TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DM TIPE 2 TERHADAP POLA DIET
DIABETESI DI PUSKESMAS SAMADUA KAB.ACEH SELATAN
Oleh :dr. Kartika Agustina Hasbi
Pendamping :dr. Cut Sri Elvita
PROGRAM DOKTER INTERNSHIPWAHANA KABUPATEN ACEH SELATANPUSKESMAS
SAMADUA2013
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSaat ini epidemi penyakit tidak menular muncul
menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi
penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula
ditemukan penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit
infeksi yang sudah lama menghilang. Sehingga Indonesia memiliki
beban kesehatan ganda yang berat. Berdasarkan studi epidemiologi
terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi diabetes melitus tipe 2.
Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab
penting masalah ini dan terus menerus meningkat pada milenium baru
ini (Perkeni, 2011).Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM
tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO)
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang
cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM Tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild S, 2004).
Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta
pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat
pada tahun 2030 (Perkeni, 2011).
Gambar 1.1 Insidensi Diabetes Melitus (IDF Diabetes Atlas,
2012)
Menurut perkiraan, sekitar 50% penduduk dunia dan indonesia
tidak terdiagnosis menderita DM tipe 2 (underdiagnosed condition).
Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala
ringanbagi mereka yang menderita DM tipe 2 (IDF Diabetes Atlas,
2012). Sehingga sebagian besar penderita DM tipe 2 tidak mengetahui
serta memperdulikan penyakitnya dan kemudian mendapatkan komplikasi
makroangiopati maupun mikroangiopati yang ireversibel (Pramono et
al , 2010).Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 oleh Departemen Kesehatan RI, menunjukkan bahwa prevalensi DM
di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%.
Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan
terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang
mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu
(TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di
Propinsi Papua Barat (Kemenkes RI, 2008).Data-data diatas
menunjukkan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia sangat
besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani
sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua
tenaga kesehatan yang ada (Perkeni, 2011).Diabetes mellitus tipe 2
ditandai oleh penurunan fungsi sel pankreas secara progresif dan
resistensi insulin yang diperburuk dengan kontrol glikemik, yang
dihasilkan oleh gejala klasik hiperglikemia yang terkait dengan
komplikasi diabetes, misalnya retinopati diabetes, nefropati, dan
penyakit kardiovaskular. Terapi dini dan edukasi terhadap pasien
untuk melakukan manajemen diri sendiri terhadap penyakit diabetes
mellitusnya secara efektif, sebagai kunci penatalaksanaan diabetes
mellitus tipe 2 (Robertson C, 2011).Diabetes Mellitus Tipe 2
diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia.
Lebih dari 3 dekade, jumlah penderita diabetes mellitus telah
meningkat 2 kali lipat, membuat tantangan yang berbeda di seluruh
negara. Diabetes mellitus tipe 2, dan prediabetes telah meningkat
antara anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Penyebab peningkatan
epidemik ini disebabkan oleh masalah yang kompleks yang terkait
dengan genetik dan epigenetik dan interaksi dengan faktor sosial,
yakni pengaruh kebiasaan dan lingkungan (Chen L et al,
2012).Penderita DM tipe 2 dari tahun ke tahun cenderung meningkat
karena banyak faktor resiko yang menyebabkan penyakit DM tipe 2
misal gaya hidup tidak sehat, pola makan tidak sehat, sehingga
terjadi obesitas yang disertai resistensi insulin yang berlanjut
menjadi DM (Darmono, 2010). Selain itu faktor lingkungan,
pendidikan dan pengalaman dapat juga menyebabkan masyarakat kurang
informasi tentang diet dan tatalaksana pada penyakit DM Tipe 2.
Maka dari itu tingkat pengetahuan pasien DM Tipe 2 tentang pola
diet diabetesi sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi status
kesehatannya. Namun terkadang seseorang tidak mengetahui dirinya
menderita DM tipe 2 sehingga kurang peduli terhadap pola makan atau
pola hidup sehat (Kariadi, 2009).Pola makan yang salah sangat
meningkatkan resiko diabetes, kurang gizi (malnutrisi) dapat
merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) dapat
mengakibatkan gangguan kerja insulin (Soegondo, 2009). Bila sel
Pancreas terganggu atau rusak maka terjadi defisiensi atau
resistensi insulin sehingga glukosa dari makanan yang masuk tidak
dapat dijadikan energi oleh sel. Makan yang berlebihan akan
menumpukkan glukosa didalam darah sehingga terjadi kenaikan kadar
gula darah (Kariadi, 2009).Komplikasi DM Tipe 2 ini sudah
dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (75 % kasus DM
tipe 2 akan merusak jantung, ginjal, otak, mata serta organ tubuh
lainnya). Maka dampak yang biasa pada DM tipe 2 yang lama dan tidak
terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal
ginjal dan stroke. Para pakar sendiri sering mengingatkan, penyakit
jantung antara lain diperoleh akibat konsumsi lemak jenuh yang
berlebihan dan kolesterol dari makanan hewani. Sedangkan serat dari
makanan nabati justru menurunkan kolesterol dalam darah,
mengendalikan kadar gula darah dan sekaligus menurunkan berat badan
(Soegondo S, 2011). Salah satu upaya yang mempunyai peran utama
adalah pengendalian lipid, tekanan darah dan kadar gula darah
melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, konsumsi gizi seimbang
serta memelihara berat badan ideal, hindari hidup stress, tidur
yang cukup dan hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya
kuratif yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar
peranannya terhadap penurunan mortalitas dalam populasi (Soegondo
S, 2011).
1.2 Rumusan MasalahDari uraian latar belakang diatas maka
permasalahan yang akan dianalisis adalah tingkat pengetahuan
terhadap DM tipe 2 dan pola diet diabetesi pada pasien DM Tipe 2 di
Puskesmas Samadua.
1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMenjelaskan tingkat
pengetahuan penderita DM tipe 2 terhadap diet diabetes.1.3.2 Tujuan
Khusus Mengidentifikasi karakteristik diabetesi bedasarkan usia
Mengidentifikasi karakteristik diabetesi berdasarkan jenis kelamin
Mengidentifikasi karakteristik diabetesi berdasarkan pekerjaan
Mengidentifikasi karakteristik diabetesi berdasarkan tingkat
pendidikan Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang penyakit DM
tipe 2 dan diet diabetes
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat TeoritikMini project ini
dilakukan untuk melatih dalam menilai suatu kemampuan dan
kecermatan dalam berinteraksi di dalam masyarakat. Selain itu
memperoleh pengalaman belajar di lapangan melalui studi kasus dan
untuk meningkatkan pengetahuan serta mencari alternatif
penyelesaian dari suatu masalah dan memutuskan penyelesaiannya.
