BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih rendah. Hal ini terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004). Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya dikhususkan untuk siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu (integrated science) sebagaimana telah diterapkan di negara-negara barat, mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materi-materi IPA yang terpisah-pisah dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih rendah. Hal ini
terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS)
tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains siswa SMP Indonesia berada pada
peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004). Hal ini merupakan manifestasi penerapan
pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola
pengajaran yang terjadi terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh
siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang harus dijalani.
Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya dikhususkan untuk siswa jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu
(integrated science) sebagaimana telah diterapkan di negara-negara barat, mencoba
menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan
yang utuh. Dengan pengimplementasian pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materi-
materi IPA yang terpisah-pisah dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan
Biologi dapat diajarkan secara terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA
Terpadu.
Tidak perlu melihat negara maju karena pada kenyataannya mereka sudah maju.
Berdasarkan data hasil PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009,
peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Ada tiga aspek
yang diteliti PISA, yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains, berikut hasil survey
PISA tahun 2009; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa
mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini.
Berdasarkan data PISA tahun 2009 tersebut, anak Indonesia masih rendah dalam
kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta
ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains.
Berdasarkan data prestasi sains di TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) Indonesia pada tahun 2003 Indonesia berada diurutan 36 dan tahun 2007
diurutan 41. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus
dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang
adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu
memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TIMSS
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) merupakan studi internasional yang
dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational
Achievement) setiap empat tahunan, sejak tahun 1955. TIMSS menilai prestasi matematika
dan sians siswa serta mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan sekolah,
kurikulum, dan pembelajaran. TIMSS berfungsi antara lain adalah description or mirror
functions, a bench marking, monitoring of quality of education, as a large scale policy
research (Plomp, 1999). Hasil studi TIMSS dapat dimanfaatkan untuk: assist to generate
policy questions, comparisons in relation to relevant common policies rather than to
reference groups, need for improved data analysis method, and need for different ways of
presenting the data.
Indonesia telah tiga kali berpartisipasi dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan
2007, tetapi hanya mengikutkan siswa grade 8 (siswa kelas VIII SMP/MTs). Capaian siswa
kelas 8 di Indonesia terhadap tiga kali keikutsertaan dalam TIMSS (TIMSS-R 1999, TIMSS
2003, TIMSS 2007) dalam Matematika dan Sains yang berada di papan bawah dibandingkan
capaian siswa setingkat di beberapa negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, Taiwan,
Malaysia, Thailand). Rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999,
2003, dan 2007 secara berturutan adalah 435, 420, dan 433. Dengan skor tersebut siswa
Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara
(tahun 2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Rata-rata skor siswa Indonesia
pada TIMSS 2007 di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya mencapai Low International
Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali
sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Pemanfaatan
hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjut.
Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjuti dengan
menganalisis faktor-faktor penentu hasil belajar sains dengan cara yang berbeda. Data hasil
TIMSS perlu dikaji guna meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang
matematika dan sains. Kajian tersebut meliputi:
(1) Kompetensi-kompetensi mana yang telah dikuasai dan kompetensikompetensi mana yang
belum dikuasai oleh siswa-siswi Indonesia berdasarkan hasil tiga kali TIMSS;
(2) Bagaimana tingkat penguasaan siswa Indonesia relatif terhadap benchmark internasional
(rata-rata internasional) dalam masing-masing kompetensi yang diases dalam TIMSS; dan
(3) Penyebab-penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam masing-masing kompetensi yang
diukur oleh TIMSS yang diinferensi dari spesifikasi respon sampel siswa terhadap setiap
butir soal TIMSS.
Tujuan TIMSS
Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa kelas
VIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain
adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi
siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan
mutu pendidikan.
Apa yang diukur?
Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam
dua domain, yaitu isi dan kognitif. Distribusi spesifikasi dari penilaian tersebut adalah
sebagai berikut:
Domain isi matematika:
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri
4. Data dan Peluang
Domain isi sains:
1. Biologi
2. Kimia
3. Fisika
4. Ilmu Bumi
Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains:
1. Pengetahuan
2. Penerapan
3. Penalaran
Indonesia sendiri masuk sebagai negara partisipan tahun 1999. Ini berarti saat anak-anak
itu diujikan masih hidup di zaman ORBA. 2003 dan 2007 anak-anak yang diuji hidup di
zaman reformasi. Indonesia sendiri sebagai partisipan untuk 8 th Grade (kelas 2 SMP). Pada
TIMSS tahun 2007 ada 3 negara baru yang ikut, salah satunya dari Asia Tenggara yaitu
Thailand. Tetapi ada juga yang tidak lagi menjadi partisipan yaitu Philipina. Philipina
sendiri secara rangking selalu di bawah Indonesia.
