TUGAS III MANAJEMEN HUTAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENGELOLAAN HUTAN LESTARI TEGUH BIMANTARA M111 13 029 LABORATORIUM KEBIJAKAN DAN KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
TUGAS III
MANAJEMEN HUTAN
KRITERIA DAN INDIKATOR PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
TEGUH BIMANTARA
M111 13 029
LABORATORIUM KEBIJAKAN DAN KEWIRAUSAHAAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Lestari
Nama : Teguh Bimantara
Nim : M111 13 029
Kelas/Kelompok : A/3
Makalah Ini disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Lulus dalam Mata Kuliah
Manajemen Hutan
Pada
Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2015
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Asisten Asisten Pembimbing
Muh. Ichwan K, S. Hut Lenny Patayang
Tanggal Pengesahan : 20 Februari 2015
3
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup Materi ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kehutanan untuk saat ini adalah illegal loging dan pengelolaan
hutan lestari, sehingga banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur
hukuman illegal loging dan bagaimana pengelolaan hutan lestari itu sendiri.
Illegal loging dapat dicegah dengan pengelolaan hutan lestari, dengan mengetahui
dan mengimplementasikan kriteria dan indicator dalam pengelolaan hutan lestari
tersebut.
Oleh karena itu makalah ini di buat untuk mengetahui kriteria dan
indikator dalam pengelolaan hutan lestari, khususnya pada hutan tanaman, agar
illegal loging tersebut dapat berkurang.
1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Lestari Pada
Hutan Tanaman.
2. Untuk Mengetahui Elemen-Elemen Pengelolaan Hutan.
1.3 Ruang Lingkup
Bettinger (2009) menyatakan bahwa kelestarian (sustainability) mengacu
pada pemeliharaan sumberdaya untuk masa depan yang tak terbatas dengan tanpa
penurunan kualitas. Implementasi konsep ini dipengaruhi oleh nilai yang dianut
masyarakat dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Kepemilikan sumberdaya dan
tujuan pengelolaan mempengaruhi bagaimana konsep kelestarian ini di
implementasikan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Pengelolaan Hutan
Menurut teori, yang dimaksud dengan pengelolaan hutan adalah sebuah
praktek penerapan prinsip-prinsip dalam bidang biologi, fisika, kimia, analisis
kuantitatif, manajemen, ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian
kegiatan membangun atau meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan
mengkonservasikan hutan untuk mendapatkan tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan (Helms, 1998).
Sedangkan menurut Manan, S. 1997. Pengelolaan hutan atau manajemen
hutan adalah penerapan metoda bisnis dan prinsip-prinsip teknis kehutanan dalam
pengurusan suatu hutan. Pengelolaan hutan lestari (sustainable forest
management) adalah bentuk pengelolaan hutan yang memiliki sifat hasil yang
lestari (sustained yield) yang ditunjukkan oleh :
a. Terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi sumber daya hutan berupa kayu
dan non kayu.
b. Terjaminnya keberlangsungan fungsi ekologis hutan.
c. Terjaminnya fungsi sosial, ekonomi dan budaya bagi masyarakat lokal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen hutan berdasarkan
kelestarian hasil, adalah pengelolaan hutan yang mengarah kepada kontinuitas
produksi, dengan kata lain bahwa dalam waktu yang cukup dini, dapat diperoleh
suatu keseimbangan antara pertumbuhannetto (riap) dikaitkan dengan penebangan
atau pemanenan.
II.2 Konsep Kelestarian
1. Karakterisitik Sumberdaya Hutan
Hutan pada dasarnya mempunyai dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, yaitu hutan sebagai sumberdaya alam dan hutan sebagai suatu
ekosistem. Hutan sebagai sumberdaya alam, dengan karakteristik, dapat
diperbaharui, mempunyai fungsi manfaat serbaguna (multi use resources),
6
beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya (divers), potensial (berukuran
besar, sebagai populasi).Sedangkan hutan sebagai ekosistem, dengan karaktersitik,
sangat kompleks, bersifat labil (mudah terpengaruh oleh peruahan), dan beragam
(divers).
Dengan demikian, dalam memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan pembangunan, maka karakteristik atau sifat hutan sebagai
sumberdaya alam dan ekosistem harus menjadi pertimbangan utama secara
proporsional.Pertumbuhan penduduk yang pesat, menyebabkan kebutuhan
terhadap lahan dan hasil hutan juga meningkat.
Peningkatan ini tidak hanya dalam jumlah (kuantitasnya), tetapi juga
dalam jenisnya serta kualitasnya. Untuk dapat memenuhi meningkatnya
kebutuhan akan hasil-manfaat tersebut, maka intensifikasi dan cara-cara
pemanfaatan hutan juga harus ditingkatkan. Dalam waktu yang bersamaan
terdapat perkembangan global yang menyertainya.