1.4.2 Manfaat AplikatifMini projek ini diharapkan dapat
mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit yang
sering terjadi di masyarakat dalam hal ini penyakit Diabetes
Mellitus Tipe 2 serta mengetahui karakteristik penyakit DM tipe 2
di wilayah kerja Puskesmas Samadua.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan2.1.1 Pengertian Pengetahuan adalah merupakan
hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2003:121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmojo, 2003). Tingkat pengetahuan dalam dominan kognitif
menurut Notoatmojo (2003) mempunyai 6 tingkat yaitu:1. Tahu
(Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dapat dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.2. Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat meninterprestasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan.3. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya).4. Analisis (Analysis)Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan
mengelompokkan5. Sintesis (Synthesis)Sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengetahuan 1. Umur Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam; Pariani, 2003).Sigit
D. Gunarsa (1999) mengemukakan semakin tua umur seseorang maka
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti berumur
belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2000) mengemukakan bahwa
memori/daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh
umur.2. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap orang lain menuju ke arah suatu citacita
tertentu, jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak
pula menerima pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam; Pariani,
2003).3. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya
(Nursalam; Pariani, 2003).4. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi
terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain yang
lebih mendesak (Efendi N, 1998).5. IQ Menurut Abu Ahmadi (2000)
semakin tinggi IQ seseorang maka orang tersebut akan semakin
cerdas.6. InformasiPengetahuan juga dapat diperoleh dari
informasi-informasi yang diterima baik melalui poster maupun dalam
bentuk penyuluhan.
2.1.3 Sumber Pengetahuan Manusia 1. Tradisi Dengan adat istiadat
kita dan profesi dokter atau medis, beberapa pendapat diterima
sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan banyak
permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi. Tradisi
adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak
dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi
tradisi mungkin terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena
beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat, dan
kebenarannya tidak pernah dicoba/diteliti.2. Autoritas Dalam
masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas seseorang
dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau dokter
dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika
keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering
pengetahuannya tidak teruji secara ilmiah. 3. Pengalaman Seseorang
Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan
pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting
dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan
membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola
penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai
keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin
terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan
b) pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat
subyektif.
4. Trial dan Error Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu
permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif
pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun pendekatan ini untuk
beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien. Metode ini
cenderung mengandung resiko yang tinggi, penyelesaiannya untuk
beberapa hal mungkin idiosentris.5. Alasan yang Logis Kita sering
memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang logis.
Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan
ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena
validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana
seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk
mengevaluasi akurasi permasalahan.6. Metode Ilmiah Pendekatan
ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu
kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan
sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya
didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas (Nursalam,
2003).
2.2. DIABETES MELLITUS TIPE 22.2.1 DefinisiMenurut American
Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (ADA, 2010).Diabetes adalah kelompok
penyakit metabolik yang ditandai dengan defek sekresi insulin, aksi
insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik dari diabetes yang
terkait dengan gangguan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan berbagai organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung,
dan pembuluh darah (ADA, 2013).
2.2.2 KlasifikasiMenurut Standard of Medical Care in Diabetes
2012 yang dikeluarkan oleh ADA pada tahun 2012, klasifikasi dari
Diabetes Melitus terbagi atas empat kelas, yaitu : Diabetes Tipe 1
(akibat destruksi sel-sel , umumnya berakibat pada defisiensi
insulin absolut) Diabetes Tipe 2 (akibat dari defek sekresi insulin
yang progresif akibat resistensi insulin) Diabetes tipe lain yang
spesifik, bias diakibatkan oleh defek genetik pada fungsi sel-,
defek genetic pada kerja insulin, ataupun penyakit-penyakit pada
eksokrin pankreas (seperti kistik fibrosis) atau akibat obat dan
bahan kimia (seperti pada pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ) Diabetes Gestasional (diabetes yang
terdiagnosa pada masa kehamilan yang jelas-jelas bukan overt
diabetesPada beberapa pasien tidak dapat diklasifikasikan ke dalam
tipe 1 atau pun tipe 2 secara jelas. Hal ini disebabkan oleh karena
gambaran klinis perjalanan penyakit yang bervariasi pada kedua
tipe. Umumnya, pasien dengan diabetes tipe 2 dapat memiliki
gambaran ketoasidosis. Mirip dengan hal tersebut, pasien dengan
diabetes tipe 1 mungkin memiliki perjalanan penyakit dengan onset
yang lambat (namun sangat merusak) dibandingkan tampilan penyakit
autoimun. Kesulitan dalam mendiagnosa dapat timbul pada anak-anak,
remaja dan dewasa (ADA, 2012).
2.2.3 Faktor Resiko Berikut ini adalah faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus tipe 2 (Soegondo S, 2011) :a. usia > 45
tahunb. berat badan lebihc. hipertensid. riwayat genetik DMe.
riwayat abortusf. Kolesterol HDL 35 mg/dlg. Trigliserida 250
mg/dl2.2.4 Gejala Klinis Berbagai keluhan dapat ditemukan pada
penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini (Perkeni, 2011) :a.
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.b.
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita. 2.2.5 Diagnosis Diagnosis Diabetes Mellitus ditegakkan jika
(Perkeni, 2011 & ADA, 2012) :a. Adanya gejala klasik DM dan
kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, ataub. Adanya gejala
klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L).
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam, atauc. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11.1
mmol/L). TTGO yang dilakukan harus sesuai standar WHO, menggunakan
beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air, ataud. Kadar HbA1c 6.5%, jika dilakukan
pada sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan
baik.Tabel 2.1 Kadar Glukosa darah untuk mendiagnosa Diabetes
Mellitus (ADA, 2010)
Berikut ini adalah gambar alur diagnosa Diabtes Mellitus menurut
Konsesnsus Perkeni, 2011 :Gambar 2.1 Alur Diagnosa Diabetes
Mellitus (Perkeni, 2011)
2.2.5 Komplikasi dan Penyulit Diabetes Mellitus Tipe 2a.
Komplikasi akut1. Ketoasidosis diabetik (KAD)Merupakan komplikasi
akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton(+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (Beigi
FI, 2012).
2. Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH)Pada keadaan ini
terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL),
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal
atau sedikit meningkat. Catatan: kedua keadaan (KAD dan SHH)
tersebut mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Memerlukan perawatan di rumah sakit guna mendapatkan
penatalaksanaan yang memadai (Soegondo S, 2011).3.
HipoglikemiaHipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah < 60 mg/dL. Bila terdapat penurunan kesadaran pada
penyandang diabetes harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
hipoglikemia. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat
berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh obat
diekskresi dan waktu kerja obat telah habis. Terkadang diperlukan
waktu yang cukup lama untuk pengawasannya (24-72 jam atau lebih,
terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang
mendapatkan terapi dengan OHO kerja panjang). Hipoglikemia pada
usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari, mengingat
dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna
pada pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih
lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih lama (Beigi FI,
2012).b. Komplikasi kronis1. Makroangiopati Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer sering terjadi pada
penyandang diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal
claudicatio intermittent, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang
ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul. Pembuluh
darah otak 2. Mikroangiopati: Retinopati diabetikKendali glukosa
dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko dan memberatnya
retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati
Nefropati diabetikKendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi risiko nefropati. Pembatasan asupan protein dalam diet
(0,8 g/kgBB) juga akan mengurangi risiko terjadinya nefropati3.
NeuropatiKomplikasi yang tersering dan paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi
untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.Gejala yang sering
dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih
terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada
setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya
polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi sederhana, dengan
monofilamen 10 gram sedikitnya setiap tahun. Apabila ditemukan
adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan
menurunkan risiko amputasi. Untuk mengurangi rasa sakit dapat
diberikan duloxetine, antidepresan trisiklik, atau gabapentin.
