PERBANDINGAN TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL KOMPLEKS MAKAM SUNAN AMPEL DAN DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN SURABAYA Nofianita Wahyuni 122144205 Abstrak Dalam setiap komunikasi akan tercipta peristiwa tutur yang sebenarnya merupakan rangkaian tindak tutur. Pasar sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli menjadi tempat yang stategis untuk berkembangnya tindak tutur. Pasar Sunan Ampel merupakan salah satu tempat yang memiliki keberagaman masyarakat yang tinggi. Persidangan merupakan contoh lain tempat yang sarat interaksi sosial. Menjadi menarik jika kedua peristiwa tutur ini dibandingkan untuk mengetahui tindak tutur yang digunakan mengingat perbedaan peserta tutur yang cukup signifikan. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang bersifat individual dan psikologis. Tindak tutur, menurut Searle, terdiri atas lima jenis yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kelima macam tuturan inilah yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel dan dalam persidangan dalam pengadilan. Kata Kunci: tindak tutur, interaksi sosial, pasar Sunan Ampel, persidangan PENDAHULUAN Bahasa pada hakikatnya merupakan wahana pertama dan utama dalam interaksi. Melalui bahasa seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan kepada orang
33
Embed
Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Kompleks Makam Sunan Ampel
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBANDINGAN TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR
TRADISIONAL KOMPLEKS MAKAM SUNAN AMPEL DAN DALAM
PERSIDANGAN DI PENGADILAN SURABAYA
Nofianita Wahyuni 122144205
Abstrak
Dalam setiap komunikasi akan tercipta peristiwa tutur yang sebenarnya merupakan rangkaian tindak tutur. Pasar sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli menjadi tempat yang stategis untuk berkembangnya tindak tutur. Pasar Sunan Ampel merupakan salah satu tempat yang memiliki keberagaman masyarakat yang tinggi. Persidangan merupakan contoh lain tempat yang sarat interaksi sosial. Menjadi menarik jika kedua peristiwa tutur ini dibandingkan untuk mengetahui tindak tutur yang digunakan mengingat perbedaan peserta tutur yang cukup signifikan. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang bersifat individual dan psikologis. Tindak tutur, menurut Searle, terdiri atas lima jenis yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Kelima macam tuturan inilah yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Sunan Ampel dan dalam persidangan dalam pengadilan.
Kata Kunci: tindak tutur, interaksi sosial, pasar Sunan Ampel, persidangan
PENDAHULUAN
Bahasa pada hakikatnya merupakan wahana pertama dan utama dalam interaksi.
Melalui bahasa seseorang menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan kepada
orang lain, sehingga orang lain mengetahui apa yang diinginkan. Sebagai alat
komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Pada
setiap komunikasi akan terjadi interaksi antara penutur dan petutur yang dapat berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka dari itu,
dalam proses komunikasi terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur.
Menurut Chaer dan Agustina (2010: 47) peristiwa tutur adalah terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan
dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di dalam waktu,
tempat, dan situasi tertentu. Interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan
pembeli pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
adalah sebuah peristiwa tutur. Pada dasarnya peristiwa tutur adalah serangkaian tindak
tutur. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam situasi
tertentu. Tindak tutur lebih dilihat pada makna arti tindakan dalam tuturannya.
Penelitian ini memfokuskan kajian pada tindak tutur yang terjadi antara
pedagang dan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional
kompleks makam Sunan Ampel. Pasar ini terletak di area wisata religi Sunan Ampel.
Sebagai kawasan wisata religi, pasar ini menyediakan berbagai kebutuhan peribadatan
dan hal-hal yang berbau Islam. Pembeli yang datang bukan hanya dari daerah setempat,
melainkan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Penjualnya pun beragam. Jawa,
Arab, Madura adalah salah banyak dari kelompok etnis yang menggelar dagangannya di
pasar tersebut.
Interaksi sosial tidak hanya terjadi di pasar. Dalam persidangan pun terjadi
interaksi sosial. Tindak tutur yang terjadi dalam persidangan patut untuk dikaji
mengingat peserta tutur yang berlatar belakang berbeda antara perangkat hukum dan
terdakawa. Pengambilan data dilakukan di Pengadilan Negeri Surabaya pada 20 Mei
2014 dengan persidangan kasus minuman oplosan terhadap terdakwa Andik Lee Andy
Wibowo. Menjadi menarik jika tindak tutur dalam pengadilan ini kenudian
dibandingkan dengan tindak tutur yang ada di pasar tradisional. Dengan pembandingan
ini dapat dilihat jenis tuturan yang digunakan dalam masing-masing peristiwa tutur.
