1

terhadap O2, karena O2 adalah orang yang belum dikenal, berpangkat, atau

priyayi, berwibawa dan lain-lain. Murid memakai krama terhadap gurunya,

pegawai menggunakan krama terhadap kepalanya.

Contoh percakapan bentuk krama:

Sulis : Nuwun sewu, Pak. Punapa Bapak kagungan bausastra? Permisi, Pak, Apakah Bapak punya kamus bahasa Jawa? Pak Sulih : O, duwe, duwe! Aku pancen duwe kamus basa Jawa. Óh, punya, punya! Aku memang punya kamus bahasa Jawa.

Page 76: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Sulis : Anggitanipun sinten, Pak? Pengarangnya siapa, Pak? Pak Sulih : Kamus kuwi karangane Pak Poerwadarminta. Kamus itu pengarangnya adalah Pak Poerwadarminta. Sulis : Punapa kinten-kinten kapareng kula ngampil, Pak? Apakah sewaktu-waktu boleh saya pinjam, Pak? Pak Sulih : Wong mung nyilih bae kok ora oleh. Kapan kanggone? Masa pinjam aja kok nggak boleh...Kapan dipakai? Sulis : Kanggenipun benjing enjing, Pak. Mau dipakai besok pagi, Pak. Pak Sulih : Yen sesuk aku arep lunga. Kalau besok aku mau pergi. Sulis : Bapak badhe tindak dateng pundi? Bapak hendak pergi kemana? Pak Sulih : Aku arep lunga menyang Madiun. Aku mau pergi ke Madiun. Sulis : Punapa ngantos nyipeng, Pak? Apakah sampai menginap, Pak? Pak Sulih : Iya, aku bakal nginep ana kana. Iya, aku akan menginap disana. Sulis : Menawi mekaten, kados pundi manawi dinten sapunika, Pak? Kalau begitu, bagaimana saat hari itu, Pak? Pak Sulih : Ora apa-apa. Malah kebeneran, iki mau lagi bae dakwaca. Tidak apa. Kebetulan, tadi baru saja aku baca. Sulis : Bapak ugi asring maos bausastra? Bapak juga sering membaca kamus bahasa Jawa? Pak Sulih: : Iya..., menawa kepingin nenulis kang endi endah. Iya...Kalau kepingin membuat karangan yang indah. Sulis : Bapak remen nyenyerat punapa kemawon? Bapak suka menulis apa saja?

Page 77: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Pak Sulih : Aku seneng ngarang geguritan. Aku suka mengarang cerita bacaan. Sulis : Wah, kapareng kula bekta sakpunika, Pak? Wah, kalau begitu boleh saya bawa (kamusnya), Pak? Pak Sulih : Enya, enya, gawanen! Nih, silakan bawa aja! Sulis : Matur nuwun, Pak. Nyuwun pamit. Terima kasih, Pak, Saya mohon pamit.

Pada contoh dialog Sulis mempunyai kedudukan sebagai murid sedangkan

Pak Sulih kedudukannya sebagai gurunya Sulis. Dalam hal ini penggunaan bentuk

krama digunakan dalam berbicara murid kepada gurunya (orang tua). Sedangkan

bentuk ngoko digunakan oleh guru (orang tua) terhadap muridnya. Dalam

unggah-ungguh basa Jawa sudah semestinya orang yang lebih muda

menghormati orang yang lebih tua. Orang yang lebih tua disini bisa saja meliputi:

Bapak/Ibu guru, orang tua sendiri maupun orang tua orang lain.

3.4.3.1 Penggunaan Krama Inggil

Kelompok kata yang secara langsung meninggikan dan meluhurkan diri

dengan yang diacu disebut sebagai kata krama inggil. Krama inggil menyangkut

apresiasi dan status sosial yang erat sekali dengan etika dan sopan santun. Pada

umumnya krama inggil digunakan oleh bawahan kepada atasan, anak kepada

orang tua, dan murid kepada gurunya, dipakai saat pranata cara (pidato serah

terima pengantin dalam adat Jawa), undangan, selain itu krama inggil dipakai juga

dalam dunia hiburan seperti pedhalangan (wayang).

Page 78: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Krama inggil biasanya digunakan oleh priyayi cilik kepada priyayi gedhe,

orang muda kepada orang tua, dan ketika membicarakan priyayi luhur. Dalam

masyarakat basa krama inggil sudah jarang terdengar lagi kecuali di dalam

lingkungan kraton. Basa krama inggil yang dipakai dalam lingkungan kraton

dikenal dengan sebutan bahasa kedhaton.

Bahasa kedhaton adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara oleh para

sentana dan abdidalem pada saat menghadap Ingkang Sinuwun ‘Raja atau

Pangeran Adipati Anom’, Pangeran calon Raja atau untuk percakapan dalam

kraton. Jadi, kalau berbicara dengan raja mengenai apa saja, bahasa yang

digunakan harus basa kedhaton dalam bentuk krama inggil. Wujud bahasa ini

berupa kata-kata krama yang bercampur dengan bahasa krama inggil terhadap

orang yang diajak berbicara. Bahasa kedhaton digunakan di kraton Surakarta,

sementara bahasa kedhaton yang digunakan dalam kraton Yogyakarta disebut

bahasa bagongan. Selain krama inggil ada krama desa, yang kata-katanya yaitu

krama dicampur dengan krama desa yang biasa untuk menyebut nama kota atau

tempat.

Contoh penggunaan krama inggil dalam percakapan:

Caraka : Saben enjing Bapak wungu pukul pinten? Setiap pagi Bapak bangun jam berapa? Pak Hana : Aku kulina tangi jam setengah lima. Saya biasa bangun jam setengah lima. Caraka : Kalawau enjing tindak-tindak dumugi pundi? Tadi pagi jalan-jalan sampai mana? Pak Hana : Aku mlaku-mlaku tekan setadhiyon Pringgadani.

Page 79: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Saya jalan-jalan sampai stadion Pringgadani. Caraka : Menawi kula nderek punapa kapareng? Kalau saya ikut boleh nggak? Pak Hana : Kena melu. Lah kowe kulina tangi jam pira? Ikut boleh. Kalau kamu biasa bangun jam berapa? Caraka : Kula kulina tangi pukul setengah gangsal. Saya biasa bangun jam setengah lima. Pak Hana :Yen mengkono malah kebeneran. Kowe teka ing ngarepanku

sadurunge jam lima, aku mesthi wis siyap! Kalau begitu kebetulan. Kamu datang aja di depan rumahku

sebelum jam lima, saya pasti dah siap!. Caraka : Inggih, kula badhe dumugi ngrika saderengipun pukul gangsal.

