Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman memiliki kedudukan penting dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, di samping kebutuhan pakaian atau sandang maupun kebutuhan dasar lainnya. Namun di dalam pemenuhan kebutuhan permukiman terdapat berbagai permasalahan yang terkait dengan kondisi fisik lahan, maupun tekanan terhadap lingkungan. Penataan lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu masalah yang sering kita jumpai dalam setiap permukiman. Dalam penataan lingkungan permukiman hal yang paling utama diperhatikan adalah penatan ruang termasuk didalamnya sarana dan prasarana dan sanitasi lingkungan. Dengan demikian permukiman diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakatnya. Seiring dengan perkembangan kota Palu yang dikuti dengan perkembangan disegala bidang mengakibatkan meningkatnya tekanan lingkunan fisik, yaitu air, tanah dan udara. Untuk menjaga keseimbangan dalam suatu proses pembangunan harus memperhatikan dan menuju kearah kesejahteraan bagi masyarakat. Khususnya dalam bidang lingkungan 1
60

My Proposal, new edit (Repaired) (Repaired) again (Repaired).docx

Nov 06, 2015

Download

Documents

Siti Asdayana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPermukiman memiliki kedudukan penting dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, di samping kebutuhan pakaian atau sandang maupun kebutuhan dasar lainnya. Namun di dalam pemenuhan kebutuhan permukiman terdapat berbagai permasalahan yang terkait dengan kondisi fisik lahan, maupun tekanan terhadap lingkungan. Penataan lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu masalah yang sering kita jumpai dalam setiap permukiman. Dalam penataan lingkungan permukiman hal yang paling utama diperhatikan adalah penatan ruang termasuk didalamnya sarana dan prasarana dan sanitasi lingkungan. Dengan demikian permukiman diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakatnya. Seiring dengan perkembangan kota Palu yang dikuti dengan perkembangan disegala bidang mengakibatkan meningkatnya tekanan lingkunan fisik, yaitu air, tanah dan udara. Untuk menjaga keseimbangan dalam suatu proses pembangunan harus memperhatikan dan menuju kearah kesejahteraan bagi masyarakat. Khususnya dalam bidang lingkungan permukiman, sesuai dengan salah satu tujuan UU lingkungan No.32 tahun 2009, yaitu melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.Salah satu bidang yang turut berkembang seiring dengan perkembangan kota Palu adalah bidang properti. Oleh karena itu, demi memenuhi kebutuhan dasar manusia akan permukiman, berbagai macam perumukiman mulai bermunculan. Diantaranya Perumahan Rinda Permai yang terletak di Kel. Tondo Kec. Palu Timur Kota Palu. Perkembangan permukiman diiringi dengan peningkatan tekanan lingkungan yang berupa pencemaran air tanah, yang bersumber dari limbah buangan rumah tangga. Dalam perencanaan permukiman, efisiensi penggunaan lahan juga sangatlah penting. Mengingat ketersediaan lahan yang terbatas sehingga pengoptimalan penggunaan lahan sangatlah berdampak pada penataan lingkungan yang baik. Salah satu yang paling utama diperhatikan adalah sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan berkaitan erat dengan penanganan limbah. Karena dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah permukiman, maka lebih spesifik lagi limbah yang dibahas di sini adalah limbah domestik khususnya black water.Dalam prakteknya sehari hari, black water yang berasal dari setiap rumah ditampung pada tangki septik masing masing rumah. Melihat mayoritas warga kota Palu yang menggunakan sumur dangkal untuk keperluan air bersih sehari hari. Maka perlu diperhatikan jarak antar tangki septik dan sumur dangkal dari masing masing rumah. Jarak minimal yang disyaratkan antara tangki septik dan sumur dangkal adalah sepuluh meter.Jika setiap rumah dalam sebuah permukiman memerlukan sepuluh meter untuk jarak tangki septik dari sumur dangkal mereka. Maka pemanfaatan lahan yeng terbatas pada sebuah permukiman menjadi tidak efisien. Oleh sebab itu, pada penelitian ini penulis mencoba memberikan alternatif perencanaan tangki septik komunal pada Perumahan Rinda Permai. Selanjutnya dalam penulisan ini tangki septik komunal disebut dengan TASKOM. Dengan penggunaan TASKOM diharapkan pemanfaatan lahan pada Perumahan Rinda Permai dapat dioptimalkan. Dengan berkurangya penggunaan lahan untuk tangki septik setiap rumah. Karena diubah menjadi satu tangki septik untuk beberapa rumah. Penggunaan tangki septik untuk masing masing rumah juga memperbesar peluang pencemaran air tanah. Tangki septik yang bocor dapat merusak kualitas air tanah. Peluang kebocoran akan semakin bertambah lagi jika tangki septik tidak pernah dikuras. TASKOM sangat bermanfaat diterapkan pada permukiman atau perumahan. Dengan satu tangki septik untuk banyak rumah, mempermudah penanganan tangki septik. Pengurasannya bisa lebih teratur karena hanya satu tangki septik. Dan dapat pula dibuatkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sehingga air buangannya tidak berbahaya jika langsung dibuang ke badan air.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :1. Bagaimana alternatif desain bangunan TASKOM di Perumahan Rinda Permai ?2. Bagaimana sistem penyaluran air buangan black water di Perumahan Rinda Permai ?3. Manfaat apa saja yang didapat dengan menggunakan TASKOM di Perumahan Rinda Permai ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan penelitianAdapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : Memberikan alternatif perencanaan TASKOM untuk Perumahan Rinda Permai. Merencanakan sistem penyaluran air buangan black water pada Perumahan Rinda Permai. Mengetahui manfaat yang didapat dari penggunaan TASKOM pada Perumahan Rinda Permai.2. Manfaat PenelitianBerdasarkan latar belakang, rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas maka manfaat yang ingin dicapai dari perencanaan ini adalah: Mengoptimalkan penggunaan lahan pada Perumahan Rinda Permai. Dengan mengurangi penggunaan lahan untuk pembuatan tangki septik masing masing rumah. Mengurangi resiko pencemaran air tanah oleh bakteri akibat kebocoran tangki septik. Dapat menjadi percontohan penerapan alternatif desain TASKOM bagi permukiman-permukiman yang ada di Kota Palu.