LANDASAN TEORI
Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu
dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi
bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat
pula berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah (Searle dalam Rani, 2004:158).
Searle mengklasifikasi tindak tutur menjadi lima kelompok, yaitu representatif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi (dalam Rustono, 1999:39-43).
1. Representatif (asertif); adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan
kebenaran atas apa yang diujarkan. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur
representatif adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan,
menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi dan sebagainya.
2. Direktif (impositif); adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra
tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan. Tuturan-tuturan
mengangkat, menolong, mengampuni, memaafkan adalah jenis tindak tutur
deklaratif.
PEMBAHASAN
Jenis tutur yang digunakan dalam interaksi sosial di pasar tradisional kompleks
makam Sunan Ampel adalah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan
deklarasi.
A. Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada
kebenaran atas apa yang dikatakannya.
1. Tindak Tutur Representatif di Pasar Sunan Ampel
Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel terdapat 4 makna tindak tutur
representatif yaitu pernyataan, petunjuk, penyebutan, dan pemberian kesaksian.
a) Tindak Tutur Representatif Pernyataan
Tindak tutur representatif pernyataan adalah tuturan yang digunakan oleh
penutur untuk menyatakan atau memberitahukan sesuatu pada mitra tutur. Tindak tutur
representatif pernyataan terdapat pada contoh percakapan berikut.
(1) Pembeli : “Ini apa, pak?”Penjual : “Ini namanya siwak, Mbak. Asli dari Arab. Ini buat gosok
gigi. Gigi bersih. Ndak bau mulut.”
Pada percakapan (1) tindak tutur representatif pernyataan ditunjukkan oleh
pernyataan penjual kepada pembeli. Pernyataan tersebut merupakan jawaban atas
pertanyaan pemebeli. Penjual menerangkan nama barang yang sedang dipegang
pembeli. Tidak hanya itu, penjual pun menerangkan asal barang tersebut. Manfaatnya
pun dijelaskan oleh penjual.
(2) Pembeli : “Gelangnya bagus-bagus, mas.”Penjual : “Iya Mbak. Ini bukan sembarang gelang. Gelang ini dari
kayu Kaoka. Ini biasanya dipakai sama para nabi, Mbak. Kalau wali kan pakai kayu Stigi, nabi-nabi pakai Kaoka, Mbak.”
Tindak tutur representatif pernyataan pada percakapan (2) digunakan oleh kedua
pihak, baik pembeli maupun penjual. Pembeli menyatakan bahwa gelang yang sedang
dilihatnya bagus. Kemudian penjual menanggapinya dengan memberitahukan asal usul
dan kelebihan gelang tersebut.
b) Tindak Tutur Representatif Petunjuk
Tindak tutur representatif petunjuk adalah tindak tutur yang dilakukan oleh
penutur untuk menunjukkan suatu hal kepada lawan tutur. Contoh tindak tutur
representatif petunjuk dapat dilihat dalam contoh berikut.
(3) Pembeli : “10.000 ya mas harganya?”Penjual : “Wah, gak boleh, Mbak. Gak dapat kalo segitu. Ini harganya
20.000. Kalo yang 10.000 ya yang ini Mbak, gelang yang kayunya sedikit.”
Pembeli : “Larange mas, mas. Gak tuku wes aku nek larang. Oh ya mas. Sampean jualan kipas dari kayu Cendana gak?”
Penjual : “Oalah, Mbak. Aku gak jualan ngunu iku. Coba nang toko sebelah.”
Pembeli : “Toko seng endi seh mas?”Penjual : “Toko seng banyak kurma di toples-toples iku loh Mbak.”
Pada tuturan (3) tindak tutur representatif petunjuk diwakili oleh tuturan penjual.
Penjual menunjukkan jenis gelang dengan harga yang dikehendaki pembeli. Selain itu
pada percakapan tersebut juga, penjual menunjukkan toko yang menjual barang yang
dikehendaki oleh pembeli sebagai mitra tuturnya.
c) Tindak Tutur Representatif Penyebutan
Tindak tutur representatif penyebutan adalah tuturan yang dilakukan seorang
penutur dengan cara menyebutkan suatu hal kepada lawan tuturnya. Contoh jenis
tuturan ini dapat disimak dalam contoh berikut.
(4) Penjual : “Kayu Kaoka ini banyak manfaatnya loh, Mbak. ”Pembeli : “Iyo tah mas?”Penjual : “Iya Mbak. Manfaatnya itu, bisa buat tolak bala. Terhindar
dari nyamuk. Bisa menghilangkan sakit gigi. Sakit kepala bisa sembuh, kalau pakai gelang dari kayu Kaoka, Mbak.”