Sapunika Bapak badhe tindak dhateng pundi? Baiklah, saya akan datang kesana sebelum jam lima. Setelah itu

Bapak hendak pergi kemana? Pak Hana : Aku arep lunga menyang Semarang. Saya mau pergi ke Semarang. Caraka : Nitih punapa saking ngriki? Dari sini mau naik apa? Pak Hana : Numpak bis bae. Naik bus aja. Caraka : Lajeng, kunduripun benjing punapa? Lalu, pulangnya hari apa? Pak Hana : Sesuk aku wis mulih, mung sadina kok. Besuk saya udah pulang, cuma sehari aja. Caraka : Mangke ndalu nyare wonten ing pundi? Nanti malam menginap dimana? Pak Hana : Bab nginep gampang. Aku duwe tepungan akeh. Masalah nginap itu mudah.’ ‘Saya punya banyak kenalan. Caraka : Sarawuhipun mangke, punapa inggih badhe tindak kantor? Kalau sudah datang nanti, apa hendak berangkat ke kantor? Pak Hana : Iya..., kudu! Nadyan teka esuk ya kudu mangkat.

Page 80: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Iya...harus!’ ‘Walaupun datangnya pagi ya harus berangkat. Caraka :Wah, Bapak punika sanyata abdi nagari ingkang dhisiplin.

Kaparenga kula nyuwun resepipun, Pak? Wah, Bapak orangnya ternyata taat dengan aturan negara yang

disiplin. Kalau boleh saya minta resepnya, Pak? Pak Hana : Ah, gampang! Ora njaluk, yen kowe gelem melu mlaku mlaku aku,

mesthi dakwenehi. Ah, mudah!’Tidak minta, kalau kamu mau ikut saya jalan-jalan

pasti tak kasih. Caraka : Estu nggih, Pak, kula dipun paringi. Benar ya, Pak, saya diberi. Pak Hana : Iya..., iya...! Wis ya, kae bise! ‘Ya...ya...! Údah dulu ya, itu busnya!

Pada contoh dialog kedudukan Caraka merupakan orang yang mempunyai

status di bawah Pak Hana. Bisa jadi Pak Hana merupakan orang yang berpangkat

lebih tinggi dibanding dengan Caraka. Maka dari itu, sudah seharusnya Caraka

dalam berbicara dengan Pak Hana mengggunakan bentuk krama inggil, bentuk

menghormat untuk berbicara kepada lawan bicaranya yang memiliki kedudukan

yang lebih tinggi, seperti bawahan kepada atasan, priyayi cilik dengan priyayi

gedhe, dan lain-lain.

3.4.3.2 Penggunaan Krama Andhap

Krama andhap merupakan kelompok kata yang menghormat orang yang

diacu dengan cara merendahkan diri sendiri. Bentuk krama andhap dipakai oleh

orang tua kepada anaknya, bawahan kepada atasan. Penggunaan krama andhap

sejalan dengan pemakaian krama inggil. Karena pemakai ragam bahasa ini adalah

Page 81: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

orang pertama (pembicara) dan orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok

pembicara. Misalnya, keluarga pembicara.

Berikut contoh percakapan dalam krama andhap:

Bu Broto : Hallo. Halo. Rifki : Sugeng sonten, Bu, menapa punika dalemipun Pak Broto? Selamat sore, Bu, apakah benar ini rumah Pak Broto? Bu Broto : Inggih leres. Kula Bu Broto.

Iya benar.’ ‘Saya Bu Broto.

Rifki : Nuwun Bu, kula Rifki muridipun Pak Broto. Menawi kapareng kula badhe matur kaliyan Pak Broto.

Maaf Bu, saya Rifki muridnya Pak Broto. Kalau boleh saya mau berbicara dengan Pak Broto.

Bu Broto : Oh, mbak Rifki ta...inggih wonten. (Pak iki ana telpon saka Rifki, murid panjenengan)

Oh, mbak Rifki ya...Iya, ada. (Pak, ini ada telpon dari Rifki, murid kamu).

Pak Broto : Halo Rifki, piye kabare?

Halo, Rifki, bagaimana kabarnya?

Rifki : Pangestunipun Bapak, sae. Kaparenga matur Pak, menawi boten wonten pambengan kula suwun bapak rawuh ing griya kula, ingkang saperlu ngrawuhi syukuran dinten ulang taun kula ingkang kaping 16. Dene wancinipun jam 09.00 enjing.

Berkat doanya Bapak, baik-baik saja. Saya mau menyampaikan, Pak, kalau tidak ada halangan saya mohon bapak datang ke rumah saya dalam rangka menghadiri pesta ulang tahun saya yang ke 16. Waktunya jam 09.00 pagi.

Pak Broto : Lha sing nekani sapa bae?

La, yang datang siapa aja?

Page 82: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Rifki : Kanca-kanca setunggal kelas, Pak!

Teman-teman sekelas, Pak!

Pak Broto : Iya, kebeneran sesuk ora ana acara liya, mula dak usahaake bisa teka.

Iya, kebetulan besok saya tidak ada acara lain, maka tak usahakan datang.

Rifki : Inggih, Pak, matur nuwun sanget.

Iya, Pak, terima kasih banyak.

Pada contoh dialog diatas Rifki menggunakan krama andhap dalam

mengundang Pak Broto untuk datang dalam acara pesta ulang tahunnya. Karena

Pak Broto kedudukannya lebih tinggi (guru) dari Rifki (murid), sudah selayaknya

Rifki memakai ragam bahasa ini dalam bahasa mengajak atau mengundang.

Dalam undak-usuk bahasa Jawa, bahasa yang bertujuan mempersilahkan

seseorang yang kedudukannya lebih tinggi, mengundang dalam suatu acara (yang

diundang kedudukannya lebih tinggi dari yang mengundang) umumnya

menggunakan bentuk krama andhap.

3.5 Perbedaan Bentuk Tingkatan Bahasa Jepang dan Undak-Usuk Bahasa

Jawa

Dalam bahasa Jepang semua kata dari ragam futsuu akan mengalami

perubahan dalam ragam teinei, meskipun bukan perubahan kata secara total yang

Page 83: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

membentuk kata baru, tetapi hanya menambahkan kopula desu atau verba bantu

masu di akhir kalimat. Kopula desu akan menempel pada kata benda dan ajektiva,

sedangkan verba bantu –masu akan menempel pada kata kerja. Sedangkan dalam

bahasa Jawa, perubahan ngoko ke krama lebih variatif. Ada yang tidak mengalami

perubahan kata sama sekali, tetapi ada pula kata dari ngoko yang berjumlah total

dalam ragam krama sehingga terbentuk kata baru. Dalam bahasa Jepang hampir

semua kata futsuu bisa diubah ke dalam bentuk teinei maupun sonkeigo,

sedangkan bahasa Jawa ragam ngoko ada yang memilki padanan dalam krama

saja tetapi dalam krama inggil padanan katanya tidak ada. Untuk lebih jelasnya

perhatikan contoh tabel leksikon berikut ini:

NO. LEKSIKON

FUTSUUGO

LEKSIKON

TEINEIGO

LEKSIKON

NGOKO

LEKSIKON

KRAMA ARTI

1. Kau Kaimasu Tuku Tumbas Membeli

2. Miru Mimasu Nonton Mirsani Melihat

3. Iru Imasu Ono Wonten Ada

4. Kuru Kimasu Teka Dugi Datang

5. Iu Iimasu Kandha Matur Berkata

No. LEKSIKON

FUTSUUGO

LEKSIKON

SONKEIGO

LEKSIKON

NGOKO

LEKSIKON

KRAMA

INGGIL

ARTI

1. Kaeru Okaeri ni Mulih Kondur Pulang

Page 84: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

naru

2. Nomu Onomi ni

naru Ngombe Ngunjuk Minum

3. Taberu Meshi agaru Mangan Dhahar Makan

4. Miru Goran ni

naru Nonton Mirsani Melihat

5. Matsu Omachi

kudasai Ngenteni Ngentosi Menunggu

6. Iu Ossharu Kandha Ngendika Berkata

7. Iku Ikareru Lunga Tindak Pergi

Selain verba dalam tingkatan sonkeigo, nomina dalam tingkatan sonkeigo juga

memiliki kesamaan dalam leksikon krama inggil, diantaranya seperti dalam tabel

dibawah ini:

NO. SONKEIGO KRAMA INGGIL ARTI

1. Otaku Dalem Rumah

2. Okarada Slira Badan

3. Otoosan Rama Bapak

4. Onomimono Unjukan Minuman

5. Ohaka Pasarehan Makam

Page 85: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Kosakata tingkatan kenjoogo dalam bahasa Jepang, jauh lebih banyak

daripada kosakata krama andhap dalam bahasa Jawa, dan hampir semua kata

kerja di ‘’Krama Andhap-kan’’ dengan menggunakan prefiks dan verba bantu.

Bahasa Jawa tidak memiliki krama adhap untuk kata kerja seperti

‘’pergi/datang/ada/makan’’ dan sebagainya. Timbul pertanyaan, mengapa jumlah

kata krama andhap begitu sedikit? Jawabannya, menurut tafsiran penulis, kata

krama dalam bahasa Jawa itu sudah mempunyai nuansa merendahkan diri yang

sepadan dengan tingkatan kenjoogo dalam bahasa Jepang. Untuk lebih jelasnya

perhatikan contoh sekelompok kata/leksikon berikut ini:

No.

LEKSIKON

KENJOOGO ARTI

LEKSIKON

KRAMA

ANDHAP

ARTI

1 onegai shimasu minta nyuwun minta

2 sashi agemasu memberi nyaosi memberi

3

mooshimasu,

mooshiagemasu berkata matur berkata

4 ukagaimasu bertanya nyuwun priksa bertanya

5 ukagaimasu berkunjung sowan berkunjung,

menghadap

6 okari shimasu pinjam ampil pinjam

Page 86: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

3.6 Perbedaan Bentuk dan Penggunaan Tingkatan Bahasa Jepang

dan Undak-usuk Bahasa Jawa

Dari segi penggunaannya, bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa

mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:

1. Penggunaan tingkatan futsuugo dalam bahasa Jepang hampir sama dengan

penggunaan ngoko dalam bahasa Jawa. Bedanya, kalau dalam bahasa

Jepang apabila berkomunikasi dalam ruang lingkup keluarga umumnya

menggunakan ragam futsuu, sebab kalau masih menggunakan bentuk

teinei menurut aturannya dianggap masih ada jarak, tidak ada hubungan

kedekatan dalam keluarga. Sedangkan dalam bahasa Jawa, dalam

berkomunikasi dengan keluarga terutama kepada orang tua umumnya

ragam ngoko tidak dipakai. Dalam hal ini ragam krama yang seharusnya

dipakai, sebab orang tua adalah orang yang paling banyak berjasa maka

sudah sepantasnya orang tua untuk dihormati. Namun, akhir-akhir ini

banyak ditemukan dalam masyarakat Jawa seorang anak masih

menggunakan ragam ngoko dalam berkomunikasi dengan orang tuanya.

Hal itu bisa dikarenakan didikan dari orang tuanya sendiri apakah para

orang tua tersebut masih menanamkan aturan unggah-ungguh bahasa Jawa

dalam kehidupan sehari-hari atau tidak.

2. Tingkatan sonkeigo dan krama inggil sama-sama berfungsi sebagai bahasa

menghormat, sedangkan tingkatan kenjoogo dan krama andhap juga sama-

sama mempunyai fungsi sebagai bahasa merendah. Bedanya, dalam

bahasa Jepang mengenal aturan uchi dan soto, sedangkan dalam bahasa

Page 87: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Jawa tidak mengenal aturan hal tersebut. Dalam bahasa Jepang, jika

seseorang dalam perusahaan A membicarakan orang lain yang berada

dalam perusahaan B tidak memandang yang dibicarakan itu mempunyai

kedudukan sederajat, lebih rendah ataupun lebih tinggi, maka bahasa yang

dipakai adalah tingkatan sonkeigo. Kemudian, apabila seseorang dalam

perusahaan A membicarakan orang dalam perusahaan A sendiri yang

mempunyai kedudukan lebih tinggi (sebagai atasan) maka bahasa yang

dipakai adalah tingkatan kenjoogo. Sebaliknya dalam bahasa Jawa, baik

hendak membicarakan seseorang dalam perusahaan sendiri maupun orang

lain di luar perusahaan lain jika kedudukannya lebih rendah ataupun lebih

tinggi dengan orang yang dibicarakan maka menggunakan bentuk ragam

krama inggil.

3. Tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang terdiri atas empat tingkatan

sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri atas tujuh/sembilan tingkatan.

Tingkatan bahasa dalam Jepang terdiri atas; (1) Sonkeigo, (2) Kenjoogo,

(3) Teineigo (4) Futsuugo. Sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri

atas: (1) Ngoko lugu, (2) Antya basa, (3) Basa antya, (4) Wredha krama,

(5) Mudha krama, (6) Kramantara, (7) Madya ngoko, (8) Madya krama,

(9) Madyantara.

4. Verba dalam bahasa Jepang mengalami konjugasi, begitu pula verba

dalam bentuk tingkatan bahasanya. Sedangkan dalam bahasa Jawa,

verbanya tidak mengalami perubahan, hanya saja kalau verbanya ngoko

menjadi krama mengalami perubahan.

Page 88: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

BAB IV

SIMPULAN

Tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa muncul

karena adanya stratifikasi sosial di masyarakat kedua penutur bahasa tersebut

yang berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Di Jepang, terdapat kelas

keluarga kaisar, bangsawan, samurai, petani, pedagang, tukang dan rakyat jelata.

Begitu juga di tanah Jawa, ada kelas keluarga raja, bangsawan, saudagar, priyayi,

petani, nelayan, dan wong cilik. Adanya kelas-kelas sosial pada masyarakat

Jepang dan Jawa tersebut melahirkan berbagai variasi tingkatan bahasa yang

saling berbeda di masing-masing kelas tersebut.

Setelah penulis memaparkan mengenai perbandingan antara penggunaan

tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa, penulis dapat

menarik kesimpulan mengenai perbedaan antara tingkatan bahasa dalam bahasa

Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa antara lain sebagai berikut:

1. Bahasa Jepang mengenal adanya tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang

sedang dalam bahasa Jawa mengenal adanya undak-usuk/tingkat tutur

(speech levels).