D. Lingkup PerencanaanPerencanaan yang dilakukan, untuk mendesain dimensi TASKOM dan sistem penyaluran air limbah black water untuk 28 rumah, pada blok rumah tipe 45 yang saling berhadapan.

BAB IILOKASI PROYEK DAN DATA PERENCANAAN

A. Lokasi Proyek1. Letak GeografisLokasi Perencanaan drainase di Perumahan Rinda Permai berada di bagian Utara wilayah Kota Palu, yang terletak di Kelurahan Tondo dengan jarak tempuh 6 km dari pusat Kota Palu.Adapun batas-batas dari lokasi penelitian adalah :1. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan RE.Martadinata1. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Teluk Raya1. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Trans Sulawesi1. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Teluk Raya 3

PERUMAHAN RINDA PERMAI

Gambar 1. Lokasi Penelitian Perumahan Rinda Permai PaluSumber : www.google map.com

2. TopografisPerumahan Rinda Permai dari timur ke barat memiliki kemiringan lahan relatif datar dan landai. Dan berada 5 meter di atas permukaan laut3. Kependudukan Perumahan Rinda Permai dengan luas 58.686 m2 memilki 280 unit rumah yang terdiri dari 4 type yang berbeda, dari data tersebut dapat diasumsikan sebagai angka pendekatan rata-rata bahwa 1 unit rumah terdiri dari 1 orang kepala keluarga dan 4 orang sebagai anggota keluarga, sehingga 1 unit rumah terdiri dari 5 penghuni tetap. Jadi jumlah penduduk dalam perumahan ini (280 x 5 org/unit) sebanyak 1400 jiwa.4. Site Plan

Gambar 2. Site plan Perumahan Rinda PermaiSumber : PT. Baliem Indah Property

B. Data Perencanaan Sebelumnya1. Denah Lokasi Tangki Septik

Gambar 3. Denah Rumah.

2. Dimensi Tangki Septik

Gambar 4. Dimensi tangki septik.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. Tangki Septik Komunal (TASKOM)Tangki septik, adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari WC(water closet). Tangki septik adalah suatu bak berbentuk empat persegi panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau menampung kotoran dan air penggelontor yang berasal dari toilet gelontor. Periode tinggal (detention time) di dalam tangki adalah 1-3 hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian tangki dan akan dicernakan secara anaerobik (digested anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan terbentuk dipermukaan.Walaupun proses pencernaan zat padat yang terendap berlangsung secara efektif, namun pengambilan lumpur yang terakumumlasi perlu dilakukan secara periodik antara 1-5 tahun sekali. Tangki septik komunal merupakan salah satu jenis tangki septik yang dianggap baik untuk pemukiman padat penduduk. Walaupun pada umumnya tangki septik digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga secara individual, namun tangki septik juga dapat digunakan sebagai fasilitas sanitasi komunal/umum untuk suatu lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa (G.J.W de Kruijff, 1987). Tangki septik ini dibangun secara komunal sehingga dapat menghemat lahan (tempat).Fungsi tangki septik adalah sebagai penampungan air limbah & proses penghancuran kotoran kotoranyang masuk. Air limbah ini akan mengalir ke rembesan/ sumur peresapan yang jaraknya tidak jauh dari tangki septik, begitu juga penempatan tangki septik tidakterlalu jauh dari WC (water closet).

B. BAGAN ALIR PENETUAN KAPASITAS TASKOM

VOLUME TANGKI SEPTIK KOMUNALKEBUTUHAN KAPASITAS PENAMPUNG AIRKEBUTUHAN KAPASITAS PENAMPUNG LUMPURWAKTU PENGENDAPANBANYAKNYA ALIRANJUMLAH RUMAHJUMLAH ORANGJANGKA WAKTUPENGURASAN LUMPUR LUMPUR TERKUMPUL

C. Perhitungan Kapasitas TASKOM Untuk Perencanaan DimensiUntuk perencanaan dimensi TASKOM, data data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Jumlah penduduk yang terlayani. Jumlah asumsi tahun jangka waktu pengurasan lumpur. Rata rata lumpur terkumpul liter/orang/tahun. Air limbah yang dihasilkan tiap orang/ hari.Estimasi perhitungan berdasarkan data data di atas adalah sebagai berikut :1. Kebutuhan kapasitas penampung untuk lumpur (A)

A = Penampungan lumpur yang diperlukan (liter)P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikN = Jumlah tahun jangka waktu pengurasan lumpurS = Rata rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun)2. Keperluan waktu penahan minimum dalam satu hari (Th) Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah)

Untuk tangki septik yang menampung limbah WC + dapur + kamar mandi (tercampur)

Th = Keperluan waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,5 liter/hariP=Jumlah orangQ=Banyaknya aliran, liter/orang/hari3. Kebutuhan kapasitas penampung air

Th = Keperluan waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,5 liter/hariP=Jumlah orangQ=Banyaknya aliran, liter/orang/hari4. Volume TASKOM

A=Kapasitas penampung lumpurB=Kapasitasa penampung air5. Dimensi TASKOM Berdasarkan volume yang didapat dari perhitungan sebelumnya, maka dapat ditentukan dimensi TASKOM dengan acuan :Tinggi TASKOM= Tinggi jagaan/ free board= Lebar TASKOM : Panjang TASKOM = 1 : 2.