Semua penyandang diabetes yang disertai neuropati perifer harus
diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus
kaki. Untuk penatalaksanaan penyulit ini seringkali diperlukan
kerja sama dengan bidang/disiplin ilmu lain (Ziegler D, 2009).
2.2.6. Pilar Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 21.
EdukasiDiabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup
dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang
diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan
perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan
motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,
tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus
(Perkeni, 2011).Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting
pada kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil
pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku.
Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk pengetahuan
dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik
melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli gizi,
perawat, dan tenaga kesehatan lain. Setiap kali kunjungan
diingatkan kembali untuk selalu melakukan perilaku sehat (Kariadi,
2009). Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes
dapat menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:
Mengikuti pola makan sehat. Meningkatkan kegiatan jasmani.
Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara
aman dan teratur. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
dan memanfaatkan data yang ada. Melakukan perawatan kaki secara
berkala Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan
sakit akut dengan tepat Mempunyai keterampilan mengatasi masalah
yang sederhana, dan mau bergabung dengan kelompok penyandang
diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan
penyandang diabetes Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
edukasi tingkat lanjutan. Edukasi yang diberikan kepada pasien
meliputi pemahaman tentang (Darmono, 2010):Materi edukasi pada
tingkat awal adalah: Materi tentang perjalanan penyakit DM Makna
dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
Penyulit DM dan risikonya Intervensi farmakologis dan
non-farmakologis serta target pengobatan Interaksi antara asupan
makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin
serta obat-obatan lain Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman
hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan
glukosa darah mandiri tidak tersedia) Mengatasi sementara keadaan
gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia Pentingnya
latihan jasmani yang teratur Masalah khusus yang dihadapi (contoh:
hiperglikemia pada kehamilan) Cara mempergunakan fasilitas
perawatan kesehatan dan pentingnya perawatan kakiMateri edukasi
pada tingkat lanjut adalah : Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM Penatalaksanaan DM selama
menderita penyakit lain Makan di luar rumah Rencana untuk kegiatan
khusus Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
mutakhir tentang DM Pemeliharaan/perawatan kaki Edukasi dapat
dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi,
perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi,
evaluasi, dan dokumentasi.
Gambar 2.2 Algoritma Pilar penatalaksanaan DM Tipe 2 (Perkeni,
2011)
2. Terapi Nutrisi MedisTerapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan
bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci
keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien
dan keluarganya). Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM
sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin (Hiswani, 2010).
3. Latihan jasmaniKegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat tabel). Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka
yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
Hasil penelitian menyebutkan penurunan berat badan disertai latihan
jasmani akan mengurangi dan mencegah timbulnya penyakit DM sebanyak
5-10% (Soegondo S, 2011).Tabel 2.2 Jenis aktivitas yang disarankan
bagi diabetesi
4. Intervensi/terapi farmakologisPengelolaan DM dimulai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4
minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,
dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral
(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat
segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai
indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Terapi
farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
oral dan bentuk suntikan (Inzucchi et al, 2012).Pemberian Terapi
Obat Hipoglikemik Oral Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi
menjadi 5 golongan (Perkeni, 2011) :a. Pemicu sekresi insulin
(insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinidb. Peningkat
sensitivitas terhadap insulin : metformin dan tiazolidindion,
inlacinc. Penghambat glukoneogenesis (metformin)d. Penghambat
absorpsi glukosa / inhibitor glukosidase alfae. DPP IV inhibitor
dan GLP-1 agonisRekomendasi ADA untuk penggunaan OHO pada tahun
2012, menyebutkan:a. Saat seseorang didiagnosis dengan DM Tipe 2,
maka terapi metformin sebagai inisiasi harus diberikan bersamaan
dengan intervensi perubahan gaya hidup, kecuali terdapat
kontraindikasi penggunaan metformin pada pasien. (A)b. Pada pasien
yang baru didiagnosa DM Tipe 2, yang ditandai dengan gejala
dan/atau peningkatan kadar glukosa plasma atau kadar A1C, harus
dipikirkan terapi insulin , dengan atau tanpa obat tambahan dari
luar (E)c. Jika monoterapi noninsulin pada dosis maksimal yang
dapat ditoleransi tidak dapat menurunkan target A1c selama lebih
dari 3 6 bulan, harus ditambahkan obat hipoglikemik jenis kedua,
agonis reseptor GLP 1, atau insulin. (E) Sesuai rekomendasi ADA,
bahwa dimulainya intervensi dini saat pasien didiagnosa DM Tipe 2,
yakni kombinasi metformin dan perubahan gaya hidup (MNT dan
aktivitas fisik) serta kombinasi dengan OHO jenis lain maupun
insulin sebagai cara untuk memenuhi target kontrol kadar glikemik
(HbA1c 7%) dan mempertahankannya. Jika target A1C tidak tercapai,
maka dipikirkan untuk dilakukannya terapi intensif yakni dengan
penambahan OHO dari kelas yang berbeda. Analisa metadata
menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penambahan setiap kelas OHO
ke dalam terapi inisial dapat menurunkan A1c sekitar 0.9 1.1% (ADA,
2013).
Gambar 2.3 Gambar algoritme penggunaan OHO bagi penderita DM
Tipe 2 (Perkeni,2011)
Gambar 2.4 Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral (Schernthaner et al,
2010)
2.3 Pengaturan Diet Diabetes Mellitus Tipe 22.3.1 Definisi Diet
yaitu suatu aturan makan untuk kesehatan dan sebagai bagian yang di
edukasikan oleh dokter untuk berpantang atau menahan diri terhadap
makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kualitas dan jenis
makanan untuk mengurangi berat badan karena penyakit. Diet secara
umum untuk penyakit metabolik dan degeneratif antara lain (Hiswani,
2010) :
1. Diet rendah garamJumlah garam yang dapat dikonsumsi oleh
pasien DM Tipe 2 dengan hipertensi adalah sekitar 1500 mikrogram
perhari. Pasien yang tidak memiliki penyakit hipertensi
diperbolehkan mengkonsumsi garam sekitar 2500 mikrogram perhari.
Pengurangan asupan garam di mulai dari makanan yang sering di
konsumsi sehari-hari.2. Turunkan berat badan (pada pasien yang
obesitas dan overweight)Cara-cara menurunkan berat badan pada
pasien hipertensi yang obesitas dan overweight yaitu dengan :a.
Makan secara teratur dan kurangi porsi makanb. Kurangi
makan-makanan yang berlemak, gurih dan manis seperti daging
berlemak, es krim, coklat, madu, sirup, minuman beralkohol dan ikan
asin.c. Batasi makan-makanan yang mengenyangkan diluar jam makan
seperti lontong, ketan, mie, roti dan biskuit.3. Makan-makanan
dengan gizi seimbangMakanan-makanan dengan gizi seimbang adalah
semua makanan seperti karbohidrat, lemak, protein hewani dan
protein nabati dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan.
Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan makan-makanan yang sangat
di anjurkan.