Percakapan (4) mengandung tindak tutur representatif penyebutan. Tuturan
tersebut dilafalkkan oleh penjual. Ia menyajikan keunggulan barang dagangannya
(gelang) dengan cara menyebutkan beberapa manfaat dari kayu Kaoka antara lain,
menolak bala penyakit, menghindarkan dari gigitan nyamuk, menghilangkan sakit gigi,
dan sakit kepala.
d) Tindak Tutur Representatif Pemberian Kesaksian
Tindak tutur representatif pemberian kesaksian adalah tindak tutur yang
dituturkan oleh penutur untuk meyakinkan mitra tuturnya dengan memberikan
kesaksian. Contoh tindak tutur representatif pemberian kesaksian dapat dilihat dari
cuplikan percakapan berikut.
(5) Pembeli : “Ini beneran bisa menghilangkan bau mulut, Pak?”Penjual : “Iya, Mbak. Beneran. Ini siwak saya sudah pakai lebih dari 10
tahun. Gigi saya jadi bersih. Mulut saya harum. Malah saya tidak pernah sakit gigi.”
Tindak tutur representatif pemberian kesaksian dituturkan oleh penjual. Pada
percakapan (5), penjual meyakinkan mitra tuturnya dengan memberitahukan
pengalamannya dalam menggunakan siwak. Penjual bersaksi bahwa selama sepuluh
tahun telah menggunakan siwak. Setelah menggunakan siwak, penjual merasakan
manfaatnya. Giginya menjadi bersih. Tidak pernah bau mulut dan sakit gigi.
(6) Pembeli : “Ini nanti jadinya bagus ta, Mbak?”Penjual : “Nanti jadinya bagus, Mbak, heinanya. Ini saya pakai di
tangan. Loh iya kan bagus. Warnanya juga masih hitam. Gak pudar.”
Pada percakapan (6), tindak tutur representatif pemberian kesaksian dituturkan
oleh penjual. Penjual memberikan kesaksian dengan menunjukkan heina yang dipakai
di tangannya. Heina yang dipakai memiliki kualitas yang bagus. Hal tersebut
ditunjukkan dengan warna yang hitam dan tidak pudar. Kesaksian tersebut digunakan
untuk meyakinkan pembeli bahwa barang yang dijual memiliki kualitas yang baik.
2. Tindak Tutur Representatif dalam Persidangan
Terdapat empat macam tuturan representatif yang digunakan dalam persidangan
antara lain menyatakan, melaporkan, menyebutkan dan mengusulkan.
a) Tidak Tutur Representatif Pernyataan
Berikut akan disajikan cuplikan percakapan yang mengandung tuturan
representatif pernyataan.
(7) Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”
Terdakwa : “Minuman.”Penuntut Umum : “Minuman. Minuman apa?”Terdakwa : “Minuman Mansion, Vodka, Jack D.”Penuntut Umum : “Terus diapakan? Dioplos? Dicampur?”Terdakwa : “Ya dioplos.”Penuntut Umum : “Di mana?”Terdakwa : “Oplosan ya di kafe.”Penuntut Umum : “Di kefe? Di kafe siapa?”Terdakwa : “Milik saya.”Penuntut Umum : “Ada izin gak Saudara kalau kafenya ini?”Terdakwa : “Tidak ada. Masih proses.”Penuntut Umum : “Masih dalam proses pengurusan. Apakah Saudara tahu
kalau mengoplos seperti itu dilarang oleh pemerintah?”Terdakwa : “Ndak tahu.”
Pada tuturan di atas, terdapat beberapa pernyataan yang dilontarkan baik lawan
penutur maupun mitra tutur. Mayoritas tuturan pernyataan tersebut merupakan jawaban
yang dituturkan oleh terdakwa sebagai mitra tutur. /Minuman/ merupakan tuturan
pernyataan dari terdakwa. Ia menyatakan bahwa sedang diproses dalam pengadilan
karena menjual minuman oplosan. Minuman oplosan yang dijual antara lain minuman
Mansion, Vodka, Jack D / Minuman Mansion, Vodka, Jack D /. Minuman tersebut
sebelum dijual dioplos atau dicampur larutan lain terlebih dahulu /Ya dioplos/. Kafe
miliknya dijadikan tempat untuk mengoplos minuman keras /Oplosan ya di kafe. Milik
saya/. Sayangnya, kafe yang ia miliki masih belum memperoleh izin. Terdakawa masih
mengurus perizinan tersebut / Tidak ada. Masih proses/. Terdakwa tidak mengetahui
bahwa apa yang ia lakukan, dalam hal ini mengoplos, adalah tindakan melawan hukum.