Indonsia sudah dua tahun 2003 dan 2007 ini prestasi sains di TIMSS memalukan, selalu
kalah dengan Negara Palestiana, Negara yang sedang berkecamuk perang. Tahun 2003
Palestina Ada di urutan 34 Tahun 2007 ada di urutan 34. Bandingkan dengan Indonesia 2003
diurutan 36 2007 diurutan 41.
TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan, untuk
mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan atau penurunan
prestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi permasalahan yang muncul.
Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS. TIMSS putaran pertama diadakan pada
tahun 1995, putaran kedua pada tahun 1999, putaran ketiga pada tahun 2003, dan berlanjut
seterusnya setiap empat tahun sekali.
TIMSS 1999
TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 1995, saat itu ikut berpartisipasi 41 negara.
Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains murid-murid kelas
ketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir sekolah menengah.
TIMSS 1999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan yang luas (total
308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan booklet dibagikan secara acak
kepada siswa. Setiap siswa menyelesaikan satu booklet tes selama 90 menit.
Secara keseluruhan, ada 162 item matematika dan 146 item ilmu pengetahuan.
Sekitar sepertiga dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya pilihan
ganda. Untuk tahun 1999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk matematika dan sains
dengan 11 pokok bahasan.
Matematika :
1. Fractions and number sense 4. Geometri
2. Measurement 5. Aljabar
3. Representasi data, analisis, dan probabilitas
Sains :
1. Ilmu bumi 4. Kimia
2. Ilmu pengetahuan hidup 5. Scientific inquiry and the nature of science
3. Fisika 6. Isu lingkungan dan sumber daya
TIMSS pada tahun 1995 dan 1999 dikembangkan melalui upaya kolaborasi antara
Pusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan sains) dari seluruh dunia, dan
perwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi. Sekitar sepertiga dari item dalam
penilaian 1995 disimpan untuk mengukur tren dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan
tes tahun 1999, instrument pada tahun 1995 yang dirilis ke publik digantikan dengan item
dengan isi, format, dan kesulitan yang serupa. Penggantian item dan panduan skoring
dikembangkan dengan bantuan dari Science and Mathematics Item Replacement Committee,
sekelompok pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka dari seluruh dunia. Item
yang diuji coba pada tahun 1998 di tes lapangan yang luas yang melibatkan 31 negara, dan
telah ditinjau oleh Koordinator Nasional Penelitian, yang melakukan review dalam negara
dengan panel pendidik matematika dan ilmu pengetahuan dan ahli pengukuran.
TIMSS 1999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran dan
pembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian kuesioner, TIMSS
mengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik pembelajaran, kebijakan, dan latar
belakang siswa dan sikap. Banyak pertanyaan juga diminta pada tahun 1995, provididing tren
untuk negara-negara yang berpartisipasi dalam kedua penilaian.
TIMSS 2003
TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan serangkaian penilaian
internasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia untuk mengukur tren dalam
matematika dan sains di kelas keempat dan kedelapan. TIMSS sangat membantu negara –
negar yang ikut serta untuk memperoleh kesempatan memperoleh informasi komparatif
tentang siswa mereka mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam TIMSS 2003
terdapat 49 negara yang ikut serta.
IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center for Education Statistics ( dari U. S
Department of Educations) bekerja sama dengan negara peserta untuk menjelaskan secara
rinci mengenai matematika dan sains tentang konten yang akan dinilai untuk memperbarui
hasil pembelajaran.
Dalam TIMSS 2003 matematika terbagi dalam lima domain contents yaitu, jumlah,
aljabar, pengukuran, geometri, dan data. Setiap domain content dijelaskan topik yang akan
dinilai dan setiap area topic ini diuraikan dengan jelas untuk kelas keempat dan kelas
kedelapan. Ada empat domain kognitif dalam setiap domain content yaitu mengetahui fakta
dan prosedur, pemahaman konsep, pemecahan masalah rutin, dan penalaran.
Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan kurikulum
dalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun dilakukan tes yang serupa
yang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah yang diambil secara acak pada setiap
negara. TIMSS cukup konsisten memberikan laporan mengenai keberhasilan kurikulum
matematika dan sains kepada setiap negara yang ikut serta.