2. Tingkat tutur bahasa Jepang mengenal konsep uchi dalam dan soto luar,

artinya orang Jepang akan memperhatikan dengan siapa berbicara, dan

siapa yang dibicarakan sedang tiingkat tutur bahasa Jawa tidak mengenal

konsep uchi dalam dan soto luar seperti bahasa Jepang, tapi dalam bahasa

Page 89: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Jawa apabila membicarakan orang dalam maupun orang luar dalam

perusahaan sendiri maupun perusahaan orang lain kedudukannya apabila

bawahan dengan atasan atau belum akrab menggunakan bahasa

menghormat.

3. Dalam ragam futsuu bahasa Jepang digunakan dalam situasi sudah akrab,

seperti: teman, rekan kerja, dan keluarga sendiri, sedangkan bentuk ngoko

bahasa Jawa yang sejajar dengan futsuu dalam bahasa Jepang digunakan

juga dalam situasi sudah akrab, seperti: teman, bedanya dalam lingkup

keluarga sendiri maupun keluarga orang lain harus memakai bentuk krama.

4. Dalam bahasa Jepang hampir semua kata futsuu bisa diubah ke dalam

teinei maupun sonkeigo, tetapi dalam bahasa Jawa kata ngoko ada yang

hanya memiliki padanan dalam krama saja tetapi dalam krama inggil

padanannya tidak ada, ada yang memiliki padanan dalam krama dan juga

krama inggil.

5. Tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang terdiri atas empat tingkatan

sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri atas tujuh/sembilan tingkatan.

Tingkatan bahasa dalam Jepang terdiri atas; (1) Sonkeigo, (2) Kenjoogo,

(3) Teineigo (4) Futsuugo. Sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri

atas: (1) Ngoko lugu, (2) Antya basa, (3) Basa antya, (4) Wredha krama,

(5) Mudha krama, (6) Kramantara, (7) Madya ngoko, (8) Madya krama,

(9) Madyantara.

6. Verba, adjektiva dan nomina dalam pembentukan tingkatan bahasa Jepang

mengalami infleksi atau konjugasi, misalnya verba iu (futsuugo) berubah

Page 90: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

menjadi iimasu (teineigo) kemudian menjadi osshaimasu (sonkeigo) dan

nomina uchi (futsuugo)‘rumah’ menjadi otaku (teineigo) sedangkan dalam

bahasa Jawa tidak mengalami infleksi.

Page 91: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Moeliono. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. :Ancangan

Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan

Candra, T. 1973. Pelajaran Bahasa Jepang I. Jakarta: Evergreen.

Candra, T. 1974. Pelajaran Bahasa Jepang II. Jakarta: Evergreen.

Djajasudarma, F. 1993. Metode Linguistik. Ancangan Metode Penelitian dan

Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Gorys, Keraf. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Harjawiyana, dkk. 2009. Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta:

Kanisius.

Hartati. 2008. Undak-Usuk Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa: Sebuah

Perbandingan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

James, Carl. 1996. Contrastive Analisis. Harlow Ersex: Longman Group Ltd.

Kawase, Ikuo. 1996. Nihongo Chukyuu I. Tookyoo: The Japan Foundation.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Kusmaryani. 2010. Buku Saku Lengkap Percakapan Sehari-hari dalam Bahasa

Jepang. Jakarta: Transmedia

Ogawa, Iwao. 1998. Minna no Nihongo II. Tookyoo: 3A Corporation.

Page 92: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Purwadi. 2005. Belajar Bahasa Krama Inggil. Yogyakarta: Hanan Pustaka.

Purwadi, dkk. 2005. Tata Basa Jawa. Yogyakarta: Media Abadi

Poejosoedarmo, Soepomo dkk. 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Priyantono, dkk. 2008. Marsudi Basa lan Sastra Jawa Anyar 1. Jakarta: Erlangga

Priyantono, dkk. 2008. Marsudi Basa lan Sastra Jawa Anyar 3. Jakarta: Erlangga

Sudaryanto. 1981. Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Sudjianto. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:Kesaint Blanc.

Sudjianto. 2004. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc.

Soenardji, dkk. 1993. Kaidah Penggunaan Ragam Krama Bahasa Jawa. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Subroto, dkk. 2008. Pinter Basa Jawa 1. Jakarta: Bumi Aksara

Sudaryanto, dkk. 1991. Proseding Kongres Bahasa Jawa III. Surakarta: Harapan

Massa

Sudaryanto, dkk. 1993. Proseding Kongres Bahasa Jawa IV. Surakarta: Harapan

Massa

Page 93: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Susylowati, Eka. 2009. Kajian Undak-Usuk Bahasa Jawa Abdhi Dalem Kraton

Surakarta Hadiningrat. Semarang: Tesis. Universitas Diponegoro.

Sutedi, Dedi. 2004. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora Utama Press (HUP)