Bahwa tindakan tersebut dilarang pemerintah, ia sama sekali tidak
mengetahuinya /Ndak tahu/.
(8) Hakim Ketua : “Berarti masalahnya seperti itu. Jadi Saudara untung kalau gak. Kalau ada orang yang sampek meninggal, koleps, atau apa, Saudara harus tanggung jawab! Sudah berapa lama dilakukan ini?”
Terdakwa : “Lima bulanan.”Hakim Ketua : “Lima bulan. Apa tujuan Saudara ngoplos-ngoplos ini?
Apa keuntungannya lebih?”Terdakwa : “Ya jual minuman itu.”
Sama halnya dengan tuturan sebelumnya, tuturan (8) juga merupakan tuturan
pernyataan yang datang dari terdakwa. Terdakwa menjawab apa yang ditanyakan oleh
hakim ketua. Ia telah menjalankan roda bisnis oplosannya selama lima bulan terkahir
per bulan September 2013 /Lima bulanan/. Meskipun tidak menyatkan secara
gamblang, ia mendapat keuntungan lebih dari bisnis transaksi minuman oplosan yang
dilarang pemerintah ini / Ya jual minuman itu/. Kesemua pernyataan yang dituturkakn
oleh terdakwa merupakan rentetan peristiwa yang menimpa dirinya. Dengan kata lain,
ia memiliki keterkaitan kebenaran atas apa yang diucapkan, meskipun menurut
versinya.
b) Tindak Tutur Representatif Laporan
Tindak tutur representatif, penutur melaporkan sesuatu kepada mitra tuturnya.
Contoh tuturan laporan dapat dilihat dalam percakapan berikut.
(9) Hakim Ketua : “Silakan dibacakan.”Penuntut Umum :“Terima kasih. Keterangan saksi Firmansyah
menerangkan bahwa benar saksi mengetahui dalam perkara ini yang melakukan nomor satu adalah petugas kepolisian kapolda polrestabes Surabaya dibantu satuan polisi pamong praja dalam pekerjaan di kafe Emma jalan Embong Malang nomor 38 Surabaya menyatakan beberapa minuman dijual di kafe Emma yang telah dicampur kemudian diminum tersebut diamankan, dibawa ke polrestabes Surabaya dan diteliti lebih lanjut. Bahwa benar selaku pemilik dari kafe Emma Embong Malang menurut keterangan karyawan kami adalah terdakwa Andik Lee Andy Wibowo.”
Dalam kutipan tuturan (9), penuntut umum selaku mitra tutur melaporkan hasil
keterangan saksi yang diperoleh sebelum persidangan kepada penutur yaitu hakim
ketua. Laporan kesaksian ini mengenai penangkapan dan penyitaan minuman oplosan
oleh petugas kapolda polrestabes Surabaya dibantu oleh polusi satuan pamong praja.
Selain itu juga, penuntut umum melaporkan bahwa saksi berpendapat bahwa pemilik
kafe Emma di jalan Embong Malang 38 adalah terdakwa bernama Andik Lee Andy
Wibowo. Laporan penuntut umum merupakan suatu bentuk kebenaran karena ia
menyampaikan apa yang disaksikan oleh saksi dalam kasus minuman oplosan ini.
c) Tindak Tutur Representatif Penyebutan
Berikut akan disajikan contoh tuturan representatif penyebutan yang diujarkan
oleh penuntut umum kepada hakim ketua.
(10) Hakim Ketua : “Dibacakan sesuai antara lain barang bukti.”Penuntut Umum : “Satu botol yang mengandung metil alkohol merk
Brandy. Satu botol minuman merk Whisky. Satu campuran Vodka plus Drejin. Satu buah botol sirup gula. Satu botol sirup melon. Tiga botol alkohol. Dua puluh lima picer minuman oplos. 2 gelas sloki. Dua puluh dua lembar nota penjualan. Satu buah sloki takaran alkohol. Itu yang disita pada saat itu. Pada saat itu yang melakukan penangkapan petugas dari mana? Poltabesnya?”
Penuntut umum sebagai mitra tutur hakim ketua menyebutkan beberapa barang
bukti yang disita dari kafe Emma. Barang bukti tersebut antara lain, minuman keras
penjualan dan gelas sloki juga disebutkan oleh penuntut umum sebagai barang bukti
yang telah disita.
d) Tindak Tutur Representatif Usulan
Dalam tindak tutur representatif usulan, penutur mengusulkan sesuatu kepada
mitra tutur. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan tuturan berikut.