2.3.2 Diet Khusus DiabetesiPilihan makanan untuk penyandang
diabetes dapat dijelaskan melalui piramida makanan untuk penyandang
diabetes (Perkeni, 2011) :
Gambar 2.4 Piramida Diet Diabetes1. Sumber karbohidrat
dikonsumsi 3-7 porsi/penukar sehari (tergantung status gizi).2.
Sumber vitamin dan mineral: sayuran 2-3 porsi/penukar, buah 2-4
porsi/penukar 3. Sumber protein: lauk hewani 3 porsi/penukar, lauk
nabati 2-3 porsi/penukar sehari.4. Batasi konsumsi gula, lemak /
minyak dan garam.
a. Komposisi makanan diabetes yang dianjurkan terdiri dari:1.
Karbohidrat Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Pembatasan karbohidrat total 30 kg/m2( Sumber : WHO
WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining
Obesity and its Treatment).
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
Jenis KelaminKebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada
pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria
sebesar 30 kal/ kg BB. UmurUntuk pasien usia di atas 40 tahun,
kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan 59 tahun,
dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%
untuk diabetesi di atas usia 70 tahun. Aktivitas Fisik atau
PekerjaanKebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas
aktivitas fisik.Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal
diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas
ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas
sangat berat. Berat BadanBila didapatka berat badan masuk ke dalam
kategori kegemukan maka akan dikurangi sekitar 20-30% tergantung
kepada tingkat kegemukan. Sebaliknya, bila kurus ditambah sekitar
20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan
penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari
untuk pria. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi
tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan
(10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh
mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk
penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan
makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya (Kariadi 2009 &
Perkeni 2011).Metode pengaturan diet/makan meliputi metoda 3 J,
yaitu :1. Jumlah : Jumlah kalori dari karbohidrat 45-65% dari total
kalori. Untuk kepraktisan dapat diatur 50%2. Jenis : tinggi serat
dan rendah kalori3. Jadwal : terbagi 6 jadwal teratur yaitu 3 kali
makan utama dan 3 kali makanan selingan (camilan/snack).Beberapa
contoh metode lain yang digunakan dalam pengaturan diet diabetes:a.
Metode model piring (plate model) yaitu 1 piring dibagi 4 kuadran
setara porsi telapak tangan. Sayur dan buah sebanyak 2 telapak
tangan, nasi 1 porsi telapak tangan, daging/tahu/tempe 1 porsi
telapak tangan.Gambar 2.4. Diet Metode Piring (plate model)
b. Metode satuan penukar dari Ukuran Rumah Tangga/URT (food
exchange)c. Metode Hitung karbohidrat (carbo-counting) yaitu
menghitung kalori dari makanan, metode ini tertama untuk diabetes
dengan terapi insulind. Metode lainnya : Hand Jive, Indeks
Glikemik/Load glikemikJika perlu, lakukan pemeriksaan gula darah
mandiri dengan digital gluco-check sebelum dan sesudah makan (pre
and post meals).
BAB IIIMETODE PELAKSANAAN3.1 Pengumpulan DataPengumpulan data
dilakukan dengan :1. Data primerData primer dikumpulkan melalui
wawancara dan tanya jawab langsung pada pasien yang datang ke
Puskesmas induk di kecamatan Samadua. Sampel data primer diambil
dengan menggunakan metode accidental sampling sejumlah 30
responden.
3.2 Metode PelaksanaanPelaksanaan mini projek dilakukan dengan
metode edukasi/penyuluhan langsung setelah selesai dilakukannya
proses tanya jawab dan dilakukan penilaian ulang tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit DM tipe 2 dan pola
dietnya.
3.3 Langkah Langkah yang dilakukanPelaksanaan program dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tanya jawab awal untuk
menilai tingkat pengetahuan masyarakat pre penyuluhan2. Pemberian
materi penyuluhan/edukasi tentang diabetes mellitus dan diet
diabetes pada masing-masing responden3. Tanya Jawab ulang untuk
mengevaluasi tingkat pengetahuan masyarakat setelah diberikan
intervensi berupa edukasi langsung.
3.4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan kegiatan dilakukan di
Puskesmas induk di Kecamatan Samadua yang dilaksanakan secara
accidental selama 4 minggu yang di mulai pada tanggal 19 Mei 27
Juni 2014.
3.4 Alur ProjectAlur kerja dari project ini digambarkan seperti
Gambar 3.1 di bawah ini.
Populasi Project
Sampel Project
Pengumpulan Data & Penyuluhan Langsung
Pengolahan Data
BAB IVPENYAJIAN DATA4. 1 Data Umum4.1.1 Profil Umum Puskesmas
Samadua merupakan salah satu puskesmas dari 22 puskesmas yang ada
di Kabupaten Aceh Selatan, dimana Puskesmas Samadua terletak 8 km
Sebelah Barat Tapaktuan yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh
Selatan. Luas wilayah kerja Puskesmas Samadua 149 km dengan batas
daerah sebagai berikut : Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Tapaktuan Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia Sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Sawang Sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Kluet TengahWilayah kerja Puskesmas Samadua
mempunyai 4 Kemukiman yang terdiri dari 28 Gampong yaitu :
Kemukiman Suak Hulu dengan 9 Gampong Yaitu: Jilatang, Ujung
Kampung, Luar, Tampang, Ujung Tanah, Lubuk layu, Suaq Hulu, Payo
Nan Gadang dan Arafah. Kemukiman Kasik Putih dengan 7 Gampong yaitu
: Baru, Gadang, Ladang Kasik Putih, Air Sialang Hulu, Air Sialang
Tengah, Air Sialang Hilir, dan Balai. Kemukiman Panton Luas dengan
8 Gampong yaitu : Subarang, Tengah, Madat, Ladang Panton Luas,
Gunung Ketek, Alur Simerah, Kota Baru dan Dalam. Kemukiman Sedar
dengan 4 Gampong :Alur Pinang, Kuta Blang, Gunung Cut dan Batee
Tunggai. 4.1.2 Data Demografis Jumlah penduduk Samadua adalah
15.034 jiwa, yang terdiri dari dari penduduk laki-laki sejumlah
7.475 jiwa, dan perempuan sejumlah 7.559 jiwa. Berikut ini adalah
rincian penduduk Kecamatan Samadua :
Tabel 4.2 Data Demografi Jumlah Penduduk Kec.Samadua
NoGAMPONGKKJUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKIPEREMPUANJUMLAH
12345678910111213141516171819202122232425262728JilatangUjung
KampungLuar TampangUjung TanahLubuk LayuSuak HuluPayo Nan
GadangArafahBaruGadang Ladang Kasik PutihAir Sialang TengahAir
Sialang HuluAir Sialang HilirBalaiSubarangTengahMadatLadang panton
LuasGunung KetekAlur SimerahKota BaruDalamAlur PinangGunung CutKuta
BlangBatee
Tunggai175691256617011412717319818086118162742017010711595118112119123144204112291160320125196108373226306357420403190238286210363147155189213170291161172170428216732310381138245151425196307346447417226223328233347127176202192195268196263187484202400257701263441259798422613703867820416461614443
7102743313914053655593574353579124181132567
Jumlah3.8087.4757.55915.034
Sumber : Pendataan Bidan Desa Januari 2013Penduduk di Puskesmas
Samadua berada di tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah dengan
mata pencaharian sebagian besar adalah petani dan nelayan, serta
pegawai negeri sipil.