2. Konsep Kelestarian
Pada kondisi seperti diuraikan di atas, dengan mempertimbangkan sifat-
sifat hutan (sebagai SDA dan sebagai ekosistem) maka dikembangkan suatu
prinsip dasar dalam pemanfaatan hutan yang dikenal sebagai Prinsip Kelestarian
(Sustainable Principle).
Berdasarkan perkembangannya, dikenal dua prinsip kelestarian, yaitu:
prinsip hasil (yield principle), dan prinsip manajemen (management principle).
a) Prinsip Hasil (yield principle) Prinsip ini dikembangkan untuk pertama
kalinya dalam pengelolaan hutan di Jerman, dimana dalam mewujudkan
pemenuhan kebutuhan akan hasil dan manfaat hutan yang terus meningkat,
maka hasil-manfaat hutan merupakan dasar utama pengelolaan hutan.
Dengan demikian, prinsip hasil adalah prinsip dalam pengelolaan hutan
yang mendasarkan pada pertimbangan hasil yang diperoleh dari hutan
sebagai dasar utamanya. Dalam sejarah penerapannya, terdapat beberapa
bentuk prinsip hasil, yaitu (Supratman, 2009):
7
1) Prinsip hasil yang lestari (sustainable yield principle)
Pengelolaan hutan dengan prinsip hasil lestari mengupayakan hasil (yield)
yang diperoleh dari hutan kurang lebih sama dari waktu ke waktu (tahun ke tahun
atau rotasi ke rotasi). Prinsip ini dapat dicapai apabila terdapat keseimbangan
antara riap (increment) dari tegakan hutan dengan pemanenannya (harvesting).
Keseimbangan ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk
mewujudkan kelestarian hasil.
Dengan demikian, masukan yang sangat penting dan mendasar untuk
mewujudkan tercapainya prinsip kelestarian hasil adalah besarny ariap. Riap
adalah besarnya pertambahan tumbuh dimensi pohon-tegakan (diameter, tinggi,
volume) menurut ruang dan waktu.Satuan yang sering digunakan dalam
menyatakan riap adalah m3/ha/tahun. Terdapat banyak cara untuk mengukur
besarnya riap tegakan, salahsatu yang sering dipergunakan adalah dengan
melakukan pengamatan-pengukuran secara berurutan (continuous forest
measurement) pada plot permanent (Petak Ukur Permanen = PUP).
Sehubungan dengan riap tegakan sebagai masukan yang mendasar dalam
mewujudkan kelestarian hasil, maka setiap HPH diharuskan membuat PUP di
areal bekas tebangan.Dengan mengetahui riap tegakan tinggal, maka dapat
ditentukan besarnya jangka waktu rotasite bangan (cutting cycle) dan besarnya
jatah tebang tahunan (JTT = AAC) pada rotasi kedua.
2). Prinsip hasil yang selalu meningkat (progressive yield principle)
Disamping hasil yang diperoleh dari hutan (utamanya kayu) berlangsung
kurang lebih sama dari waktu ke waktu, pengelola hutan berupaya lebih lanjut
untuk meningkatkan hasil yang diperoleh dari hutan dari waktu ke waktu. Jadi
bersifat progressif. Dengan demikian, prinsip hasil yang selalu meningkat adalah
prinsip pengelolaan hutan yang mengupayakan hasil yang akan diperoleh dari
hutan akan terus meningkat dari waktu ke waktu (tahun ke tahun, rotasi ke rotasi).
Prinsip ini dapat dicapai dengan meningkatkan potensi tegakan per satuan
luasnya, atau dengan kata lain riap tegakan harus ditingkatkan per satuan luas per
satuan waktu, melalui:
8
1. Penerapan teknik silvikultur yang tepat, misalnya melalui penjarangan
(thinning) yang tepat, pemupukan, dll.
2. Pemilihan bibit unggul melalui program-program kultur jaringan(tissue
culture), pemuliaan pohon(tree improvement), dan rekayasa teknologi
biologi (biotechnology).
3). Prinsip hasil yang maksimal (maximum yield principle)
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap hasil hutan, maka
upaya untuk mendapatkan hasil secara progressif masih belum dapat memenuhi
kebutuhan tersebut.Pada saat yang bersamaan teknologi pemanfaatan hasil hutan
juga mengalami peningkatan, yang ditopang dengan berkembangnya IPTEKS
pemanfaatan hasil hutan.