Yatmana, dkk. 2001. Pelajaran Bahasa Jawa 3. Jakarta: Yudhistira

Yoshisuke, Yumiko. 1988. Gaikoku No Tame No Nihongo Reibun Mondai

Shiriizu Keigo. Tookyoo: ISBN4

Page 94: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

要旨要旨要旨要旨

本論文で筆者は、日本語とジャワ語のスピーチレベルについて述べた。それ

ぞれのスピーチレベルを比較して、いくつかの相違点そういてん

を見つけることが目的であ

る。研究方法には対照言語学を使った。日本語とジャワ語のスピーチレベルはい

くつあるか、どんな形を持っているか、どんな意味を表すのかについてデータを

分析して調べた。

日本語のスピーチレベルは敬語(尊敬語と謙譲語)、丁寧語、普通語という

三つのレベルに分けられる。尊敬語とは目上の人敬意を表すべき人(親しくない

人、「外」の尊敬するべき人)の行為や状態を高めて敬意を表すことばである。

謙譲語は話者や「内」の人が話題のとき、その人を低めることによって聞き手に

敬意を表すものである。丁寧語は聞き手に対する敬意を表す形である。普通語は

敬意を表さない形で、親しい人(家族や友人など)と話すとき使う言葉である。

それに対して、ジャワ語のスピーチレベル(以下ジャワ語の undak-usuk)は

Ngoko( 標 準ひょうじゅん

)、Madya(中程度ちゅうていど

)、Krama(待遇たいぐう

)という三つのレベルに分

けられるけれども、それぞれのレベルは詳 細しょうさい

な下位か い

レベルを持っている。大ざ

っぱに言えば、Ngoko は Ngoko Lugu, Antya Basa と Basa Antya に分けられる。そ

Page 95: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

して、Madya は Madya Ngoko, Madyantara と Madya Krama に分けられ、Krama

は Mudha Krama, Kramantara と Wreda Krama に分けられる。

Ngoko は日本語の普通語のように、親しい人と話すときに使う undak-usuk で

ある。しかし、家族の父や母、年上の人と話すとき、Madya か Krama レベルの

文型を使う。それは距離きょり

をおくというより、冷機正れいきただ

しいというか、年上と若者の

考えがあるからできたルールである。

上記じょうき

に書いたが、Krama は Krama Inggil と Krama Andhap に分けられる。

Krama は日本語の尊敬語と同じで、目上の人や年上の人を尊敬するために使われ

る Undak-usuk である。なお、Krama Andhap は自分を謙遜けんそん

するために使われる

Undak-usuk である。尊敬語と謙譲語の使い方は「内」と「外」というルールに

ついて、知られて、ジャワ語の Undak-usuk は「内」と「外」というルールにつ

いて、知られない。

日本語の敬語とジャワ語の Krama の類似点るいじてん

は、形から見ると、どちらも丁寧

体か普通体に変えることができる点である。相違点そういてん

は、語彙から見ると、尊敬語

および謙譲語で語彙レベルの違いがある一方、ジャワ語の敬語体と普通体の違い

は語彙ご い

レベルにとどまらない。日本語のほとんどすべての単語は普通語と丁寧語

Page 96: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

と尊敬語に変えることができるが Ngoko の単語に対応たいおう

する Krama の単語はあっ

ても、Krama Inggil にはない場合などがある。そして、日本語には活用があるが、

ジャワ語には活用がない。 例えば、Mangan [食べる]は、現在げんざい

、進行中しんこうちゅう

、過去か こ

など時制じせい

、アスペクトを表す活用がない。

日本語は「内」と「外」の概念があり、だれと話すか、だれについて話してい

るかに重点が置かれるが、ジャワ語は、そのような概念がいねん

はない。ジャワ語では、

話し手の会社であれ、それ以外の会社であれ、目上の人またはよく知らない人に

対する場合には敬語を使う。

日本語とジャワ語のスピーチレベルは何百年もの間に、社会階級を背景に生

じたものである。日本では、皇族こうぞく

、貴族きぞく

、武士ぶ し

、農民のうみん

、商 人しょうにん

、職 人しょくにん

および

庶民しょみん

の社会階級がある。ジャワでは、王族おうぞく

、貴族、商人、農民、漁師りょうし

、庶民と

いうのがある。 日本およびジャワのコミュニティにおける存在はそれぞれの階

級によってそれぞれ異なったレベルを産んだ。

残念ながら、日本語の待遇表現やジャワ語の敬語体系の使用法に若者はあま

り注意を払っていない。日本語の尊敬語と謙譲語の形で使用法に多数たすう

の間違まちが

いが

Page 97: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

見られることや、ジャワ語のクロモ・アンダップ(Krama Andhap)とクロモ・

インギル(Krama Inggil)の使用法の誤りなどからそのことが分かる。日本語学

習者もジャワ語学習者も日本語の待遇表現やジャワ語の敬語体系をもっと勉強す

るべきだと筆者は考える。これらは国の文化の一つものだから、大切にするべき

だと思う。

Page 98: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

LAMPIRAN

Page 99: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

1. Contoh penggunaan teineigo dalam percakapan:

Yuki :すみません、ちょっと教えてください。 Sumimasen, chotto oshiete kudasai. Maaf, mohon informasi sebentar. Polisi :いいですよ。何ですか。 Ii desu yo. Nan desu ka? Iya, ada apa? Yuki :ビストロというレストランにはどう行けばいいのですか。 Bisutoro to iu resutoran ni wa dou ikeba ii no desu ka.

Jalan ke Restoran Bistro lewat mana?

Polisi :ビストロですね。信号のところまでまっすぐ行って、右に曲がっ

てださい。そして、2~3分歩くと右側に見えます。 Bisutoran desu ne. Shingo no tokoro made massugu itte, migi ni magatte kudasai. Soshite, ni-sanpun aruku to, migi ni miemasu. (Restoran) Bistro ya.’ ‘Jalan lurus saja sampai di lampu merah, terus belok kanan.’ ‘Setelah itu jalan lurus selama 2-3 menit, restorannya ada di sebelah kanan.

Yuki :ありがとうございました。 Arigatou gozaimashita. ‘Terima kasih.’

(Kusmaryani, 2010: 71-72)

2. Contoh penggunan futsuugo dalam percakapan:

Satoru :今日、赤を着すぎじゃない? Kyou, aka wo kisugi janai? Kamu nggak kebanyakan pakai merah hari ini? Mira :別に、いいじゃん!赤が好きだから。 Betsu ni, ii jan! Aka ga suki dakara. Emangnya kenapa? Aku, kan, suka merah. Satoru :ジャケットもイヤリングも靴も全部赤だよ。 Jaketto mo iyaringu mo kutsu mo zenbu aka da yo. Dari jaket, anting-anting, sampai sepatu merah semua. Mira :バッグも赤だよ。

Page 100: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Baggu mo aka da yo. ‘Tasku juga merah.’ Satoru :そうだ。バッグも! Sou da. Baggu mo! Oh, ya. Tasnya juga! Mira :なによ?文句ある? Nani yo? Monku aru? Kenapa, sih?’ ‘Ada masalah? Satoru :俺、赤きらいんだよな。 Ore, aka kirain da yo na. Aku benci warna merah. Mira :へ?うそ!赤きらいの? He? Uso! Aka kirai no? Hah? Yang bener?’ ‘Kamu benci merah? Satoru :彼女は赤がこんなに好きじゃ、困るな。 Kanojo wa aka konna ni suki ja, komaru na. Kalau pacarku sesuka ini sama merah, gawat juga. Mira :じゃあ、どうする?別れたほうがいいっていうの? Jaa, dou suru? Wakareta hou ga iitte iu no? Terus mau bagaimana? Maksud kamu, lebih baik kita putus? Satoru :そうは言ってないだろう~。

Sou wa itte nai darou... ‘Aku kan, nggak bilang begitu…’

(Kusmaryani, 2010:54-56)

3. Contoh penggunaan sonkeigo dalam percakapan:

Sudirno :もしもし、そちらは「ビストロ」ですか。 Moshi-moshi, sochira wa ‘Bisutoro’ desu ka. Halo, disitu restoran Bistro? CS :はい、「ビストロ」でございます。 Hai, ‘Bisutoro’ de gozaimasu. Benar’. ‘Disini ‘Bistro. Sudirno :7:30に 2名予約したいのですが。。。 Shichijihan ni 2 mei yoyaku shitai no desu ga…

Page 101: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Saya ingin reservasi untuk 2 orang di pukul 19.30. CS :申し訳ございません。電話回線の状態が悪いようです。も

う一度おっしゃってくださいませんか。 Moushiwake gozaimasen. Denwa kaisen no joutai ga warui you

desu. Mou ichido osshatte kudasaimasen ka. Maaf’. ‘Sepertinya koneksi telpon sedang agak buruk’. ‘Bisa

tolong ulangi sekali lagi? Sudirno :はい、今週金曜日の7:30に2人分の席が取れますか。

Hai. Konshuu kinyoubi no shichijihan ni futari-bun no seki ga toremasu ka? ‘Baik.’ ‘Apakah saya bias res rvasi untuk 2 orang di hari Jum’at pukul 19.30?’