D. Perencanaan Konstruksi TASKOMKonstruksi tangki septik disekat dengan dinding bata dandi atasnya diberi penutup dengan pelat beton, dilengkapi penutup kontrol dan diberipipa hawa T dengan diameter 1, sebagai hubungan agar ada udara / oksigenke dalam tangki septik sehingga bakteri bakteri menjadi subur, sebagai pemusnahkotoran kotoran atau tinja yang masuk ke dalam bak penampungannya.

Gambar 5. Sistem tangki septik dan bidang resapan.Sumber : https://tukangbata.blogspot.com/2013/02/septic-tank-adalah.html

Konstruksi tangki septik terdiri dari dua buah ruang. Ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur. Volume ruang pertama ini memiliki volume 4070% dari keseluruhan volume tangki septik. Pada ruang kedua merupakan ruang pengendapan bagi padatan yang tidak terendapkan pada ruang pertama. Panjang ruangan pertama dari tangki septik sebaiknya dua kali panjang ruangan kedua, dan panjang ruangan kedua sebaiknya tidak kurang dari 1 m. Kedalaman tangki sebaiknya berkisar antara 1,0 1,5 m. Sedangkan celah udara antara permukaan air dengan tutup tangki (free board) sebaiknya antara 0,3 sampai 0,5 m. Tangki septik harus dilengkapi dengan lubang ventilasi (dipakai pipa Tee) untuk pelepasan gas yang terbentuk dan lubang pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan kedalaman lumpur serta pengurasan.

Gambar 6. Tipikal tangki septik.Sumber : http://www.rekompakjrf.org/download/pedoman%20Desain%20MCK(26-4-10).pdf

Material untuk tangki septik harus kedap air, untuk itu material yang bisa digunakan adalah sebagai berikut: pasangan batu bata dengan campuran spesi 1 : 2 (semen : pasir). Material ini sesuai untuk daerah dengan ketinggian air tanah yang tidak tinggi dan tanah yang relatif stabil sehingga saat pelaksanaan pembuatannya tidak sulit untuk menghasilkan konstruksi yang kedap air. Beton bertulang. Material dari beton bertulang relatif sesuai untuk semua kondisi. Pada lokasi dengan muka air tanah tinggi bisa digunakan beton pracetak. Plastik atau fiberglasMaterial plastik atau fiberglass sangat baik dari segi karakteristik kedap airnya. Namun rendah dalam kemampuan menahan tekanan samping tanah. Dan yang perlu diperhatikan adalah ketinggian muka air tanah yang bisa memberikan tekanan apung yang besar pada tangki jenis ini pada saat tangki kosong.

E. Perencanaan Konstruksi PeresapanBila ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal dari tangki septik masih berbahaya sehingga perlu di alirkan ke tangki peresapan (soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain fields). Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan pada saluran drainase ataupun badan-badan air tanpa mengolah efluen tersebut terlebih dahulu. Jarak antara resapan dan sumber air untuk keamanannya disyaratkan minimal 10 meter (tergantung aliran air tanah dan kondisi porositas tanah).Peresapan berfungsi untuk meresapkan cairan yang keluar dari tangki septik ke tanah secara horisontal dan vertikal melalui pori - pori tanah. Material organik akan diolah oleh bakteri yang hidup dalam tanah. Perubahan temperatur dan karakteristik kimiawi serta persaingan makanan dengan bakteri tanah juga akan bisa mengakibatkan bakteri dan virus yang ada dalam cairan yang keluar dari tangki septik terbunuh. Air limbah umumnya akan meresap kedalam tanah dan akhirnya masuk ke dalam air tanah sedangkan sebagian akan bergerak keatas akibat gaya kapiler selanjutnya menguap serta diserap tanaman. Peresapan disini berfungsi sebagai pengolahan sekunder dan pembuangan akhir. Jenis peresapan yang bisa digunakan sebagai berikut: Bidang resapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk seperti parit (arah horisontal atau memanjang) sehingga kelemahannya adalah memerlukan banyak tempat, namun jenis tersebut efektifitasnya lebih tinggi dibanding sumur resapan. Sumur peresapan. Jenis peresapan ini dibuat dengan bentuk sumur (arah vertikal), dengan dinding yang bisa meresapkan air (dinding berlubang) dengan dasar tanah (tanpa perkerasan). Jenis ini digunakan jika ketersediaan tanah tidak memungkinkan dibuat bidang resapan dan kedalaman muka air tanah tertinggi (saat musim hujan) minimal 1,5 m. dari dasar sumur resapan

1. Bidang PeresapanBidang resapan terdiri dari, pipa PVC diameter 4 (100mm) berlobang yang berfungsi menyebarkan/mendistribusikan cairan, yang diletakkan dalam parit dengan lebar 60 cm 90 cm. Pipa berlobang ditempatkan dan dikubur dengan kerikil selanjutnya berturut turut keatas adalah lapisan ijuk untuk mencegah material halus masuk ke kerikil, lapisan pasir untuk mencegah bau dan pertumbuhan akar tanaman agar tidak mencapai kerikil dan pipa, lapisan tanah secukupnya untuk mengurangi infiltrasi air hujan. Berikut gambar tipikal bidang resapan. Untuk bidang resapan yang terdiri dari lebih dari 1 lajur maka jarak minimum antar lajur adalah 150 cm. Pipa harus diletakkan 5 15 cm dari permukaan agar air limbah tidak naik keatas. Parit ini harus digali dengan panjang tidak lebih dari 20 meter.

