23 Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepakbola Telaga Utama (Bimantoro Setio Nugroho Dan Rahmah Laksmi Ambardini ) TINGKAT PENGETAHUAN ATLET TENTANG CEDERA ANKLE DAN TERAPI LATIHAN DI PERSATUAN SEPAKBOLA TELAGA UTAMA Oleh: Bimantoro Setio Nugroho dan Rahmah Laksmi Ambardini Jurusan Pendidikan Keshatan dan Rekreasi FIK UNY Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan atlet tentang cedera ankle dan terapi latihan di Persatuan Sepakbola Telaga Utama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survey dengan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola di PS Telaga Utama, pengambilan sampel penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola PS Telaga Utama yang berjumlah 30 orang. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif yang dinyatakan dalam persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan atlet tentang cedera ankle dan terapi latihan di PS Telaga Utama sebagian besar (53,3 %) masuk dalam kategori kurang, sisanya (46,7 %) masuk dalam kategori sedang, dan tidak satupun masuk dalam kategori baik. Terdapat mitos-mitos keliru mengenai cedera ankle dan terapi latihan, sehingga membutuhkan pembenahan agar tingkat pengetahuan atlet bisa meningkat menjadi lebih baik. Kata kunci: Tingkat pengetahuan, terapi latihan cedera ankle, dan atlet. Sepak bola adalah olahraga yang memiliki kemungkinan body contact sangat besar yang memungkinkan terjadi cedera baik saat latihan maupun pertandingan, sehingga membutuhkan kondisi fisik yang prima. Angga (2011: 1) mengatakan sepak bola memperoleh persentase tertinggi dalam cedera olahraga berjenis body contact yakni 23 %. Perkembangan sepak bola yang semakin populer menimbulkan masalah baru yaitu persaingan. Persaingan yang terjadi sangat ketat dengan adanya banyak informasi mengenai bakat yang layak dikembangkan. Selain itu semakin banyak atlet yang bersaing dalam sepak bola ingin meraih prestasi tertinggi. Hal ini memicu atlet sepak bola untuk meningkatkan kualitasnya melalui latihan rutin dan disiplin. Latihan fisik yang rutin dan melelahkan dengan intensitas yang berat dapat menimbulkan masalah lain bagi pemain yang berorientasi untuk meraih prestasi tertinggi. Masalah yang dimaksud adalah terjadinya cedera olahraga. Cedera olahraga adalah cedera yang mengenai sistem musculoskeletal serta semua sistem yang dapat mempengaruhi sistem musculoskeletal (Junaidi, 2004: 132). Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 45)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
23
Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepakbola Telaga
Utama (Bimantoro Setio Nugroho Dan Rahmah Laksmi Ambardini )
TINGKAT PENGETAHUAN ATLET TENTANG CEDERA ANKLE DAN
TERAPI LATIHAN DI PERSATUAN SEPAKBOLA
TELAGA UTAMA
Oleh:
Bimantoro Setio Nugroho dan Rahmah Laksmi Ambardini
Jurusan Pendidikan Keshatan dan Rekreasi FIK UNY
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan atlet
tentang cedera ankle dan terapi latihan di Persatuan Sepakbola Telaga Utama.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survey
dengan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh atlet sepakbola di PS Telaga Utama, pengambilan sampel penelitian ini
adalah seluruh atlet sepakbola PS Telaga Utama yang berjumlah 30 orang. Teknik
analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif yang dinyatakan dalam persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan atlet tentang cedera
ankle dan terapi latihan di PS Telaga Utama sebagian besar (53,3 %) masuk dalam
kategori kurang, sisanya (46,7 %) masuk dalam kategori sedang, dan tidak satupun
masuk dalam kategori baik. Terdapat mitos-mitos keliru mengenai cedera ankle dan
terapi latihan, sehingga membutuhkan pembenahan agar tingkat pengetahuan atlet bisa
meningkat menjadi lebih baik.
Kata kunci: Tingkat pengetahuan, terapi latihan cedera ankle, dan atlet.