Melalui teknologi pemanfatan hasil hutan, yaitu memproses-mengolah
hasil hutan menjadi produk jadi atau setengah jadi, diharapkan nilai dari hasil
hutan akan meningkat dan maksimal. Dengan demikian, prinsip hasil maksimal
adalah prinsip pengelolaan hutan yang mengupayakan diperolehnya nilai
maksimal dari sumberdaya hutan. Untuk mendapatkan nilai maksimal tersebut,
beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) industrialisasi pengolahan hasil hutan untuk mendapatkan nilai tambah
(value added).
2) Intensifikasi pemanfaatan hasil hutan sehingga diperoleh volume hasil hutan
yang lebih besar (memperkecil volume limbah)
3) Diversifikasi pemanfaatan hasil hutan .
Dengan demikian, prinsip ini menekankan pada peningkatan nilai
dibanding peningkatan produksi hasil hutan.
b). Prinsip Manajemen Hutan Lestari (Sustainabel Forest Management)
Pengelolaan hutan seyogyanya tidak hanya mempertimbangkan kelestarian
hasil tetapi harus pula mempertimbangkan dampak dari pemanfatan hasil tersebut.
Oleh karenanya, pengelolaan hutan mempunyai dimensi yang lebih luas
(multidimentional principle). Berbeda dengan prinsip kelestarian hasil, prinsip
9
pengelolaan hutan secara lestari perlu dan harus mempertimbangkan aspek-aspek
yang lebih luas, yaitu:
a. Kelestarian sumberdaya hutan (resource security)
b. Kelestarianproduksi(cointinuity of production)
c. Kelestarian lingkungan (environment)
d. Kelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity)
e. Kelestariansosekbudmasyarakaty(socio-economic and culute)
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pengelolaan hutan secara lestari adalah pengelolaan hutan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan ekologi antara lain meliputi :
(a) kawasan hutan yang mantap;
(b) produksi yang berkelanjutan;
(c) manfaat sosial bagi masyarakat di sekitar hutan; dan
(d) lingkungan yang mendukung sistem penyangga kehidupan.
Dari konsep kelestarian tersebut akan tersusun kriteria dan indikator
sebuah pengelolaan hutan lestari khususnya kriteria dan indicator pengelolaan
hutan lestari pada hutan tanaman.
III.1 Kriteria dan Indikator Manajemen Hutan Tanaman Lestari
Hutan tanaman merupakan hutan yang diusahakan untuk memenuhi
kebutuhan akan kayu, dengan sifat tegakan seumur dan sejenis sesuai dengan
tujuan pengelolaan. Permudaan pada hutan tanaman cenderung permudaan
buatan.Oleh karena sifat yang sejenis dan seumur maka saat pemanenan
diperlukan metode khusus. Pemanenan hutan tanaman dilakukan dengan
pertimbangan efisiensi dan produktifitas. Ketika menyinggung suatu tegakan
khususny tegakan produksi maka harus ada aspek kelestarian (sustain) dalam
pemanenan.
Kriteria adalah suatu aspek yang dipandang penting untuk memungkinkan
penilaian atas usaha pemanfaatan hutan tanaman.Suatu kriteria diikuti oleh
serangkaian indikator yang berkaitan.Kriteria diperlukan untuk mengetahui
batasan jelas mengenai lestari pada hutan tanaman.
Indikator adalah atribut kuantitatif dan atau kualitatif dan atau deskriptif
yang apabila diukur atau dipantau secaraperiodik menunjukkan arah perubahan.
Indikator akan diperlukan untuk meninjau sejauh mana tingkat lestari pada suatu
hutan tanaman.
11
Pengelolaan hutan secara lestari adalah pengelolaan hutan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan ekologi antara lain meliputi :
(a) kawasan hutan yang mantap;
(b) produksi yang berkelanjutan;
(c) manfaat sosial bagi masyarakat di sekitar hutan; dan
(d) lingkungan yang mendukung sistem penyangga kehidupan.
Kriteria dan indikator usaha pengelolaan hutan secara lestari pada unit
manajemen usaha pemanfaatan hutan tanaman berdasarkan SK MENTERI
KEHUTANAN NO 177/Kpts-II/200 antaralain:
Kriteria 1. Prasyarat / Kepastian Kawasan hutan
a. Indikator 1.1.Kepastian kawasan Unit Manajemen HPHT/HPHTI atau
IUPHHK pada Hutan Tanaman.
b. Indikator 1.2.Komitmen pemegang hak/izin atau calon pemegang izin.
c. Indikator 1.3.Kemampuan investasi perusahaan.
d. Indikator 1.4.Kesesuaian dengan kerangka hukum, kebijakan dan
peraturan yang berlaku dalam rangka usaha pemanfaatan Hutan Tanaman.
e. Indikator 1.5.Kesesuaian tapak bagi pembangunan Hutan Tanaman.
f. Indikator 1.6.Jumlah dan kecukupan tenaga profesional dan tenaga teknis
yang diperlukan bagi pembangunan Hutan Tanaman.
g. Indikator 1.7.Kapasitas dan mekanisme untuk perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan periodik, evaluasi, dan penyajian umpan balik mengenai
kemajuan pencapaian pengelolaan hutan secara lestari pada unit
manajemen HPHT/HPHTI atau IUPHHK pada Hutan Tanaman.