A

B

Gambar 7. Ttipikal Tata Letak Bidang Peresapan.Sumber : http://www.rekompakjrf.org/download/pedoman%20Desain%20MCK(26-4-10).pdf

Pilihan bentuk A atau B dibawah ini tergantung ketersediaan lahan dan kebutuhan.

Gambar 8. Tipikal Penampang Bidang PeresapanSumber : http://www.rekompakjrf.org/download/pedoman%20Desain%20MCK(26-4-10).pdf.

Luas bidang resapan ditentukan oleh besarnya aliran dari tangki septik dan kecepatan perkolasi/peresapan tanah yang besarnya tergantung jenis tanah. Kapasitas peresapan akan lebih baik atau lebih akurat jika ditentukan dengan tes perkolasi.Jika sistem ini berhenti berfungsi secara efektif, maka pipa harus dibersihkan dan/atau diganti. Pohon dan tanaman berakar dalam harus dijauhkan dari bidang resapan karena bisa merusak dan mengganggu dasar parit. Tidak boleh ada lalulintas berat yang bisa memecahkan pipa atau memadatkan tanah. Jika kemampuan resapan tanah bagus, maka air limbah yang keluar bisa terbuang secara efektif. Tidak cocok untuk daerah perkotaan yang padat.

2. Sumur PeresapanSecara umum sumur resapan lebih sederhana dibanding dengan bidang resapan sebagaimana terlihat dalam gambar tipikal dibawah. Sumur Resapan bisa dibiarkan kosong dan dilapisi dngen bahan ynag bisa menyerap (untuk penopang dan mencegah longsor), atau tidak dilapisi dan diisi dengan batu dan kerikil kasar. Batu dan kerikil akan menopang dinding agar tidak runtuh, tapi masih memberikan ruang yang mencukupi untuk air limbah. Dalam kedua kasus ini, lapisan pasir dan krikil halus harus disebarkan diseluruh bagian dasar untuk membantu penyebaran aliran. Kedalaman sumur resapan harus 1,5 dan 4 meter, tidak boleh kurang dari 1,5 meter diatas tinggi permukaan air tanah, dengan diameter 1,0 3,5 meter. Sumur ini harus diletakkan lebih rendah dan paling tidak 15 meter dari sumber air minum dan sumur. Sumur resapan harus cukup besar untuk menghindari banjir dan luapan air. Kapasitas minimum sumur resapan haraus mampu menampung semua air limbah yang dihasilkan dari satu kegiatan mencuci atau dalam satu hari, volume manapun yang paling besar.

Gambar 9. Tipikal Sumur PeresapanSumber : http://www.rekompakjrf.org/download/pedoman%20Desain%20MCK (26-4-10).pdf

Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus jauh dari daerah berlalu-lintas padat agar tanah diatas dan disekitar sumur tidak terpadatkan. Jika kinerja sumur resapan menurun, maka bahan didalam sumur resapan bisa dikeluarkan dan diganti. Untuk akses di masa depan, penutup yang bisa dilepas harus dipakai untuk menutup sumur sampai sumur perlu dirawat. Lapisan lumpur bisa dibuang secara efektif oleh pompa diafrakma (diaphragm) sederhana, jika perlu.Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang bagus; tanah liat, padat keras atau berbatu tidak cocok. Sumur resapan cocok untuk permukiman perkotaan dan pinggiran kota. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang permukaan air tanahnya tinggi. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap tidak praktis, jika tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air.

F. Penggunaan TASKOM di IndonesiaPenggunaan TASKOM di Indonesia bukanlah hal yang baru. Penggunaan TASKOM di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Namun sebagian besar perumahan memang masih menggunakan tangki septik untuk masing masing rumah. Permukiman yang telah menetapkan penggunaan taskom di Indonesia diantaranya :

1. Perumahan Indraprasta I, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.TASKOM dan IPAL komunal diterapkan perumahan Indraprasta I sejak awal tahun 2000. Sebelum menggunakan TASKOM, tangki septik di perumahan tersebut kerap mampet dan harus segera disedot agar baunya tak menyebar ke dalam rumah. Keberadaan taskom pada perumahan ini bermula ketika ada tawaran bantuan dari Australia pada 1997. Saat itu ratusan warga perumahan Indraprasta I ditawari Instalasi Pengolahan Air Limbah-Instalasi Pengolahan Limbah Tinja. (IPAL-IPLT). Mereka bersedia memasang dan membangun bak kontrol secara gratis. Warga tinggal tahu jadinya saja. Para warga setuju dengan tawaran tersebut dan hasilnya memang terbukti. Sudah hampir 15 tahun menggunakanTASKOM, warga Indraprasta I tak pernah mendapatkan keluhan berarti. Keluhan bocor juga tak ada. Proyek percontohan taskom ini merupakan satu-satunya di Kota Bogor dan yang kedua di Jawa Barat setelah proyek yang sama di Bojongsoang, Antapani, Bandung.Penggunaan tangki septik bersama ini lebih banyak kelebihannya daripada kekurangan. Dari sekitar 600 rumah yang menggunakannya, keluhan yang datang justru sangat sedikit. Bahkan selama belasan tahun menggunakan pola ini, hampir tak terdengar keluhan mampet. Pihak pengelola juga rutin melakukan pemompaan di bak kontrol setiap bulan.Selain itu, tidak terdapat air lindi hitam pekat yang mengeluarkan bau tak sedap di selokan yang terbentang lurus di depan perumahan. Saat musim hujan juga tak terdapat genangan kotoran atau busa dari limbah cucian rumah tangga. Begitu hujan reda, selokan juga cepat kering tak menyisakan bau.Meski begitu, bukan berarti tak ada keluhan sama sekali. Seperti warga yang rumahnya secara geografis terletak sedikit di bawah. Saat hujan besar, air limbah kerap kembali lagi ke lubang pengeluaran. Terkadang, jika kita tak menutup rapat-rapat bak kontrol, tikus bisa masuk dan keluar di lubang kakus rumah.Gas berbau tak sedap juga terkadang mampir ke kamar mandi. Namun, keluhan tersebut tak banyak terdengar. Apalagi jika pemeliharaan rutin dilakukan pihak pengelola. Pada awal pembuatannya, proyek ini dipercayakan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bogor. Alasannya, PDAM sudah berpengalaman memasang pipa. Hingga saat ini pun, pemeliharaan tetap dikendalikan PDAM, termasuk penarikan uang pemeliharaan bulanan. Pemerintah Kota Bogor memungut biaya untuk perawatan instalasi TASKOM ini. Setiap bulan rata-rata warga membayar 11 ribu rupiah.