Sepak bola adalah olahraga yang memiliki kemungkinan body contact sangat besar yang
memungkinkan terjadi cedera baik saat latihan maupun pertandingan, sehingga membutuhkan
kondisi fisik yang prima. Angga (2011: 1) mengatakan sepak bola memperoleh persentase
tertinggi dalam cedera olahraga berjenis body contact yakni 23 %. Perkembangan sepak bola
yang semakin populer menimbulkan masalah baru yaitu persaingan. Persaingan yang terjadi
sangat ketat dengan adanya banyak informasi mengenai bakat yang layak dikembangkan.
Selain itu semakin banyak atlet yang bersaing dalam sepak bola ingin meraih prestasi
tertinggi. Hal ini memicu atlet sepak bola untuk meningkatkan kualitasnya melalui latihan
rutin dan disiplin.
Latihan fisik yang rutin dan melelahkan dengan intensitas yang berat dapat
menimbulkan masalah lain bagi pemain yang berorientasi untuk meraih prestasi tertinggi.
Masalah yang dimaksud adalah terjadinya cedera olahraga. Cedera olahraga adalah cedera
yang mengenai sistem musculoskeletal serta semua sistem yang dapat mempengaruhi sistem
musculoskeletal (Junaidi, 2004: 132). Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 45)
24
MEDIKORA VOL. XV No. 1 April 2016 : 23-38
cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas,
merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon, ligamen, persendian,
maupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan.
Berdasarkan waktu terjadinya terdapat dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet,
yaitu trauma akut dan kronis. Trauma akut adalah suatu cedera yang terjadi secara mendadak,
seperti robekan ligamen, otot, tendo, atau terkilir, bahkan patah tulang. Cedera ini butuh
pertolongan profesional. Trauma kronis sering dialami oleh atlet, bermula adanya sindrom
pemakaian berlebih yakni suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, berlangsung berulang-
ulang dalam jangka waktu yang lama. Sindrom ini kadang memberi respons yang baik
dengan pengobatan sendiri (Bambang Wijanarko, dkk. 2010: 49). Cedera dapat terjadi di
dalam proses latihan pada masa persiapan menjelang kompetisi maupun dalam proses
kompetisi.
Cedera seperti sprain dan strain merupakan sebuah hal yang masih mampu ditangani
dan disembuhkan dengan berbagai metode penyembuhan yang ada, seperti massase, terapi,
dan operasi. Setelah penanganan cedera ini, diharapkan atlet bisa segera menunjukkan
penampilan terbaiknya tanpa terganggu masalah cedera yang sama. Namun pada
kenyataannya, masih banyak atlet yang setelah diterapi kembali mengalami cedera yang sama
di kemudian harinya, khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan kebanyakan pemain sepak
bola terutama di Indonesia menjalani proses rehabilitasi dan terapi latihan pasca cedera
dengan kurang baik, sehingga sering terjadi cedera kambuhan. Cedera yang dialami selain
membutuhkan penanganan terhadap cederanya juga membutuhkan terapi latihan untuk
mendukung kesembuhan total pada cedera yang dialami. Harapan dari terapi latihan ini
adalah pemain tidak kembali mengalami cedera yang sama dalam waktu dekat. Namun,
kenyataannya cedera itu masih kembali dialami pemain dalam waktu dekat.
Permasalahan yang sama juga terjadi di Persatuan Sepak Bola (PS) Telaga Utama. PS
Telaga Utama merupakan sebuah klub sepak bola anggota Pengcab PSSI Sleman asal
Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Tim ini mengikuti kompetisi Pengcab PSSI Sleman
Divisi Utama tahun 2016 setelah di musim kompetisi sebelumnya meraih posisi runner-up.