TIMSS 2007
TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif internasional
yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam matematika dan
sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas keempat dan
kedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari
waktu ke waktu.
Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di negara-negara yang berpartisipasi,
penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga secara rutin mengumpulkan
informasi latar belakang yang luas yang membahas kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas,
dan isi dari instruksi. Sebagai contoh, TIMSS 2007 mengumpulkan informasi rinci tentang
matematika dan ilmu pengetahuan cakupan kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru,
ketersediaan sumber daya, dan penggunaan teknologi.
Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan usaha bersama
yang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60 negara di seluruh
dunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS 2007, yaitu Kerangka
Matematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual untuk kuesioner. Hal ini juga
memberikan gambaran dari desain penilaian, termasuk parameter umum untuk pembangunan
item. Kerangka kerja konten TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung pada upaya-upaya
luas yang dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun 2003.
Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang desain dan
pelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari pengembangan instrumen
TIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, pengumpulan
data, skala, analisis data, dan pelaporan. Secara khusus, TIMSS 2007 Laporan Teknis
menyediakan dokumentasi rinci tentang prosedur dan metode yang digunakan oleh TIMSS
untuk menyediakan data perbandingan internasional berkualitas tinggi. Laporan ini
menjelaskan multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkah-langkah jaminan kualitas
yang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja penilaian untuk TIMSS 2007
melalui rilis dari database internasional dan Panduan Pengguna
Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antar-negara
peserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 2.1.1 Skor Rata-rata Prestasi Matematika
TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007
No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor
1 Singapura 604 1 Singapura 605 1 Taiwan 598
2 Korea Selatan 587 2 Korea Selatan 589 2 Korea Selatan 597
3 Taiwan 585 3 Hongkong 586 3 Singapura 593
4 Hongkong 582 4 Taiwan 585 4 Hongkong 572
5 Jepang 579 5 Jepang 570 5 Jepang 570
6 Belgia 558 6 Belgia 537 6 Hungaria 517
7 Belanda 540 7 Belanda 536 7 Inggris 513
8 Slowakia 534 8 Estonia 531 8 Rusia 512
9 Hungaria 532 9 Hungaria 529 9 Amerika Serikat 508
10 Kanada 531 10 Malaysia 508 10 Lituania 506
11 Slovenia 530 11 Latvia 508 11 Ceko 504
12 Rusia 526 12 Rusia 508 12 Slovenia 501
13 Australia 525 13 Slowakia 508 Internasional 500
14 Finlandia 520 14 Australia 505 13 Armenia 499
15 Ceko 520 15 Amerika
Serikat
504 14 Australia 496
16 Malaysia 519 16 Lituania 502 15 Swedia 491
17 Bulgaria 511 17 Swedia 499 16 Malta 488
18 Latvia 505 18 Skotlandia 498 17 Skotlandia 487
19 Amerika
Serikat
502 19 Inggris 498 18 Serbia 486
20 Inggris 496 20 Israel 496 19 Italia 480
21 Selandia Baru 491 21 Selandia Baru 494 20 Malaysia 474
Internasional 487 22 Slovenia 493 21 Norwegia 469
22 Lituania 482 23 Italia 484 22 Siprus 465
23 Italia 479 24 Armenia 478 23 Bulgaria 464
24 Siprus 476 25 Serbia 477 24 Israel 463
25 Rumania 472 26 Bulgaria 476 25 Ukraina 462
26 Maldova 469 27 Rumania 475 26 Rumania 461
27 Thailand 467 Internasional 467 27 Bosnia
Herzegovina
456
28 Israel 466 28 Norwegia 461 28 Libanon 449
29 Tunisia 448 29 Maldova 460 29 Thailand 441
30 Masedonia 447 30 Siprus 459 30 Turki 432
31 Turki 429 31 Masedonia 435 31 Yordania 427
32 Yordania 428 32 Libanon 433 32 Tunisia 420
33 Iran 422 33 Yordania 424 33 Georgia 410
34 INDONESIA 403 34 Iran 411 34 Iran 403
35 Cili 392 35 INDONESIA 411 35 Bahrain 398
36 Filipina 345 36 Tunisia 410 36 INDONESIA 397
37 Maroko 337 37 Mesir 406 37 Siria 395
38 Afrika Selatan 275 38 Bahrain 401 38 Mesir 391
39 Palestina 390 39 Algeria 387
40 Cili 387 40 Maroko 381
41 Maroko 387 41 Kolombia 380
42 Filipina 378 42 Oman 372
43 Botswana 366 43 Palestina 367
44 Saudi Arabia 332 44 Botswana 364
45 Gana 276 45 Kuwait 354
46 Afrika Selatan 264 46 Elsavador 340
47 Saudi Arabia 329
48 Ghana 309
49 Qatar 307