2. RW VII Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang.Seluruh keluarga di RW VII Kelurahan Purwanto, terutama yang bermukim di Rukun Tetangga (RT) 02, 10 dan 11 sudah memiliki jamban untuk keperluan buang air besar. Hanya mereka belum menjalankan perilaku sehat dalam membuang limbah rumah tangga, baik dari dapur maupun jamban.Limbah dari dapur dan jamban dibuang ke dalam tangki septik. Namun yang menjadi persoalan tangki septik mereka bocor, sehingga air kotornya merembes ke dalam tanah. Rembesan air limbah dari tangki septik juga masuk ke dalam sumur. Jarak antara sumur penduduk dengan tangki septik dekat-dekat, lebih kurang lima meter. Itulah sebabnya tangki septik tidak pernah penuh sehingga jarang dikuras. Karena air limbah di tangki septik sebagian besar meresap ke dalam tanah.Penduduk sering mengeluhkan air sumur mereka berbau tidak sedap. Itu akibat air sumur tercemar limbah dari tangki septik. Air sumur yang tercemar tetap dikonsumsi penduduk. Dampaknya penyakit diare kerap menjangkiti warga di RW tersebut.Upaya mengubah perilaku sehat warga, yaitu dengan tidak membuang limbah cair dapur dan jamban ke tangki septik dilakukan pada tahun 2012. Ini sejalan dengan masuknya Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) Urban Sanitation Rural Infrastructure (USRI).Melalui dana hibah SPBM-USRI senilai Rp 350 juta ditambah dana swadaya masyarakat sejumlah Rp 10 juta, warga masyarakat secara partisipatif membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal dengan jaringan perpipaan. IPAL komunal ini yang kelak akan menggantikan fungsi tangki septik penduduk sebagai penampung sekaligus pengolah air limbah. Dengan dana senilai itu warga masyarakat berhasil membangun, yaitu: Komponen unit pengolahan air limbah (IPAL) yang terdiri dari : Settler, Anaerobic Baffled Reactor, Anaerobic Filter Jaringan Pipa Induk : Pipa PVC jenis AW (Klas D) 6 dan panjang = 400 m Jaringan Pipa Lateral : Pipa PVC jenis AW (Klas D) 4 dan panjang = 200 mSetelah IPAL komunal terbangun maka seluruh tangki septik milik penduduk ditutup dengan jalan ditimbun. Sejak itu tidak ada lagi air limbah meresap ke dalam tanah.

G. Penelitian Tentang TASKOM Penelitian tentang TASKOM telah banyak dan sudah sejak lama dilakukan di Indonesia. Sehingga sudah banyak yang bisa dijadikan acuan ataupun pertimbangan dalam penerapan TASKOM. Berikut ini, merupakan ringkasan beberapa jurnal penelitian mengenai TASKOM :

1. Efektivitas Prototipe Tangki Septik Komunal dengan Prinsip Biodegradasi Limbah Rumah Tangga untuk Pemukiman Padat Penduduk. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.1 (1), Februari 2002, By : Riris Nainggolan, SKM, M.Sc.

Air limbah rumah tangga yang banyak mengandung pencemar organik, anorganik, dan bakteri patogen sebelum dibuang ke alam, harus diolah terlebih dahulu misalnya dalam tangki septik.Salah satu jenis tangki septik yang dianggap baik untuk pemukiman padat penduduk adalah tangki septik komunal (Mc.Cleland,1980). Berbeda dengan tangki septik pada umumnya, tangki septik dalam penelitian ini menggunakan sistem tiga ruangan yaitu ruang aerobik, fakultatif, dan anerobik serta ruang filter dan bak chlorinasi. Tangki septik ini juga tidak membutuhkan bidang peresapan dan dibangun secara komunal sehingga dapat menghemat lahan (tempat). Kegiatan mikroorganisme dalam proses biodegradasi merupakan faktor pendukung utama pada alat ini, karena pada umumnya air limbah rumah tangga mudah diuraikan (didegradasi) oleh mikroorganisme. Penelitian ini bersifat deskriptif dan tujuannya adalah mengevaluasi efektivitas prototipe taskom dengan variabel waktu penghidupan kompresor udara dalam menyediakan oksigen bagi mikroorganisme dan mengoksidasi limbah deterjen sehingga tidak menghambat proses berikutnya.Kesimpulan yang didapat adalah alat ini lebih efektif dibandingkan dengan tangki septik pada umumnya, karena dapat mengolah air limbah baik dari WC maupun non WC dan dapat mengurangi pencemaran air karena kualitas effluentnya relatif jauh lebih baik. Namun karena adanya sistem aerasi, maka proses terjadinya penimbunan lumpur relatif lebih cepat dan dibutuhkan energi listrik untuk menghidupkan kompresor udara.Untuk mengetahui keadaan efektivitas optimum dari alat ini, dibutuhkan lebih banyak variasi waktu penghidupan kompresor udara dan penelitian yang lebih mendalam lagi untuk faktorfaktor pendukung dan penghambat lainnya.