4.1.3 Sumber Daya Kesehatana. Sarana Fasilitas KesehatanBangunan
Puskesmas terletak di Desa Jilatang berdampingan dengan SDN 3
Samadua, terdapat Lima unit bangunan gedung yang terdiri atas satu
gedung Puskesmas,dua rumah dinas, satu gedung pelayanan dan satu
bekas rawat mini, secara fisik 4 bangunan masih baik dan satu
bangunan rusak ringan. Gedung utama Puskesmas Samadua dibagi
menjadi 14 ruang yaitu : ruang apotek, gudang obat, ruang kepala
puskesmas, ruang KIA/KB, ruang poliklinik umum, ruang kartu, ruang
gigi, ruang laboratorium, ruang tindakan/Gawat Darurat, ruang
administrasi, ruang imunisasi, ruang shalat, ruang gizi, dan kamar
mandi/wc dengan kondisi plafon depan rusak ringan. Puskesmas
Samadua memiliki fasilitas penunjang dalam mendukung tugas-tugas
operasional dan agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih luas dan
merata hingga dapat mencakup ke seluruh wilayah kerjanya. Adapun
fasilitas penunjang tersebut adalah sebagai berikut:Empat unit
Pustu (Puskesmas pembantu), yaitu:a. Pustu Air Sialangb. Pustu
Panton Luasc. Pustu Suak Hulud. Pustu Sedar
Empat unit Poskesdes, yaitu:a. Poskesdes Gunung Ketekb.
Poskesdes Gadangc. Poskesdes Lubuk Layud. Poskesdes Batee
Tunggai
b. Tenaga Kesehatan Puskesmas Samadua memiliki tenaga kesehatan
sebanyak 61 orang, yang yakni 54 tenaga kesehatan yang terdiri dari
dokter, perawat, bidan, perawat gigi, farmasi, tenaga gizi, analis
kesehatan, kesehatan masyarakat, dan sanitarian serta 7 orang
tenaga non-kesehatan, yang terdiri dari tenaga administrasi dan
cleaning service. Berikut ini adalah rincian jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Samadua:Tabel 4.3 Distribusi Tenaga
Kesehatan Puskesmas Samadua Kec. Samadua Kab. Aceh Selatan Tahun
2012NoJENISKETENAGAANPENDIDIKANFrekuensiJumlah
PNSPTTBAKTI
1Dokter UmumS1 Kedokteran-1--
2Dokter GigiS1 Ked. Gigi ----
3Sarjana KesehatanFKM2-24
4PerawatD4 Kep1--1
D III AKPER14-519
SPK2--2
5Perawat GigiD.III AKG--11
SPRG----
6BidanD.III AKBID102214
D.I 71-8
7FarmasiD.III AKFAR--11
SMF----
8Tenaga GiziD.III AKZI--11
SPAG----
9Analis KesehatanD.III AAK----
SMAK1--1
10SanitarianD.III AKL1--1
SPPH----
Total 3841254
4.1.4 Upaya Kesehatan dan Status KesehatanUpaya kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas terdiri atas Upaya Kesehatan Wajib dan
Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib merupakan upaya
kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia.
Upaya ini memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan.Yang termasuk Upaya Kesehatan Wajib adalah
Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular serta Upaya Pengobatan.Sedangkan
Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat
setempat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
Kesehatan Pengembangan antara lain : upaya kesehatan sekolah, upaya
kesehatan olahraga, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan
mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan
usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan tradisional.
a. Upaya Kesehatan Wajib 1. Upaya Promosi KesehatanSalah satu
upaya prioritas dalam upaya kesehatan wajib puskesmas adalah
promosi kesehatan yang bertujuan untuk menambah serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memelihara kesehatan.
Upaya promosi kesehatan yang biasa dilaksanakan adalah melalui
penyebaran poster yang berisi gambar atau seruan untuk selalu
memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan serta penyuluhan
langsung ke masyarakat. Upaya Promosi Kesehatan yang dilaksanakan
di wilayah kerja Puskesmas Samadua Tahun 2012 adalah :1) Memberi
penyuluhan secara individu kepada masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas, Pustu, Poskesdes dan Posyandu.2) Memberikan penyuluhan
kepada Pasangan Usis Subur (PUS) di 10 Desa, dengan materi tentang
Akseptor KB3) Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi
dan balita di 3 Desa di wilayah kerja Puskesmas Samadua, dengan
materi tentang Gizi Balita4) Memberikan penyuluhan kepada Wanita
Usia Subur (WUS) di 8 Desa di wilayah kerja Puskesmas Samadua,
dengan materi tentang Bahaya Kanker Cervix dan Pentingnya
Pemeriksaan Dini Terhadap Kehamilan5) Melaksanakan Pelatihan pada
kader Kesehatan, dengan peserta masing-masing 2 orang kader per
desa dengan peserta 28 Desa yang dilakukan dua kali pertemuan,
dengan materi pembekalan tentang peran serta kader dalam mewujudkan
derajat kesehatan bagi seluruh kelompok masyarakat dalam
meningkatkan semua cakupan program kesehatan.6) Melaksanakan
penyuluhan dan kegiatan intensifikasi penemuan penyakit kusta dan
frambusia di 6 SD/ MI di wilayah kerja Puskesmas Samadua.7)
Melakukan Monitoring dan Evaluasi (MONEV) ke Pustu/Poskesdes di
wilayah kerja Puskesmas Samdua.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan Sarana Air BersihSebagian besar
penduduk Kecamatan Samadua menggunakan Air pegunungan (PMA) sebagai
sumber sarana air bersih. Sarana Jamban KeluargaDari pendataaan
yang dilakukan pada tahun 2012, didapatkan bahwa dari 3.221 rumah
yang memiliki jamban leher angsa, yang dengan kondisi memenuhi
syarat sebanyak 1.587 (49,3%), dan yang menggunakan jamban
lain-lain sebanyak 562 (17,4 %) Sarana Pembuangan Air
LimbahDistribusi tempat pembuangan air limbah rumah tangga dalam
wilayah kerja Puskesmas Samadua Tahun 2012 ialah sebanyak 1.539.
Dari rumah tangga yang diperiksa sarana pembuangan air limbah
(SPAL), hanya 467 rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan 72 tidak
memenuhi syarat kesehatan Tempat Penjualan dan Pengolahan
PestisidaWilayah kerja Puskesmas Samadua memiliki sarana penjualan
dan pengelolaan pestisida sebanyak 4 sarana, dan dari 2 yang di
periksa ternyata 1 sarana yang memenuhi syarat.