(11) Hakim Ketua : “Cukup, Pak? Cukup, ya? Jadi pemeriksaan sudah cukup. Untuk selanjutnya majelis pembatas penuntut umum untuk menyiapkan tuntutannya. Kamis apa Minggu? Minggu kan libur. Senin ya, tanggal 2 ya?”
Terdakwa : “Iya.”
Hakim ketua selaku penutur dalam percakapan tersebut mengusulkan tanggal
persidangan kepada terdakwa sebagai mitra tuturnya. Beliau mengusulkan kepada
terdakwa Senin atau Kamis untuk kembali bersidang. Kemudian beliau kembali
mengusulkan untuk bersidang Senin mengingat Kamis dan Minggu adalah libur
nasional. Hal ini dibuktikan melalui perkataan berikut /Kamis apa Minggu? Minggu kan
libur. Senin ya, tanggal 2 ya?/. Usulan hakim ketua selanjutnya diterima oleh terdakwa
dengan perkataan /iya/.
B. Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar
mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan.
1. Tindak Tutur Direktif di Pasar Sunan Ampel
Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel, wujud tindak tutur direktif
berkonstruksi imperatif dan nonimperatif. Wujud tuturan nonimperatif adalah
interogatif. Dari data yang diambil pada penelitian ini, diketahui terdapat 3 macam
tindak tutur direktif. Tuturan tersebut adalah pertanyaan, permohonan atau harapan dan
larangan.
a) Tindak Tutur Direktif Pertanyaan
Dalam tindak tutur direktif pertanyaan, penutur menanyakan suatu hal kepada
mitra tutur. Tindak tutur ini berwujud nonimperatif. Contoh tindak tutur ini dapat dilihat
dalam cuplikan percakapan berikut.
(12) Pembeli : “Ini beneran bisa menghilangkan bau mulut, Pak?”Penjual : “Iya, Mbak. Beneran. Ini siwak saya sudah pakai lebih dari 10
tahun. Gigi saya jadi bersih. Mulut saya harum. Malah saya tidak pernah sakit gigi.”
Pertanyaaan diajukan oleh pembeli kepada penjual. Pembeli sebagai penutur
bertanya kepada mitra tuturnya khasiat dari siwak yang sedang dipegang. Ia bertanya
apakah siwak mampu menghilangkan bau mulut atau tidak. Secara tidak langsung
tuturan pertanyaan yang dilontarkan penutur meminta lawan tuturnya untuk menjawab
apa yang ditanyakan. Dalam kutipan di atas terlihat bahwa penjual menjawab
pertanyaan pembeli tentang khasiat siwak. Ia menjawab bahwa siwak memiliki
kegunaan untuk menghilangkan bau mulut.
b) Tindak Tutur Direktif Permohonan atau Harapan
Tindak tutur direktif permohonan atau harapan adalah penutur demi
kepentingannya meminta mitra tutur untuk berbuat sesuatu. Dalam interaksi sosial di
pasar Sunan Ampel, tindak tutur direktif permohonan atau harapan berbentuk tuturan
langsung. Tutur direktif permohonan atau harapan yang berbentuk langsung dalam
interaksi sosial di pasar adalah sebagai berikut.
(13) Pembeli : “10.000 ya, Bu.”
Penjual : “Minyak wangi yang lain gak dibeli juga, Mbak?Pembeli : “Gak deh Bu. Uangnya amblas semua.”Penjual : “Iya deh Mbak. Kapan-kapan ke sini lagi ya!”Dalam tuturan (13), tuturan harapan diucapkan oleh penjual. Penjual berharap
agar pembeli tersebut berkunjung ke tokonya suatu saat nanti untuk membeli minyak
Percakapan (15) mengandung tindak tutur direktif larangan. Tindak tutur
tersebut diucapakan oleh penjual. Penjual yang melihat pembeli memegang-megang roti
maryam yang dijualnya langsung melontarkan larangan. Larangan tersebut berisi
larangan untuk tidak memegang dagangannya agar tidak terkontaminasi tangan yang
kotor.
(16) Pembeli : “10.000 ya Bu mukenanya?”Penjual :“Jangan ditawar lah Mbak! Itu sudah harga pas.
15.000.”
Penjual melontarkan tuturan larangan pada percakapan (16). Larangan tersebut
berisi agar pembeli tidak menawar harga mukena. Harga mekena yang sudah dipajang
adalah harga pas, sehingga tidak boleh ditawar lagi.
2. Tindak Tutur Direktif dalam Persidangan
Tindak tutur direktif yang digunakan dalam persidangan ada 3 jenis, yaitu
pertanyaan, permintaan, dan suruhan. Bentuk tuturan direktif dalam persidangan adalah
imperatif dan nonimperatif. Bentuk nonimperatif dapat berwujud deklaratif dan
interogatif.
a) Tindak Tutur Direktif Suruhan
Tuturan direktif suruhan adalah tuturan yang digunakan ketika penutur
tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan mitra
tutur agar sudi untuk berbuat sesuatu. Contoh tuturan direktif suruhan dalam
persidangan adalah sebagai berikut.