2. Desain Instalasi Pengolahan Limbah WC Komunal Masyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol.16 No.2, Agustus 2011, oleh : Asep Sapel, M.Yanuar J. Purwanto, Sutoyo, Allen Kurniawan.

Kampung Cangkurawok terletak di area terluar lingkar kampus Institut Pertanian Bogor dan belum memiliki sarana sanitasi yang baik. Pembuangan air limbah domestik langsung dibuang ke dalam saluran drainase dan mengalir ke sungai. Perencanaan desain instalasi pengolah limbah WC komunal terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan lokasi WC komunal dan instalasi pengolahan tinja. Lokasi yang disediakan oleh masyarakat berada pada ketinggian sekitar 5 m di atas permukaan sungai. Tahap kedua yaitu penentuan daerah pelayanan. Pada kampung ini terdiri dari 70 kepala keluarga (KK). Jumlah tersebut menjadi kriteria dasar untuk penentuan volume taskom. Tahap terakhir adalah penentuan desain WC komunal dan unit pengolahan air limbah. Tahap ini membutuhkan opsi opsi unit yang cocok terhadap lokasi terpilih, dibuat berdasarkan kemudahan dalam perawatan dan tidak membutuhkan tenaga operator terdidik. Unit pengolahan limbah hasil perencanaan terdiri dari tangki septik dan sumur resapan. Volume tangki septik adalah 26,5 m3 dengan dimensi panang 2,75 m, lebar sebesar 5,5 m dan tinggi tangki septik 1,5 m ditambah 0,3 m (free board/ tinggi jagaan). Tangki septik melayani 4 WC komunal yang dibangun diatasnya, dengan pembagian dua ruang untuk laki laki dan dua ruang untuk perempuan. Sumur resapan dibangun untuk meresapkan limbah yang keluar dari tangki septik secara vertikal melalui pori tanah. Lapisan pasir dan kerikil disebarkan diseluruh bagian sumur untuk membantu penyebaran aliran. Dimensi sumur resapan mempunyai kedalaman 3 meter dan diameter 1 meter. Sumur ini harus diletakkan lebih rendah dari sumber air minum dan sumur, dengan jarak minimum 15 meter.

H. Aktifitas yang Terjadi di Dalam TASKOMDi dalam tangki septik sesungguhnya terjadi serangkaian proses biologis dan kimiawi (biokimia) yang sangat rumit yang melibatkan miliaran mikroba yang secara alamiah saling berbagi tugas.Secara umum, di alam ada 2 kelompok mikroba yakni yang membutuhkan oksigen (aerob) dan yang tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Sifat mikroba itulah yang dipakai dalam sistem pengolahan limbah yang juga terbagi menjadi dua, sistem aerob dan sistem anaerob. Sistem aerob bekerja sangat cepat tetapi membutuhkan energi, sedangkan sistem anaerob bekerja sangat lambat tapi menghasilkan energi.Sistem anaerob ini yang salah satunya diterapkan dalam pembuatan biogas.Di dalam tangki septik yang tidak ada suplai oksigen (anaerob), hanya mikroba anaerob saja yang bisa hidup. Itu sebabnya tangki septik dibuat sedemikian tertutup rapat sehingga tidak ada oksigen yang bisa masuk.Jika ada oksigen yang masuk, terjadi kekacauan di dalam tangki septik karena sebagian bakteri anaerob yang terkena kontak dengan oksigen mogok bekerja. Dan ketika itu terjadi, tangki septik mengeluarkan bau yang tidak sedap (bau tinja yang belum terolah).Di dalam tangki septik, mikroba mengeluarkan enzim dan enzim itulah yang mengolah limbah. Mereka bekerja sangat lambat namun pasti, bahkan hingga berbulan-bulan sebelum limbah tersebut terurai sempurna. Pada situasi normal dalam 2 bulan, hanya 50% limbah yang dapat diuraikan dan dalam 5 bulan baru 80%. Dengan kata lain, jika kita buang air hari ini, hingga 2 bulan ke depan, kotoran kita baru 50% diolah.Blackwater mempunyai komposisi kimia yang sangat kompleks sehingga dipakai konsep umum yang bisa menggambarkan tingkat polutan,salah satunya COD (Chemical Oxygen Demand). Yaitu banyaknya oksigen yang dibutuhkan agar bahan kimia yang ada terurai sempurna. Makin tinggi nilai COD, makin tinggi tingkat pencemarannya. Ini hanya dapat diukur di laboratorium. Blackwater memiliki nilai COD sekitar 10.000 (mg/L), limbah dari dapur mulai 500, air sungai di Jakarta ada di sekitar 50, air sungai di pegunungan 0. Untuk pusat-pusat perdagangan atau hotel, pemerintah mensyaratkan air limbahnya harus diolah hingga COD nya di bawah 80 sebelum dibuang ke sungai.Hasil akhir pengolahan blackwater, salah satunya adalah biogas. Di dalam biogas sendiri ada metana (bahan bakar gas) sekitar 60%, dan karbondioksida sekitar 35%; Dan sisanya asam belerang dan amoniak yang menjadi sumber bau di tangki septik. Sekali buang air, kita menyimpan potensi 1 liter biogas yang setara dengan tenaga listrik untuk menyalakan lampu 5 watt selama 1 jam. Biogas ini memang harus segera dikeluarkan dari dalam tangki septik agar tidak balik meracuni mikroba yang bekerja di dalamnya. Makanya di atas tangki septik dibuat pipa udara yang biasanya berbentuk huruf T. Melalui pipa tersebut biogas dari dalam tangki septik terlepas ke udara bebas. Jika tidak ada pipa udara ini akibatnya bisa sangat fatal. Biogas yang dihasilkan makin lama makin banyak, hingga suatu saat mencari jalan keluarnya sendiri melalui ledakan. Seperti sebuah berita diKoran Republikadimana sebuah rumah di Jakarta hancur karena tangki septiknya meledak.