CS :お調べします。申し訳ございません。金曜日は混んでおり

まして、お席にご案内できるのは一番早くて8:30となっ

ておりますが。。。 Oshaberi shimasu. Moushiwake gozaimasen. Kinyoubi wa konde

orimashite, oseki ni go annai dekiru no wa ichiban hayakute hachijihan to natte orimasu ga…

Saya cek dulu.’ ‘Maaf, Pak.’ ‘Hari Jum’at penuh, saya bisa antar Bapak ke kursi paling cepat pukul 20.30…’

Sudirno :そうですか。。。 Sou desu ka… Begitu, ya… CS :もし早めにお出でになるのでしたら、テーブルが空くまで

バーでお飲み物でもいかがでしょうか。 Moshi hayame ni oide ni naru no deshitara, teeburu ga aku made

baa de onomimono demo ikaga deshou ka. Kalau Bapak bisa datang lebih cepat, bagaimana kalau sambil

menunggu kursi kosong, minum dulu di bar? Sudirno :ああ、それはいいですね。ありがとう。。。 Aa, sore wa ii desu ne. Arigatou… Ah, boleh juga. Terima kasih… CS :ではお二人ですね。お名前は。。。? Dewa, o-futari desu ne. Onamae wa…? Jadi, dua orang ya. Namanya…?

Page 102: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Sudirno :スデイルノ、S-U-D-I-R-N-O…それと窓側禁煙席でお願い

しますか。 Sudirno, S-U-D-I-R-N-O…, sore to madogawa wa kin’en seki de

onegai dekimasu ka. Sudirno, S-U-D-I-R-N-O…, dan bisa minta kursi non-smoking di

sebelah jendela? CS :もちろんです。問題ありません。では、スデイルノ様、金

曜日8:30でご予約賜りました。 Mochiron desu. Mondai arimasen. Dewa Sudirno-sama, kinyoubi hachijihan de go yoyaku tamawarimashita. Tentu bias.’ ‘Tidak ada masalah.’ ‘Baik, Bapak Sudirno, reservasi untuk jum’at pukul 20.30 ya.

Sudirno :はい、どうもありがとう。 Hai, doumo arigatou. ‘Baik, terima kasih.’

(Kusmaryani, 2010:140-143)

4. Contoh penggunaan kenjoogo dalam percakapan:

司会者 :優勝おめでとうございます。 すばらしいスピーチでした。

Shikaisha : Yuushou omedetou gozaimasu. Subarashii supiichi deshita. Selamat menjadi juara. Pidato anda bagus sekali. ミラー :ありがとうございます。 Mira : Arigatou gozaimasu. Terima kasih. 司会者 :緊張なさいましたか。 Shikaisha : Kinchou nasaimashita ka. Apakah anda grogi? ミラー :はい、とても緊張いたしました。 Mira : Hai, totemo kinchou itashimashita. Ya, saya groggi sekali. 司会者 :テレビで放送されることはご存知でしたか。 Shikaisha : Terebi de housou sareru koto wa gozonji deshita ka. Apakah anda tahu bahwa lomba pidato disiarkan di televise? ミラー :はい。ビデオにとって、アメリカの両親にも見せたいと

思っております。

Page 103: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Mira : Hai. Bideo ni totte, Amerika no ryoushin ni mo misetai to omotte orimasu. Ya, saya tahu. Saya ingin merekam di video dan memperlihatkannya kepada orang tua saya di Amerika. 司会者 :賞金は何にお使いになりますか。 Shikaisha : Shoukin wa nani ni otsukai ni narimasu ka. Hadiah uangnya mau anda gunakan untuk apa? ミラー :そうですね。私は動物が好きで、子供のときからアフリカ

へ行くのが夢でした。 Mira : Sou desu ne. Watashi wa doubutsu ga suki de, kodomo no toki kara Afurika e iku no ga yume deshita. Apa ya? Saya suka binatang sejak kecil, dan pergi ke Afrika adalah impian saya. 司会者 :じゃ、アメリカへ行かれますか。 Shikaisha : Ja, Amerika e ikaremasu ka. Kalau begitu, apakah anda akan pergi ke Afrika? ミラー :はい。アフリカの自然の中できりんや像を見たいと

思います。 Mira : Hai. Afurika no shizen no naka de kirin ya zoo o mitai to omotte imasu. Ya. Saya ingin melihat jerapah dan gajah di alam Afrika. 司会者 :子供のころの夢がかなうんですね。 Shikaisha : Kodomo no koro no yume ga kanaun desu ne. Impian anda sejak kecil menjadi kenyataan. ミラー :はい。あのう、最後にひとことよろしいでしょうか。 Mira : Hai. Anou, saigo ni hito koto yoroshii deshou ka. Ya. Eh, terahir, bolehkah saya menyampaikan sesuatu? 司会者 :どうぞ。 Shikaisha : douzo. Silakan. ミラー :このスピーチ大会に出るために、いろいろご協力 くださった皆様に心から感謝いたします。 Mira : Kono supiichi taikai ni deru tame ni, iro iro gokyouryoku kudasatta minasama ni kokoro kara kansha itashimasu. Saya setulusnya mengucapkan terima kasih kepada anda sekalian atas bantuan dan kerjasama untuk ikut lomba pidato ini.

Page 104: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

(Ogawa, 1998: 203) 5. Contoh penggunaan basa ngoko dalam percakapan:

Tono : Aku ora kulina olah raga kaya Aris. Kasenenganku ngrungokake radhio, nggambar, lan maca.

Aku tidak terbiasa berolahraga seperti Aris. Kegemaranku mendengarkan radio, menggambar, dan membaca.

Aris : Apa entuk-entukane wong sing seneng ngrungokake radhio? Apa yang didapatkan dari orang yang suka mendengarkan radio? Tono : Wah, kowe kuwi kepancal sepur, Ris! Akeh banget guna paedahe seneng

ngrungokake radhio. Bisa tambah kawruh, bisa nglipur, bisa tambah kanca, bisa ngerti kaanan sing lagi dumadi tanpa maca koran. Malah kadhang kala entuk rejeki, utawa hadiah.

Wah, kamu tuh kayak nggak tahu saja, Ris. Banyak banget manfaatnya bagi yang suka mendengarkan radio. (Misalkan) Bisa menambah pengetahuan, bisa terhibur, bisa tambah teman, bisa tahu keadaan yang terjadi tanpa membaca koran. Bahkan kadang kala mendapat rejeki atau hadiah.

Aris : Iya. Yen ngono kasenengane manungsa iku duweni guna sing maneka

warna. Sing seneng olah raga ya bakal ngundhuh uwohing olah raga, samono uga sing seneng maca ya bakal ngundhuh uwohing maca.

Ya. Kalau begitu kegemaran orang itu mempunyai manfaat yang beraneka ragam. Bagi yang gemar berolahraga akan mengambil manfaatnya dalam olah raga. Bagi yang gemar membaca pun akan mengambil manfaatnya dalam membaca.

(Priyantono, 2008: 45)

6. Contoh penggunaan madya dalam percakapan:

A : Pundi wohwohane sing becik-becik niku? Yang mana buah-buahan yang segar nih? B : Niku napa kirang becik? Apa ini kurang segar? A : Dadi ajeng dienggo pista niku wowohane kaya mekaten. Jadi buah-buahan yang dipakai buat pesta seperti ini? B : Mboten, lha dika suntak saka senik kabeh mangke kula pilihane. Bukan. Ya kalau mau silahkan nanti saya pilihkan dari semua yang ada.