Kriteria 2. Produksi
a. Indikator 2.1.Penataan areal kerja.
b. Indikator 2.2.Kemampuan pembuatan tanaman.
c. Indikator 2.3.Jaminan keberhasilan tanaman.
d. Indikator 2.4.Ketersediaan bibit.
e. Indikator 2.5.Ketersediaan pasar (market) yang jelas.
f. Indikator 2.6.Ketersediaan dan penerapan teknologi tepat.
12
g. Indikator 2.7.Kesehatan finansial pemegang hak/izin.
h. Indikator 2.8.Pengaturan hasil lestari.
i. Indikator 2.9.Ketersediaan prosedur dan implementasi pengendalian
kebakaran hutan.
Kriteria 3. Sosial
a. Indikator 3.1.Kejelasan penguasaan/pemilikan atas tanah di areal kerja
HPHT/HPHTI atau IUPHHK pada Hutan Tanaman.
b. Indikator 3.2.Ketersediaan mekanisme solusi konflik sosial.
c. Indikator 3.3.Ketersediaan mekanisme dan implementasi pendistribusian
manfaat.
d. Indikator 3.4.Ketersediaan mekanisme dan implementasi partisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan Hutan Tanaman.
e. Indikator 3.5.Ketersediaan mekanisme dan implementasi peningkatan
ekonomi masyarakat setempat.
Kriteria 4. Ekologi
a. Indikator 4.1.Data mengenai kawasan lindung dalam setiap areal kerja
HPHT/HPHTI atau IUPHHK pada Hutan Tanaman.
b. Indikator 4.2.Ketersediaan prosedur dan implementasi pedoman
pengelolaan tanah secara sipil-teknis dan vegetatif untuk konservasi tanah
dan air.
c. Indikator 4.3.Perlindungan pencemaran tanah dan air akibat penggunaan
bahan kimia.
d. Indikator 4.4 Ketersediaan dan penerapan prosedur untuk
mengidentifikasikan spesies flora dan fauna yang langka (endangered),
jarang (rare) dan tercancam punah (threatened).
e. Indikator 4.5. Ketersediaan dan implementasi pedoman pengelolaan flora
dan fauna untuk : 1) Mempertahankan keberadaan hutan alam. 2)
Melindungi keberadaan flora dan fauna genting, jarang dan terancan
punah. 3) Melindungi keberadaan flora dan fauna yang merupakan
kekhasan wilayah setempat.
13
III.2 Elemen-Elemen Pengelolaan Hutan
Kriteria dan indicator pengelolaan hutan lestari tidak lepas dari elemen-
elemen pengelolaan hutan itu tersendiri. Dimana elemen-elemen tersebut terbagi
menjadi tiga yaitu :
a. Klasifikasi Lahan (Land – type Classification)
Klasifikasi lahan menggambarkan paket atau tipe-tipe lahan
menurutlokasi, potensitegakan, kerapatan, jenis, tanah, kelerengan, danatribut-
atributlahan yang lain. Disini kita membuat keputusan tentang keseragaman
(homogenitas) dan keberagaman (heterogenitas) lahan/wilayah. Mengklasifikasi
lahan kedalam unit-unit pengelolaan yang homogen memungkinkan kita untuk
menggeneralisir hasil antara areal yang diamati dan dipelajari dengan areal yang
tidak diamati tetapi mempunyai kondisi yang sama dengan areal yang diamati.
Untuk mendapatkan areal yang homogen perlu mempertimbangkan tidak hanya
karakteristik fisik dan vegetasi, tetapi juga karakteristik pembangunan.
b. Skedule kegiatan(Management activity schedule)
Skedule kegiatan menggambarkan tata waktu (timing), metode, dan
kondisi-kondisi terhadap vegetasi dan sumberdaya yang lain yang akan
dimanipulasi atau diperlakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, mencakup:
aturan-aturan eksploitasi (logging rules), schedule penjarangan danp emanenan
hasil(timber thinning and harvest schedule), dan teknik regenerasi (regeneration
technique for the next tree crop).
c. Prediksi Pertumbuhan danHasil(Quantitiative growth and yield
projection),
Hal ini menggambarkan secara numeric berapa banyak kayu yang
diharapkan dari penebangan komersial khususnya volume yang akan ditebang
pada penjarangan dan tebangan akhir dari tegakan yang ada sekarang dan tegakan
berikutnya dari hasil regenerasi.