I. Sistem Penyaluran Air Buangan DomestikPrinsip penyaluran air buangan adalah membuat suatu sistem penyaluran yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolahan Air Limbah (BPAL) melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang dibutuhkan lebih singkat.Untuk menentukan teknologi yang akan digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap kondisi umum, batasan-batasan yang ada, dan potensi yang dimiliki oleh daerah pelayanan.Masalah yang ditimbulkan dari keadaan ini adalah pengaturan penyediaan energi potensial untuk mengalirkan air limbah secara gravitasi. Meskipun sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan pompa, namun hal itu akan menyebabkan biaya investasi menjadi sangat mahal. Oleh karena itu teknologi yang akan diterapkan harus efisien dalam penggunaan energi potensial secara gravitasi.Sistem sanitasi terpusat dapat digunakan untuk penerapan taskom. Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation)merupakan sistem pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang menyalurkan dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan. Sistem sanitasi terpusat terbagi atas :

1. Sistem Penyaluran TerpisahSistem ini dikenal denganfull sewerage, dimana air buangan domestik dan air hujan dialirkan secara terpisah melalui saluran yang berbeda. Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain: Periode musim hujan dan kemarau lama. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan air penerima. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan musim hujan relatif besar. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing sistem saluran. Beberapa alternatif dari sistem penyaluran air buangan secara terpisah adalah sebagai berikut :

a. Sistem Penyaluran KonvensionalSistem penyaluran konvensional (conventional Sewerage) merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima. Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa servis, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas.Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksamanholeyang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri.Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional, yaitu: Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor. Diameter pipa minimal 100 mm , karena membawa padatan. Aliran dalam pipa harus aliran seragam. Slope pipa harus diatur sehingga Vcleansingterpenuhi (0,6 m/detik). Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3 m/detik.Kelebihan sistem penyaluran konvensional tidak memerlukan tangki septik.Kekurangan sistem penyaluran konvensional : Biaya konstruksi relatif mahal. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluransmall bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional bersambung ke saluransmall bore sewer.Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran secara konvensional yaitu: Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat dengan daerah yang punya sistem ini. Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah perumahan mewah, pariwisata. Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan cukup tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan. Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan pengolahan sendiri. Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk lebih dari 300 jiwa/ha dan umumnya penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem setempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.

b. Sistem Riol DangkalShallow seweragedisebut jugaSimplified sewerageatauCondominial Sewerage (Mara, 1996). Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan kemiringan yang lebih landai. Peletakan saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewersangat tergantung pada pembilasan air buangan utnuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.Sistem ini cocok diterapkan sebagai saluran sekunder di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi, tidak dilewati oleh kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah sebesar 1%.Shallow sewerharus dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta dilengkapi dengan pengolahan mini

Gambar 10.Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada Perumahan Tak Teratur (A) dan Teratur (B)Sumber : Mara, 1996

Biaya pembuatanshallow seweragelebih murah bila dibandingkan dengan penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada sistem sanitasi setempat (Gambar 3.2). Biaya murah ini dikarenakan penggalian yang dangkal, pipa yang digunakan berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana dalam tempatmanholeyang tidak besar.

2. Sistem Penyaluran TercampurPada sistem ini, air buangan disalurkan bersama dengan limpasan air hujan dalam satu saluran tertutup. Dasar pertimbangan diterapkan sistem ini antara lain yaitu: Debit air hujan dan air buangan secara umum relatif kecil sehingga dapat disatukan. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.Kelebihan sistem ini adalah hanya memerlukan satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan IPAL.

3. Sistem KombinasiSistem ini dikenal dengan istilah interceptor dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka maupun saluran tertutup tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi pengolahan antara air buangan dan air hujan dipisahkan melalui bangunan regulator.Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak akan mencemari badan air.Sistem ini diterapkan pada: Daerah yang dilalui sungai yang airnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya sebagai bahan baku penyediaan air bersih sehingga penting untuk dilindungi dari pencemaran. Daerah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan sistem saluran secara konvensional. Karena itu pada tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.Sedangkan untuk kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa itu sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk. Kedalaman awal pemasangan pipa :Table 1. Kedalaman penanaman pipa.Pipa persil(0,45 1,00) meter dari permukaan tanah.

Pipa servis(1,00 1,20) meter dari permukaan tanah.

Pipa awal lateral(1,00 1,20) meter dari permukaan tanah.

Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak lebih dari 7 meter, jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa. Sedangkan kedalaman awal pipa induk dan cabang adalah 1,2 meter, jika kurang dari 1,2 meter maka butuhdrop manhole.