(17) Hakim Ketua : “Silakan yang namanya siapa sebutkan!”Penuntut Umum : “Parikesit.”
Hakim ketua menyuruh mitra tuturnya yaitu penuntut umum untuk menyebutkan
nama saksi yang keterangannya telah diminta sebelumnya. Kata /sebutkan/ merupakan
kata yang mengindikasikan adanya suruhan kepada mitra tutur. Bentuk suruhan yang
dituturkan oleh hakim ketua berbentuk imperatif. Hal ini dapat dilihat dari nada bicara
ketika mengucapkan kata /sebutkan!/.
(18) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”
Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”
/Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara
lakukan sehubungan dengan perkara ini/ adalah kalimat yang berisi suruhan. Hakim
ketua menyuruh terdakwa untuk menjawab apa yang ditanyakan oleh penuntut umum.
Hakim menyuruh untuk menjawab setiap pertanyaan penuntut umum dengan jujur.
Dalam suruhan ini, wujud tuturan direktif suruhan adalah bentuk deklaratif.
(19) Hakim Ketua : “Berarti masalahnya seperti itu. Jadi Saudara untung kalau gak. Kalau ada orang yang sampek meninggal,
koleps, atau apa Saudara harus tanggung jawab! Sudah berapa lama dilakukan ini?”
Terdakwa : “Lima bulanan.”
Bentuk tuturan suruhan pada percakapan (19) merupakan bentuk imperatif. Hal
ini dapat dilihat dari nada bicara pada saat mengucapkan kalimat /Saudara harus
tanggung jawab!/. dalam tuturan tersebut, hakim ketua menyuruh terdakwa untuk
bertanggung jawab apabila terdapat korban yang jatuh akibat minuman oplosan yang
dibuat terdakwa.
b) Tindak Tutur Direktif Pertanyaan
Dalam wacana persidangan, tindak tutur direktif pertanyaan dapat dilihat dari
pertanyaan yang diajukan oleh penuntut umum kepada terdakwa. Berikut akan disajikan
contoh tindak tutur direktif pertanyaan.
(20) Penuntut Umum : “Minuman. Minuman apa?”Terdakwa : “Minuman Mansion, Vodka, Jack D.”Penuntut Umum : “Terus diapakan? Dioplos? Dicampur?”Terdakwa : “Ya dioplos.”Penuntut Umum : “Di mana?”Terdakwa : “Oplosan ya di kafe.”
Pertanyaan yang diajukan penuntut umum merupakan tuturan direktif.
Pertanyaan selalu menuntut jawaban. Dengan kata lain, pertanyaan merupakan bentuk
permintaan kepada mitra tutur untuk menjawab apa yang ditanyakan penutur. Dalam
percakapan (20), penuntut umum ingin terdakwa menjawab minuman yang dijual di
kafe terdakwa, perlakuan tehadap minuman tersebut sebelum dijual, apakah dioplos atau
tidak, dan di mana dilakukannya oplosan tersebut. Mitra tutur kemudian menjawab
pertanyaan-pertanyaan penuntut umum.
(21) Penuntut Umum : “Ndak tahu. Kapan itu kejadiannya? Waktu itu ditangkap tanggal berapa? Tanggal 21 Septrmber jam 1?”
Terdakwa : “Iya.”Penuntut Umum : “Di kafe Emma?”Terdakwa : “Iya.”Penuntut Umum : “Pada saat itu apakah yang disita oleh petugas?”Terdakwa : “Minuman.”
Penuntut umum menanyakan detail peristiwa penagkapan terdakwa. Penuntut
bertanya kepada terdakwa kapan penangkapan terjadi, di mana penangkapan itu
berlangsung, dan apa saja yang disita oleh para petugas. Jawaban yang dikeluarkan
oleh terdakwa merupakan bukti bahwa penutur meminta mitra tutur untuk melakukan
sesuatu, dalam hal ini menjawab pertanyan penutur.
c) Tindak Tutur Direktif Permintaan
Tutur direktif permintaan adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk
meminta mitra tutur mau melakukan sesuatu. Kadar suruhan dalam tuturan ini sangat
halus. Tutur direktif permintaan disertai sikap penutur yang lebih merendah
dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan tuturan imperatif biasa.
Contoh tindak tutur direktif dalam persidangan adalah sebagai berikut.