Tempat Pengelolaan Makanan dan MinumanTempat pengolahan makanan
dan minuman yang paling banyak adalah pedagang keliling dengan
jumlah 52 tempat. Empat puluh dua diantaranya memenuhi syarat, dan
tujuh tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang paling sedikit adalah
kantin dengan jumlah 5 buah, dengan kondisi 4 memenuhi syarat dan 1
tidak memenuhi syarat . Tempat Pembuangan SampahTempat pembuangan
sampah pada perumahan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Samadua
semuanya dilakukan dengan pembakaran dan pembuangan ke sungai,
karena di wilayah kerja Puskesmas Samadua tidak memiliki Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) tetapi cuma ada Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) dan akhirnya di bakar olah masyarakat sendiri. Tempat
UmumDistribusi fasilitas umum yang paling banyak terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Samadua yaitu tempat pangkas dengan jumlah
19 tempat, yang memenuhi syarat berjumlah 16 buah dan 3 tidak
memenuhi syarat.
b. Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana1. Kunjungan
Ibu Hamil (K1 dan K4)Data kunjungan Ibu hamil (K1 dan K4) Puskesmas
Samadua Tahun 2012 dengan jumlah sasaran ibu hamil 340 orang.
Distribusi kunjungan ibu hamil paling banyak pada bulan Januari
yaitu K1 sebanyak 39 dan K4 pada bulan agustus 54 kunjungan.2.
Pertolongan Persalinan NakesJumlah persalinan normal berdasarkan
penolong persalinan yaitu sebanyak 250 persalinan dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan 1 orang oleh dukun terlatih. Dari 251 Ibu yang
melahirkan di Tahun 2012 tidak ditemukan adanya kasus kematian,
tetapi ditemukanya 4 (empat) orang kasus kematian pada bayi.3.
Kunjungan Ibu Nifas dan NeonatusCakupan kunjungan ibu nifas dan
neonatus paling banyak pada bulan Januari dan Agustus yaitu
masing-masing 26 kunjungan.4. Upaya Akseptor KBData cakupan
Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan jenis Akseptor KB di
wilayah kerja Puskesmas Samadua menunjukan bahwa akseptor KB yang
banyak digunakan oleh PUS di Kecamatan Samadua yaitu peserta KB
suntik 1.127 (84%) dan yang paling sedikit yaitu KB jenis MOW 14
orang (1,0%).5. Upaya ImunisasiProgram Imunisasi dilaksanakan di
Puskesmas dan di 32 Posyandu yang tersebar di 28 Gampong dalam
Kecamatan Samadua. Cakupan imunisasi dasar bayi yang paling besar
adalah imunisasi Polio 1 sebanyak 334 (74%).
c. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat1. Status GiziJumlah balita di
wilayah kerja Puskesmas Samadua berjumlah 1243 balita, dimana 1126
balita dengan status gizi baik, 99 balita dengan status gizi kurang
dan 8 orang gizi buruk.2. PenimbanganDari 14.876 bayi dan balita
yang ada pada Tahun 2012, hanya 74,7% yang ditimbang, sementara
dari yang ditimbang hanya 7408 yang naik (N/D 67%).d. Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular DiareBerdasarkan data
dari lapangan, diketahui penyakit diare terbanyak terjadi pada
kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebanyak 93 orang (15 %).
MalariaPenyakit malaria terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu
sebanyak 18 orang atau (27,3%). Demam BerdarahTidak ditemui adanya
kasus penderita penyakit Demam Berdarah (DBD) dalam Wilayah kerja
Puskesmas Samadua selama bulan Januari s.d Desember 2012. TB Paru,
Kusta, dan HIV/AIDSDiketahui kunjungan pasien TB Paru Tahun 2012
yaitu 207 kunjungan dan kusta 16 kunjungan. Sementara itu tidak
ditemukannya kasus HIV/AIDS.
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular1.
Penyakit UmumKeadaan penyakit tidak menular pada pasien yang
berkunjung ke Puskesmas Samadua selama Tahun 2012 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :Tabel 4.x Distribusi Penderita Penyakit
Tidak Menular Puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2012NoPenyakitF(%)
123HipertensiDiabetes Melitus (DM)Kecelakaan Lalu
lintas5197173940,71%56,24%3,05%
Total1275100%
Dari tabel diatas diketahui penyakit tidak menular paling banyak
pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Samadua yaitu penyakit
Diabetes Mellitus, sebanyak 717 kasus (56, 24%).
2. Penyakit Potensial Wabah/KLBBeberapa penyakit menular
berpotensi menimbulkan wabah/ KLB, dalam wilayah kerja Puskesmas
Samadua selama Tahun 2012 tidak ditemukan penyakit yang potensial
menimbulkan wabah/ KLB seperti Diare, Demam Berdarah Dengue. Walau
demikian tetap harus dilakukan pengamatan terus menerus melalui
sistem surveilans.
f. Upaya PengobatanUpaya pengobatan merupakan salah satu
kegiatan pokok Puskesmas Samadua yang dilaksanakan baik di dalam
maupun diluar gedung. Sebagai Puskesmas Non Rawatan, Puskesmas
Samadua melayani pasien rawat jalan di Poliklinik Umum, Poliklinik
Gigi, KIA, Imunisasi, Gizi, Kesehatan Laboratorium, Pengobatan TB
Paru dan Kusta, Kesehatan Jiwa serta pelayanan rujukan tingkat
lanjut. Sepuluh Diagnosa Penyakit TerbanyakData kunjungan sepuluh
diagnosa penyakit terbanyak Puskesmas Samadua Tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel berikut:Tabel 4.1 Karakteristik kunjungan pasien
menurut 10 penyakit terbanyak periode Januari Desember tahun
2012NoDiagnosaF(%)
1Common Cold4.04833,65
2Infeksi akut lain pernafasan atas3.65030,34
3Hypertensi1.1209,31
4Dispepsia9137,59
5Diabetes Militus7506,23
6Reumatik5044,19
7Kulit Alergi4844,02
8Peny. Sistim jar. Otot & jar. Pengikat2321,93
9Hypotensi1801,51
10Asma1481,23
Total12.029100
Dari tabel diatas diketahui sepuluh diagnosa penyakit terbanyak,
dimana penyakit Common Cold merupakan diagnosa penyakit paling
banyak ditemui pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas yaitu 4.048
(33,65%) dan yang paling sedikit penyakit Asma yaitu 148
(1,23%).
Kesehatan LaboratoriumJenis pemeriksaan yang dilakukan di ruang
laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen darah, pemeriksaan sputum,
pemeriksaan sediaan hapusan darah malaria dan pemeriksaan urin.
Peningkatan Gizi MasyarakatDalam upaya peningkatan gizi masyarakat,
Puskesmas Samadua telah melakukan pemberian kapsul Vitamin A kepada
balita pada bulan Febuari dan Agustus Tahun 2012.
g. Upaya Kesehatan Pengembangan1. Upaya Kesehatan SekolahUpaya
Kesehatan Sekolah (UKS) di wilayah kerja Puskesmas Samadua memiliki
beberapa kegiatan yang dilakukan dalam menciptakan pelayanan dan
menjaga kesehatan bagi anak sekolah yang merupakan harapan sebuah
bangsa khususnya Aceh Selatan, kegiatan yang dilakukan terdiri dari
: Penjaringan Anak SekolahPenjaringan anak sekolah dilakukan di
seluruh SD/MI, SMP/MTsN dan SMA/SMK yang ada di Kecamatan Samadua
pada Bulan Oktober Tahun 2012. BIAS ( Bulan Imunisasi Anak
Sekolah)Kegiatan Bias Tahun 2012 pada wilayah kerja Puskesmas
Samadua dilakukan pada Bulan November dengan 17 SD/MI. Dari semua
anak yang ada, semuanya mendapatkan imunisasi T1, D1 dan D2.