SuSumber : https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/10/limbah-waste-water/

Gambar 11. Penempatan dan Pemasangan Saluran Sumber : DPU, 1986

J. Pencemaran Air Tanah Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain (Mulia, 2005:57). Sehingga dapat disimpulkan air memegang peranan penting dalam setiap aktivitas manusia (Slamet, 2007:84-85). Di antara kegunaan tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum karena itu air harus mempunyai persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003:152). Mengingat pentingnya peranan air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Di Indonesia umumnya sumber air bersih berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), dan air hujan (Mulia, 2005:58). Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan di Indonesia. Secara teknis, sumur dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu sumur dangkal (shallow well) dan sumur dalam (deep well). Sumur dangkal merupakan jenis sumur yang banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan Mandi-Cuci-Kakus (MCK) (Chandra, 2007:45). Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik maupun anorganik akan mudah sekali menjadi media berkembanganya berbagai macam penyakit. Air yang tercemar dapat berupa air yang tergenang (tidak mengalir) dan dapat pula air yang mengalir. Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena air merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen (Wardhana, 2001:137-138). Total bakteri coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Escherichia coli sebagai salah satu contohnya, mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Walaupun adanya jasad tersebut tidak dapat memastikan adanya jasad patogen secara langsung, tetapi dari hasil yang didapat, memberikan kesimpulan bahwa bakteri coli dalam jumlah tertentu di dalam air, dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad patogen (Suriawiria,1996:74-75).Pencegahan penyebaran penyakit melalui air dapat dilakukan dengan pemeriksaan kualitas air bersih dengan menggunakan parameter fisika, kimiawi, radioaktivasi dan parameter mikrobiologi. Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri coliform sebagai organisme petunjuk (indicator organism) dan fecal coliform yang menunjukkan bakteri coliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air bersih (Mulia, 2005:59-62). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/ PER/IX/1990 Tahun 1990, bahwa yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kriteria mikrobiologi untuk air bersih yaitu dengan menggunakan bakteri coliform sebagai indikator dengan metode Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) atau Most Probable Number (MPN).Salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kejadian diare adalah penyediaan air bersih. Penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat mikrobiologi secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan penyakit (water borne diseases).

BAB IVMETODE PENELITIANA. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Survei Lapangan

Pengumpulan Data

Data Sekunder :Data Primer :

Site PlanPeta TopografiPeta Lokasi Penelitian

Sistem penyaluran air buanganDimensi taskomTata letak taskomLetak lokasi penelitianAnalisis Data

Alternatif perencanaan dimensi dan konstruksi taskom, serta sistem penyaluran black water

Simpulan dan Saran

Selesai

Gambar 12. Bagan alir penelitianB. Tinjauan PustakaKajian pustaka dilakukan dengan tujuan mencari informasi-informasi dasar mengenai perencanaan tangki septik komunal dan instalasi pengolahan limbahnya. Informasi diperoleh dari berbagai sumber antara lain : melalui internet, buku-buku tentang desain TASKOM. Informasi dari berbagai instansi atau lembaga-lembaga tertentu, tulisan dalam media cetak, diktat yang disusun oleh perorangan atau kelompok. Serta laporan-laporan seminar atau makalah yang akan digunakan sebagai pembanding dan masukan dalam penulisan ini. C. Survei LapanganSurvei yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi wilayah penelitian. Yang nantinya digunakan sebagai pertimbangan dalam perencanaan TASKOM dan sistem penyaluran air buangan black water pada Perumahan Rinda Permai. Selain itu juga untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu menjadi perhatian khusus dalam perencanaan TASKOM seperti : Letak sumber air bersih yang digunakan. Letak area penempatan TASKOM. D. Metode Pengumpulan DataProses pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memudahkan memperoleh data yang dibutuhkan guna menunjang penulisan tugas akhir ini. Data yang di ambil dapat berupa data primer dan data sekunder.

1. Data PrimerData primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer dalam penelitian ini, yaitu : Peta topografi lokasi penelitian. Site plan lokasi penelitian.

2. Data SekunderData sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti.Adapun data sekunder meliputi : Peta wilayah lokasi penelitian. Luas areal perumahan.

E. Teknik Analisis Data1. Menentukan Tata Letak TASKOMPeta topografi dianalisis untuk menentukan tata letak TASKOM pada blok yang ditinjau. Letak TASKOM diupayakan berada pada elevasi yang rendah, untuk mengurangi resiko pencemaran.2. Merencanakan Dimensi TaskomDari data site plan diketahui jumlah rumah yang berada pada blok yang ditinjau. Dengan asumsi 1 unit rumah terdiri dari 1 kepala keluarga dan 4 angota keluarga maka akan didapatkan data jumlah orang pengguna TASKOM. Berdasarkan data jumlah orang dan asumsi dari tahun jangka waktu pengurasan, ratarata lumpur terkumpul, dan air limbah yang dihasilkan tiap orang/ hari. Maka dapat direncanakan dimensi TASKOM dengan cara berikut :

a. Kebutuhan kapasitas penampung untuk lumpur (A)

A = Penampungan lumpur yang diperlukan (liter)P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septikN = Jumlah tahun jangka waktu pengurasan lumpurS = Rata rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun)

b. Keperluan waktu penahan minimum dalam satu hari (Th) Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah)

Untuk tangki septik yang menampung limbah WC + dapur + kamar mandi (tercampur)

Th = Keperluan waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,5 liter/hariP=Jumlah orangQ=Banyaknya aliran, liter/orang/hari

c. Kebutuhan kapasitas penampung air

Th = Keperluan waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,5 liter/hariP=Jumlah orangQ=Banyaknya aliran, liter/orang/hari

d. Volume TASKOM

A=Kapasitas penampung lumpurB=Kapasitasa penampung air

e. Dimensi TASKOM Berdasarkan volume yang didapat dari perhitungan sebelumnya, maka dapat ditentukan dimensi TASKOM dengan acuan :Tinggi TASKOM= Tinggi jagaan/ free board= Lebar TASKOM : Panjang TASKOM = 1 : 2.

3. Merencanakan sistem penyaluran air buangan black water Peta topografi bersama data site plan dianalisis untuk merencanakan sistem penyaluran air buangan black water pada daerah yang ditinjau. Perencanaan meliputi :a. Sistem Penyaluran b. Bentuk dan bahan saluranc. Penempatan dan pemasangan salurand. Kedalaman penanaman pipa

40