(22) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”
Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”
Dalalm percakapan (22), tindak tutur permintaan berupa permintaan beruntut.
Permintaan dimulai dari hakim ketua ke penuntut umum kemudian penuntut umum ke
terdakwa. Permintaan pertama merupakan permintaan hakim ketua. Hakim ketua
meminta penuntut umum untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada terdakwa.
Kemudian atas permintaan hakim ketua, penuntut umum meminta terdakwa untuk
mendengarkan pertanyaan penuntut umum. Kalimat yang digunakan oleh hakim ketua
kepada penuntut umum merupakan kaimat yang halus, hal ini dapat dilihat dari
kalimat /Silakan untuk umum/. Hakim ketua menggunakan kata sila untuk memperhalus
permintaan. Sedangakan penuntut umum lebih memilih menggunakan kata tolong untuk
memperhalus ucapan.
C. Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan.
1. Tindak Tutur Ekspresif di Pasar Sunan Ampel
Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel, terdapat 4 macam tindak tutur
ekspresif yaitu pujian, ucapan terima kasih, permintaan maaf, dan keluhan.
a) Tindak Tutur Ekspresif Pujian
Tindak tutur ekspresif pujian adalah tindak tutur yang dilontarkan penutur untuk
memuji mitra tuturnya. Berikut ini adalah contoh tindak tutur ekspresif pujian.
(23) Penjual : “Laris. Laris. Seng tuku wong ayu.”
Tuturan (23) merupakan tuturan ekspresif pujian. Hal ini dapat dilihat dari
perkataan penjual yang memuji pembelinya. Setelah pembeli membayar barang yang
dibeli, si penjual kemudian mengatakan bahwa si pembeli cantik (ayu). Dalam tuturan
tersebut, penutur (penjual) memberikan evaluasi tentang keadaan mitra tutur (pembeli).
b) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan Terima Kasih
Tindak tutur ekspresif ucapan terima kasih adalah tuturan yang diucapkan
penutur untuk mengucapkan terima kasih kepada mitra tuturnya. Contoh tindak tutur
ekspresif ucapan terima kasih dapat dilihat dalam cuplikan perkataan berikut.
(24) Pembeli : “Berapa Bu harga roti maryamnya?”Penjual : “2.500 satu, Mbak.”Pembeli : “Beli satu Bu. Ini uangnya, Bu.”Penjual : “Terima kasih.”
Dalam tuturan (24) tersebut, penjual sebagai penutur memberikan evaluasi
tentang pembayaran uang yang dilakukan pembeli sebagai mitra tuturnya. Evaluasi
Pada tuturan (26), keluhan dilontarkan oleh pembeli. Keluhan ini sebagai bentuk
ekspresi penutur. Pembeli mengeluhkan mahalnya harga pasmina yang ditawarkan oleh
penjual. Keluhan ini diwakili dengan kalimat “Halah, mas”. Kemudian keluhan ini pun
diperkuat pembeli dengan alasan ketidakpunyaan uang “Gak nduwe duit loh mas” yang
artinya “tidak punya uang loh mas”.
2. Tindak Tutur Ekspresif dalam Persidangan
Dalam persidangan, terdapat 4 macam tindak tutur ekspresif yaitu mengucapkan
terima kasih, mengritik, menasihati, dan menyesal.
a) Tindak Tutur Ekspresif Ucapan terima kasih
(27) Hakim Ketua : “Untuk selanjutnya Saudara ya jujur terserah apa yang jawab apa yang Saudara lakukan sehubungan dengan perkara ini. Silakan untuk umum.”
Penuntut Umum : “Terima kasih. Baik terdakwa. Tolong dengarkan! Anda bagian apa sehingga terdakwa diajukan di persidangan?”
Penuntut umum mengucapkan terima kasih sebagai bentuk ungkapan diri karena
telah diberikan waktu untuk memberikan pertanyaan kepada terdakwa.
b) Tindak Tutur Ekspresif Kritik
Tindak tutur ekspresif kritik, penutur menyampaikan kritikannya kepada mitra
tuturnya. Contoh tuturan kritik dapat dilihat dalam kutipan berikut.
(28) Hakim Ketua : “Loh ngoplos seperti ini ada zat kimianya. Saudara bukan dokter, bukan ahli dalam bidang ini, obat. Kok ngoplos-ngoplos sendiri gimana? Sudah berapa lama ngoplos seperti ini?”
Terdakwa : “Ya gak lama.”
Hakim ketua menyampaikan kritikannya kepada terdakwa. Perilaku terdakwa
yang suka mencampur-campur minuman keras mampu mengancam nyawa orang lain.