Sekolah Garam BeryodiumData sekolah dengan penggunaan garam
beryodium dapat dilihat pada 7 Sekolah Dasar di wilayah kerja
Puskesmas SamaduaTahun 2012, dimana pemeriksaan dilakukan pada
bulan oktober 2013 . dari 282 sampel yang dilakukan pemeriksaan
maka terdapat 275 yang mengandung yodium dan 7 orang yang tidak
mengandung yodium. Pendistribusian Obat CacingDiketahui dari 17
SD/MIN yang dilakukan pemberian obat cacing di wilayah kerja
Puskesmas Samadua, menunjukan semua siswa mendapatkan obat cacing
yaitu 1588 orang (100%).2. Upaya Kesehatan Olah RagaDalam upaya
kesehatan olah raga, Puskesmas Samadua berperan aktif dalam setiap
kegiatan yang dilakukan di wilayah Kecamatan Samadua seperti
mengirim tim medis dalam acara oleh raga untuk peringatan hari
kemerdekaan RI dan juga kegiatan lain yang bersifat
kemasyarakatan.
3. Upaya Kesehatan Gigi dan MulutUpaya Kesehatan Gigi dan Mulut
di Puskesmas Samadua belum bisa dilakukan secara optimal, karena
tidak adanya dokter gigi, walau telah memiliki satu perawat gigi
dengan status bakti. Hal ini juga belum berjalan secara optimal
karena tidak tersedianya alat yang dibutuhkan dalam memberikan
pelayanan gigi dan mulut sperti alat scalling.
4. Upaya Kesehatan JiwaPenderita kejiwaan / gangguan mental pada
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Samadua yang paling banyak
gangguan Skizifrenia dan Psikotik Kronik lain sebanyak 89 penderita
(87,2%).
5. Upaya Kesehatan MataBelum banyak kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pelaksanaan program upaya kesehatan mata yang di
Puskesmas Samadua kecuali dengan secara pasif menerima dan
menemukan kasus di Poliklinik serta mengobatinya.
6. Upaya Kesehatan LansiaProgram pembinaan kesehatan usia lanjut
(usila) di Puskesmas Samadua belum dilakukan secara optimal, Tahun
2012 pernah dilakukan pendataan usila dan tidak dilakukan pembinaan
berkelanjutan hanya dilakukan secara pasif menerima dan menemukan
kasus di Poliklinik serta mengobati.7. Upaya Pembinaan Pengobatan
TradisionalUpaya kesehatan tradisional merupakan salah satu bentuk
peran serta masyarakat yang potensial dalam menunjang pembangunan
kesehatan dan merupakan sumber daya yang hidup sejak dulu. Dalam
upaya pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat sulit
untuk diidenfikasi karena mereka hanya menggunakaan obat
tradisional jika anggota keluarganya sakit.
4.2 Hasil 4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan UmurTabel
4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Puskemas
SamaduaUmurFrekuensiPresentase
30-39 thn26.7%
40-49 thn516.7%
50-59 thn1446.6 %
>60 thn930%
Jumlah30100%
Dari tabel diatas didapatkan 2 responden (6.7%) berumur 30-39
tahun, 5 responden (16.7 %) berumur 40-49 tahun, 14 responden (46.6
%) berumur 50-59 tahun, dan 9 responden (30 %) berumur > 60
tahun.
4.2.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelaminTabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas SamaduaJenis kelaminFrekuensiPresentase
Laki- laki1446.7%
Wanita1653.3%
Jumlah30100%
Tabel di atas ini menunjukkan dari jumlah responden, terdiri
dari 14 responden (46.7 %) merupakan responden laki-laki, 16
responden (53.3 %) responden perempuan.
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan PekerjaanTabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas
SamaduaPekerjaanFrekuensiPersentase
SwastaPetaniPegawai Negeri SipilIbu Rumah
Tangga1149636.7%13.3%30%20%
Jumlah30100%
Tabel di atas menunjukkan dari 30 responden, 11 responden (36.7
%) memiliki pekerjaan wiraswasta, 4 responden (13,3 %) memiliki
pekerjaan petani, 9 responden (30%) adalah pegawai negeri sipil
maupun pensiunannya, dan 6 responden (20%) merupakan ibu rumah
tangga.
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat Pendidikan
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pendidikan di Puskesmas SamaduaTingkat
PendidikanFrekuensiPresentase
SD516.7%
SMP516.7 %
SMASarjana (Diploma & S1)101033.3 %33.3%
Jumlah21100%
Tabel di atas menunjukkan dari 30 responden, 5 responden (16.7%)
berpendidikan SD, 5 responden (16.7 %) berpendidikan SMP, 10
responden (33.3%) berpendidikan SMA dan 10 responden berpendidikan
diploma dan sarjana (33.3%).
4.2.5 Tingkat Pengetahuan Responden Pre PenyuluhanTabel 4.8
Distribusi karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan
pre penyuluhan di Puskesmas SamaduaTingkat Pengetahuan Pre
PenyuluhanFrekuensiPresentase
Rendah1343.3 %
Sedang930%
Baik826.7%
Jumlah30100%
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden, 13
responden (43.3%) menpunyai tingkat pengetahuan rendah sebelum
penyuluhan, 9 responden (30%) menpunyai tingkat pengetahuan sedang
sebelum penyuluhan, 8 responden (26.7 %) mempunyai tingkat
pengetahuan baik sebelum penyuluhan.
4.2.6 Tingkat Pengetahuan Responden Post PenyuluhanTabel 4.9
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat
pengetahuan post penyuluhan di Puskesmas SamaduaTingkat Pengetahuan
Post PenyuluhanFrekuensiPresentase
Rendah413.3%
Sedang1343.3%
Baik1343.3%
Jumlah30100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden
sebanyak 4 responden (13.3%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah
setelah penyuluhan, 13 responden (43.3%) mempunyai tingkat
pengetahuan sedang setelah penyuluhan, dan sebanyak 13 responden
(43.3%) mempunyai tingkat pengetahuan baik setelah penyuluhan.Dari
hasil tabel 4.8 dan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 30 responden
total, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebelum
penyuluhan sebanyak 8 responden dan setelah penyuluhan bertambah
menjadi 13 responden. Total responden mempunyai tingkat pengetahuan
sedang sebelum penyuluhan sebanyak 9 responden dan setelah
penyuluhan bertambah menjadi 13 responden. Dan total responden
mempunyai tingkat pengetahuan rendah sebelum penyuluhan sebanyak 13
responden dan setelah penyuluhan berkurang menjadi 4 responden.Baik
atau tidaknya tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti umur. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja serta
pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang
dimiliki (Nursalam, 2003)Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tingkat pengetahuan para responden mengalami peningkatan dari
sebelum dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan responden dalam
kategori rendah namun setelah dilakukan penyuluhan tingkat
pengetahuan responden menjadi dalam kategori tinggi dan sedang hal
ini dapat diliat pada tabel 4.9. Menurut penulis hal ini terjadi
karena responden mempunyai rasa peduli terhadap penyakit yang
dideritanya sehingga mendegarkan dengan serius saat diberikan
penyuluhan tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan pola
dietnya tersebut. Tingkat pengetahuan ini tidak hanya dinilai dari
seberapa besar responden dapat menjawab kembali pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, namun juga dari tingkat kesadaran dan
keteraturan para responden untuk melakukan kontrol dan pengobatan
diabetes mellitus di puskesmas dan juga adanya perbaikan keadaan
yang dinilai melalui perbaikan kadar glukosa yang diperiksa berkala
di puskesmas.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan5.1.1 Berdasarkan umur, usia terbanyak yang
menderita DM tipe 2 adalah usia dewasa yaitu 50-59 tahun yakni
sebanyak 46.6% dan diikuti dengan usia > 60 tahun sebanyak
30%.5.1.2 Berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan lebih
banyak terkena DM tipe 2 daripada laki-laki dengan persentase
sebesar 53.3%5.1.3 Karakteristik bedasarkan pekerjaan, pekerjaan
swasta baik wiraswasta maupun kontrak di kantor swasta dan
pemerintahan paling banyak menderita DM tipe 2 yakni sekitar 36.7%,
diikuti dengan pekerjaan PNS dengan persentase 30% dan ibu rumah
tangga dengan 20%.5.1.4 Berdasarkan tingkat pendidikannya, baik
tingkatan pendidikan SMA maupun tingkat diploma dan sarjana
merupakan yang terbanyak dengan persentase masing-masing 33.3% dan
diikuti dengan tingkat pendidikan SMP dan SD dengan jumlah
16.7%.5.1.5 Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan
responden setelah diadakan penyuluhan mayoritas responden meningkat
menjadi sebesar 43.3% (13 responden) yang mempunyai tingkat
pengetahuan dalam kategori baik, yang sebelumnya hanya 26.7%.