Page 105: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

A : La ajeng tuku satus niku mboten kena milih? Ya, hendak membeli seratus atau boleh memilih. B : E, kejaba ta nek ajeng tuku akeh, daweg dika pilihi sing njlimet.

Ya, kecuali kalau mau beli yang banyak, saya persilahkan memilih dengan teliti.

A : Pundi pintone. Mana bijinya. B : Nek salak enak lan gedhe-gedhe mboten onten pintone, nek kedadean

penganyange mawon dika mecah siji, nek mboten enak bali. Kalau salak yang segar dan besar-besar tidak ada bijinya, kalau memang

jadi menawar silakan dicicipi satu, kalau tidak enak tidak jadi nggak apa. A : Niki sejinah pinten? Ini sepuluh berapa? B : Patang wang. Empat ribu. A : Tobat, tobat napa siji cucuke ngrong gobang? Tobat, tobat apa satu seharga dua ratus? B : Niki mangsa murah salak, napa empun larang? Ini musim buah salak ko’ sudah mahal? A : Bener empun larang, anua niki mangsa ngantia rego ngrong gobang siji. Ya, sudah mahal, memang ini musimnya sampai dua ratus dapat satu. B : Enggih dika enyang, empun maoni wong tawa mawon. Silakan ditawar, seperti pada umumnya orang yang beli aja.

(Purwadi, 2005:29)

7. Contoh penggunaan krama dalam percakapan:

Sulis : Nuwun sewu, Pak. Punapa Bapak kagungan bausastra? Permisi, Pak, Apakah Bapak punya kamus bahasa Jawa? Pak Sulih : O, duwe, duwe! Aku pancen duwe kamus basa Jawa. Óh, punya, punya! Aku memang punya kamus bahasa Jawa. Sulis : Anggitanipun sinten, Pak? Pengarangnya siapa, Pak?

Page 106: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Pak Sulih : Kamus kuwi karangane Pak Poerwadarminta. Kamus itu pengarangnya adalah Pak Poerwadarminta. Sulis : Punapa kinten-kinten kapareng kula ngampil, Pak? Apakah sewaktu-waktu boleh saya pinjam, Pak? Pak Sulih : Wong mung nyilih bae kok ora oleh. Kapan kanggone? Masa pinjam aja kok nggak boleh...Kapan dipakai? Sulis : Kanggenipun benjing enjing, Pak. Mau dipakai besok pagi, Pak. Pak Sulih : Yen sesuk aku arep lunga. Kalau besok aku mau pergi. Sulis : Bapak badhe tindak dateng pundi? Bapak hendak pergi kemana? Pak Sulih : Aku arep lunga menyang Madiun. Aku mau pergi ke Madiun. Sulis : Punapa ngantos nyipeng, Pak? Apakah sampai menginap, Pak? Pak Sulih : Iya, aku bakal nginep ana kana. Iya, aku akan menginap disana. Sulis : Menawi mekaten, kados pundi manawi dinten sapunika, Pak? Kalau begitu, bagaimana saat hari itu, Pak? Pak Sulih : Ora apa-apa. Malah kebeneran, iki mau lagi bae dakwaca. Tidak apa. Kebetulan, tadi baru saja aku baca. Sulis : Bapak ugi asring maos bausastra? Bapak juga sering membaca kamus bahasa Jawa? Pak Sulih: : Iya..., menawa kepingin nenulis kang endi endah. Iya...Kalau kepingin membuat karangan yang indah. Sulis : Bapak remen nyenyerat punapa kemawon? Bapak suka menulis apa saja? Pak Sulih : Aku seneng ngarang geguritan. Aku suka mengarang cerita bacaan.

Page 107: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Sulis : Wah, kapareng kula bekta sakpunika, Pak? Wah, kalau begitu boleh saya bawa (kamusnya), Pak? Pak Sulih : Enya, enya, gawanen! Nih, silakan bawa aja! Sulis : Matur nuwun, Pak. Nyuwun pamit. Terima kasih, Pak, Saya mohon pamit.

(Yatmana, 2003: 42)

8. Contoh penggunaan krama inggil dalam percakapan:

Caraka : Saben enjing Bapak wungu pukul pinten? Setiap pagi Bapak bangun jam berapa? Pak Hana : Aku kulina tangi jam setengah lima. Saya biasa bangun jam setengah lima. Caraka : Kalawau enjing tindak-tindak dumugi pundi? Tadi pagi jalan-jalan sampai mana? Pak Hana : Aku mlaku-mlaku tekan setadhiyon Pringgadani. Saya jalan-jalan sampai stadion Pringgadani. Caraka : Menawi kula nderek punapa kapareng? Kalau saya ikut boleh nggak? Pak Hana : Kena melu. Lah kowe kulina tangi jam pira? Ikut boleh. Kalau kamu biasa bangun jam berapa? Caraka : Kula kulina tangi pukul setengah gangsal. Saya biasa bangun jam setengah lima. Pak Hana :Yen mengkono malah kebeneran. Kowe teka ing ngarepanku

sadurunge jam lima, aku mesthi wis siyap! Kalau begitu kebetulan. Kamu datang aja di depan rumahku

sebelum jam lima, saya pasti dah siap!. Caraka : Inggih, kula badhe dumugi ngrika saderengipun pukul gangsal.

Sapunika Bapak badhe tindak dhateng pundi? Baiklah, saya akan datang kesana sebelum jam lima. Setelah itu

Bapak hendak pergi kemana? Pak Hana : Aku arep lunga menyang Semarang.

Page 108: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Saya mau pergi ke Semarang. Caraka : Nitih punapa saking ngriki? Dari sini mau naik apa? Pak Hana : Numpak bis bae. Naik bus aja. Caraka : Lajeng, kunduripun benjing punapa? Lalu, pulangnya hari apa? Pak Hana : Sesuk aku wis mulih, mung sadina kok. Besuk saya udah pulang, cuma sehari aja. Caraka : Mangke ndalu nyare wonten ing pundi? Nanti malam menginap dimana? Pak Hana : Bab nginep gampang. Aku duwe tepungan akeh. Masalah nginap itu mudah.’ ‘Saya punya banyak kenalan. Caraka : Sarawuhipun mangke, punapa inggih badhe tindak kantor? Kalau sudah datang nanti, apa hendak berangkat ke kantor? Pak Hana : Iya..., kudu! Nadyan teka esuk ya kudu mangkat. Iya...harus!’ ‘Walaupun datangnya pagi ya harus berangkat. Caraka :Wah, Bapak punika sanyata abdi nagari ingkang dhisiplin.