Tim ini berlatih setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu pukul 15.30 hingga 17.30. Jumlah
atlet di PS Telaga Utama ada 30 orang. Para pemain yang dilatih fisik dengan intensitas
latihan yang berat sering mengeluhkan adanya nyeri atau cedera pada ankle mereka.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, para pemain yang mengalami cedera ankle
hanya dibiarkan saja tanpa penanganan dan tanpa latihan terapi, meskipun ada beberapa dari
mereka yang memberikan penanganan berupa terapi ke klinik terapi dan tenaga ahli atau
25
Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepakbola Telaga
Utama (Bimantoro Setio Nugroho Dan Rahmah Laksmi Ambardini )
terapis. Namun setelah diterapi tetap saja dibiarkan tanpa adanya proses pemulihan kondisi
terlebih dahulu, sehingga ketika kembali mengikuti program latihan atau pertandingan cedera
kambuh kembali. Seringkali cedera yang kembali kambuh dikarenakan cedera kronis setelah
mengalami benturan atau trauma saat pertandingan dan kurang baiknya dalam penanganan
cedera. Terapi latihan termasuk dalam tahapan rehabilitasi cedera dan merupakan pilihan
yang ideal untuk cedera kronis.
Berdasarkan pengamatan di atas, yaitu banyaknya kasus cedera kambuhan (habitual)
yang dikarenakan proses rehabilitasi cedera belum sampai tahap terapi latihan. Hal ini
disebabkan banyak faktor antara lain, (1) atlet tidak tahu tentang terapi latihan, (2) atlet tidak
mau melakukan terapi latihan, (3) atlet tidak memiliki waktu untuk melakukan terapi latihan,
dan (4) atlet butuh bantuan namun tidak ada yang membantu proses terapi latihan.
Berdasarkan faktor yang ada dan belum adanya kajian tentang seberapa besar tingkat
pengetahuan atlet tentang terapi latihan, maka peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi tentang
“Tingkat pengetahuan atlet tentang cedera ankle dan terapi latihan di PS Telaga Utama.”
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Pengetahuan
Woro Wahyu Yuliana (2014: 7) mengutip pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2003) merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang tersebut mengadakan penginderaan
terhadap sebuah obyek. Pengetahuan merupakan domain penting dalam terbentuknya
tindakan seseorang (ovent behavior) (Woro Wahyu Yuliana, 2014: 7). Merujuk pada
Taksonomi Bloom yang dikutip oleh Adhitya Irama Putra (2013: 12) pengetahuan merupakan
bagian pertama dalam aspek kognitif. Bloom membagi aspek kognitif ke dalam lima bagian:
1. Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan merupakan sebuah kemampuan untuk mengenali
dan mengingat istilah, definisi, fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
lain sebagainya.
2. Aplikasi (application). Tahapan ini menunjukkan kemampuan dalam menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain sebagainya.
3. Analisis (analysis). Tingkat ini menunjukkan kemampuan seseorang dalam menganalisis
informasi dan membaginya ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungan sebab dan akibat dari suatu masalah.
26
MEDIKORA VOL. XV No. 1 April 2016 : 23-38
4. Evaluasi (evaluation). Kemampuan dalam tingkat ini menunujukkan seseorang mampu
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi dan sebagainya dengan
kriteria yang cocok untuk memastikan nilai kebermanfaatannya.
5. Sintesis (synthesis). Kemampuan tingkat ini merupakan kemampuan seseorang untuk
menjelaskan struktur atau pola suatu masalah yang tidak terlihat sebelumnya dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang
dibutuhkan.
Tahun 2001 muncul sebuah Revisi Taksonomi Bloom (Retno Utari) yang dilakukan oleh
Keartwohl meliputi:
1. Remembering (mengingat). Diartikan sebagai kemampuan untuk memanggil kembali
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (longterm memory) melalui proses
mengenal (recognizing) dan mengungkap/ mengingat kembali/ menghafal (recalling)
(Achmad Samsudin, 2010: 3).
2. Understanding (memahami). Diartikan sebagai kemampuan untuk membangun makna dari
pesan pembelajaran, lisan, tulisan, dan komunikasi grafik melalui proses interpretasi
(interpreting), menerapkan dengan contoh (exemplifing), mengklasifikasi (classifying),
merangkum (summarizing), inferensi (inferring), komparasi (comparing), dan eksplanasi
(explaning) (Achmad Samsudin, 2010: 3).
3. Applying (menerapkan). Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan prosedur pada
situasi yang diberikan (tertentu) melalui proses melaksanakan (executing) dan