Beliau menyampaikan keberatannya atas apa yang dilakukannya. Terdakwa bukan
dokter, bukan dokter, maupun ahli tapi malah mengoplos minuman keras. Hakim ketua
menyayangkan perilaku terdakwa.
c) Tindak Tutur Ekspresif Nasihat
Dalam tindak tutur ini, penutur menyampaikan nasihatnya kepada mitra tutur,
seperti dalam contoh berikut.
(29) Terdakwa : “Ya jual minuman itu.”Hakim Ketua : “Iya. Tapi kan seharusnya gak dioplos.”
Dalam tuturan (29), tuturan ekspresif nasihat ditunjukkan oleh hakim ketua
kepada terdakwa, meskipun nasihat ini bentuknya tidak langsung. Nasihat tidak
langsung ini berisikan nasihat agar tidak mencampur minuman berakohol. /Tapi kan
seharusnya gak dioplos/ merupakan nasihat yang dituturkan oleh hakim ketua.
d) Tindak Tutur Ekspresif Penyesalan
Baik mitra tutur maupun penutur menyampaikan penyesalannya atas apa yang
dilakukan adalah maksud dari tindak tutur ekspresif penyesalan. Contoh tindak tutur
penyesalan dapat disimak dari cuplikan berikut.
(30) Penuntut Umum : “Saudara merasa bersalah ndak terhadap kejadian ini?”Terdakwa : “Iya. Bersalah.”
Penyesalan disampaikan oleh terdakwa. Terdakwa menyesal atas apa yang
dilakukannya. Melalui pernyataan /bersalah/ ia mengakui kesalahannya mengoplos dan
menjual minuman keras. Penyesalan ini merupakan hasil evaluasi atas disidangakannya
ia karena perilakunya yang suka mengoplos.
D. Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya.
1. Tindak Tutur di Pasar Sunan Ampel
Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel ditemukan 1 macam tuturan
komisif, yaitu perjanjian.
Dalam tindak tutur komisif perjanjian, penutur berjanji kepada mitra tuturnya
dan penutur memiliki keterkaitan untuk melaksanakan apa yang dituturkannya. Salah
satu contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.
(31) Pembeli : “Counter digital harganya berapa, Bu?”Penjual : “15.000, Mbak.”Pembeli : “Masak gak boleh kurang, Bu.”Penjual : “Walah, Mbak. Ini sudah murah. Harga pas. Semua toko ya
segitu harganya.”Pembeli : “Beneran, Bu?”Penjual : “Gini aja, Mbak. Kalo ada yang lebih murah, Mbak balikin
wes. Tak ganti harganya.”
Dalam tuturan (31), tuturan komisif perjanjian dituturkan oleh penjual. Penjual
berjanji akan mengganti harga jika ada yang lebih murah dari harga yang
ditawarkannya. Pemberian janji ini adalah upaya untuk meyakinkan pembeli bahwa
barang dijual sudah paling murah. Dengan pengucapan janji yang dituturkan, penjual
memiliki kewajiban untuk mengganti harga barang jika ditemukan harga yang lebih
murah. Dengan kata lain, janji ini merupakan sebuah garansi kepada mitra tutur, yaitu
pembeli.
2. Tindak Tutur Komisif dalam Persidangan
Sama halnya dengan tuturan di pasar, tuturan komisif dalam persidangan juga
hanya terdapat satu subjenis tuturan, yaitu perjanjian. Tuturan tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
(32) Hakim Ketua : “Jadi untuk memberi kesempatan penuntut umum untuk menyiapkan tuntutan pidana sidangnya ditunda Senin ya 26 Mei Saudara kembali lagi ke tahanan. Eh iya. Lupa-lupa. Datang lagi
ya, hadir dalam sidang pratuntutan hari Senin ya. Demikian sidang selesai dan ditutup.”
Hakim ketua membuat perjanjian dengan terdakwa. Perjanjian dengan terdakwa
perihal kelanjutan sidang pratuntutan pidana. Perjanjian ini mengikat tidak hanya
terdakwa tetapi juga hakim, penuntut umum, dan perangkat hukum lainnya untuk hadir
dalam sidang selanjutnya.
E. Tindak Tutur Deklaratif
Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.
1. Tindak Tutur Deklaratif di Pasar Sunan Ampel
Dalam interaksi sosial di pasar Sunan Ampel hanya terdapat 1 macam tuturan
deklaratif, yaitu tuturan putusan.
Tuturan deklaratif putusan merupakan tuturan dengan jalan memutuskan suatu
hal. Dengan keputusan yang diambil ini, penutur menciptakan suasana yang baru.
Membuat suatu hal berubah menjadi baru. Sebagai contoh, dapat dilihat cuplikan