14
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pengelolaan hutan secara lestari adalah pengelolaan hutan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan ekologi antara lain meliputi :
(a) kawasan hutan yang mantap;
(b) produksi yang berkelanjutan;
(c) manfaat sosial bagi masyarakat di sekitar hutan; dan
(d) lingkungan yang mendukung sistem penyangga kehidupan.
Kriteria dan indicator pengelolaan hutan secara lestari pada hutan tanaman
diatur pada SK MENTERI KEHUTANAN NO 177/Kpts-II/2003. Dari kriteria
dan indicator tersebut terdapat elemen-elemen pengelolaan hutan lestari yang
terdiri dari klasifikasi lahan, schedule kegiatan dan predeksi pertumbuhan dan
hasil.
IV.2 Saran
Dengan adanya kriteria dan indikator dalam pengelolaan hutan secra
lestari menjadi dasar acuan dalam melakukan pengelolaan hutan tersebut
pemerintah dan masyarkat harus bekerjasama agar pengelolaan tersebut berjalan
dengan baik, serta tidak semua kawasan hutan harus dirusak untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Allenzi. 2009. http://allenzinjiron.blogspot.com/2009/03/kriteria-dan-indikator
manajemen-hutan.html?m=1. Diaksespadahari Selasa,17 Februari 2015
pukul 15:00WITA.
Bettinger P, Boston K, Sirey JP, Grebner D. 2009. Forest Management and
Planning. Amsterdam: Academic Press.
Manan, S. 1997.Hutan RimbawandanMasyarakat. IPB Press : Bogor.
Suhendang, E. 2002.Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan : Bogor.
SupratmandanSyamsuAlam. 2009. Manajemen Hutan. Universitas Hasanuddin:
Makassar.
16
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN MENTERI NOMER : 177/Kpts-II/2003
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR : 177/Kpts-II/2003
TENTANG
KRITERIA DAN INDIKATOR PENGELOLAAN HUTAN SECARA LESTARI
PADA
UNIT MANAJEMEN USAHA PEMANFAATAN HUTAN TANAMAN
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang :
a. bahwa berdasarkan Pasal 15 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2002tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, bahwa
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secaralestari diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri;
b. bahwa berhubung dengan hal tersebut, dipandang perlu menetapkan
Kriteria danIndikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari Pada Unit
Manajemen Usaha PemanfaatanHutan Tanaman dengan Keputusan
Menteri Kehutanan.
17
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
AlamHayatidanEkosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan
PokokPengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
DampakLingkungan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Pusatdan Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah Otonom;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan;
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang
Kedudukan,Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen;
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001
tentangPembentukan Kabinet Gotong Royong;
12. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 602/Kpts-II/1998
jo.Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 622/Kpts-
II/1999 tentangAnalisisMengenai Dampak Lingkungan, Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan;
13. Keputusan MenteriKehutananNomor 123/Kpts-II/2001
tentangOrganisasidan TataKerja Departemen Kehutanan.
18
M E M U T U S K A N :
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN
INDIKATOR PENGELOLAAN HUTAN SECARA LESTARI PADA UNIT
MANAJEMEN USAHA PEMANFAATAN HUTAN TANAMAN
PERTAMA : Kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari pada unit
manajemen usaha pemanfaatan hutan tanaman sebagaimana pada
lampiran keputusan ini.
KEDUA : Kriteria dan indikator sebagaimanadimaksudpadaamar
PERTAMA wajib dilaksanakan oleh pemegang Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman (HPHT) / Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) atau Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) pada hutan tanaman.
KETIGA : Tata cara penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman
dalamrangka pengelolaan hutan secara lestari ditetapkan tersendiri
dengan Keputusan Menteri.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 12 Juni 2003
MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
MUHAMMAD PRAKOSA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
ttd.
Ir. S U Y O N O
NIP. 080035380
19
Salinan keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Menteri koordinator Bidang Perekonomian;
2. Menteri Dalam negeri;
3. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia;
4. Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia;
5. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
kehutanan didaerah Provinsi di Seluruh Indonesia;
6. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidangkehutanan di daerah Kabupaten/Kota di Seluruh Indonesia;
7. Kepala Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan di Seluruh Indonesia.