Kaparenga kula nyuwun resepipun, Pak? Wah, Bapak orangnya ternyata taat dengan aturan negara yang

disiplin. Kalau boleh saya minta resepnya, Pak? Pak Hana : Ah, gampang! Ora njaluk, yen kowe gelem melu mlaku mlaku aku,

mesthi dakwenehi. Ah, mudah!’Tidak minta, kalau kamu mau ikut saya jalan-jalan

pasti tak kasih. Caraka : Estu nggih, Pak, kula dipun paringi. Benar ya, Pak, saya diberi. Pak Hana : Iya..., iya...! Wis ya, kae bise! ‘Ya...ya...! Údah dulu ya, itu busnya!

(Yatmana, 2003: 41-42)

Page 109: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

9. Contoh penggunaan krama andhap dalam percakapan:

Bu Broto : Hallo. Halo. Rifki : Sugeng sonten, Bu, menapa punika dalemipun Pak Broto? Selamat sore, Bu, apakah benar ini rumah Pak Broto? Bu Broto : Inggih leres. Kula Bu Broto.

Iya benar.’ ‘Saya Bu Broto.

Rifki : Nuwun Bu, kula Rifki muridipun Pak Broto. Menawi kapareng kula badhe matur kaliyan Pak Broto.

Maaf Bu, saya Rifki muridnya Pak Broto. Kalau boleh saya mau berbicara dengan Pak Broto.

Bu Broto : Oh, mbak Rifki ta...inggih wonten. (Pak iki ana telpon saka Rifki, murid panjenengan)

Oh, mbak Rifki ya...Iya, ada. (Pak, ini ada telpon dari Rifki, murid kamu).

Pak Broto : Halo Rifki, piye kabare?

Halo, Rifki, bagaimana kabarnya?

Rifki : Pangestunipun Bapak, sae. Kaparenga matur Pak, menawi boten wonten pambengan kula suwun bapak rawuh ing griya kula, ingkang saperlu ngrawuhi syukuran dinten ulang taun kula ingkang kaping 16. Dene wancinipun jam 09.00 enjing.

Berkat doanya Bapak, baik-baik saja. Saya mau menyampaikan, Pak, kalau tidak ada halangan saya mohon bapak datang ke rumah saya dalam rangka menghadiri pesta ulang tahun saya yang ke 16. Waktunya jam 09.00 pagi.

Pak Broto : Lha sing nekani sapa bae?

La, yang datang siapa aja?

Rifki : Kanca-kanca setunggal kelas, Pak!

Page 110: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Teman-teman sekelas, Pak!

Pak Broto : Iya, kebeneran sesuk ora ana acara liya, mula dak usahaake bisa teka.

Iya, kebetulan besok saya tidak ada acara lain, maka tak usahakan datang.

Rifki : Inggih, Pak, matur nuwun sanget.

Iya, Pak, terima kasih banyak.

(Subroto, 2008: 16)

Page 111: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Istilah Bahasa Jepang

1. Sonkeigo: bahasa untuk mengungkapkan perasaan hormat kepada orang

yang statusnya lebih tinggi (orang yang tidak akrab, orang luar, orang

yang memang harus dihormati

2. Kenjoogo: merupakan bentuk kata yang mendekati bentuk sopan

(teineigo) untuk menunjukkan perasaan hormat kepada lawan bicara

dengan cara merendahkan diri sendiri dimana yang menjadi topik

pembicaraan adalah si pembicara sendiri (orang dalam).

3. Teineigo: bentuk untuk mengungkapkan perasaan hormat kepada lawan

bicara.

4. Futsuugo: digunakan pada waktu berbicara dengan orang yang akrab

(keluarga, teman, dll) dan merupakan bentuk yang tidak menunjukkan

perasaan hormat.

5. Keigo: dipakai untuk menghaluskan bahasa yang dipakai orang pertama

(pembicara atau penulis), untuk menghormati orang kedua (pendengar

atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan).

6. Uchi: kelompok orang yang ada dilingkungan sendiri, seperti orang-orang

di lingkungan keluarga, kantor pembicara, sekolah, klub sekolah atau

kelompok masyarakat

7. Soto: kelompok orang yang diluar lingkungan keluarga, kantor pembicara,

sekolah, klub sekolah atau kelompok masyarakat

Page 112: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

Istilah Bahasa Jawa

1. Abdi dalem: orang yang mengabdi dalam kerajaan, pembantu dalam kerajaan

2. Antya basa: dibentuk dari ngoko dicampur dengan kata-kata krama inggil dipakai

untuk orang yang diajak berbicara, untuk menyatakan hormat.

3. Basa antya: dibentuk dari ngoko dicampur dengan kata-kata krama dan krama

inggil.

4. Durung jawa: belum paham dengan adanya aturan ke-Jawa-an

5. Krama: bentuk bahasa yang menandakan adanya perasaan segan (pakewuh) dari

O1(orang pertama) terhadap O2 (orang kedua), karena O2 adalah orang yang

belum dikenal, berpangkat, atau priyayi, berwibawa dan lain-lain.

6. Kramantara: kata-katanya krama semua tidak dicampur dengan krama inggil,

biasanya menjadi bahasanya orang tua kepada orang yang lebih muda, karena

merasa lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya.

7. Krama andhap: kelompok kata yang menghormat orang yang diacu dengan cara

merendahkan diri sendiri

8. Krama inggil: kata-kata yang digunakan paling hormat. Tembung KI ini dapat

ditempatkan bersama-sama dengan rangkaian tembung-tembung ngoko, madya,

maupun krama.

9. Madya : bahasa tengahan diantara ngoko dan krama yang dipakai oleh orang

yang tinggal di daerah perdesaan atau daerah pegunungan tertentu.

10. Madyantara: kata-kata tugas madya afiksasi ngoko, kata-kata lainnya berbentuk

krama dan krama inggil.

11. Madya krama: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata lainnya

berbentuk krama dan krama inggil.

Page 113: Tingkatan bahasa Jepang dan Undak-usuk bahasa Jawa

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version - http://www.simpopdf.com

12. Madya ngoko: kata-kata tugas madya, afiksasi ngoko, kata-kata lainnya

berbentuk ngoko.

13. Mudha krama: kata-kata dan imbuhannya terdiri dari krama inggil dan krama

andhap.

14. Ngoko: Tingkat tutur yang mencerminkan rasa tak berjarak antara O1 (orang

pertama) terhadap O2 (orang kedua), artinya O1 tidak memiliki rasa segan (jiguh

pakewuh) terhadap O2, jadi buat seseorang yang ingin menyatakan keakrabannya

terhadap seseorang O2, tingkat inilah yang seharusnya dipakai.

15. Ngoko alus: terdapat kata-kata ngoko dan campuran krama inggil

16. Ngoko andhap: kelompok kata-kata ngoko yang dipakai untuk merendahkan diri

dalam berbicara dengan orang yang diacu

17. Ngoko lugu: terdapat kata-kata dan imbuhan ngoko.

18. Priyayi: orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat (orang

terpandang)

19. Unggah-ungguh: tata krama, adab bersopan santun dalam bahasa Jawa

20. Undak-usuk, undha-usuk: merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya

didasarkan pada tingkat-tingkat kelas atau status sosial interlokutornya

21. Wredha krama: bentuk-bentuk afiks ngoko –e dan –ake.

22. Wong cilik: orang kecil, rakyat biasa