5.2Saran5.2.1 Bagi RespondenMini project ini diharapkan menjadi
salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita DM Tipe 2
terhadap penyakit dan pola diet diabetesi sehingga pasien lebih
peduli terhadap pengontrolan rutin kadar gula darah serta
kolesterol dengan diet seimbang, akitivitas fisik dan olahraga
serta rutin mengkonsumsi obat-obatan antidiabetes atau obat
hipoglikemik oral (OHO) dan dapat memberikan pengetahuan ini pada
keluarga atau lingkungan sekitar.
5.2.2 Bagi PuskesmasDiharapkan tetap melakukan penyuluhan secara
rutin tentang DM tipe 2 bagi para penderita DM Tipe 2 untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association : Position Statement 2012 :
Standards of Medical Care in Diabetes-2012. J Diabetes Care, Volume
35, Supplement 1 :s11-s63.2. American Diabetes Association.
Position statement 2010 : Standards of Medical Care in Diabetes
2010. J Diab Care. 2010;33 (Suppl.1)3. American Diabetes
Association: Executive Summary 2013 : Standards of Medical Care in
Diabetes-2013. J Diabetes Care, Volume 36, Supplement 1:S1-S110.4.
Beigi FI. 2012. Glycemic Management of Type 2 Diabetes Mellitus. J
N Engl J Med 366;14: 1319-13275. Chen L, Maglianno DJ, Zimmet PZ.
2012. The Worldwide Epidemiology of Type 2 Diabetes
Mellitus-Present and Future Perspectives. J Nature Reviews
Endocrinology 8, 228-236.6. Darmono, Joko. 2010. Pengaturan Pola
Hidup Penderita Diabetes Untuk Mencegah Komplikasi Kerusakan
Organ-Organ Tubuh. Jakarta : Erlangga7. Hiswani. Peranan Gizi dalam
Diabetes Mellitus. 2010. Digital Library : FK USU.8. International
Diabetes Federation (IDF). Diabetes Atlas 2012. International
Diabetes Federation (IDF). Belgium. 2012.9. Inzucchi SE,
Bergenstal, RM, Buse JB, Diamant M, Ferrannini E, Nauck M, et
al.,2012. Position Statement : Management of Hyperglycemia in Type
2 Diabetes: A Patient-Centered Approach: Position Statement of the
American Diabetes Association (ADA) and the European Association
for the Study of Diabetes (EASD). J Diabetes Spectrum Volume 25,
Number 3: 154-171.10. Kariadi, Sri hastuti. 2009. Diabetes :
Panduan Lengkap Untuk Diabetesi. Jakarta : Mizan Media Utama11.
Noto Atmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.12. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metode Penelitian.
Jakarta: Salemba Medika.13. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia PERKENI 2011. Jakarta : PB PERKENI 2011.14. Perkeni
2011: Meningkatkan Efikasi Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 at :
http://www.perkeni.org/?page=buletin.detail&id=128.Accesed on :
June 21st, 201215. Pramono LA, Setiati S, Soewondo P, Subekti I,
Adisasmita A, Kodim N, Sutrisna B. Prevalence and Predictors of
Undiagnosed Diabetes Mellitus inn Indonesia. Acta Med Indones. 2010
Oct;42(4): 216-23.16. Robertson C. 2011. Incretin-Related Therapies
in Type 2 Diabetes: A Practical Overview. J Diabetes Spectrum Vol
24 No.1:26-3517. Schernthaner G, Barnett AH, Betteridge DJ, Carmena
R, Ceriello A, Charbonnel B,et al., 2010. For Debate : Is The
ADA/EASD Algorithm for The Management of Type 2 Diabetes (January
2009) based on Evidence or Opinion? A Critical Analysis. J
Diabetologia 53:12581269.18. Soegondo S. 2011. Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam: Sudoyo AW. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid 3 . Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.19. Soegondo, Sidartawan.
2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi II cetakan
ke-7. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.20. The National Institute
of Health Research and Development, Ministry of Health, Republic of
Indonesia (KEMENKES RI) 2008. Report on result of National Basic
Health research (RISKESDAS) 2007.21. Wild S, Roglic G, Green A,
Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes : estimates for the
year 2000 and projections for 2030. J Diabetes Care 27:10471053,
200422. Ziegler D. Diabetic Peripheral Neuropathy And Neuropathy
Pain Management. J Diabetes Care 2009 : 31 (Suppl.2)
Lampiran 1Lembar Pertanyaan
1. Usia?2. Jenis Kelamin3. Pekerjaan?4. Tingkat Pendidikan?5.
Tingkat Pengetahuana. Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit
kencing manis? Ya/Tidakb. Gejala Diabetes adalah meningkatnya kadar
gula darah? Ya/Tidakc. Apakah Diabetes dapat dicegah? Dapat/Tidakd.
Apakah gejala sering kencing, cepat lapar (banyak makan) dan haus,
berat badan menurun tanpa sebab yang jelas serta kesemutan itu
adalah gejala Diabetes? Ya/Tidake. Dapatkah diabetes disembuhkan?
Ya/Tidakf. Apakah diet randah gula dan lemak termasuk diet untuk
diabetes? Ya/Tidakg. Apakah olahraga termasuk dari bagian
pengobatan diabetes? Ya/Tidakh. Apakah sayur-sayuran &
buah-buahan termasuk diet untuk diabetes? Ya/Tidaki. Apakah
diabetes dapat menyebabkan darah tinggi dan stroke? Ya/Tidakj.
Apakah diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal (cuci darah)?
Ya/Tidak