Tabel 2.1.2 Skor Rata-rata Prestasi Sains
TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007
No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor
1 Taiwan 569 1 Singapura 578 1 Singapura 567
2 Singapura 568 2 Taiwan 571 2 Taiwan 561
3 Hungaria 552 3 Korea Selatan 558 3 Jepang 554
4 Jepang 550 4 Hongkong 556 4 Korea Selatan 553
5 Korea Selatan 549 5 Estonia 552 5 Inggris 542
6 Belanda 545 6 Jepang 552 6 Hungaria 539
7 Australia 540 7 Inggris 544 7 Ceko 539
8 Ceko 539 8 Hungaria 543 8 Slovenia 538
9 Inggris 538 9 Belanda 536 9 Hongkong 530
10 Finlandia 535 10 Amerika 527 10 Rusia 530
Serikat
11 Slowakia 535 11 Australia 527 11 Amerika Serikat 520
12 Belgia 535 12 Swedia 524 12 Lituania 519
13 Slovenia 533 13 Slovenia 520 13 Australia 515
14 Kanada 533 14 Selandia Baru 520 14 Swedia 511
15 Hongkong 530 15 Lituania 519 Internasional 500
16 Rusia 529 16 Slowakia 517 15 Skotlandia 496
17 Bulgaria 518 17 Belgia 516 16 Italia 495
18 Amerika
Serikat
515 18 Rusia 514 17 Armenia 488
19 Selandia Baru 510 19 Latvia 512 18 Norwegia 487
20 Latvia 503 20 Skotlandia 512 19 Ukraina 485
21 Italia 493 21 Malaysia 510 20 Yordania 482
22 Malaysia 492 22 Norwegia 494 21 Malaysia 471
23 Lituania 488 23 Italia 491 22 Thailand 471
Internasional 488 24 Israel 488 23 Serbia 470
24 Thailand 482 25 Bulgaria 479 24 Bulgaria 470
25 Rumania 472 26 Yordania 475 25 Israel 468
26 Israel 468 Internasional 474 26 Bahrain 467
27 Siprus 460 27 Maldova 472 27 Bosnia
Herzegovina
466
28 Maldova 459 28 Rumania 470 28 Rumania 462
29 Masedonia 458 29 Serbia 468 29 Iran 459
30 Yordania 450 30 Armenia 461 30 Malta 457
31 Iran 448 31 Iran 453 31 Turki 454
32 INDONESIA 435 32 Masedonia 449 32 Siria 452
33 Turki 433 33 Siprus 441 33 Siprus 452
34 Tunisia 430 34 Bahrain 438 34 Tunisia 445
35 Cili 420 35 Palestina 435 35 INDONESIA 427
36 Filipina 345 36 Mesir 421 36 Oman 423
37 Maroko 323 37 INDONESIA 420 37 Georgia 421
38 Afrika Selatan 243 38 Cili 413 38 Kuwait 418
39 Tunisia 404 39 Kolombia 417
40 Saudi Arabia 398 40 Libanon 414
41 Maroko 396 41 Mesir 408
42 Libanon 393 42 Algeria 408
43 Filipina 377 43 Palestina 404
44 Botswana 365 44 Saudi Arabia 403
45 Gana 255 45 Maroko 402
46 Afrika Selatan 244 46 Elsavador 387
47 Botswana 355
48 Qatar 319
49 Ghana 303
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di
bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38
negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di
peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam
matematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa
Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke
37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35.
2.2 Survei Internasional PISA
Pengertian PISA
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang
prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini
dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development)
yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap
tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2000. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara
berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan
pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar
yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket,
penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian
mutu. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional
yang beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the
Netherlands National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National
Institute for Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
Tujuan PISA
Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa
sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat
diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila
dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Apa yang diukur?
Dasar penilaian prestasi literasi membaca, matematika, dan sains dalam PISA memuat
pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum.
Masing-masing aspek literasi yang diukur adalah sebagai berikut:
Membaca: memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan.
Matematika: mengidentifikasikan dan memahami serta menggunakan dasar-dasar
matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Sains: menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami
fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada
lingkungan.
Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa
antar-negara peserta (rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):